Anda di halaman 1dari 199

Gastrointestinal dan

Hepatobilier
Ulkus Aftosa
4A
Ulserasi/Ulkus Aftosa
• Disebut juga: sariawan
• Definisi: Ulkus dangkal pada mukosa atau lidah yang akan
menyembuh tanpa jaringan parut
Macam-macam penyebab ulkus aftosa
berat
• Crohn’s disease dan celiac disease
• Trauma
• Eritema multiforme
• Liken planus
• Pemfigus
• Infeksi (herpes simpleks, sifilis)
Penanganan Ulkus Aftosa Ringan
• Menghindari trauma oral (menggosok gigi terlalu keras atau
memakan makanan panas)
• Menghindari makanan atau minuman asam
• Obat: tetrasiklin atau obat kumur antimikroba (misalnya
klorheksidin)
Penanganan Ulkus Aftosa Berat
• Kortikosteroid sistemik (misalnya prednisolon 30-60 mg/hari per
oral selama seminggu) atau talidomid (talidomid tidak boleh
diberikan pada kehamilan).
Penting!
• Ulkus yang tidak sembuh setelah 3 minggu perlu dibiopsi untuk
mengeksklusi keganasan.
Parotitis
4A
Di mana kelenjar parotis?
Parotitis
• Definisi: Peradangan kelenjar parotis, disebabkan oleh infeksi
(bakteri atau virus) atau autoimun
• Yang paling dikenal adalah mumps atau gondongan
Parotitis Mumps
• Merupakan infeksi virus paromyxoviral melalui droplet saliva
dan urine
• Umumnya mengenai anak-anak, namun bisa juga mengenai
dewasa
• Termasuk ke dalam salah satu vaksin wajib di Indonesia (MMR)
Gejala Parotitis Mumps
• Bengkak pada area depan telinga hingga rahang bawah
• Bengkak tiba-tiba
• Nyeri pada area yang bengkak
• Onset akut <7 hari
• Gejala konstitusional (malaise, anoreksia, demam)
• Biasanya bilateral, bisa juga unilateral
Gejala Parotitis Bakterial
• Bengkak di area depan telinga hingga rahang bawah
• Bengkak berlangsung progresif
• Onset akut, biasanya <7 hari
• Demam
• Rasa nyeri saat mengunyah
Gejala Parotitis HIV
• Bengkak di area depan telinga hingga rahang bawah
• Tidak disertai nyeri
• Bisa asimtomatis
Gejala Parotitis Tuberkulosis
• Bengkak di area depan telinga hingga rahang bawah
• Onset kronik
• Tidak disertai rasa nyeri
• Disertai gejala tuberkulosis yang lainnya
Gejala Parotitis Autoimun (Sindrom
Sjogren)
• Bengkak di area depan telinga hingga rahang bawah.
• Onset kronik atau rekurens
• Tidak disertai rasa nyeri
• Bisa unilateral atau bilateral
• Ada gejala lainnya dari sindrom Sjogren (mulut kering, mata
kering)
• Sudah menyingkirkan gejala parotitis lain.
Komplikasi
• Kerusakan permanen kelenjar parotis. Akibatnya, sekresi saliva
berkurang sehingga meningkatkan risiko infeksi mulut dan karies
mulut
• Parotitis mumps:
• Laki-laki epididimitis, orkitis, atau atrofi testis (sering ditanyakan)
• Perempuan oovaritis
• Umum tuli, miokarditis, tiroiditis, pankreatitis, ensefalitis, neuritis
• Parotitis autoimun: peningkatan insiden limfoma
Penanganan Parotitis Mumps
• Istirahat, hidrasi, dan nutrisi yang cukup
• Pengobatan simtomatis (antipiretik dan analgesik)
Penanganan Parotitis Bakterial
• Istirahat, hidrasi, dan nutrisi yang cukup.
• Pengobatan simtomatis (antipiretik dan analgesik)
• Antibiotik
Hernia
2
Jenis
Hernia
Macam Hernia Inguinalis Berdasarkan
Letak

