Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebutuhan material yang memiliki sifat tertentu semakin meningkat


seiring dengan perkembangan teknologi. Dengan semakin maju nya teknologi
tersebut, para ilmuan dan engineer semakin kesulitan untuk mendapatkan
material yang dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Hal ini salah
satunya dikarenakan batasan-batasan fisik yang dimiliki oleh material sendiri
yang tersedia. Untuk merubah ataupun meningkatkan batasan-batasan yang
dimiliki oleh material tersebut, diperlukan rekayasa terhadap sifat material.
Untuk melakukan rekayasa terhadap sifat material, diperlukan
pengetahuan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi sifat material. Salah
satu faktor yang memengaruhi sifat material adalah struktur mikro dari
material. Material dengan kandungan fasa yang identik dapat memiliki sifat
yang berbeda bergantung dari struktur mikro materialnya. Struktur mikro
merupakan penyusun dasar suatu material berukuran mikro yang terdiri dari
bentuk butir, batas butir, dan komponen penyusun. Dalam proses manufaktur,
penting sekali bagi kita untuk mengetahui struktur mikro logam. Struktur
mikro logam perlu diketahui agar kita dapat mengetahui fasa yang terbentuk
di dalam logam tersebut. Fasa tersebut yang biasanya digunakan sebagai
penentu sifat – sifat dari logam. Banyak hal yang dapat mempengaruhi dari
struktur mikro suatu logam, diantaranya adalah pengaruh proses dan
komposisi kimia.
Analisis struktur mikro diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rekayasa
terhadap sifat material, sebab analisis struktur mikro merupakan studi yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara struktur mikro material dengan
sifat material tersebut. Sehingga dari analisis struktur mikro akan diketahui
sifat, terutama sifat mekanik, dari suatu material dengan melihat besar butir,
batas butir, fasa yang dimiliki, dan geometri dari fasa.
1.2 Tujuan Praktikum

1. Menentukan kaitan antara struktur mikro dari suatu material dengan sifat
mekanik material.
2. Menentukan pengaruh proses tertentu terhadap struktur mikro suatu
material.
3. Menentukan fenomena khas pada berbagai material secara mikroskopik.
BAB II
DASAR TEORI

Logam yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dapat diklasifikasikan


menurut adanya unsur ferrous atau tidak sebagai berikut,

Selanjutnya ferrous terbagi kembali menjadi baja dan besi cor yang
ditentukan oleh unsur karbon yang terkandung di dalamnya, yang mempengaruhi
sifat dari material tersebut. Pada nonferrous terdapat alumunium, tembaga,
magnesium dll. Setiap logam memiliki fenomena khas seperti pada tembaga yang
memiliki twinning pada butir tembaga. Aluminium yang memiliki massa jenis
yang rendah membuatnya ringan sehingga banyak digunakan pada struktur yang
memerlukan struktur ringan namun kuat seperti Al-Cu (Al2024). Sifat suatu
material bergantung pada fasa yang dimiliki oleh material tersebut. Fasa adalah
suatu daerah dimana rentang temperatur dan komposisi tertentu memiliki sifat
fisik dan kimia yang sama. Antara satu fasa dengan fasa yang lain dibatasi oleh
batas fasa yang terdapat pada diagram fasa. Diagram fasa adalah sejenis grafik
yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fasa-fasa yang
Gambar 1. Diagram fasa sistem Fe-C

berbeda dari suatu zat yang sama. Berikut merupakan diagram fasa dari sistem Fe-
C.

Ketika suatu baja karbon didinginkan dengan laju pendinginan amat kecil,
mikrostruktur ini dapat terbentuk pada baja karbon dengan memerhatikan diagram
sistem Fe-C diatas:

a. Ferrite (α)
Merupakan besi murni, bersifat ferro magnetic dan memiliki struktur
BCC.
b. Austenit (γ)
Fasa yang terbentuk ketika ferrite dipanaslan hingga diatas temperatur
kritis. Bersifat diamagnetic Dan memiliki struktur FCC.
c. Cementite (Fe3C)
Fasa yang terbentuk karena reaksi kimia antara besi dan karbon.Lebih
kuat dibanding dengan besi murni namun getas.
d. Pearlite (α+Fe3C)
Fasa yang terbentuk ketika Austenite didinginkan dengan perlahan
hingga temperatur kamar. Memiliki kekuatan yang lebih baik
dibanding besi murni namun tidak segetas Cementite (Fe3C).

