Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

ILMU PENYAKIT DALAM

OLEH
FEBRI CRISTE DE VIRGOLIA TA
1509010016

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
1. Kasus Rhinitis pada kucing

Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan mediasi oleh
reaksi hipersensitifitas atau alergi tipe 1. Rhinitis alergi dapat terjadi karena sistem kekebalan
tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap alergen. Menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma). Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rhinorrhea, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen karena reaksi
hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE (Cantani, 2008; ARIA, 2008).

Pada hewan, terdapat pembagian tipe pernafasan atau respirasi yaitu tipe costal, tipe
abdominal atau gabungan dari keduanya yaitu tipe costoabdominal. Pembagian tipe
pernapasan ini di dasarkan pada cara-cara bergerak dinding thoraks atau abdomen sewaktu
proses respirasi. Bila pada proses respirasi dominan dinding thoraks yang bergerak maka
disebut tipe costal, begitu pula sebaliknya. Bila keduanya dominan terlihat bergerak maka
disebut tipe costoabdominal. Pada hewan karnivora seperti kucing, umumnya tipe
pernafasannya ialah costal (Wijaya 2011).

Kelainan pada sistem respirasi dapat menyebabkan berbagai macam hal, antara lain,
batuk, bersin, sesak nafas, kekurangan oksigen, kelumpuhan, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Salah satu kelainan yang biasa terjadi pada saluran pernafasan ialah Infeksi Saluran
pernafasan.

Infeksi saluran pernafasan merupakan suatu kejadian infeksi yang melibatkan organ
atau saluran pernapasan berupa hidung, sinus, faring, trachea, bronchus, bronkhiolus hingga
ke paru-paru. Infeksi saluran pernafasan dapat terjadi pada semua hewan termasuk hewan
kecil seperti anjing dan kucing. Salah satu infeksi saluran pernafasan yang umumnya terjadi
pada kucing ialah rhinitis.

Etiologi

Penyebab terjadinya rhinitis pada kucing dapat berupa virus, bakteri dan jamur.
Umumnya virus yang dapat menyerang kucing ialah dari golongan herpes virus yang meliputi
feline viral rhinotracheitis (FVR) (Eldredge et al. 2008). Rhinitis kronis umumnya
disebabkan oleh adanya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan
adanya dircharge mukopurelent yang cukup banyak dari sinus-sinus hidung. Penyebab rinitis
kronis juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit radang kronis (rhinitis
lymphoplasmacytic), trauma, parasit (Cuterebra), benda asing, neoplasia, atau infeksi mikotik
(Khan 2011).

Patogenesis
Rhinitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan dari kucing ke kucing melalui
kontak langsung dengan cairan terinfeksi dari mata, hidung, mulut, melalui makanan
terinfeksi, mangkuk air, dan tangan manusia, bahkan dapat menular melalui udara. Virus ini
stabil di lingkungan selama 24 jam sampai 10 hari, tergantung pada kondisi lingkungan
disekitarnya. Replikasi Virus akan terjadi didalam epitel dari saluran pernafasan,
konjunktivita. Replikasi virus dalam jaringan epitel ini meungkinkan terjadinya nekrosa
jaringan secara lokal. Pengeluaran virus terjadi antara lain melalui sekret hidung,
konjunktivita dan urin. (Eldredge et al.2008).

Gejala klinis biasanya muncul setelah 2-17 hari setelah paparan vius dalam tubuh
kucing. Seringkali infeksi virus ini akan diiukuti oleh adanya infeksi sekunder dari bakteri
(Eldredge et al.2008). Infeksi sekunder dapat disebabkan oleh adanya penurunan imunitas
dari hewan akibat adanya infeksi virus. penurunan imunitas ini dapat menyebabkan bakteri
dapat berkembang lebih baik dan menyebabkan infeksi yang terjadi semakin parah.

Gejala Klinis

Hewan yang mengalami kejadian Rhinitis dapat menunjukkan gejala klinis yang
beragam. Mulai dari bersin, batuk, demam, mengalami kelainan bernafas (nafas cepat atau
melambat), keluarnya discharge dari rongga hidung. Gejala klinis lainya yang dapat muncul
ialah hipersalivasi, kemudian terlihat produksi air mata berlebihan. Kejadian ini juga dapat
menyebabkan terjadinya laryngitis, faryngitis dan tracheitis. Selaput lendir hidung akan
terlihat kemerahan dan diikuti pembengkakan tonsil (Eldredge et al.2008).

