Pendahuluan
Dokumen tertulis pertama mengenai infertilitas adalah Kahun papirus, di Mesir Kuno pada tahun
2200-1950 SM. Infertilitas dahulu dianggap sebagai hukuman Tuhan, dengan doa merupakan satu-
satunya terapi. Namun dahulu peranan pria dalam infertilitas sama sekali tidak mendapat perhatian.
Disebut infertilitas jika hubungan seksual tanpa kontrasepsi tanpa kehamilan dalam waktu satu tahun. 10-
15% populasi merupakan infertil, dengan 15-20% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Infertilitas pada wanita dapat disebabkan faktor anatomi (ovarium, tuba, uterus atau cervix),
hormonal, dan kromosom.
a. Ovarium
Dipengaruhi oleh usia, masalah ovulasi, serta adanya premature ovarian failure.
- Usia wanita
Wanita lahir dengan depot telur untuk seumur hidup, dimana terdapat 4 juta sel telur saat usia
gestasi 20 minggu dan menjadi 400.000 sel telur saat lahir. Pada saat pubertas, hanya 100.000
sel terlur yang tersisa. Fertilitas awalnya menurun pada usia 27 tahun, namun penurunan
signifikan terjadi pada usia 37-38 tahun. Setela usia 44 tahun, wanita akan jarang hamil.
20-24 7. 0
25-29 8. 9
30-34 14 .6
35-39 21 .9
40-44 28 .7
Berikut adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara fertilitas dan usia:
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa fertilitas seseorang akan berkurang seiring pertambahan usia. Hal
ini disebabkan oleh penurunan jumlah telur yang terjadi setiap bulan, serta kualitas terlur juga semakin
menurun ditandai dengan peningkatan jumlah ovum yang aneuploidi. Prevalensi abnormalitas oosit pada
wanita infertil semakin meningkat seiring pertambahan usia, seperti yang terlihat pada gambar di bawah
ini.
- Penyebab Anovulasi
Anovulasi pada wanita dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, obesitas, stres
hebat, serta siklus menstruasi yang tidak teratur.
- Premature Ovarian Failure
Premature ovarian failure ditandai dengan menopause sebelum usia 40 tahun, yang
disebabkan oleh penurunan estrogen dan peningkatan FSH. Penyebab lain yang mungkin
adalah autoimun, genetik, dan idiopatik.
b. Tuba
Infertilitas pada wanita akibat masalah tuba dapat disebabkan adanya infeksi (chlamydia),
endometriosis, dan ligasi tuba pada sterilisasi wanita. Berikut adalah perbandingan antara tuba
yang normal dan yang tertutup.
- Defek Mullerian
Defek kongenital berupa uterus yang tidak terbentuk dan uterus bicrornuate atau septate.
Uterus bicornate
d. Cervix
Kelaianan pada cervix yang dapat menyebabkan infertilitas wanita adalah post-surgical, stenosis,
dan perrubahan pada mukus.
e. Hormon
Beberapa hormon yang mempengaruhi fertilitas wanita adalah thyroid dan prolactin. Selain
itu beberapa kondisi medis seperti Polycystic Ovary Syndrome dan hypothhalamic
hypogonadism juga mempengaruhi fertilitas pada wanita.
f. Gangguan kromosom
Infertilitas sering dijumpai pada orang dengan gangguan kromososm seperti Turner’s syndrome
(XO) dan Androgen Insensitivity (XY) yang disertai male pseudohermaphrodite, female
phenotype, atau blind vaginal canal.
Untuk itu, pada pria perlu dilakukan analisis semen. Normalnya ditemukan volume ≥ 2 ml, konsentrasi ≥
20.000.000 per ml, motilitas ≥ 50%, dan morfologi normal ≥ 40%. Krueger strict criteria menyatakan
disebut normal jika morfologinya ≥ 14%. Morfologi merupakan prediktor terbaik untuk kemampuan
fertilisasi.
Penanganan infertilitas
Pria
Undescended testes
Riwayat kelainan genitalia
Riwayat pembedahan urogenital
Keduanya
Riwayat terapi kanker
HIV, Hep B, Hep C
Primary care
Wanita
Penilaian Ovulasi
Pemeriksaan PID
Pria
Analisis sperma
Secondary care
Patensi tuba
Abnormalitas uterus
a. Pemeriksaan wanita
1. Penilaian Ovulasi
Dilakukan jka siklus reguler dengan infertilitas > 1 tahun dan siklus ireguler. pemeriksaan
meliputi penilaian serum progesterone dan kadar LH/FSH.
- Serum progesterone
Diperiksa pada fase mid luteal atau hari ke-21 pada siklus 28 hari. Jika silkus teratur
diperiksa 7 hari sebelum menstruasi berikutnya. Jika siklus tidak teratur (hari 28 – 35)
diperiksa setiap minggu sampai menstruasi terjadi. Interpretasinya:
- Kadar LH/FSH
Perbandingan tinggi-fungsi ovulasi tidak baik (PCOS)
2. Pemeriksaan hormonal lain
E2, testoterone (PCOS)
Prolactin hanya jika ada masalah ovulasi, galactorrhea, dan masalah pituitary.
Thyroid hanya jika ada tanda/gejala
Profil androgen lain (DHEAS, Androstenedione, SBHG)
3. Uji PID
HVS
Chlamydia screening
Status rubella
b. Pemeriksaan pria
1. Analisis sperma
- Abstinensia setidaknya 3 hari
- Bawa ke lab dalam 30-60 menit
- Jika abnormal ulangi dalam 3 bulan.
1. Positive approach
Yakinkan pasien mengenai angka kehamilan pada populasi secara keseluruhan.
2. Perubahan gaya hidup
- Penurunan berat badan (BMI 19-29)
- Hindari merokok
- Kurangi konsumsi alkohol
- Hubungan seksual setiap 2-3 hari
3. Nasehat prekonsepsi
- Suplementasi asam folat
- Status rubella
Daftar pustaka
1. Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Cunningham et al, 2014. Williams Obstetrics 24th edition. Pg 16.
3. Ganong, William F, 2003. Fisiologi kedokteran. Terjemahan: H.M.D Widjajakusumah. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.
4. Spatelholz, W., Spanner, R., 2014. Atlas Anatomi Manusia edisi ke-16. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Menkel et al, Science 1989; 23:1389.