Oleh :
102014135
e-mail : DEVIAT.2014fk135@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Keyword:
Abstrak
Kata Kunci :
Pendahuluan
Mata merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi menangkap cahaya dan
memproyeksikan ke dalam otak dalam bentuk impuls rangsangan sehingga kita dapat melihat
benda-benda atau mahluk hidup yang ada dalam dunia ini. Kerusakkan ataupun kelainan yang
terjadi pada mata, akan mempengaruhi fungsi kita untuk melihat. Kelainan tersebut akan
membuat penglihatan kita menjadi kabur atau tidak jelas. Gangguan refraksi atau ametropia
merupakan gangguan yang banyak diderita populasi di dunia. Gangguan ini dapat berupa miopia,
hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling
banyak diderita dan prevalensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi miopia
diperkirakan sekitar 9% pada anak-anak berusia 5 sampai 17 tahun di Amerika Serikat.
Penelitian tentang miopia pada populasi yang berusia muda (antara 15-19 tahun) pernah
dilakukan di Singapura. Didapati bahwa prevalensi miopia lebih tinggi dibanding Amerika
Serikat yaitu 56%. Di Taiwan prevalensinya adalah 84% pada populasi berusia 16-18 tahun.
Sebuah penelitian serial dengan metodologi sama pada anak berusia 7-15 tahun menyebutkan
bahwa terdapat variasi prevalensi miopia antara negara dan etnis yang berbeda. Empat persen di
India, 10%-34% di Malaysia, 5%-17% di Cina selatan, 9%-40% di Malaysia dan Singapura. Di
Indonesia sendiri Saw et al pernah melakukan penelitian yang menemukan bahwa prevalensi
miopia adalah 26%.1,2
Data epidemiologi mengenai astigmatisma dan hiperopia lebih sedikit dibanding miopia.
Kleinstein et al yang meneliti astigmatisma pada anak-anak dan remaja menemukan bahwa
prevalensi astigmatisma sedikitnya 1.0 D adalah 28% pada populasi berusia 5-17 tahun di
Amerika Serikat. Penelitian serial pada populasi antara 5-17 tahun di beberapa negara
menemukan bahwa prevalensi astigmatisma juga bervariasi. Di India prevalensinya antara 3%-
7%, di Cina 6%, dan di Australia 5%. Di Amerika prevalensi astigmatisma pada populasi dewasa
sekitar 20% dan lebih tinggi pada pria. Prevalensi hiperopia sekitar 10% pada penduduk Amerika
Serikat dan meningkat seiring bertambahnya usia. 3
Individu dengan kelainan refraksi tinggi lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kelaianan okular patologis. Pada pasien dengan miopia tinggi terjadi peningkatan insiden
penipisan retina, degenerasi retina perifer, retinal detachment, dan glaukoma.1
Pembahasan
Seorang laki-laki usia 22 tahun , datang ke poli umum dengan keluhan tulisan di
proyektor LCD dan di TV kurang jelas. Keluhan ini sudah di rasakan sejak pasien usia 15 tahun
dan perlahan-lahan bertambah buruk. Pasien sering memicingkan mata dan mengucek kedua
matanya. Tidak ada riwayat mata merah, berair, alergi.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu pengkajian dalam rangkan mendapatkan data tentang pasien
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk
mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi
pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.
Pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan – pertanyaan kepada pasien dengan bebas.
Pertanyaan – pertanyaan ini harus mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medik
pasien.4
a. Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang
diperoleh merupakan data primer, karena langsung dari sumbernya.4
b. Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data
tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan
lagi untuk memberikan data yang akurat. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara
lain sebagai yakni, identitas diri pasien, riwayat pasien ( keluhan utama , keluhan
tambahan ), riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit sosial, alergi dan anamnesis sistem.1 Pada kasus skenario 2 di
dapatkan hasil anamnesanya sebagai berikut :
Anamnesis : Autoanamnesis
Usia : 22 tahun
Keluhan utama : keluhan tulisan diproyektor LCD dan tulisan di TV kurang jelas .
