Anda di halaman 1dari 12

e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

Pengaruh Repetition Sprint dan Skipping Rope terhadap Power Otot


Tungkai Ekstrakurikuler Bola Voli
I Wayan Adhi Pradana Saputra, I Ketut Yoda, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni
Ilmu Keolahragaan FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha
Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559

e-mail: adhiipradana@gmail.com, yodaketut@gmail.com, niputudewisri@gmail.com


@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan


repetition sprint dan skipping rope terhadap peningkatan power otot tungkai.
Rancangan yang digunakan adalah the non-randomized control group pretest posttest
design. Subjek penelitian adalah siswa putra peserta ektrakurikuler bolavoli SMA
Negeri 6 Denpasar berjumlah 45 orang, dibagi menjadi 3 kelompok dengan teknik
ordinal pairing, yaitu 15 orang diberikan pelatihan repetition sprint, 15 orang diberikan
pelatihan skipping rope, dan 15 orang kelompok kontrol. Power otot tungkai diukur
dengan test vertical jump. Hasil uji-t independent dari kelompok perlakuan repetition
sprint dan skipping rope diperoleh hasil 5.623 dan signifikansi 0,000 yang berarti kedua
pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil uji F variabel
power otot tungkai dari kelompok perlakuan didapat Fhitung sebesar 58,920 dan
signifikasi 0,000 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan repetition
sprint dan skipping rope terhadap power otot tungkai. Berdasarkan hasil uji LSD,
kelompok pelatihan repetition sprint lebih baik pengaruhnya sebesar 13.533
dibandingkan pelatihan skipping rope terhadap peningkatan power otot tungkai.

Kata kunci: pelatihan repetition sprint, skipping rope, power otot tungkai.

Abstract
This research aims to know the effect of repetition training sprint and skipping rope to
increase leg muscle power. This type of research is experimental design with the non-
randomized control group pretest posttest design. The subject were 45 male student
participants of volleyball extracurricular in SMAN 6 Denpasar school year 2015/2016, then
divided into 3 groups using ordinal pairing techniques, which is 15 male students given
repetition sprint training, 15 male students given training in rope skipping, and the last 15 male
students as control group. Leg muscle power was measured by vertical jump test. The results
of T Independent test from the treatment group of repetition sprint and skipping rope obtain
5.623 and the signification 0.000 which means that both of the training effect on increase leg
muscle power. The test results of Fmeasure of one way ANOVA of leg muscle power between the
treatment group was obtained 58.920 and the significance is 0.000, which means there is a
difference between the effects of sprint training repetition and skipping rope to the leg muscle
power. Based on the test results of LSD, the repetition sprint training group have better
influence than skipping rope training to increase leg muscle power as much as 13.533.

Key words: repetition training sprints, skipping rope training, leg muscle power.

PENDAHULUAN
Olahraga bolavoli adalah salah satu olaharaga bertim dalam satu tim terdiri dari
olahraga prestasi. Bolavoli merupakan enam orang. Ada lima teknik dalam
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

bermain bolavoli yaitu: service, passing jasmani. Salah satu upaya yang diterapkan
atas, passing bawah, smash, dan block. untuk meningkatkan kebugaran jasmani
Lima teknik dasar ini harus benar-benar adalah dengan menerapakan suatu
dikuasai oleh para pemain agar mampu pelatihan dalam bidang olahraga yang
bermain dengan baik dan mampu meraih bertujuan untuk meningkatkan
prestasi. Dalam melakukan smash, block pengembangan fisik baik menyeluruh
maupun jump service seorang atlet harus maupun khusus, perbaikan dalam teknik
memiliki power otot tungkai yang kuat, bermain, pemantapan strategi bermain
dikarenakan dalam teknik tersebut atlet dalam cabang olahraganya, menanamkan
akan melakukan loncatan. Apabila power kemauan dan disiplin yang tinggi,
otot tungkai seorang atlet kurang kuat akan pengoptimalan kesiapan tim pada olahraga
mengakibat smash, block maupun jump beregu, meningkatkan serta memelihara
service tidak maksimal. Latihan merupakan derajat kesehatan dan mencegah terjadinya
faktor yang sangat penting dalam cedera ( Nala, 1998:4).
mengasah bakat tersebut untuk menjadi
maksimal, oleh karena itu latihan harus Masa remaja atau adolesensi
dilakukan dengan intensif dan terprogram. merupakan masa yang baik untuk
Latihan intensif merupakan latihan yang memberikan pembinaan kondisi fisik karena
berkesinambungan dengan memperhatikan pada masa ini merupakan masa
prinsip-prinsip pelatihan yang benar pertumbuhan yang pesat. Pada masa
sedangkan latihan yang terprogram adolesensi ini merupakan saat yang baik
merupakan latihan yang memiliki tujuan untuk pengembangan kebugaran jasmani,
yang jelas, materi yang sesuai dengan dapat dikatakan bahwa anatomi dan fungsi
karakteristik masing-masing cabang sistem kardiovaskuler berkembang lebih
olahraga, waktu tersedia cukup, pembagian cepat dengan melakukan latihan dimasa
waktu yang jelas, serta dengan strategi adolesensi. Menurut Swadesi (2009:95),
latihan sesuai dengan materi yang adolesensi merupakan masa transisi dari
diberikan. masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Hal ini biasanya dipandang dari segi
Power otot tungkai merupakan kematangan seksual dan cepatnya
komponen kondisi fisik yang sangat pertumbuhan.
berguna untuk meningkatkan kebugaran
jasmani. Menurut Yoda (2006:27) power Berdasarkan penjelasan diatas maka
adalah kemampuan otot untuk perlu memberikan pelatihan olahraga untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam meningkatkan kondisi fisik dan kebugaran
waktu yang sangat cepat. Daya ledak atau jasmani agar bisa meraih prestasi dibidang
power merupakan gabungan dari dua unsur olahraga. SMA Negeri 6 Denpasar
biomotorik yaitu unsur kecepatan dan merupakan sekolah yang berprestasi di
kekuatan yang dikombinasikan bidang olahraga khususnya olahraga
menghasilkan power. Untuk meningkatkan bolavoli. Berdasarkan wawancara dengan
power maka pelatihan yang diberikan pelatih ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri
haruslah memperhatikan unsur kecepatan 6 Denpasar, tahun 2015 prestasi atlet
dan kekuatan agar mendapatkan hasil yang bolavoli SMA Negeri 6 Denpasar mulai
maksimal. menurun, dilihat dari pencapaian tahun
2011 meraih juara 3, tahun 2012 yang
Dewasa ini, dalam persaingan meraih juara harapan 1, tahun 2013 meraih
prestasi olahraga yang semakin berat juara 2, tahun 2014 meraih juara 3 dan
pemanfaatan latihan fisik yang ditujukan tahun 2015 tidak meraih juara. Hal ini
untuk meningkatkan kondisi fisik secara dikarenakan lemahnya kondisi fisik para
maksimal perlu terus dikaji dan atlet terutama pada power atau daya ledak
dikembangkan (Kanca, 2004:1). Penelitian otot tungkai. Pelatihan yang bertujuan untuk
dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas meningkatkan power otot tungkai harus
kondisi fisik sangat diperlukan sebagai diberikan kepada atlet bola voli putra SMA
salah satu upaya meningkatkan kebugaran Negeri 6 Denpasar agar mampu berprestasi
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

kembali. Pelatihan repetition sprint rope terhadap peningkatan power otot


merupakan salah satu pelatihan yang dapat tungkai siswa putra ekstrakurikuler bola voli
meningkatkan power otot tungkai (Kayan, SMA Negeri 6 Denpasar tahun ajaran
2010). 2015/2016. 3) Untuk mengetahui
perbedaan pengaruh pelatihan repetition
Repetition sprint merupakan bentuk sprint dan skipping rope terhadap
metode latihan lari cepat berulang pada peningkatan power otot tungkai siswa putra
jarak 50 meter dengan kecepatan maksimal ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri 6
dan diselingi pulih asal (jogging) diantara Denpasar tahun ajaran 2015/2016.
ulangan yang dilakukan. Skipping rope
dilakukan dengan cara meloncati tali Pelatihan merupakan suatu gerak
dengan dua kaki. Latihan ini untuk fisik dan atau aktivitas mental yang
meningkatkan power otot tungkai dilakukan secara sistematis dan berulang-
khususnya hamstrings, gluteals, quadriceps ulang dalam jangka yang lama, dengan
dan gastrocnemius. Latihan ini memiliki pembebanan yang meningkat secara
aplikasi yang luas untuk berbagai cabang progresif dan individual, yang bertujuan
olahraga yang melibatkan loncat, lompat untuk memperbaiki sistem serta fungsi
dan lari. fisiologis dan psikologis tubuh agar pada
waktu melakukan aktivitas olahraga dapat
Karena pelatihan ini mudah dilakukan mencapai penampilan yang optimal
dan bermanfaat untuk meningkatkan power (Nala,1998:1). Secara ringkas pelatihan
otot tungkai maka peneliti tertarik untuk fisik dapat diartikan sebagai suatu bentuk
melakukan penelitian dengan judul latihan yang terprogram, dilakukan secara
“Pengaruh Pelatihan Repetition Sprint dan sistematis dan berulang-ulang dalam durasi
Loncat Tali Skipping Rope terhadap Power lama untuk meningkatkan kapasitas
Otot Tungkai Siswa Putra Ekstrakurikuler fungsional tubuh. Pelatihan merupakan
Bola Voli SMA Negeri 6 Denpasar Tahun salah satu cara untuk meningkatkan kondisi
Pelajaran 2015/2016”. fisik guna mencapai prestasi yang
maksimal. Dalam olahraga ada beberapa
Sehubungan dengan pemaparan komponen fisik yang dapat meningkatkan
pada bagian latar belakang di atas, prestasi atlet secara maksimal. Adapun
masalah yang dibahas dalam penelitian ini komponen tersebut yaitu kekuatan, daya
adalah, 1) Apakah pelatihan repetition tahan, daya ledak, kelincahan, ketepatan,
sprint berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan, waktu reaksi, kelentukan,
power otot tungkai pada siswa putra koordinasi dan keseimbangan. Prinsip
peserta ekstrakurikuler bola voli SMA pelatihan merupakan hal penting yang
Negeri 6 Denpasar tahun ajaran harus diperhatikan dalam melaksanakan
2015/2016?, 2) Apakah pelatihan skipping pelatihan agar tercapai tujuan dari latihan
rope berpengaruh terhadap peningkatan yang dilakukan. Prinsip-prinsip latihan akan
power otot tungkai pada siswa putra mendukung upaya dalam meningkatkan
peserta ekstrakurikuler bola voli SMA kualitas latihan. Selain itu, akan
Negeri 6 Denpasar tahun ajaran menghindarkan olahragawan dari rasa sakit
2015/2016?, 3) Apakah ada perbedaan dan timbulnya cedera selama dalam proses
pengaruh pelatihan repetition sprint dan latihan (Sukadiyanto, 2005:12). Pelatihan
skipping rope terhadap peningkatan power ini menerapkan sistem beban berlebih
otot tungkai siswa putra ekstrakurikuler bola karena, pemberian beban dalam
voli SMA Negeri 6 Denpasar tahun ajaran pelatihannya dilakukan secara progresif
2015/2016?. Tujuan dari penelitian ini dengan penambahan jumlah set di setiap
adalah, 1) Untuk mengetahui pengaruh minggu pemberian pelatihan, prinsip
pelatihan repetition sprint terhadap reversibility karena melihat situasi lapangan
peningkatan power otot tungkai siswa putra yang terbuka sehingga apabila hujan,
ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri 6 ekstrakurikuler tidak dapat dilaksanakan.
Denpasar tahun ajaran 2015/2016, 2) Untuk Inilah yang menyebabkan siswa berhenti
mengetahui pengaruh pelatihan skipping berlatih selama beberapa hari bahkan bisa
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

