Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan sedang berusaha untuk
meningkatkan perekonomian nasional guna meningkatkan dan memajukan kesejahteraan
masyarakatnya. Tetapi tingginya pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk Indonesia akan
menghambat pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja serta
peningkatan mutu angkatan kerja.

Secara umum kecenderungan masalah ketenagakerjaan di Indonesia terkait dengan


keterbatasan daya serap perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang terus
mengalami peningkatan. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa pendayagunaan dan pembinaan
yang masih belum optimal. Kurangnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat yang sudah siap
kerja menghadapi beberapa alternatife pilihan. (Malik, 2013;9).

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang


bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,
kesempatan kerja masih menjadi masalah utama. Hal ini timbul karena adanya kesenjangan atau
ketimpangan untuk mendapatkannya (Todaro, 2006:16).

Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses


industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup
yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan
pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri hanya untuk sekedar
mencapai pembangunan saja (Sukirno, 2000:25).

Pengembangan industri merupakan salah satu cara untuk memperluas kesempatan kerja
Terutama pada industri yang bersifat padat karya. Perkembangan dapat terwujud melalui
investasi swasta maupun pemerintah. Pengembangan industri tersebut akan menyebabkan
kapasitas produksi meningkat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja. Selain investasi
swasta terdapat investasi pemerintah yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dikalangan industri adalah tenaga kerja yang terdidik dan
terampil, sedangkan apabila kita melihat keadaan tenaga kerja Indonesia, kebanyakan merupakan
tenaga kerja kurang terampil, sehingga wajar tenaga kerja sektor industri di Indonesia
mempunyai produktivitas dan upah yang rendah. Walaupun tenaga kerja sektor industri sudah
digambarkan sedemikian rupa, tetapi masyarakat masih berbondong-bondong berminat menuju
sektor industri dari pada sektor-sektor yang lain seperti pertanian. (Malik, 2013;17)

Sektor Industri di wilayah Pasuruan secara perlahan sudah mulai menggeser sektor
pertanian yang cukup dominan di tahun 1990an. Seiring perubahan tersebut, perkembangan
sektor industri mebel terus meningkat baik dari segi investasi, nilai produksi, jumlah maupun
dari penyerapan tenaga kerja. Kontribusi dari sektor industry sebesar 17,19 % dari PDRB dengan
rata-rata pertumbuhan 3,31% per tahun dibawah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lokasi
wilayah pasuruan yang terletak di persimpangan jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang
merupakan jalur yang sangat strategis dalam industri dan perdagangan, sehingga memiliki
potensi bagi industri kecil untuk meningkatkan produksi dan memasarkannya. Selain faktor
geografis, faktor sosial masyarakatnya juga turut berperan dalam peningkatan perekonomian.

Pasuruan memperoleh bahan bakunya dari luar daerah, seperti Tuban, Bojonegro,
Banyuwangi dan kalimantan. Sementara kayu asli pasuruan sendiri sangat sedikit digunakan,
umumnya kayu yang digunakan adalah kayu jati. Produk mebel yang dihasilkan dari sentra
industry kayu ini antara lain : meja, kursi, tempat tidur. Meskipun masih dalam skala kecil,
peoduk dari Pasuruan dapat menghasilkan produk yang berkualitas ekspor. Beberapa produk
telah dapat memasarkan produknya ke pa sar mancanegara terutama ke Malaysia, Jepang dan
Prancis untuk produk-produk kerajinan kayu, mebel dan kayu olahan.

Keberadaan industri mebel ini bagi masyarakat sekitar memiliki peran besar dalam
penyerapan tenaga kerja. Industri mebel sebagai industri yang dapat memberikan kontribusi
dalam memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat. Jumlah usaha mebel ukir yang ada di
Kota Pasuruan ini terbilang cukup banyak dengan berbagai macam produk komoditi dan
berbagai skala. Potensi pasar yang dapat dijangkau oleh industri mebel terbilang cukup luas hal
ini dapat dilihat dari pesanan yang datang, Kerajinan mebel ukir ini tidak hanya dikenal di
tingkat propinsi, tapi sudah keluar sampai mancanegara, Negara-negara seperti Jepang, Korea,
Perancis dan Italy merupakan negara terbesar untuk pemasaran hasil industri mebel ukir ini.
Hasil dari kerajinan mebel ukir dapat dilihat dalam bentuk perlengkapan rumah, kantor, dan lain-
lain.

