Ad.b. Gunakan Tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel
pertama yang harus diambil.
Ad.c. Buatlah tabel stop-or-go decision (pengambilan sampel dihentikan jika DUPL=AUPL)
Langkah 1:
Seandainya pada 60 sampel di atas ditemukan 1 kesalahan maka pada Tabel Attribute Sampling
Table for Determining Stop-or-Go Sampling, Size and Upper Precision limit Population
Occurrence Rate Based on Sample Result diperoleh confidence level factor pada R%=95 adalah
4,8. AUPL = 4,8/60 (8%).
Karena AUPL>DUPL maka auditor perlu mengambil sampel tambahan. Sampel yang diperlukan
adalah sebesar 96 (4,8/5). Jadi tambahan sampelnya adalah 36 (96-60).
Langkah 2 :
Seandainya pada 96 sampel di atas ditemukan 2 kesalahan maka confidence level factor pada R
%=95 adalah 6,3. AUPL = 6,3/96 (8%).
Karena AUPL>DUPL maka auditor perlu mengambil sampel tambahan. Sampel yang diperlukan
adalah sebesar 126 (6,3/5). Jadi tambahan sampelnya adalah 30 (126-96)
Langkah 3 :
Seandainya pada 126 sampel di atas ditemukan 3 kesalahan maka confidence level factor pada R
%=95 adalah 7,8. AUPL = 7,8/126 (6%).
Karena AUPL>DUPL maka auditor perlu mengambil sampel tambahan. Sampel yang diperlukan
adalah sebesar 156 (7,8/5). Jadi tambahan sampelnya adalah 30 (156-126)
Langkah 4 :
Seandainya pada 156 sampel di atas ditemukan 3 kesalahan maka confidence level factor pada R
%=95 adalah 7,8. AUPL = 7,8/156 (5%).
Karena AUPL=DUPL maka auditor menghentikan pengambilan sampel dan berkesimpulan
bahwa SPI klien tersebut adalah efektif.
Namun, jika dari 156 sampel ditemukan kesalahan 4 maka AUPL menjadi 5,9% (9,2/156) maka
auditor berlanjut ke langkah 5, yaitu mengambil kesimpulan bahwa unsur SPI yang diperiksa
tidak dapat dipercaya, atau auditor dapat menggunakan fixed-size-attribute sampling sebagai
alternatif.
Dari langkah-langkah di atas dapat dibuat Tabel Stop-or-go decision seperti berikut :