Keluhan tambahan: pasien sering memicingkan mata dan mengucek kedua matanya
Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai
mencapai puncaknya sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu
muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan
hubungan personalnya –perubahan kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang
lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian, konsentrasi,
daya ingat, bicara, bagaimana dia menangani kecemasannya.5
Sejak kapan mengalami keluhan seperti ini? Sejak pasien usia 15 tahun dan perlahan
bertambah buruk.
Selain itu apakah mata pasien, merah, gatal dan mengeluarkan secret?
Apakah ada perasaan mengganjal dimata?
Apakah matanya sakit?
Nyeri pada bola mata?
Sakit pada bgaia kepala?
Alergi?
Obat-obatan
Hasil pemeriksaan:
1. visus
2. Segmen anterior OD dalam batas normal, segmen ODS optic nerve bulat, batas tegas,
CDR 0,3 A:V 2:3, reflek macula positif, perifer tidak ada perdarahan maupun eksudat.
3. Tonometri ODS: 15 mmHg.
Anatomi Mata
Media refraksi
Yang termasuk dalam media refraksi antara lain kornea, Camera oculi anterior, pupil,
lensa, macula lutea. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil pembiasan sinar pada mata
ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa,
badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan
oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal
disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada
keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kornea
Kornea adalah membrane avascular jernih yang melapisi bagian anterior bola mata. Pinggirnya
bebasnya, limbus cor
Working Diagnosis
1. Miopia
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap makan penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptropia.
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasaan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang
retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang macula lutea.
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akbiat bola
mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa lemah sehingga
banyangan difokuskan dibelakang retina.
c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang lemah kurang pada sistem
optic mata.
1. Hipermetropia ringan, yaitu antara Spheris +0.25 Dioptri s/d Spheris +3.00 Dioptri.
2. Hipermetropia sedang, yaitu antara Spheris +3.25 Dioptri s/d Spheris +6.00 Dioptri
3. Hipermetropia tinggi, yaitu jika ukuran Dioptri lebih dari Spheris +6.25 Dioptri.
3.Astigmat
Pada astigmat berkas sinar tdak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retian akan
tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari nmeridian yang tegak lurus
padanya. Jika pada bayi baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang
didalam perkembanganya terjadi keadaan apa yang disebut sebagai astigmatisme with the rule (
astigmat lazim) , sedangkan pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga
astigmat menjadi against the rule (astigmat tidak lazim). Astigmat tidak lazim, merupakan
keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreski dengan slinder negative dilakuakan dengan
sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-50 derajat).
Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan korneea pada median horizontal lebih kuat
dibandingkkan kelengkungan kornea vertical. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Bentuk astigmat :
1. Astigmat regular: astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-perlahan secra teratur dari suatu median kemedia berikutntya.
Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk
garis, lonjong atau lingkaran.
2. Astigmat iregular: astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.
Astigmat irregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama
berbeda sehingga bayangan menjadi irregular. Astigmatisme irregular terjadi akibat
infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa
yang berbeda.
Presbiopia
Kurangnya daya akomodasi disebakan akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa
sukar mencembung. Keadaan berkurangnya daya akomodasu pada usia lanjut disebut
presbyopia.
4.Amblyopia
Amblyopia adalah penurunan visus meskipun dengan korekasi terbaik ketajaman visual
(juga disebut sebagai koreksi ketajaman visual jarak jauh) yang tidak dikaitkan secara langsung
dengan efek dari kelainan struktural dari mata atau aksis visual. Keadaan ini biasanya unilateral,
jarang-jarang bilateral ambilopia menandakan kegagalan perkembangan saraf yang normal
dalam sistem visual dewasa dan disebabkan oleh pengalaman visual normal pada awal
kehidupan yang di hasilkan oleh salah satu berikut; strabisumus, kelainan refraksi berupa
anisometropia atau kelainan refraksi bilateral yang tinggi ( isometropia) dan deprivasi visual.