DIREK = MEDIAL
INDIREK = LATERAL
(SELALU DI DEWASA)
Hernia berdasarkan sifatnya
• Reponiblis : KELUAR – MASUK
• Ireponiblis : KELUAR – TIDAK BISA MASUK
• Inkarserata: SAMA DENGAN IREPONIBLIS TAPI DENGAN
GANGGUAN PASASE USUS
• Strangulata: GANGGUAN VASKULARISASI USUS, NYERI HEBAT
Tatalaksana Hernia
Hernia apapun yang bukan strangulata
• Reduksi manual
Hernia reponiblis atau ireponiblis
• Operasi elektif
Hernia inkarserata atau strangulata
• Operasi CITO
Peritonitis
3B
Peritonitis
• Definisi: Radang pada peritoneum
• Etiologi:
• Perforasi apendisitis
• Perforasi tukak lambung
• Perforasi tifus abdominalis
• Ileus obstruktif
• Trauma abdomen
Gejala Peritonitis
• Nyeri hebat pada abdomen yang dirasakan terus-menerus selama
beberapa jam
• Bisa di satu tempat saja atau tersebar di seluruh abdomen
• Intensitas nyeri memberat ketika penderita bergerak, bernapas,
batuk, atau mengejan
• Bila telah terjadi peritonitis bakterial suhu badan naik,
takikardia, hipotensi, letargik, syok
• Mual dan muntah
• Kesulitan bernapas
Tanda Peritonitis
• Demam
• Letargi dan kesakitan
• Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan lepas abdomen
• Defans muskular
• Hipertimpani pada perkusi
• Pekak hati bisa menghilang karena udara bebas di bawah
diafragma
• Bising usus menurun atau menghilang
Tanda Peritonitis
• Rigiditas abdomen (perut seperti papan)
• Colok dubur nyeri di semua arah, tonus muskulus sfingter ani
menurun, ampula rekti terisi udara
Peritonitis TB
• Tanda Khasnya: chestboard
phenomenon, pada perkusi
abdomen terdengar suara
pekak dan timpani
bergantian
• Infeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis (TB).
• Reaktivasi laten TB foci dari
penyebaran hematogen dari
paru
Infeksi Umbilikus
4A
Gejala dan Tanda Infeksi Umbilikus
• Anak panas, rewel, dan tidak mau menyusu
• Ada tanda infeksi di sekitar tali pusat (merah, panas, bengkak, dan
mengeluarkan pus)
• Anak menjadi takikardia, hipotensi, penurunan kesadaran, ikterus.
• Adanya pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril
Jenis Infeksi Umbilikus
• Lokal atau terbatas: kemerahan dan bengkak terbatas pada daerah
<1 cm di sekitar pangkal tali pusat.
• Luas atau memberat: kemerahan dan bengkak >1 cm dari sekitar
pangkal tali pusat atau kulit di sekitar tali pusat mengeras dan
memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut.
Komplikasi Infeksi Umbilikus
• Necrotizing fasciitis (edema dan tampak seperti kulit jeruk)
• Peritonitis
• Trombosis vena porta
• Abses
Penanganan
• Perawatan lokal
• Tali pusat dibersihkan dengan antiseptik (klorheksidin atau povidone
iodine 2,5%) dengan kassa bersih 8x/hari hingga tidak lagi ada pus
• Setelah dibersihkan, tali pusat diolesi dengan salep antibiotik 3-4x/hari
• Perawatan sistemis
• Tanpa gejala sistemis, berikan kloksasilin oral selama 5 hari
• Bila tampak sakit, berikan antibiotik kombinasi dengan aminoglikosida
Gastritis
4A
Gastropati dan Gastritis
• Gastropati: kerusakan epitel atau endotel tanpa adanya inflamasi.
• Gastritis: inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, dibuktikan melalui histologi.
• Gastritis terbagi menjadi tiga, yaitu:
• Gastritis erosif dan hemoragik
• Gastritis nonerosif
• Gastritis spesifik
Gastritis/Gastropati Erosif
• Etiologi: obat (terutama NSAID), alkohol, stres karena penyakit
atau pembedahan, dan hipertensi porta.
• Contoh penyebab stres adalah ventilasi mekanik, koagulopati,
trauma, luka bakar, syok, sepsis, kerusakan sistem saraf pusat,
gagal hati, penyakit ginjal, dan kegagalan multiorgan.
• Penyebab lainnya yang lebih jarang adalah iskemia, menelan
bahan kaustik, dan radiasi.
• Diagnosis: endoskopi.
Gejala dan Tanda Gastritis
• Nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas
• Keluhan bisa mereda atau memburuk setelah makan, mual,
muntah, dan kembung
• Adanya nyeri tekan epigastrium
• Peningkatan bising usus
• Bisa terjadi hematemesis atau melena bila terjadi gastritis berat
• Bisa terjadi anemia bila terjadi gastritis kronis
Faktor Risiko Gastritis
• Pola makan yang buruk (sering terlambat makan, sering makan
pedas, porsi makan besar)
• Sering minum kopi dan teh
• Infeksi bakteri atau parasit
• Penggunaan analgesik dan steroid
• Usia lanjut
• Alkoholisme
• Stres
Gejala Gastritis Erosif
• Umumnya asimtomatis
• Bila ada gejala, maka gejalanya adalah anoreksia, nyeri
epigastrik, mual, dan muntah
• Gejala lainnya adalah tanda-tanda perdarahan saluran cerna
atas, yaitu hematemesis, muntah hitam, melena, dan aspirat
berdarah ketika disuction nasogastrik
Penanganan Gastritis Erosif Akibat Stres
• Profilaksis pada pasien sakit berat dengan H2-receptor antagonist
atau proton pump inhibitor (PPI), bisa dalam bentuk oral atau
intravena.
• Bila sudah terjadi perdarahan, bisa diberikan PPI intravena yang
dikombinasi dengan suspensi sukralfat.
Penanganan Gastritis Erosif Akibat NSAID
• Menghentikan penggunaan NSAID, mengurangi dosis NSAID ke
dosis terkecil yang tetap optimal, atau konsumsi NSAID bersamaan
dengan makan.
• Pada pasien yang tetap membutuhkan terapi NSAID, bisa
diberikan terapi empiris PPI selama 2-4 minggu.
Penanganan Gastritis Erosif Akibat Alkohol
• Terapi empiris dengan H2-receptor antagonist, PPI, atau sukralfat
selama 2-4 minggu.
Mekanisme Kerja Obat Lambung
• Metoclopramide: antagonis reseptor D2di chemoreceptor trigger zone
(mempercepat motilitas gaster, anti muntah)
• Omeprazole: mengurangi sekresi asam lambung (dengan menginibisi
H+K+ATPase)
• Domperidone: antagonis selektif reseptor dopamine D2 (mirip dengan
Metoclopramide)
• Ranitidin: inhibitor histamin pada reseptor H2 di sel parietal
(mengurangi sekresi asam lambung dan kadar ion hidrogen)
• Sukralfat: Membentuk lapisan gel pada ulkus untuk mencegah erosi
akibat asam lambung, pepsin, dan empedu. Juga membantu produksi
prostaglandin dan ekskresi bikarbonat (melapisi dinding lambung
supaya lebih cepat sembuh dari ulkus)
Penanganan Gastritis Erosif Akibat
Gastropati Hipertensi Porta
• Pengobatan dengan beta-blocker (propanolol atau nadolol) bisa
menurunkan tekanan porta.
• Bila tidak berhasil dengan beta-blocker, bisa dilakukan prosedur
dekompresi porta.
Gastritis Nonerosif dan Nonspesifik
• Temuan endoskopi adalah normal, namun terdapat peradangan
secara histologis
• Umumnya disebabkan infeksi Helicobacter pylori dan anemia
pernisius
Gastritis Nonerosif Akibat Infeksi H. pylori
• H. Pylori: bakteri batang spiral gram negatif
• Bakteri ini tidak invasif, tetapi menimbulkan reaksi peradangan
PMN dan limfosit
• Bakteri ini menular dari orang ke orang lainnya, tetapi metode
transmisinya masih belum diketahui
Gastritis Nonerosif Akibat Infeksi H. pylori
• Infeksi akut H. pylori menyebabkan mual dan nyeri perut.
• Setelah sembuh, kebanyakan orang akan menjadi gastritis kronis.
• Ada tiga tipe fenotipe klinis gastritis kronis.
• Pertama, gastritis kronis ini umumnya asimtomatis.
• Kedua, sebagian kecil orang mengalami inflamasi di bagian antrum
gaster, tetapi tidak ada inflamasi di korpus gaster.
• Ketiga, inflamasi yang melibatkan korpus gaster. Jenis ini
umumnya mengalami peningkatan risiko ulkus gaster dan kanker
lambung.
Gastritis Nonerosif Akibat Infeksi H. pylori
• Diagnosis bisa dilakukan dengan tes terhadap H pylori, yang
diindikasikan pada:
• Pasien dengan ulkus gaster atau riwayat ulkus gaster.
• Pasien dengan MALToma gaster (suatu bentuk limfoma yang umumnya
melibatkan mukosa, terutama gaster).
• Pasien dengan riwayat keluarga mengalami karsinoma gaster.
• Tes terhadap H. pylori meliputi fecal antigen immunoassay dan
urea breath test.
• Sebelum pemeriksaan, PPI harus dihentikan selama 7-14 hari dan
antibiotik dihentikan selama 28 hari karena keduanya
menurunkan sensitivitas pemeriksaan.
Gastritis Nonerosif Akibat Infeksi H. pylori
• Metode pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan serologis,
namun tidak lagi disarankan. Ada juga tes ELISA serologis, tetapi
akurasinya lebih rendah daripada fecal antigen assay dan urea
breath test.
• Endoskopi tidak diindikasikan untuk diagnosis infeksi H pylori.
Infeksi H. Pylori
• Jika terbukti positif terinfeksi, baru boleh ditatalaksana karena
penanganan antibiotik rawan gagal dan akan menimbulkan resistensi
antibiotik yang berbahaya
• Terapi eradikasi kuman H. Pylori dikenal dengan Triple
Therapy selama 14 hari! (1 PPI + 2 antibiotik)
1.Omeprazole 20 mg (2x1)
2.Clarithromycin 500 mg (2x1) ATAU metronidazole 500 mg
3.Amoxicillin 1000 mg (2x1) ATAU metronidazole
H. Pylori Triple Therapy

