Anda di halaman 1dari 9

1.

MM konjungtivitis
1.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan
oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu
(Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz,
2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan
agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV
dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif
(Therese, 2002).

3.2 Etiologi

1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab
yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan
Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai


mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan
keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus
adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus
yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus
Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalui di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas,
2008).

3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi
musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan
dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan
konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010).

Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh- tumbuhan
biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan disertai dengan
rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering
disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis
atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis
papilar rak pada pengguna lensa- kontak atau mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).

4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun
yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun
jarang (Vaughan, 2010).

5. Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis,
Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium,
Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

6. Konjungtivitis zat kimia atau iritatif


Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi- substansi iritan yang
masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam,
alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala- gejala berupa nyeri, pelebaran
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka
panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan
pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi
dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan (Vaughan,
2010).

3.3 Klasifikasi

1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada
mata dan iritasi mata.

2. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri.

3. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai olehsistem imun
(Cuvillo et al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.

4. Konjungtivitis Parasit
5. Konjungtivitis Jamur
6. Kinjungtivitis Kimia

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran
klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
3. Konjuntivitis Membran
4. Konjungtivitis Folikular
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Flikten

1. Konjungtivitis Kataral

Etiologi

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,
Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya
Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia
yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik
dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone,


tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya).
Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila


penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin,
kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat
anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang
berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua
kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan
golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral.


Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya
pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat diruang


isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

 AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta
IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

 AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
3. Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan


infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta
infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu
membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik,


diberikan antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam
dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000
unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit.
Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria
20.000 unit 2 hari berturut-turut.

4. Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis


klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui
penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

a. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.Gejala radang mata timbul akut dan selalu
pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan,
kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis.
Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru
timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang
akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu,
berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid
atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

b. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3

Gambaran Klinis
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.Terdapat demam, disamping tanda-
tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat
membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat
infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya
konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

c. Konjungtivitis Hemoragik Akut


Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa
gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian
diikuti peradangan akut mata yang lain.Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang
sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid
atau antibiotik.

d. Konjungtivitis New Castle


Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari Konjungtivitis ini biasanya mengenai
orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi,
tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior.
Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya
disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.

e. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat
pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran
kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.
Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

f. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan


Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di
daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan
kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana
akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur
berwarna abu-abu.
3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat
diberikan juga sulfonamid oral.

5. Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :

a. Bentuk Palpebra
Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior,
terdapat pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone yang diliputi secret yang
mukoid. Konjungtiva bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat
disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan
bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan dengan kapiler di tengahnya.
b. Bentuk Limbal
Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik
gelatine. Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil
di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan sedikit eosinophil

Patofisiologi
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial yang
banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai
hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat
proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali.
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga
terbentuklah gambaran cobblestone.
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan
sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada
konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada
konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik. Limbus konjungtiva juga
memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal.
Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan
menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells.

Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan
ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh
satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta
pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma
oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.

Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit makrofag. Sel
mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial. Dalam hal ini
hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam
membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan eosinofil
dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas
jaringan.

Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,
hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara
keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasi
jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang
luas. Horner- Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil,
debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.

Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis vernalis ditegakan berdasarkan :

Gejala klinis

Keluhan utama adalah gatal yang menetap, disertai oleh gejala fotofobia, berair dan
rasa mengganjal pada kedua mata. Adanya gambaran spesifik pada konjungivitis ini
disebabkan oleh hiperplasi jaringan konjungtiva di daerah tarsal, daerah limbus atau
keduanya. Selanjutnya gambaran yang tampak akan sesuai dengan perkembangan penyakit
yang memiliki bentuk yaitu palpebral ataupun bentuk limbal.

Bentuk palpebral hamper terbatas pada konjungtiva tarsalis superior dan terdapat
cobble stone. Ini banyak terjadi pada anak yang lebih besar. Cobble stone ini dapat demikian
berat sehingga timbul pseudoptosis.

Bentuk limbal disertai hipertrofi limbus yang dapat disertai bintik- bintik yang sedikit
menonjol keputihan dikenal sebagai Horner- Trantas dot’s. Ini banyak terjadi pada anak- anak
yang lebih kecil. Penebalan konjungtiva palpebra superior akan menghasilkan
pseudomembran yang pekat dan lengket, yang mungkin bias dilepaskan tanpa timbul
perdarahan.

Eksudat konjungtiva sangat spesifik, berwarna putih susu kental, lengket, elastic dan
fibrinous. Peningkatan sekresi mucus yang kental dan adanya peningkatan jumlah asam
hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal ini memberikan keluhan adanya
sensasi seperti ada tali atau cacing pada matanya.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk
mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan
granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik
bebas.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

6. Konjungtivitis Flikten

Etiologi

a. Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas
tipe IV).
b. Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi
c. Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat
juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat
mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan
penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus
sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan

a. Usahakan mencari penyebab primernya


b. Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep
c. Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat
infeksi bakteri sekunder.
7. Konjungtivitis Sika

Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air


mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau
hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun
lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat
gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak
kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi,
hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada
forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

Komplikasi

Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi
kornea.
Penatalaksanaan

Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya.
Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea
dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi
drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.

Anda mungkin juga menyukai