Anda di halaman 1dari 13

JPPM Vol. 10 No.

2 (2017)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING


MATERI ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII
Resty Neli Prisiska1), Hapizah2), dan Muhammad Yusuf3)
1)
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya
2,3)
Dosen Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya

restyprisiska@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to: (1) develop the student worksheets using problem based learning model in social
arithmetic which is valid and practical for the seventh grade students in junior high school, and
(2)determine the potential effects of the student worksheets on students learning outcomes. This study was
a qualitative research which used development study in design research method.The subjects were 32
students of VII class in SMPN 1 Indralaya Utara. There were two stages in this study, the preparation stage
and the formative evaluation stage which consisted of self-evaluation, development, and field test. The
techniques for collecting the data were walkthrough, observation, test, and interview. Based on the result
of study, this study had developed three student worksheets using problem based learning model in social
arithmetic which was valid and practical. The valid category was based on the validator review about the
content, construct, and language in prototype one. The practical category was based on the result of the
small group try out, which showed that the student have done all of the steps in the student worksheet.
Based on the commentary of the student, the worksheet was easy to do. This student worksheet had potential
effects on student learning outcomes such as cognitive aspect (knowledge), affective aspect (attitude), and
psychomotor aspect (skills). In cognitive aspect, the students which got the score higher than 70 was about
78,125% students. In the affective aspect, all of the students showed a honesty and responsive attitude based
on the observation while the students doing the test, and based on the performance of the students showed
that they had some good skills in psychomotor aspect.

Keywords: Social Arithmetic, Student Worksheet, Problem Based Learning.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menghasilkan LKS (Lembar Kerja Siswa) dengan model problem based
learning pada materi aritmetika sosial yang valid dan praktis di kelas VII, dan (2) mengetahui efek potensial
dari LKS terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
Design Research tipe Development Study. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Indralaya
Utara yang berjumlah 32 siswa. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan, tahap
formative evaluation terdiri dari self evaluation, pengembangan, dan field test. Teknik pengumpulan data
adalah dengan walkthrough, observasi, tes, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tiga
LKS materi aritmetika sosial berbasis problem based learning yang valid dan praktis. Valid terlihat dari
hasil penilaian validator, dimana validator mengomentari LKS prototype one dari segi konten, konstruk
dan bahasa. Praktis terlihat dari hasil ujicoba small group, dimana berdasarkan analisis lembar jawaban
siswa didapat bahwa siswa sudah mampu menyelesaikan setiap tahapan yang ada dan dari lembar komentar
siswa didapat bahwa LKS yang diberikan mudah dikerjakan. LKS yang dikembangkan memiliki efek
potensial terhadap hasil belajar dari ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotorik
(keterampilan). Pada ranah kognitif sebanyak 25 siswa (78,125%) mendapat nilai > 70, pada ranah afektif
semua siswa sudah menunjukkan sikap jujur dan responsif terlihat dari hasil observasi selama pengerjaan
LKS, serta pada ranah psikomotorik semua siswa sudah baik keterampilannya terlihat pada hasil unjuk
kerja siswa.

Kata kunci: Aritmetika Sosial, Lembar Kerja Siswa, Problem Based Learning.