14 hari!
1.Omeprazole 20 mg (2x1)
2.Clarithromycin 500 mg
(2x1)
3.Amoxicillin 1000 mg (2x1)
Gastritis Spesifik: Infeksi
• Infeksi berbagai bakteri di lambung gastritis phlegmonous atau
gastritis nekrosis membutuhkan antibiotik spektrum luas,
bahkan reseksi lambung.
• Infeksi virus CMV pada pasien AIDS atau setelah transplantasi
organ.
• Infeksi jamur pada pasien immunocompromised.
• Infeksi larva nematoda ditularkan melalui daging ikan mentah
atau sushi nyeri hebat hingga larva mati atau diambil dengan
endoskopi.
Gastroenteritis
4A
Gastroenteritis
• Definisi: Diare dan muntah akibat masuknya bakteri, virus, dan
toksin tertentu ke dalam saluran cerna.
• Etiologi: Umumnya disebabkan karena mengonsumsi makanan
dan minuman yang tidak bersih atau tidak dimasak dengan benar.
• Bisa juga disebabkan karena tidak sengaja menelan air saat sedang
berenang, berperahu, dan lain-lain.
Penanganan Diare Dewasa
• Menjaga konsumsi cairan oral agar tidak dehidrasi
• Umumnya dengan pengobatan simtomatis
• Muntah antiemetik (misalnya proklorperazin)
• Diare antidiare (kodein fosfat atau loperamid)
Penentuan derajat dehidrasi WHO 1995
5 Pilar Tatalaksana Diare
• Rehidrasi
• Tanpa dehidrasi
• Oralit 5-10 ml/kgBB setiap diare ATAU
• <1 tahun : 50 – 100 ml ; 1-5 tahun 100 – 200 ml ; > 5 tahun : semaunya
• Dehidrasi ringan-sedang
• Per oral 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10ml/kgBB setiap diare
• Jika tidak bisa peroral, menggunakan parenteral
• BB 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
• BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
• BB > 15kg : 135 ml/kgBB/hari
• Dehidrasi berat
• <12 bulan : 30ml/kgBB dalam 1 jam dan 70 ml/kgBB dalam 5 jam
• >12 bulan : 30ml/kgBB dalam 0,5 jam dan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam
• Nutrisi
• Zinc diberikan selama 10 hari meskipun diare sudah berhenti (anak)
• <6 bulan: 10 mg
• >6 bulan: 20 mg
• Edukasi
• Antibiotik jika perlu
Antibiotik apa yang diberikan jika perlu?
• Tetrasiklin 4 x 12,5 mg/kgBB selama 3 hari kolera
• Ciprofloxacin 2 x 15 mg/kgBB selama 3 hari disentri shigella
• Metronidazole 3 x 10 mg/kgBB selama 5 hari amoebiasis
• Metronidazole 3 x 5 mg/kgBB selama 5 hari giardiasis
Giardiasis
• Termasuk salah satu bentuk gastroenteritis, disebabkan oleh
Giardia lamblia (sejenis protozoa).
• Faktor risiko
• Imunosupresi
• Riwayat perjalanan
• Seks anal
• Berenang
• Hewan peliharaan
Gejala Giardiasis
• Gejala Klinis :
• Sering asimtomatis
• Rasa lesu, perut kembung, kentut, nyeri perut, feses cair, dan diare
eksplosif
• Peradangan ringan, gangguan penyerapan lemak Steatorrhoea,
avitaminosis
• Gejala ringan & menahun penderita kurus dan lemah
• Diagnosis :
• Diagnosa pasti pemeriksaan faeces atau aspirasi cairan duodenum
cysta maupun trophozoit
Giardiasis
Giardia Lamblia
• Habitat :
• Duodenum
• Jejenum
• Saluran dan kandung empedu
• Morfologi :
• Trophozoit
• Kista
Trofosoit Giardia lamblia
• Trophozoit :
• Buah pear/seperti bola lampu
• Ventral cekung anterior
terdapat sucking disk
• Cytoplasma dua nucleus
dengan central karyosome yang
besar, empat pasang
blepharoplast, dua axostyle, dua
para basal body, 4 pasang flagella
(2 pasang lateral, 1 pasang
ventral, 1 pasang posterior)
Kista Giardia lamblia

