OLEH :
FATIH RUKHAMA
“Tidak Ada Islam Melainkan Dengan Jamaah, Tidak Ada Jamaah Kecuali Dengan Imamah
(Kepemimpinan) Dan Tidak Ada Kepemimpinan Kecuali Dengan Ketaatan.”
-UMAR BIN KHATHTHAB R.A-
PENDAHULUAN
Pengertian Jama’ah Menurut Bahasa di dalam al-mu’jam al-wasith, jamaah diartikan dengan :
sejumlah besar manusia, atau sekelompok manusia yang berhimpun untuk mencapai tujuan yang
sama. Menurut syari’at, Jama’ah adalah bagian dari Jama’atul Muslimin, sedangkan Jama’atul
Muslimin sendiri adalah masyarakat umum dari penganut Islam apabila bersepakat untuk memilih
seorang amir diantara mereka dan bersepakat terhadap suatu perkara.
Jama’atul Muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam syari’at Islam. Selain itu,
Jama’atul Muslimin merupakan sesuatu yang wajib ditegakkan dalam kehidupan umat.Karena Ia
merupakan ikatan yang kokoh yang bila ia hancur maka akan hancur pula ikatan-ikatan Islam lainnya.
Pada kehidupan dewasa ini Jama’atul Muslimin sudah tidak berdiri. Jama’atul Muslimin telah
menghilang seiring dengan dibubarkannya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924. Maka menjadi kewajiban
seluruh umat Islam di dunia ini untuk mendirikan kembali Jama’atul Muslimin.
BAGIAN PERTAMA
Struktur Organisasi Jama’atul Muslimin
1) UMAT
A. Umat Islam
Umat islam adalah setiap jama’ah yag disatukan oleh sesuatu hal; satu agama, satu
zaman, atau satu tempat, yaitu islam. Baik faktor pemersatu itu dipaksakan ataupun
berdasarkan atas pilihan/kerelaan.
Umat Islam tidak dibatasi oleh batas geografis. Karena sesungguhnya seluruh yang
ada dilangit dan bumi ini hanyalah kepunyaan Allah SWT, sebagaimana yang Allah SWT
firmankan:
“Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. dan kepada Allah-lah kembali
(semua makhluk).” (An-Nur:42) “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, ..”(An-Nur:55)
Jadi pada hakikatnya seluruh bumi ini merupakan tanah air umat Islam, setiap
pendudukan oleh orang kafir merupakan perampasan secara tidak sah atas hak umat Islam.
Selain tidak dibatasi geografis, yang juga harus kita pahami bahwa umat Islam bukanlah hanya
umat Muhammad saw. Melainkan mulai dari manusia pertama : Adam as dan Hawa as,
sampai akhir zaman nanti. Namun umat Islam dibagi menjadi dua periode, yaitu periode
sebelum Muhammad saw dan periode setelah Muhammad saw, serta dibagi dalam dua
golongan, yaitu pertama, golongan yang menerima Islam secara menyeluruh dan
yang kedua, golongan yang tidak mau menerima dan menyambut dakwah rasulullah dan
masuk kedalam islam hanya sebagian-sebagian saja.
B. Karakteristik Umat Islam
1) Aqidah yang bersih dari segala kemusyrikan, dan pengakuan terhadap keesaan Allah dalam
uluhiyah dan Rububiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya (QS.ar-Ra’du : 36);
2) Aqidahnya yang bersifat komprehensif dan menyeluruh (QS.al-An’am:162, al-Baqarah:208 );
3) Manhaj yang bersifat Rabbani secara murni (QS.Al-Hijr:9);
4) Kesempurnaan manhajnya (QS.al-An’am:16, an-Najm:3-4, an-Nahl:89, al-Haqqah: 44-46);
5) Prinsip pertengahan dan keadilan dalam segala persoalan (QS.al-Baqarah:143).
