LAPORAN 2
“PENGUKURAN GAIN, POLA RADIASI, DAN ISOLASI SILANG”
Dosen Pengajar :
KOESMARIJANTO, ST., MT
KELOMPOK 1
Oleh :
Cholifatul Dini Utami
1531130083 / 10
TT – 3C
1. Tujuan :
1.1 Melakukan pengukuran penguatan (gain) antena.
1.2 Mengetahui pengaruh elemen-elemen antena terhadap penguatan antena.
1.3 Memahami karakteristik directional dan half-power beamwidth antena.
1.4 Menggambarkan diagram polar pola radiasi horisontal dan vertikal untuk
antena dari hasil pengukuran yang didapat.
1.5 Dari diagram polar yang telah diplot, dapat menghitung sidelobe
attenuation dan front-to-back ratio dari antena.
3. Prosedur Percobaan :
Penguatan Gain Antena
Penguatan (Gain) antena diukur dengan membandingkan terhadap sebuah
antena standar. Dalam prakteknya antena standar yang digunakan adalah
antena dipole 0,5 λ. Jadi dalam hal ini pengukuran gain yang sebenarnya
adalah membandingkan penguatan antena yang diukur/diuji (under test
antena) dengan penguatan antena standar yang diketahui sebesar 2,15 dB.
Penguatan G adalah :
G = W1 / W2 = [ V1 / V2 ]2
Dengan,
W1 = daya yang diterima dengan antena yang diuji
W2 = daya yang diterima dengan antena referensi 0,5 λ
V1 = tegangan yang diterima dengan antena yang diuji
V2 = tegangan yang diterima dengan antena yang diuji
Secara teori , dengan menganggap kedua antena macth dan antena 0,5 λ tanpa
rugi daya (loss less) , gain G0 pada sumber isotropis adalah
G0 = 1,64 G
G0 / G = 2,15 dB
Pengukuran harus dilakukan pada kedua antena berada dalam posisi yang
baik. Untuk pengukuran harus dilakukan pada kedua antena berada dalam
posisi yang baik. Untuk pengukuran pola radiasi biasanya antena yang diukur
(antena under test) dipasang sebagai antena penerima. Antenna pemancaar
dipasang tetap pada satu posisi, sedangkan antena yang diukur diputar 3600
pada sumbu vertikal. Diagram pola horisontal diukur dengan memutar sumbu
antena yang diukur dengan kedua antena berada dalam posisi horisontal.
Sedangkan untuk mengukur diagram pola radiasi vertikal dilakukan hal yang
sama dengan kedua antena berada dalam posisi vertikal. Level – level sinyal
yang diukur dimasukkan (diplot) pada koordinat polar.
Jadi, λ/2 adalah 74,257 cm sehingga tiap lengan memiliki panjang 37,128
cm dari feeder ke ujung antena dengan jarak antara feeder antena dipole 1
dan antena dipole 2 adalah 4 m.
2. Hubungkan terlebih dahulu output Signal Generator dengan memasang
antena dipole yang telah ditentukan panjang gelombangnya.
Kemudian on kan Signal Generator pada frekuensi 202 MHz dan level RF
out pada 80dBµV. kemudian matikan RF output (OFF).
3. Beri catu daya pada Measuring Receiver sebesar ±12V (perhatikan
polaritas positif dan negatifnya).
Atur Measuring Receiver sebagai berikut :
RF ATT : ON
UNITS : dBµV
FREQ. : 202 MHz
4. Hidupkan RF output (ON) pda signal generator.
5. Atur arah kedua antena (penerima) tepat mengahadap antena pertama
(antena pemancar) dengan memutar rotator, sehingga input level
Measuring Receiver menunjukkan nilai maksimum dan atur frekuensi
Singal Generator seperti pada table. Catat nilai E1 pada table 1.
Catatan : setiap perubahan frekuensi, tekan tombol CAL pada Measuring
Receiver.
6. Gantilah antena kedua dengan antena under test (antena Yagi). Ulangi
langkah 5 catat nilai ini sebagai nilai E2 pada table 1.
7. Hitunglah Gain antena yang diuji.
G(dB) = E2 - E1 +2,15dB
Keterangan :
E1 :Pemancar menggunakan antena Dipole dan penerima menggunakan
antena Dipole.
E2 :Pemancar menggunakan antena Dipole dan penerima menggunakan
antena Yagi.
Menghitung Penguatan :
G(dB) = E2 – E1 + 2.15
a. Hasil Grafik pada Tabel 1 untuk Nilai Level Antena Uji
55
50
Level
45
40
35
174 181 188 192 202 209 216 223 230
Frequency MHz
8
6
4
2
0
174 181 188 192 202 209 216 223 230
Frequency MHz
0
-5
Normalisasi (dBuV)
-10
-15
-20
-25
-30
-35
Sudut
Gambar : Grafik tabel 2 (pola radiasi direksional antena yagi polarisasi horisontal)
Pola Radiasi Direksional Antena Yagi
Polarisasi Horisontal
321°
0°
350° 0 10°
340° 20°
330° -2 30°
-4
320° 40°
-6
310° -8 50° 62°
-10
300° -12 60°
-14
290° -16 70°
-18
280° -20 80°
-22
270° -24 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 170°
180°
2
0
Normalisasi (dBuV)
-2
-4
-6
-8
-10
Sudut
Gambar : Grafik tabel 3 (pola radiasi direksional antena yagi polarisasi vertikal)
Pola Radiasi Direksional Antena Yagi
Polarisasi Vertikal
0°
350° 2 10°
340° 20°
330° 30°
0
320° 40°
310° -2 50°
300° -4 60°
290° -6 70°
280° -8 80°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
2
0
-2
Normalisasi (dBuV)
-4
-6
-8
-10
-12
-14
-16
Sudut
Gambar : Grafik tabel 5 (pola radiasi omnidireksional antena folded dipole λ/2
polarisasi horisontal)
Pola Radiasi Omnidireksional Antena
Folded Dipole
Polarisai Horizontal
0°
350° 1 10°
340° 20°
0
330° -1 30°
308°
320° -2 40°
-3 80°
310° -4 50°
-5
-6
300° -7 60°
-8
290° -9 70°
-10
-11
280° -12 80°
-13
-14
270° -15 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 170°
180°
-3dB Ring Pola radiasi
0
Normalisasi (dBuV)
-5
-10
-15
-20
-25
Sudut
Gambar : Grafik tabel 6 (pola radiasi Direksional antena folded dipole λ/2
polarisasi horisontal dengan reflektor)
Pola Radiasi Direksional Antena Folded
Dipole
Polarisai Horizontal dengan Reflector
0°
314° 350° 2 10°
340° 1 20°
330° 0 30°
-1
320° -2 40°
-3
-4 60°
310° -5 50°
-6
-7
300° -8 60°
-9
-10
290° -11 70°
-12
-13
-14
280° -15 80°
-16
-17
-18
270° -19 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 170°
180°