Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
I. Dasar Teori
A. Tekanan darah
Perubahan denyut nadi sering dipakai sebagai dasar untuk physical fitness
test, dimana perubahan-perubahan yang sedikit atau tanpa perubahan
menunjukkan baiknya pengaturan sistem sirkulasi, sedang penurunan atau
peningkatan yang mencolok merupakan pertanda buruknya penyesuaian sistem
ini, misalnya pada olahragawan tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada
denyut jantung karena terjadi efisiensi kerja jantung oleh miokardium sehingga
terjadi perlambatan denyut jantung dengan peningkatan stroke volume.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami oleh darah di dalam pembuluh
arteri darah saat darah di pompa oleh jantung keseluruh tubuh manusia. Tekanan
darah dibagi menjadi dua macam, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Tekanan sistolik adalah tekanan disaat darah di pompa oleh jantung menuju
organ, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung beristirahat
diantara pemompaan. Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode
auskultasi. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120
mmHg dan diastolik 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada
wanita dewasa muda, baik sistolik maupun diastolik biasanya lebih kecil 10
mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda. Untuk pemeriksaan tekanan
darah ada dua metode, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak
langsung (indirect method). Metode langsung (direct method) menggunakan
jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan
manometer, metode tidak langsung (indirect method) menggunakan
sphygmomanometer (tensimeter). Dengan metode tidak langsung kita dapat
menggunakan dua cara pengukuran yaitu cara palpasi dan cara auskultasi.

Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah
yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung
tersusun atas empat fase yaitu :

1
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga
tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang
lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial.
Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume
darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama
sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi.
Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat
keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary
trunk (10 mmHg)masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih
menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam
ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan
puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan.
Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume
(SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut
End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi.
Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka
dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama
kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang
terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi
ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan
blood pressure amplitude atau pulse pressure.

2
B. Denyut nadi
Denyut nadi adalah denyutan pembuluh arteri karena adanya tekanan dari
pemompaan darah dari jantung. Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan
frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana,
biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan
meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari sedangkan
pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Tes ini digunakan
untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular.
Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk
mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke
seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher.
Pembuluh darah yang digunakan untuk pemeriksaan denyut nadi adalah arteri
radialis, arteri brachialis, arteri temporalis, dan arteri carotis comunis.
Pulse denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui
arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara
periodik kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi
jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan
demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang
dikenal dengan heart rate atau PMI (Point of Maximal Impulse). Dapat ditemukan
pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inch ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat
dipalpasi dengan mudah dan pada titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa
secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah pada
manusia, baik itu faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar yang
menyebabkan perubahan tekanan darah pada subjek ataupun dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan tekanan darah, maupun faktor internal yang berasal dari
dalam tubuh subjek tersebut.

1. Faktor Eksternal
A. Pengaruh Posisi Tubuh
Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau
posisi terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang
berbeda. Sudah diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat duduk

3
lebih tinggi dari ketika diukur terlentang. Ketika posisi lengan secara cermat
disesuaikan sehingga manset berada pada selevel atrium kanan di kedua posisi,
tekanan sistolik telah dilaporkan menjadi lebih tinggi pada terlentang daripada
posisi tegak.
Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika punggung
tidak didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi pemeriksaan), tekanan
diastolik dapat meningkat.
Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara
tempat tidur dan sternum. Dengan demikian, jika lengan sedang beristirahat di
tempat tidur, maka posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Untuk
alasan ini, ketika pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang lengan harus
didukung dengan bantal. Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik
tengah sternum.
Posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah karena terkait
dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi.

B. Pengaruh Posisi Lengan


Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah diukur,
jika lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan
menggantung ke bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan terlalu
tinggi. Demikian pula, jika lengan berada di atas tingkat jantung, pembacaan akan
terlalu rendah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh efek dari tekanan hidrostatik.
Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses
pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri oleh pasien
(bukan diangkat oleh pengamat), maka akan meningkatkan tekanan. Berbicara
juga dapat mempengaruhi kenaikan tekanan maka sebaiknya pasien maupun
pengamat tidak boleh berbicara selama pengukuran.

C. Tekanan panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah

4
2. Faktor Internal
A. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan
darah Semakin banyak kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin
meningkat.
B. Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.
C. Stress
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu
mengalami pengukuran. Stress bisa bersifat fisik maupun mental, namun sulit
untuk membedakannya. Bentuk stress dapat berupa situasi yang mengancam
hidup atau masalah yang timbul. Yang terjadi adalah jantung berdenyut lebih kuat
atau lebih cepat. Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin bereaksi dengan
meningkatkan pengeluaran hormon aktif mereka, sehingga kebutuhan otak akan
darah juga meningkat.
D. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.
Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan
diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.
Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi.
E. Jenis Kelamin
Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg
lebih rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause tekanan darahnya
lebih meningkat.

