Anda di halaman 1dari 2

UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN KEMATIAN

BAYI PERLU KERJA KERAS


DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 03 FEBRUARI 2010 06:27:34, DIBACA : 96.332 KALI
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan
kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH.

Hal itu sambutan Menkes yang dibacakan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr.
Ratna Rosita Hendardji, MPH dalam acara Kampanye Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Penggunaan Buku KIA, bekerja sama dengan
Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), di Jakarta (3/2/2010).

Surga ada di bawah telapak kaki ibu, pepatah ini menunjukkan betapa pentingnya posisi
ibu di masyarakat, namun kenyataannya perhatian terhadap keselamatan ibu saat
melahirkan masih perlu ditingkatkan, demikian pula bayi yang dilahirkan harus sehat dan
tumbuh kembang dengan baik, ujar Menkes.

Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan


penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan
preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.

Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh dana operasional sebesar Rp 10 juta per bulan.
Mulai tahun 2011, seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK.

Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil
(eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab
langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen
(asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena
kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta
keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini.
Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil
keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu
rapat jarak kelahiran), tambah Menkes.

Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu


dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan
indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan stiker ini, dapat
meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan
menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/
obat kontrasepsi pasca persalinan.

Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan,
bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil
termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga
didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan.

P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari Kementerian
Kesehatan yaitu terdatanya ibu hamil di 60.000 desa di seluruh Indonesia. Saat sudah
terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712 desa, papar Menkes.

Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki
pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan
perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua
informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu hamil setelah didata
melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan perkembangan
kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun. Buku ini
dapat diperoleh di Puskesmas, jelas Menkes.

Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak semua ibu hamil, suami dan keluarga
melaksanakan P4K. Kepada organisasi profesi dan rumah sakit menyediakan dan
menggunakan Buku KIA di sarana kesehatan lebih ditingkatkan.

Menurut Menkes, upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan akan lebih optimal
apabila semua khususnya Pemerintah Daerah berperan aktif, mendukung dan
melaksanakan semua program percepatan penurunan AKI dan AKB. Selain itu juga perlu
dukungan pihak swasta baik dalam pembiayaan program kesehatan melalui CSR-nya
maupun partisipasi dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan swasta.

Menkes berharap kampanye ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia dan
dapat diikuti oleh pihak-pihak lain sehingga Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga menjadi
slogan bersama.

Menkes juga menyambut gembira atas keterlibatan SIKIB dalam kampanye P4K sebagai
upaya memajukan kesehatan ibu dan anak. Menkes juga menyampaikan apresiasi atas
peran PKK yang telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam
pelaksanaan program kesehatan terutama KIA di lapangan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-
52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail
puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id, kontak@puskom.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai