Anda di halaman 1dari 22

USULAN PERANCANGAN KAPAL

PERANCANGAN KAPAL FIRE RESCUE


UNTUK PEMADAMAN KEBAKARAN AREA SUNGAI WONOKROMO

PENGUSUL

NUR AZIZAH NRP : 6613040032

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2015

1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Perancangan Kapal Fire Rescue untuk Pemadaman
Kebakaran Area Sungai Wonokromo
Kode/Nama Rumpun Ilmu :
Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap : Nur Azizah
b. NRP : 6613040032
c. Jabatan Fungsional : Mahasiswa
d. Program Studi : Teknik Desain dan Manufaktur
e. Alamat : Jl. Gebang Kidul No. 83 Surabaya
e. Nomor HP : 085856490979
f. Alamat surel (e-mail) : nurazizah.dm@gmail.com

Anggota Peneliti (1)


a. Nama Lengkap : ……………………………………………………..
b. NIDN :………………………………………………………
c. Perguruan Tinggi : ………………………………………………………

Anggota Peneliti (2)


a. Nama Lengkap : …………………………………………………………
b. NIDN : …………………………………………………………
c. Perguruan Tinggi : …………………………………………………………

Biaya Penelitian : - diusulkan ke DIKTI Rp. …………….


- dana internal PT Rp. ………………
- dana institusi lain Rp. …………….
- inkind sebutkan …………………

Surabaya, 27 – Desember - 2015

Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Desain dan Manufaktur Ketua Peneliti,

Fais Hamzah, ST, M.T. Nur Azizah


NIP : 196005171988031003 NRP : 6613040032

Menyetujui,
Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PPNS

Ir. Arie Indartono, M.M.T


NIP : 196601151991031003

2
DAFTAR ISI

Isi Halaman
Sampul ............................................................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
RINGKASAN.................................................................................................................. 4
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 5
1.1. Latar belakang ................................................................................................... 5
1.2. Perumusan masalah ........................................................................................... 6
1.3. Tujuan................................................................................................................ 6
1.4. Manfaat .............................................................................................................. 6
1.5. Batasan masalah ................................................................................................ 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 8
2.1 Peraturan Tentang Pemadaman Api .................................................................. 8
2.2 Faktor Geografis Sungai ................................................................................... 12
2.3 Kapal Fire Rescue ............................................................................................. 12
2.4 Tahanan Kapal ................................................................................................ 12
2.5 Rencana Umum ............................................................................................... 13
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................................... 15
3.1 Tahapan-Tahapan Penelitian .............................................................................. 15
3.2 Analisis Kebutuhan Desain ................................................................................ 16
3.2.1 Perangkat Keras (Hardware) .................................................................... 16
3.2.2 Perangkat Lunak (Software)...................................................................... 16
3.3 Desain dan Perencanaan Sistem ......................................................................... 16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 17
BAB 5. PENUTUP .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

3
RINGKASAN

Dalam hubungannya dengan penanganan kebakaran di area padat penduduk di


bantaran sungai yang sulit dijangkau dengan transportasi darat merupakan
solusi agar bencana kebakaran dapat ditangani dengan lebih cepat. Faktor
geografis area sungai di Surabaya memunculkan kesulitan-kesulitan dalam
mendesain kapal pemadam api melalui sungai ini. Banyaknya bangunan diatas
air seperti jembatan misalnya, dan masalah-masalah sosial yang mungkin muncul
juga merupakan kendala. Kapal pemadam api melalui sungai ini harus memiliki
kemampuan manuver dan kecepatan yang bagus. Dilengkapi dengan sistem
pompa untuk memadamkan api. Pompa disesuaikan dengan kemungkinan
kebakaran yang akan dipadamkan. Hal ini perlu diperhatikan dengan
memperhitungkan faktor geografis, social, dan ekonomis kapal. Sehingga desain
menghasilkan kapal yang efektif dan efisien.
Keyword : fireboat, kebakaran, sungai, pemukiman, kecepatan.

