Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2004).
Usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Supraba, 2015).
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang
disebut sebagai penyakit degeneratif yang akan menyebabkan para lansia menghadapi
akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi, dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/ fisiologis.
Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada
umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003).
Diperkirakan mulai tahun 2020 akan terjadi ledakan peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia sebesar 11,34%, penduduk lanjut usia di Indonesia lima tahun
terakhir ini mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2009. Pada tahun
2005, jumlah penduduk lansia mencapai 16,80 juta jiwa dan meningkat menjadi 18,96
juta jiwa pada tahun 2007. Tahun 2009 jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai
19,32 juta jiwa atau 8,37 % dari total seluruh penduduk Indonesia (KOMNAS, 2009).
Penelitian di Inggris terhadap 10.255 lansia diatas usia 75 tahun, menunjukkan
bahwa pada lansia terdapat gangguan-gangguan fisik yaitu arthritis atau gangguan
sendi (55%), keseimbangan (50%), fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%),
penglihatan (35%), pendengaran (35%), kelainan jantung (20%), sesak napas (20%),
serta gangguan miksi/ ngompol (10%), dari sekian gangguan yang mungkin akan
terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya atau menurunnya kualitas
hidup pada lansia sehingga usia harapan hidup (life expectancy) juga akan menurun
(Sulianti, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah deinisi dari lansia?
2. Bagaimana perubahan pada lanjut usia?
3. Apa saja karakteristik penyakit dari lansia?
4. Apa saja permsalahan pada lanjut usia?
5. Apasaja masalah fisik sehari-hari yang ditemukan pada lansia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit fisik yang diderita pada lanjut usia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari lanjut usia
b. Mengetahui perubahan pada lanjut usia
c. Mengetahui karakteristik pada lanjutusia
d. Mengetahui permasalahan pada lanjut usia
e. Mengetahu masalah fisik sehari-hari yang ditemukan pada lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015).
Menurut Hawari (2006) Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan
(potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam
pembangunan (tidak potensial). Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat usia
lanjut sering didefinisikan mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia
60 tahun (dalam Juwita, 2013).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa
sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan
sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian (Setiati, Harimurti, & R, 2009). Lansia atau usia lanjut merupakan tahap
akhir dari siklus kehidupan manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu
(Prasetya, 2010).

B. Perubahan Pada Lanjut Usia


Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari
kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahan-
perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran,
sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem
respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut
perubahan ingatan atau memori (Setiati et al., 2009).
1. Perubahan pada Sistem Sensoris
Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat
keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris
yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori
(Maramis, 2009).
2. Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan
kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi
abnormal pada sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh
yang terpajan sinar matahari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan
bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput.
Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan
aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% berat badan per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per
dekade (Setiati et al., 2009).
3. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari
berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan
bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi
karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa hormon
lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikroarsitektur berubah
dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun spontan (Setiati et al., 2009).
4. Perubahan pada Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10–20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai
menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat
maksimal. Berat dan volume otak berkurang ratarata 5-10% selama umur 20-90
tahun. Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang
berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak
kehilangan 100.000 neuron per tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada
sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat
otak menurun 10%) antara usia 30-70 tahun. Secara berangsurangsur tonjolan
dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel.
Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat
deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria (Timiras & Maletta, 2007).
C. Karakteristik Penyakit pada Lansia
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis

2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac


attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK

3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum

4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal


Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia

5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas

6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru

7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker

8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

D. Permasalahan Pada Lanjut Usia


1. Penurunan fungsi
a. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi Kehilangan keluarga atau teman
karib, kedudukan sosial, uang, pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah
tinggal, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman
dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup,
rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi
(Maramis, 2009).
b. Seks pada usia lanjut Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks
yang aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada
usia lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada
mereka sendiri dan anak-anak mereka yang menganggap seks pada usia
19 lanjut sebagai tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa muda
mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut masih
juga demikian, biarpun sudah berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada
usia lanjut akan habis sama sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat
beberapa perubahan khusus mengenai seks. Pada wanita karena proses
penuaan, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan vagina lebih
terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria
untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak
akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk melakukan koitus. Kekuatan saat
ejakulasi juga berkurang. Pada kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih
panjang, akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai
orgasme dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan
pasangan (Maramis, 2009).
c. Penurunan fungsi kognitif Setiati, Harimurti & Roosheroe (2009)
menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi
berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya
efisiensi tranmisi saraf di otak menyebabkan proses informasi melambat dan
banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan
mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta
kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan
kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan
20 menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor
utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan
informasi.
d. Kejadian Jatuh Pada usia lanjut, kejadian jatuh merupakan permasalahan yang
sering dihadapi, dikarenakan lansia mengalami penurunan fungsi tubuh yang
meningkatkan kejadian jatuh. Kejadian jatuh pada lansia dapat mengakibatkan
berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang
paling ditakuti dari kejadian jatuhadalah patah tulang panggul. Dampak
psikologs adalah walaupu cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa
takut akan jauh lagi dapat memiliki banyak konsekuen termasuk ansietas,
hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari dan fobia
jatuh (Stanley, 2006).
2. Penyakit Pada lansia
a. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan
biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi,
dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia
lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang
dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk
pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah
menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut
karena terganggunya produksi vitamin D.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh
darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula
darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas
atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126
mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut
mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75
tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar,
banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati
rasa, dan luka yang lambat sembuh.
e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang
paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut,
penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi),
trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga
kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
f. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan,
hingga kebingungan.
g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih
sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia
tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini
mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama
sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah
usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40
tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.

E. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Padalansia

1. Mudah jatuh

a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).

b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan


gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-
dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh
benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan
sebagainya.

2. Mudah lelah, disebabkan oleh :

a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi

b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll

c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit


metabolisme, dehidrasi, dsb
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb

5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung,
gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia

6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis

7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang
vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb

8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis,


batu ginjal, dsb.

9. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit

10. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna,
faktor sosio-ekonomi

11. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih,
kelainan syaraf, faktor psikologis

12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan
rektum

13. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang,


katarak, glaukoma, infeksi mata

14. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan


mental

15. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik
(depresi, irritabilitas)

16. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb

17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi darah
lokal, ggn syaraf umum dan lokal

18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis
kronis, alergi
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI
2. Lueckenotte. 1997. Pengkajian Gerontologi edisi 2.EGC: Jakarta
3. www.google.com. Keyword: Penyakit yang Sering Muncul pada Lansia. Diakses
tanggal 6 September 2017 pukul 13.47 WIB

Anda mungkin juga menyukai