Abstrak
Kata kunci: pelatihan repetition sprint, skipping rope, power otot tungkai.
Abstract
This research aims to know the effect of repetition training sprint and skipping rope to
increase leg muscle power. This type of research is experimental design with the non-
randomized control group pretest posttest design. The subject were 45 male student
participants of volleyball extracurricular in SMAN 6 Denpasar school year 2015/2016, then
divided into 3 groups using ordinal pairing techniques, which is 15 male students given
repetition sprint training, 15 male students given training in rope skipping, and the last 15 male
students as control group. Leg muscle power was measured by vertical jump test. The results
of T Independent test from the treatment group of repetition sprint and skipping rope obtain
5.623 and the signification 0.000 which means that both of the training effect on increase leg
muscle power. The test results of Fmeasure of one way ANOVA of leg muscle power between the
treatment group was obtained 58.920 and the significance is 0.000, which means there is a
difference between the effects of sprint training repetition and skipping rope to the leg muscle
power. Based on the test results of LSD, the repetition sprint training group have better
influence than skipping rope training to increase leg muscle power as much as 13.533.
Key words: repetition training sprints, skipping rope training, leg muscle power.
PENDAHULUAN
Olahraga bolavoli adalah salah satu olaharaga bertim dalam satu tim terdiri dari
olahraga prestasi. Bolavoli merupakan enam orang. Ada lima teknik dalam
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)
bermain bolavoli yaitu: service, passing jasmani. Salah satu upaya yang diterapkan
atas, passing bawah, smash, dan block. untuk meningkatkan kebugaran jasmani
Lima teknik dasar ini harus benar-benar adalah dengan menerapakan suatu
dikuasai oleh para pemain agar mampu pelatihan dalam bidang olahraga yang
bermain dengan baik dan mampu meraih bertujuan untuk meningkatkan
prestasi. Dalam melakukan smash, block pengembangan fisik baik menyeluruh
maupun jump service seorang atlet harus maupun khusus, perbaikan dalam teknik
memiliki power otot tungkai yang kuat, bermain, pemantapan strategi bermain
dikarenakan dalam teknik tersebut atlet dalam cabang olahraganya, menanamkan
akan melakukan loncatan. Apabila power kemauan dan disiplin yang tinggi,
otot tungkai seorang atlet kurang kuat akan pengoptimalan kesiapan tim pada olahraga
mengakibat smash, block maupun jump beregu, meningkatkan serta memelihara
service tidak maksimal. Latihan merupakan derajat kesehatan dan mencegah terjadinya
faktor yang sangat penting dalam cedera ( Nala, 1998:4).
mengasah bakat tersebut untuk menjadi
maksimal, oleh karena itu latihan harus Masa remaja atau adolesensi
dilakukan dengan intensif dan terprogram. merupakan masa yang baik untuk
Latihan intensif merupakan latihan yang memberikan pembinaan kondisi fisik karena
berkesinambungan dengan memperhatikan pada masa ini merupakan masa
prinsip-prinsip pelatihan yang benar pertumbuhan yang pesat. Pada masa
sedangkan latihan yang terprogram adolesensi ini merupakan saat yang baik
merupakan latihan yang memiliki tujuan untuk pengembangan kebugaran jasmani,
yang jelas, materi yang sesuai dengan dapat dikatakan bahwa anatomi dan fungsi
karakteristik masing-masing cabang sistem kardiovaskuler berkembang lebih
olahraga, waktu tersedia cukup, pembagian cepat dengan melakukan latihan dimasa
waktu yang jelas, serta dengan strategi adolesensi. Menurut Swadesi (2009:95),
latihan sesuai dengan materi yang adolesensi merupakan masa transisi dari
diberikan. masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Hal ini biasanya dipandang dari segi
Power otot tungkai merupakan kematangan seksual dan cepatnya
komponen kondisi fisik yang sangat pertumbuhan.