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia dengan
total penduduk berdasarkan sensus 2010 sebanyak 237,556,363 jiwa. Dengan kepadatan
mencapai 124.66 jiwa / km2. Luas laut Indonesia mencapai dua pertiga dari luas
daratanya. Total luas daratan Indonesia mencapai 1,919,440 km². Indonesia juga
menjadi wilayah yang memiliki banyak sungai. Hal tersebut tentunya membuat bantaran
sungai juga ditempati pemukiman penduduk. Salah satunya adalah sungai-sungai di
Surabaya, Jawa Timur. Bantaran sungai-sungai di Surabaya dipadati penduduk. Selain
karena semakin banyaknya penduduk di Surabaya yang sebagian besar pendatang,
semakin langkanya lahan untuk mendirikan rumah juga menjadi faktor.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah ketika rumah-rumah pemukiman di
area sungai tersebut semakin padat, sehingga transportasi semakin sulit. Transportasi
sangat penting untuk area penduduk. Terutama jika ada bencana kebakaran. Mobil
pemadam api akan sulit mencapai titik api jika transportasi sulit. Hal ini tentu akan
merugikan warga sendiri, juga lingkungan kota.

Gambar 1.1. Salah satu area bantaran sungai di Surabaya yang dipadati pemukiman.
Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut adalah dengan
bekerja sama dengan armada pemadam api dalam usaha peningkatkan kewaspadaan dan
5
penanggulangan bencana api di area bantaran sungai dengan mengadakan kapal
pemadam api di daerah tersebut.

Gambar 1.2. Kapal pemadam api.


Dalam usaha peningkatan kewaspadaan tentunya diperlukan suatu alat transportasi
yang dapat memenuhi fungsi untuk pengamanan di area bantaran sungai. Dipelukan
suatu kapal dengan kemampuan kecepatan yang lebih tinggi dan kemampuan deteksi
radar serta komunikasi yang lebih canggih untuk memperlancar usaha tersebut agar
kebakaran di area bantaran sungai di Surabaya dapat ditanggulangi secara cepat
sehingga tidak merugikan banyak pihak.

1.2. Perumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang dijabarkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana membuat desain fire rescue boat dengan mempertimbangkan faktor
kecepatan pada kapal?
1.2.2. Berapa kebutuhan bahan bakar saat kapal melakukan operasi pemadaman?

1.3. Tujuan
Tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.3.1. Membuat basic design kapal fire rescue dengan mempertimbangkan faktor
kecepatan yang dapat ditempuh oleh kapal.
1.3.2. Mendapatkan jumlah kebutuhan bahan bakar pada saat kapal melakukan operasi
pemadaman.

1.4. Manfaat

6
Manfaat dari penelitian adalah:
1.4.1. Membuat desain fire rescue boat dengan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan
dan karaktristik sungai-sungai di Surabaya.
1.4.2. Sebagai sarana meningkatkan kewaspadaan dan keamanan wilayah sungai di
Surabaya dari bencana kebakaran.
1.4.3. Pengembangan ilmu pengetahuan untuk menunjang Industri Kemaritiman.

1.5. Batasan Masalah


Batasan dari kegiatan penelitian ini adalah:
1.5.1. Basic design kapal yang dibuat hanya sebatas lines plan dan rencana umum kapal.
1.5.2. Tidak melakukan survey langsung topography dan hidrology, termasuk
kedalaman, kecepatan arus air sungai serta kekuatan angin sungai, tetapi data
memakai data survey dari beberapa sumber.
1.5.3. Tidak membahas kebutuhan material secara detail termasuk kebutuhan plat, profil,
pipa, dan komponen peralatan kapal lainnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peraturan Tentang Pemadaman Api