mencapai waktu yang lama, latihan bersifat “intensitas latihan ini berdasarkan atas
progresif artinya dalam pelaksanaan latihan durasi atau lama aktivitas dan sistem energi
dilakukan dari yang mudah ke sukar, yang digunakan. Yang dipergunakan
sederhana ke komplek, umum ke khusus, sebagai patokan ukuran adalah frekuensi
bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan denyut jantung atau denyut nadi”.
dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan Lari cepat repetisi adalah lari cepat
secara berkelanjutan, program latihan yang yang dilakukan dengan kecepatan
baik disusun secara variatif untuk maksimal, berulang-ulang, diselingi periode
menghindari kejenuhan, keengganan, dan pulih asal (recovery) dilakukan sempurna
keresahan yang merupakan kelelahan diantara ulangan yang dilakukan (Fox,
secara psikologis, keberhasilan latihan Bower dan Foss, 1993 dalam Kayan,
jangka panjang sangat ditentukan oleh 2011:64). Pada latihan repetition sprint
pembebanan yang tidak berlebihan. dibutuhkan jarak yang tepat, kecepatan lari
Artinya, pembebanan harus disesuaikan yang konstan (75-100% dari lecepatan
dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, maksimal) dan waktu pemulihan yang
dan perkembangan olahragawan, sehingga cukup panjang untuk mempertahankan
beban latihan yang diberikan benar benar bentuk dan kualitas teknik gerak. Selama
tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, menggunakan semua metode latihan untuk
dan skala prioritas latihan berhubungan meningkatkan kecepatan, tekanan latihan
dengan urutan sasaran dan materi latihan harus pada mempertahankan teknik berlari
utama yang disesuaikan dengan periodisasi yang baik. Perhatian kepada mekanik sprint
latihan. Setiap periodisasi memiliki sering kali memberikan keuntungan pada
penekanan tujuan latihan yang berbeda kecepatan, sedangkan latihan yang berat
baik dalam aspek fisik, teknik, taktik hanya memberikan sebagian manfaat
maupun psikologis. Suatu pelatihan akan (Irianto, dkk, 2009:68).
memberikan dampak yang besar apabila
latihan yang dilakukan sesuai dengan Pulih asal waktu istirahat dalam
sistematika pelatihan. Selain untuk latihan lari cepat repetisi biasanya
mendapatkan hasil yang maksimal, menggunakan aktivitas jogging atau jalan.
penerapan sistematika pelatihan ini Jarak dan pulih asal waktu istirahat untuk
dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan lari cepat repetisi adalah lari cepat
latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang dengan 3 pengulangan dalam 6-8 seri pada
harus diterapkan dalam melaksanakan jarak 50 meter dengan kecepatan maksimal
suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan dan diselingi pulih asal aktif diantara
(warm-up) yang bertujuan untuk ulangan yang dilakukan. Menurut Hazeldine
meningkatkan panas tubuh melalui (1985:103), repetition sprint adalah lari
metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari cepat berulang pada jarak 20-70 meter
peregangan (stretching), calisthenics, dengan kecepatan maksimal dan diselingi
formal activity, dan tahap pendinginan pulih asal jogging diantara ulangan yang
(warm-down). Dalam penelitian ini dilakukan.
intensitas pelatihan yang digunakan adalah
70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), Latihan ini melibatkan otot-otot seperti
otot-otot gluteus, hamstring, gastrocnemius,
dengan pertimbangan subjek penelitian ini
adalah orang-orang yang belum menjadi fleksor, tibialis, abductor, stabilizer, lutut,
atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki dan ancle. Gerakan lari yang diberikan
umur berkisar 16-18 tahun. Dengan secara cepat akan membuat stres pada
intensitas tersebut tidak akan komponen otot tungkai sehingga otot
membahayakan bagi tubuh karena tungkai akan mengalami hypertropy otot.
pelatihan diberikan berdasarkan denyut Hypertropy otot ini disebabkan oleh
nadi optimal. Predominan sistem energi peningkatan kekuatan otot tersebut.
yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
Skipping Rope sudah dimainkan
sistem anaerob karena dalam pelatihan ini
menggunakan power dan kecepatan gerak
lama dengan program yang tidak teratur
yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) dengan tujuan sekadar hiburan. Loncat
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

tali memungkinkan seseorang untuk randomized control group pretest posttest


melatih koordinasi anggota badan design.
(Nurudin, 2015:52). Skipping Rope Subjek penelitian dalam penelitian
dalam pelaksanaannya hanya ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler
memerlukan ruangan dan alat yang bolavoli SMA Negeri 6 Denpasar tahun
pelajaran 2015/2016. Total keseluruhan
sederhana. Dianjurkan adanya jumlah subjek penelitian 45 orang. Dari
permukaan yang datar dan rata, sepatu total jumlah subjek yang berjumlah 45
yang ringan dan lentur serta bantalan orang, dibentuk dua kelompok yakni
yang baik sehingga akan mengurangi kelompok perlakuan repetition sprint
resiko terjadinya cedera. Skipping yang dengan jumlah 15 orang, kelompok
dimaksud dalam penelitian ini adalah perlakuan skipping rope 15 orang dan
gerakan meloncat ditempat dengan kelompok kontrol dengan jumlah 15 orang.
kedua kaki bersama–sama dan kedua Pembentukan kelompok ini dilakukan
tangan memegang ujung tali untuk setelah mendapatkan data hasil tes awal
diputar melewati atas kepala dan dengan menggunakan teknik ordinal pairing
(OP) yaitu pembagian kelompok
telapak kaki.
berdasarkan peringkat hasil tes awal yang
bertujuan untuk memperoleh kelompok
METODE dengan kemampuan yang homogen atau
Penelitian ini merupakan penelitian relatif sama atau mendekati sama.
eksperimental yang dimaksudkan untuk Berdasarkan rancangan
mengetahui ada tidaknya akibat dari penelitian di atas, maka pelaksanaan
sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian dilakukan sebagai berikut:
penelitian Jenis eksperimen yang subjek penelitian diberikan tes awal
digunakan adalah penelitian eksperimental (pre-test) untuk mengetahui
semu (quasi experimental) yang bertujuan kemampuan awal, adapun tes yang
untuk memperoleh informasi yang digunakan adalah vertical jump untuk
merupakan perkiraan bagi informasi yang
mengetahui kemampuan power otot
dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak tungkai.
Uji normalitas data dalam penelitian
memungkinkan untuk mengontrol dan atau
ini menggunakan uji kolmogrov-smirnov
memanipulasi semua variabel yang relevan.
Kadang di dalam suatu penelitian, karena dengan bantuan program SPSS 16,0 pada
satu dan lain hal, randominasi tidak dapat taraf signifikansi 95%, α = 0,05. Kriteria
pengambilan keputusan yaitu jika nilai
dilaksanakan, sebaliknya dipihak lain
randominasi dapat dilakukan tetapi tidak signifikan yang diperoleh lebih besar dari
dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, pada α (sig > α), maka subjek penelitian
2010: 93). berdistribusi normal, sedangkan jika nilai
signifikan yang diperoleh lebih kecil dari
Rancangan penelitian adalah
rencana tentang bagaimana cara pada α (sig < α), maka subyek penelitian
mengumpulkan, menyajikan, dan bukan berdistribusi normal. Uji homogenitas
menganalisa data untuk memberi arti data dalam penelitian ini menggunakan uji
levene dengan bantuan program SPSS
terhadap data tersebut secara efektif dan
efisien. Tahapan dalam rancangan 16,0 pada taraf signifikansi 95%, (α) 0,05.
penelitian meliputi penentuan alat Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika
nilai signifikansi yang diperoleh levene > α,
(instrumen) pengambil data yang akan
digunakan, cara pengumpulan dan maka variasi subyek adalah homogen,
sedangkan jika nilai signifikansi diperoleh
pengaturan data, analisis data yang akan
levene < α, maka variasi subyek tidak
digunakan, dan pemberian kesimpulan atas
hasil analisis yang sudah dilakukan (Kanca, homogen atau heterogen.
2010: 55).Rancangan penelitian yang Uji homogenitas data dimaksudkan
digunakan adalah rancangan the non- untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

