PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan sedang berusaha untuk
meningkatkan perekonomian nasional guna meningkatkan dan memajukan kesejahteraan
masyarakatnya. Tetapi tingginya pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk Indonesia akan
menghambat pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja serta
peningkatan mutu angkatan kerja.
Pengembangan industri merupakan salah satu cara untuk memperluas kesempatan kerja
Terutama pada industri yang bersifat padat karya. Perkembangan dapat terwujud melalui
investasi swasta maupun pemerintah. Pengembangan industri tersebut akan menyebabkan
kapasitas produksi meningkat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja. Selain investasi
swasta terdapat investasi pemerintah yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dikalangan industri adalah tenaga kerja yang terdidik dan
terampil, sedangkan apabila kita melihat keadaan tenaga kerja Indonesia, kebanyakan merupakan
tenaga kerja kurang terampil, sehingga wajar tenaga kerja sektor industri di Indonesia
mempunyai produktivitas dan upah yang rendah. Walaupun tenaga kerja sektor industri sudah
digambarkan sedemikian rupa, tetapi masyarakat masih berbondong-bondong berminat menuju
sektor industri dari pada sektor-sektor yang lain seperti pertanian. (Malik, 2013;17)
Sektor Industri di wilayah Pasuruan secara perlahan sudah mulai menggeser sektor
pertanian yang cukup dominan di tahun 1990an. Seiring perubahan tersebut, perkembangan
sektor industri mebel terus meningkat baik dari segi investasi, nilai produksi, jumlah maupun
dari penyerapan tenaga kerja. Kontribusi dari sektor industry sebesar 17,19 % dari PDRB dengan
rata-rata pertumbuhan 3,31% per tahun dibawah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lokasi
wilayah pasuruan yang terletak di persimpangan jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang
merupakan jalur yang sangat strategis dalam industri dan perdagangan, sehingga memiliki
potensi bagi industri kecil untuk meningkatkan produksi dan memasarkannya. Selain faktor
geografis, faktor sosial masyarakatnya juga turut berperan dalam peningkatan perekonomian.
Pasuruan memperoleh bahan bakunya dari luar daerah, seperti Tuban, Bojonegro,
Banyuwangi dan kalimantan. Sementara kayu asli pasuruan sendiri sangat sedikit digunakan,
umumnya kayu yang digunakan adalah kayu jati. Produk mebel yang dihasilkan dari sentra
industry kayu ini antara lain : meja, kursi, tempat tidur. Meskipun masih dalam skala kecil,
peoduk dari Pasuruan dapat menghasilkan produk yang berkualitas ekspor. Beberapa produk
telah dapat memasarkan produknya ke pa sar mancanegara terutama ke Malaysia, Jepang dan
Prancis untuk produk-produk kerajinan kayu, mebel dan kayu olahan.
Keberadaan industri mebel ini bagi masyarakat sekitar memiliki peran besar dalam
penyerapan tenaga kerja. Industri mebel sebagai industri yang dapat memberikan kontribusi
dalam memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat. Jumlah usaha mebel ukir yang ada di
Kota Pasuruan ini terbilang cukup banyak dengan berbagai macam produk komoditi dan
berbagai skala. Potensi pasar yang dapat dijangkau oleh industri mebel terbilang cukup luas hal
ini dapat dilihat dari pesanan yang datang, Kerajinan mebel ukir ini tidak hanya dikenal di
tingkat propinsi, tapi sudah keluar sampai mancanegara, Negara-negara seperti Jepang, Korea,
Perancis dan Italy merupakan negara terbesar untuk pemasaran hasil industri mebel ukir ini.
Hasil dari kerajinan mebel ukir dapat dilihat dalam bentuk perlengkapan rumah, kantor, dan lain-
lain.
Tabel 1.1 menggambarkan Data Industri Mebel Kota Pasuruan Tahun 2014
Berdasarkan informasi tabel 1.1, penghasil mebel yang terkenal dari Kota Pasuruan
adalah Sentra Industri Mebel Bukir. Jumlah industri kecil mebel di sentra ini adalah 78 persen
dari IKM mebel di Kota Pasuruan yakni sebanyak 482 unit usaha dengan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 3.968 orang atau 83 persen. Produk mebel utama dari sentra ini yakni lemari,
meja, dan kursi. Untuk pemasaran dalam negeri terbagi menjadi pasar lokal seperti Blitar, Kediri,
Tulungagung, dan pasar antar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk pemasaran luar negeri, produk mebel banyak dipasarkan ke Eropa dan Amerika.