Diagnosa

Diagnosa kasus infeksi pernafasan dapat dilakukan berdasarkan anamnesa, gejala,


pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, pembiakan kultur, ataupun melalui metode rongen.
Pemeriksaan darah atau hematology berguna untuk meneguhkan diagnosa tentang agen yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan (Foster et al. 2011).

Differensial Diagnosis

Differensial diagnosa pada kasus rhinitis ialah sinusitis. Kadang perbedaan antara
kedua jenis penyakit ini tidak begitu jelas dan cukup sulit dibedakan karena gejala yang
menyertai kedua penyakit ini tidak berbeda (Khan 2011).
Faktor Predisposisi

Kejadian rhinitis biasanya lebih banyak terjadi pada anak kucing atau pada kucing
yang sudah berumur tua, selain itu kasus ini juga banyak menyerang kucing jantan serta
kucing liar yang memiliki interaksi yang lebih sering dengan kucing lainya (Dinnage et al.
2009).

Terapi

Terapi yang dapat dilakukan pada pengoabatan rhinitis ialah dengan pemberian
antibiotik untuk mencegah atau menhilangkan adanya infeksi sekunder bakteri. Selain itu
dapat juga dilakukan terapi symtomatis untuk meringankan gejala penyakit yang ada.
Pemberian makanan suplement juga diperlukan untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Pencegahan

Pencegahan kasus infeksi saluran pernafasan dapat dilakukan dengan melakukan


vaksinasi lengkap pada hewan. Vaksinasi dapat dilakukan secara intranasal atau
intramuskuler pada umur 9-12 minggu. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan
pemberian vaksin untuk melawan infeksi Calicivirus (Khan 2011). Walaupun demikian,
vaksinasi tidak akan memberikan perlindungan yang utuh. Namun, tingkat patogenitas virus
infeksi akan lebih rendah pada hewan yang divaksinasi dari pada hewan yang tidak
divaksinasi.

1. Feline Calicivirus

Feline calicivirus merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam cat flu. Cat
flu adalah penyakit dengan kumpulan gejala pada organ respirasi bagian atas (upper
respiratory disease). Cat flu merupakan penyakit yang umum pada kucing dan meskipun
tidak fatal pada kucing dewasa yang sehat, tetapi dapat fatal pada anak kucing dan kucing tua
yang mengalami imunosuppresi. Terdapat beberapa penyebab dari feline upper respiratory
disease complex, tetapi 80-100 dari kasus ini disebabkan oleh feline herpes (feline
rhinotracheitisvirus) dan calicivirus. Penyebab lainya termasuk Chlamydophila, feline
reovirus,Bordetella bronchiseptica, Pasteurella spp, dan Mycoplasma.

Feline calicivirus menyerang saluran pernafasan atas seperti paru-paru, selain itu juga
menyerang lidah sehingga menyebabkan tongue and lung disease masa inkubasi penyakit
kurang dari 48 jam dan bila tidak diikuti infeksi sekunder berlangsung 5-7 hari.
penyebaran virus ini biasanya terjadi melalui kontak dengan air liur, cairan yang
keluar dari hidung dan mata serta kadang-kadang melalui kotoran kucing yang terinfeksi.
Virus ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh kucing hingga
8-10 hari. Banyak kucing yang telah sembuh tetapi dapat menularkan penyakit ini meskipun
tidak menunjukkan gejala sakit (karier).

Virus ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah dan tempat dengan jumlah
kucing banyak dan tempat penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada kandang
dengan populasi kucing yang padat, ventilasi kurang baik, kandang yang kurang bersih,
nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

Kucing yang terinfeksi menyebabkan gangguan pernafasan, luka disekitar bibir dan
mulut seperti sariawan (ulkus oral), kadang disertai sakit persendian. Penyakit ini
menyebabkan gangguan yang berat tetapi jarang menyebabkan komplikasi serius.

Feline Calicivirus mempunyai beberapa strain, strain tertentu menyebabkan gejala


yang berbeda seperti luka (ulkus) pada telapak kaki dan mulut. Sebagian besar gejala yang
muncul biasanya suara menjadi serak, dan hilangnya nafsu makan. Replikasi calicivirus
terjadi pada jaringan oropharyngeal dan menyebar terutama pada epitel konjungtiva, hidung
dan rongga mulut termasuk lidah dan langit-langit mulut. Kemudian terjadi sitolisis pada
jaringan yang terinfeksi dengan cepat. Bentuk virulensi sistemik, gejala klinis yang muncul
terjadi akibat vaskulitis dan perkembangan koagulasi intravaskuler yang menyebar atau
gejala respon peradangan sistemik (systemic infammatory response syndrome).

