Anda di halaman 1dari 17

Berbagai Jenis Gangguan Refraksi Mata dan Gejala yang di Timbulkan

Oleh :

Deviat Astriana Amier

102014135

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

e-mail : DEVIAT.2014fk135@civitas.ukrida.ac.id

Abstract

Keyword:

Abstrak

Kata Kunci :

Pendahuluan

Mata merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi menangkap cahaya dan
memproyeksikan ke dalam otak dalam bentuk impuls rangsangan sehingga kita dapat melihat
benda-benda atau mahluk hidup yang ada dalam dunia ini. Kerusakkan ataupun kelainan yang
terjadi pada mata, akan mempengaruhi fungsi kita untuk melihat. Kelainan tersebut akan
membuat penglihatan kita menjadi kabur atau tidak jelas. Gangguan refraksi atau ametropia
merupakan gangguan yang banyak diderita populasi di dunia. Gangguan ini dapat berupa miopia,
hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling
banyak diderita dan prevalensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi miopia
diperkirakan sekitar 9% pada anak-anak berusia 5 sampai 17 tahun di Amerika Serikat.
Penelitian tentang miopia pada populasi yang berusia muda (antara 15-19 tahun) pernah
dilakukan di Singapura. Didapati bahwa prevalensi miopia lebih tinggi dibanding Amerika
Serikat yaitu 56%. Di Taiwan prevalensinya adalah 84% pada populasi berusia 16-18 tahun.
Sebuah penelitian serial dengan metodologi sama pada anak berusia 7-15 tahun menyebutkan
bahwa terdapat variasi prevalensi miopia antara negara dan etnis yang berbeda. Empat persen di
India, 10%-34% di Malaysia, 5%-17% di Cina selatan, 9%-40% di Malaysia dan Singapura. Di
Indonesia sendiri Saw et al pernah melakukan penelitian yang menemukan bahwa prevalensi
miopia adalah 26%.1,2

Data epidemiologi mengenai astigmatisma dan hiperopia lebih sedikit dibanding miopia.
Kleinstein et al yang meneliti astigmatisma pada anak-anak dan remaja menemukan bahwa
prevalensi astigmatisma sedikitnya 1.0 D adalah 28% pada populasi berusia 5-17 tahun di
Amerika Serikat. Penelitian serial pada populasi antara 5-17 tahun di beberapa negara
menemukan bahwa prevalensi astigmatisma juga bervariasi. Di India prevalensinya antara 3%-
7%, di Cina 6%, dan di Australia 5%. Di Amerika prevalensi astigmatisma pada populasi dewasa
sekitar 20% dan lebih tinggi pada pria. Prevalensi hiperopia sekitar 10% pada penduduk Amerika
Serikat dan meningkat seiring bertambahnya usia. 3

Individu dengan kelainan refraksi tinggi lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kelaianan okular patologis. Pada pasien dengan miopia tinggi terjadi peningkatan insiden
penipisan retina, degenerasi retina perifer, retinal detachment, dan glaukoma.1

Karena banyaknya kejadian gangguan refraksi dan kemungkinan terjadinya gangguan


okular patologis maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai kelainan refraksi dengan tujuan untuk
menjelaskan serta mengetahui berbagai jenis gangguan refraksi serta gejala yang di timbulkan
dan penulis mengharapkan dalam tinjauan ini dapat mengetahui epidemiologi, etiologi,
patogenesis dan patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tata laksana serta prognosis.

Pembahasan

Seorang laki-laki usia 22 tahun , datang ke poli umum dengan keluhan tulisan di
proyektor LCD dan di TV kurang jelas. Keluhan ini sudah di rasakan sejak pasien usia 15 tahun
dan perlahan-lahan bertambah buruk. Pasien sering memicingkan mata dan mengucek kedua
matanya. Tidak ada riwayat mata merah, berair, alergi.

