2. Batas-batasnya
a. Ke anterior: Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum,
bursa omentalis, dan gaster.
b. Keposterior: Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis,
vena cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major
sinistra, glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.
3.Vaskularisasi
a. Arteriae
A.pancreaticoduodenalis superior (cabang A.gastroduodenalis )
A.pancreaticoduodenalis inferior (cabang A.mesenterica cranialis)
A.pancreatica magna dan A.pancretica caudalis dan inferior cabang arteri lienalis
b.Venae
1
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.
4. AliranLimfatik
Melalui kelenjar limfe sepanjang arteri nodi lymphatici coeliacus mesentericus superior
5. Inervasi
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis (vagus)
6. Ductus Pancreaticus
1. Ductus pancreaticus mayor (Wirsungi)
bersama ductus choledochus menembus posteromedial duodenum II dipertengahan
ampula vateri
2. Ductus pancreaticus minor/acessorius (Santorini)
sering tidak ada, bermuara ke duodenum II sedikit diatas muara ductus pancreaticus mayor
3. Ductus Choleochus et Ductus Pancreaticus
Ductus choledochus bersama dengan ductus pancreaticus bermuara ke dalam suatu rongga,
yaitu ampulla hepatopancreatica (pada kuda). Ampulla ini terdapat di dalam suatu tonjolan
tunica mukosa duodenum, yaitu papilla duodeni major. Pada ujung papilla itu terdapat muara
ampulla. (Richard S. Snell, 2000)
2
MIKROSKOPIS
Berwarna abu-abu kemerahan, besar, lunak, berlobus letak retroperitoneal (caput,collum dan
corpus) dan intraperitoneum (cauda),setinggi vertebra L 2 – L 3
Panjang ± 20 – 25 cm, berat ± 60 – 65 g
Terdiri dari caput, corpus dan cauda
Dibungkus jar peny tipis, tidak jelas mbtk capsul yang membagi kelenjar menjadi lobuli-lobuli
Merupakan kel exocrine dan endocrine
Sel α
– 20% populasi sel
– Mensekresi glukagon
– Bentuk besar, mencolok, terutama di perifer
Sel β
– 75% dari polulasi, sel paling kecil, menempati bagian tengah
– Mensekresi insulin
– Granula lebih kecil (200 μm)
Sel δ
– Sel paling besar, 5% dari populasi
– Granula mirip sel α, tapi kurang padat
– Menghasilkan hormon Somatostatin yang di pankreas bekerja mengatur pelepasan
hormon pulau Langerhans yang lain (parakrin)
Sel C/sel PP
– Ditemukan hanya pada spesies tertentu, mis. Guinea pig, jumlah terbatas, ukuran sama
dengan sel β, dengan sedikit atau tanpa granula.
– Mensekresi polipeptida pankreas
– Fungsi fisiologis tak diketahui
3
2. Bagian Eksokrin Pankreas
Mirip sekali dengan kelenjar parotis, kelenjar tubulo acinar komplex.
Acini terdiri dari 6-8 sel kolumnar rendah atau sel serosa piramida, meliputi lumen kecil.
Septa halus membagi kelenjar mejadi lobulus
Perbedaan dengan kelenjar parotis:
Adanya sel sentro acinar, sel kecil jernih ditengah acinus membatasi bagian pertama saluran
keluar
Tidak mempunyai duktus intra lobularis “striata”
Adanya kapsul dari jaringan ikat halus tipis
Tidak terdapat sel lemak diantara acini kecuali pada manula
Insulin menurunkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak darah serta meningkatkan
anabolisme molekul nutrien kecil ini.
Efek pada karbohidrat
Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan
penyimpanan karbohidrat sebagai berikut.
1. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Beberapa jaringan
yang tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak, otot yang aktif, dan
hati.
4
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun di
hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati.
Obat-obatan: sulfonilurea
5
BIOKIMIA
Insulin molekul tunggal/preproinsulin (110 asam amino) retikulum endoplasma reaksi
enzim peptidase satu rantai (24 asam amino) dihilangkan proinsulin aktivitas enzim
prohormon convertase 1 dan 2 bagian tengah yaitu rantai C (33 asam amino) dihilangkan
konversi proinsulin menjadi insulin struktur akhir dengan 2 rantai (A dan B) dan C-
peptide dengan proteolytic cleavage pada dua sisi sepanjang rantai peptide
6
2. Rantai B – mengandung bag α- helix yg lebih besar (B9 Ser- B19 Cys) dan residu
Glisin yg lebih kecil pada 20 dan 23 menyebabkannya melipat dan membentuk huruf
V
Struktur tersier
Struktur Tersier dari insulin distabilkan oleh ikatan disulfida. Pada struktur insulin
terdapat 6 sistein sehingga terbentuk 3 ikatan disulfida : 2 antara rantai A dan B (antara
A7&B7 dan A20&B19) dan satu dalam rantai A (A6&A11).
7
Mekanisme Pengikatan Insulin ke reseptor Jaringan
(PI-3K) pathway
ke membrane sel
melalui GLUT-4
8
LI.3. Memahami & Menjelaskan Diabetes Melitus
DEFINISI
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
EPIDEMIOLOGI
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO,International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada
tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi,
laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat
pada tahun 2030.
ETIOLOGI
Diabetes tipe 2
Patogenesis dari DM tipe 2 patogenesisnya lebih sedikit diketahui meskipun tipe ini sering di
temukan,tidak ada bukti bahwamekanisme autoimun berperan. Beberapa faktor resiko pemicu DM
2:
1. Riwayat keluarga
Resiko jadi 40% bila ada
2. Overweight ( BMI ≥ 25 kg/m2)
Resiko jadi 4.5%
3. Kebiasaan kurang beraktifitas fisik
Bila berakifitas minimal 30 menit/3-4x seminggu menurunkan resiko 42%
4. Ras dan etnik
5. IFG atau IGT sebelumnya
6. Hipertensi (≥ 140/90 mmHg pada orang dewasa)
Resiko 20% bila ada
7. HDL ≤ 35 mg/dl dan/atau trigliserid ≥ 250 mg/dl
8. Riwayat GDM atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 lb
2-5% ibu hamil rentan berkembang jadi diabetes. 40% diantaranya jadi DM beberapa
tahun setelahnya
9. Perokok
Resiko 44% DM type 2
10. Faktor tambahan
9
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Certain medications such as steroid
Indicators of insulin resistance, such as acanthosis nigricans, a brown to black
hyperpigmentation of the skin
History of cardiovascular disease or metabolic syndrome
Certain autoimmune diseases
PATOGENESIS
Diabetes tipe 2
1. Resistensi insulin
Resistensi insulin adalah gangguan pada kerja insulin, sehingga meskipun kadar insulin
dalam darah normal, namun tidak memicu sinyal pada organ yang sensitif terhadap
insulin untuk mengaborbsi glukosa.
Kompensasi pankreas pada keadaan ini adalah mensekresi insulin lebih banyak lagi
hingga kapasitasnya dilampaui oleh peningkatan kebutuhan metabolik, akibatnya sekresi
insulin menjadi tidak adekuat.
Akibatnya terjadi hiperinsulinemia yang bertujuan untuk mempertahankan agar glukosa
darah tetap normal.
Asam lemak bebas (FFA) yang dilepaskan dari jaringan lemak akan disimpan di dalam
hati.
Selanjutnya terjadi proses glukoneogenesis yang mengakibatkan peningkatan produksi
glukosa dan trigliserida, dan peningkatan sekresi VLDL di hati.
Akibatnya terjadi lipid/lipoprotein yang abnormal, yaitu peningkatan small LDL dan
penurunan HDL.
FFA juga menghambat ambilan glukosa di dalam otot (insulin mediated glucose uptake),
sehingga menurunkan sensitivitas insulin di dalam otot.
