Anda di halaman 1dari 18

cover

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatnya, taufik
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya berharap
makala ini dapat berguna bagi para pembaca dan juga semoga makala ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan .
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk
penyelesaian makala ini meskipun sangat jauh dari kesempurnaan.
Saya akui bahwa makala ini masih sangat banyak kekurangan didalamnya
karna pengetahuan dan pengalaman saya yang masih sangat minim. Oleh karna itu
saya harapkan kepada pembaca agar terus memberikan saran yang bersifat
membangun.

Bandung, 09 Januari 2018

Kiti Kartika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Sejarah Perumusan Pancasila dan Tokoh yang Terlibat...........................................3
B. Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara...............................................................7
C. Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara.............................................................8
D. Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara......................9
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
A. Simpulan......................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di
dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar


negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila


itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan


Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya
setiap warga negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perumusan Pancasila?
2. Siapakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan Pancasila?
3. Apakah pengertian Pancasila sebagai dasar negara?
4. Bagaimana proses pengesahan pancasila sebagai dasar negara?
5. Apakah fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah adalah:
1. Mengetahui sejarah perumusan Pancasila.
2. Mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan Pancasila.
3. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai dasar negara.
4. Mengetahui proses pengesahan pancasila sebagai dasar negara.
5. Mengetahui fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan Pancasila dan Tokoh yang Terlibat


Juli tahun 1944 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya ditandai
dengan jatuhnya kepulauan Saipan (dekat kepulauan Jepang) ke tangan Amerika.
Kemudian situasi menjadi semakin memburuk terbukti dengan moril masyarakat
mulai mundur, produksi perang merosot mengakibatkan persediaan senjata dan
amunisi berkurang, dan timbulnya masalah logistik karena hilangnya sejumlah
kapal angkut serta kapal perang. Banyak cara yang digunakan jepang untuk
menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia guna mempertahankan
pengaruh Jepang diantara penduduk negeri-negeri yang didudukinya, salah satunya
adalah janji Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Dengan
cara demikian Jepang mengharapkan bahwa Serikat akan disambut oleh penduduk,
tidak sebagai pembebas rakyat melainkan sebagai penyerbu ke negara merdeka.

Pembentukan BPUPKI
Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan
dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi
Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada
tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28
April 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara peresmiannya
dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri). Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya
adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili
hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa hak suara.

Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)


Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1
Juni 1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara
3
untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat
tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.
a) Mr. Mohammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Pemikirannya diberi judul ”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia
merdeka yang intinya sebagai berikut:
1) peri kebangsaan;
2) peri kemanusiaan;
3) peri ketuhanan;
4) peri kerakyatan;
5) kesejahteraan rakyat.

Setelah berpidato beliau menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan


UUD Republik Indonesia. Didalam pembukaan dari rancangan UUD itu tercantum
perumusan lima asas dasar Negara yang berbunyi sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusaiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikkmat kebijaksanaan dalam
permusyawartan/perwakilan
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kenyataan mengenai isi pidato serta usulan tertulis mengenai Rancangan


UUD yang di kemukakan oleh Mr. Muh Yamin itu dapat meyakinkan kita, bahwa
Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945, karena pada tanggal 29 Mei itu
Mr. Muh Yamin telah mengucapkan pidato serta menyampaikan usulan rancangan
UUD Negara Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar Negara. Bahkan lebih
dari itu, perumusan dan sistematika yang di kemukakan oleh Mr. Muh Yamin pada
tanggal 29 Mei 1945 itu hampir sama dengan pancasila yang sekarang ini
(Pembukaan UUD 1945). Tiga sila yakni : Sila pertama, keempat dan kelima baik
perumusan maupun tempatnya sama dengan pancasila yang sekarang.
Perbedaannya adalah pada sila kedua dan ketiga, yang didalam sistematika usulan
Mr. Muh Yamin berbalik dengan sistematika yang ada pada pancasila yang
4
sekarang. Selain itu perumusan sila kedua pun ada sedikit perbedaan, yaitu
digunakannya kata “Kebangsaan“ pada sila “Kebangsaan Persatuan Indonesia“,
dan di gunakan kata “Rasa“ pada sila “Rasa Kemanusiaan yang adil dan
beradab“. Kedua kata tersebut diatas yakni kata “Kebangsaan“ dan “Rasa“,
sebagaimana diketahui di dalam pancasila yang sekarang tidak terdapat.
b) Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan
sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia
merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1) persatuan;
2) kekeluargaan;
3) keseimbangan lahir dan batin;
4) musyawarah;
5) keadilan sosial.
c) Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan untuk
mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas
lima asas berikut ini:
1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia);
2) internasionalisme atau perikemanusiaan;
3) mufakat atau demokrasi;
4) kesejahteraan sosial;
5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli
bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah
Pancasila.
Jika perumusan dan sistematika yang dikemukakan/diusulkan oleh Ir.
Soekarno itu kita bandingkan dengan pancasila yang sekarang, nyata sekali bahwa
perumusan dan sistematika Ir. Soekarno itu lain dari pada perumusan dan
sistematika Pancasila yang sekarang.
Kiranya sistematika yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno itu merupakan
hasil pemikiran atas dasar “Denk Methode Historisch Materialisme“. Dengan pola
berpikir yang dialektis ini, maka asas Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
dihadapkan/dipertentangkan dengan asas Internasionalisme atau Perikemanusiaan
5
dan menjadi “Sosio-Nasionalisme“. Selanjutnya asas mufakat atau demokrasi
dalam hal ini demokrasi politik dihadapkan/dipertentangkan dengan asas
Kesejahtraan Sosial yakni demokrasi ekonomi menjadi “Sosio-Demokrasi“.

Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)


Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara
untuk Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat)
satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara
yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas
Panitia Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar
negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Sukarno
(ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr.
Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A.
Maramis.
Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945
berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr.
Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Pada tanggal 10
sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa
persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu,
dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno.
Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang
yang khusus merumuskan rancangan UUD.
Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro,
Ahmad Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian
disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas
HuseinJayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno melaporkan
hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli
1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang
tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD
berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17
Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno
BPUPKI.

6
Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3
orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari
Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI
berjumlah 27 orang.
PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan
penasihatnya Ahmad Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman
Wedyodiningrat, R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap
Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani,
Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.

B. Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara


Lahirnya Pancasila melalui proses panjang yang didasari oleh sejarah
perjuangan bangsa kita sendiri, serta dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain.
Tetapi meskipun demikian, perlu ditekankan disini bahwa Pancasila tetap berakar
pada kepribadian dan gagasan bangsa kita sendiri. Pancasila sebagai dasar Negara RI
atau disebut juga dengan Dasar Falsafah Negara atau ideologi Negara, berarti
menunjukkan bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar dalam mengatur
pemerintahan Negara dan penyelenggaraan Negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara, sebagaimana yang tertuang pada
Pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur
kehidupan Negara dan masayarakat. Hal ini mengandung makna bahwa Pancasila
sebagai kaidah dasar Negara yang bersifat mengikat dan memaksa. Maksudnya,
Pancasila mengikat dan memaksa segala sesuatu yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Negara RI agar setia melaksanakan, mewariskan, mengembangkan,
dan melestarikan nilai-nilai Pancasila.

7
Jadi, semua warga negara, penyelenggara Negara tanpa terkecuali, dan
segala macam peraturan perundang-undangan yang ada harus bersumber dan sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Itulah sebabnya seluruh isi UUD 1945 dan berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara RI seluruhnya bersumber
atau merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila. Bahkan pembangunan nasional
yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan penjabaran
dari nilai-nilai Pancasila Dengan demikian, jelaslah bahwa kedudukan Pancasila
adalah sebagai Dasar Negara Indonesia, yang mempunyai fungsi pokok sebagai
ideologi Negara atau sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental.
Pada akhir Perang Dunia II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di
mana-mana dari Sekutu. Banyak wilayah yang telah diduduki Jepang kini jatuh ke
tangan Sekutu. Jepang merasa pasukannya sudah tidak dapat mengimbangi
serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia agar tidak melawan dan bersedia membantunya melawan Sekutu.

C. Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam
Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Bung Hatta
dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari
penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang
membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut
karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia
bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam
akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini
dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus
menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”....
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Para

8
tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang
agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera
saja sidang pertama PPKI dibuka. Pada itu juga bangsa Indonesia mulai
menetapkan dasar negara Indonesia dengan semangat para tokoh PPKI dan para
tokoh lainnya.
Rumusan akhir yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang
PPKI adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Rumusan inilah kemudian dijadikan dasar negara hingga sekarang bahkan
hingga akhir perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa
Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh
MPR hasil pemilu. Jika mangubah dasar negara Pancasila berarti membubarkan
negara hasil proklamasi (tap MPRS No. XX/MPRS/1966). Setelah rumusan
Pancasila diterima sebagai dasar Negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:
a) Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter)- tanggal 22 Juni 1945.
b) Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-Undang Dasar – tanggal 18 Agustus
1945.
c) Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat-
tanggal 27 Desember 1949.
d) Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementara-tanggal
15 Agustus 1950.
e) Rumusan Kelima : rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959).

D. Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara


a. Pancasila sebagai dasar Negara :
1) Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau
norma fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila

9
menempati norma hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia.
Pancasila adalah cita hukum ( staatside ) baik hukum tertulis dan tidak
tertulis ( konvensi ).
2) Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah
Negara yang fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena
itu Pancasila juga sebagai landasan ideal penyususnan arturan – aturan di
Indonesia. Oleh karena itu semua peraturan perundangan baik yang dipusat
maupun daerah tidak menyimpang dari nilai Pancasila atau harus bersumber
dari nilai -nilai Pancasila.
3) Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan
pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh
dan mengetahui arah dalam memecahkan masalah ideologi, politik,
ekonomi, soaial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
4) Sebagai iiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu
mencerminkan kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai
budaya bangsa Indonesia asli, bukan diambil dari bangsa lain.
5) Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil
musyawarah para pendiri bangsa dan negara ( founding fathers) sebagi para
wakil bangsa, Pancasila yang dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan
secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti tidak bertentangan dengan
nilai agama yang berlaku di Indonesia, sosio kultural berarti cerminan dari
nilai budaya bangsa Indonesia, karena itu Pancasila merangkul segenap
lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara
merupakan norma dasar dalam kehidupan bernegara yang menjadi sumber dasar,
landasan norma, serta memberi fungsi konstitutif dan regulative bagi penyusunan
hukum –hokum Negara.

