Anda di halaman 1dari 15

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekasaran permukaan suatu produk mempengaruhi kualitas dari nilai
mutu produk tersebut. Untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di
pasaran, maka salah satu karakteristik geometric produk yang harus
diperhatikan adalah kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan ini akan
mempengaruhi kinerja dari produk yang dihasilkan. Permukaan yang terlalu
kasar akan menimbulkan gesekan yang terlalu besar dan akan menyebabkan
cepat terjadinya keausan sehingga memperpendek umur dari produk tersebut.
Untuk itu, agar mahasiswa teknik mesin biasa menciptakan produk dengan
kualitas permukaan yang bagus harus dibekali dengan ilmu tentang hal
tersebut.
1.2 Tujuan
1. Memahami cara kerja alat pemeriksa kekasaran permukaan.

2. Mengukur harga kekasaran suatu produk.

1.3 Manfaat

Praktikan mampu menentukan kekasaran permukaan dari produk proses


pemesinan yang dihasilkan, dengan variasi gerak makan.

Laboratorium Metrologi Industri 108


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Teori Dasar

Permukaan adalah batas yang memisahkan suatu benda dengan sekelilingnya. Jika
ditinjau dengan skala kecil, pada dasarnya konfigurasi permukaan suatu elemen
mesin (produk) juga merupakan suatu karakteristik geometrik yang dalam hal ini
termasuk dalam golongan mikro geometrik. Sementara itu yang termasuk golongan
makro geometrik adalah permukaan secara keseluruhan yang memuat bentuk atau
rupa spesifik misalnya permukaan poros, lubang, dan lain -lain, yang di dalam hal ini
perancangan toleransinya telah tercakup pada elemen geometrik ukuran, bentuk dan
posisi. Kekasaran adalah fluktuasi perbedaan tinggi suatu profil permukaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada proses pernesinan :

Kecepatan pemotongan berpengaruh terhadap perbedaan nilai kekasaran


permukaan. Semakin tinggi kecpatan potong, maka nilai kekasaran permukaan akan
semakin kecil artinya permukaan tersebut semakin halus. Dengan melihat profil
diatas, maka bentuk dari suatu permukaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
dua yaitu permukaan yang kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang
(wavinesss). Permukaan yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur
dan terjadi karena getaran pisau ( pahat ) potong atau proporsi yang kurang tepat dari
pemakanan (feed) pisau potong dalam proses pembuatannya.

Sedangkan permukaan yang bergelombang mempunyai bentuk gelombang yang


lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya
posisi senter yang tidak tepat, adanya gerakan tidak lurus (non linier) dari pemakanan
(feed), getaran mesin, tidak imbangnya (balance) batu gerinda, perlakuan panas (heat
treatment) yang kurang baik, dan sebagainya. Dari kekasaran (roughness) dan
gelombang (wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan bentuk. Dapat dilihat pada
gambar 2.1

Laboratorium Metrologi Industri 109


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Gambar E2.1 Kekasaran, gelombang dan kesalahan bentuk dari suatu permukaan

Kemudian pada mesin,semakin cepat pemotongan maka nilai kekasaran


permukaan akan semakin kecil, artinya semakin halus benda kerjanya. Pada
material,semakin getas material maka saat dilakukan pemotongan permukaan
pemotongan akan lebih halus, jika semakin ulet material maka saat dilakukan
pemotongan permukaan pemotongan akan lebih besar.
Konfigurasi penampang kekasaran permukaan :

1. Kekasaran Bentuk yaitu kekasaran yang terjadi pada proses pemesinan yang tidak
sempurna. Dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar E.2.2 Kekasaran bentuk


2. Kekasaran Alur yaitu akibat gerak relatif antara benda kerja dengan
pahat. Dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar E.2.3 Kekasaran alur

Laboratorium Metrologi Industri 110


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

3. Kekasaran serpihan yaitu kekasaan yang terjadi karena tidak sempurnanya arah
aliran geram. Dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar E.2.4 Kekerasan serpihan