populasi-populasi yang memiliki homogen, sedangkan data post-test diambil setelah


bila homogen dilanjutkan dengan statistik subjek penelitian diberikan pelatihan
parametrik dan jika tidak homogen repetition sprint. Pelatihan diberikan
dilanjutkan dengan statistik non parametrik. sebanyak 12 kali pelatihan. Deskripsi hasil
Uji homogenitas data dalam penelitian ini pre-test power otot tungkai pada kelompok
menggunakan uji levene dengan bantuan perlakuan repetition sprint diperoleh nilai
program SPSS 16,0 taraf signifikansi 95% rata-rata 53.87 dengan nilai tertinggi 67 nilai
(α = 0,05). Kriteria pengambilan keputusan terendah 44 dan standar deviasi 6.32
jika nilai signifikansi levene lebih besar dari sedangkan data hasil post-test power otot
pada α (sig > α), maka variasi sampel tungkai pada kelompok perlakuan repetition
adalah sama (homogen), sedangkan jika sprint diperoleh nilai rata-rata 79.93 dengan
signifikansi levene lebih kecil dari pada α nilai tertinggi 90 nilai terendah 68 dan
(sig < α) maka variasi sampel tidak sama standar deviasi 7.03. Dari data pre-test dan
(tidak homogen) (Candiasa, 2004:17). Uji post-test pada kelompok perlakuan
hipotesis terdapat pengaruh pelatihan repetition sprint terdapat peningkatan yang
repetition sprint dan skipping rope terhadap signifikan terhadap power otot tungkai.
peningkatan power otot tungkai, Deskripsi data dari hasil penelitian
menggunakan uji one way anova (uji F) daya ledak otot tungkai dengan intrumen
khususnya One Way Anova karena dalam vertical jump terdiri dari data pre-test dan
penelitian ini menguji lebih dari dua subjek. post-test yang diambil dari subjek
Tujuan dari uji One Way Anova adalah ingin penelitian. Data pre-test diambil pada awal
mengetahui apakah ada perbedaan yang kegiatan penelitian sebelum subjek
signifikan antara rata-rata hitung beberapa penelitian diberikan pelatihan skipping rope
kelompok. Kriteria pengambilan keputusan sedangkan data post-test diambil setelah
jika nilai signifikasi F < α maka, terdapat subjek penelitian diberikan pelatihan
perbedaan yang nyata dari masing-masing skipping rope. Pelatihan skipping rope
kelompok. Sedangkan jika nilai signifikasi F diberikan sebanyak 12 kali pelatihan.
> α maka, tidak terdapat perbedaan yang Deskripsi hasil pre-test power otot tungkai
nyata dari masing-masing kelompok pada kelompok perlakuan skipping rope
(Santoso, 2011: 286). Jika terdapat diperoleh nilai rata-rata 54.13 dengan nilai
perbedaan dari masing-masing kelompok tertinggi 67 nilai terendah 44 dan standar
maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji deviasi 6.27. Sedangkan data hasil post-
pembanding berganda untuk mengetahui test power otot tungkai pada kelompok
apakah pelatihan repetition sprint atau perlakuan skipping rope diperoleh nilai rata-
pelatihan skipping rope lebih baik rata 66.40 dengan nilai tertinggi 79 nilai
pengaruhnya terhadap peningkatan power. terendah 57 dan standar deviasi 6.11. Dari
Dalam penelitian ini, uji lanjut yang data pre-test dan post-test pada kelompok
digunakan adalah Uji Least Significant perlakuan skipping rope terdapat
Difference (LSD) dengan bantuan SPSS peningkatan yang signifikan terhadap
16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu power otot tungkai. Deskripsi data dari hasil
jika nilai signifikasi 95% LSD α > 0,05 maka penelitian power otot tungkai dengan
hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai intrumen vertical jump terdiri dari data pre-
signifikasi 95% LSD α < 0,05 maka test dan post-test yang diambil dari subjek
hipotesis diterima. penelitian. Data pre-test diambil pada awal
kegiatan penelitian sebelum subjek
penelitian diberikan pelatihan sedangkan
data post-test diambil setelah subjek
HASIL penelitian diberikan pelatihan. Deskripsi
Deskripsi data dari hasil penelitian hasil pre-test power otot tungkai pada
power otot tungkai dengan intrumen vertical
kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata
jump terdiri dari data pre-test dan post-test. 53.60 dengan nilai tertinggi 64 nilai
Data pre-test diambil pada awal kegiatan terendah 38 dan standar deviasi 6.75.
penelitian sebelum subjek penelitian Sedangkan data hasil post-test power otot
diberikan pelatihan repetition sprint
tungkai pada kelompok kontrol diperoleh
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

