Anda di halaman 1dari 12

REMAJA

a. Definisi Remaja

Remaja adalah suatu tahap perkembangan pada individu, dimana ia mengalami


perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Ia juga merupakan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi
dari periode anak ke dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja, dibatasi usia tertentu. WHO
membagi 2 tahap usia remaja :
1. Remaja awal : 10-14 tahun
2. Remaja akhir : 15-20 tahun

b. Ciri-Ciri Remaja
1. Ciri Biologis:

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra. Saat itu, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-
tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan,
yaitu:

1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH)

2). Luteinizing Hormone (LH).

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.

Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell


Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem


biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll.
Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah
secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2. Ciri Psikologis

Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa cirri berikut:

 Mood (suasana hati) dapat berubah sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh
Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-
rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama.
 Mulai muncul kesadaran akan identitas diri. Anak-anak pra-pubertas biasanya belum
berpikir tentang identitas atau jati dirinya, karena mereka belum memiliki
kemandirian, termasuk dalam persoalan identitas. Anak-anak mengidentifikasi dirinya
dengan orang tuanya. Mungkin bisa dianggap bahwa identitas anak-anak pra-pubertas
sama dengan identitas orang tuanya. Namun, ketika anak memasuki fase kedewasaan
biologis (baligh/ puber), ia mulai merasakan adanya tuntutan untuk mandiri, termasuk
dalam persoalan identitas. Apa yang sebelumnya belum terlintas di dalam pikiran,
kini mulai menjadi hal yang serius. Pertanyaan seperti ”siapa saya sebenarnya?” dan
”apa tujuan hidup saya?” mulai menuntut jawaban-jawaban yang mandiri. Inilah yang
disebut (self-awareness). Oleh karena itu, pertanyaan: “Siapakah Saya?” adalah sah
dan normal, karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai
berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan
bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin
mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak
pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin
selalu mencoba, baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak
seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan
atau mengikuti jejak ayahnya.
Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan
juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau
identitasnya sendiri. Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya
tanpa pemikiran yang lebih jauh. Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui
diri mereka sendiri adalah melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes
minat dan bakat. Test ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat.
 Sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang
lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan
diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
 Cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan
mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek
berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan
jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
 Sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat
“tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan
akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa
yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa
percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar
pembentukan jati-diri positif pada remaja.

Kesalahan Orang Tua Dalam Mendidik Anak Remaja

Masa remaja adalah masa perkembangan psikologis anak untuk menjadi seorang
anak yang mulai tumbuh dewasa atau biasa dikenal dengan masa peralihan dari masa keanak-
anak menjadi orang dewasa. Dimasa ini anak remaja biasanya sukanya meniru gaya atau stile
orang yang dikaguminya sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan bimbingan dari orang tua
agar anak remajanya tidak salah gaya yang dapat membuat rusak untuk masa depannya.

Tapi kebanyak orang tua tidak mengetahui dalam mendidik anak remaja mereka tidak
tau bakat apa yang dimiliki anaknya sehingga bakat anaknya itu terkandas karena kesalahan
dari orang tua. Olehnya itu berikut beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak
remaja mereka:

1. Salah persepsi

Seringkali orang tua menanamkan persepsi yang salah tentang diri sendiri juga
persepsi tentang keberhargaan diri dalam diri anak anaknya baik secara sadar atau
tidak sadar hal ini mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Ketika orang tua
mengajarkan persepsi yang salah kepada diri anak, sebenarnya saat itulah orang tua
sedang menanam ranjau ranjau psikologis yang sewaktu waktu dapat meledak.

Persepsi salah yang seperti apakah yang sering dan tanpa disadari dilakukan orang tua kepada
anak anaknya..? Contoh kecil saja, banyak orang tua yang memaksakan anaknya harus baik
dalam segala hal. Adalah menjadi kebanggaan dan keberhargaan diri bagi orang tua jika anak
anaknya memiliki prestasi diatas rata rata teman teman lainnya.
Orang tua sering menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang mengekspresikan emosi
negative, orang tua juga sering meminta anaknya untuk tidak melakukan kesalahan bahkan
menurut orang tua meminta pertolongan adalah salah dan memalukan.