4. Gabungan antara kekasaran bentuk dengan kekasaran serpihan(kombinasi) yaitu di


sebabkan karena kesalahan posisi perancangan benda kerja dan tidak sempurnanya
arah aliran geram. Dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar E.2.5 Kekasaran kombinasi

5. Kekasaran gelombang yaitu kekasaran yang disebabkan adanya getaran pada


mesin perkakas. Dapat dilihat gambar 2.6

Laboratorium Metrologi Industri 111


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Gambar E.2.6 Kekasaran Gelombang


Nama – nama profil kekasaran :
1. Profil Geometrik ideal adalah profil permukaan sempurna (dapat berupa garis
lurus, lengkung atau busur )
2. Profil terukur adalah profil permukaan terukur.

3. Profil referensi adalah profil yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisa
ketidakteraturan konfigurasi permukaan. Profil ini dapat berupa garis lurus atau
garis dengan bentuk sesuai dengan bentuk profil geometri ideal, serta
menyinggung puncak tertinggi profil terukur dalam panjang sampel.

4. Profil akar atau alas adalah profil referensi yang bergeser ke bawah (arah tegak
lurus terhadap profil geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sehingga
menyinggung titik terendah profil terukur.

5. Profil tengah adalah profil referensi yang digeser ke bawah (arah tegak lurus
terhadap profil geometri ideal pada suatu panjang sampel) sedemikian rupa
sehingga jumlah luas bagi daerah-daerah di atas profil tengah sampai ke profil
terukur adalah sama dengan jumlah luas daerah – daerah di bawah profil tengah
sampai ke profil terukur. Dapat dilihat pada gambar E.2.7

Laboratorium Metrologi Industri 112


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Gambar E.2.7 Profil Geometri


Parameter kekasaran permukaan :

1. Kekasaran total ( Rt ) yaitu jarak antara profil alas dengan profil referensi
2. Kekasaran perataan ( Rp ) yaitu jarak antara profil referensi dengan profil tengah
3. Kekasaran rata – rata aritmatika ( Ra ) yaitu harga rata – rata dan harga absolute
jarak profil terukur dengan profil tengah.
4. Kekasaran total rata – rata yaitu arak rata – rata profil alas, profil terukur pada lima
puncak jarak tertinggi dikurangi jarak rata – rata profil alas.
5. Lebar gelombang yaitu rata – rata aritmatika dari semua jarak di antara dua puncak
gelombang yang berdekatan pada saat panjang sampel
6. Lebar kekasaran yaitu rata-rata aritmatika dari semua jarak di antara puncak
kekasaran dari profil terukur yang dikalikan pada panjang sampel.
Cara penulisan kekasaran permukaan. Bisa dilihat pada gambar 2.8

Gambar E.2.8 Konfigurasi Permukaan

Laboratorium Metrologi Industri 113


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Keterangan:
a. Proses produksi
b. Panjang sampel
c. Nilai rata – rata kekasaran aritmatika
d. Arah pengerjaan
e. Kelonggaran permesinan
f. Nilai kekasaran lainnya
Penjelasan :
1. Proses produksi ialah simbol permukaan yang memberikan keterangan atas proses
akhir yang perlu bagi proses pengerjaan itu

2. Panjang sampel ialah panjang yang digunakan sewaktu pengukuran kekasaran.

3. Arah pengerjaan ialah pencantuman arah bekas pengerjaan pada permukaan adalah
untuk memastikan segi fungsional permukaan yang bersangkutan.

4. Kelonggaran permesinan yaitu jika permukaan tersebut harus diberi kelonggaran


(kelebihan material) sebelum dilakukan proses permesinan.

Laboratorium Metrologi Industri 114


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

Tabel 5.1 Simbol arah bekas pengerjaan


Tanda Arti Contoh Penggunaan

Sejajar dengan bidang proyeksi


= dari potongan di mana tanda
di pakai

Tegak lurus pada bidang proyeksi dari


 potongan / penampang di mana tanda di
pakai.