5
1.1 Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah?
2. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah?

1.2 Tujuan
1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut
nadi dan tekanan darah.
2. Mempelajari dan mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap denyut
nadi dan tekanan darah.

6
BAB II
METODE KERJA

1. Sarana
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Stopwatch
2. Sphygmomanometer (tensimeter)
3. Stethoscope
4. Bangku, dan
5. Metronom
II. Prosedur
A. Memeriksa Denyut Nadi
1. Orang coba berbaring terlentang tenang 2-3 menit di meja periksa/tempat
tidur dengan kedua lengan diletakkan di samping tubuh
2. Periksalah denyut nadi A. radialis dextra dengan ujung jari II-III-IV yang
diletakkan rapat sejajar satu dengan yang lain, longitudinal di atas A.
radialis tersebut. Tentukan : frekuensi (berapa kali permenit) dan iramanya
(teratur atau tidak).
B. Pengukuran Tekanan Darah Secara Palpasi
1. Orang coba berbaring terlentang, lengan yang hendak diukur tekanan
darahnya (lengan kanan) di samping tubuh.
2. Pasanglah manset pada lengan kanan atas (jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar), sekitar 3 cm diatas fossa cubiti.
3. Raba dan rasakan denyut Arteri radialis dextra.
4. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk
mencegah udara keluar dari manset, lalu pompakan udara ke dalam
manset. Pada suatu saat denyut A. radialis dextra menghilang (tak teraba).
Teruslah memompa sampai tinggi air raksa dalam manometer sekitar 20
mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut A. radialis dextra tadi mulai
menghilang.
5. Keluarkan udara dari manset secara pelam dan berkesinambungan (dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Catat
tinggi air raksa pada manometer dimana denyut A. radialis teraba kembali.
Ini menunjukkan besarnya tekanan sistoliksecara palpasi.

7
C. Pengukuran Tekanan Darah Secara Auskultasi
1. Orang coba tetap berbaring terlentang dengan manset tetap terpasang di
lengan kanan atas. Posisi lengan kanan tetap di samping tubuh.
2. Tentukan letak A. Brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti,
letakkan diafragma stetoskop di atas A.brachialis dextra tersebut.
3. Putar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk
mencegah udara keluar dari manset, lalu pompakan udara ke dalam
manset. Anda akan mendengar suara bising A.brachialis dextra melalui
stetoskop. Pada suatu saat suara bising tersebut akan menghilang (tak
terdengar). Teruslah memompa sampai tinggi air raksa dalam manometer
sekitar 20 mmHg lebih tinggi daripada titik dimana suara bising
A.brachialis dextra tadi mulai menghilang.
4. Keluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan, maka
anda akan mendengar suara-suara Korotkoff I-V. Tekanan udara dimana
terdengar Korotkoff I menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi, sedangkan tekanan dimana terdengar Korotkoff IV atau V
menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
D. Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. a. Pilih satu mahasiswa coba (MC 1)
b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 1 pada
arteri radialis sinistra selam praktikum point III.A
c. Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 1 pada
lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point III.A
d. pilih satu mahasiswa untuk mencatat data.
2. MC 1 berbaring terlentang selama 2-3 menit kemudian tentukan frekuensi
dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut)
selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
3. MC 1 disuruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan
frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah
pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali
berturut-turut) selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
Bila di dalam tiga kali pengukuran secara berturut-turut terdapat perbedaan
yang besar, gunakan interval waktu 2 menit.

8
E. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1. a. Pilih satu mahasiswa coba (MC 2)
b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 2 pada
arteri radialis sinistra selama praktikum point III.B
c. Pilih salah satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC
2 pada lengan kanan secara auskultasi selama point III.B
d. pilih satu mahasiswa untuk mencatat data
2. MC 2 berbaring terlentang selama 2-3 menit kemudian tentukan frekuensi
dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan
kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut).
Catat frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan
sistolik dan diastolik, selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
3. Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan (hubungan menset
dengan skala manometer dilepas), MC 2 melakukan latihan fisik dengan
cara “Step Test (naik turun bangku)” 20 kali/menit selama dua menit
dengan dipandu oleh irama metronom yang di setting pada frekuensi 80
ketukan permenit.
4. Setelah step test berakhir, MC 2 disuruh segera duduk, periksalah
frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darahnya masing-
masing satu kali. Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step
test berakhir.
5. Teruskan memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan
darah dengan interval 2 menit (menit ke 3, menit ke 5, menit ke 7, dstnya)
sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.
Untuk setiap saat/interval, pengukuran frekuensi denyut arteri radialis sinistra
dan tekanan darah hanya diukur satu kali.