Ibarat bom waktu, seorang anak bukan saja membutuhkan perhatian, pujian, dan teguran.
Keseimbangan akan hal itu akan membuat sang anak merasa dicintai dan dikasihi. Namun
sayang karena kesibukan perkerjaan dan rutinitas banyak orang tua membiarkan anak
anaknya tumbuh dengan sendirinya sehingga ketika masalah timbul barulah sang orang tua
sibuk mencoba menjadi orangtua yang baik atau bijaksanana.

Kesibukan orang tua kadang membuat mereka tak ada waktu lagi untuk anak anaknya, tak
ada waktu lagi menemani belajar, bahkan tak ada waktu lagi bersenda gurau. Bahkan kadang
lupa memberi apresiasi kepada anaknya yang berprestasi, baru ketika anak berbuat salah
maka orang tua sibuk memberikan perhatian dan sok bijak.

2. Tidak Konsisten

Adalah perangkap masalah umum ketika orang tua tidak lagi konsisten dalam
mengasuh anak. Para orang tua memiliki berbgai macam alasan untuk membenarkan ketidak
konsistenan terhadap anak anaknya. Apapun alasannya, ketidak konsintenan dapat
memperbesar variasi prolem terhadap perilaku anak anaknya. Lalu muncul pertanyaan
pertanyaan pada diri saya “manakah yang lebih baik anak anak tumbuh di dalam keluarga
otoriter atau permisif…? Sebenarnya yang terpenting adalah adanya aturan yang bisa di
prediksi dan konsisten.

3. Komunikasi tertutup

Komunikasi adalah hal atau faktor terpenting dalam mengasuh dan mendidik anak
anaknya. Jika anak anak berpikir bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tua mereka
tentang perasaan dan hidup mereka, Jika ketika mereka berhasil atau gagal bisa dan mampu
menyampaikan secara terbuka kepada orang tuanya, dengan begitu mereka akan merasa
dimiliki dan diperhatikan. Sehinga anak anak akan merasa bermakna bagi diri juga orang
tuanya.
4. Problem solver

Banyak anak dan remaja sekarang menjadi anggota generasi bingung, kalau mau
ditelusuri ke latar belakang pengasuhan mereka, biasanya ditemui bahwa orang tua mereka
kebanyakan berfungsi sebagai problem solver bagi anak anaknya. Akibatnya anak anak
mereka mengalami over-provided dan hidupnya menjadi pasif. Lalu apa alasan orang tua
menjadi problem solver..? Alasan klasiknya adalah orang tua ingin membahagiakan anak
anaknya, orang tua tak ingin anaknya mengalami masalah dalam hidupnya.

5. Tidak ada keteladanan

Seringkali orang tua menggunakan teknik dalam membangun dan mendidik anak anak
dengan cara memerintah, meminta anak anaknya melakukan apa yang di katakan, padahal hal
yang tak kalah pentingnya keteladanan memberikan pengaruh yang sangat kuat dan positif.
Anak anak perlu diberi contoh, dan bukan dengan diperintah. Contoh kecil, banyak orang tua
berharap anak anaknya cerdas, lalu para orang tua memerintahkan anaknya untuk belajar
apapun dan bagaimanapun caranya. Mungkin dengan memberi contoh dan mengajaknya
belajar akan beda, karena penerimaan anakpun akan merasa dirinya diperhatiakan orang
tuanya.

6. Pilih waktu untuk bermain dengan anak anak

Sebagai orang dewasa kadang para orang tua lupa bagaimana menjadi seorang anak
kecil. Banyak orang tua terjebak dalam kesibukan sehari hari untuk mencari nafkah dan
membayar cicilan rumah, tapi banyak orang tua lupa bahwa anak anak juga butuh bermain.
Anak anak butuh berfantasi dan mengembangkan kreatifitasnya. Jangan sibukkan anak anak
dengan berbagai macam les sepanjang minggu. Niatnya baik tapi belum tentu caranya benar,
kadang les yang tidak disukai anak tidak menyelesaikan persoalan justru menambah
persoalan bagi si anak.
Seksual pada remaja

Seksual pada remaja adalah topik yang hampir setiap orangtua mungkin lebih
menghindari daripada hadapi. Namun, masalah ini sangat nyata dan sangat serius, dan
penting bagi orangtua untuk berani menghadapi masalah dan bukan menutup mata, yang
dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan.