Bersilangan pada dua arah terhadap


X bidang yang diproyeksikan di mana tanda
di pakai

M Banyak arah,tak teratur

Kurang lebih berupa lingkaran terhadap


C
pusat bidang di mana tanda dipakai

Kurang lebih radial terhadap pusat bidang


R
di mana tanda dipakai

2.2 Teori Alat Ukur

Adapun alat pengukuran yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

Keterangan Gambar :
1. Monitor, pembacaan hasil ukur kekasaran
2. Nospice ( sensor), media atau alat yang bersentuhan langsung dengan
permukaan

Laboratorium Metrologi Industri 115


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

3. Surfest 402, komponen utama dari alat ukur berfungsi untuk mengolah data
dari sensor untuk ditampilakan pada monitor
4. Knop, tombol pada alat Surface roughness tester.
5. Spesimen, sampel uji yang digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan

Cara pengoperasianya:

- Pasang detector pada connector.


- Atur agar nosepiece paralel dengan permukaan.
- Putar knop sehingga muncul posisi () pada display.
- Tekan tombol START / STOP.
- Periksa harga kekasaran permukaannya, apakah sesuai dengan referensinya.
- Jika tidak perlu dikalibrasikan. Persiapan Pengukuran
-Ulangi pengukuran untuk mengetahui apakah kalibrasi telah berhasil
dilakukan.

Laboratorium Metrologi Industri 116


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum :

1. Surface roughness tester

2. Objek ukur

3.2 Skema Alat

3
1 2

Gambar E.3.1 Skema Alat


Keterangan Gambar :
1. Nospice ( sensor )
2. Knop
3. Display

3.3 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur pada praktikum kali ini, yaitu:

1. Kalibrasi Surftest 402

- Pasang detector pada connector.

- Atur agar nosepiece parallel dengan permukaan.

- Putar knop sehingga muncul posisi () pada display.

Laboratorium Metrologi Industri 117


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

- Tekan tombol START / STOP.

- Periksa harga kekasaran permukaannya, apakah sesuai dengan referensinya.

- Jika tidak perlu dikalibrasikan. Persiapan Pengukuran

- Ulangi pengukuran untuk mengetahui apakah kalibrasi telah berhasil dilakukan.

2. Persiapan pengukuran

a. Tentukan dan set hal-hal berikut :

- Parameter kekerasan permukaan yang akan diukur yaitu Ra, Rq, R2, dan Rmax

- Range harga kekasaran permukaan sesuai dengan permintaan awal. Range yang
dipilih tidak boleh lebih dari harga kekasaran yang telah diperkirakan. (pada satuan
metrik 2,10 dan 50 untuk Ra/Rq serta 10,50 dan 250 untuk R2 dan Rmax).

- Cut off value yaitu panjang evaluasi(L) sesuai dengan parameter yang dipilih
(0.25,0.8,3.5,dan 8).

b. Beberapa kali pengukuran dilakukan terhadap sampel menurut Cut off Value yang
telah diset (X5,X3,X1 dan XF).

c. Atur Note piece detector sedemikian rupa sehingga paralel terhadap permukaan
yang akan diukur dengan menyetel tombol pengatur ketinggian dan tombol
pengatur kemiringan putar dan atur tombol penyetel posisi nol hingga di tampilkan
tanda posisi pada display.

d. Dengan menekan tombol start/ stop detector akan bergerak pada benda kerja
sepanjang L dan akan menampilkan harga kekerasan permukaan pada display
dengan kembalinya detector ke posisi semula.