berguna untuk meningkatkan kebugaran
jasmani. Menurut Yoda (2006:27) power Berdasarkan penjelasan diatas maka
adalah kemampuan otot untuk perlu memberikan pelatihan olahraga untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam meningkatkan kondisi fisik dan kebugaran
waktu yang sangat cepat. Daya ledak atau jasmani agar bisa meraih prestasi dibidang
power merupakan gabungan dari dua unsur olahraga. SMA Negeri 6 Denpasar
biomotorik yaitu unsur kecepatan dan merupakan sekolah yang berprestasi di
kekuatan yang dikombinasikan bidang olahraga khususnya olahraga
menghasilkan power. Untuk meningkatkan bolavoli. Berdasarkan wawancara dengan
power maka pelatihan yang diberikan pelatih ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri
haruslah memperhatikan unsur kecepatan 6 Denpasar, tahun 2015 prestasi atlet
dan kekuatan agar mendapatkan hasil yang bolavoli SMA Negeri 6 Denpasar mulai
maksimal. menurun, dilihat dari pencapaian tahun
2011 meraih juara 3, tahun 2012 yang
Dewasa ini, dalam persaingan meraih juara harapan 1, tahun 2013 meraih
prestasi olahraga yang semakin berat juara 2, tahun 2014 meraih juara 3 dan
pemanfaatan latihan fisik yang ditujukan tahun 2015 tidak meraih juara. Hal ini
untuk meningkatkan kondisi fisik secara dikarenakan lemahnya kondisi fisik para
maksimal perlu terus dikaji dan atlet terutama pada power atau daya ledak
dikembangkan (Kanca, 2004:1). Penelitian otot tungkai. Pelatihan yang bertujuan untuk
dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas meningkatkan power otot tungkai harus
kondisi fisik sangat diperlukan sebagai diberikan kepada atlet bola voli putra SMA
salah satu upaya meningkatkan kebugaran Negeri 6 Denpasar agar mampu berprestasi
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)
mencapai waktu yang lama, latihan bersifat “intensitas latihan ini berdasarkan atas
progresif artinya dalam pelaksanaan latihan durasi atau lama aktivitas dan sistem energi
dilakukan dari yang mudah ke sukar, yang digunakan. Yang dipergunakan
sederhana ke komplek, umum ke khusus, sebagai patokan ukuran adalah frekuensi
bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan denyut jantung atau denyut nadi”.
dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan Lari cepat repetisi adalah lari cepat
secara berkelanjutan, program latihan yang yang dilakukan dengan kecepatan
baik disusun secara variatif untuk maksimal, berulang-ulang, diselingi periode
menghindari kejenuhan, keengganan, dan pulih asal (recovery) dilakukan sempurna
keresahan yang merupakan kelelahan diantara ulangan yang dilakukan (Fox,
secara psikologis, keberhasilan latihan Bower dan Foss, 1993 dalam Kayan,
jangka panjang sangat ditentukan oleh 2011:64). Pada latihan repetition sprint
pembebanan yang tidak berlebihan. dibutuhkan jarak yang tepat, kecepatan lari
Artinya, pembebanan harus disesuaikan yang konstan (75-100% dari lecepatan
dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, maksimal) dan waktu pemulihan yang
dan perkembangan olahragawan, sehingga cukup panjang untuk mempertahankan
beban latihan yang diberikan benar benar bentuk dan kualitas teknik gerak. Selama
tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, menggunakan semua metode latihan untuk
dan skala prioritas latihan berhubungan meningkatkan kecepatan, tekanan latihan
dengan urutan sasaran dan materi latihan harus pada mempertahankan teknik berlari
utama yang disesuaikan dengan periodisasi yang baik. Perhatian kepada mekanik sprint
latihan. Setiap periodisasi memiliki sering kali memberikan keuntungan pada
penekanan tujuan latihan yang berbeda kecepatan, sedangkan latihan yang berat
baik dalam aspek fisik, teknik, taktik hanya memberikan sebagian manfaat
maupun psikologis. Suatu pelatihan akan (Irianto, dkk, 2009:68).
memberikan dampak yang besar apabila
latihan yang dilakukan sesuai dengan Pulih asal waktu istirahat dalam
sistematika pelatihan. Selain untuk latihan lari cepat repetisi biasanya
mendapatkan hasil yang maksimal, menggunakan aktivitas jogging atau jalan.