10
Penurunan pelepasan dan Gangguan fungsi dan reaktivitas
responsivitas terhadap nitrit oksida endotel
Lingkungan
1. Obesitas; asam lemak dalam darah dan intrasel meningkat sehingga mempengaruhi fungsi
insulin dan pengeluaran sitokin yang diaktifkan thiazolidinedion sehingga menyebabkan
resistensi insulin. Abdominal fat lebih aktif secara lipolitik daripada lemak subkutan,
mungkin karena memiliki reseptor adrenergic yang lebih banyak. Penyimpanan adipose
abdominal lebih resisten terhadap efek antilipolitik insulin
Disfungsi dari sel beta
- Manifestasi : sekresi insulin tidak adekuat dalam menghadapi resistensi insulin dan
hiperglikemia.
- Kualitatif : hilangnya pola sekresi insulin
- Kuantitatif : menurunnya massa sel beta, degenarasi pulau langerhans, pengendapan
amiloid dalam pulau langerhans.
- Mekanisme kegagalan sel beta pada diabetes tipe 2 adanya pengendapan amiloid.
- 90% pasien DM tipe 2 ditemukan endapan amiloid pada saat autopsi
- Amilin merupakan komponen amiloid yang mengendap,secara normal dihasilkan oleh sel
beta pankreas dan disekresikan bersama dengan insulin sebagai repon terhadap pemberian
glukosa. Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin pada fase awal diabetes
tipe 2,menyebabkan meningkatnya produksi amilin sehingga mengendap sebagai amiloid di
islet,sehingga amilin yang mengelilingi sel beta mungkin sel beta menjadi refraktor dalam
11
menerima sinyal glukosa. Aimiloid bersifat toksik bagi sel beta sehingga berperan dalam
kerusakan sel beta yang ditemukan pada kasus diaberes tipe 2 tahap lanjut.
Diabtes sekunder
Tipe ini disebabkan oleh karena penyakit lain atau penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan destruksi pancreatic beta cells atau peripheral insulin resistance.Penyebab
diabetes sekunder antara lain
Penyakit pankreas yang menyebabkan rusaknya sel beta (eg, hemochromatosis,
pancreatitis, cystic fibrosis, pancreatic cancer)
Syndrom hormonal yang memicu penurunan secretion sel beta (eg, pheochromocytoma)
Syndrom hormonal yang memicu peripheral insulin resistance (eg, acromegaly, Cushing
syndrome, pheochromocytoma)
Obat-obatan (eg, phenytoin, glucocorticoids, estrogens)
12
MANIFESTASI KLINIK
Gejala Khas/klasik
Polidipsia
Karena peningkatan gula darah , air akan tertarik keluar dari sel, menyebabkan
dehidrasi intraseluler dan stimulasi rasa haus di hipotalamus
Poliuria
Akibat polidipsi
Polifagia
13
ABPI Interpretation Action Nature of ulcers, if present
value
14
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
Pemeriksaan jantung
Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
o Arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior pulsasi harus diraba Hal ini sangat penting
pada pasien yang memiliki infeksi pada kaki, karena tungkai yang jelek aliran
darahnya dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko amputasi.
o Pemeriksaan ekstremitas bawah neuropati sensorik berguna pada pasien dengan
ulkus pada kaki karena adanya penurunan sensasi yang membatasi kemampuan
pasien untuk melindungi kaki dan pergelangan kaki. Hal ini dapat dinilai dengan
monofilamen Weinstein Semmes atau dengan pemeriksaan refleks, posisi, dan /
atau sensasi getaran.
Jika neuropathy perifer ditemukan, pasien harus dibuat sadar bahwa perawatan kaki
(temasuk pemeriksaan kaki harian) sangat penting untuk mencegah ulkus kaki dan
Albuminuria
o 30-300 mg/hari mikroalbuminuria
o >300 mg/hari makroalbuminuria
Pemeriksaan kadar insulin dan pro insulin ( C-peptide)
15
Menilai fungsi pancreas, diperiksa secara imunologis. Kelemahan pemeriksaan
insulin adalah dipengaruhi oleh antibody insulin darah, sedangkan C-peptide tidak
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
Foto sinar-x dada
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang
diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalamkelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam
setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam
< 140 mg/dL.