Feline calicivirus dapat dicegah dengan cara vaksinasi. Vaksin calicivirus dapat
mencegah beberapa varian feline calicivirus. Jalur yang resisten selalu ada dan tidak dapat
diatasi oleh vaksin yang digunakan. Hewan yang sudah divaksin masih dapat menjadi karier
dan dapat membahayakan hewan disekitarnya. Kucing mulai divaksin pada umur 4 minggu
dengan vaksin inaktif untuk penyakit feline rhinotracheitis feline calicivirus dan feline
panleukopenia (cat distemper). Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengeliminasi
virus ini. Alfa-interferon dapat diberikan untuk menghambat replikasi virus. Biasanya kucing
dijaga senyaman mungkin dengan menjaga tetap hangat dan mengobati gejalanya. Kucing
yang terinfeksi feline calicivirus biasanya menyebabkan kehilangan rasa dari penciumannya
sehingga kucing akan kehilangan ketertarikan untuk makan, selain itu ulcer yang terdapat
pada mulut dapat menyebabkan kucing berhenti untuk makan. Hal ini tentunya dapat
mengakibatkan terjadinya malnutrisi dan dehidrasi sehingga pemberian cairan intravena perlu
dilakukan.
Feline chlamydiosis (Chlamydophila), dikenal juga dengan sebutan feline pneumonitis (Radang paru-
paru pada kucing), biasanya menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagian atas yang relatif
ringan tetapi kronis (lama). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia psitacii (Chlamydophila
felis). Tanda-tanda utama penyakit ini biasanya radang/sakit pada mata, disertai cairan kotoran mata
berlebihan. Infeksi ini menyebabkan juga pilek, bersin dan kesulitan bernafas yant disebabkan
radang paru-paru. Bila tidak diobati, infeksi bisa menjadi kronis, berlangsung selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan.

Selain bakteri Chlamydia, virus feline rhinotracheitis dan feline calicivirus termasuk organisme yang
menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagian atas pada kucing. Chlamydia menyebabkan
sekitar 10-15 % dari total kasus gangguan pernafasan pada kucing.

Penyebaran & penularan Chlamydophila pada kucing

Bakteri Chlamydia terdapat di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada sekitar 5 - 10 % dari
seluruh populasi kucing. Penyakit ini sering menyerang kucing muda (kitten umur 2 - 6 bulan),
tempat penampungan hewan atau tempat dengan populasi kucing lebih dari satu. Wabah sering
terjadi pada pemeliharaan kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang baik dan tempat/kandang
dengan ventilasi yang kurang.

Bakteri yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui cairan pilek atau kotoran
mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai berikut :

Kontak dengan objek yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, makanan, tempat
makan/minum, pakaian pemilik dan tangan pemilik.

Kontak dengan mulut, hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi.
Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter.

anda-tanda kucing sakit Chlamydiosis

Tanda-tanda penyakit ini baru muncul bila bakteri menyerang mata dan saluran pernafasan. Tanda-
tanda yang umum biasanya berupa :

Kurang/hilangnya nafsu makan

Batuk

Sesak nafas atau kesulitan bernafas

Demam

Radang paru-paru ( pada kitten umur 2-4 bulan dapat menyebabkan kematian)

Hidung berwarna merah disertai pilek

Bersin-bersin

Mata merah, bengkak dan berair

Perawatan & pengobatan Chlamydia

Temui dokter hewan untuk memastikan penyakit ini menyerang kucing anda dan mendapat obat
yang sesuai. Penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik tetrasiklin. Mata yang sakit dapat diobati
dengan salep mata yang mengandung tetrasiklin. Umumnya pengobatan berlangsung selama
beberapa minggu sampai 6 minggu tergantung keparahan penyakit.

Segera diobati sebelum mata mengalami kerusakan permanen. Hati-hati dengan jenis obat
tetes/antibiotik tertentu karena dapat memperparah kerusakan mata. Selalu konsultasikan dengan
dokter hewan

Selalu bersihkan mata dan hidung yang kotor, ini dapat mempercepat kesembuhan. Suapi kucing bila
nafsu makannya hilang. Kucing yang sakit harus diisolasi agar penyakitnya tidak menulari kucing lain.

Pencegahan Chlamydia

Vaksinasi tidak harus selalu 100 % melindungi kucing, tetapi dapat mengurangi keparahan Penyakit.
(kucingkita.com, drh. Neno WS)

Anda mungkin juga menyukai