82
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

A. PENDAHULUAN
Aritmatika sosial merupakan bagian itu, hasil penelitian Amalia (2011),
dari matematika yang disebut ilmu hitung. menunjukkan bahwa pembelajaran
Dalam ilmu hitung dibicarakan tentang sifat- matematika menggunakan LKS yang valid
sifat bilangan, dasar-dasar pengerjaan lebih efektif dibanding pembelajaran tanpa
seperti menjumlah, mengurang, membagi, menggunakan LKS. Pada pembelajaran
mengalikan, menarik akar dan lainnya matematika terdapat salah satu pokok
(Harahap, 2010). Banyak siswa yang masih bahasan aritmetika sosial, maka dapat
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan disimpulkan pembelajaran aritmetika sosial
persoalan yang berkaitan dengan harga beli, juga dapat menggunakan LKS. Akan tetapi,
harga jual, laba dan diskon (Yuliastuti, LKS yang ada saat ini masih berupa
2014). Siswa mengalami kesulitan dalam ringkasan materi dan kumpulan soal saja
memahami aritmetika sosial dikarenakan (Novitasari, 2013). Selama ini sering
siswa masih kurang teliti dalam perhitungan terdengar keluhan bahwa LKS hanya berisi
dan penyelesaian soal pada materi aritmetika soal-soal, dan siswa diminta
sosial (Hayungingtyas, 2012). Kemudian mengerjakannya pada saat jam kosong atau
siswa pada umunya dalam pembelajaran untuk PR (Muhammad & Amri, 2013:96)
cenderung hanya dihadapkan pada suatu soal LKS biasa selama ini masih
yang harus dikerjakan dengan suatu rumus menyajikan materi yang padat sehingga
tertentu yang membuat siswa bosan tidak mendorong siswa untuk
sehingga menjadi kurang memahami materi mengembangkan kemampuan berpikirnya
(Nilasari, 2011) seperti kesulitan dalam (Fannie & Rohati, 2014). LKS yang
menentukan laba, rugi, rabat, bruto, neto, mendukung proses pembelajaran seharusnya
dan tara karena siswa hanya menghafalkan dapat mendorong siswa untuk mampu
rumus (Purwaningsih dkk, 2014). berpikir sendiri, menganalisis sendiri, dan
Materi aritmetika sosial lebih menyusun sendiri hasil akhir dari
menekankan pada kemampuan siswa dalam kegiatannya (Pradipta & Hernawati, 2015).
memahami konsep matematika kontekstual Maka dari itu diperlukan LKS yang mampu
yang menggambarkan kehidupan sehari- menggiring siswa dalam berpikir dan
hari, soal-soal yang diberikan menuntut menyelesaikan masalah. LKS berbasis
siswa untuk mampu memecahkan masalah model Problem Based Learning merupakan
yang berbentuk soal cerita (Siswanto, LKS yang dapat membantu menggiring
Hudiono & Satria, 2013). Namun, kenyataan siswa dalam berpikir dan menyelesaikan
dilapangan menunjukkan bahwa tidak masalah.
sedikit siswa SMP yang kurang memiliki Problem based learning adalah suatu
pemahaman pada materi aritmetika sosial model pembelajaran yang dirancang untuk
(Siswanto, Hudiono & Satria, 2013). membantu siswa mengembangkan
LKS memuat sekumpulan kegiatan keterampilan berfikir dan keterampilan
mendasar yang harus dilakukan oleh siswa mengatasi masalah, mempelajari peran-
untuk memaksimalkan pemahaman dalam peran orang dewasa, serta menjadi pelajar
upaya pembentukan kemampuan dasar yang mandiri (Arends, 2008). PBL
sesuai indikator pencapaian hasil belajar merupakan suatu model pembelajaran yang
yang harus ditempuh (Trianto, 2009: 222). berfokus pada siswa dengan menggunakan
Melalui LKS peserta didik merasa diberi masalah dalam dunia nyata yang bertujuan
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas untuk menyusun pengetahuan siswa, melatih
dan merasa harus mengerjakannya terlebih kemandirian dan rasa percaya diri, serta
lagi jika guru memberikan perhatian penuh mengembangkan keterampilan berpikir
terhadap hasil pekerjaan mereka sehingga siswa dalam pemecahan masalah (Trianto,
peserta didik terlibat aktif dalam 2007:68). Problem Based Learning
pembelajarannya (Pariska dkk, 2012). Selain merupakan salah satu model pembelajaran

83
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

pada kurikulum 2013. Sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai


disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan standar proses, perlu digunakan LKS
PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang mengoptimalkan kegiatan
yang menyajikan masalah sehingga dapat pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan
memicu siswa untuk belajar. sebuah LKS yang mampu menggiring siswa
Untuk mencapai tiga ranah pada untuk memecahkan masalah dari materi
standar kelulusannya, yaitu ranah tersebut yang relevan dengan kurikulum
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan 2013. LKS berbasis Problem Based
keterampilan (psikomotorik), perlu aktivitas Learning merupakan LKS yang dapat
mengingat, memahami, menerapkan, membantu siswa dalam melakukan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pemecahan masalah tersebut. Hal ini sejalan
yang terkandung dalam pendekatan ilmiah dengan kurikulum 2013 yang sedang berlaku
(Scientific) dan tematik. saat ini menganjurkan adanya aktivitas aktif
Pendekatan Scientific atau lebih umum siswa dalam proses pembelajaran
dikatakan pendekatan ilmiah merupakan (Permendikbud, 2013). Dalam kurikulum
pendekatan yang digunakan pada kurikulum 2013, proses pembelajaran menjadi kunci
2013 (Atsnan, 2013). Dalam pengertian utama dalam implementasinya
pendekatan Scientific ada lima langkah (Kusumangtyas, 2013). Implementasi
proses pembelajaran yaitu: mengamati, kurikulum 2013 khususnya pada
menanya, mengumpulkan pembelajaran Matematika , siswa dituntut
informasi/eksperimen, untuk dapat lebih aktif dalam menemukan
mengasosiasikan/mengolah informasi dan hal-hal yang baru dan dapat menyelesaikan
mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013). ataupun menyimpulkan setiap
Pengembangan LKS PBL pernah permasalahan.
dilakukan oleh (Nugroho, 2014) dalam Berdasarkan uraian diatas maka
penelitiannya berjudul “Pengembangan RPP peneliti bermaksud untuk melakukan
dan LKS Berbasis Problem Based Learning penelitian dengan judul “Pengembangan
pada Materi Himpunan Siswa SMP Kelas LKS berbasis Problem Based Learning pada
VII”. Berdasarkan penelitian tersebut, Materi Aritmetika Sosial kelas VII” yang
pengembangan LKS sangat diperlukan valid dan praktis serta memiliki efek
karena akan memberikan dampak yang baik potensial terhadap hasil belajar.
terhadap pembelajaran matematika. Untuk