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008,
Tanggal 30 Desember 2008, berikut peraturan-peraturan yang mengenai pemadaman
api:
2.1. UMUM.
Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran harus memenuhi
persyaratan dalam bab ini.
2.2. LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG.
2.2.1. Lingkungan Perumahan, Perdagangan, Industri dan/atau Campuran.
2.2.1.1. Lingkungan tersebut di atas harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau
reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam
kebakaran untuk menggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan
gedung dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari
jalan di lingkungannya.
2.2.1.2. Setiap lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana
komunikasi umum yang dapat dipakai setiap saat untuk memudahkan
penyampaian informasi kebakaran.
2.2.2. Jalan Lingkungan.
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan
memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan
gedung harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat
dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.
2.2.3. Jarak Antar Bangunan Gedung.
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus
disediakan jalur akses mobil pemadam kebakaran dan ditentukan jarak
minimum antar bangunan gedung.
Jarak minimum antar bangunan gedung tersebut tidak dimaksudkan untuk
menentukan garis sempadan bangunan gedung.
Garis sempadan bangunan gedung tetap mengikuti ketentuan rencana tata
8
ruang wilayah yang berlaku di kabupaten/kota atau Provinsi DKI Jakarta.
2.3. AKSES PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KE LINGKUNGAN.
2.3.1. Akses Kendaraan Pemadam Kebakaran.
2.3.1.1. Akses kendaraan pemadam kebakaran harus disediakan dan dipelihara
sesuai persyaratan teknis ini.
2.3.1.2. Cetak biru akses jalan untuk kendaraan pemadam kebakaran sebaiknya
disampaikan kepada Instansi pemadam kebakaran untuk dikaji dan diberi
persetujuan sebelum dilakukan konstruksinya.
2.3.2. Akses ke Bangunan Gedung atau Lingkungan Bangunan Gedung.
2.3.2.1. Sambungan Siamese .
Otoritas berwenang setempat (OBS) memiliki kewenangan untuk
mengharuskan pemilik/ pengelola bangunan gedung menyediakan
sambungan siamese yang dipasang di lokasi dimana akses ke atau di
dalam bangunan gedung atau lingkungan bangunan gedung menjadi sulit
karena alasan keamanan.
2.3.2.2. Akses ke Bagian Pintu Masuk atau Pintu Lokasi Pembangunan
Gedung.
OBS memiliki kewenangan untuk mengharuskan pemilik bangunan gedung
menyediakan akses untuk pemadam kebakaran lewat bagian pintu masuk
atau pintu lokasi pembangunan gedung dengan pemakaian peralatan atau
sistem yang disetujui.
2.3.2.3. Pemeliharaan Akses.
Pemilik atau penghuni bangunan gedung dengan adanya akses
sebagaimana diesebut dalam butir 2.3.2.1 dan butir 2.3.2.2 harus
memberitahu OBS manakala akses tersebut diubah sedemikian rupa
sehingga bisa menghambat akses pemadam kebakaran ke lokasi
bangunan gedung.
2.3.3. Jalan Akses Pemadam Kebakaran.
2.3.3.1. Akses yang dipersyaratkan.
2.3.3.1.1 Jalan akses pemadam kebakaran yang telah disetujui harus disediakan
pada setiap fasilitas, bangunan gedung, atau bagian bangunan gedung
setelah selesai dibangun atau direlokasi.
2.3.3.1.2 Jalan akses pemadam kebakaran meliputi jalan kendaraan, jalan untuk
pemadam kebakaran, jalan ke tempat parkir, atau kombinasi jalan-jalan
tersebut.
9
2.3.3.1.3 Apabila tidak ada garasi untuk rumah tinggal untuk satu atau dua keluarga,
atau garasi pribadi, tempat parkir, gudang/bangsal, bangunan gedung
pertanian atau bangunan gedung gandeng atau bangunan gedung seluas
(37 m2) 400 ft2 atau kurang, maka ketentuan sebagaimana tersebut dalam
butir 2.3.2.1 dan butir 2.3.2.2 diizinkan untuk dimodifikasi oleh OBS.
2.3.3.1.4 Apabila jalan akses pemadam kebakaran tidak dapat dibangun karena