Jika Anda menduga bahwa anak remaja Anda bisa secara seksual promiscuous, Anda harus
membuat setiap usaha untuk memahami masalah tersebut sebelum memutuskan tindakan
yang terbaik. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun penerimaan masyarakat terhadap
hubungan seksual pada laki-laki sekaligus pengucilan perempuan seksual promiscuous,
remaja gender baik (dan orang dewasa, dalam hal ini) berada pada risiko yang sama terkena
banyak masalah fisik dan emosional yang terkait dengan seksual.

Konsekuensi dari hubungan seksual bisa serius.


Seksual remaja promiscuous menempatkan diri pada risiko untuk sejumlah hasil yang
berpotensi merusak. Penyakit menular seksual dan infeksi, misalnya, yang merajalela di
kalangan remaja yang terlibat dalam aktivitas seksual berisiko. Para mitra lebih remaja
seksual promiscuous dibutuhkan, semakin besar kemungkinan mereka untuk terjangkit salah
satu penyakit atau infeksi.

Penyakit-penyakit menular seksual tidak lain untuk mengambil ringan. Menurut CDC,
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab utama kematian di antara keenam
orang muda berusia 15-24 tahun di Amerika Serikat. Penyakit menular seksual lainnya
mungkin tampak kurang berbahaya, tetapi bahkan infeksi tertentu telah dikenal untuk
berkontribusi terhadap infertilitas. Human Papillomavirus (HPV) bahkan telah dikaitkan
dengan kanker leher rahim pada anak perempuan remaja. Sekitar 3 juta kasus penyakit
menular seksual dan infeksi dilaporkan di kalangan remaja setiap tahun, sehingga
kemungkinan anak Anda tertular salah satu penyakit relatif tinggi jika hubungan seksual
mereka mendorong mereka untuk terlibat dalam perilaku seksual berisiko.

Efek samping lain yang jelas dari hubungan seksual adalah kemungkinan kehamilan.
Tanggung jawab memiliki dan merawat anak adalah sesuatu yang tidak ada remaja – baik
laki-laki atau perempuan – akan cukup siap untuk menghadapi, namun pilihan antara
membawa bayi untuk istilah atau melakukan aborsi adalah salah satu yang tak terbayangkan
sulit yang dapat menghancurkan Anda anak, apapun pilihan mereka akhirnya membuat.

Bahkan jika anak remaja Anda tidak berakhir hamil atau terinfeksi penyakit menular seksual,
hubungan seksual berdampak proses halus remaja perkembangan emosional dan mental
dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami. Aktivitas seksual sangat banyak pilihan
dewasa, pilihan bahwa remaja banyak yang hanya tidak siap untuk membuat.

Jika Anda menduga bahwa anak remaja Anda bisa secara seksual promiscuous atau dapat
terlibat dalam perilaku seksual berisiko, penting bahwa Anda mengatasi masalah secepat
mungkin. Ingat, tanpa memandang usia anak Anda, kecurigaan Anda yang ada karena suatu
alasan, jadi jangan mengabaikannya. Diskusi dengan anak remaja Anda mungkin akan tidak
nyaman, tapi jika berhenti mereka dari melanjutkan perilaku ini berbahaya, maka hasil positif
sangat layak ketidaknyamanan Anda akan merasa selama pembicaraan. Ingat bahwa dalam
banyak kasus, bantuan profesional adalah pilihan yang layak yang bisa memecahkan banyak
masalah yang Anda sendiri tidak memenuhi syarat untuk alamat.

Berjalan di lorong-lorong setiap sekolah tinggi, dan stereotip klasik akan menjadi
hidup di depan mata Anda. Para Preps, atlet, kutu buku, anak-anak buruk dll Kebanyakan
orang dapat memilih mereka dan tahu pola perilaku. Mungkin remaja paling diabaikan
sebenarnya yang dalam sorotan. Remaja ini dalam daftar kehormatan, mengambil kelas AP,
memainkan olahraga dan memiliki tangan dalam organisasi sekolah. Mereka bahkan dapat
memegang pekerjaan di luar sekolah. Anak ini tampaknya tidak memiliki masalah terbuka.
Ini adalah remaja semua-Amerika, hidup itu di sekolah tinggi sebelum mendapatkan beasiswa
luar biasa untuk perguruan tinggi yang sempurna. Tapi apa harga yang menyertai bahwa
beasiswa menakjubkan? Apa yang akan surat penerimaan perguruan tinggi yang sempurna
benar-benar merugikan mereka?