B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah design pelajaran matematika di SMP Negeri 1
research tipe development study, yang Indralaya Utara. Selanjutnya, melakukan
bertujuan untuk menghasilkan LKS berbasis persiapan-persiapan, seperti mengatur
problem based learning yang valid dan jadwal penelitian dan prosedur kerjasama
praktis serta memiliki efek potensial dengan guru kelas yang akan dijadikan
terhadap hasil belajar. Menurut Tessmer tempat penelitian, atau menentukan siapa
dalam Zulkardi (2006), penelitian saja yang nantinya terlibat dalam penelitian.
pengembangan difokuskan pada 2 tahap Pada tahap formative evaluation,
yaitu tahap preliminary dan tahap formative tahap pertama yang dilakukan adalah self
evaluation yang meliputi self evaluation yaitu peneliti menganalisis dan
evaluation,expert review dan one-to-one, mendesain. Pada tahap menganalisis,
small group, serta field test. peneliti melakukan analisis yang meliputi
Pada tahap preliminary, tahap ini analisis siswa, analisis kurikulum, analisis
adalah tahap penentuan tempat dan subjek kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
penelitian, dalam hal ini peneliti sesuai dengan Kurikulum 2013 SMP,
menghubungi kepala sekolah dan guru mata analisis indikator kompetensi dasar, analisis

84
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

materi, dan analisis kriteria penilaian. Pada LKS prototipe kedua yang merupakan
tahap mendesain, peneliti mendesain LKS hasil revisi LKS prototipe pertama akan
berbasis Problem Based Learning materi dilanjutkan ke tahap small group. Pada tahap
aritmetika sosial dan RPP. Kemudian hasil small group, LKS prototipe kedua
desain LKS yang telah diperoleh akan diujicobakan kepada enam orang siswa yang
divalidasi oleh pakar (expert). Hasil terbagi kedalam tiga kelompok yang
pendesainan ini disebut sebagai prototipe beranggotakan 2 orang diminta untuk
pertama. Masing-masing prototipe fokus mengerjakan dan memberikan tanggapan
pada tiga kriteria, yaitu: konten (isi), pada LKS. Selama proses pengerjaan LKS
konstruks dan bahasa. Dari tahap pendesaian pada tahap ini akan dilakukan observasi
ini didapatkan LKS prototipe 1. Prototipe 1 untuk melihat gambaran kepraktisan dari
ini akan diujikan dalam tahap expert review penggunaan LKS. Lembar komentar dan
dan one-to-one. saran siswa digunakan juga sebagai bahan
Pada tahap expert review, LKS pertimbangan untuk merevisi LKS.
prototipe pertama dikonsultasikan kepada Pada tahap field test, LKS prototipe
para pakar (expert review) dan dievaluasi ketiga yang merupakan hasil revisi LKS
berdasarkan kriteria validasi konten, prototipe kedua diujicobakan pada subjek
konstruk, dan bahasa. Hasil evaluasi dari penelitian untuk melihat efek potensial dari
validasi pakar ditulis di lembar validasi LKS yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi terhadap hasil belajar siswa.
LKS prototipe pertama. Teknik pengumpulan data yang
LKS prototipe pertama juga diberikan digunakan dalam penelitian ini adalah
ke tahap one-to-one. Pada tahap ini, LKS walkthrough, tes yang digunakan untuk
prototipe pertama diujicobakan kepada tiga melihat efek potensial terhadap hasil belajar
orang siswa dimana selama proses ranah kognitif dan psikomotorik dari LKS,
pengerjaannya akan dilakukan observasi observasi untuk melihat efek potensial
untuk melihat gambaran kerja siswa serta terhadap hasil belajar ranah afektif (sikap)
wawancara untuk melihat kesulitan siswa. ketika siswa mengerjakan LKS pada tahap
Kemudian siswa juga diminta untuk field test, dan wawancara untuk melihat
memberikan tanggapan dan komentarnya kesulitan siswa tahap one-to-one dan
tentang LKS tersebut. Hasil yang didapat kemudahan siswa dalam mengerjakan LKS
pada tahap one-to-one juga dijadikan bahan tahap small group.
untuk merevisi prototipe pertama.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian tahap ini anak sudah mampu bernalar tanpa
Preliminary Evaluation harus berhadapan dengan objek atau
Pada tahap Analisis Siswa ini mengalami peristiwa langsung (Alhaddad,
bertujuan untuk mengetahui karakteristik 2012). Karakteristik anak pada umur
dan kebutuhan dari siswa dimana peneliti tersebut yaitu lebih menyukai pembelajaran
melakukan observasi di SMP N 1 Indralaya aktivitas kelompok dan rasa ingin tahu untuk
Utara. Karakteristik siswa yang dianalisis mencoba hal-hal baru. Pada masa ini juga
adalah siswa kelas VII-A. Berdasarkan merupakan kegiatan kognitif tingkat tinggi,
diskusi dengan guru matematika siswa kelas mereka membutuhkan pembelajaran yang
VII-A yang akan dijadikan subjek penelitian mampu mengeksplorasi kemampuan yang
memiliki kisaran umur 12 tahun. mereka miliki.
Perkembangan kognitif anak dengan umur Pada tahap desain peneliti mendesain
berkisar 12 tahun menurut teori Piaget sudah LKS dan RPP. Peneliti mendesain LKS yang
memasuki tahap operasi formal, dimana menggunakan konteks dan disesuaikan
merupakan tahap akhir perkembangan. Pada dengan kemampuan siswa SMP. Langkah-