Dari diagram fasa didapatkan pula macam-macam besi cor yang


dipengaruhi oleh ada atau tidaknya unsur tambahan magnesium dan cerium pada
proses casting besi cor, seperti gambar di atas dimana terdapat,
Tanpa tambahan Magnesium/Cerium dalam prosesnya;
1. Besi cor putih yang merupakan besi cor yang didinginkan secara cepat
tanpa adanya unsur tambahan Magnesium/Cerium pada proses casting-nya
sehingga terbentuk pearlite dan sementite. Apabila besi cor putih tersebut
dipanaskan kembali dan ditahan pada temperatur sekitar 700˚C selama 30
jam maka apabila didinginkan secara cepat akan menghasilkan besi cor
malleable yang tersusun atas pearlitic dan graphite rosettes dan apabila
didinginkan secara perlahan akan menghasilkan ferritic malleable yang
tersusun atas ferrite dan graphite rossetes.
2. Besi cor pearlitic kelabu yang didapatkan dari pendinginan yang moderat
tanpa adanya tambahan Mg/Ce sehingga terbentuk flake graphit dan
pearlite.
3. Besi cor ferritic kelabu yang didapatkan dari pendinginan besi cor kelabu
yang laju pendinginannya lambat sehingga terbentuk ferrite dan flake
graphite.
Dengan tambahan Magnesium/Cerium
1. Besi cor pearlitic ulet yang terbentuk dari besi cor yang didinginkan
moderate dengan tambahan Mg/Ce pada proses casting sehingga terbentuk
pearlite dan graphite nodules.
2. Besi cor ferritic ulet yang terbentuk dari besi cor yang didinginkan secara
perlahan dengan tambahan Mg/Ce pada proses casting sehingga terbentuk
ferrite dan graphite nodules.
Selain itu, berikut struktur mikro dari beberapa material;

1. Baja karbon rendah 4. Tembaga

2. Baja karbon medium 5. Aluminium 2024


3. Baja karbon tinggi 6. Besi cor kelabu

7. Besi cor nodular 10. Pengelasan SMAW

8. Besi cor putih 11. Baja tahan karat, austenitic (304)


9. Besi cor malleable 12. Baja tahan karat (Duplex)

Adapun beberapa fasa dari baja karbon yang baru terbentuk ketika laju
pendinginan dilakukan dengan laju yang semakin besar. Mikrostruktur yang
terbentuk dapat ditentukan melalui diagram CCT.
a. Bainit
Fasa yang terbentuk ketika austenite didinginkan dengan laju lebih
cepat dibanding pearlite. Hal ini menyebabkan struktur mikro
berbentuk seperti jarum diantara ferrite dan cementite.

b. Martensit
Fasa yang terbentuk ketika fasa austenit didinginkan dengan sangat
cepat.Hal ini menyebabkan karbon terperangkap di dalam struktur
FCC dari austenit dan membentuk struktur BCT. Martensit sangat
kuat teteapi sangat getas.
TABEL DIAGRAM CCT UNTUK BAJA KARBON

Baja Hypereutectoid

Baja eutectoid

Baja Hypoeutectoid

Selain dengan menggunakan diagram fasa dan diagram CCT diatas,


penentuan struktur mikro dan fasa yang dimiliki suatu material dapat dilakukan
dengan melihat secara langsung struktur mikro dan fasa dengan melakukan
metode metalografi pada material tersebut.
Metode metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
karakteristik mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan logam dan
material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material, atau biasa juga
dikatakan suatu proses umtuk mengukur suatu material baik secara kualitatif
maupun kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari
material yang diamati. Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang
sangat penting untuk dipelajari. Karena struktur mikro sangat berpengaruh pada
sifat fisik dan mekanik suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat logam
akan berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam
akan meningkat. Dan juga sebaliknya, struktur mikro yang besar akan membuat
logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur mikro itu sendiri
dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam atau paduan logam tersebut serta
proses yang dialaminya.