Sebuah fakta yang terkenal adalah bahwa keseimbangan nutrisi yang baik, tidur dan olahraga
adalah resep untuk gaya hidup sehat. Para remaja yang sehat memiliki resep yang sama,
tetapi satu hal mungkin hilang: kehidupan sosial. Hal ini mungkin tampaknya terjadi dengan
semua kegiatan ekstrakurikuler, tetapi, jika mereka selalu merencanakan suatu acara,
menjalankan club meeting atau harus tetap pada tugas maka beberapa remaja yang tidak
bersosialisasi – mereka bekerja. Para remaja ambisius akan lebih bertanggung jawab daripada
kebanyakan anak-anak dan kurang cenderung untuk bertindak keluar karena semua waktu
yang mereka gunakan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Namun, ini tidak
berarti remaja ini tidak dalam kesulitan.

Remaja ini tidak mengalami karir sekolah sehat tinggi. Mereka menghabiskan Jumat malam
belajar bukan memelihara persahabatan yang mengajarkan mereka keterampilan relasional
penting. Mereka sedang menuju pertemuan lain klub bukan memungkinkan rekan untuk
memimpin sesekali. Tidak hanya ini remaja kehilangan aspek-aspek sosial dari gaya hidup
sehat sekolah tinggi, mereka juga bisa menjadi negatif mempengaruhi kesehatan fisik
mereka.

Semua itu berjalan sekitar overachieving membutuhkan banyak energi. Energi yang harus
datang dari makan dan tidur juga. Benar, remaja ini mungkin mendapatkan tiga kali makan
sehari dari orang tua mereka, tapi semua kelas AP, agenda klub dan itu pekerjaan paruh
waktu cepat makan menjadi waktu luang si remaja. Sering, “figuran” bahkan makan menjadi
waktu yang dapat dihabiskan tidur. Ada juga kemungkinan bahwa beban kerja remaja ini
menyebabkan mereka jumlah abnormal stres. Kecemasan dapat menyebabkan masalah
kesehatan seperti gangguan makan, sakit kepala ketegangan dan bahkan komplikasi serius
seperti bisul.

Intinya adalah bahwa setiap remaja harus mampu untuk bertindak seperti seorang remaja
dalam batas wajar. Overachieving ini, remaja tertekan mungkin tidak memukul anak-anak
kecil di lorong, atau mendengus kokain di belakang bus sekolah, namun mereka masih
membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang tua mereka untuk membuat keputusan yang
sehat. Berbicara dengan anak remaja Anda; mencari tahu apakah mereka benar-benar senang
dengan yang jadwal yang sibuk. Cari tahu apakah mereka melakukan segala sesuatu yang
mungkin karena mereka berpikir mereka harus untuk persetujuan. Jika mereka, membantu
mereka menyeimbangkan hidup mereka sehingga mereka dapat bernapas lagi. Yang paling
penting, biarkan mereka tahu bahwa Anda bangga dari mereka tidak peduli apa nilai yang
mereka dapatkan, atau berapa banyak klub mereka presiden, karena ini remaja ambisius
hanya dapat mencari persetujuan Anda.
Remaja adalah golongan yang paling sering melakukan kegiatan masturbasi, karena
mereka sudah memasuki usia akil balik dan alat reproduksi remaja sudah berada dalam
kondisi yang matang. Bahkan saat ini banyak remaja yang mengalami kecanduan masturbasi.
Akibat sering masturbasi akan mengakibatkan kondisi badan cepat lelah. Karena kegiatan
mastrubasi juga membutuhkan energi dan menguras tenaga yang cukup banyak. Apalagi bagi
mereka yang mengalami kecanduan masturbasi, selain badan menjadi mudah lelah juga akan
menghabiskan waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk melakukan kegiatan lain seperti
belajar menjadi hilang dengan sia-sia.

Sebuah hasil penelitian menunjukan, ketika melakukan masturbasi otot di beberapa bagian
tubuh terutama otot kaki menjadi lebih kencang karena ada gerakan dan tarikan yang kuat.
Jika kekencangan tersebut sering terjadi dan melebihi batas kekuatan otot, bisa menimbulkan
akibat yang sangat fatal yaitu putus. Putusnya otot ini mengakibatkan efek yang tidak kalah
tragis yaitu kelumpuhan. Inilah salah satu akibat sering masturbasi secara tidak langsung.
Meski peristiwa ini jarang terjadi, namun tidak boleh disepelekan begitu saja.