b) Pancasila Sebagai Ideologi Negara :


Dalam kehidupan sehari-hari istilah ideologi umumnya digunakan
sebagai pengertian pedoman hidup baik dalam berpikir maupun bertindak.
Dalam hal ini ideologi dapat dibedakan mejadi dua pengertian yaitu ideologi
dalam arti luas dan ideologi dalam arti sempit. Dalam arti luas ideologi
menunjuk pada pedoman dalam berpikir dan bertindak atau sebagai pedoman
hidup di semua segi kehidupan baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam
arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun
10
bertindak atau pedoman hidup dalam bidang tertentu misalnya sebagai
ideology Negara. Ideologi Negara adalah ideologi dalam pengertian sempit
atau terbatas.
Ideologi Negara merupakan ideologi mayoritas waga Negara tentang
nilai -nilai dasar Negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan Negara itu.
Ideologi Negara sering disebut sebagai ideologi politik karena terkait dengan
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain
adalah kehidupan politik.
Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai
bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi
milik Negara atau rezim tertentu. Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya
sebagai dasar Negara kesatuan republic Indonesia Pancasila berkedudukan
juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural bond) yang berkembangan secara
alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan secara paksaan atau
Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam
menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga
dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan
fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana
ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar
ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahira nnya.
Dimensi Idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok
atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu
berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu
11
yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga
pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu:
1) Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah
bangsa yang majemuk.
2) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan
serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan
pembangunan.
3) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai
dorongan dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
2) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan
bangsa dan Negara

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diperoleh sebuah kesimpulan


bahwa Pancasila Sebagai Dasar Negara dibentuk melalui proses yang cukup
lama. Nama Pancasila Sebagai Dasar Negara meskipun tidak tertulis secara
resmi didalam Pembukaan dan Batang Tubuh maupun Penjelasan UUD 1945,
tapi sudah cukup jelas bahwa yang dimaksudkan adalah lima Dasar Negara
sebagaimana perumusannya terdapat dalam alinea keempat UUD 1945.
Diawali dari proses perumusan melalui rapat-rapat di beberapa badan yang
dibentuk dengan tujuan khusus mempersiapkan kemerdekaan.
Dari BPUPKI yang menghasilkan rumusan pancasila pertama sebagai
hasil penyatuan tiga usulan dari Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Kemudian, dilanjutkan oleh sidang Panitia
Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta sebagai rumusan pancasila
kedua, sekaligus melahirkan istilah Pancasila atas usulan Ir. Soekarno.
Kemudian, PPKI mengesahkan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 seperti yang berlaku sekarang ini.
Dari panjangnya cerita disetiap proses persidangan dan penyampaian
pendapat, dapat disimpulkan bahwa sebelum pancasila berlaku sah sebagai
Dasar Negara RI, diawali dengan adanya suatu proses perumusan yang
mengandung latar belakang tertentu hingga pengesahan yang memperhatikan
rakyat keseluruhan. Proses itu perlu diketahui dalam rangka memahami
perjuangan diplomatis para pencetus atau pemberi usulan yang tidak mudah
dan sangat lama agar kita bisa lebih menjiwai dalam memaknai istilah dan
makna yang terkandung di dalam Pancasila karena di dalam Pancasila
terkandung nilai-nilai luhur, ajaran-ajaran moral yang kesemuanya itu
meruapakan penjelmaan dari seluruh jiwa manusia Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan
nila-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga
Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama
13
mengamalkan nilai-nilai Pancasila demi kelestarianya. Oleh karena itu
sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila, perlu
ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat pendidikan pancasila.

B. Saran
Dari uraian-uraian di atas penulis dapat menyarankan :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara, sebagai ideologi Negara, serta
pandangan hidup bangsa, memiliki nilai-nilai luhur yang merupakan
penjelmaan dari seluruh jiwa manusia Indonesia. Maka dari itu kita harus
menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut
dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
2. Bagi generasi muda harus bisa menjaga nama pancasila dan harus bisa
memaknai apa itu pancasila dan mengamalkan kepada orang-orang
Indonesia.
3. Bagi pendidik agar senantiasa pelajaran Pancasila selalu diajarkan
disekolahnya, demi kebaikan peserta didiknya dan juga demi kelestarian
nilai-nila luhur Pancasila itu.
4. Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur, agar diamalkan oleh setiap
warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah
demi kelestarianya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Dardji Dkk. 1981. Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

15

Anda mungkin juga menyukai