• Kista :
• Bulat/oval
• Ukuran 8-12 X 7-10
• Dinding halus
• Memiliki 2 - 4 nucleus
• Axostyle, flagella tertarik ke
dalam
Penunjang
• Pada pemeriksaan mikroskopis feses dapat ditemukan kista dan
trofozoit (namun sering kali sulit ditemukan sehingga
pemeriksaan harus diulang minimal 3 kali).
• Penunjang lainnya (jarang dilakukan) adalah analisis aspirat
cairan duodenum dan ELISA/PCR feses.
• Bisa juga dengan memberi obat terlebih dahulu. Bila respons baik,
berarti memang giardiasis.
Pengobatan
• Memperbaiki higienitas
• Obat: tinidazol atau Metronidazole 3 x 5 mg/kgBB selama 5 hari
• Hindari mengonsumsi susu karena giardiasis dapat menyebabkan
intoleransi laktosa selama 6 minggu
Gastro-Esophageal Reflux
Disease (GERD)
4A
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
• Definisi: Disebut GERD bila terjadi refluks asam lambung yang
mengganggu pasien (minimal 2 kali heartburn/minggu)
• Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis, striktur esofagus ringan,
atau esofagus Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal. Dicetuskan setelah
makan, berbaring, membungkuk, atau mengedan. Membaik
dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal
Masuknya asam lambung ke saluran napas

• Asma nokturnal (asma pada malam hari)


• Batuk kronik
• Laringitis
• Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus distal)
• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi kanker esofagus

Barrett Columnar
mucosa
Penunjang
• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang
• Endoskopi diperlukan jika:
• Gejala bertahan >4 minggu
• Muntah terus-menerus
• Perdarahan gastrointestinal
• Teraba massa
• Usia >55 tahun
• Disfagia
• Gejala tidak membaik dengan pengobatan
• Berat badan turun
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam, tomat, bawang,
makanan pedas, kopi, coklat, teh, dan makan <3 jam sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus bawah (nitrat,
antikolinergik, CCB) DAN obat yang merusak mukosa lambung
(NSAID, garam kalium, dan bifosfonat)
Medikamentosa
• Antasida untuk mengurangi gejala
• Bila ada esofagitis, gunakan PPI (misal lansoprazol) sekali sehari
Bila tidak merespons, naikkan dosis menjadi dua kali sehari
• Tidak disarankan untuk menggunakan metoklopramid
Pembedahan
• Pembedahan, misalnya laparoskopi, ditujukan untuk
meningkatkan tekanan sfingter bawah esofagus saat relaksasi.
• Hanya dilakukan pada GERD berat yang tidak membaik dengan
pemberian obat.
Apendisitis Akut
3B
Apendisitis Akut
• Definisi: Radang pada apendiks
• Patofisiologi: obstruksi lumen apendiks atau erosi mukosa usus
oleh Entamoeba histolytica dan benda asing lain
Gejala Apendisitis Akut
• Nyeri perut epigastrium, kemudian menjalan ke kanan bawah
(McBurney)
• Apabila >6 jam, pasien bisa menunjukkan letak nyeri karena nyeri
sudah menjadi somatik
• Muntah
• Anoreksia, nausea, vomitus
• Bisa terjadi disuria
• Konstipasi atau diare
• Demam yang tidak terlalu tinggi (37,5-38,5 °C).
Tanda Apendisitis Akut
• Nyeri McBurney
• Rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
• Defans muskular
• Colok dubur nyeri tekan pada jam 9-12
Tanda Klinis Apendisitis Akut Lain
• Dunphy's sign: nyeri perut kanan bawah semakin nyeri saat batuk
• Hamburger sign: Pasien malas makan (80% spesifik untuk apendisitis )
• Massouh sign: Nyeri ketika disapu dengan 2 jadi dari prosesus Xiphoideus ke arah
kiri tapi tidak nyeri jika disapu ke arah kanan
• Obturator sign: nyeri panggul ketika rotasi interna dengan lutut fleksi
• Psoas sign ("Obraztsova's sign“): nyeri kuadran kanan bawah ketika ekstensi pasif
panggul kanan atau fleksi aktif panggul kanan ketika posisi supinasi.
• Rovsing's sign: Nyeri di kuadran abdomen kanan ketika kuadran kiri ditekan.
• Sitkovskiy (Rosenstein)'s sign: Semakin nyeri di regio iliaka kanan ketika pasien
berbaring kiri
• Blumberg sign: Semakin nyeri saat palpasi dengan jari di segitiga Petit kanan.
• Ten horn's sign: Nyeri yang ketika ada traksi lembut pada spermatic cord kanan.
Nyeri McBurney
Rebound Tenderness
Obturator Sign
Psoas Sign
Rovsing’s Sign
Skor Alvarado
Demam Tifoid
4A
Demam Tifoid
• Demam tifoid disebut juga dengan demam enterik (enteric fever).
• Demam enterik merupakan sindrom klinis yang tergabung atas:
gejala konstitusional, gastrointestinal, dan nyeri kepala.
• Demam enterik bisa disebabkan oleh Salmonella spesies apa pun.
Sementara itu, istilah demam tifoid lebih cocok bila telah diketahui
bahwa spesies patogennya adalah Salmonella typhi.
Persentase pasien dengan kultur +
terhadap minggu infeksi
• Kultur darah: biasanya
+ pada akhir minggu
pertama