Pemeriksaan Penyaring
16
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM , namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa:
DIAGNOSIS BANDING
DM 1 vs DM 2
o Tingkat C-peptida puasa lebih dari 1 ng / dL pada pasien yang telah menderita diabetes
selama lebih dari 1-2 tahun adalah sugestif dari diabetes tipe 2 (yaitu, residu beta-fungsi
17
sel). Merangsang C-peptida konsentrasi (setelah tantangan makan standar seperti
Sustacal atau setelah glukagon) agak dipertahankan sampai akhir dalam perjalanan dari
diabetes mellitus tipe 2. Tidak adanya respon C-peptida untuk konsumsi karbohidrat
dapat mengindikasikan kekeurangan jumlah sel-beta
o Autoantibodi dapat berguna dalam membedakan antara tipe 1 dan tipe 2 diabetes. Islet-
cell (IA2), anti-GAD65, dan anti-insulin autoantibodi dapat hadir pada awal diabetes tipe
1, namun tidak dalam tipe 2 penyakit.
Diabetic Ketoacidosis
Diabetic Nephropathy
Diabetic Ulcers
Insulin Resistance
Lead Nephropathy
TATALAKSANA
Pilar Penatalaksanaan DM
Edukasi
Pemberdayaanpenyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat.
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat
Dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia
serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien
Terapi Nutrisi Medis
Makronutrien
Karbohidrat
Sebagai sumber energi, karbohidrat yang diberikan pada penderita diabetes tidak
boleh melebihi 45-60 % dari total kebutuhan energy perhari
Rekomendasi pemberian karbohidrat :
1. Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung karbohidrat, lebih ditentukan
jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat itu sendiri.
2. Jika ditamah dengan MUFA ( monounsaturated fatty acid ) sebagai sumber energy, maka
jumlah karbohidrat maksimal 70 % dari total kebutuhan kalori per hari.
3. Jumlah serat 25-50 gram per hari
4. Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidakperlu dibatasi, namun jangan sampai lebih dari
total kalori per hari.
5. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori seperti sakarin, aspartame, acesulfam
dan sukralosa.
6. Penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh lebh dari 10 gram per hari
7. Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram per hari
18
Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-35 % dari total kalori per hari.
Protein mengandung energy sekitar 4 kilokalori per gram.
Rekomendasi pemberian protein adalah :
1. Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak akan mempengaruhi
konsentrasi glukosa darah.
2. Pada keadaan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-1,0
mg/kg berat badan per hari
3. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih dianjurkan daripada
dari protein hewani.
Lemak
Jumlah kebutuhan lemak yang direkomendasikan sekitar 20-35 % dari total kalori per
hari.lemak mengandung energy sekitar 9 kilokalori per gram.
Rekomendasi pemberian lemak :
1. Jika kadar kolesterol LDL ≥100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7 %
dari total kalori per hari.
2. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL ≥100mg/dl,maka maksimal
kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg/hari.
3. Batasi asupan lemak jenis trans
4. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kenutuhan asam lemak tidak jenuh rantai
panjang.
5. Asupan lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10 % dari asupan kalori per hari dan asupan
lemak jenuh maksimal 10 % dari total kebutuhan kalori per hari.
Mikronutirient
Mineral dan vitamin juga harus seimbang dan diatur sehingga dapat memenuhi kebutuhan penderita
diabetes per hari.
