Anda di halaman 1dari 5

Membuat minuman berkarbonasi

Tahap penting dalam pembuatan minuman proses karbonasi, mutlak diperlukan tekanan tinggi supaya
gas CO2 dapat mengisi rongga-rongga di dalam struktur cairan. Tekanan tinggi tersebutlah yang
menyebabkan timbulnya suara berdesis, ketika minuman berkarbonasi dibuka dari kaleng ataupun botol.
Suara desis tersebut berasal dari tekanan pada permukaan air soda yang turun dengan sangat cepat,
sehingga gas karbondioksida dalam minuman berusaha lepas. Gas karbondioksida tidak lepas sendiri-
sendiri, namun membentuk molekul yang disebut nukleus sehingga mereka mempunyai tenaga untuk
melawan cairan, melepaskan diri ke permukaan. Nukleus ini dapat dilihat ketika kita menuangkan
minuman ke gelas, maka di bagian pinggir akan terbentuk gelembung-gelembung yang tampak menyatu.
Nukleus ini juga yang memberikan sensasi nikmat di lidah. Proses pembentukan nukleus dapat dipercepat
dengan cara mengocok minuman berkarbonasi. Jika kita mengocok soda dalam kaleng atau botol yang
masih tertutup, akan timbul suara letupan pada saat kaleng dibuka akibat dorongan nukleus yang sangat
besar.
Selain faktor nukleus, faktor lain yang berpengaruh terhadap proses hilangnya gas karbondioksida dalam
air adalah suhu. Proses karbonasi akan lebih efektif pada suhu yang lebih rendah, yaitu 2 – 5 derajat
Celcius. Semakin tinggi suhu cairan, semakin sedikit gas yang terlarut. Hal itu memang berlawanan dengan
zat padat (seperti gula atau garam) yang bila dipanaskan akan mudah larut bersama air. Zat gas seperti
karbondioksida bila berada dalam keadaan bebas di udara akan memiliki energi kinetik yang sebanding
dengan suhu. Untuk membuat karbondioksida larut dalam air, diperlukan upaya agar zat karbondioksida
tersebut dapat stabil di dalam air. Salah satunya adalah menurunkan energi kinetiknya dengan cara
menurunkan suhu. Bila kita menaikkan suhunya, gas karbondioksida akan cenderung lepas. Itulah
sebabnya selain alasan kesegaran, minuman berkarbonasi lebih disarankan untuk dikonsumsi dalam
keadaan dingin.

SPRITE TYPE
1. Cane sugar
2. Sodium citrate
3. Sodium benzoate
4. Aspartame
5. Lemon essence
6. Citric acid
7. Air kemasan isi ulang
8. Ace-K
FENDA TYPE
1. Cane sugar
2. Sodium citrate
3. Sodium benzoate
4. Stevioside
5. Orange essence
6. Citric acid
7. Air kemasan isi ulang
8. Ace-K
COLA TYPE
1. Cane sugar
2. Phosphoric acid
3. Sodium benzoate
4. Sodium cyclamate
5. Caffeine
6. Citric acid
7. Whole colorful cola
8. Air kemasan isi ulang
9. Ace-K
ORANGE TASTE
1. Cane sugar
2. Sodium citrate
3. Potassium sorbate
4. Sodium cyclamate
5. Citric acid
6. Air kemasan isi ulang
7. Ace-K
LITCHY TYPE
1. Cane sugar
2. Sodium citrate
3. Emulsified litchi essence
4. Citric acid
5. Sodium benzoate
6. Air kemasan isi ulang
7. Ace-K
STRAWBERRY TYPE
1. Cane sugar
2. Sodium citrate
3. Sodium benzoate
4. Citric acid
5. Strawberry essence
6. Air kemasan isi ulang
7. Ace-K

Minuman Berkarbonasi; Definisi, Pembuatan, dan Sejarahnya.

(oleh: Feby Virlandia)

Minuman berkarbonasi (Sparkling Beverages), secara harfiah diartikan minuman yang mengandung
karbonasi. Minuman berkarbonasi memiliki beberapa nama populer yang berbeda-beda, sebagai contoh,
di Amerika Serikat, dikenal dengan nama soda, soda pop, pop atau tonik, di Inggris dikenal dengan fizzy
drinks, di Kanada dikenal dengan Soda atau Pop saja. Di daerah Ireland, mereka menyebutnya Minerals.
Sedangkan di Indonesia orang lebih mengenalnya dengan sebutan minuman bersoda.
Tetapi tahukah Anda apa sebenarnya soda itu? Air soda memiliki rumus kimia
H2CO3. Untuk membuat air soda, komponen yang paling penting adalah air dan
gas karbondioksida. Air soda dibuat dengan melarutkan gas karbondioksida (CO2)
ke dalam air. Bila diinjeksi ke dalam air dengan tekanan tinggi, karbondioksida akan
membentuk asam karbonat. Itulah sebabnya minuman ini disebut minuman
berkarbonasi (carbonated beverages). Asam karbonat tersebutlah yang
menyebabkan timbulnya sentuhan khas soda di mulut (mouthfeel) dan perasaan
yang mengigit (bite) pada saat diminum.