Ekspor komoditi kayu Jatim tahun 2012 sebesar 2.500.387.454 dollar Amerika dengan tujuan
Amerika Serikat, Jepang, Australia, RRC, dan Belanda. Sebanyak 1,03 persen dari nilai ekspor
komoditi pengolahan kayu berasal dari Kota Pasuruan atau 25.790.038,36 dollar Amerika.
Volume ekspor komoditi kayu Jatim tahun 2012 sebanyak 1.500.312.970 kg, 0,84 persen berasal
dari Kota Pasuruan atau 12.543.298,92.Sedangkan nilai ekspor komoditi pengolahan kayu Kota
Pasuruan Januari-Juni 2013 sebanyak 5.879.974,02 kg dengan nilai 10.166.160,70 dollar
Amerika, meningkat 13,62 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2012 yang hanya
mencapai 5.174.884,48 kg. Sementara dari sisi nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 9,55
persen dari periode yang sama tahun 2012 yakni 11.239.717,18.Bahan baku mebel yang
digunakan seperti Jati, Mahoni, Gamelina, Akasia berasal dari lokal (Malang, Jember, Blitar,
Lumajang, dll) dan luar Jatim (NTT dan Gorontalo). Pelabuhan kirim berada di Gresik dan
Surabaya. (Sumber : http://d-onenews.com/presiden-mengapreasi-produk-mebel-pengrajin-
pasuruan/).
Usaha memperluas kegiatan industri untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja tidak
terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah produksi, upah dan inflasi.
Jumlah produksi adalah keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan di industri mebel. jika Naik
turunya permintaan hasil produksi industri mebel akan berpengaruh apabila permintaan hasil
produksi barang industri mebel meningkat, sehingga produsen akan menambah penggunaan
tenaga kerja untuk memenuhi.
Upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Upah mempunyai hubungan yang positif atau negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila
semakin tinggi tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka berpengaruh pada meningkatnya biaya
produksi, akibatnya untuk melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan
tenaga kerja, yang berakibat pada rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Tetapi jika tingkat
upah rendah dari yang ditetapkan, maka dapat mempunyai peluang dalam penyerapan tenaga
kerja.
Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-
perubahan output dan penyerapan tenaga kerja. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada
penyerapan tenaga kerja. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan perkembangan
penyerapan tenaga kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja
yang diserap juga akan kecil. Inflasi yang dihadapi produsen berpengaruh negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja karena kenaikan harga-harga termasuk kenaikan harga input
mengakibatkan meningkatnya biaya produksi apabila biaya produksi meningkat maka produsen
akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.
Tabel 1.2 menggambarkan inflasi IHK dan Inflasi Kota Pasuruan Bulan Januari s/d September 2012
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk mengangkat menjadi
sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Mebel
Kota Pasuruan”
B Rumusan Masalah
1. Apakah variable jumlah produksi berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap
industri mebel di Kota Pasuruan?
2. Apakah variabel Upah berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap industri
mebel di Kota Pasuruan?
3. Apakah variabel inflasi berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap industri
mebel di Kota Pasuruan?
C Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka penulis
memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu,
penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “Jumlah Produksi, Upah, dan Inflasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Bukir Kota Pasuruan ”. Penyerapan Tenaga Kerja di pilih karena
semakin meningkat penyerapan tenaga kerja akan mengurangi pengangguran dan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat.
1. Masyarakat (pekerja)
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan, dan informasi
kepada masyarakat pada umumnya dan pekerja sektor industri kecil, mengenai
gambaran tentang industri kecil.
2. Pengusaha (pemilik modal)
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau informasi kepada para
pengusaha/pemilik industri dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan pertumbuhan industri kecil dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Kota Pasuruan
3. Peneliti berikutnya
Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi para peneliti lain yang ingin
meneliti masalah ini dengan memperkenalkan variabel lain yang turut mempengaruhi
kajian tentang industri kecil menengah di Kabupaten Pinrang.
4. Memberikan gambaran seberapa besar kontribusi harga dan upah terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Pasuruan.