Proses metalografi terdiri dari tahapan berikut:


1. Pemotongan
Pemilihan spesimen yang tepat dari suatu benda uji merupakan hal
yang sangat penting. Pemilihan spesimen tersebut didasarkan pada tujuan
pengamatan yang hendak dilakukan. Pada umumnya bahan komersial
tidak homogen sehingga satu spesimen yang diambil dari suatu volume
besar tidak dapat dianggap representatif. Pengambilan spesimen harus
direncanakan sedemikian sehingga menghasilkan spesimen yang sesuai
dengan kondisi rata-rata bahan/kondisi ditempat-tempat tertentu (kritis)
dengan memperhatikan kemudahan pemotongan pula. Secara garis besar,
pengambilan spesimen dilakukan pada daerah yang akan diamati
mikrostruktur maupun makrostrukturnya.
2. Mounting
Proses mounting atau pembingkaian benda uji dilakukan pada
benda uji dengan ukuran yang kecil dan tipis, hal ini bertujuan untuk
mempermudah pemegangan benda uji ketika dilakukan tahap preparasi
selanjutnya seperti pengampelasan dan polishing. Benda uji ini di-
mounting dengan alat mounting press dengan penambahan resin yang akan
menggumpal dan membingkai benda uji. Selain resin juga masih banyak
bahan yang dapat digunakan untuk mounting.

3. Penggerindaan dan pemolesan


Penggerindaan Kasar, yaitu meratakan permukaan spesimen
dengan cara menggosokkan spesimen pada batu gerinda. Bertujuan untuk
menghilangkan deformasi pada permukaan akibat pemotongan dan korosi
pada permukaan. Spesimen yang baru saja dipotong atau spesimen yang
telah terkorosi memiliki permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar
tersebut harus diratakan agar pengamatan struktur mudah dilakukan.
Penggerindaan halus, yaitu meratakan permukaan spesimen hasil
dari penggerindaan kasar sebelum spesimen dipoles, dilakukan
penggerindaan halus atau juga disebut pengamplasan.. Seperti pada
penggerindaan kasar, juga harus selalu dialiri air pendingin, agar specimen
tidak rusak atau terganggu oleh pemanasan yang terjadi. Pengamplasan
adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan pergerakan
permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas yang
dihasilkan tidak terlalu signifikan. Pengamplasan bertujuan untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan spesimen yang akan diamati.
Pemolesan adalah proses yang dilakukan untuk menghilangkan
bagian-bagian yang terdeformasi karena perlakuan sebelumnya dan
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan
permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan.

4. Etching
Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur
bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat
etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel.
Etching juga merupakan kondisi pengkorosian terkendali. Sampel yang
akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa, permukaan sampel
diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus
diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak
menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Permukaan sampel
yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan
menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah
mikroskop.

5. Observasi
Pengamatan dilakukan pada spesimen yang telah
diproses.Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop
optik metalografi dan mikroskop elektron.
a) Mikroskop optik metalografi

Mikroskop ini bekerja dengan memantulkan cahaya pada


spesimen. Kemudian pantulan tersebut akan diperbesar dengan lensa
sehingga tampak diperbesar ketika dilihat oleh pengamat.
Gambar . Kiri: Mikroskop optik. Kanan: Skema cara kerja mikroskop
optik
b) Mikroskop pemindai elektron

Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk


studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya),
dan obyek diamati secara tiga dimensi. Cara terbentuknya gambar
pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optik dan
TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru
(elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan
sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar
elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi
selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya
ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT
(cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang
sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak
memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk
melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1) Mempersiapkan Mikroskop Optik,Komputer tempat menampilkan dan


menyimpan data, dan logam yang akan dianalisis.