19
BBI = ( TB cm - 100)kg – 10 %
= ( 160 cm - 100 ) kg – 10 %
= 60 kg – 6 kg
= 54 kg
2. Tentukan status gizi
Status gizi = ( BB Aktual : BBI ) x 100 %
= ( 63 kg : 54 kg ) x 100 %
= 116 % ( termasuk overweight )
3. Tentukan jumlah kebutuhan kalori per hari
- Kebutuhan kalori basal = BBI x 30 kalori
= 54 x 30 = 1620 kalori
- Kebutuhan untuk aktivitas ditambah 20 %
20 % x 1620 kalori = 324 kalori
- Koreksi karena overweight dikurangi 10 %
10 % x 1620 kalori = 162 kalori
Jadi total kalori perhari untuk penderita = 1620 + 324 – 162 = 1782 ( dibulatkan menjadi 1700)
- Karbohidrat 60 %
60 % x 1700 kalori = 1020 kalori setara dengan 255 gram
- Protein 20 %
20 % x 1700 kalori = 340 kalori setara dengan 85 gram
- Lemak 20 %
20 % 1700 kalori = 340 kalori setara dengan 37,7 gram
5. Jadwal ( distribusikan dalam 5-6 kali pemberian , 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan )
Latihan Jasmani
20
ADA merekomendasikan 150 menit/minggu untuk melakukan aerobic physical activity ( dibagi
menjadi 3 hari ).
1) Frekuensi : jumlah olahraga per minggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali
per minggu
2) Intensitas : ringan dan sedang
3) Durasi : 30-60 menit
4) Jenis : latihan jasmani endurance ( aerobic ) untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda
Intervensi Farmakologi
Obat hipoglikemik oral (OHO)
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
b) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
e) DPP-IV inhibitor
21
22
Suntikan
1. Insulin
Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011 25
Insulin diperlukan pada keadaan:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasionalyang
Tidak terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Jenis dan lama kerja insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
3. Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
5. Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).
.
Efek samping terapi insulin
1. Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinyahipoglikemia.
2. Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bab komplikasi akut DM.
3. Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat menimbulkan
alergi insulin tau resistensi insulin.
23
Target Pengendalian DM
KOMPLIKASI
Komplikasi Diabetes Mellitus
24
Laboratorium:
Blood glucose >14mmol/L (252mg/dL)
Faktor Pencetus
1. Infeksi
Kebutuhan insulin mendadak naik pada keadaan infeksi, misalnya ISPA, pneumonia,
ISK, abses
2. Pengobatan insulin dihentikan
3. Stress: IMA, stroke
4. Obat-obatan
– Banyak obat diketahui mengurangi sekresi insulin atau menambah resistensi insulin,
hidroklotiazid, penghambat beta, penghambat kalsium, dilantin, kortisol (steroid)
– Alkohol mungkin menghambat sekresi insulin karena dapat menyebabkan
pankreatitis subklinis dan mempengaruhi sel beta
Hyperglikemik menuju glukosuria, berkurangnya volume cairan, dan tachycardia.
Hypotensi dapat terjadi karena kekurangan volume cairan dengan kombinasi dengan
peripheral vasodilatasi.
Patofisiologi
25
Tatalaksana
1. Rehidrasi
2. Insulin
3. Bikarbonat
4. Kalium
5. Antibiotika
2. Hyperglikemik hyperosmolar
Gejala dan tandanya
– polyuria, polidipsi,berat badan turun, dehidrasi
– perubahan mental
– Biasanya berusia > 50 tahun
– Kesadaran ↓
– Tanda-tanda dehidrasi
– Hiperglikemia yang tinggi (> 600 mg/dl)
– Tanpa asidosis pH > 7.3
– Ketosis ringan
– Hiperosmolaritas
Lab
26
Osmolality >320mOsm/kg - (raised Na,
BG, urea)
Patofisiologi
Gejala
• Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun.
• Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana.
• Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau tangan
berdebar-debar.
27
• Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar) dengan atau tanpa kejang.
Tatalaksana
Mekanisme komplikasi
28
Teori pertama bahwa peningkatan glukosa di intraselular menunju perubahan kenaikan
produk akhir glikosilasi (AGEs) melalui protein intra- dan ekstraselular glikosilasi non enzimatik.