9
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

1. Data pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah palpasi dan tekanan


darah auskultasi

Nama
Tekanan Tekanan Darah
Manusia Denyut Nadi
Darah Palpasi Auskultasi
Coba
1. 82/menit 1. 90 1. 98/70
Ivan 2. 85/menit 2. 90 2. 98/71
3. 83/menit 3. 90 3. 102/72
Mean 83,3/menit 90 99/71

2. Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan


Darah

Tekanan Tekanan
Posisi Denyut
Sistolik Diastolik
Tubuh Nadi
(auskultasi) (auskultasi)

1. 120
1. 63/menit 1. 60
2. 118
Berbaring 2. 74/menit 2. 60
3. 118
Terlentang 3. 68/menit 3. 60
Mean =
Mean = 68,3 Mean = 60
118,67
1. 113 1. 60
1. 72/menit
2. 112 2. 60
2. 76/menit
Duduk 3. 110 3. 50
3. 76/menit
Mean = Mean =
Mean = 74,67
111,67 56,67
1. 116
1. 79/menit 1. 56
2. 112
2. 79/menit 2. 80
Berdiri 3. 118
3. 79/menit 3. 74
Mean =
Mean = 79 Mean = 70
115,3

10
Grafik Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi

80
78
76
74
Denyut Nadi

72
70
68
66
64
62
Berbaring Duduk Berdiri
Terlentang
Posisi Tubuh

Grafik Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah

140

120

100
Tekanan

80

60
Tekanan Diastolik
40
Tekanan Sistolik
20

0
Berbaring Duduk Berdiri
Terlentang
Posisi Tubuh

11
3. Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah
Tekanan
Tekanan Sistolik
Waktu Denyut Nadi Diastolik
(auskultasi)
(auskultasi)
1. 67/menit 1. 114 1. 70
2. 77/menit 2. 130 2. 79
Pra Latihan
3. 79/menit 3. 120 3. 78
Mean = 74,33 Mean = 94,66 Mean = 75,66
Menit ke-1
120 170 80
P
Menit ke-3
a 103 140 70
s
Menit ke-5
c 93 126 78
a
Menit ke-7
76 110 80

Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi


140

120

100
Denyut Nadi

80

60

40

20

0
Pra Latihan Menit 1 Menit 3 Menit 5 Menit 7

Waktu

12
Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah

180
160
140
120
Tekanan

100
80
Tekanan Sistolik
60
40
20
0
Pra Menit 1 Menit 3 Menit 5 Menit 7
Latihan

Waktu

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kami kali ini difokuskan pada fungsi kerja jantung untuk
mengukur tekanan darah dan denyut nadi apakah bekerja secara normal ataukah
tidak pada pra aktivitas dan pasca aktivitas. Disini kami menggunakan 3 orang
manusia coba. Tujuan kami adalah untuk mengetahui perbedaan besarnya tekanan
darah pada saat relaksasi, perubahan posisi tubuh serta pada saat aktivitas fisik.
Pada percobaan pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah palpasi dan
tekanan darah auskultasi pada saat normal atau sedang beristirahat, Ivan sebagai
manusia coba 1 yang berjenis kelamin laki-laki memiliki rata – rata frekuensi
denyut nadi sebesar 83,3 / menit, tekanan darah palpasi mempunyai rata-rata 90
mmHg serta tekanan darah auskultasi mempunyai rata-rata 99/71 mmHg. Teori
menjelaskan bahwa tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah 120/80
mmHg. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ivan mempunyai tekanan
darah yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena mungkin kondisi ivan sedang
kurang fit.
Sedangkan pada pecobaan pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah, Hilmi sebagai manusia coba 2 yang juga berjenis kelamin laki –
laki memiliki frekuensi rata – rata denyut nadi pada saat berbaring terlentang
sebesar 69,3/menit, pada saat duduk memiliki frekuensi rata-rata denyut nadi
sebesar 74,67/menit dan pada saat berdiri memiliki frekuensi rata-rata denyut nadi
sebesar 79/menit. Selanjutnya pada pengukuran tekanan sistolik dengan cara
auskultasi pada saat berbaring terlentang mempunyai rata-rata sebesar 118,67
mmHg, pada saat duduk mempunyai rata-rata sebesar 111,67 mmHg serta pada
saat berdiri mempunyai rata-rata sebesar 115,3 mmHg. Dan terakhir adalah
pengukuran tekanan diastolik dengan cara auskultasi pada saat berbaring
terlentang mempunyai rata-rata sebesar 60 mmHg, pada saat duduk mempunyai
rata-rata 56,67 mmHg serta pada saat berdiri mempunyai rata-rata 70 mmHg.
Disini posisi duduk memiliki tekanan darah lebih rendah daripada berbaring. Hal
ini tidak sesuai dengan dasar teori karena mungkin pada saat percobaan, manusia
coba tidak memposisikan tubuhnya dengan baik.