• Kultur feses: biasanya +


pada minggu kedua –
ketiga

• Kultur urin: biasanya +


setelah minggu kedua
Penanganan
• Sebelumnya, pengobatan dengan ampisilin, kloramfenikol, dan
trimetroprim-sulfametoksazol
• Pilihan utama adalah fluorokuionolon (misalnya siprofloksasin
750 mg dua kali sehari atau levofloksasin 500 mg sekali sehari)
diberikan selama 5-7 hari bila tidak ada komplikasi, atau 10-14
hari bila ada komplikasi.
• Pemberian seftriakson IV 2 g/hari selama 7 hari juga efektif.
Perdarahan Gastrointestinal
3B
Perdarahan Gastrointestinal
• Terbagi menjadi dua, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
dan perdarahan saluran cerna bagian bawah.
• Batasan antara saluran cerna bagian atas dan bawah adalah
ligamentum Treitz.
• Penyebab perdarahan saluran cerna atas: ruptur varises esofagus,
gastritis erosif, dan tukak peptik.
Gejala Perdarahan Gastrointestinal Bagian
Atas
• Hematemesis (muntah darah warna hitam seperti bubuk kopi)
• Melena (buang air besar warna hitam seperti ter atau aspal)
Faktor Risiko Perdarahan Saluran Cerna
Atas
• Penyakit hati kronis
• Riwayat dispepsia
• Riwayat mengonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu-jamuan,
obat penyakit jantung, obat stroke
• Riwayat penyakit ginjal
• Riwayat penyakit paru
• Perdarahan di tempat lain
• Riwayat muntah berulang sebelum hematemesis (mengarah ke
sindrom Mallory-Weiss)
Penanganan Perdarahan Gastrointestinal
Atas
• Menstabilkan hemodinamik
• Pemasangan NGT
• Tirah baring
• Puasa/diet hati/lambung
• Injeksi antagonis reseptor H2 atau PPI
• Sitoprotektor (sukralfat)
• Antasida
• Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis
Gejala Perdarahan Saluran Cerna Bawah
• Hematokezia (darah segar keluar melalui anus)
• Bisa juga terjadi melena (karena perdarahan kolon sebelah kanan
dengan perlambatan motilitas)
• Perdarahan dari divertikulum tidak nyeri, tinja merah marun
atau merah. Terhenti spontan dan tidak berulang.
• Hemoroid atau fisura ani darah merah segar yang tidak
bercampur feses.
• Perdarahan saluran cerna kronik tidak bergejala
Penanganan Perdarahan Saluran Cerna
Bawah
• Hemoroid atau fisura ani bulk-forming agent, sitz bath, dan
menghindari mengedan.
• Suplementasi besi.
• Penanganan di fasilitas layanan kesehatan sekunder atau tersier.
Malabsorpsi
3A
Malabsorpsi Makanan
• Definisi: Keadaan gangguan pada proses absorpsi dan digesti
secara normal pada satu atau lebih zat gizi
• Gejala:
• Diare kronis
• Bila malabsorpsi lemak stetorea (feses berminyak)
Penanganan Malapsorpsi
• Pembatasan nutrisi tertentu
• Suplemen vitamin dan mineral
• Suplemen enzim pencernaan
• Tata laksana spesifik sesuai dengan penyebab
Intoleransi Makanan
4A
Intoleransi Makanan
• Ditandai dengan kumpulan gejala yang terjadi sebagai reaksi
terhadap makanan tertentu.
• Intoleransi tidak sama dengan alergi makanan.
• Intoleransi terjadi karena tubuh tidak memiliki enzim tertentu
untuk mencerna makanan.
• Contoh makanan yang sering menyebabkan intoleransi adalah
protein susu sapi, MSG, hasil olahan jagung, dan terigu atau
gandum yang mengandung gluten.
Gejala Intoleransi Makanan
• Rasa gatal di tenggorokan
• Nyeri perut
• Perut kembung
• Diare
• Muntah
• Kram perut
Penanganan Intoleransi Makanan
• Pembatasan makanan yang dicurigai
• Suplemen vitamin dan mineral
• Suplemen enzim pencernaan
Untuk diagnosis pasti ....
• Berikan kembali makanan yang dicurigai. Bila terjadi reaksi
kembali, bisa dipastikan bahwa makanan tersebut merupakan
penyebab intoleransi makanan.
Alergi Makanan
4A
Alergi Makanan
• Timbul bila ada alergen yang menembus sawar gastrointestinal
sehingga memacu reaksi IgE
• Makanan yang sering menjadi alergen pada anak adalah susu,
telur, kacang tanah, soya, terigu, dan ikan laut
• Makanan yang sering menjadi alergen pada dewasa adalah kacang
tanah, ikan laut, udang, kepiting, kerang, dan telur
Gejala dan Tanda
• Kulit: eksim dan urtikaria
• Saluran napas: rinitis dan asma
• Saluran cerna: edema dan pruritus pada bibir, mukosa pipi,
mukosa faring, muntah, kram, distensi perut, dan diare

• Hipersensitivitas terhadap susu sapi dapat menyebabkan


perdarahan occult (tersembunyi) di saluran cerna
Penanganan Alergi Makanan
• Pada pasien dengan riwayat alergi berat atau anafilaksis, jangan
lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan
• Menghindari makanan penyebab alergi
• ASI eksklusif dapat memberikan efek protektif terhadap alergi
makanan
Botulisme
3B
Botulisme
• Definisi: gangguan neurologi akut yang disebabkan oleh
neurotoksin dari Clostridium botulinum, penyakit ini dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf yang mematikan.
• Manifestasi klinis terbagi 3:
• Infant botulism: pada anak-anak
• Foodborne botulism: akibat makanan yang tercemar (biasanya makanan
kaleng)
• Wound botulism: akibat luka yant terinfeksi
Botulisme
Gejala:
• Mual
• Muntah
• Nyeri menelan
• Pandangan ganda
• Dilatasi pupil
• Mulit kering yang tidak berkurang dengan minum air