2) Meletakkan logam yang akan dianalis di atas holder mikroskop optik.

3) Mengatur kecerahan, fokus, dan perbesaran pada mikroskop optik hingga


benda kerja yang ditampilkan pada monitor dapat diamati dengan jelas

4) Menyimpan gambar hasil perbesaran mikroskop optik di komputer.


kemudian memindahkannya ke flashdisk.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4. Baja karbon rendah 4. Tembaga

5. Baja karbon medium 5. Aluminium 2024

6. Baja karbon tinggi 6. Besi cor kelabu


7. Besi cor nodular 10. Pengelasan SMAW

8. Besi cor putih 11. Baja tahan karat, austenitic (304)

9. Besi cor malleable 12. Baja tahan karat (Duplex)


BAB V

ANALISIS DATA
1. Baja karbon rendah

Hasil Observasi Literatur


ferrite pearlite
Dapat dilihat bahwa antara hasil observasi dan literatur memiliki besar dan
bentuk batas butir yang berbeda dikarenakan perbedaan perbesaran yang
digunakan dan terdapat pencahayaan yang berbeda pula. Pada baja karbon rendah,
kadar karbon kurang dari 0,25%. Struktur mikro yang terbentuk pada suhu kamar
mengandung pearlite (α + Fe3C) dan ferrite (α). Struktur mikro ini membuat baja
karbon rendah menjadi ulet dan memiliki ketangguhan yang tinggi. Pada baja
karbon rendah, dapat terlihat bahwa fasa yang dominan adalah α ferrite. Terlihat
juga bulatan-bulatan hitam yang merupakan pengotor pada batas-batas butir.
2. Baja karbon medium

Hasil Observasi Literatur

Dapat dilihat bentuk batas butir antara hasil observasi dan referensi terdapat
kemiripan. Baja karbon menengah memiliki fasa berwarna gelap yang merupakan
cementite dan ferrite yang membentuk struktur perlit. Semakin banyak nya perlit
pada mikrostruktur menyebabkan baja karbon menengah lebih getas dibanding
baja karbon rendah namun kekerasannya lebih besar dari baja karbon rendah.

3. Baja karbon tinggi

Hasil Observasi Literatur


Pada baja karbon tinggi hasil observasi terdapat perbedaan perbesaran namun
apabila dilihat dengan seksama terdapat kemiripan. Terdapat fasa sementite yang
berupa gumpalan berwarna hitam selain itu terdapat fasa pearlite yang diwakili
oleh warna gelap yang merupakan gabungan dari fasa sementit dan ferit yang
diwakili oleh bentuk laminar pada gambar hasil observasi. Semakin banyaknya
fasa sementit mengakibatkan baja karbon tinggi semakin getas namun semakin
keras.
4. Tembaga

Hasil Observasi Literatur


twin
Terdapat kesamaan batas dan ukuran butir dari gambar hasil observasi dan
literatur. Pada tembaga terdapat struktur mikro yang khas yaitu ada nya fenomena
twinning. (terlihat garis sejajar atau garis sejajar yang membentuk seperti cermin).
Ini mengakibatkan tembaga semakin mudah terjadi deformasi sehingga kekuatan
dari tembaga ini tinggi

5. Aluminium 2024

Hasil Observasi Literatur


Terdapat perbedaan antara literatur dan hasil observasi dikarenakan
perbedaan perbesaran yang digunakan oleh literatur dan hasil observasi, pada hasil
observasi, dilakukan perbesaran 1384,2 X sementara pada literatur hanya 250 X
sehingga terdapat perbedaan. Pada hasil observasi terdapat daerah terang yang
merupakan larutan padat Aluminium sementara untuk daerah gelapnya merupakan
unsur paduan lainnya yaitu tembaga. Adapun dari sifat mekanik aluminium ini
memiliki kekuatan yang tinggi darn perbandingan antara kekuatan dengan
beratnya pun tinggi.
6. Besi cor kelabu