B. Hukum Syuro
Mengingat kedudukan syuro dalam Al-Quran dan As-Sunnah, disamping
peranannya yang amat besar dalam mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan masyarakat
dan memudahkan urusan rakyat dengan tepat, maka para ulama menegaskan bahwa hukum
syuro adalah wajib bagi para pemimpin umat Islam di setiap zaman dan tempat. Firman Allah
SWT :
“ … Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu …” (Ali ‘Imran: 159)
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Sayyid Quthb berkata, “ini adalah nash yang tegas
yang tidak boleh diragukan lagi oleh umat islam, bahwa syuro adalah dasar asasi bagi tegaknya
sistem pemerintahan islam. islam tidak boleh tegak kecuali diatas prinsip ini.”
Musyawarah dilaksanakan, baik dalam masalah keagamaan maupun yang masuk dalam
lingkup Iijtihad, dalam masalah yang tidak ada nashnya, ataupun masalah-masalah duniawi.
Dalam poses pengambilan keputusan menggunakan prinsip mayoritas. Hal ini berdasarkan
sunnah Nabi saw, nampak jelas bahwa beliau senantiasa mengambil pendapat mayoritas, ketika
terjadi perselisihan di antara para anggota syuro. Seperti yang pernah Nabi saw katakan,
Dari Anas bin Malik ra ia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda :
“umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah
kamu berpegang dengan kelompok yang terbanyak”
Namun tentu saja dengan catatan anggota syuro yang mayoritas ini merupakan orang-
orang yang sudah terbukti keikhlasan dan ketaqwaannya. Pendapat yang dikeluarkan bukan
berdasarkan hawa nafsu belaka, melainkan mengharapakan ridho Allah SWT dan kemashlahatan
umat.
Menurut Ibnu Hajar, orang Quraisy diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka
kepada agama Allah SWT. Namun apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia
harus diutamakan ketimbang orang Quraisy. Karena sebagaimana yang disabdakan Rasulullah :Dari Anas ra,
ia berkata: bersabda Rasulullah saw, “Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habasyi yang berambut seperti anggur kering.” (HR.Bukhari
Hal yang perlu kita ingat adalah, Allah akan menciptakan kepemimpian. Hal ini agar
orang-orang yang ingin mengembalikan khilafah kepada umat islam dapat menuju kepada-
Nya. Firman Allah : “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-
benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Tabiat ini telah banyak dibicarakan dalam Al-Quran, dapat disimpulkan menjadi dua ketegori:
kebaikan dan keburukan, antara lain.
1. Penganiayaan dari kebathilan dan para pelaku kebatilan, kemudian dia tidak mendapatkan
penolong yang membela dan mendukungnya
2. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya, sementara itu dia
tidak mampu membela mereka, padahal mereka memintanya berdamai dan menyerah demi cinta dan
keselamatan keluarga
3. Pemihakan dunia kepada orang-orang yang menolak kebenaran, dan anggapan manusia bahwa
mereka adalah orang-orang yang sukses sehingga mendapatkan perhatian masyarakat. Sementara itu,
orang yang beriman terabaikan dan tak seorangpun mau membelanya
4. Keasingan di tengah lingkungan karena aqidah, sehingga bila ia memandang orang dan
masyarakat sekitarnya, terlihatlah mereka sedang tenggelam dalam lembah kesesatan
5. Ia mendapati bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini tenggelam dalam kenistaan, tetapi
mereka maju dan berperadaban modern, bahkan memiliki kekuatan dan kekayaan yang digunakan
untuk memusuhi Allah dan agama-Nya
6. Fitnah popularitas dan daya tarik kehidupan dunia. Ini merupakan bencana besar karena justru
mendapatkan dukungan fitrah dan tabiat kemanusiaannya
7. Fitnah lambatnya kemenangan dan panjangnya perjalanan
8. Fitnah kebanggaan diri dan penyandaran segala sesatu kepada dirinya setelah tercapai
kemenangan.
Tabiat jalan ini mempuyai sasaran tertentu, yaitu untuk mengtahui yang shalih dari yang thalih,
dan membuang yang jelek dari yang baik, serta membersihkan barisan dari unsur-unsur yang akan
mengakibatkan kehancuran.