Tabel 1.1 menggambarkan Data Industri Mebel Kota Pasuruan Tahun 2014

No Kecamatan/Kelurahan Jumlah Nilai Produk Nilai Nilai Jumlah


Industri (000 Rp) Investasi Bahan Tenaga
(000 Rp) Baku (000 Kerja
Rp)
I Gadingrejo 1,136 1,274,262,664 158,511,185 439,451,498 9,581

2 Karangketug 73 59,321,833 11,115,295 35,482,929 842

3 Gadingrejo 43 61,506,596 5,274,046 23,706,915 660

4 Gentong 58 190,935,618 32,366,735 110,075,259 951

5 Sebani 149 327,828,025 15,410,895 106,309,991 1,019

6 Bukir 482 392,923,620 70,032,842 98,749,201 3,968

7 Krapyakrejo 148 75,047,245 11,740,162 26,439,487 983

8 Randusari 102 108,801,515 7,556,099 42,786,750 580

9 Petahunan 81 57,898,212 5,015,111 45,898,964 578

II Panggungrejo 59 69,176,073 14,078,122 31,004,741 707

1 Tembokrejo 3 722,000 242,000 474,000 48

2 Wirogunan 12 56,769,320 4,130,320 12,506,200 119


3 Kebonagung 54 125,109,610 2,965,975 64,557,561 295

4 Pohjentrek 4 7,431,000 1,168,500 2,000,000 21

5 Sekargadung 13 3,925,930 754,026 782,000 132

6 Purutrejo 6 25,742,850 844,372 38,906,000 61

7 Purworejo 16 105,765,775 3,109,661 52,752,640 126

IV Bugul Kidul 37 16,913,184 3,553,128 7,561,053 307

1 Bugul Kidul 23 12,977,714 3,049,013 5,506,128 231

2 Tapaan 3 2,284,470 151,815 1,310,625 17

3 Kepel 2 534,000 155,000 129,300 22

4 Blandongan 2 170,500 66,300 126,000 8

5 Krampyangan 1 110,000 17,000 54,000 7

6 Bakalan 6 836,500 94,000 435,000 22

JUMLAH 1,340 1,685,817,406 189,337,289 699,995,693 11,397

Sumber : Pasuruankota.go.id, 2014

Berdasarkan informasi tabel 1.1, penghasil mebel yang terkenal dari Kota Pasuruan
adalah Sentra Industri Mebel Bukir. Jumlah industri kecil mebel di sentra ini adalah 78 persen
dari IKM mebel di Kota Pasuruan yakni sebanyak 482 unit usaha dengan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 3.968 orang atau 83 persen. Produk mebel utama dari sentra ini yakni lemari,
meja, dan kursi. Untuk pemasaran dalam negeri terbagi menjadi pasar lokal seperti Blitar, Kediri,
Tulungagung, dan pasar antar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk pemasaran luar negeri, produk mebel banyak dipasarkan ke Eropa dan Amerika.
Ekspor komoditi kayu Jatim tahun 2012 sebesar 2.500.387.454 dollar Amerika dengan tujuan
Amerika Serikat, Jepang, Australia, RRC, dan Belanda. Sebanyak 1,03 persen dari nilai ekspor
komoditi pengolahan kayu berasal dari Kota Pasuruan atau 25.790.038,36 dollar Amerika.
Volume ekspor komoditi kayu Jatim tahun 2012 sebanyak 1.500.312.970 kg, 0,84 persen berasal
dari Kota Pasuruan atau 12.543.298,92.Sedangkan nilai ekspor komoditi pengolahan kayu Kota
Pasuruan Januari-Juni 2013 sebanyak 5.879.974,02 kg dengan nilai 10.166.160,70 dollar
Amerika, meningkat 13,62 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2012 yang hanya
mencapai 5.174.884,48 kg. Sementara dari sisi nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 9,55
persen dari periode yang sama tahun 2012 yakni 11.239.717,18.Bahan baku mebel yang
digunakan seperti Jati, Mahoni, Gamelina, Akasia berasal dari lokal (Malang, Jember, Blitar,
Lumajang, dll) dan luar Jatim (NTT dan Gorontalo). Pelabuhan kirim berada di Gresik dan
Surabaya. (Sumber : http://d-onenews.com/presiden-mengapreasi-produk-mebel-pengrajin-
pasuruan/).