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu pengkajian dalam rangkan mendapatkan data tentang pasien
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk
mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi
pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.
Pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan – pertanyaan kepada pasien dengan bebas.
Pertanyaan – pertanyaan ini harus mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medik
pasien.4

a. Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang
diperoleh merupakan data primer, karena langsung dari sumbernya.4
b. Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data
tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan
lagi untuk memberikan data yang akurat. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara
lain sebagai yakni, identitas diri pasien, riwayat pasien ( keluhan utama , keluhan
tambahan ), riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit sosial, alergi dan anamnesis sistem.1 Pada kasus skenario 2 di
dapatkan hasil anamnesanya sebagai berikut :

Anamnesis : Autoanamnesis

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Keluhan utama : keluhan tulisan diproyektor LCD dan tulisan di TV kurang jelas .

Keluhan tambahan: pasien sering memicingkan mata dan mengucek kedua matanya

Riwayat Penyakit Sekarang

Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai
mencapai puncaknya sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu
muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan
hubungan personalnya –perubahan kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang
lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian, konsentrasi,
daya ingat, bicara, bagaimana dia menangani kecemasannya.5

 Sejak kapan mengalami keluhan seperti ini? Sejak pasien usia 15 tahun dan perlahan
bertambah buruk.
 Selain itu apakah mata pasien, merah, gatal dan mengeluarkan secret?
 Apakah ada perasaan mengganjal dimata?
 Apakah matanya sakit?
 Nyeri pada bola mata?
 Sakit pada bgaia kepala?
 Alergi?

Riwayat penyakit dahulu

 Adakah riwayat masalah penglihatan sebelumnya?


 Apakah riwayat diabetes mellitus?
 Adakah riwayat hipertensi?
 Adakahriwayat penyakit neurologis?
 Riwayat trauma?

Obat-obatan

 Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan


penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata (misalnya tetes mata
untuk glaucoma)?

Riwayat keluarga dan social

 Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga?


 Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga ?

Pemeriksaan pada Mata

1. Pemeriksaan Snelle Chart


Pada pemeriksaan ini pasien membaca deretan huruf dari jarak 6 meter atau 20 kaki.
Setiap mata diperiksa dengan mata terpisah dan gangguan refraksi di koreksi dengan
menggunakan lensa atau lubang kecil (pin hole). Ketajaman dinyatakan dalam pecahan
dengan penyebut adalah jarak antara pasien dengan datar huruf, sementara pembilang
deretan huruf terkecil yang dapat dibaca oleh pasien dengan akurat. Jadi 6/6 (atau 20/20 –
keduanya dapat dinyatakan dengan decimal 1,0) adalh normal. Sementara 6/60 (20/200 ;
0,1) berarti pasien hanya dapat membaca huruf terbesar pada deret paling atas daftar. Jika
pasien masih tidak dapat membaca huruf paling atas, maka jarak dapat diperdekat, atau
dinilai dengan kemampuan pasien menghitung jari, mendeteksi gerakan tangan, atau
persepsi terhadap cahaya.6
2. Uji lubang kecil (Pin hole)
Uji ini untuk mengetahui apakah tajam pengelihatan yang kurang terjadi akibat kelainan
refraksi atau kelainan organic media pengelihatan. Penderita disuruh duduk menghadap
kartu sneillen dengan jarak 6m. penderita di suruh melihat huruf terkecil yang masih
terlihat dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempengan berlubang kecil
(pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). bila terdapat perbaikan tajam pengelihatan
dengan melihat melalui lubang kecil berarti terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi
kemunduran tajam pengelihatan berarti terdapat ganggua pada media pengelihatan.
Mungkin saja ini diakibatkan kekeruhan kornea, katarka, kekeruhan badan kaca, dan
kelainan macula lutea.6
3. Uji celah stenopik
Celah selebar 1mm lurus yang terdapat pada lempeng dan dipergunakan untuk:
a. Mengetahui adanya astigmat, pengelihatan akan bertambah bila letak sumbu celah
sesuia dengan sumbu astigmat yang terdapat
b. Melihat sumbu koreksi astigmat, pengelihatan akan bertambah bila sumbunya
mendekati sumbu silinder yang benar, untuk memperbaiki sumbu astigmat dilakukan
dengan mengeser sumbu celah stenopik berbeda dengan sumbu silinder di pasang
4. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan denga menggunakan tonometer. Cara
penggunanyanya adalah alat ini didekatkan atau ditempelkan dengan lembut
kepermukaan kornea untuk mengukur tekanan bola mata. Kornea mata sangat sensitif
sehingga dokter speasilis mata perlu menggunakan pembiusan lokal dengan obat tetes
mata. Tekanan bola mata yang normal berkisar 9-21mmHg. Dikenal beberapa alat
tonometer seperti Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.7
5. Pemeriksaan funduscopi.
a) Penderita duduk dalam kamar gelap.
b) Pemeriksa dengan Oftalmoskop berdiri disamping penderita
c) Bila kita akan memeriksa fundus secara ideal maka sebaiknya pupil
dilebarkan dulu.
d) Bila mata kanan yang penderita akan diperiksa, maka pemeriksa memegang
opthalmoscope dengan tangan kanan dan melihat fundus mata dengan mata kanan
pula.
e) Pemeriksa memperhatikan :
papila N II : adakah papil oedema,
papil atrofi macula lutea
pembuluh darah retina

