Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENJADI

BIODIESEL

Disusun Oleh :

Makalah Dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Teknologi Biomassa

Oleh :
Kelompok 9
Nama : Ariska Sapni Putri (061540411548)
Fatma Cahyani (061540411554)
Reni Puspitasari (061540411898)

Kelompok : 5 EG A
Dosen Pengampuh : LETTY TRISNALIANI, S.T.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Teknologi Biomassa yang
berjudul “Pemanfaatn Minyak Jelantah Menjadi Biodisel” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pembelajaran di
mata kuliah Teknologi Biomassa. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut hingga akhir zaman.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan yang kurang sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca yang sifatnya membangun
agar sempurnanya makalah ini dan juga sebagai bekal bagi penulis untuk membuat
makalah yang akan datang.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam hal untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3. Tujuan ..........................................................................................................................2
1.4. Manfaat ........................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3
2.1. Biodiesel ......................................................................................................................3
2.2. Minyak Jelantah ..........................................................................................................3
2.3. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah ...............6
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................................8
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................................................ 8
3.2. Cara Kerja .................................................................................................................................... 8
BAB 4 PEMBAHASAN .......................................................................................................11
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................................14
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 14
5.2. Saran ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................15
Cara Kerja ..............................................................................................................................17
Cara Pencucian Biodiesel ......................................................................................................17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Biodiesel ................................................................................................................. 6

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal dunia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang


melimpah, terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan
Indonesia memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar
untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dewasa ini kita kerap kali mendengar tentang
istilah krisis energi, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya industri
yang memerlukan konsumsi bahan bakar minyak yang semakin banyak. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa minyak bumi dan gas alam adalah salah
satu unrenewable resource, sehingga semakin lama persediaan minyak bumi dan
gas akan semakin menipis.
Dari permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana
caranya untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya yang lebih murah
dan tepat guna. Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi.
Bioenergi sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan
berulang-ulang, untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di
Indonesia saat ini. Biodiesel dapat terbuat dari minyak nabati maupun minyak
hewani. Pemanfaatan bahan dari minyak nabati salah satunya adalah limbah
minyak goreng atau minyak jelantah merupakan bahan alternatif yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
Keuntungan lain dari pemanfaatan minyak goreng bekas ini adalah
meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak goreng bekas
yang dapat dijumpai di setiap rumah, penjual gorengan dan tempat-tempat lain
penghasil minyak jelantah. Jika tidak ditangani dan tidak diupayakan
pencegahannya maka akan terjadi tumpukan-tumpukan limbah minyak goreng
bekas. Karena minyak jelantah bersifat karsinogenik yang tidak baik untuk
kesehatan, akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam
penyakit, misalnya diarhea, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker

1
2

dan menurunkan nilai cerna lemak sehingga minyak jelantah lebih baik digunakan
maupun didaur ulang sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana reaksi pembuatan biodiesel dari minyak jelantah?


2. Apakah bahaya dari minyak jelantah?
3. Bagaimana cara pembuatan biodiesel dari minyak jelantah?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Pemanfaatan Minyak Jelantah
menjadi Biodiesel ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari limbah
minyak jelantah.
2. Diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah minyak goreng.
3. Mengetahui metode pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
4. Dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat
membantu mengurangi emisi karbon dan polusi ( lebih ramah lingkungan).

1.4. Manfaat
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan wawasan mengenai
pembuatan energi aliternatif berupa biodiesel dari minyak jelantah.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkil
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan
dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin
sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur
sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja
dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya
penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

2.2. Minyak Jelantah


Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,
minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas
pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya. Minyak yang telah dipakai untuk
menggoreng menjadi lebih kental, mempunyai asam lemak bebas yang tinggi dan