nilai rata-rata 53.60 dengan nilai tertinggi 64 yang menggunakan uji lilliefors dengan
nilai terendah 38 dan standar deviasi 6.75. bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi
Dari data pre-test dan post-test pada 95% (α) 0,05. Kriteria pengambilan
kelompok kontrol tidak terdapat keputusannya, yaitu jika signifikansi yang
peningkatan yang signifikan terhadap diperoleh >  (sig > 0,05), maka subjek
power otot tungkai. berdistribusi normal. Sebaliknya, jika
Pengujian terhadap normalitas signifikansi yang diperoleh < , maka
data penelitian dilakukan pada data post subjek bukan berdistribusi normal.
test dari data power otot tungkai pada Rangkuman hasil uji normalitas data
kelompok perlakuan pelatihan repetition tersebut dapat dilihat pada table.
sprint, skipping rope dan kelompok kontrol

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data


Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statist Df Sig. Statist Df Sig.
ic ic
Perlakuan .149 15 .200* .927 15 .242
Repetition Sprint
Perlakuan .089 15 .200* .975 15 .920
Skipping
Kontrol .116 15 .200* .968 15 .821

Uji homogenitas data dilakukan pada α (sig > α), maka variasi sampel
terhadap data post-test dari data power adalah sama (homogen). sedangkan jika
otot tungkai pada kelompok perlakuan signifikansi levene lebih kecil dari pada α
pelatihan repetition sprint, pelatihan (sig < α) maka variasi sampel tidak sama
skipping rope dan kelompok kontrol yang (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene
menggunakan uji levene dengan bantuan dengan bantuan SPSS 16.0 untuk uji
SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 95% (α = homogenitas data dapat dilihat pada table
0,05). Kriteria pengambilan keputusan jika berikut.
nilai signifikansi levene lebih besar dari

Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data


Levene df1 df2 Sig.
Statistic
Po Based on Mean .188 2 42 .829
wer Based on Median .113 2 42 .893
Based on Median .113 2 40.36 .893
and with adjusted 4
df
Based on trimmed .184 2 42 .833
mean

Dari hasil analisis uji prasyarat, data normal dan homogen, selanjutnya untuk
post-test yang diperoleh berdistribusi menguji ada tidaknya pengaruh repetition
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

sprint dan skipiing rope terhadap Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika
peningkatan power otot digunakan uji F nilai uji Thitung memiliki signifikansi lebih
(one way anova) dan uji LSD dengan taraf kecil dari α (sig thitung < 0,05) berarti terdapat
signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan peningkatan yang signifikan dari perlakuan
statistic product service solution (SPSS) yang diberikan. Sedangkan apabila nilai
16.0. signifikansi thitung lebih besar dari α (sig >
Hipotesis pelatihan repetition sprint 0,05) berarti tidak ada peningkatan yang
berpengaruh terhadap peningkatan power signifikan dari perlakuan yang diberikan.
otot tungkai diuji dengan Thitung dengan Hasil uji-t independent dapat dilihat pada
bantuan statistic product service solution tabel berikut.
(SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05.
Tabel 3. Hasil Uji-t independent Data