Usaha memperluas kegiatan industri untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja tidak
terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah produksi, upah dan inflasi.
Jumlah produksi adalah keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan di industri mebel. jika Naik
turunya permintaan hasil produksi industri mebel akan berpengaruh apabila permintaan hasil
produksi barang industri mebel meningkat, sehingga produsen akan menambah penggunaan
tenaga kerja untuk memenuhi.

Upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Upah mempunyai hubungan yang positif atau negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila
semakin tinggi tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka berpengaruh pada meningkatnya biaya
produksi, akibatnya untuk melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan
tenaga kerja, yang berakibat pada rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja. Tetapi jika tingkat
upah rendah dari yang ditetapkan, maka dapat mempunyai peluang dalam penyerapan tenaga
kerja.

Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-
perubahan output dan penyerapan tenaga kerja. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada
penyerapan tenaga kerja. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan perkembangan
penyerapan tenaga kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja
yang diserap juga akan kecil. Inflasi yang dihadapi produsen berpengaruh negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja karena kenaikan harga-harga termasuk kenaikan harga input
mengakibatkan meningkatnya biaya produksi apabila biaya produksi meningkat maka produsen
akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.

Tabel 1.2 menggambarkan inflasi IHK dan Inflasi Kota Pasuruan Bulan Januari s/d September 2012

Bulan IHK Inflasi


Januari 133.45 0.53
Februari 134.07 0.46
Maret 134.27 0.15
April 134.67 0.30
Mei 135.40 0.54
Juni 136.59 0.88
Juli 137.71 0.82
Agustus 140.49 2.02
September 140.01 -0.34
Sumber : Bappeda Kota Pasuruan, 2012

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk mengangkat menjadi
sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Mebel
Kota Pasuruan”

B Rumusan Masalah

1. Apakah variable jumlah produksi berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap
industri mebel di Kota Pasuruan?
2. Apakah variabel Upah berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap industri
mebel di Kota Pasuruan?
3. Apakah variabel inflasi berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja terhadap industri
mebel di Kota Pasuruan?
C Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka penulis
memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu,
penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “Jumlah Produksi, Upah, dan Inflasi terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Bukir Kota Pasuruan ”. Penyerapan Tenaga Kerja di pilih karena
semakin meningkat penyerapan tenaga kerja akan mengurangi pengangguran dan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat.

D Tujuan dan Manfaat

D.1 Tujuan penelitian :

1. Masyarakat (pekerja)
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan, dan informasi
kepada masyarakat pada umumnya dan pekerja sektor industri kecil, mengenai
gambaran tentang industri kecil.
2. Pengusaha (pemilik modal)
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau informasi kepada para
pengusaha/pemilik industri dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan pertumbuhan industri kecil dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Kota Pasuruan
3. Peneliti berikutnya
Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi para peneliti lain yang ingin
meneliti masalah ini dengan memperkenalkan variabel lain yang turut mempengaruhi
kajian tentang industri kecil menengah di Kabupaten Pinrang.
4. Memberikan gambaran seberapa besar kontribusi harga dan upah terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kota Pasuruan.

D.2 Manfaat Penelitian :

1) Untuk mengetahui pengaruh variable jumlah produksi pada penyerapan tenaga


kerja terhadap industri mebel di Pasuruan.
2) Untuk mengetahui pengaruh variable upah pada penyerapan tenaga kerja terhadap
industri mebel di Pasuruan.
3) Untuk mengetahui pengaruh variable inflasi pada penyerapan tenaga kerja
terhadap industri mebel di Pasuruan.

Anda mungkin juga menyukai