Hasil pemeriksaan:

1. visus

Okuli dextra (OD) 6/60-ph 6/40- koreksi S-2.00 cyl-0.75 180°:6/6

Okuli sinistra (OS) 6/60-ph 6/50-Koreksi-S+0,75:6/40

2. Segmen anterior OD dalam batas normal, segmen ODS optic nerve bulat, batas tegas,
CDR 0,3 A:V 2:3, reflek macula positif, perifer tidak ada perdarahan maupun eksudat.
3. Tonometri ODS: 15 mmHg.

Anatomi Mata

Media refraksi

Yang termasuk dalam media refraksi antara lain kornea, Camera oculi anterior, pupil,
lensa, macula lutea. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil pembiasan sinar pada mata
ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa,
badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan
oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal
disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada
keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kornea
Kornea adalah membrane avascular jernih yang melapisi bagian anterior bola mata. Pinggirnya
bebasnya, limbus cor
Working Diagnosis

Gangguan refraksi mata:

1. Miopia

Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap makan penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptropia.

Dikenal beberapa bentuk miopia seperti:


a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media pengelihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat
pembiasan media pengelihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.

menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:

 Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri


 Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
 Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
Menurut perjalananya miopia dikenal bentuk

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa


b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dappat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa=miopia maligna=miopia degenerative.
2. Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasaan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang
retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang macula lutea.

Terdapat 3 bentuk hipermetropia:

1. Hipertmetropia kongenital, diakibatkan bola mata pendek atau kecil.


2. Hipermetropia simple, biasanya merupakan lanjutan hipermetropia anak yang tidak
berkurang pada perkembanganya jarang melebihi >5 dioptri.
3. Hipermetropia didapat, umum didapat setelah bedah pengeluaran lensa pada katarak
(afakia).

Hipermetropia dapat disebabkan:

a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akbiat bola
mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa lemah sehingga
banyangan difokuskan dibelakang retina.
c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang lemah kurang pada sistem
optic mata.

Ada beberapa tingkatan pada hipermetropia berdasar besarnya dioptri:

1. Hipermetropia ringan, yaitu antara Spheris +0.25 Dioptri s/d Spheris +3.00 Dioptri.
2. Hipermetropia sedang, yaitu antara Spheris +3.25 Dioptri s/d Spheris +6.00 Dioptri
3. Hipermetropia tinggi, yaitu jika ukuran Dioptri lebih dari Spheris +6.25 Dioptri.

