Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Integral
Perhatikan ilustrasi berikut :
“Jika saya mengenakan sepatu, kemudian saya melepasnya lagi”.
Pada ilustrasi tersebut, operasi yang kedua (melepas sepatu) menghapuskan operasi
yang pertama (mengenakan sepatu) sehingga mengembalikan sepatu pada posisinya yang
semula. Kita katakan dua operasi tersebut adalah operasi balikan (invers). Matematika
mempunyai banyak pasangan operasi balikan : penambahan dan pengurangan,
perkalian dan pembagian, pemangkatan dan penarikan akar, penarikan logaritma dan
penghitungan logaritma, serta operasi yang sekarang akan dipelajari, yakni pengintegralan
sebagai balikan dari penurunan.
Pada pembahasan tentang turunan, jika suatu fungsi F(x) = x2, maka turunan dari fungsi
tersebut adalah F’(x) = 2x. Sebaliknya, jika diketahui turunan suatu fungsi adalah f(x) = 2x,
maka dapat ditebak bahwa fungsi asalnya adalah F(x) = x2. Namun apakah F(x) = x2 adalah satu-
satunya fungsi yang memiliki turunan f(x) = 2x ?

Perhatikan contoh-contoh berikut :


F(x) = x2 → F ’(x) = 2x
F(x) = x2 + 5 → F ’(x) = 2x
F(x) = x2 + 12 → F ’(x) = 2x
F(x) = x2 – 9 → F ’(x) = 2x
F(x) = x2 +√3 → F ’(x) = 2x

Tampak bahwa F ’(x) = 2x menentukan lebih dari satu F(x).


Jadi jika ditentukan turunan suatu fungsi pada sebarang x adalah f(x) = 2x, maka persamaan fungsi
asalnya belum tertentu; salah satu persamaan asalnya yang mungkin adalah F(x) = x2,
kemungkinan lain masih banyak.
Karena persoalan sekarang adalah mencari suatu fungsi yang ditentukan turunannya, maka kita
perlu memberikan nama kepada fungsi F yang turunannya f. Untuk itu perlu dipahami terlebih
dahulu definisi antiturunan.

Definisi 1 : Antiturunan suatu fungsi


Antiturunan atau antiderivatif dari fungsi f ialah F yang bersifat bahwa F’ = f.

Berdasarkan definisi di atas, jika f adalah fungsi dengan variable x, maka yang disebut anti-turunan
(antiderivatif) dari f(x) adalah F(x) yang bersifat bahwa F’(x) = f(x).
Proses penentuan antiturunan suatu fungsi atau proses penentuan f(x) dari f’(x) disebut
pengintegralan atau integrasi. Hasil pengintegralan suatu fungsi lazim disebut integral fungsi itu.
Kembali kepada contoh yang telah disinggung dimuka, F(x) = x2 adalah antiturunan f(x) = 2x
karena F’(x) = f(x) = 2x dan hal ini sesuai dengan definisi di atas. Namun F(x) = x2 bukanlah satu-
satunya antiturunan dari f(x) = 2x. Masih terdapat yang lainnya.
Secara umum, antiturunan dari f(x) dinyatakan melalui teorema berikut :
Teorema 1 : Bentuk umum antiturunan
Jika F(x) merupakan suatu antiturunan dari f(x), maka bentuk umum antiturunan atau
bentuk umum integral f(x) adalah F(x) + c dengan ketentuan bahwa c adalah konstanta
sebarang.

Bentuk umum antiturunan dari f(x) dinyatakan dengan :

∫ ∫f (fx(x)
) dxdx = F(x) + c

Bentuk∫ ∫f (fx(x)
) dxdx disebut juga integral tak tentu dari f(x).

Contoh 1.
a. ∫ 2dx= 2x + c

2
b. ∫ 3x = x3 + c
dx

2 1 3 3 2
c. ∫ (x + 3x − 5)dx =
3
x + x − 5x + c
2
B. Integral Tak Tentu Fungsi Aljabar
Untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan integral tak tentu dari suatu
fungsi aljabar, landasan bepikirnya dapat mengacu pada dalil atau teorema berikut :

Teorema 2 : Aturan Pangkat


Jika n adalah sebarang bilangan rasional kecuali -1, maka

n x n+1
∫ x= dx
n +1
+c

Teorema 3 : Kelinearan integral tak tentu


Andaikan f dan g mempunyai antiturunan (Integral Tak Tentu) dan andaikan k suatu
konstanta, maka :

1) ∫ kf ( x ) dx = k ∫ f ( x ) dx
2) ∫ [ f ( x ) + g( x )] dx = ∫ f ( x ) dx + ∫ g( x ) dx
3) ∫ [ f ( x ) − g( x )] dx = ∫ f ( x ) dx − ∫ g( x ) dx

Contoh 2.
Tentukan hasil dari :
4
a. ∫ 6 dx c. ∫ 10x dx

−6
∫ x 4 dx
3
b. ∫x dx d.