3
4

berwarna kecokelatan. Selama menggoreng makanan, terjadi perubahan fisiko-


kimia, baik pada makanan yang digoreng maupun minyak yang dipakai sebagai
media untuk menggoreng, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan
tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan
dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat
selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.
Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang
bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama
dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah
akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan
kembali bersih dan dapat dipakai kembali.
Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu
minyak mencapai 200-300 °C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak
tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap
meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin
yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak. Kerusakan
minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu
mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak
goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang
kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-
ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang
dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan
yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati
dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.
Minyak goreng yang telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami
beberapa reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu
pemanasan sampai terbentuk akrolein. Minyak yang telah digunakan untuk
menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya
turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein.
5

Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga
mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik.
Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit,
kedelai, jagung dan lain-lain. Meski beragam secara kimia isi kandungannya
sebetulnya tak jauh beda, yakni terdiri dari beraneka Asam Lemak Jenuh (AL) dan
Asam Lemak Tidak Jenuh (ALT). Dalam jumlah kecil kemungkinan terdapat juga
lesitin, cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak,
dan hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein. Hal yang kemungkinan berbeda
adalah komposisinya.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat
berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan
berbagai penyakit, terutama hati/liver. Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air
dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal
bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi
kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik
yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit,
kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama.
Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah
sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat kental,
berbau tengik, dan berbusa.
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat
bermanfaat dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses
kimia menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga
merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Biodiesel dari
substrat minyak jelantah merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan
sebagaimana biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang
menunjukkan keunggulan FAME dibanding solar, terutama penurunan
6

partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi
persyaratan SNI untuk Biodiesel.

Tabel 1. Spesifikasi Biodiesel


Parameter Satuan Nilai
Massa jenis pada suhu 40ºC Kg/m3 850-890

Viskositas kinematik pada suhu 40ºC mm2/s (cst) 2,3-6,0

Angka setana Min 51


o
Titik nyala (mangkok tertutup) C Min 100
o
Titik kabut C Maks 18

Korosi lempeng tembaga(3 jam pada suhu Maks no.3


50ºC)

Residu karbon %-massa Maks 0,05


Dalam contoh asli Maks 0,30
Dalam 10% ampas distilasi
Air dan sedimen %-vol Maks 0,05
o
Temperatur distilasi 90% C Maks 360

Abu tersulfatkan %-massa Maks 0,02

Belerang Ppm-m (kg/mg) Maks 100

Fosfor Ppm-m (kg/mg) Maks 10


Angka asam Mg-KOH/g Maks 0,08

Gliserol bebas %-massa Maks 0,02


Gliserol total %-massa Maks 0,24

Kadar ester alkil %-massa Min 96,5

Kadar iodium %-massa( g-12 /100g) Maks 115

Uji harphen Negatif

2.3. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah
Reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
ini adalah reaksi transesterifikasi.
7

Reaksi transesterifikasi mengubah trigliserida (96-98 %minyak) dan


alkohol menjadi ester, dengan sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya
molekul-molekul trigliserida yang panjang dan bercabang diubah menjadi ester-
ester yang lebih kecil yang memiliki ukuran dan sifat yang serupa dengan minyak
solar.
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai pendek, seperti
metanol, etanol dan butanol. Metanol dan etanol dapat dengan mudah dihasilkan
dari bahan nabati. Etanol menghasilkan etil ester yang lebih sedikit dan
meninggalkan sisa karbon yang banyak. Metanol selain harganya yang lebih
murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum digunakan. Katalis digunakan
untuk mempercepat jalannya reaksi (Encinar, 1999).
Metanol dan etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam
industri, karena kedua jenis alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih
cepat. Reaksi dengan alkohol yang mempunyai titik didih lebih rendah
dilaksanakan pada suhu 60-65 ºC, sedangkan untuk reaksi dengan alkohol yang
mempunyai titik didih tinggi dilakukan pada suhu 200-250 ºC. Reaktor yang
dipakai diusahakan dalam keadaan kering dan kadar asam lemak bebas yang ada
dalam minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang
karena air dan asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalisator yang sifatnya
basa dan membentuk sabun.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. 1 liter minyak goreng bekas