85
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

langkah yang dilakukan oleh peneliti antara masalah (Defining the Problem), (3)
lain: pembelajaran mandiri (Self
a. Mengumpulkan bahan tentang materi Learning), (4) pertukaran
aritmetika sosial, bahan yang pengetahuan (Exchange knowledge),
dikumpulkan berasal dari buku (5) penilaian (Assessment)
matematika kelas VII SMP pada d. Menghubungkan materi dengan
kurikulum 2013 dari internet. langkah-langkah operasional problem
b. Menyusun Struktur LKS, pada tahap based learning, pada bagian ini
ini peneliti menetapkan judul-judul peneliti memasukkan materi pada
LKS, petunjuk siswa, kompetensi langkah-langkah problem based
yang akan dicapai, informasi learning sehingga siswa mampu
pendukung memecahkan sendiri permasalahan
c. Menyusun langkah-langkah pada dalam materi aritmetika sosial.
LKS, pada bagian ini langkah- Setelah melakukan langkah-langkah
langkah yang diambil yaitu langkah- diatas maka didapatlah desain awal dari LKS
langkah operasional problem based dengan model problem based learning pada
learning. Menurut Kemendikbud materi aritmetika sosial yang dibuat oleh
(2013) langkah-langkahnya adalah peneliti. Desain awal dari LKS dapat dilihat
sebagai berikut : (1) konsep dasar pada gambar 1.
(Basic Concept), (2) pendefenisian

Gambar 1. Cuplikan Desain Awal LKS

Formative Evaluation dinamakan dengan Prototipe Pertama.


Self Evaluation Gambar 2 merupakan contoh Prototipe
Pada tahap ini, peneliti melakukan Pertama. Gambar tersebut merupakan
penilaian sendiri terhadap pendesainan LKS bentuk LKS pada prototipe pertama yang
aritmetika sosial. Peneliti mereview kembali telah didesain dibantu oleh pembimbing I
langkah-langkah pada LKS sesuai dengan dan pembimbing II. Selanjutnya LKS
langkah-langkah operasional pada model tersebut akan diberikan ke expert pada
problem based learning. Hasil dari revisi tahapan selanjutnya.

86
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

Gambar 2. Cuplikan prototipe pertama

Prototyping (validasi, evaluasi, dan revisi) One-to-one


Validasi dan Revisi Prototipe Pertama Setelah proses validasi pakar, peneliti
Expert Review melakukan validasi one-to-one. LKS
Tahap expert review melibatkan beberapa prototipe pertama diujicobakan kepada tiga
pakar sebagai validator, yaitu: orang siswa. Ketiga siswa ini diminta untuk
a. Dr. Elly Susanti, S.Pd. M.Pd., mengerjakan tiga buah LKS selama 2 kali
dosen pendidikan matematika pertemuan (2 LKS pertemuan pertama dan 1
Unsri LKS pertemuan kedua). Selama proses
b. Weni Dwi Pratiwi S.Pd., M.Sc., pengerjaan LKS, peneliti melakukan
dosen pendidikan matematika observasi dan wawancara untuk melihat
Unsri kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa.
c. Elly S.Pd., guru matematika Selain itu siswa juga diminta untuk
SMP N 1 Indralaya Utara memberikan tanggapan tentang LKS yang
Tanggapan dan saran dari validator dikerjakan pada lembar komentar siswa.
tentang LKS yang telah dibuat ditulis pada Kesulitan pada hasil pengerjaan LKS,
lembar validasi sebagai bahan untuk observasi dan wawancara serta tanggapan
merevisi LKS. siswa pada lembar komentar dijadikan bahan
Berdasarkan hasil validasi expert, untuk merevisi prototipe pertama.
didapat bahwa bagian yang perlu diperbaiki Revisi Prototipe Pertama
salah satunya pada bagian konstruks. Revisi dari prototipe pertama disebut
Konstruks pada LKS aritmetika sosial tidak prototipe kedua. Berikut salah satu bagian
sesuai, sehingga LKS sukar dimengerti yang telah direvisi dari prototipe pertama
untuk anak SMP. Kemudian terdapat saran menjadi LKS prototipe kedua dapat dilihat
agar latihan LKS dijawab menggunakan pada gambar 3.
model problem based learning.

87
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

Gambar 3. Perubahan prototipepertama ke prototipe kedua

Prototipe Kedua berdasarkan hasil wawancara didapat bahwa


Small Group siswa sudah dapat mengerjakan LKS dengan
Pada tahap ini peneliti benar. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa
mengujicobakan LKS pada prototipe kedua LKS prototipe kedua yang diujikan kepada 3
kepada 6 orang yang dibagi kedalam 3 kelompok dalam tahap small group
kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 2 termasuk katagori praktis walaupun ada
orang. Berdasarkan hasil small group bagian yang harus diperbaiki.
didapat analisis jawaban siswa menunjukkan Revisi Prototipe Kedua
siswa sebagian besar sudah mampu Revisi dari prototipe pertama disebut
mengerjakan setiap tahapan yang ada pada prototipe kedua. Berikut salah satu bagian
LKS dengan baik. Berdasarkan komentar yang telah direvisi dari prototipe kedua
siswa dapat diketahui bahwa LKS yang menjadi LKS prototipe ketiga dapat dilihat
dikembangkan mudah dikerjakan. Selain itu, pada gambar 4.