Dimana glikosilasi nonenzimatik menghasilkan interaksi glukosa dengan gugus amino protein.
Dimana AGEs telah menunjukkan cross-link protein, peningkatan atherosklerosis, disfungsi
glomerulus, berkurangnya sintesis nitrit oxide, menginduksi disfungsi endotel, dan perubahan
struktur ECM.
Teori kedua berdasarkan pengamatan bahwa hyperglikemi meningkatkan metabolisme
glukosa melalui jalur sorbitol. Glukosa intraselular dimetabolisme oleh phosphorilasi dan
subsequent glikolisis, tapi ketika meningkat, beberapa glukosa diubah menjadi sorbitol oleh
enzim aldose reduktase. Peningkatan konsentrasi sorbitol merubah pontensial redox,
meningkatkan osmolalitas selular, generate reactive oxygen species, dan menuju ke slular
disfungsi.
Teori ketiga bahwa hiperglikemik meningkatkan pembentukan diacylglicerol menuju
pengaktifan protein kinase C (PKC). Diantara rekasi lainnya, PKC merubah transkripsi gen untuk
fibronektin, kolagen tipe IV, protein kontraktile, dan protein ECM di sel endotelial dan neuron.
Teori keempat bahwa hiperglikemik meningkatkkan perubahan pada jalur hexosamine,
yang menghasilkan fruktosa 6-fosfat, suatu substrat untuk O-linked glycosylation dan
proteoglycan production. Jalur hexosamine mungkin merubah fungsi oleh protein glikosilasi
seperti sintesis endotelial nitrik okside atau oleh perubahan dalam ekspresi gen transforming
growth factor β (TGF-β) atau plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1).
Microvascular
1. Komplikasi ophthalmologi DM
DM dapat mengakibatkan kebutaan diantara umur 20-74 tahun. Kebutaan merupakan
hasil progesive utama dari diabetes retinopathy dan macular edema. Tahap diabetes
retinopathy sendiri ada 2, nonproliferative diabetic retinopathy dan proliferative diabetic
retinopathy.
Nonproliferative diabetic retinopathy biasanya muncul pada akhir dekade awal atau
awal dari dekade kedua dari penyakit DM itu sendiri dan ditandai dengan retinal vescular
microaneurysms, blot hemorrhages, dan cotton wool spots. Nonproliferative diabetic
retinopathy sedang dikarakteristikkan dengan perubahan venous vessel caliber, intraretinal
microvascular abnormalities, dan beberapa microaneurysms dan hemorrhages.
Patofisiologinya termasuk kehilangan retinal pericytes, peningkatan permeabilitas vaskular
29
retina, perubahan aliran darah retina, dan keabnormalan microvascular retinal, semuanya
menuju pada retinal ischemia.
Keberadaan neovaskularisasi dalam respon pada retinal hypoxia adalah sebagai tanda
proliferative diabetic retinopathy.
Retinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa mikroangiopati progresif
yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular pada retina dengan gejala penurunan atau perubahan
penglihatan secara perlahan.1
Gejala
Pandangan kabur
Floaters (benda yang melayang-layang pada penglihatan
Mekanisme terjadinya RD masih belum jelas, namun beberapa studi menyatakan bahwa
hiperglikemi kronis merupakan penyebab utama kerusakan multipel organ. Komplikasi hiperglikemia
kronis pada retina akan menyebabkan perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan
pembuluh darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri. Terdapat 4 proses biokimiawi
yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga berhubungan dengan timbulnya retinopati
diabetik, antara lain:
1) Akumulasi Sorbitol
30
Produksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi jalur poliol terjadi karena
peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase yang terdapat pada jaringan saraf, retina, lensa,
glomerulus, dan dinding pembuluh darah akibat hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu
senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun
dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang bersifat
hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses osmotik.
Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+ sehingga menurunkan uptake mioinositol.