Setelah itu akan diikuti dengan symmetrical descending


paralysis, kelemahan saraf motorik dan otonom, dan
kelemahan otot pernapasan.
Terapi
• Mengamankan jalan napas!
• Segera rujuk untuk observasi ketat
• Gagal napas dapat terjadi dengan sangat cepat
• Pasien dengan bising usus yang terdengar diberikan obat yang
mempercepat defekasi dan enema untuk membuang racun yang
belum terserap dari usus
• Profilaksis ulkus gaster akibat stres dapat diberikan
• Kateter foley dipasang untuk inkontinensia urin dan dimonitor
ketat dan diganti secara berkala
Irritable bowel syndrome
Irritable bowel syndrome
“Kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di perut yang
diasosiasikan dengan abnormalias fungsi dan pergerakan usus
besar, namun ternyata tidak ditemukan kelainan struktural,
biokimia, maupun sistemik yang mendasari”

• Bukan diagnosis eksklusi


• Dan harus dapat didiagnosis dokter di layanan primer
Kriteria Diagnosis IBS
Kriteria ROME III
Harus ada:
• Nyeri atau tidak nyaman di abdomen, minimal 3 kali dalam 1
bulan, selama 3 bulan terakhir
Disertai 2 atau lebih dari:
1. Perbaikan setelah defekasi
2. Awitan diasosiasi dengan perubahan frekuensi BAB
3. Awitan diasosiasi dengan perubahan konsistensi BAB
4. Sudah pernah dialami setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis
Harus cari tanda bahaya untuk dirujuk
• Usia > 50 tahun
• Anemia
• Berat badan turun tanpa penyebab jelas
• Riwayat keganasan kolorektal di keluarga
• Inflammatory bowel disease
• Celliac sprue
Inflamatory Bowel Disease
Inflamatory Bowel Disease
Ada dua yang paling sering:
1. Ulseratif kolitis
2. Penyakit Crohn GC
• Secara mikroskopis mirip, tapi secara PA bisa dibedakan
• Granuloma non-caseating HANYA ada di Crohn (tapi cuma 60%)
• Tidak ditemukan granuloma pada ulseratif kolitis
• Pada penyakit Crohn juga didapatkan penurunan berat badan (tidak
hanya pada Ca)
Penyakit Cacing Tambang
4A
Penyakit Cacing Tambang
• Disebabkan oleh cacing
Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale

• Larva cacing masuk


menembus kulit,
bermigrasi melalui paru,
kemudian masuk ke
sepertiga atas usus halus.
Gejala dan Tanda Infeksi Cacing Tambang
• Gangguan gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, diare,
penurunan berat badan, nyeri di area duodenum, jejunum, dan
ileum.
• Bila infeksi berlangsung lama, bisa terjadi anemia,
hipoalbuminemia, dan edema.
Telur
• Bentuk telur A. Doudenale dan N. americanus sama
• Telur cacing tambang berdinding tipis
Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang
• Tidak menggunakan jamban untuk buang air besar.
• Menggunakan tinja sebagai pupuk.
• Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
Penunjang
• Anemia mikrositik hipokrom.
• Pada pemeriksaan feses segar secara mikroskopis, bisa ditemukan
adanya telur/larva/cacing dewasa.
Pengobatan Infeksi Cacing Tambang
• Pirantel pamoat dosis tunggal
• Mebendazole selama 3 hari berturut-turut
• Albendazole dosis tunggal
Strongiloidiasis
4A
Strongilodiasis
• Infeksi oleh cacing
Strongyloides
stercoralis.
Gejala dan Tanda Strongilodiasis
• Pada infeksi ringan tidak menimbulkan gejala khas.
• Pada infeksi sedang bisa menyebabkan nyeri epigastrium yang
tidak menjalar.
• Gatal di kulit.
• Mual dan muntah
• Diare dan konstipasi yang bergantian.
Faktor Risiko Strongiloidiasis
• Menggunakan feses sebagai pupuk.
• Jarang menggunakan jamban untuk buang air besar.
• Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
Penunjang Strongilodiasis
• Mikroskopis feses: larva rabditiform atau cacing dewasa
Strongyloides stercoralis.
Pengobatan Strongilodiasis
• Terapi pilihan: albendazol 1-2x400 mg selama 3 hari.
• Pilihan lain: mebendazol 3x100 mg selama 2 atau 4 minggu.
Askariasis
4A
Askariasis
• Infeksi oleh cacing Ascaris lumbricoides.
• Disebut juga dengan cacing gelang.
• Penularan melalui jalur fekal-oral.
Gejala dan Tanda Askariasis
• Sindroma Loeffler batuk, demam, dan eosinofilia yang terjadi
selama 3 minggu. Akibat larva yang ada di paru.
• Infeksi ringan di usus mual, nafsu makan turun, diare,
konstipasi.
• Infeksi berat malabsorpsi, rasa tidak nyaman di perut, kolik
akut epigastrium, diare.
• Infeksi cacing menyebabkan eosinofilia sehingga mencetuskan
urtikaria, asma, konjungtivitis akut, fotofobia, dan lain-lain.
Komplikasi Askariasis
• Muntah cacing yang menyebabkan sumbatan jalan napas.
• Ileus akibat sumbatan cacing.
• Apendisitis akibat masuknya cacing ke apendiks.
• Penyumbatan saluran empedu, ampula Vateri, dan jaringan hati
oleh cacing.
Faktor Risiko Askariasis
• Tidak mencuci tangan
• Tidak menggunakan jamban (BAB sembarangan)
• Menggunakan tinja sebagai pupuk
• Mengonsumsi makanan yang dihinggapi lalat yang membawa telur
cacing
Penunjang
• Pemeriksaan feses untuk melihat telur cacing Ascaris
lumbricoides.
• Telur memiliki 3 lapisan
• Albuminoid
• Hialin
• Vitelina
Pengobatan Askariasis
• Pirantel pamoat dosis tunggal
• Mebendazol tiga hari berturut-turut
• Albendazol dosis tunggal
Skistosomiasis
4A
Skistosomiasis
• Infeksi cacing trematoda, bisa ada 3 spesies, yaitu Schistosoma
japonicum, Schistosoma haematobium, dan Schistosoma mansoni.
• Ditularkan dalam bentuk serkaria, berkembang dalam host, dan
menembus kulit pasien dalam air.
Gejala dan Tanda Skistosomiasis
• Ada dua macam gejala berdasarkan fasenya.
• Fase akut: demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronkitis,
nyeri abdomen. Sebelumnya ada riwayat terpapar dengan air
(danau atau sungai) 4-8 minggu sebelum gejala. Sebelumnya
menjadi ruam terlebih dahulu.
• Fase kronis: tergantung lokasi lesi.
• Organ kemih hematuria, nyeri berkemih
• Usus halus nyeri abdomen dan diare berdarah
• Hati dan limpa distensi abdomen, pembesaran hati dan limpa, ikterik
Komplikasi Skistosomiasis
• Bila tidak segera diobati, skistosomiasis dapat berujung pada gagal
ginjal dan gagal jantung.
Faktor Risiko Skistosomiasis
• Tinggal atau berkunjung ke daerah endemis, serta sering terpajan
dengan air (seperti sawah atau danau).
• Di Indonesia, tempat endemis skistosomiasis adalah di Sulawesi
Tengah, lembah Napu dan Lindu.
Penunjang Skistosomiasis
• Penemuan telur cacing pada spesimen feses dan sedimen urine.