Penyelesaian :

0  1 
a. ∫ 6 dx = ∫ 6 x dx = 6 ∫ x 0 dx = 6  x 0 +1  + c = 6 x + c
0 +1 

3 1 1 4
b. ∫x dx
= x 3+1 +=
c x +c
3+1 4

4 1 
c. ∫ 10 x dx= 10 ∫ x 4 dx= 10  x 5  + c= 2 x 5 + c
5 

−6 −4  1 −3  2
d. ∫ x 4 dx =∫ −6 x dx =−6 ∫ x −4 dx =−6  x  + c =2 x −3 + c = 3 + c
 −3  x

Contoh 3.
Tentukan hasil pengintegralan berikut :
 x4 + 1  dx
∫  x 2  dx ∫
3
a. ∫ (4 − 4 x ) dx b. c.
  3 x5
Penyelesaian :

3 3 1 
a. ∫ (4 − 4 x ) dx = ∫ 4 dx − ∫ 4 x dx = 4 x − 4  x 4  + c = 4 x − x 4 + c
4 
 x4 + 1   x4 1 
∫(x )
2 1 3 1 −1 1 3 1
b. ∫  x 2  dx= ∫  x 2 + x 2  dx= + x −2 dx= x + x +=
c x − +c
    3 −1 3 x

dx 1 1 − 52 1  1 − 32  1  2 1  2
c. ∫ =∫ 5
dx =
3 ∫ x dx = 
3− 3
x 

+ c = − ⋅ 3 + c =−
3 3 2 
+c
3 x5 3x 2  2   x  9 x 3

C. Integral Tak Tentu Fungsi Trigonometri


Secara umum, konsep dasar pengintegrasian fungsi trigonometri tidak berbeda dengan
pengintegrasian fungsi aljabar. Dalam arti, untuk menentukan integral dari fungsi dasar
trigonometri dapat dilakukan dengan menggunakan definisi antiturunan. Untuk itu, perhatikan
hubungan fungsi asal dan turunannya sbb. :
f(x) = sin x → f ’(x) = cos x
Dari hubungan di atas, dengan menggunakan teorema tentang bentuk umum antiturunan,
diperoleh antiturunan (integral tak tentu) dari fungsi cos x adalah :
1. ∫ cos x=
dx sin x + c

Dengan cara yang sama, integral tak tentu dari beberapa fungsi trigonometri dapat juga
ditentukan, antara lain :
2. ∫ sin x dx =
− cos x + c
2
3. ∫ sec x= dx tan x + c
1
4. ∫ cos(ax + b=
) dx
a
sin(ax + b) + c

1
5. ∫ sin(ax + b) dx =− cos(ax + b) + c
a
Berbeda dengan fungsi aljabar, dalam mengintegralkan fungsi trigonometri, tidak jarang perlu
dilakukan penyederhanaan atau penguraian fungsi dengan menggunakan rumus-rumus identitas
yang berlaku dalam trigonometri. Beberapa rumus-rumus identitas trigonometri yang sering
digunakan, antara lain :
1
1. sin2x + cos2x = 1 4. sin x cos x = sin2 x
2

2 1 1
2. sin= x (1 − cos 2 x ) 2 sin2 x
5. 1 − cos x =
2 2

2 1 1
3. cos= x (1 + cos 2 x ) 2 cos2
6. 1 + cos x = x
2 2

Contoh 4. Tentukan hasil dari ∫ 4 sin x dx !

Penyelesaian :

∫ 4 sin x dx = 4 ∫ sin x dx = 4(− cos x)+ c = −4 cos x + c


Contoh 5. Tentukan hasil dari ∫ (1 − 2 cos x ) dx !

Penyelesaian :

∫ (1 − 2 cos x ) dx =
∫ 1 dx − 2∫ cos x dx =
x − 2 sin x + c

Contoh 6. Tentukan hasil dari ∫ (1 − 2 sin2 x ) dx !

Penyelesaian :

2 1
∫ (1 − 2 sin ∫ cos 2 x dx =
x ) dx =
2
sin2 x + c

2
Contoh 7. Tentukan hasil dari ∫ sin x dx !

Penyelesaian :

2 1 1 1 1 1 1 1 1
∫ sin x dx= ∫ 2 (1 − cos 2 x ) dx= ∫ 2 dx − 2 ∫ cos 2 x dx= 2
x − ⋅ sin2 x + c=
2 2 2
x − sin2 x + c
4

D. Penggunaan Integral Tak Tentu


Penggunaan integral tak tentu dalam matematika, mata pelajaran lain atau kehidupan sehari-hari
cukup banyak, diantaranya adalah untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan garis
singgung kurva, kecepatan, jarak, dan waktu.

Contoh 8.
Gradien garis singgung di sembarang titik pada kurva dinyatakan dengan rumus m = 3x + 4. Jika
kurva melalui titik (2, 3), tentukan bentuk persamaan kurva tersebut !
Penyelesaian :
Dalam pembahasan tentang turunan telah disinggung bahwa gradien garis singgung di setiap
titik pada kurva dapat ditentukan dengan menggunakan rumus m = f ’(x) dengan m menyatakan
gradien garis singgung kurva dan f ’(x) merupakan turunan dari fungsi f(x).
m = 3x + 4 → f’(x) = 3x + 4.
Misalkan F(x) adalah persamaan kurva, maka dapat ditentukan :
3 2
F( x )= ∫ f '( x ) dx = ∫ (3x + 4) dx = 2
x + 4x + c

Karena kurva melalui titik (2, 3), maka diperoleh :


3 2
F (3)
= c 3
(2) + 4(2) +=
2
⇔ 6+8+c=3
⇔ c = -11
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk persamaan kurva yang dicari adalah:
3 2
F( x )= x + 4 x − 11
2
Contoh 9.
Sebuah molekul bergerak sepanjang suatu garis koordinat dengan percepatan yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan a(t)= -12t + 24 m/detik. Jika kecepatan pada t = 0 adalah 20 m/detik.
Tentukan persamaan kecepatan molekul tersebut !
Penyelesaian :
Persamaan percepatan molekul a(t) = -12t +24. Berdasarkan persamaan ini, kecepatan dapat
ditentukan, yaitu :

v = ∫ a dt = ∫ (−12t + 24) dt = −6t 2 + 24t + c

Karena pada t = 0, besar kecepatan vo = 20 m/detik, maka diperoleh :


20 = -6(0)2 + 24(0) + c
⇔ c = 20.
Jadi, persamaan kecepatan molekul adalah v = -6t2 + 24t + 20.

Anda mungkin juga menyukai