BIODIESEL
Disusun Oleh :
Oleh :
Kelompok 9
Nama : Ariska Sapni Putri (061540411548)
Fatma Cahyani (061540411554)
Reni Puspitasari (061540411898)
Kelompok : 5 EG A
Dosen Pengampuh : LETTY TRISNALIANI, S.T.,M.T.
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Teknologi Biomassa yang
berjudul “Pemanfaatn Minyak Jelantah Menjadi Biodisel” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pembelajaran di
mata kuliah Teknologi Biomassa. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut hingga akhir zaman.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan yang kurang sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca yang sifatnya membangun
agar sempurnanya makalah ini dan juga sebagai bekal bagi penulis untuk membuat
makalah yang akan datang.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam hal untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
dan menurunkan nilai cerna lemak sehingga minyak jelantah lebih baik digunakan
maupun didaur ulang sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Pemanfaatan Minyak Jelantah
menjadi Biodiesel ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari limbah
minyak jelantah.
2. Diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah minyak goreng.
3. Mengetahui metode pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
4. Dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat
membantu mengurangi emisi karbon dan polusi ( lebih ramah lingkungan).
1.4. Manfaat
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan wawasan mengenai
pembuatan energi aliternatif berupa biodiesel dari minyak jelantah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkil
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan
dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin
sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur
sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja
dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya
penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
3
4
Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga
mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik.
Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit,
kedelai, jagung dan lain-lain. Meski beragam secara kimia isi kandungannya
sebetulnya tak jauh beda, yakni terdiri dari beraneka Asam Lemak Jenuh (AL) dan
Asam Lemak Tidak Jenuh (ALT). Dalam jumlah kecil kemungkinan terdapat juga
lesitin, cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak,
dan hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein. Hal yang kemungkinan berbeda
adalah komposisinya.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat
berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan
berbagai penyakit, terutama hati/liver. Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air
dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal
bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi
kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik
yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit,
kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama.
Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah
sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat kental,
berbau tengik, dan berbusa.
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat
bermanfaat dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses
kimia menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga
merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Biodiesel dari
substrat minyak jelantah merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan
sebagaimana biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang
menunjukkan keunggulan FAME dibanding solar, terutama penurunan
6
partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi
persyaratan SNI untuk Biodiesel.
2.3. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah
Reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
ini adalah reaksi transesterifikasi.
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
9
1. Mengukur 200 mL metanol menggunakan gelas ukur, lalu tuang ke dalam gelas
beker.
2. Mencampurkan 3,5 gram NaOH ke dalam cairan metanol, aduk hingga NaOH
larut (sekitar 30 menit).
3. Mengambil minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter, lalu tuang ke
dalam panci stainless steels.
4. Memanaskan minyak bekas di atas pemanas listrik atau kompor sambil diaduk
hingga suhu minyak mencapai 60°C.
5. Setelah suhu minyak mencapai 60°C angkat minyak dari kompor sambil terus
diaduk, tuangkan larutan NaOH dan metanol yang telah dibuat sebelumnya.
Pencampuran dilakukan dengan cara menuangkan sedikit demi sedikit larutan
sambil tetap terus diaduk.
6. Setelah semua larutan tertuang habis, campuran harus tetap diaduk dengan agak
kuat. Setelah sekitar 20-30 menit pada campuran akan berubah warna menjadi
oranye. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi reaksi. Lakukan terus
pengadukan hingga warna oranye menjadi semakin tajam dan agak keruh. Jika
warna sudah tidak berubah lagi , maka menandakan reaksi telah selesai.
7. Diamkan campuran selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan : lapisan bagian
atas yang berwarna oranye merupakan biodiesel, sedangkan di bagian bawahh
padat kuning keputihan merupakan campuran gliserol, air dan sisa NaOH.
8. Memisahkan kedua campuran dengan cara menuangkan secara perlahan –lahan
bagian atasnya (biodiesel) ke tempat lain.
9. Jika ingin hasil yang lebih baik, dapat dilakukan pemurnian dengan
menggunakan air.
4. Setelah itu angkat dan diamkan selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan :
lapisan bagian atas merupakan biodiesel, sedangkan endapan bagian bawah
merupakan air yang mengandung kotoran sisa NaOH dan lain-lain.
5. Pisahkan kedua lapisan tersebut dan biodiesel siap digunakan sebagai bahan
bakar pengganti solar atau minyak tanah.
BAB 4
PEMBAHASAN
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Sebuah
proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi
ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini,
tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip
dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak
kasus. Namun, biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel
petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang
rendah pelumas.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan alkohol
membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai produk samping.
Persamaan umum Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di bawah ini
CH2―O―COR1 R1COOCH3 + CH2OH
CH―O―COR2 + 3CH3OH katalis R2COOCH3 + CHOH
CH2―O―COR3 R3COOCH3 + CH2OH
R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak
jenuh. Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng
tersebut. Melalui proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi senyawa-
senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak. Kandungan asam
lemak bebas ini lah yang kemudian akan diesterifikasi dengan methanol menghasilkan
biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan metanol,
yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Katalis (dalam hal ini adalah NaOH) berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada suatu kondisi tertentu.
Semakin banyak katalis maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin kecil, akibatnya
produk akan semakin cepat terbentuk.
11
12
Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga sangat
prosfektif untuk dikembangakan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain dibanding
dengan solar, yakni:
1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free
sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global.
2. Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar.
3. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable).
13
4. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbaharui.
5. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Biodiesel merupakan salah satu alternatif bahan bakar ramah lingkungan yang
berbahan dasar minyak jelantah (limbah penggorengan).
2. Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah sangat sederhana baik berupa alat,
bahan dan pengolahannya.
3. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel merupakan
suatu cara pembuangan limbah (minyak jelantah) yang menghasilkan nilai
ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar solar
yang bersifat ethis, ekonomis, dan sekaligus ekologis.
5.2. Saran
1. Karena seiring berjalannya waktu persediaan energi dari fosil semakin
berkurang sehingga solar semakin menipis persediaannya dibandingkan dengan
kebutuhan terhadap solar yang semakin meningkat. Maka sekarang kita dapat
memaksimalkan penggunaan minyak jelantah sebagai penggantinya dan bahan
bakar biodiesel. Karena adanya alternatif ini kita menjadi tidak sangat
tergantung akan solar.
2. Membuang limbah minyak goreng atau minyak jelantah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan yang bertentangan dengan prinsip green
chemistry, dan mengakibatkan penyakit apabila dipakai kembali, sebaiknya
kita dapat mendaur ulangnya seperti menjadi bahan bakar biodiesel.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://titi-sindhuwati.blogspot.com/2012/01/limbah-minyak-goreng-tidak-lagimenjadi.-
2017)
Djaeni, dkk., 2002, Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas menjadi Gliserol dan
Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah, Institut
Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas
Encinar, Jose M., 1999, Preparation and Properties of Biodiesel from Cynara Carduncus
L. Oil. Industrial and Enfineering Chemistry Research, Vol. 38. No.8, Ind. Chem.
Ketaren, S., 1986, Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press,
15
16
LAMPIRAN
b. Cara Kerja