2. 3,5 gram NaOH
3. 200 mL metanol (spiritus putih/tak berwarna)
4. Aquades
5. Gelas ukur ukuran 250 mL
6. Gelas beker ukuran 1000 mL
7. Pengaduk
8. Kompor
9. Termometer
10. Panci stainless steels (jangan gunakan panci aluminium karena dikhawatirkan
akan terjadi reaksi lain)

3.2 Cara Kerja

Gambar 1. Prosedur Kerja Pembuatan Biodiesel

8
9

1. Mengukur 200 mL metanol menggunakan gelas ukur, lalu tuang ke dalam gelas
beker.
2. Mencampurkan 3,5 gram NaOH ke dalam cairan metanol, aduk hingga NaOH
larut (sekitar 30 menit).
3. Mengambil minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter, lalu tuang ke
dalam panci stainless steels.
4. Memanaskan minyak bekas di atas pemanas listrik atau kompor sambil diaduk
hingga suhu minyak mencapai 60°C.
5. Setelah suhu minyak mencapai 60°C angkat minyak dari kompor sambil terus
diaduk, tuangkan larutan NaOH dan metanol yang telah dibuat sebelumnya.
Pencampuran dilakukan dengan cara menuangkan sedikit demi sedikit larutan
sambil tetap terus diaduk.
6. Setelah semua larutan tertuang habis, campuran harus tetap diaduk dengan agak
kuat. Setelah sekitar 20-30 menit pada campuran akan berubah warna menjadi
oranye. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi reaksi. Lakukan terus
pengadukan hingga warna oranye menjadi semakin tajam dan agak keruh. Jika
warna sudah tidak berubah lagi , maka menandakan reaksi telah selesai.
7. Diamkan campuran selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan : lapisan bagian
atas yang berwarna oranye merupakan biodiesel, sedangkan di bagian bawahh
padat kuning keputihan merupakan campuran gliserol, air dan sisa NaOH.
8. Memisahkan kedua campuran dengan cara menuangkan secara perlahan –lahan
bagian atasnya (biodiesel) ke tempat lain.
9. Jika ingin hasil yang lebih baik, dapat dilakukan pemurnian dengan
menggunakan air.

3.3 Cara Pemurnian


1. Ukurlah air menggunakan gelas ukur dengan perbandingan 1:5 dari hasil
biodiesel yang telah dibuat.
2. Panaskan di atas kompor dan atur suhunya (jangan melebihi 80°C).
3. Aduk terus campuran selama ±30 menit.
10

4. Setelah itu angkat dan diamkan selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan :
lapisan bagian atas merupakan biodiesel, sedangkan endapan bagian bawah
merupakan air yang mengandung kotoran sisa NaOH dan lain-lain.
5. Pisahkan kedua lapisan tersebut dan biodiesel siap digunakan sebagai bahan
bakar pengganti solar atau minyak tanah.
BAB 4
PEMBAHASAN

Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Sebuah
proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi
ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini,
tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip
dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak
kasus. Namun, biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel
petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang
rendah pelumas.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan alkohol
membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai produk samping.
Persamaan umum Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di bawah ini
CH2―O―COR1 R1COOCH3 + CH2OH
CH―O―COR2 + 3CH3OH katalis R2COOCH3 + CHOH
CH2―O―COR3 R3COOCH3 + CH2OH
R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak
jenuh. Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng
tersebut. Melalui proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi senyawa-
senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak. Kandungan asam
lemak bebas ini lah yang kemudian akan diesterifikasi dengan methanol menghasilkan
biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan metanol,
yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Katalis (dalam hal ini adalah NaOH) berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada suatu kondisi tertentu.
Semakin banyak katalis maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin kecil, akibatnya
produk akan semakin cepat terbentuk.