S. Japonicum S. Haematobium S. Mansoni


Bulat Duri di tengah Duri miring
Penanganan Skistosomiasis
• Setelah pengobatan, satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan
ulang untuk memastikan keberhasilan pengobatan.
• Menghindari berenang di danau atau sungai yang endemis dengan
skistosoma.
• Meminum air yang telah dimasak.
Taeniasis
4A
Taeniasis
• Disebabkan karena infeksi oleh Taenia saginata, Taenia solium,
atau Taenia asiatica.
• Taenia disebut juga dengan cacing pita.
• Penularannya dengan memakan daging hewan yang belum
dimasak atau setengah matang.
• Taenia solium babi
• Taenia saginata sapi/kerbau
Sistiserkosis
• Khusus untuk Taenia solium, kistanya dapat menyebar ke seluruh
tubuh. Paling berbahaya jika menyebar ke otak.
Gejala dan Tanda Taeniasis
• Gejala tidak khas, bisa asimtomatis.
• Umumnya gejala timbul akibat toksin atau iritasi di usus.
• Rasa tidak nyaman di lambung
• Mual
• Lemah
• Berat badan menurun
• Sakit kepala
• Konstipasi
• Pusing
• Diare
• Pruritus ani
Faktor Risiko Taeniasis
• Memakan daging yang mengandung larva taenia yang mentah atau
setengah matang.
• Pengolahan daging yang tidak higienis.
• Daging yang berasal dari ternak yang tidak terjaga kebersihan
kandang dan makanannya.
Penunjang Taeniasis
• Pada feses segar, secara mikroskopis dapat ditemukan telur
(berdiding tebal dan radiel).
• Secara makroskopis dapat ditemukan proglotid.
• Eosinofilia, leukositosis, dan peningkatan LED.
Pengobatan Taeniasis
• Terapi pilihan: albendazol 1x400 mg selama 3 hari berturut-turut
• Terapi lainnya: mebendazol 3x100 mg selama 2 atau 4 minggu.

• Pengobatan dianggap berhasil bila ditemukan skoleks pada feses.