Hasil Observasi Literatur


Dari Hasil Observasi dan Literatur terdapat perbedaan dikarenakan adanya
perbedaan perbesaran yang dilakukan namun dapat dikatakan mirip. Pada
mikrostruktur hasil observasi yang berbentuk serpih dan berujung tajam yang
berwarna gelap yang merupakan kumpulan karbon (grafit). Sementara warna
kelabu merupakan permukaan patahan adapun yang berwarna hitam sendiri
merupakan matriks ferit. Sehingga permukaan retak terjadi pada permukaan
kelabu sesuai dengan namanya. Ini mengakibaatkan besi cor kelabu bersifat
sangat getas dan rapuh dalam uji tarik.

7. Baja cor nodular

Hasil Observasi Literatur


Terdapat pebedaan antara Hasil Observasi dan literatur yang terletak pada
perbesaran dan pencahayaan. Pada Hasil Observasi pencahayaan yang dilakukan
kurang. Namun apabila dari struktur mikronya terlihat jelas kemiripannya dimana
pada besi cor nodular terdapat α-ferrite dan pearlite yang mengelilingi bentuk
seperti bola yang berwarna hitam yang merupakan graphit yang diakibatkan
penambahan magnesium/cerium ke besi cor kelabu sebelum casting yang
mengakibatkan material ini lebih ulet dibandingkan besi cor kelabu.

8. Besi cor putih

Hasil Observasi Literatur


Terdapat perbedaan antara hasil observasi dan literatur dikarenakan
perbedaan perbesaran pada mikroskop yang dilakukan ketika pengamatan. Pada
hasil observasi perbesaran dilakukan sebesar 1384.2 X sementara pada literatur
perbesaran yang dilakukan sebesar 400 X. Sementit yang berwarna terang
dikelilingi oleh pearlite yang tersusun atas ferrite dan sementit. Dengan
banyaknya sementite pada besi cor putih mengakibatkan sifatnya menjadi menjadi
sangat keras namun getas.

9. Besi cor malleable


Hasil Observasi Literatur
Terdapat perbedaan antara hasil observasi dan literatur dikarenakan
perbedaan perbesaran yang digunakan pada pengamatan perbesaran yang
dilakukan sebesar 1384.2 X sementara pada literatur perbesaran yang dilakukan
sebesar 150 X. Pada mikrostruktur besi cor malleable terjadi penguraian sementit
menjadi grafit. Warna hitam yang bentuknya seperti mawar pada hasil
pengamatan adalah struktur grafitnya (temper carbon) sedangkan yang berwarna
putih atau abu adalah ferit. Sehingga keuletannya tinggi seperti besi cor nodular.

10. Pengelasan SMAW

Hasil Observasi Literatur


Terdapat perbedaan antara hasil observasi dan literatur dikarenakan
perbedaan perbesaran dan daerah yang diambil untuk diamati. Di hasil observasi
perbesaran sebesar 1384.2 X sementara literatur hanya hingga 0.5 mm. Pada hasil
observasi, bagian yang bentuknya cukup besar-besar merupakan base metal
sementara bagian yang kecil-kecil merupakan weld metal sementara daerah antara
bagian yang besar dan kecil merupakan HAZ. Perbedaan yang terjadi karena
adanya pengaruh panas yang diakibakan oleh proses pengelasan yang terjadi.
Pada pengelasan SMAW dapat dilihat terjadi perubahan besar butir dari benda
kerja, dimana benda kerja didekat tempat pengelasan mengalami grain growth
dikarenakan merupakan Heat Affected Zone. Peristiwa ini menyebabkan
kekerasan material di HAZ tersebut menurun.
11. Baja tahan karat, austenitic (304)

Hasil Observasi Literatur


Terdapat kemiripan dari hasil observasi dan literatur, dimana Dari gambar
struktur mikro dapat terlihat bagian yang berwarna putih merupakan austenit
sedangkan yang berwarna gelap adalah unsur paduan. Pada bagian yang titik-titik
hitam merupakan pengotor. Baja tahan karat austenitik 304 memiliki kandungan
karbon 0.08%, kromium 19%, nikel 9%, dan mangan 2%. Baja ini digunakan
untuk peralatan proses makanan. Dengan adanya unsur tambahan selain besi baja
ini ketahanannya meningkat dan cukup tahan korosi. Selain itu dengan adanya
nikel membuat baja tahan karat ini menjadi tidak rapuh pada temperature rendah.