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Power Equal
variances .399 .533 5.623 28 .000 13.53333 2.40687 8.60309 18.46358
assumed
Equal
variances
5.623 27.468 .000 13.53333 2.40687 8.59878 18.46789
not
assumed
Berdasarkan hasil uji-F (one way ledak otot tungkai dengan bantuan SPSS
anova) dilanjutkan dengan uji LSD (least 16.0 pada taraf signifikansi < 0,05. Hasil uji
significant difference ) untuk mengetahui One way anova dapat dilihat pada table
pelatihan mana yang lebih baik berikut.
pengaruhnya terhadap peningkatan daya

Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
Between 5202.178 2 2601.089 58.920 .000
Groups
Within Groups 1854.133 42 44.146
Total 7056.311 44
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

Tabel 5. Hasil Uji LSD (least significant difference )


(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Std. Sig 95% Confidence
Differe Error . Interval
nce (I- Lower Upper
J) Bound Bound
Perlakuan Perlakuan 13.5333 2.426 .00 8.6372 18.429
Repetition Skipping 3* 14 0 5
Sprint Kontrol 26.3333 2.426 .00 21.437 31.229
3* 14 0 2 5
Perlakuan Perlakuan - 2.426 .00 - -8.6372
Skipping Repetition 13.5333 14 0 18.429
Sprint 3* 5
Kontrol 12.8000 2.426 .00 7.9039 17.696
0* 14 0 1
Kontrol Perlakuan - 2.426 .00 - -
Repetition 26.3333 14 0 31.229 21.437
Sprint 3* 5 2
Perlakuan - 2.426 .00 - -7.9039
Skipping 12.8000 14 0 17.696
0* 1

PEMBAHASAN pelatihan yang diberikan antara 70% - 80%


Dalam penelitian ini menggunakan DNO. Sesuai dengan teori subjek penelitian
prinsip-prinsip latihan, salah satu prinsip ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler
yang digunakan ialah prinsip beban bolavoli bukan atlet yang memiliki umur
berlebih. Prinsip beban berlebih diterapkan berkisar 16 – 18 tahun dengan frekuensi
pada frekuensi, intensitas dan durasi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali
latihan. Dengan menerapkan prinsip beban seminggu yaitu rabu, jumat, dan minggu.
berlebih otot-otot tungkai mendapatkan Lamanya pelatihan adalah selama 4
pembebanan melebihi beban yang minggu atau 12 kali pelatihan. Adapun set
biasanya diterima dalam aktifitas kehidupan dan repetisi yang diberikan pada pelatihan
sehari-hari. Untuk memaksimalkan prinsip ini adalah 6 set dan 3 repetisi sesuai
beban berlebih, sistematika pelatihan dengan prinsip kesiapan. Dimana set dan
diterapakan dengan benar agar pelatihan repetisi sudah sesuai dengan DNO subjek.
terstruktur dan meminimalisir terjadinya Sistem energi yang digunakan adalah
cedera pada otot tungkai. Intensitas sistem energi anaerob, dimana saat
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