Setelah mengetahui akibat sering masturbasi, para remaja sebaiknya bisa mengendalikan
hawa nafsunya agar tidak melakukan kegiatan yang bisa menimbulkan efek sangat merugikan
tersebut. Dan selain tidak melakukan masturbasi, remaja juga perlu menjaga kesehatan alat
kelaminnya. Salah satu cara untuk untuk menjaga kesehatan alat kelamin remaja adalah
selalu mengganti pakaian dalam minimal dua kali dalam satu hari. Selain itu juga jangan
menggunakan pakaian dalam milik orang lain. Ini untuk menghindari terjadinya penularan
penyakit yang mungkin sudah menjangkiti orang tersebut.

Dan yang tidak kalah penting dalam menjaga kesehatan alat kelamin remaja, jangan
melakukan hubungan seks sebelum menikah apalagi suka berganti-ganti pasangan. Jika ini
dilakukan maka penyakit kelamin akan lebih mudah dan cepat menular. Jadi tidak berbeda
jauh dengan kecanduan masturbasi, seks bebas juga sama-sama membahayakan.

Agar lebih mengetahui bagaimana cara menghindari kecanduan masturbasi dan seks bebas,
bacalah buku-buku bacaan yang mengulas tentang pendidikan seks dan kesehatan alat
kelamin remaja. Jika ada masalah yang tidak diketahui jangan takut atau segan untuk
bertanya pada orang tua atau guru di sekolah. Jangan mencari informasi sendiri yang
sumbernya tidak jelas dan menyesatkan
Cinta dan sekolah

Memasuki masa pubertas, remaja mulai mengenal hal baru karena pengaruh
perkembangan hormon, yaitu rasa ketertarikan pada lawan jenis. Secara fisik, tubuh mulai
mengalami perubahan, baik perempuan maupun laki-laki semakin peduli dengan penampilan
mereka. Satu permasalahan yang selalu menguras energi mulai muncul, yakni tentang cinta
dan sekolah.

Cinta mampu membawa dampak yang baik dan buruk bagi anak sekolah. Agar tidak terjebak
dampak negatif cinta, berikut tips yang perlu dilakukan:

1. Pilihlah pacar yang memberikan motivasi


Si Andre memang ganteng, jelas kalah dengan Beni teman akrab kamu. Ketika
keduanyamenyatakan cinta, siapa yang kamu pilih? Pasti jawabannya Andre. Tampang
bukanlah ukuran utama mencari pacar, apalagi kalau kelebihan yang doi miliki cuma
tampang. Lebih baik pilih Beni, karena doi selalu memberi motivasi dan semangat ke kamu.
Kalau bukan Beni, mungkin kamu tidak pernah yakin bila tulisan kamu pantas dipublikasikan
atau wajah kamu cukup cantik untuk jadi gadis sampul. Pilih seorang motivator untuk kamu
cintai!

2. Jatuh cintalah pada anak sekolah yang pintar


Ingin pintar? Dekati cowok atau cewek menarik dan pintar. Walaupun sedikit terdengar aji
mumpung, tetapi jatuh cinta dengan cowo atau cewe pintar membuat kamu tertantang untuk
maju.

3. Lakukan aktivitas positif bersama


Berpacaran tidak melulu harus berdua-duaan. Lakukan kegiatan ekstrakulikuler atau
intrakulikuler bersama-sama. Tantang pasangan dalam meraih prestasi.

4. Jangan terjebak cinta “buta”


Remaja terkadang “buta” ketika berbicara tentang cinta. Seperti apapun pacar kamu, kamu
akan menilai doi 100% baik, kamu seolah menafikan semua tabiat buruk dari doi, padahal
pandangan terbuka dan akal sehat tetap penting dalam urusan cinta.

5. Ingat, masa depan kamu masih panjang!


Pergaulan remaja penuh dengan godaan. Apalagi pasangan remaja yang baru mengenal cinta.
Banyak remaja yang mengenyampingkan sekolah demi cinta atau menganggap remeh masa
depan, padahal kamu belum akan menikah saat ini bukan? Karena itu, tetap waspada dan
nikmati masa muda kamu dengan langkah yang benar

Anda mungkin juga menyukai