12. Baja tahan karat (Duplex)

Hasil Observasi Literatur


Terdapat kemiripan dari hasil observasi dan literatur namun dikarenakan
terdapat perbedaan dari perbesaran yang digunakan maka nampak cukup berbeda
antara hasil observasi dan literatur. Dari gambar hasil observasi didapatkan fasa
austenit yang berbentuk memanjang dan berwarna putih serta ferrite yang
warnanya kegelapan. Baja ini terdapat kandungan Nikel dan Kromium yang
mengakibatkan kekuatannya lebih baik dibandingkan dengan baja tahan karat
austenitic sebesar dua kalinya.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Struktur Mikro dari suatu material secara umum mengandung fasa, besar
butir, dan batas butir, yang dapat menentukan sifat material. Sebagai
contoh, material dengan fasa yang sama namun memiliki bentuk yang dan
jumlah dari fasa berbeda dapat menyebabkan perbedaan dari sifat mekanik
material. Pada besi cor kelabu fasa carbon berbentuk pipih dan tajam
sehingga bersifat getas namun pada besi cor nodular, bentuk fasa karbon
yang berbentuk lingkaran menyebabkan besi jenis ini bersifat ulet.

2. Pada penambahan magnesium/cerium pada besi cor kelabu sebelum proses


casting menghasilkan struktur mikro yang berbeda yaitu besi cor nodular.
Selain itu pengelasan pun menyebabkan terjadinya HAZ dan terjadi
perubahan struktur mikro pada daerah tersebut dari yang bentuk butirnya
besar menjadi kecil Sedangkan pada proses pembuatan paduan juga dapat
dilihat bahwa struktur mikro aluminium maupun besi menjadi berubah
karena terjadi reaksi kimia antara material dasar dan material paduan yang
menimbulkan fasa baru sehingga struktur mikro menjadi berbeda.

3. Pada baja karbon, penambahan kadar karbon akan menyebabkan semakin


banyaknya sementit yang terbentuk, pada struktur mikro hal ini ditandai
dengan garis laminar berwarna gelap yang merupakan fenomena khas dari
baja karbon. Pada tembaga, dengan mudah dapat ditemui fenomena
twinning, yaitu garis sejajar dalam butir.

6.2 Saran

Dilakukannya pembahasan oleh asisten pada saat melakukan pengamatan,


terutama mengenai fasa pada mikrostruktur.
DAFTAR PUSTAKA

Callister Jr., William D., “Materials Science and Engineering, An Introduction”,


7th Ed., John Wiley & Sons, Inc., New York, 2007.

Diakses pada 9 Nopember 2016


http://rozaqsangbleu.blogspot.co.id/2011/05/stainless-steel.html

Diakses pada 9 Nopember 2016


http://ifathorrozi.blogspot.co.id/2014/04/pengetahuan-bahan.html

Diakses pada 9 Nopember 2016


http://practicalmaintenance.net/wpcontent/uploads/Medium-carbon-AISI-1040-
Steel.jpg
LAMPIRAN

Rangkuman

Telah digabungkan dengan dasar teori

Tugas dan Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan dendrit, segregasi, dan inklusi?


