Anda di halaman 1dari 23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF ILMU KEBIDANAN

RUMAH SAKIT BETHESDA LEMPUYANGWANGI

Nama Mahasiswa : Novia Christina Margareta Tanda Tangan

NIM : 11 2015 179

Dr. Pembimbing : Dr. Rahadjo, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. RT Jenis kelamin : Perempuan


Umur : 34 Tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (G1P0A0 ) Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMK
Alamat : Jogoyudan JT 3/707 Rt.38/009 JT Masuk Rumah Sakit : 12 September 2016
YK Kecamatan: Jetis Kelurahan: Gowongan

Nama suami : Tn. RC


Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jogoyudan JT 3/707 Rt.38/009 JT YK Kecamatan: Jetis
Kelurahan:Gowongan

1
I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 13 September 2016 Jam 10.00

1. Keluhan utama :
Keluarnya darah merah segar dari kemaluan sejak 1 jam SMRS

2. Riwayat Perjalanan Penyakit :


Seorang wanita datang ke IGD RSU BETHESDA LEMPUYANGWANGI dengan
keluhan keluarnya darah merah segar dari kemaluan sejak 1 jam SMRS. Keluhan diawali
dengan keluarnya flek-flek dari kemaluan sejak 2 minggu SMRS. Flek tersebut berwarna
kecoklatan dan tampak hanya seperti bercak-bercak yang tidak terlalu banyak. OS
kemudian pergi berobat ke puskesmas dan diberikan tiga macam obat, tetapi OS tidak
mengetahui jenis obat tersebut. OS rajin mengkonsumsi obat-obatan tersebut, tetapi
keluhan belum juga membaik. Kemudian 1 minggu SMRS OS pergi ke dokter spesialis
kandungan dan diberikan 2 macam obat yaitu obat penguat kandungan dan antibiotik. OS
tidak ingat apa nama obat tersebut. Pada malam 1 hari SMRS OS mengeluh adanya perut
kembung dan tidak bisa buang air kecil. Pagi hari SMRS keluhan OS yang awalnya keluar
flek-flek berubah menjadi gumpalan-gumpalan darah yang berwarna kecoklatan dan
cukup banyak hingga pada malam hari sekitar pukul 21.00 keluar darah merah segar dari
kemaluan OS yang mengalir cukup deras dan banyak.

3. Riwayat Haid

Haid pertama umur: 13 tahun

Siklus: teratur

Lama: 7 hari

Ganti pembalut per hari: 2 kali

4. Riwayat Perkawinan
Kawin: sudah

Kawin: 1 kali; dengan suami sekarang sudah 1 tahun

2
5. Riwayat Obstetrik
G1P0A0

I: hamil sekarang

6. Riwayat Ginekologi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat keputihan.

7. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien saat ini tidak menggunakan kontrasepsi

8. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyatakan tidak pernah mengalami keluhan serupa dan tidak terdapat riwayat
darah tinggi, asma, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal.

9. Riwayat Penyakit keluarga


Pasien menyatakan tidak terdapat riwayat darah tinggi, asma, kencing manis, penyakit
jantung, penyakit ginjal pada keluarga dan tidak ada yang pernah mengalami keluhan yang
serupa seperti pasien pada keluarga.

10. Riwayat Penggunaan Obat


Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu

II. PEMERIKSAAN JASMANI

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit, regular, kuat angkat

Suhu : 36,3o C

3
Tinggi badan : 158 cm

Berat Badan : 70 kg

Kulit : Sawo matang

Kepala : Normosefalus

Muka : Edema (-), sianosis (-), chloasma gravidarum (-)

Mata :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),


edema palpebral (-/-)

Hidung : Tidak ada kelainan

Mulut/ gigi : Caries dentis (-), gingivitis (-).

Leher : Tidak ada deformitas, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening

Dada :
Inspeksi: Bentuk thorax normal, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis simetris.

Palpasi: Pelebaran sela iga (-)

Pulmo Anterior Posterior

Inspeksi Bentuk thorax normal Pergerakan dinding dada simetris saat


Pergerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis.
statis dan dinamis, pernafasan
torakoabdominal, diameter antero-
posterior > lateral.
Palpasi Sela iga tidak melebar. Sela iga tidak melebar.
Fremitus vokal dan taktil simetris. Fremitus vokal dan taktil simetris.

Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Batas paru-hepar: Linea miclavicula SI
V, peranjakan hati 2 cm ke distal dari
batas paru hati.

4
Auskultasi Suara nafas dasar vesikuler normal , Suara nafas dasar vesikuler normal,
ronki (-/-), wheezing (-/-) ronki (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

Inspeksi : Ictus cordis terlihat di linea midclavicula sinistra SI V


Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra SI V
Perkusi : Batas kanan : Linea parasternalis dekstra SI IV
Batas atas : Linea midclavicula sinistra SI II
Batas kiri : linea midclavicula sinistra SI V
Auskultasi : BJ I-II murni regular, gallop (-), murmur (-).

Abdomen :
Inspeksi: datar, lesi (-), bekas luka op (-)
Palpasi : nyeri tekan(-), defens muskuler (-)
Perkusi: Timpani
Auskultasi: BU (+) Normal

Punggung : normal, lordosis (-), scoliosis (-), kifosis (-)

Refleks : patella (+/+)

Ekstremitas : edema (-), sianosis (-)

2. Payudara

Bentuk simetris, retraksi puting (-), cracked nipple (-), ASI (-)

3. Pemeriksaan perut

Sikatrik (-), striae gravidarum (-), linea nigra (-)

5
Leopold I : TFU tidak teraba

Leopold II : tidak dilakukan

Leopold III : tidak dilakukan

Leopold IV : tidak dilakukan

III. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


Pemeriksaan Luar
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae
(+), puting susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
Abdomen : Linea nigra (-), striae gravidarum (-), sikatrik (-), bekas
operasi laparotomi (-), TFU sulit dinilai
Periksa Dalam
- Fluksus (+), fluor (-)
- V/U/V : tak ada kelainan
- Portio : sebesar jempol tangan
- OUE terbuka 1 jari tangan, teraba jaringan
- Corpus uteri sebesar telur bebek
- Adnexa : tak ada kelainan
- Cavum Douglas : tak ada kelainan

IV. LABORATORIUM
Hemoglobin 12,1 12-16 gr/dL

Hematokrit 36,6 36-43 %

Leukosit 14,54 4000-10000 /mm3

Trombosit 454.000 150000-450000

Golongan darah O

6
Masa protrombin (PT) 10,4 10 – 12.5 detik

Masa tromboplastin (APTT) 25,20 20 – 35 detik

Ureum 20,9 10 – 50 mg/dL

Creatinin 0,56 0.5 – 1.5 mg/dL

Ast / SGOT 21,7 < 37 U/L

Alt / SGPT 17,6 < 47 U/L

Gula darah sewaktu (GDS) 93 70-200 mg/dL

HbsAg negatif Negative

V. PEMERIKSAAN LAIN
Ultrasonography (USG)
Massa amorf intrauterine uk. 2,6 x 1,5cm

VI. DAFTAR MASALAH


 DIAGNOSA KERJA
G1P0A0 10+2 Minggu dengan abortus inkompletus

 DIAGNOSA BANDING

Mola hidatidosa
Kehamilan ektopik terganggu

VII. RENCANA PERMULAAN

a. Rencana Terapi
1. Misoprostol 1 tub pervaginam
2. Ceftriaxon
3. Kaltrofen suppo 2
4. Kuretase dengan anestesi local

7
Tanggal 13 September 2016, Jam 09.30 WIB
Dilakukan kuretase
Anestesi pre-kuretase
- Lidokain 2 amp

Pemeriksaan Fisik Post kuretase :


 Keadaan Umum : tampak sakit sedang
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Frekuensi Nadi : 82 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36.8 0C

Diagnosis Post Curetage :


 G1P0A0 umur 34 tahun
 Post kuret a/i abortus inkompletus

Pengobatan post kuret :


 IVFD RL
 Cefixime 100mg no. X (2 kali sehari)
 Metronidazole 500mg no.XV (3 kali sehari)
 Asam mefenamat 500mg no.X (3 kali sehari)
 Kontrol tanggal 22 september 2016

b. Rencana Pendidikan
1. Jangan melakukan hubungan intim terlebih dahulu selama 1 minggu
2. Diperbolehkan hamil lagi setelah siklus mens berikutnya
3. 1 bulan sebelum rencana kehamilan minum asam folat dan vitamin B6
4. Ketika hamil nanti beristirahat yang cukup

Follow Up
22 September 2016, pukul 17.30 WIB
S : Kontrol setelah kuret, tidak ada keluhan
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis

8
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
A : G1P0A0, umur 34 tahun, Post kuret a/i abortus inkompletus
P :-

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
Abortus
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus
provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus
provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.1 Sedangkan kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh
yang tidak berwenang.2

B. Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal 3
dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa, bila perlu ditambah dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.