14
Lalu pada percobaan kami tentang pengaruh fisik terhadap denyut nadi
dan tekanan darah, Andy sebagai manusia coba 3 mempunyai frekuensi rata-rata
denyut nadi pada saat pra aktivitas adalah 74,33/menit. Pada saat satu menit pasca
aktivitas mengalami peningkatan frekuensi denyut nadi sebesar 120/menit, pada
saat tiga menit pasca aktivitas frekuensi denyut nadi menurun menjadi 103/menit,
pada saat lima menit pasca aktivitas menurun lagi menjadi 93/menit dan pada saat
tujuh menit pasca aktivitas frekuensi kembali normal menjadi 76/menit.
Pada tekanan sistolik dengan cara auskultasi saat pra aktivitas mempunyai
rata-rata 94,66 mmHg. Pada saat satu menit pasca aktivitas tekanan sistolik
meningkat menjadi 170 mmHg, setelah tiga menit pasca aktivitas tekanan sistolik
menurun menjadi 140 mmHg, setelah lima menit pasca aktivitas tekanan sistolik
menjadi 126 mmHg dan setelah tujuh menit pasca aktivitas tekanan sistolik
kembali normal menjadi 110 mmHg. Selanjutnya tekanan diastolik yang juga
hasilnya di dapatkan dari pengukuran secara auskultasi pada saat pra aktivitas
mempunyai rata-rata 75,67 mmHg. Pada saat satu menit pasca aktivitas tekanan
diastolik meningkat menjadi 80 mmHg, pada saat tiga menit pasca aktivitas
tekanan diastolik menjadi 70 mmHg, pada saat lima menit pasca aktivitas tekanan
diastolik menjadi 78 mmHg serta pada saat tujuh menit pasca aktivitas adalah 80
mmHg. Aktivitas ini akan meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan
tekanan darah yang juga bersifat membakar kalori.
Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu
peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke
organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan
isi sekuncup dan denyut jantung. Disaat melakukan aktivitas fisik maka otot
jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam
jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2
ikut naik pula. Jadi konsumsi O2 oleh otot jantung dapat dihitung dengan
mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik. Otot jantung yang terlatih
membutuhkan lebih sedikit O2 untuk sesuatu beban tertentu dan membutuhkan
jumlah O2 yang kurang pula untuk pekerjaan fisik atau aktivitas. Jadi latihan
jasmani akan mengurangi kebutuhan jantung akan O2 melalui penurunan jumlah
beban yang harus dikerjakan dan juga memperbaiki fungsi metabolik dari
miokardium.

15
BAB V
KESIMPULAN

 Posisi tubuh dapat mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah dimana saat
kita berbaring, denyut nadi dan tekanan darah kita lebih rendah dibandingkan
saat duduk dan berdiri. Hal ini disebabkan oleh pengaruh perbedaan gravitasi
dan jumlah otot yang berkontraksi.
 Berdasarkan penyajian data di pembahasan, terjadi peningkatan bermakna
dari denyut nadi awal dan denyut nadi setelah aktivitas naik turun bangku.
Semakin besar perubahan denyut nadi maka penyesuaian terhadap fungsi
kardiorespirasi termasuk buruk.
 Selama aktivitas fisik yang kita lakukan maka akan terjadi perubahan denyut
nadi sebagai respon untuk mengangkut O2 ke otot yang sedang beraktivitas.
Naik turun tangga diperkirakan sama dengan olahraga dengan berjalan kaki
yang dapat meningkatkan denyut nadi dan membakar kalori.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L. 2007. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Edisi 17. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbookof Medical Physiology. USA:
Elsevier

Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders


Company: USA

MacWilliam, J.A. 1933. Postural Effects on Heart-Rate and Blood- Pressure.


diambil dari: http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract.

Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta: Kedokteran EGC. j

17

Anda mungkin juga menyukai