Hipermetropia dikenal dalam bentuk:


 Hipermetropia manifes, hipermetropia ,anifes didaptkan tanpa sikloplegik, yang dapat
dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal yang meberikan tajam pengelihatan normal.
Hipermetropia ini terdiri dari atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia
fakultatif.
 Hipermetropia manifes absolut, kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia
fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata, bila diberikan kaca mata positif
memberikan pengelihatan normal maka otot akomodasinya akan istirahat.
 Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (atau dengan obat
yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia
laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Mmakin muda makin besar komponen
hipemetripia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan
menjadi hipermetropia absolut
 Hipermetropia total, hipermetropia laten dan manifest yang ukuranya didpatka sesudah
siklopegia.

3.Astigmat

Pada astigmat berkas sinar tdak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retian akan
tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari nmeridian yang tegak lurus
padanya. Jika pada bayi baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang
didalam perkembanganya terjadi keadaan apa yang disebut sebagai astigmatisme with the rule (
astigmat lazim) , sedangkan pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga
astigmat menjadi against the rule (astigmat tidak lazim). Astigmat tidak lazim, merupakan
keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreski dengan slinder negative dilakuakan dengan
sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-50 derajat).
Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan korneea pada median horizontal lebih kuat
dibandingkkan kelengkungan kornea vertical. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Bentuk astigmat :
1. Astigmat regular: astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-perlahan secra teratur dari suatu median kemedia berikutntya.
Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk
garis, lonjong atau lingkaran.
2. Astigmat iregular: astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.
Astigmat irregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama
berbeda sehingga bayangan menjadi irregular. Astigmatisme irregular terjadi akibat
infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa
yang berbeda.

Presbiopia

Kurangnya daya akomodasi disebakan akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa
sukar mencembung. Keadaan berkurangnya daya akomodasu pada usia lanjut disebut
presbyopia.

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

- Kelemahan otot akomodasi


- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa.

4.Amblyopia

Amblyopia adalah penurunan visus meskipun dengan korekasi terbaik ketajaman visual
(juga disebut sebagai koreksi ketajaman visual jarak jauh) yang tidak dikaitkan secara langsung
dengan efek dari kelainan struktural dari mata atau aksis visual. Keadaan ini biasanya unilateral,
jarang-jarang bilateral ambilopia menandakan kegagalan perkembangan saraf yang normal
dalam sistem visual dewasa dan disebabkan oleh pengalaman visual normal pada awal
kehidupan yang di hasilkan oleh salah satu berikut; strabisumus, kelainan refraksi berupa
anisometropia atau kelainan refraksi bilateral yang tinggi ( isometropia) dan deprivasi visual.
Pada amblyopia di dapatkan adanya kerusakan pengelihatan sentral, sedangkan daerah
pengelihatan perifer dapat dikatakan normal. Amblyopia diklasifikasikan berdasarkan penyebab
berdasarkan penyebab yang mendasari kelainan, yaitu: amblyopia strabismik, amblyopia reaktif,
amblyopia deprivasi visua. Amblioplia reaktif merupakan bentuk umum lain amblyopia dengan
konsistensi defocus pada retina sebagai penyebab pada satu atau kedua mata dan dibagi menjadi
dua tipe:

5.Anisometropia

Working Diagnosis

Diferential Diagnosis

Manifestasi klinis

Gejala miopia: keluhan sakit kepala sering disertai dengan juling, dan celah kelopak mata yang
sempit, seseorang yang mempunyai miopia kebiasaan menyipitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferi atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).

Gejala hipermetropia: mengeluh mata lelah dan sakit karna terus meneurus harus
berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang telletak dibelakang macula agar
terletak di dareah macula lutea.

Gejala astigma: pengelihatan buram, menegok untuk lebih jelas, membaca lebih dekat.

Gejala presbyopia: biasnya penderita akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa
mata lelalh, berair, dan sering terasa pedas.

Patofisiologi
 Miopia
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya
bola mata akibat :
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola
mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai
kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut
miopia indeks

4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Misalnya: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca
operasi glaucoma.
 Hipermetropia
Patofisiologi. Ada 3 patofisiologi utama hipermetropia, yaitu:
1. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal

2. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal
3. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal.

 Astigmatisma

Patofisiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:


1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty

4. Trauma pada kornea

5. Tumor
Penulisan Resep Kaca Mata

Pada resep minimal yang harus dicantumkan adalah:

- tempat dan tanggal penulisan resep


- resep untuk kacamata melihat jauh/dekat
- mata kanan atau mata kiri
- gambar/busur aksis untuk lensa silindris
- bila untuk melihat jauh, maka tulislah ukuran sferis pada barisan paling atas
- bila untuk melihat dekat, tulislah ukuran dibawah baris ukuran untuk melihat jauh
- bila memerlukan lensa silindris, tulis ukuran sferis, beserta aksisnya
- bila memerlukan lensa prisma, tulis disebelah ukuran silindris beserta basisnya
- jarak kedua pupil untuk melihat jauh dan dekat
- kepada/pro(nama penderita)
- umur penderita
- tanda tangan

beberapa kelainan refraksi:


1. hipermetrop
adalah sinar sejajar tanpa akomodasi akan difokuskan di belakang bola mata, shingga
terbentuk bayangan kabur. Beberapa sebab hipermetrop adalah axis anteroposterior terlalu
pendek, kelainan posisi lensa dimana lensa bergeser ke belakang, curvature kornea terlalu datar
dan indeks bias mata kurang dari normal.ada dua macam hipermetrop:
a. hipermetrop manifest
- fakultatif : hipermetrop yang dapat diatasi dengan akomodasi
- absolut : hipermetrop yang tidak dapat diatasi dengan akomodasi
b. hipermetrop laten : hipermetrop yang secara fisiologis dapat diatasi oleh tonus otot siliaris
c. hipermetro total : hipermetrop manifest ditambah dengan hipermetrop laten
misal orang hipermetrop dengan visus 6/30:
 dengan koreksi S+2 menjadi 6/6
 dengan koreksi S+3 juga menjadi 6/6
 dengan koreksi S+4 malah memburuk menjadi 6/7,5 maka
kacamata S+2 mengoreksi hipermetrop absolut
kacamata S+3 mengoreksi hipermetrop absolut dan fakultatif ( koreksi fakultatif
adalah S+1)
maka kacamata yang diberikan adalah S+3 yang juga menghilangkan akomodasi saat
melihat jauh, sehingga terasa lebih enak daripada S+2
sisanya yang berupa hipermetrop laten hanya dapat diukur dengan pemeberian obat
tetes siklopegik(atrpin sulfat) saat pengukuran koreksi ( tapi tidak harus dilakukan)
penanganan hipermetrop adalah dengan pemberian lensa sferis positif( konveks/cembung).
Pada hipermetrop derajat rendah dan berumur muda yang tidak mengeluh, maka tidak perlu
koreksi kacamata. Jika tidak ada keluhan melihat jauh tetapi ada keluhan melihat dekat pada
orang muda,maka diberikan koreksi lensa cembung daat melihat dekat atau membaca. Namun
jika pasien umurnya makin tua, perlu koreksi saat melihat jauh dan penambahan lensa baca
(addisi) untuk membaca, dengan demikian diberikan kacamata bifokus, yaitu kaca mata dengan
dua segmen; segmen atas untuk melihat jauh dan segmen bawah untuk melihat dekat, kalau
pasien tidak suka maka dapat diberikan dua kacamata yaitu untuk melihat jauh dan untuk melihat
dekat
2. miopi
adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan terfokusnya sinar yang sejajr yang masuk
mata didepan retina, sehingga terbentuk di retina bayangan yang tampak kabur. Beberpa
penyebab dari miopi adalah axis mata terlalu pendek, lensa mata terlalu kedepan, indeks bias
terlalu besar dan kurvatura kornea terlalu cembung. Pada miopia tidak bida dilakukan kompensasi
sebab kalau terjadi akomodasi maka akan menjadi semakin miop, kelainan ini dikoreksi dengan
lensa spheris (-). Usaha pasien untuk mengatasi miopi kalau tidak melakukan koreksi kacamata
biasanya adalah mengucek-ucek(jw) atau menggosok mata sehingga kurvatura kornea lebih datar
sementara dan penglihatan akan lebih jelas sementara, menyempitkan celah mata sehingga ada
efek celah uang menghasilkan penglihatan lebih jelas, jika ada cahaya yang sangat terang maka
refleks pupil akan menyempit sehingga akan mengurangi lingkaran difus dan penglihatan lebih
jelas, serta untuk melihat jauh ia harus mendekati objek sehingga fokus akan mundur dari badan
kaca ke retina dan menghasilkan bayangan yang lebih jelas.
Penanganan pasien miopia adalah pemberian lensa sferis (-) atau lensa cekung.
- Pada miop ringan, pemberian koreksi biasanya bisa penuh, untuk miop tinggi diberikan
secara tidak penuh
- Pada miop yang tinggi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: perlu dipikirkan kacamata
bacanya yang spheris nya berbeda dengan kacamata untuk melihat jauh, perlu dilakukan
evaluasi fundus dan penglihatan serta ada tidaknya glaukoma secara berkala.
3. Astigmatisme
Adalah suatu refraksi mata yang berbeda pada berbagai meridian. Penyebab utamanya adalah
kurvatura kornea yang tiak benar2 sferis, tetapi agak lonjong menyerupai sendok. Dengan
demikian ada 2 meridian utama, yaitu meridian dengan kekuatan refraksi terbesar dan kekuatan
refraksi terkecil. Pada astigmatisma fokus tidak berbentuk titik namun berbentuk garis.
Pada Astigmatisme regular antara kedua meridian saling tegak lurus sehingga bisa dikoreksi
dengan kaca mata dengan lensa silindris. Astigmatisme dapt berdiri sendiri bisa bersama miop
atau hipermetrop, sehingga ada berbagai macam astigmatisme:
- Astigmat miop simpleks : apabila miridian utama yang satu emetrop, yang lain miop. Dapat
ditangani dengan lensa silinder negatif
- Astigmat miop kompositus : apabila kedua miridian utamanya adalah miop, tetapi derajatnya
yang berbeda, shingga kedua fokus berada didepan retina tetapi dengan jarak yang beda. Dapat
ditangani dengan gabungan lensa sferis (-) dan silinder (-) atau sferis (-) dengan silinder (+)
dengan ukuran silinder lebih kecil untuk memundurkan kedua fokus ke retina
- Astigmat hipermetrop simpleks : apabila miridian utama yang satu emetrop, yang lain
hipermetrop. Dapat ditangani dengan lensa silinder (+)
- Astigmat hipermetrop kompositus : apabila kedua miridian utamanya adalah hipermetrop, tetapi
derajatnya yang berbeda, shingga kedua fokus berada di belakang retina tetapi dengan jarak yang
beda. Dapat ditangani dengan gabungan lensa sferis (+) dan silinder
- Astigmat mikstus : apabila meridian utama yang satu mio yang lain hipemetrop, sehingga fokus
yang satu didepan retina dan yang lain dibelakang retina

Gejala astigmatisme adalah kabur saat melihat juh maupun dekat, dan huruf2 tambak membayang.
Pada astigmat tinggi, dapat menyebabkan diplopia monokuler. Astigmat yang agak tinggi dapat
menyebabkan mata bekerja keras sehingga menimbulkan rasa sakit kepala dan sakir pada mata
setelah penggunaan mata yang agak lama, jika satigmat derajat rendah menyebabkan gelaja astenopia,
lelah mata karena usaha akomodasi.