9
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.3
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu
Menurut Shiers (2003), disebut abortus dini bila abortus tejadi pada usia kehamilan <12
minggu dan >12 minggu disebut abortus lanjut. Abortus trimester satu biasanya
diakibatkan kelaian genetik atau penyakit autoimun yang diderita ibu, abortus trimester
dua biasanya disebabkan oleh kelainan uterus, dan abortus trimester tiga.4

C. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi insiden aborsi/keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke
dokter atau rumah sakit.5 Abortus banyak dilakukan oleh lebih dari separuh atau 57% wanita
yang berusia dibawah 25 tahun, bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia
dibawah 19 tahun dan belum menikah. Abortus seringkali terjadi pada trimester pertama
dibandingkan dengan trimester kedua dan tiga terutama yang disebabkan oleh kelainan
kromosom. Kelainan kromosom yang sering terjadi pada trimester pertama adalah autosomal
trisomy terutama kromosom 13, 16, 18, 21, dan 22.6

Gambar 1. Angka kejadian abortus yang disebabkan kelainan kromosom.6

10
D. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:7

1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama, yakni:
 Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan
kromosom (monosomi, trisomi, polipoidi).

Gambar 2. Persentase kejadian abortus disebabkan kelainan kromosom6


 Embrio dengan kelainan lokal
 Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2. Faktor maternal
 Infeksi
Infeksi maternal dapat embawa resiko bagi janin yangsedang berkembang,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:

11
a. Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
varicella zooster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan
ensefalomielitis.
ii. Bakteri misalnya Salmonella typhi
iii. Parasit misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium
 Penyakit vaskular
Misalnya hipertensi vaskuler
 Kelainan endokrin7
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid; defisiensi insulin.
 Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
 Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, mislanya trauma akibat pembedahan:
~Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidilatum
sebelum minggu ke-8.
~Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
 Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retroflexios uteri gravidi incarcerata.
 Faktor psikosomatik
Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.7
3. Factor paternal
 Peranan factor paternal belum banyak ditemukan studinya. Kelainan kromosom
pada sperma dan usia yang cukup tua dapat meningkatkan resiko terjadinya
aborsi. Resiko dapat menurun sebelum usia 25 tahun, dan setelahnya akan
meningkat dengan interval 5 tahun.6
4. Faktor eksternal
 Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merudak
janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
 Obat-obatan

12
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
 Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.7

E. Patogenesis & Patofisiologi


Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabkan nekrosis jaringan.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi
tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi
dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus
dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14
minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran
janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering
menimbulkan perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin
biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya
lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu kantong
amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang bentuknya masih belum
jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel
tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur
dari ibu ke anak.3,6

F. Gejala klinik
Gejala klinik yang sering ditemukan pada abortus seperti :8
 Keluarnya darah dari kemaluan selama beberapa hari sampai minggu
 Keram dan nyeri perut

13
 Nyeri belakang punggung sampai pinggang
 Rasa tidak nyaman pada daerah suprapubic
 Sering disertai adanya demam8

G. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter 2-3 mm.
Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm, kantung telur 3-8
mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 10 mm, embrio 2-3
mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi
20 mm, terlihat bagian kepala dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu,
diameter kantung gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb
buds. Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas.
Pada usia gestasi 10 inggu, telah terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan
osifikasi tulang, pada usia gestasi 11, usus telah terbentuk dan struktur lainnya
cenderung telah terbentuk dengan baik. Abortus dapat ditegakkan dari USG
transabdominal bila pada embrio >8 mm tidak ditemukan aktivitas jantung.9

H. Diagnosis1
1. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup besarnya masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes
kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormone hCG pada urin dengan cara melakukan
tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10.
Bila hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila
pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya dubia ad malam.
Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang

14
diberikan. Bila ibu masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan
harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.1
2. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri
dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang
sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif.
3. Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan
USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
4. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian hasil konsepsi masih
tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh
dalam keadaan anemia dan syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.1
5. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan. Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada

15
payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan
abortus iminens yang kemudian merasa semuh, tetapi pertumbuhan janin
terhenti.pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
6. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran/ abortus berturut-turut. Salah satu
penyebab yang paling sering dijumpai adalah inkompetensia serviks.
7. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus
septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
atau perineum (septikemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan
kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis ditegakkan dengan
dengan anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak
menggunakan peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas tinggi,
tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
yang membesar dan lembut serta nyeri tekan. Bila sampai terjadi sepsis dan syok,
penderita akan tampak lelah, panas tinggi, mengigil, dan tekanan darah turun.1

8. Diagnosis banding 3,6,10


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - Perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+), fetal
flek-flek movement (+), fetal
- nyeri perut ringan heart movement (+)
- keluar jaringan (-)
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipien dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+), fetal

16
- nyeri perut berat movement (+/-), fetal
- keluar jaringan (-) heart movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan masih positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan masih menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil konsepsi
(-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+), fetal
seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
mola sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
mola

17
- Perdarahan banyak / - DJJ (-) - USG : adanya
sedikit pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin
ovum flek-flek kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba

9. Penatalaksanaan11
 Tatalaksana umum
o Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
o Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana syok. Jika tidak terlihat

18
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat dengan
cepat memburuk.
o Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
• Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
• Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
o Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
o Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
o Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11

 Tatalaksana khusus
 Abortus Iminens
 Pertahankan kehamilan.
 Tidak perlu pengobatan khusus.
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
 Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
 Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG.
Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
 Abortus Insipiens
 Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa
tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
 Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
• Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
• Rencanakan evakuasi segera.
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
19
• Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan
evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
• Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
 Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
 Abortus Inkomplit
 Lakukan konseling.
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
 Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual
(AVM) adalah metode yang dianjurkan. Aspirasi Vakum Manual
(AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi
pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa
konsepsi dari kavum uteri dengan tekanan negatif (vakum) sebesar
1 atm atau 660 mmHg.Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia .
 Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
 Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

20
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
 Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil
konsepsi pada sampel kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau
rujuk untuk memeriksa kemungkinan adanya kehamilan
ektopik.
 Abortus Komplit
 Tidak diperlukan evakuasi lagi.
 Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
 Observasi keadaan ibu.
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600
mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
 Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
 Missed Abortion
 Lakukan konseling.
 Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau
sendok kuret.
 Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan
serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang
abortus dan sendok kuret.
 Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks.
Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl
0,9%/ Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi,
evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
 Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

21
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.11
10. Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung pada jumlah
perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens juga baik. Pada abortus
insipient, inkomplit, dan komplit, prognosis sang ibu baik.12

22
Daftar pustaka

1. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan pada


kehamilan muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.h.461-74.
2. Manoe IMS. M., Rauf S., Usmany H. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
Dan Ginekologi: Abortus, FKUH RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo, Ujung Pandang;
1999.h.97-103.
3. Toth B, Jeschke U, Rogenhofer N, Scholz C, Wufel W, Thaler CJ, et al. Recurrent
miscarriage: current concepts in diagnosis and treatment. Journal of Reproductive
Immunology 2010; 12(6): 1-8.
4. Norwitz, E.R., Schorge, J.O. Dalam At a Glance Obstetri dan Ginekologi: Ilmu
Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi. Ed. 2. Jakarta : EGC; 2008.
5. Mochtar R. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan dalam Sinopsis Obstetri, Jilid
1. EGC: Jakarta; 2005.h. 209-14.
6. Cunningham. Recurrent Miscarriage: Abortion. Mark E (editor), In: Williams
Obstetrics 24th Edition. New York: McGraw-Hil Companies, Inc. 2014.h.719-37.
7. Sulaiman S. Ilmu kesehatan reproduksi: obstetri patologi. Jakarta: EGC; 2005.h.1-9.
8. Ani T, Ika P, Rita A, et all. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta:
Deepublish; 2015.h. 67-8.
9. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetrics
Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003.
10. Evans & Arthur T. Manual of Obstetric 7th. Lippincott Williams and Wilkins. 2007.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. 2013.h. 84-8.
12. Chris T, I Putu. Dalam Kapita Selekta: Perdarahan pada Kehamilan Muda. Edisi ke-4.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014.h.423.

23

Anda mungkin juga menyukai