Karbonasi terjadi ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air. Proses ini
akan menghasilkan sensasi karbonasi "Fizz" pada air berkarbonasi dan sparkling mineral water. Hal
tersebut diikuti dengan raeksi keluarnya buih (foaming) pada minuman soda yang tidak lain adalah proses
pelepasan kandungan CO2 terlarut di dalam air. Menilik bahan baku dan proses pembuatannya minuman
berkarbonasi tidak memiliki kandungan alkohol.

Dilihat dari nilai gizinya, minuman berkarbonasi tidaklah termasuk minuman padat gizi. Namun, meturut
catatan Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, Dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan – IPB,
penggunaan gula, menjadikan minuman ini sebagai penyumbang energi yang dibutuhkan tubuh.

Selain itu penambahan bahan tertentu juga memberikan sumbangan mineral yang berarti bagi tubuh.
Yang menarik, mereka yang sedang berdiet rendah kalori dapat memilih minuman karbonasi rendah
energi. Minuman ini menggunakan bahan pemanis sintetik sebagai pengganti gula. Sementara, konsumsi
energi dalam satu hari rata-rata mencapai 2.300 – 3.800 kkal, tergantung dari umur dan banyaknya
aktivitas. Sekaleng minuman ringan ukuran 240 ml mengandung sekitar 100 kkal energi. Kandungan energi
inilah yang menyebabkan minuman ringan memberikan efek menyegarkan setelah melakukan pekerjaan
fisik atau setelah berolah raga.

Berbicara mengenai minuman berkarbonasi tidak terlepas dari nama seorang ilmuwan Inggris yakni
Joseph Priestley.Pada tahun 1770an, ia berhasil menciptakan suatu proses untuk menghasilkan air mineral
berkarbonasi yaitu dengan mencampurkan air destilasi dengan gas karbondioksida (CO2).Adalah John
Mervin Nooth, seorang ilmuwan Inggris lainnya yang berhasil memperbaiki hasil penemuan Priestley dan
menjualnya secara komersial alat untuk memproduksi air soda yang pertama untuk digunakan di bidang
farmasi.

Merdeka.com - Beberapa waktu yang lalu, pihak Coca-Cola di Amerika setuju bahwa
minuman soda mereka akan mengurangibahan baku yang diduga memicu kanker. Coca-
Cola di Amerika pun konon kabarnya menjadi sedikit lebih sehat daripada Coca-Cola di
bagian negara yang lain.
Meski bahan baku Coca-Cola tidak pernah dibeberkan kepada publik, setidaknya para
peneliti mencoba untuk mendeteksi kandungan apa saja yang ada pada minuman bersoda
ini. Yuk simak hasil penelitian mereka seperti yang dilansir dari Daily Mail(06/07) berikut ini.
Pewarna (yang diduga memicu kanker)
Nama pewarna pada Coca-Cola bernama 4-methylimidazole (4-MI), senyawa yang diduga
memicu kanker. Meski pihak Coca-Cola bersikeras minuman produksi mereka aman karena
kandungan 4-MI yang tidak berbahaya, nyatanya berbagai penelitian telah membuktikan
yang sebaliknya.
Kafein
Di dalam sekaleng Coca-Cola, setidaknya ada 40 mg kafein. Itu adalah setengah kadar
kafein dalam secangkir teh dan sepertiga cangkir kopi. Kafein membuat detak jantung
menjadi lebih cepat dan meningkatkan darah tinggi. Kafein juga membuat tubuh berhenti
menyerap zat besi dari makanan. Jadi pecinta soda biasanya menderita kekurangan zat
besi.
Gula
Baik Coca-Cola biasa, zero sugar, maupun jenis diet, semuanya tetap saja mengandung
gula. Kebanyakan gula biasanya memicu obesitas, diabetes tipe 2, serangan jantung, dan
juga stroke. Gula dalam Coca-Cola juga cepat diserap tubuh, sehingga membuat
peminumnya mudah lelah dan meningkatkan keinginan makan makanan manis yang lebih
banyak.
Asam fosfat
Asam fosfat adalah senyawa tak berbau yang memberi rasa pada Coca-Cola. Asam fosfat
ini biasanya efektif menghilangkan karat pada besi. Kebanyakan asam fosfat akan merusak
ginjal dan melemahkan tulang. Mengerikan sekali ya?
Bisphenol A
Hampir semua orang tahu tentang bisphenol A. Senyawa ini biasanya ditemukan dalam
botol bayi, alat makan plastik, tempat CD, termasuk kaleng Coca-Cola. Bisphenol A sifatnya
mirip hormon estrogen, sehingga mampu merusak keseimbangan tubuh. Banyak penelitian
yang sudah menyebutkan bisphenol A mampu memicu kanker, kerusakan hati, obesitas,
diabetes, dan masalah ketidaksuburan.
Asam sitrat
Asam sitrat biasa ditemukan pada jeruk atau grapefruit. Rasa asam ini bisa merusak gigi
jika dikonsumsi berlebihan. Penelitian dalam jurnal General Dentistry menyebutkan bahwa
Coca-Cola bersifat sepuluh kali merusak gigi daripada buah jeruk.
Di antara bahan-bahan Coca-Cola tersebut di atas, sepertinya tidak ada satupun yang
bersifat menyehatkan. Selain itu, bisa saja ada banyak bahan baku lain yang sengaja
dirahasiakan oleh pihak Coca-Cola karena alasan tertentu.Setelah tahu bahan-bahan
Coca-Cola ini, Anda masih mau meminumnya atau tidak?

Anda mungkin juga menyukai