PUNCTUM REMOTUM(PR) DAN PUNCTUM PROXIMUM(PP)

PR adalah titik terjauh dimana seorang dapat melihat jelas tanpa akomodasi:

1. Pada orang emetrop, PR nya adalah di tempat jauh tak terhingga


2. Pada orang miopi, PR nya adalah pada titik tertentu di depan subjek tergantung dari derajat
miopnya. Pada orang miop satu dioptri PR nya adalah 1 meter, kalau 2 dioptri Prnya adalah 0,5
meter dan seterusnya
3. Pada orang hipermetrop, PR nya adalah berada dibelakang mata( imajiner). Orang hipermetrop 4
dioptri PR nya adalah 25cm dibelakang mata, dan orang hipermetrop 1 dioptri PR nya adalah 1
meter dibelakang mata.

PP adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas yaitu dengan menggunakan akomodasi
maksimal. Dengan demikian PP ditentukan oleh umur(hubungan dengan kekuatan akomodasi) dan
status refraksi.

1. Pada orang emetrop 25 tahun(akomodasi 10dioptri), maka PP adalah 100cm/10 atau 10 cm


2. Pada orang miop 2D umur 25 tahun (akomodasi 10dioptri) maka PP adalah 100cm/(10+2)= 8cm
3. Pada orang hipermetrop 2D umur 25 tahun (akomodasi 10D) maka PP adalah 100cm/(10-2)=12,5
cm

Dengan demikian secara umum, untuk membaca buku maka

1. Orang emetrop membaca biasa saja


2. Orang miop ringan membaca lebih enak
3. Orang hipermetrop membaca kurang enak

PENULISAN RESEP KACAMATA BACA

Akomodasi adalah kemampuan mata untuk melihat dengan jelas pada jarak dekat. Secara umum
disepakati bahwa saat membaca maka jarak membaca yang baik adalah 33 cm. Akomodasi dapat
dilakukan oleh karena kendornya penggantung lensa yang mengakibatkan kapsul lensa dapat
mencembung. Pada bayi kapsul lensa sangat lentur, dengan bertambahnya umur, kapsul lensa
semakin kaku sehingga pada umur 60 tahun (untuk orang indonesia) akomodasi lumpuh sama
sekali. Keluhan astenopia biasanya dapat dirasakan saat membaca dekat dalam waktu lama.
Presbiopi(mata tua) adalah gangguan melihat dekat karena lumouhnya akomodasi akibat umur
tua. Leihan ini akan dialami oleh orang yang emetrop lebih-lebih orang hipermetrop, untuk miop
lebih lambat terjadinya tergantung besarnya miop, makin besar miopinya makin lambat keluhan
presbiopinya
Bagi orang indonesia yang emetrop biasanya umur 40 tahun sudah perlu tambahan kacamata baca
sebesar 1 dioptri (+)
- Umur 40 tahun addisi S+1D
- Umur 45 tahun addisi S+1,5D
- Umur 50 tahun addisi S+2D
- Umur 60 tahun atau lebih addisi S+3D ( karena mulai umur 60 tahun akomodasi sudah lupuh
total)
Contoh:
1. Orang emetrop pada kedua mata umur 50 th
OD: plano(atas), S+2D(bawah)
OS: plano(atas), S+2D(bawah)
2. Orang hipermetrop 1D pada kedua mata umur 60th
OD: S+1D(atas), S+4D(bawah)
OS: S+1(atas), S+4D(bawah)
3. Orang miop 2D pada kedua mata umur 55th
OD: S-2D(atas), S+2D(bawah)
OS: S-2D(atas), S+2D(bawah)

Anda mungkin juga menyukai