Dendrit: Struktur mikro menyerupai pohon yang terbentuk ketika logam
cair didinginkan hingga membeku. Terbentuk karena adanya daerah yang
memiliki energi lebih tinggi pada arah kristalografi. Struktur ini memiliki
pengaruh besar terhadap sifat fisik logam.
Segregasi: Proses terjadinya pertambahan atom, ion, atau molekul pada
suatu daerah dalam struktur mikro material. Proses ini dapat terjadi karena
terjadinya pemisahan suatu unsur penyusun material.
Inklusi: Proses masuknya unsur lain ataupun zat lain pada suatu material
ketika dalam tahap pembentukan. Inklusi ini dapat menyebabkan
kecacatan pada material maupun perubahan sifat material.

2. Apa perbedaan dari martensit dan bainit, serta perbedaan perlit dan
ledeurit?
Tingkat kekerasan martensit lebih tinggi dibandingkan dengan
kekerasan bainit. Selain itu, laju pendinginan untuk menghasilkan bainit
lebih rendah dibanding martensit. Adapun martensit dapat terbentuk oleh
transformasi austenit yang bagian karbonnya tidak diberi kesempatan
untuk berdifusi sehingga tidak dapat menghasilkan ferit dan cementite
sedangkan bainit dapat terbentuk melalui transformasi austenit dimana
karbonnya masih dapat mengalami proses difusi. Perlit merupakan
campuran eutektik dari ferit dan cementite sedangkan ledeburit merupakan
campuran eutektik dari austenit dan cementite.
3. Apakah proses cold working seperti pengerolan, berpengaruh terhadap
perubahan struktur mikro? Jelaskan!
Iya, berpengaruh. Ketika cold working, terjadi deformasi plastis.
Secara mikro, deformasi plastis ini terjadi karena pergeseran butir yang
melebihi batas deformasi elastisnya. Perubahan letak butir yang permanen
ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro.

4. Apa yang dimaksud dengan carburizing dan bagaimana pengaruhnya


terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja?
Carburizing merupakan perlakuan panas pada baja dengan cara
menambahkan karbon melalui proses difusi pada permukaan baja. Pada
struktur mikro baja akan semakin banyak fasa cementite. Proses ini akan
meningkatkan kekerasan permukaan baja.

5. Sebutkan dan jelaskan proses metalography?


Sectioning: Melakukan pemotongan pada benda untuk memperoleh
spesimen yang ingin diamati struktur mikro nya.
Mounting: Penggunaan suatu material tambahan yang digunakan untuk
membuat suatu bingkai atau cetakan. Material yang biasa digunakan
adalah resin polyester. Pemberian mounting memudahkan proses
pengamplasan, pemolesan, pengetsaan, dan observasi.
Grinding dan polishing: Penghalusan bagian permukaan dari spesimen
yang akan diobservasi untuk menghilangkan zat pengotor. Alat yang
digunakan untuk mengamplas adalah mesin amplas atau kertas amplas.
Alat yang digunakan untuk polishing adalah kain beludru dan pasta
alumunia atau silika. Proses ini bertujuan agar pengamatan struktur
mikronya dapat menghasilkan suatu gambar yang lebih jelas.
Etching: Pemberian larutan kimia kepada permukaan specimen yang akan
diobservasi. Bertujuan untuk mengkorosi permukaan tersebut sehingga
batas butir dari spesimen dapat terlihat.
Observasi: Melakukan pengamatan pada spesimen dengan mengunakan
mikroskop. Observasi dimulai dengan perbesaran terkecil mikroskop.
Laporan Akhir

Praktikum Rekayasa Material


Modul F Analisis Syruktur-mikro Logam
Oleh:
Nama : Firdlan Noer Afdlila
NIM : 13114101
Kelompok :3
Anggota : 1. Nursifa Aghnia (13114007)
2. Faisal Rahman (13114058)
3. Aji Ardiansyah (13114065)
4. Samuel Albert (13114083)
5. Rizki Hasan (13114120)
6. Sidhart Adonia (13114131)

Tanggal Praktikum : 7 Nopember 2016


Tanggal Penyerahan Laporan : 10 Nopember 2016
Asisten (NIM) : Wanda Yusuf A (13712033)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2016

Anda mungkin juga menyukai