Pada amblyopia di dapatkan adanya kerusakan pengelihatan sentral, sedangkan daerah
pengelihatan perifer dapat dikatakan normal. Amblyopia diklasifikasikan berdasarkan penyebab
berdasarkan penyebab yang mendasari kelainan, yaitu: amblyopia strabismik, amblyopia reaktif,
amblyopia deprivasi visua. Amblioplia reaktif merupakan bentuk umum lain amblyopia dengan
konsistensi defocus pada retina sebagai penyebab pada satu atau kedua mata dan dibagi menjadi
dua tipe:
5.Anisometropia
Working Diagnosis
Diferential Diagnosis
Manifestasi klinis
Gejala miopia: keluhan sakit kepala sering disertai dengan juling, dan celah kelopak mata yang
sempit, seseorang yang mempunyai miopia kebiasaan menyipitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferi atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).
Gejala hipermetropia: mengeluh mata lelah dan sakit karna terus meneurus harus
berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang telletak dibelakang macula agar
terletak di dareah macula lutea.
Gejala astigma: pengelihatan buram, menegok untuk lebih jelas, membaca lebih dekat.
Gejala presbyopia: biasnya penderita akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa
mata lelalh, berair, dan sering terasa pedas.
Patofisiologi
Miopia
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya
bola mata akibat :
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola
mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai
kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut
miopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Misalnya: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca
operasi glaucoma.
Hipermetropia
Patofisiologi. Ada 3 patofisiologi utama hipermetropia, yaitu:
1. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
2. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal
3. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal.
Astigmatisma
5. Tumor
Penulisan Resep Kaca Mata
Gejala astigmatisme adalah kabur saat melihat juh maupun dekat, dan huruf2 tambak membayang.
Pada astigmat tinggi, dapat menyebabkan diplopia monokuler. Astigmat yang agak tinggi dapat
menyebabkan mata bekerja keras sehingga menimbulkan rasa sakit kepala dan sakir pada mata
setelah penggunaan mata yang agak lama, jika satigmat derajat rendah menyebabkan gelaja astenopia,
lelah mata karena usaha akomodasi.
PR adalah titik terjauh dimana seorang dapat melihat jelas tanpa akomodasi:
PP adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas yaitu dengan menggunakan akomodasi
maksimal. Dengan demikian PP ditentukan oleh umur(hubungan dengan kekuatan akomodasi) dan
status refraksi.
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk melihat dengan jelas pada jarak dekat. Secara umum
disepakati bahwa saat membaca maka jarak membaca yang baik adalah 33 cm. Akomodasi dapat
dilakukan oleh karena kendornya penggantung lensa yang mengakibatkan kapsul lensa dapat
mencembung. Pada bayi kapsul lensa sangat lentur, dengan bertambahnya umur, kapsul lensa
semakin kaku sehingga pada umur 60 tahun (untuk orang indonesia) akomodasi lumpuh sama
sekali. Keluhan astenopia biasanya dapat dirasakan saat membaca dekat dalam waktu lama.
Presbiopi(mata tua) adalah gangguan melihat dekat karena lumouhnya akomodasi akibat umur
tua. Leihan ini akan dialami oleh orang yang emetrop lebih-lebih orang hipermetrop, untuk miop
lebih lambat terjadinya tergantung besarnya miop, makin besar miopinya makin lambat keluhan
presbiopinya
Bagi orang indonesia yang emetrop biasanya umur 40 tahun sudah perlu tambahan kacamata baca
sebesar 1 dioptri (+)
- Umur 40 tahun addisi S+1D
- Umur 45 tahun addisi S+1,5D
- Umur 50 tahun addisi S+2D
- Umur 60 tahun atau lebih addisi S+3D ( karena mulai umur 60 tahun akomodasi sudah lupuh
total)
Contoh:
1. Orang emetrop pada kedua mata umur 50 th
OD: plano(atas), S+2D(bawah)
OS: plano(atas), S+2D(bawah)
2. Orang hipermetrop 1D pada kedua mata umur 60th
OD: S+1D(atas), S+4D(bawah)
OS: S+1(atas), S+4D(bawah)
3. Orang miop 2D pada kedua mata umur 55th
OD: S-2D(atas), S+2D(bawah)
OS: S-2D(atas), S+2D(bawah)