Gambar 4. Perubahan prototipekedua ke prototipe ketiga

88
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

Field Test terdiri dari 32 siswa untuk mengetahui


Setelah didapat prototipe ketiga yang apakah LKS dengan model problem based
valid dan praktis, maka dilakukan field test. learning memiliki efek potensial terhadap
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif
evaluasi formatif pengembangan LKS dan psikomotorik. Hasil analisis terhadap
dengan model problem based learning. Pada hasil belajar siswa dari pelaksaan field test
tahap ini, peneliti menguji cobakan prototipe pada ranah kognitif, afektif dan
ke tiga LKS dengan model problem based psikomotorik dapat dilihat pada tabel 1, 2
learning ke subjek penelitian yaitu siswa dan 3 berikut.
kelas VII SMP N 1 Indralaya Utara yang
Tabel 1 Nilai Akhir Tes
No Rentang Angka Frekuensi Persentase
1 90 < ≤ 100 9 28,125%
2 80 < ≤ 90 9 28,125%
3 70 < ≤ 80 7 21,875%
4 ≤ 70 7 21,875%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat 80 < ≤ 90 sebanyak 9 siswa


hasil belajar siswa ranah kognitif (28,125%), mendapat nilai 70 < ≤ 80
(pengetahuan) siswa yang mendapat nilai sebanyak 7 siswa (21,875%), mendapat
90 < ≤ 100 sebanyak 9 siswa nilai ≤ 70 sebanyak 7 siswa (21,875%)
(28,125%), mendapat nilai
Tabel 2 Persentase Hasil Ranah Psikomotorik (Keterampilan)
No Rentang Angka Predikat Frekuensi Persentase
1 3,34 − 4,00 Sangat Baik 16 50%
2 2,34 − 3,33 Baik 16 50%

Dari tabel 2 dapat dilihat 32 siswa yang hampir seluruh siswa menjawab
(100%) telah memiliki keterampilan dalam pertanyaan dengan tepat. Selain itu untuk
menyelesaikan masalah yaitu pada aspek keterampilan menjelaskan prosedur terlihat
keterampilan perhitungan dan keterampilan dari siswa sudah mampu mengerjakan soal
menjelaskan prosedur jawaban. Siswa sudah secara prosedural dan memberikan alasan
mampu dalam berhitung dengan baik terlihat dalam pengerjaannya.
dari jawaban mereka pada soal pemahaman
Tabel 3 Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif (Sikap)
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 4 Sangat Baik 9 28,125%
2 3 Baik 23 71,875%

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui pengembangan LKS dilaksanakan dalam


sikap siswa selama proses pengerjaan LKS beberapa tahap yaitu tahap self evaluation
yaitu 32 siswa (100%) sudah menunjukkan dan tahap prototyping (expert review, one-
jujur dan responsif. to-one, small group) dan field test (Zulkardi,
2006). Pada tahap self evaluation produk
2. Pembahasan yang dihasilkan disebut prototype pertama.
Penelitian ini bertujuan untuk Tahap ini dilakukan penilaian terhadap LKS
menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi Aritmetika Sosial oleh peneliti
dengan model problem based learning yang sendiri.
valid, praktis, dan mempunyai efek potensial Setelah tahap self evaluation selesai,
terhadap hasil belajar. Penelitian peneliti selanjutnya melakukan expert

89
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

review terhadap LKS prototype pertama kelompok terdiri dari 2 orang. Berdasarkan
yang diberikan kepada dua dosen pendidikan analisis jawaban siswa pada LKS sebagian
matematika dan satu guru matematika SMP besar siswa dapat menyelesaikan setiap
N 1 Indralaya Utara. Berdasarkan komentar tahapan yang ada pada LKS dengan baik.
dan saran expert review,dihasilkan LKS Selain itu, komentar siswa juga menyatakan
yang sudah dapat digunakan dilihat dari segi bahwa LKS yang diberikan mudah
konten (kesesuaian kompetensi dasar dan dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan hasil
indikator kurikulum 2013 serta teori wawancara juga diperoleh bahwa siswa
pembelajaran materi aritmetika sosial), sudah mampu mengerjakan LKS.
konstruk (LKS yang dikembangkan telah Setelah dilakukan tahap small group
sesuai dengan tujuan pembelajaran, langkah- didapatlah LKS dengan model problem
langkah operasional problem based based learning yang valid dan praktis yang
learning, dan sesuai dengan RPP) dan disebut prototype ketiga. Prototype ketiga
bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang kemudian diuji cobakan pada tahap field test
Disempurnakan (EYD), menggunakan untuk melihat efek potensial LKS terhadap
bahasa yang komunikatif dan kalimat yang hasil belajar siswa. Pada tahap field test
tidak rancu). prorotype ketiga diujicobakan kepada 32
Tahap expert review dan one-to-one siswa kelas VII-A SMP N 1 Indralaya Utara
bertujuan untuk mendapatkan LKS dengan yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15
model problem based learning yang valid. siswa perempuan. Tahap field test dilakukan
Kevalidan dilihat dari segi konten, konstruk, sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan
dan bahasa. Dari segi konten, LKS berbasis pertama LKS 1 (harga jual, harga beli,
problem based learning yang dikembangkan untung dan rugi), pertemuan kedua LKS 2
peneliti sudah sesuai dengan kompetensi inti (bunga tunggal) dan pertemuan ketiga LKS
dan kompetensi dasar pada kurikulum 2013. 3 (diskon, bruto, tara dan neto). Dari
Dari segi konstruk, LKS yang pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga
dikembangakn telah sesuai dengan tujuan diadakan observasi untuk melihat efek
pembelajaran, langkah-langkah operasional potensial LKS terhadap hasil belajar ranah
model problem based learning dan sesuai afektif (sikap) yaitu sikap jujur dan
dengan RPP. Dari segi bahasa, LKS telah responsif. Pertemuan keempat diadakan tes
menggunakan bahasa sesuai dengan EYD, untuk melihat efek potensial LKS terhadap
menggunakan bahasa yang komunikatif, dan hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan)
kalimat yang tidak rancu. Langkah-langkah dan psikomotorik (keterampilan) melalui
operasional yang diguakan dalam LKS yang unjuk kerja menyelesaikan soal.
dikembangkan oleh peneliti disesuaikan Selanjutnya dilakukan analisis untuk
dengan lnagkha-langkah operasioanl model mengetahui apakah LKS memiliki efek
problem based learning. Menurut potensial terhadap hasil belajar. Pada
Kemendikbud (2013) langkah-langkah kurikulum 2013 hasil belajar meliputi
operasional problem based learning yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
(1) konsep dasar (Basic Concept), (2) psikomotorik (keterampilan) (kemendikbud
pendefenisian masalah (Defining the 2013). Untuk hasil belajar siswa ranah
Problem), (3) pembelajaran mandiri (Self kognitif (pengetahuan), siswa yang
Learning), (4) pertukaran pengetahuan mendapat nilai
(Exchange knowledge), (5) penilaian 90 < ≤ 100 sebanyak 9 siswa
(Assessment). (28,125%), mendapat nilai
Sementara dari kepraktisan, LKS 80 < ≤ 90 sebanyak 9 siswa (28,125%),
dapat dikatakan praktis dengan melihat hasil mendapat nilai
dari tahap small group. Pada tahap ini LKS 70 < ≤ 80 sebanyak 7 siswa (21,875%),
diuji cobakan ke 6 orang siswa yang mendapat nilai
dibentuk ke dalam 3 kelompok, tiap ≤ 70 sebanyak 7 siswa (21,875%). Untuk