11
12

Biodiesel mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon


monoksida, sulfur dan hujan asam. Menggurangi beban lingkungan karena
sampah/limbah biodiesel tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena minyak
berasal dari tumbuhan/nabati. Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih sempurna
dibandingkan solar sehingga mesin yang menggunakan biodiesel tidak mengeluarkan
asap hitam berupa karbon atau CO2, sedangkan mesin yang menggunakan solar
mengeluarkan asap hitam. Selain itu, biodiesel mengeluarkan aroma khas seperti
minyak bekas menggoreng makanan.
Dari hasil praktikum didapatkan 500 mL biodiesel dan 500 mL endapan.
Kemudian hasil dari biodiesel tersebut dicuci dengan menggunakan aquades.
Perbandingannya adalah 1:5 (aquades:biodiesel). Hasil akhir dari pemurnian ini adalah
400 mL biodiesel dan 200 mL endapan berwarna putih kental.

Analisis Laboratorium Sifat – sifat Biodiesel dari Minyak Jelantah


1. Sifat fisik Unit Hasil ASTM Standar (Solar)
2. Flash point (°C) : 170 Min.100
3. Viskositas (40°C) : cSt. 4,9 1,9-6,5
4. Bilangan setana : – 57 Min.40
5. Cloud point (°C) : 3,3
6. Sulfur content (% m/m) : << 0.01 atau 0.05 max
7. Calorific value (kJ/kg) : 38.542 - 45.343
8. Density pada 15°C (Kg/l) : 0,93 - 0,84
9. Gliserin bebas (Wt.%) : 0,00 Maks.0,02

Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga sangat
prosfektif untuk dikembangakan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain dibanding
dengan solar, yakni:
1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free
sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global.
2. Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar.
3. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable).
13

4. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbaharui.
5. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Biodiesel merupakan salah satu alternatif bahan bakar ramah lingkungan yang
berbahan dasar minyak jelantah (limbah penggorengan).
2. Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah sangat sederhana baik berupa alat,
bahan dan pengolahannya.
3. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel merupakan
suatu cara pembuangan limbah (minyak jelantah) yang menghasilkan nilai
ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar solar
yang bersifat ethis, ekonomis, dan sekaligus ekologis.

5.2. Saran
1. Karena seiring berjalannya waktu persediaan energi dari fosil semakin
berkurang sehingga solar semakin menipis persediaannya dibandingkan dengan
kebutuhan terhadap solar yang semakin meningkat. Maka sekarang kita dapat
memaksimalkan penggunaan minyak jelantah sebagai penggantinya dan bahan
bakar biodiesel. Karena adanya alternatif ini kita menjadi tidak sangat
tergantung akan solar.
2. Membuang limbah minyak goreng atau minyak jelantah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan yang bertentangan dengan prinsip green
chemistry, dan mengakibatkan penyakit apabila dipakai kembali, sebaiknya
kita dapat mendaur ulangnya seperti menjadi bahan bakar biodiesel.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://titi-sindhuwati.blogspot.com/2012/01/limbah-minyak-goreng-tidak-lagimenjadi.-

html (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017)

http://greenchemistryindonesia.wordpress.com/ (Diakses pada tanggal 11 Oktober

2017)

Djaeni, dkk., 2002, Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas menjadi Gliserol dan

Minyak Diesel melalui Proses Trans-Esterifikasi, Universitas Diponegoro,

Semarang, Prosiding Seminar Nasional “Kejuangan” Teknik Kimia, Yogyakarta.

(Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017)

Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah, Institut

Teknologi Bandung, Prosiding Seminar Rekayasa dan Proses Kimia, UNDIP,

Semarang. (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017)

Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas

Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. (Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2017)

Encinar, Jose M., 1999, Preparation and Properties of Biodiesel from Cynara Carduncus

L. Oil. Industrial and Enfineering Chemistry Research, Vol. 38. No.8, Ind. Chem.

Res., Washington. (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017)

Ketaren, S., 1986, Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press,

Jakarta. (Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017)

15
16

LAMPIRAN

a. Alat dan Bahan


17

b. Cara Kerja

c. Cara Pencucian Biodiesel

Anda mungkin juga menyukai