Mioinositol berfungsi sebagai prekursor sintesis fosfatidilinositol untuk modulasi enzim Na-K-ATPase
yang mengatur konduksi syaraf. Secara singkat, akumulasi sorbitol dapat menyebabkan gangguan
konduksi saraf.
Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim aldose reduktase (sorbinil) yang bekerja
menghambat pembentukan sorbitol, dapat mengurangi atau memperlambat terjadinya retinopatik
diabetik. Namun uji klinik pada manusia belum menunjukkan perlambatan dari progresifisitas
retinopati. 3, 5, 6
31
Penyebab kebutaan pada retinopati diabetik dapat terjadi karena 4 proses berikut, antara lain:
1) Retinal Detachment (Ablasio Retina)
Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan menyebabkan peningkatan
jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus. Suatu saat jaringan fibrosis ini dapat tertarik karena
berkontraksi, sehingga retina juga ikut tertarik dan terlepas dari tempat melekatnya di koroid. Proses
inilah yang menyebabkan terjadinya ablasio retina pada retinopati diabetik.3
32
biasanya didapatkan pada retinopati diabetik dengan oklusi vena sentral, karena banyaknya dinding
vaskular yang lemah. 3, 4
Selain oklusi vena, dapat juga terjadi oklusi arteri sentralis retina. Arteri yang mengalami
penyumbatan tidak akan dapat memberikan suplai darah yang berisi nutrisi dan oksigen ke retina,
sehingga retina mengalami hipoksia dan terganggu fungsinya. Oklusi arteri retina sentralis akan
menyebabkan penderitanya mengeluh penglihatan yang tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan
pada mata bagian luar. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh retina berwarna pucat. 3,
4
3) Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati diabetik sehubungan dengan
neovaskularisasi yang terbentuk sehingga menambah tekanan intraokular
2. Komplikasi ginjal DM
Nephropathy dikarakteristikkan oleh glomerular hyperperfusi dan renal hypertrophy terjadi
pada tahun pertama setelah serangan DM dan menyebabkan peningkatan GFR. Selama lima
tahun pertama DM, penebalan basal membran glomerulus mengakibatkan glomerulus
hypertrophy dan GFR kembali ke normal. Setelah 5-10 tahun kemudian, microalbumin mulai
diekskresikan oleh ginjal sebagai tanda ketidakmampuan ginjal untuk menyeimbangkan
kompensasinya kembali.
Patogenesis nephropathy berhubungan dengan kronik hiperglikemi sebagai efek
perkembangan dari soluble faktor (GF, angiotensin II, endothelin, AGEs), perubahan
hemodinamic pada sirkulasi ginjal, dan perubahan struktur dari dlomerulus.
33
PENGOBATAN
• monitor tekanan darah
– target TD pada penderta DM 130/90 mmHg
– bila TD > 140/90 mm Hg harus diobati
• Monitor kadar gula darah
– GD harus senormal mungkin
– HbA1c < 7
• Batasi asupan protein
– pemberian protein 0.8 g/kg berat badan
– gunakan protein yang high biologic value
3. Neuropathy dan DM
A. Neuropati sensorimotor
• Dialami oleh 30 % penderita DM
• Keluhan :
– nyeri kronik
– kesemutan
– rasa panas
– baal (mati rasa)
• Penyebab :
– GD yang tidak terkontrol
– aliran darah menurun
B. Neuropati otonom
• Hipotensi ortostatik :
– pusing bila berdiri dan berkurang pada posisi tidur
• Gastroparesis :
– mual, kembung
– susah BAB (konstipasi)
– BAB tidak tertahan
• Neuropati genitourinaria :
– BAK tidak tertahan
– Disfungsi seksual
– Mudah mengalami infeksi
34
Mungkin ditunjukkan dengan polyneuropathy, mononeuropathy, dan/atau autonomic
neuropathy. Berhubungan dengan menghilangnya serabut saraf bermielin atau tidak
bermielin karena ischemic.