90
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

hasil belajar ranah psikomotorik, didapatkan yang bertanya. Dapat disimpulkan


32 siswa (100%) telah memiliki bahwaLKS dengan model problem based
keterampilan yang baik dalam learning yang peneliti kembangkan sudah
menyelesaikan masalah yaitu pada aspek memiliki efek potensial terhadap hasil
keterampilan perhitungan dan keterampilan belajar dalam ranah afektif (sikap).
menjelaskan prosedur jawaban. Siswa sudah Dengan demikian didapat bahwa LKS
mampu dalam berhitung dengan baik terlihat yang dikembangkan peneliti memiliki efek
dari jawaban mereka pada soal pemahaman potensial terhadap hasil belajar. Efek
yang hampir seluruh siswa menjawab potensial yang baik terhadap hasil belajar
pertanyaan dengan tepat. Selain itu untuk tersebut sesuai dengan teori dari model
keterampilan menjelaskan prosedur terlihat problem based learning. Problem Based
dari siswa sudah mampu mengerjakan soal Learning merupakan suatu model
secara prosedural dan memberikan alasan pembelajaran yang berfokus pada siswa
dalam pengerjaannya. Dapat disimpulkan dengan menggunakan masalah dalam dunia
LKS dengan model problem based learning nyata yang bertujuan untuk menyusun
yang peneliti kembangkan sudah memiki pengetahuan siswa, melatih kemandirian dan
efek potensial terhadap hasil belajar ranah rasa percaya diri, serta mengembangkan
psikomotorik (keterampilan). keterampilan berpikir siswa dalam
Pada ranah sikap, didapat 32 siswa pemecahan masalah (Trianto, 2007:68).
(100%) sudah menunjukkan jujur dan Model Problem Based Learning menuntut
responsif. Sikap jujur dari siswa tidak siswa untuk belajar aktif, menuntut
mencontek serta tidak menjadi plagiat dalam pembelajaran mampu memecahkan masalah
mengerjakan LKS, terlihat mereka yang dibuat pengajarnya ataupun masalah
mengerjakan LKS secara berkelompok dan yang dibuat sendiri, hal ini akan memacu
tidak melihat pengerjaan dari kelompok lain. prestasi dan hasil belajar siswa secara efektif
Siswa juga sudah membuat laporan (Zaduqisti, 2010).
berdsarkan data atau informasi apa adanya, Dari hasil penelitian ini juga
hal ini terlihat mereka bersemangat mempunyai beberapa kekurangan.
mengerjakan LKS serta ada yang mencari Kekurangan dalam LKS 3 yaitu masih ada
informasi dari buku matematika lain. Serta sedikit informasi tentang materi di dalam
siswa juga telah mengungkapkan perasaan LKS 3. Kekurangan dalam hal waktu
apa adanya, hal ini terlihat siswa berdiskusi pengerjaan LKS yang lebih lama. Alokasi
dengan kelompok dengan menjelaskan yang pada LKS (2 × 40 ) namun dalam
mereka mengerti maupun yang tidak mereka pembelajaran, pengerjaan LKS
mengerti. Pada indikator responsif, siswa membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu
sudah menunjukkkan sikap aktif dalam 100 menit. Hal ini dikarenakan peneliti
pembelajaran, hal ini terlihat siswa sudah kurang mampu dalam hal memanajemen
aktif dalam mengrejakan LKS. Siswa juga waktu pada saat pengerjaan LKS.
sudah aktif dalam diskusi kelompok, terlihat Sedangkan salah satu fungsi LKS dalam
siswa sangat antusias bertanya antar anggota pembelajaran adalah menghemat waktu
kelompok maupun kepada guru atau peneliti pendidik dalam mengajar (Prawesti, 2013).
jika ada yang mereka belum pahami. Serta Selain itu peneliti juga tidak melibatkan
siswa sudah aktif dalam menjawab semua siswa, sehingga ada beberapa siswa
pertanyaan, terlihat dari siswa yang yang terlihat bingung dan bosan pada saat
menjawab pertanyaan antar anggota proses pembelajaran.
kelompok, ataupun jika guru atau peneliti