penerapan sistematika pelatihan ini Jarak dan pulih asal waktu istirahat untuk
dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan lari cepat repetisi adalah lari cepat
latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang dengan 3 pengulangan dalam 6-8 seri pada
harus diterapkan dalam melaksanakan jarak 50 meter dengan kecepatan maksimal
suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan dan diselingi pulih asal aktif diantara
(warm-up) yang bertujuan untuk ulangan yang dilakukan. Menurut Hazeldine
meningkatkan panas tubuh melalui (1985:103), repetition sprint adalah lari
metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari cepat berulang pada jarak 20-70 meter
peregangan (stretching), calisthenics, dengan kecepatan maksimal dan diselingi
formal activity, dan tahap pendinginan pulih asal jogging diantara ulangan yang
(warm-down). Dalam penelitian ini dilakukan.
intensitas pelatihan yang digunakan adalah
70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), Latihan ini melibatkan otot-otot seperti
otot-otot gluteus, hamstring, gastrocnemius,
dengan pertimbangan subjek penelitian ini
adalah orang-orang yang belum menjadi fleksor, tibialis, abductor, stabilizer, lutut,
atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki dan ancle. Gerakan lari yang diberikan
umur berkisar 16-18 tahun. Dengan secara cepat akan membuat stres pada
intensitas tersebut tidak akan komponen otot tungkai sehingga otot
membahayakan bagi tubuh karena tungkai akan mengalami hypertropy otot.
pelatihan diberikan berdasarkan denyut Hypertropy otot ini disebabkan oleh
nadi optimal. Predominan sistem energi peningkatan kekuatan otot tersebut.
yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
Skipping Rope sudah dimainkan
sistem anaerob karena dalam pelatihan ini
menggunakan power dan kecepatan gerak
lama dengan program yang tidak teratur
yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) dengan tujuan sekadar hiburan. Loncat
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)
nilai rata-rata 53.60 dengan nilai tertinggi 64 yang menggunakan uji lilliefors dengan
nilai terendah 38 dan standar deviasi 6.75. bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi
Dari data pre-test dan post-test pada 95% (α) 0,05. Kriteria pengambilan
kelompok kontrol tidak terdapat keputusannya, yaitu jika signifikansi yang
peningkatan yang signifikan terhadap diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek
power otot tungkai. berdistribusi normal. Sebaliknya, jika
Pengujian terhadap normalitas signifikansi yang diperoleh < , maka
data penelitian dilakukan pada data post subjek bukan berdistribusi normal.
test dari data power otot tungkai pada Rangkuman hasil uji normalitas data
kelompok perlakuan pelatihan repetition tersebut dapat dilihat pada table.
sprint, skipping rope dan kelompok kontrol
Uji homogenitas data dilakukan pada α (sig > α), maka variasi sampel
terhadap data post-test dari data power adalah sama (homogen). sedangkan jika
otot tungkai pada kelompok perlakuan signifikansi levene lebih kecil dari pada α
pelatihan repetition sprint, pelatihan (sig < α) maka variasi sampel tidak sama
skipping rope dan kelompok kontrol yang (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene
menggunakan uji levene dengan bantuan dengan bantuan SPSS 16.0 untuk uji
SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 95% (α = homogenitas data dapat dilihat pada table
0,05). Kriteria pengambilan keputusan jika berikut.
nilai signifikansi levene lebih besar dari
Dari hasil analisis uji prasyarat, data normal dan homogen, selanjutnya untuk
post-test yang diperoleh berdistribusi menguji ada tidaknya pengaruh repetition
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)
sprint dan skipiing rope terhadap Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika
peningkatan power otot digunakan uji F nilai uji Thitung memiliki signifikansi lebih
(one way anova) dan uji LSD dengan taraf kecil dari α (sig thitung < 0,05) berarti terdapat
signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan peningkatan yang signifikan dari perlakuan
statistic product service solution (SPSS) yang diberikan. Sedangkan apabila nilai
16.0. signifikansi thitung lebih besar dari α (sig >
Hipotesis pelatihan repetition sprint 0,05) berarti tidak ada peningkatan yang
berpengaruh terhadap peningkatan power signifikan dari perlakuan yang diberikan.
otot tungkai diuji dengan Thitung dengan Hasil uji-t independent dapat dilihat pada
bantuan statistic product service solution tabel berikut.
(SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05.
Tabel 3. Hasil Uji-t independent Data
melakukan sprint dalam 3 repetisi otot yang gerakan yang monoton yang
bekerja tidak memerlukan oksigen. Latihan mengakibatkan terjadinya hypertrophy
ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot otot yang pada akhirnya terjadi
gluteus, hamstring, gastrocnemius, fleksor, peningkatan terhadap power otot
tibialis, abductor, stabilizer, lutut, dan ancle.
tungkai.
Gerakan lari yang diberikan secara cepat
akan membuat stres pada komponen otot SIMPULAN
tungkai sehingga otot tungkai akan
Berdasarkan hasil analisis data dan
mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot
pembahasan maka dalam penelitian inii
ini menyebabkan peningkatan kekuatan dapat disimpulkan pelatihan repetition sprint
otot tungkai. Yang pada akhirnya terjadi dan skipping rope berpengaruh terhadap
peningkatan terhadap power otot tungkai.
peningkatan power otot tungkai dengan
Hasil penelitian ini juga didukung penelitian
nilai signifikansi 0.000 < taraf signifikansi
yang dilakukan oleh I Kayan Agus Widia
0.05 pada peserta ekstrakurikuler bolavoli
Ambara dengan judul “ Perbandingan
di SMA Negeri 6 Denpasar Tahun Pelajaran
pengaruh metode pelatihan acceleration
2015/2016. Dan terdapat perbedaan
sprint, hollow sprint, dan repetition sprint
pengaruh antara pelatihan repetition sprint
terhadap peningkatan prestasi lari 100 m dengan skipping rope, dimana pelatihan
ditinjau dari kekuatan otot tungkai”.
repetition sprint lebih berpengaruh
. dibandingkan pelatihan skipping rope.
Prinsip beban berlebih diterapakan
pada pelatihan skipping rope dikarenakan SARAN
dalam kehidupan sehari-hari skipping rope Berdasarkan penelitian ini, dapat
hanya dilakukan pada saat bermain atau disarankan kepada pelatih, pembina
saat olahraga diruangan. Prinsip beban olahraga, siswa dan peneliti disarankan
berlebih bertujuan agar otot-otot tungkai dapat menggunakan repetition sprint dan
mendapatkan pembebanan melebihi beban skipping rope sebagai salah satu pelatihan
yang biasanya diterima dalam aktifitas untuk meningkatkan power otot tungkai
kehidupan sehari-hari. Intensitas pelatihan
yang diberikan antara 70% - 80% DNO. DAFTAR PUSTAKA
Dengan pertimbangan subjek penelitian ini Agus Widia Ambara, I Kayan. 2011.
adalah siswa peserta ekstrakurikuler Perbandingan Pengaruh
bolavoli bukan atlet yang memiliki umur 16 Metode Latihan Acceleration
– 18 tahun dengan frekuensi pelatihan yang Sprints, Hollow Sprints, dan
digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu Reprtition Sprints Terhadap
rabu, jumat, dan minggu. Lamanya Peningkatan Prestasi Lari 100
pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 Meter Ditinjau dari Kekuatan
kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang Otot Tungkai. Tesis (tidak
diberikan pada pelatihan ini adalah 10 set
diterbitkan). Surakarta:
dan 50 repetisi. Dimana set dan repetisi
sudah sesuai dengan DNO subjek. Program Pasca Sajana
Universitas Sebelas Maret.
Dalam pelatihan ini
menggunakan sistem energi anaerob, Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen
dimana saat melakukan gerakan Penelitian. Yogyakarta:
meloncat secara berulang otot yang RENIKA CIPTA.
bekerja tidak memerlukan oksigen. Bompa, Tudor O dan Gregory Haff.
Gerakan ini dilakukan berulang 2009. Periodization: Theory
sehingga bertumpu pada satu titik and Methodology of Training,
tumpu yaitu otot tungkai. Karena 5th Edition. United States:
gerakan yang terus dilakukan berulang, Human Kinetics.
otot tungkai cenderung menerima
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)