a. Polyneuropathy
Akibat dari hilangnya sensori distal bisa mengakibatkan hyperestesi, parestesi, dan
disestesi. Gejalanya berupa sensai mati rasa, kesemutan, panas, atau terbakar yang
dimulai di daerah kaki dan menyebar secara proksimal.
b. Mononeuropathy
Hadir dengan rasa sakit dan melemahnya motorik pada distribusi suatu saraf
tunggal. Diperkirakan akibat suatu kelainan vaskularisasi, tapi masih belum pasti
patogenesisnya. Biasa mempengaruhi kranial nerve terutama kranial nerve III, IV, VI,
atau VII.
c. Autonomic neuropathy
Tanda dari autonomic neuropathy adalah perkembangan cholinergic,
noradrenergic, dan peptidergic. Juga dapat merusak perkembangan banyak sistem di
tubuh, seperti cardiovascular, gastrointestinal, genitourinary, sudomotor, dan sistem
metabolik. Pada cardiovascular mengakibatkan tachycardia dan orthostatic hypotension.
Pada gastrointestinal mengakibatkan gastroparesis dan kelainan pengosongan bladder
serta usus. Sedangkan pada genitourinary mengakibatkan kegagalan mempertahankan
BAK dan disfungsi seksual.
PENGOBATAN
1. Terapi penyebab dasar
– Pengendalian glukosa darah
– Menghindari obat-obat yang dapat menyebabkan neuropati
2. Pengendalian keluhan neuropati
3. Terapi fisik
Psikoterapi/edukas
Makrovaskular
35
• Sering tanpa disertai keluhan nyeri dada
SKRINING
• Monitor kadar GD
• Monitor kolesterol dan trigliserida
• Monitor adanya hiperkoagulasi (kekentalan darah)
EKG bukan parameter yang ideal
PENGOBATAN
1. Terapi penyebab dasar
– Pengendalian glukosa darah
– Menghindari obat-obat yang dapat menyebabkan neuropati
2. Pengendalian keluhan neuropati
3. Terapi fisik
Psikoterapi/edukasi
Pembuluh darah tepi:
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes. Biasanya terjadi
dengan gejala tipikal claudicatio intermittent, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus
iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.
Adanya trombosis → aliran darah berkurang
Terutama di kaki sehingga kaki mudah mengalami infeksi
Penyebab infeksi kaki :
- terkena knalpot
- lecet akibat sepatu sesak
- luka kecil saat memotong kuku
- kompres kaki yang terlalu panas
PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegaan tersier
PROGNOSIS
Sekitar 60% pasien DM tipe 1 yang mendapat terapi insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan meninggal lebih
cepat.
36
LI.4. Memahami & Menjelaskan Etika Makan Menurut Islam
Tidak berlebih-lebihan di dalam makan & minum. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda: “Tiada tempat yg yg lbh buruk yg dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya,
cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja utk menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa,
maka sepertiga utk makanannya, sepertiga utk minu-mannya & sepertiga lagi utk bernafas”. (Hadis
Riwayat: Ahmad & dishahihkan oleh Al-Albani).Prinsipnya sesuai dengan hadis Rasulullah saw :”
makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang”.
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik / Halalan Thoyyiban
Al Qur’an, Surat Al Maidah : 88 yang artinya:
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu
dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”
37
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. [Online]. 2004
[cited 2010 Sept 30];Available from: URL:
http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.full
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier Soundres
http://emedicine.medscape.com/article/980685-medication#showall
http://www.mayoclinic.com/health/glomerulonephritis/DS00503/DSECTION=tests-and-diagnosis
th
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10 edition, Washington, Lange, 2003: 316-23
Kumar V,et al. 2008. Patologi Anatomi : Robbins edisi 7 vol 2. Jakarta
Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4.
Jakarta : EGC.
Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001
Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes: estimates for the year
2000 and projections for 2030. Diabetes Care 2004 May;27(5):1047-53.
38