alasan lokasi, topografi, jalur air, ukuran-ukuran yang tidak dapat
dinegosiasi, atau kondisi-kondisi semacam itu, maka pihak yang berwenang
bisa mensyaratkan adanya fitur proteksi kebakaran tambahan.
2.3.3.2. Jalur Akses Lebih dari Satu.
Jalur akses pemadam kebakaran lebih dari satu bisa disediakan apabila
ditentukan oleh OBS dengan pertimbangan bahwa jalan akses tunggal
kurang bisa diandalkan karena kemacetan lalu lintas, kondisi ketinggian,
kondisi iklim, dan faktor-faktor lainnya yang bisa menghalangi akses
tersebut.
2.3.3.3. Penutupan Jalur Akses.
2.3.3.3.1 OBS memiliki kewenangan untuk mensyaratkan pemasangan dan
pemeliharaan gerbang atau penghalang-penghalang yang disetujui
sepanjang jalan, jalan kecil atau jalan terusan lainnya, tidak termasuk jalanjalan umum,
gang untuk umum atau jalan besar.
2.3.3.3.2 Apabila diperlukan, pintu gerbang dan penghalang-penghalang tersebut
harus diberi pengaman secara rapih.
2.3.3.3.3 Jalan-jalan, jalan kecil, dan jalan terusan yang telah ditutup dan dihalangi
sebagaimana disebutkan pada butir 2.3.3.3.1 tidak boleh diterobos atau
digunakan kecuali jika ada izin dari pemilik atau OBS.
2.3.3.3.4 Pejabat publik yang bertugas sesuai bidang tugasnya, diperbolehkan untuk
memasuki lingkungan yang disebutkan pada butir 2.3.3.3.1.
2.3.3.3.5 Pengunci, gerbang, pintu-pintu, penghalang, kunci, penutup, tanda-tanda,
label atau segel yang telah dipasang oleh unit pemadam kebakaran atau
atas instruksinya atau dibawah kendalinya, tidak boleh dipindahkan, dibuka,
dibongkar, dirusak atau diperlakukan tidak dengan baik.
2.3.3.3.6 Pejabat publik atas izin OBS, dan bertugas sesuai dengan bidang
tugasnya, diperkenankan memperoleh akses melalui cara-cara
sebagaimana disebutkan pada butir 2.3.3.3.1.
2.3.4. Lapis Perkerasan (hard standing) dan Jalur Akses masuk (access
10
way).
2.3.4.1. Di setiap bagian dari bangunan gedung hunian di mana ketinggian lantai
hunian tertinggi diukur dari rata-rata tanah tidak melebihi 10 meter, maka
tidak dipersyaratkan adanya lapis perkerasan, kecuali diperlukan area
operasional dengan lebar 4 meter sepanjang sisi bangunan gedung tempat
bukaan akses diletakkan, asalkan ruangan operasional tersebut dapat
dicapai pada jarak 45 meter dari jalur masuk mobil pemadam kebakaran.
2.3.4.2. Dalam tiap bagian dari bangunan gedung (selain bangunan gedung rumah
tinggal satu atau dua keluarga), perkerasan harus ditempatkan sedemikian
rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses pemadam kebakaran
pada bangunan gedung.
Perkerasan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan
manuver mobil pemadam, snorkel, mobil pompa dan mobil tangga dan
platform hidrolik serta mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
(1) . Lebar minimum lapis perkerasan 6 meter dan panjang minimum 15
meter. Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk
lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh kurang dari 4
meter.
(2). Lapis perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi terdekat
tidak boleh kurang dari 2 meter atau lebih dari 10 meter dari pusat
posisi akses pemadam kebakaran diukur secara horizontal.
(3). Lapis perkerasan harus dibuat dari metal, paving blok, atau lapisan
yang diperkuat agar dapat menyangga beban peralatan pemadam
kebakaran. Persyaratan perkerasan untuk melayani bangunan gedung
yang ketinggian lantai huniannya melebihi 24 meter harus dikonstruksi
untuk menahan beban statis mobil pemadam kebakaran seberat 44
ton dengan beban plat kaki (jack) seperti terlihat pada contoh gambar
2.3.4.2.(3)
(4). Lapis perkerasan harus dibuat sedatar mungkin dengan kemiringan
tidak boleh lebih dari 1 : 8,3.
(5). Lapis perkerasan dan jalur akses tidak boleh melebihi 46 m dan bila
melebihi 46 harus diberi fasilitas belokan.