• Untuk sistiserkosis, tata laksananya adalah dengan eksisi.
Hepatitis A
4A
Hepatitis A
• Peradangan di hati yang disebabkan akibat infeksi virus hepatitis
A.
• Virus tersebut ditularkan melalui jalur fekal-oral.
Gejala dan Tanda Hepatitis A
• Demam
• Mata dan kulit menjadi kuning
• Pembesaran hati (hepatomegali)
• Penurunan nafsu makan
• Nyeri otot dan sendi
• Lemah, letih, dan lesu
• Mual dan muntah
• Warna urine seperti teh
• Tinja seperti dempul
Penunjang Hepatitis A
• Peningkatan bilirubin urine
• Peningkatan bilirubin darah
• Peningkatan kadar SGOT dan SGPT ≥2 batas atas nilai normal
• Terdeteksinya IgM anti-HAV
Penanganan Hepatitis A
• Asupan kalori dan cairan adekuat
• Tirah baring
• Pengobatan simtomatis untuk demam, mual, dan nyeri perut.
Hepatitis B
3B
Hepatitis B
• Virus yang menyerang hati.
• Masuk melalui darah atau cairan tubuh dari orang lain yang
terinfeksi.
• Disebut akut bila infeksi <6 bulan.
• Disebut kronik bila infeksi >6 bulan.
• Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis hepatis, sementara sirosis
hepatis menjadi hepatoma.
Gejala Hepatitis B
• Gangguan gastrointestinal (malaise, anoreksia, mual, muntah)
• Gejala flu (batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia)
• Gangguan gastrointestinal dan gejala flu akan menghilang ketika
muncul kuning. Anoreksia, malaise, dan kelemahan bisa menetap.
• Ikterus diawali dengan urine berwarna gelap.
Tanda Hepatitis B
• Konjungtiva ikterik
• Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
• Splenomegali dan limfadenopati bisa terjadi pada sebagian kecil
pasien.
Penunjang Hepatitis B
• Kadar bilirubin darah meningkat
• SGOT dan SGPT ≥2 kali nilai normal tertinggi.
• HBsAg positif
Diagnosis Hepatitis Akut vs Kronis
• Diagnosis hepatitis B difokuskan pada deteksi HBsAg (surface
Antigen)
• HBV akut: HBsAg +, IgM HBcAg + (c=core), kalau HBeAg + artinya
sedang sangat kontagius
• HBV kronik: HBsAg + yang menetap 6 bulan!!!
TES INTERPRETASI Marker
HBsAg (–) Serologi
Total anti-HBc (–) Belum ada kekebalan
Anti-HBs (–) Hepatitis B
HBsAg (–)
Total anti-HBc (+) Kebal karena infeksi natural
Anti-HBs (+)
HBsAg (–)
Total anti-HBc (–) Kebal karena imunisasi
Anti-HBs (+)
HBsAg (+)
Total anti-HBc (+)
IgM anti-HBc (+) Infeksi akut
Anti-HBs (–)
HBsAg (+)
Total anti-HBc (+)
IgM anti-HBc (–) Infeksi kronik
Anti-HBs (–)
Faktor Risiko Hepatitis B
• Hubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita hepatitis B
• Pemakaian jarum suntik secara bergantian
• Orang yang bekerja pada tempat yang biasa terpapar darah
manusia
• Transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan donor
• Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis
• Anak yang dilahirkan oleh ibu dengan hepatitis B
Perlemakan Hepar
3A
Fatty liver disease
• Alcoholic – jika ada riwayat konsumsi rutin
• Non alcoholic – jika tidak
• Progresi:
• Fatty liver alcoholic hepatitis sirosis
• Yang membedakan adalah fatty liver bisa kembali
lagi (reversibel)
• Namun jika sudah sirosis, maka ireversibel
Kolesistitis
3B
Kolesistitis
• Radang akut atau kronis pada kandung empedu.
• Disebabkan karena stasis cairan empedu (batu kandung empedu),
infeksi, atau iskemia dinding kandung empedu.
Gejala Kolesistitis Akut
• Demam
• Kolik perut sebelah kanan atas atau epigastrium dan teralihkan ke
bawah angulus scapula dekstra, bahu kanan, atau yang sisi kiri.
Kadang menyerupai angina pektoris, berlangsung 30-60 menit
tanpa mereda.
• Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau makanan
berlemak di malam hari.
• Flatulens dan mual.
Gejala Kolesistitis Kronik
• Gangguan pencernaan menahun
• Serangan berulang, namun tidak mencolok
• Mual, muntah, dan tidak tahan makanan berlemak
• Nyeri perut yang tidak jelas disertai sendawa
Faktor Risiko Kolesistitis Akut
• Wanita
• Usia >40 tahun
• Sering mengonsumsi makanan berlemak
• Ada riwayat kolesistitis akut sebelumnya
Tanda Kolesistitis
• Ikterik bila ada batu di saluran empedu ekstrahepatik
• Teraba massa kandung empedu
• Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal
• Murphy sign positif
Murphy Sign
Penanganan Kolesistitis
• Obat simtomatis
• Tirah baring
• Puasa
• Antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, atau metronidazol
Disentri Basiler, Disentri
Amuba
4A
Disentri
• Disentri merupakan diare disertai darah.
• Bisa disebabkan oleh disentri amuba atau disentri basiler.
Disentri Amuba
• Disebabkan oleh patogen Entamoeba histolytica.
• Patogen tersebut menyebar melalui jalur fekal-oral.
• Mendidihkan air atau makanan yang terinfeksi dapat
menghancurkan kista.
Gejala Disentri Amuba
• Awalnya diare saja, kemudian akan disertai darah dan jumlahnya
banyak.
• Bisa disertai demam juga.
• Bedakan dari disentri basiler (disentri basiler lebih berat karena
gejala mendadak langsung berat, lebih membuat dehidrasi, dan
feses lebih cair).
Komplikasi Disentri Amuba
• Infeksi Entamoeba histolytica bisa menyebar ke hati,
menyebabkan abses hati amuba.
Pengobatan
• Metronidazol selama 5 hari (untuk melawan amuba vegetatif),
kemudian dilanjutkan diloxanide furoate selama 10 hari
(menghancurkan kista di saluran cerna untuk mencegah
rekurensi).
Intususepsi atau Invaginasi
3B
BAB selai jelly (currant jelly stool)
Invaginasi = Intususepsi
Hemoroid
4A
Hemoroid
• Pelebaran vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis (daerah
anus).
Gejala Hemoroid
• Adanya darah segar yang menetes pada saat defekasi.
• Pada hemoroid yang lebih berat, bisa terjadi prolaps massa dari
anus ketika defekasi.
• Awalnya massa masih bisa masuk sendiri setelah selesai defekasi.
Lama-kelamaan, massa harus dimasukkan secara manual dengan
jari, hingga akhirnya tidak bisa masuk lagi.
• Adanya lendir.
• Iritasi di daerah perianal.
• Perdarahan terus-menerus menyebabkan anemia.
Faktor Risiko Hemoroid
• Penuaan
• Lemahnya dinding pembuluh darah
• Wanita hamil
• Konstipasi
• Jarang mengonsumsi makanan berserat
• Peningkatan tekanan intraabdomen
• Batuk kronik
• Sering mengedan
• Duduk terlalu lama di toilet
Dua Jenis Hemoroid
• Hemoroid ada dua jenis, yaitu hemoroid internal dan eksternal.
• Hemoroid internal berasal dari bagian proksimal garis dentata dan
dilapisi oleh mukosa.
• Hemoroid eksternal berasal dari garis dentata dan dilapisi oleh
epitel mukosa termodifikasi dan persarafan serabut saraf nyeri
somatik.
Derajat Hemoroid
Derajat Tanda
Derajat 1 Hemoroid mencapai lumen anal kanal
Derajat 2 Hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak
saat pemeriksaan, tetapi bisa masuk secara
spontan
Derajat 3 Hemoroid keluar dari anal kanal, hanya bisa
dimasukkan secara manual oleh pasien.
Derajat 4 Hemoroid selalu keluar dan tidak bisa masuk meski
dilakukan secara manual.
Penatalaksanaan Hemoroid Derajat 1
• Mengonsumsi serat 20-30 gram per hari agar feses lebih lembek
sehingga tidak perlu mengedan terlalu kuat.
• Minum 6-8 gelas air sehari.
• Tidak menahan buang air besar dalam waktu lama dan
menghindari mengedan.
• Menghindari makanan pedas dan berlemak.
• Mengurangi nyeri dan konstipasi dengan obat-obatan simtomatis.
Hemoroid Derajat 2, 3, dan 4
• Ditata laksana di layanan kesehatan sekunder.

Anda mungkin juga menyukai