Laboratorium Metrologi Industri 118


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Data Kekasaran Permukaan

Tabel E.4.1 Harga Kekasaran Permukaan

Harga Kekerasan Pemukaan (Ra)


Kecepatan
(μm) Rata - Standar
No Makan (Vf)
Data Data Data Data Data Rata Deviasi
(mm/min)
I II III IV V (μm) (μm)
1 26 0.37 0.51 0.44 0.5 0.51 0.466 0.0611
2 10 0.56 1.06 0.3 0.6 0.94 0.812 0.2202
3 153 0.77 0.51 0.81 1.12 0.72 0.786 0.2209

4.2 Perhitungan Data


1. Vf = 26 mm/min
1. Harga kekasaran rata-rata (x) = 0,37+0,51+0,44+0,5+0,51 = 0,466 µm
5

SD 
0,466  0,372  0,466  0,52  (0,466  0,44) 2  (0,466  0,5) 2  (0,466  0,5) 2
5 1
 0,0611m
2. Vf = 54 mm/min
Harga kekasaran rata-rata (x) = 0,56+1,06+0,9+0,6+0,94 = 0,812 µm
5

SD 
0,812  0,562  0,812  1,062  (0,812  0,9) 2  (0,812  0,6) 2  (0,812  0,94)
5 1
= 0,2202m
3. Vf = 104 mm/min
Harga kekasaran rata-rata (x) = 0,77+0,51+0,81+1,12+0,72 = 0,786 µm
5

SD 
0,786  0,772  0,786  0,512  (0,786  1,12) 2  (0,786  0,81) 2  (0,786  0,72) 2
5 1

 0,2209 m

Laboratorium Metrologi Industri 119


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.3 Grafik

RA VS TITIK PENGUJIAN
26 104 154

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4 5 6

XAVE VS VF
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-6 14 34 54 74 94 114 134 154

Gambar 4.1 Grafik Ra vs Titik Pengujian

Laboratorium Metrologi Industri 120


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

4.4 Analisa dan Pembahasan

- Teori vs praktikum

Pada praktikum kali ini kita telah mendapatkan kadar kekasaran permukaan pada
tiap-tiap benda yang akan diujikan. Pada Vf = 25 mm/min didapat x= 0,466𝜇m, Vf=
54 mm/min didapat x= 0,812 𝜇m, Vf = 105 mm/min didapat x= 0,786 𝜇m. Jika
dibandingkan dengan teori Vf = 26 mm/min adalah spesimen yang kasar.
- Analisa Grafik

Pada grafik antara X dengan posisi pengukuran, dapat diketahui bahwa spesimen
yang paling halus adalah Vf= 26mm/min. Dan pada spesimen tersebut memiliki harga
kekasaran yang relatif sama. Pada spesimen Vf = 54 mm/min diketahui bahwa
grafiknya turun naik, sama seperti spesimen Vf = 105 mm/min. Jika dianalisa grafik
X dengan Vf diketahui pada spesimen Vf = 26mm/min berada jauh dibawah
spesimen Vf = 54mm/min dan Vf = 104 mm/min nilai kekasarannya. Dan jika
dibandingkan antara Vf= 54mm/min dengan Vf = 104 mm/min dapat dilihat nilai
kekerasan hampir sama.

Analisa Kesalahan

• Spesimen Vf = 104 mm/min seharusnya lebih kasar daripada spesimen Vf =


54mm/min jika ditinjau menurut teori.

• Kesalahan dari kekerasan spesimen Vf = 104 mm/min dengan Vf = 54mm/min


dapat terjadi karena sensor tidak tegak lurus terhadap spesimen. Sehingga sensor
tidak sempurna menghitung harga kekasaran.

Laboratorium Metrologi Industri 121


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 35

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat di praktikum adalah :
1. Kekasaran permukaan dapat diketahui nilai kekerasanya berdasarkan gerak
akan dalam proses permesinan (Vf).
2. Semakin tinggi harga kecepatan maksn (Vf) maka semakin tinggi harga rata-
rata yang diperoleh.
3. Hasil perhitungan dan pengukuran kurang presisi.

Laboratorium Metrologi Industri 122

Anda mungkin juga menyukai