91
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

D. KESIMPULAN
1. Penelitian ini telah menghasilkan 2. LKS yang peneliti kembangkan
LKS dengan model problem based adalah LKS dengan model problem
learning yang valid dan praktis. based learning yang terbukti memiliki
Kevalidan LKS berdasarkan konten, efek potensial terhadap hasil belajar,
konstruk, dan bahasa. Dari segi baik dari ranah kognitif
konten, LKS dengan model problem (pengetahuan), afektif (sikap),
based learning yang peneliti maupun psikomotorik (keterampilan).
kembangkan sudah sesuai dengan KI Untuk hasil belajar siswa ranah
dan KD dalam kurikulum 2013 serta kognitif (pengetahuan) siswa yang
sesuai dengan teori pembelajaran mendapatkan nilai > 70 sebanyak 25
aritmetika sosial. Dari segi konstruk, siswa (78,125%), dan mendapat nilai
LKS yang dikembangkan sudah < 70 sebanyak 7 siswa (21,875%).
tersusun dengan baik sesuai dengan Pada ranah afektif, didapat semua
tujuan pembelajaran dari materi siswa sudah menunjukkan sikap jujur
aritmetika sosial. Sedangkan dari segi dan responsif. Sikap jujur dari siswa
bahasa, LKS yang dikembangkan tidak mencontek serta tidak menjadi
telah menggunakan bahasa yang baik plagiat dalam mengerjakan LKS,
dan benar sesuai dengan Ejaan Yang terlihat bahwa siswa mengerjakan
Disempurnakan (EYD), LKS secara berkelompok dan tidak
menggunakan kalimat komunikatif, melihat pengerjaan kelompok lain.
serta tidak rancu dan mudah dipahami Siswa juga sudah membuat laporan
siswa, hal ini terlihart ketika siswa berdasarkan data atau informasi apa
mengerjakan LKS tidak salah adanya, hal ini terlihat siswa sangat
pengertian terhadap informasi serta bersemangat mengerjakan LKS serta
perintah langkah yang harus ada yang mencari informasi dari buku
dikerjakan di dalam LKS. matematika lain. Serta siswa juga
Keprkatisan terlihat dari hasil uji coba telah mengungkapkan perasaan apa
pada tahap small group, pada analisis adanya, hal ini terlihat siswa
jawaban siswa pada LKS sebagian berdiskusi dengan kelompok dengan
besar siswa dapat menyelesaikan menjelaskan yang mereka mengerti
setiap tahapan yang ada pada LKS maupun yang mereka tidak mengerti.
dengan baik. Kemudian berdasarkan Pada indikator responsif, siswa sudah
komentar siswa juga menyatakan menunjukkkan sikap aktif dalam
LKS yang diberikan mudah pembelajaran, hal ini terlihat siswa
dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan sudah aktif dalam mengrejakan LKS.
hasil wawancara juga diperoleh Siswa juga sudah aktif dalam diskusi
bahwa siswa sudah mampu kelompok, terlihat siswa sangat
mengerjakan LKS. Karakteristik dari antusias bertanya antar anggota
LKS dengan model problem based kelompok maupun kepada guru atau
learning yang peneliti kembangkan peneliti jika ada yang mereka belum
adalah (1) LKS yang peneliti pahami. Serta siswa sudah aktif dalam
kembangkan berisi langkah-langkah menjawab pertanyaan, terlihat dari
operasional problem based learning. siswa yang menjawab pertanyaan
(2) LKS yang peneliti kembangkan antar anggota kelompok, ataupun jika
membuat siswa aktif dalam guru atau peneliti yang bertanya. Pada
pembelajaran. (3) LKS yang peneliti ranah psikomotorik didapat bahwa
kembangkan membantu siswa dalam semua siswa telah memiliki
memecahkan masalah dalam materi keterampilan yang baik dalam
aritmetika sosial. menyelesaikan masalah yaitu pada

92
Resty Neli Prisiska, Hapziah dan Muhammad Yusuf

aspek keterampilan perhitungan dan pertanyaan dengan tepat dan siswa


keterampilan menjelaskan prosedur sudah mampu mengerjakan soal
jawaban. Hal itu terlihat dari jawaban secara prosedural dan memberikan
mereka pada soal pemahaman yang alasan dalam pengerjaannya.
hampir seluruh siswa menjawab