11
2.2. Faktor Geografis
Beberapa faktor kondisi geografis Sungai Wonokromo di Surabaya yang perlu
diperhatikan dalam membuat desain kapal pemadam api antara lain:
 Terdapat banyak pemukiman dan sampah
 Terdapat beberapa bangunan pintu air
 Pendangkalan di beberapa tempat
 Terdapat beberapa jembatan yang ketinggian relatif rendah
 Beberapa perusahaan negara, pemda, dan beberapa banyak memanfaatkan air
sungai, sehingga perlu diinvestigasi
 Sungai digunakan juga sebagai sarana transportasi masyarakat sehingga ada
kemungkinan terjadi gesekan sosial.

2.3. Kapal Fire Rescue


Kapal pemadam kebakaran adalah perahu khusus dengan pompa dan nozel
dirancang untuk menangani kebakaran di garis pantai dan kapal. Kapal pemadam
pertama, di akhir abad ke-18, merupakan kapal tunda yang dipasang dengan peralatan
pemadam kebakaran.
Kapal ini sering digunakan untuk kebakaran di dermaga dan gudang sisi pantai
karena bisa langsung menangani kebakaran di dasar-dasar yang mendukung struktur ini.
Mereka juga memiliki pasokan efektif air yang tersedia, memompa langsung dari bawah
lambung. Kapal pemadam dapat digunakan untuk membantu petugas pemadam
kebakaran berbasis pantai ketika air lainnya dalam pasokan rendah atau tidak tersedia,
Misalnya, karena kerusakan pompa induk air karena gempa, seperti yang terjadi di San
Francisco karena 1989 Loma Prieta gempa.
Beberapa fireboats modern yang mampu memompa puluhan ribu galon air per
menit. Contohnya adalah Fire Boat #2 dari Api Los Angeles Department, Warner
Lawrence, dengan kemampuan untuk memompa hingga 38.000 galon AS per menit (2,4
m3 / s; 32.000 imp gal / min) dan sampai 400 kaki (122 m) di udara.

2.4. Tahanan Kapal


Tahanan kapal (resistance) pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja
pada kapal demikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut
sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal.

12
Seperti kapal yang bergerak pada air tenang, kapal mengalami gaya aksi yang
melawan dari arah gerakan. Gaya tersebut adalah tahanan air dari gerakan kapal , yang
mana disebut tahanan total kapal. Gaya tahanan ini digunakan untuk menghitung EHP
kapal. Untuk tahanan kapal pada air tenang ada beberapa factor yaitu kecepatan kapal,
bentuk hull / badan kapal (draft, beam, length, wsa) dan temperature air. Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi adalah tahanan gesek kapal, efek viscous dari gerakan air
pada badan kapal, energi/daya yang diperlukan untuk membuat dan menjaga
karakteristik kapal (gelombang bow dan stern), dan tahanan udara.

2.5. Rencana Umum


Rencana umum dari sebuah kapal dapat di definisikan sebagai perancangan di
dalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang
dimaksud seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini
disebut superstructure (bangunan atas). Disamping itu juga direncanakan penempatan
peralatan-peralatan, letak lorong/ jalan dan beberapa sistem perlengkapan lainnya.
Dalam pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama adalah
perancangan dan pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah perancangan
dan pemasangan permesinan kapal. Pengerjaan atau pembangunan kapal yang
terpenting adalah perencanaan untuk mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja
dengan baik harus diawali dengan perencanaan yang baik pula.
Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan bentuk kapal yang
menyangkut kekuatan dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk perencanaan penggerak
utama, sistem propulsi, sistem instalasi dan sistem permesinan kapal merupakan tugas
yang berikutnya.
Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dari
percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada (pembanding).
Informasi yang mendukung pembuatan rencana umum:
1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang dimuat.
2. Metode dari sistem bongkar muat.
3. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type mesin dan
dimensi mesin.
4. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk minyak,
ballast, dan pelumas mesin.

13
5. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan standar
akomodasi.
6. Penentuan pembagian sekat melintang.
7. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, ).
8. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tahapan – Tahapan Penelitian


Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian yang berjudul
”Perancangan Kapal Fire Rescue Untuk Pemadaman Kebakaran Area Sungai”
sesuai dengan flowchart pada Gambar 3.1. berikut:

Mulai

Studi Literatur

Penentuan Ukuran Utama

Perancangaan Tahanan
Kapal

Tidak

Analisis Tahanan
Kapal

Ya
Pembuatan Rencana umum

Selesai

Gambar 3.1. Flowchart tahapan-tahapan penelitian.

