KEPANITERAAN KLINIK
IDENTITAS PASIEN
1
I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 13 September 2016 Jam 10.00
1. Keluhan utama :
Keluarnya darah merah segar dari kemaluan sejak 1 jam SMRS
3. Riwayat Haid
Siklus: teratur
Lama: 7 hari
4. Riwayat Perkawinan
Kawin: sudah
2
5. Riwayat Obstetrik
G1P0A0
I: hamil sekarang
6. Riwayat Ginekologi
1. Pemeriksaan Umum
Suhu : 36,3o C
3
Tinggi badan : 158 cm
Berat Badan : 70 kg
Kepala : Normosefalus
Leher : Tidak ada deformitas, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening
Dada :
Inspeksi: Bentuk thorax normal, gerakan dinding dada saat statis dan dinamis simetris.
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Batas paru-hepar: Linea miclavicula SI
V, peranjakan hati 2 cm ke distal dari
batas paru hati.
4
Auskultasi Suara nafas dasar vesikuler normal , Suara nafas dasar vesikuler normal,
ronki (-/-), wheezing (-/-) ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
Abdomen :
Inspeksi: datar, lesi (-), bekas luka op (-)
Palpasi : nyeri tekan(-), defens muskuler (-)
Perkusi: Timpani
Auskultasi: BU (+) Normal
2. Payudara
Bentuk simetris, retraksi puting (-), cracked nipple (-), ASI (-)
3. Pemeriksaan perut
5
Leopold I : TFU tidak teraba
IV. LABORATORIUM
Hemoglobin 12,1 12-16 gr/dL
Golongan darah O
6
Masa protrombin (PT) 10,4 10 – 12.5 detik
V. PEMERIKSAAN LAIN
Ultrasonography (USG)
Massa amorf intrauterine uk. 2,6 x 1,5cm
DIAGNOSA BANDING
Mola hidatidosa
Kehamilan ektopik terganggu
a. Rencana Terapi
1. Misoprostol 1 tub pervaginam
2. Ceftriaxon
3. Kaltrofen suppo 2
4. Kuretase dengan anestesi local
7
Tanggal 13 September 2016, Jam 09.30 WIB
Dilakukan kuretase
Anestesi pre-kuretase
- Lidokain 2 amp
b. Rencana Pendidikan
1. Jangan melakukan hubungan intim terlebih dahulu selama 1 minggu
2. Diperbolehkan hamil lagi setelah siklus mens berikutnya
3. 1 bulan sebelum rencana kehamilan minum asam folat dan vitamin B6
4. Ketika hamil nanti beristirahat yang cukup
Follow Up
22 September 2016, pukul 17.30 WIB
S : Kontrol setelah kuret, tidak ada keluhan
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
8
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
A : G1P0A0, umur 34 tahun, Post kuret a/i abortus inkompletus
P :-
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Abortus
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus
provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus
provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.1 Sedangkan kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh
yang tidak berwenang.2
B. Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal 3
dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa, bila perlu ditambah dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.
9
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.3
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu
Menurut Shiers (2003), disebut abortus dini bila abortus tejadi pada usia kehamilan <12
minggu dan >12 minggu disebut abortus lanjut. Abortus trimester satu biasanya
diakibatkan kelaian genetik atau penyakit autoimun yang diderita ibu, abortus trimester
dua biasanya disebabkan oleh kelainan uterus, dan abortus trimester tiga.4
C. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi insiden aborsi/keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke
dokter atau rumah sakit.5 Abortus banyak dilakukan oleh lebih dari separuh atau 57% wanita
yang berusia dibawah 25 tahun, bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia
dibawah 19 tahun dan belum menikah. Abortus seringkali terjadi pada trimester pertama
dibandingkan dengan trimester kedua dan tiga terutama yang disebabkan oleh kelainan
kromosom. Kelainan kromosom yang sering terjadi pada trimester pertama adalah autosomal
trisomy terutama kromosom 13, 16, 18, 21, dan 22.6
10
D. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:7
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama, yakni:
Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan
kromosom (monosomi, trisomi, polipoidi).
11
a. Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
varicella zooster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan
ensefalomielitis.
ii. Bakteri misalnya Salmonella typhi
iii. Parasit misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium
Penyakit vaskular
Misalnya hipertensi vaskuler
Kelainan endokrin7
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid; defisiensi insulin.
Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, mislanya trauma akibat pembedahan:
~Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidilatum
sebelum minggu ke-8.
~Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retroflexios uteri gravidi incarcerata.
Faktor psikosomatik
Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.7
3. Factor paternal
Peranan factor paternal belum banyak ditemukan studinya. Kelainan kromosom
pada sperma dan usia yang cukup tua dapat meningkatkan resiko terjadinya
aborsi. Resiko dapat menurun sebelum usia 25 tahun, dan setelahnya akan
meningkat dengan interval 5 tahun.6
4. Faktor eksternal
Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merudak
janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
Obat-obatan
12
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.7
F. Gejala klinik
Gejala klinik yang sering ditemukan pada abortus seperti :8
Keluarnya darah dari kemaluan selama beberapa hari sampai minggu
Keram dan nyeri perut
13
Nyeri belakang punggung sampai pinggang
Rasa tidak nyaman pada daerah suprapubic
Sering disertai adanya demam8
G. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter 2-3 mm.
Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm, kantung telur 3-8
mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 10 mm, embrio 2-3
mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi
20 mm, terlihat bagian kepala dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu,
diameter kantung gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb
buds. Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas.
Pada usia gestasi 10 inggu, telah terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan
osifikasi tulang, pada usia gestasi 11, usus telah terbentuk dan struktur lainnya
cenderung telah terbentuk dengan baik. Abortus dapat ditegakkan dari USG
transabdominal bila pada embrio >8 mm tidak ditemukan aktivitas jantung.9
H. Diagnosis1
1. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup besarnya masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes
kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormone hCG pada urin dengan cara melakukan
tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10.
Bila hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila
pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya dubia ad malam.
Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang
14
diberikan. Bila ibu masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan
harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.1
2. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri
dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang
sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif.
3. Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan
USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
4. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian hasil konsepsi masih
tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh
dalam keadaan anemia dan syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan.1
5. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan. Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
15
payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan
abortus iminens yang kemudian merasa semuh, tetapi pertumbuhan janin
terhenti.pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan.
6. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran/ abortus berturut-turut. Salah satu
penyebab yang paling sering dijumpai adalah inkompetensia serviks.
7. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus
septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
atau perineum (septikemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan
kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis ditegakkan dengan
dengan anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak
menggunakan peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda panas tinggi,
tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
yang membesar dan lembut serta nyeri tekan. Bila sampai terjadi sepsis dan syok,
penderita akan tampak lelah, panas tinggi, mengigil, dan tekanan darah turun.1
16
- nyeri perut berat movement (+/-), fetal
- keluar jaringan (-) heart movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan masih positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan masih menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil konsepsi
(-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+), fetal
seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
mola sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
mola
17
- Perdarahan banyak / - DJJ (-) - USG : adanya
sedikit pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin
ovum flek-flek kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba
9. Penatalaksanaan11
Tatalaksana umum
o Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
o Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana syok. Jika tidak terlihat
18
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat dengan
cepat memburuk.
o Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
• Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
• Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
o Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
o Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
o Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11
Tatalaksana khusus
Abortus Iminens
Pertahankan kehamilan.
Tidak perlu pengobatan khusus.
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG.
Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
Abortus Insipiens
Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa
tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
• Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
• Rencanakan evakuasi segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
19
• Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan
evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
• Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Abortus Inkomplit
Lakukan konseling.
Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual
(AVM) adalah metode yang dianjurkan. Aspirasi Vakum Manual
(AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi
pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa
konsepsi dari kavum uteri dengan tekanan negatif (vakum) sebesar
1 atm atau 660 mmHg.Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia .
Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
20
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil
konsepsi pada sampel kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau
rujuk untuk memeriksa kemungkinan adanya kehamilan
ektopik.
Abortus Komplit
Tidak diperlukan evakuasi lagi.
Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
Observasi keadaan ibu.
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600
mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
Missed Abortion
Lakukan konseling.
Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau
sendok kuret.
Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan
serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang
abortus dan sendok kuret.
Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks.
Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl
0,9%/ Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi,
evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
21
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.11
10. Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung pada jumlah
perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens juga baik. Pada abortus
insipient, inkomplit, dan komplit, prognosis sang ibu baik.12
22
Daftar pustaka
23