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2011. Efektivitas Penggunaan LKS Harahap, S. T. 2010. Ensiklopedi


pada Pembelajaran Matematika Matematika. Indonesia : Galia
Materi Materi Keliling dan Luas Indonesia IKAPI
Lingkaran Ditinjau dari Prestasi
Belajar Siswa Kelas VIII SMP 3 Hayuningtyas, B. 2012. Diagnosis Kesulitan
Yogyakarta. Skripsi Online. Belajar Aritmetika Sosial Ditinjau
Yogyakarta : Universitas Negeri dari Aspek Kognitif Matematika.
Yogyakarta. Skripsi Online. Surakarta :
https://core.ac.uk/download/pdf/1105 Universitas Muhammadiyah
8730.pdf . Diakses pada tanggal 22 Surakarta.
Maret 2016
Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran
Alhaddad, I. 2012. Penerapan Teori Berbasis Masalah (Problem Based
Perkembangan Mental Piaget pada Learning). Jakarta : Kemdikbud RI
Konsep Kekekalan Panjang. Jurnal
Ilmiah Prodi Matematika STKIP Kusumangtyas, E. 2013. Penerapan Model
Siliwangi Bandung, Vol:01 No:01. Problem Based Learning dalam
Tersedia pada http://e- Pendekatan Saintifik untuk
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php Meningkatkan Efektivitas
/infinity/article/view/5. Pembelajaran Matematika Materi
Aritmatika Sosial pada Siswa Kelas
Arends, L. 2008. Learning to Teach. VII SMP. Pasuruan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad, R., dan Amri, S. 2013. Strategi
Atsnan, M.F. & Gazali, R.Y. 2013. & Desain Pengembangan Sistem
Penerapan Pendekatan Scientifict Pembelajaran. Jakarta : Prestasi
dalam Pembelajaran Matematika Pustakarya.
SMP Kelas VII Materi Bilangan
(Pecahan). Makalah pada Seminar Nilasari, I.L. 2011. Prototype Media
Nasional Matematika dan Pendidikan Pembelajaran Matematika
Matematika UNY. Yogyakarta Berbantuan Komputer Berbasis
Permainan Simulasi Materi
Fannie, R.D & Rohati. 2014. Pengembangan Aritmetika Sosial untuk siswa SMP
Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Kelas VII. Skripsi. Universitas Negeri
POE (Predict, Observe, Explain) pada Malang.
Materi Program Linear Kelas XII
SMA. Jurnal Sainmatika, Vol: 8 No: Novitasari, T. 2013. Pengembangan Lembar
1. Tersedia pada http://online- Kerja Siswa (LKS) dengan
journal.unja.ac.id/index.php/sainmati Pendekatan Kontekstual pada Materi
ka/article.pdf Aritmetika Sosial untuk SMP Kelas
VII Semester 1. Skripsi Online.
Malang: Universitas Negeri Malang

93
Pengembangan LKS Berbasis Problem Based Learning

Universitas Muhammadiyah
Nugroho, N. B. 2014. Pengembangan RPP Purworejo.
dan LKS Berbasis Problem Based
Learning pada Materi Himpunan Siswanto, Hudiono & Satria. 2013. Tahapan
untuk Siswa Kelas VII. Universitas Penyelesaian Soal Aritmetika Sosial
Negeri Yogyakarta.Prastowo, A. Ditinjau dari Tahapan O’Neil
2013. Panduan Kreatif Membuat Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Bahan Ajar Inovatif. Yogjakarta : Siswa SMP. Jurnal Program Studi
DIVA Press. Pendidikan Matematika FKIP Untan.
Pontianak.
Pariska, dkk. 2012. Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Matematika Berbasis Tessmer, M. 1993. Planning and
Masalah. Jurnal Pendidikan Conducting Formative
Matematika Hal. 75-80 Vol: 1 No: 1 Evaluations. London: Kogan Page.
(2012). Tersedia pada
http://ejournal.unp.ac.id/students/inde Trianto. 2009. Mendesain Model
x.php/pmat/article. Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Surabaya : Kencana.
Pradipta, D & Hernawati, K. 2015.
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Yuliastuti, M. 2014. Pengembangan Bahan
Materi Garis dan Sudut dengan Ajar Aritmatika Sosial pada Siswa
Pendekatan Inquiry Berbantuan SMP Kelas VII dengan Pendekatan
Software Wingeom. Seminar Nasional Saintifik. Karya Ilmiah Universitas
Matematika dan Pendidikan Negeri Malang.
Matematika UNY: Universitas Negeri
Yogyakarta. Zaduqisti, E. 2010. Problem Based Learning
(Konsep Ideal Model Pembelajaran
Prawesti, R.A. 2013. Uji Coba Pembelajaran untuk Peningkatan Prestasi Belajar
IPA Terpadu dengan LKS dan Motivasi Berprestasi. Forum
Berorientasi Guided Discovery Untuk Tarbiyah Vol: 8 No: 2 Desember
Melatih Ketrampilan Berpikir Ilmiah. 2010. Tersedia pada http://e-
Jurnal Pendidikan SAINS, Vol: 01 journal.stain-
No: 02. Tersedia pada pekalongan.ac.id/index.php/forumtar
http://ejournal.unesa.ac.id/article/395 biyah/article.
8/37/article.pdf.
Zulkardi. 2006. Formative Evaluation :
Purwaningsih, dkk. 2014. Eksperimentasi What, why, when, and how.
Model Numbered Heads Together http://www.oocities.org/zulkardi/boo
(Nht) Dan Talking Stick pada Materi ks.html. Diakses Maret 2016.
Aritmetikam Sosial Siswa SMP. Jurnal

94

Anda mungkin juga menyukai