15
3.2. Analisis Kebutuhan Desain
Analisa kebutuhan Desain adalah proses untuk mengetahui kebutuhan
perancangan kapal yang bertujuan untuk mempermudah proses perancangan.
Teknologi-teknologi yang dibutuhkan adalah:
3.2.1. Perangkat Keras (Hardware)
Kebutuhan perangkat keras untuk menunjang modeling kapal adalah:
a. Laptop.
b. Mouse
c. Hardisk Eksternal 1000GB.
3.2.2. Perangkat Lunak (Software)
Kebutuhan perangkat keras untuk menunjang modeling kapal adalah:
a. Maxsurf
b. AutoCAD
c. Microsoft Excel
d. Microsoft Word
e. PDF

3.3. Desain dan Perencanaan Sistem


Langkah perancangan yang akan dilakukan sesuai dengan digram blok di baawah
ini:

Penentuan Data Pembuatan Lines Perhitungan Pembuatan


Ukuran Utama Plan Daya Mesin Rencana Umum

Gambar 3.2. Blok diagram perencanaan kapal.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Ukuran Utama


Ukuran utama kapal yang akan dibuat adalah sebagai berikut:
L = 8.7 m
B = 3.9 m
D = 2.7 m
Draft = 0.9 m
4.2. Lines Plan
Perancangan lines plan dilakukan dengan menggunakan software Maxsurf yang
kemudian di edit pada AutoCAD untuk memudahkan penggambaran. Berikut adalah
hasil lines plan yang telah dibuat.

Gambar 4.1. Lines Plan Fire Rescue Boat yang didesain.


Berikut adalah tabel informasi hidrostatik yang didapatkan untuk kapal yang didesain:

17
Gambar 4.2. Tabel Hidrostatik Fire Rescue Boat yang didesain.
4.3. Perhitungan Daya Mesin
Setelah linesplan selesai didesain dan digambar, selanjutnya dapat dilakukan analisis
kecepatan dan daya mesin yang dibutuhkan dengan menggunakan software Hullspeed.
Berikut adalah hasil analisa yang telah dilakukan:

Gambar 4.3. Grafik daya terhadap kecepatan.

18
Gambar 4.4. Tabel kecepatan dan daya hasil analisa.
Karena Fire Rescue Boat membutuhkan kecepatan yang tinggi, maka dipilih kecepatan
20 knots dengan daya mesin 196 kW.
4.4. Rencana Umum
Rencana umum digambar dengan menggunakan software autoCAD. Kapal yang
dirancang adalah kapal pemadam api sehingga membutuhkan alat-alat pemadam api.
Kapal akan dilengkapi dengan pompa air untuk menyedot air yang digunakan untuk
memadamkan api dan penyemprot air untuk memadamkan api. Berikut adalah hasil
rencana umum yang telah dibuat:

19
Gambar 4.5. Rencana Umum Fire Rescue Boat.

20
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berikut spesifikasi kapal Fire Rescue yang telah didesain:
L = 8.7 m
B = 3.9 m
D = 2.7 m
Draft = 0.9 m
Vs = 20 knots
Kapal dilengkapi perlengkapan pemadaman api untuk memadamkan api.

5.2. Saran
Sebaiknya desain digambar lebih detail agar proses fabrikasi lebih mudah. Perencanaan
seharusnya dilakukan dengan memanfaatkan waktu yang diberikan dan tidak dilakukan
secara terburu-buru. Perencanaan seharusnya memperhatikan factor-faktor yang ada
pada keadaan sebenarnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Fireboat ; 7 Desember 2015.


Suwarni Endah, Kajian numerik gaya tahanan pada perencanaan kapal, ITS. 2009.
B. Suwandi, Perencanaan Unmanned Surface Vehicle (USV), ITS. 2012

22

Anda mungkin juga menyukai