melakukan sprint dalam 3 repetisi otot yang gerakan yang monoton yang
bekerja tidak memerlukan oksigen. Latihan mengakibatkan terjadinya hypertrophy
ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot otot yang pada akhirnya terjadi
gluteus, hamstring, gastrocnemius, fleksor, peningkatan terhadap power otot
tibialis, abductor, stabilizer, lutut, dan ancle.
tungkai.
Gerakan lari yang diberikan secara cepat
akan membuat stres pada komponen otot SIMPULAN
tungkai sehingga otot tungkai akan
Berdasarkan hasil analisis data dan
mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot
pembahasan maka dalam penelitian inii
ini menyebabkan peningkatan kekuatan dapat disimpulkan pelatihan repetition sprint
otot tungkai. Yang pada akhirnya terjadi dan skipping rope berpengaruh terhadap
peningkatan terhadap power otot tungkai.
peningkatan power otot tungkai dengan
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian
nilai signifikansi 0.000 < taraf signifikansi
yang dilakukan oleh I Kayan Agus Widia
0.05 pada peserta ekstrakurikuler bolavoli
Ambara dengan judul “ Perbandingan
di SMA Negeri 6 Denpasar Tahun Pelajaran
pengaruh metode pelatihan acceleration
2015/2016. Dan terdapat perbedaan
sprint, hollow sprint, dan repetition sprint
pengaruh antara pelatihan repetition sprint
terhadap peningkatan prestasi lari 100 m dengan skipping rope, dimana pelatihan
ditinjau dari kekuatan otot tungkai”.
repetition sprint lebih berpengaruh
. dibandingkan pelatihan skipping rope.
Prinsip beban berlebih diterapakan
pada pelatihan skipping rope dikarenakan SARAN
dalam kehidupan sehari-hari skipping rope Berdasarkan penelitian ini, dapat
hanya dilakukan pada saat bermain atau disarankan kepada pelatih, pembina
saat olahraga diruangan. Prinsip beban olahraga, siswa dan peneliti disarankan
berlebih bertujuan agar otot-otot tungkai dapat menggunakan repetition sprint dan
mendapatkan pembebanan melebihi beban skipping rope sebagai salah satu pelatihan
yang biasanya diterima dalam aktifitas untuk meningkatkan power otot tungkai
kehidupan sehari-hari. Intensitas pelatihan
yang diberikan antara 70% - 80% DNO. DAFTAR PUSTAKA
Dengan pertimbangan subjek penelitian ini Agus Widia Ambara, I Kayan. 2011.
adalah siswa peserta ekstrakurikuler Perbandingan Pengaruh
bolavoli bukan atlet yang memiliki umur 16 Metode Latihan Acceleration
– 18 tahun dengan frekuensi pelatihan yang Sprints, Hollow Sprints, dan
digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu Reprtition Sprints Terhadap
rabu, jumat, dan minggu. Lamanya Peningkatan Prestasi Lari 100
pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 Meter Ditinjau dari Kekuatan
kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang Otot Tungkai. Tesis (tidak
diberikan pada pelatihan ini adalah 10 set
diterbitkan). Surakarta:
dan 50 repetisi. Dimana set dan repetisi
sudah sesuai dengan DNO subjek. Program Pasca Sajana
Universitas Sebelas Maret.
Dalam pelatihan ini
menggunakan sistem energi anaerob, Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen
dimana saat melakukan gerakan Penelitian. Yogyakarta:
meloncat secara berulang otot yang RENIKA CIPTA.
bekerja tidak memerlukan oksigen. Bompa, Tudor O dan Gregory Haff.
Gerakan ini dilakukan berulang 2009. Periodization: Theory
sehingga bertumpu pada satu titik and Methodology of Training,
tumpu yaitu otot tungkai. Karena 5th Edition. United States:
gerakan yang terus dilakukan berulang, Human Kinetics.
otot tungkai cenderung menerima
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

Candiasa, I Made. 2004. Statistik Kemampuan Menggiring Bola


Multifariat Disertai Aplikasi Pemain SSB. Unnes Journal of
dengan SPSS. Singaraja: IKIP Sport Science 4 (1) hal 50-59.
Negeri Singaraja.
Sukadyanto, 2005. Pengantar dan
Haseldine, Rex. 1985. Fitnes for Sport. Metodelogi Fisik. Yogyakarta:
Ramsbury malborough: The Universitas Negeri Yogyakarta.
crowood Prees.
Swadesi, I Ketut Iwan. 2009. Buku Ajar
Irianto, Djoko. Pekik. 2002. Dasar-dasar Perkemnangan dan Belajar Motoric.
Kepelatihan. Yogyakarta: (Tidak Diterbitkan). Singaraja:
Perpustakaan FIK Universitas Universitas Pendidikan Ganesha.
Yogyakarta.
Yoda, I Ketut. 2006. Buku Ajar Peningkatan
Irianto, Djoko. Pekik, dkk. 2009. Kondisi Fisik. Singaraja: Universitas
Pelatihan Kondisi Fisik Dasar. Pendidikan Ganes
Jakarta: Asdep Pengembangan
Tenaga dan Pembina Olahraga.
Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh
Pelatihan Fisik Aerobik Terhadap
Absoersi Karbohidrat dan Protein
di Usus Halus. Disertasi (tidak
diterbitkan). Surabaya: Program
Pasca Sarjana UNAIR.
----,2010. Buku Ajar Metodelogi
Penelitian Keolahragaan.
Singaraja: Jurusan Ilmu
Keolahragaan Fakultas
Pendidikan Ilmu Keolahragaan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja.
Mansur, dkk. 2009. Pelatihan Pelatih
Fisik Level 2. Jakarta: Asdep
Pengembangan Tenaga dan
Pembina Olahraga.
Nala, Ngurah. 1992. Kumpulan tulisan
olahraga. Denpasar:
Universitas Udayana
----, 1998. Prinsip Pelatihan Olahraga.
Program Pasca Srjana Unud.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran


Olahraga. Jakarta: Direktorat
Jendral Olahraga.
Nurudin, M. 2015. Pengaruh Latihan Rope-
Skipping dan Box Jumps Terhadap
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)

Anda mungkin juga menyukai