Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

PENGUAT DAYA, RESONATOR, OSCILATOR

Maria Ulfa (1316030099)

Teknik Telekomunikasi 3D

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
1. Penguat Daya
Penguat Daya adalah sebuah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
memperkuat atau memperbesar sinyal masukan. Di dalam bidang Audio, Power
Amplifier akan menguatkan sinyal suara yang berbentuk analog dari sumber suara
(Input) menjadi sinyal suara yang lebih besar (Output). Sumber sinyal suara yang
dimaksud tersebut dapat berasal dari alat-alat Tranduser seperti Mikrofon yang
dapat mengkonversikan energi suara menjadi sinyal listrik ataupun Optical Pickup
CD yang mengkonversikan getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik
yang berbentuk sinyal AC tersebut kemudian diperkuat arus (I) dan tegangannya
(V) sehingga menjadi Output yang lebih besar. Besaran penguatannya ini sering
disebut dengan istilah gain.
Selain faktor penguatan yang disebut dengan Gain ini, suatu istilah yang sering
kita temukan pada Power amplifier adalah tingkat fidelitas (Fidelity). Sebuah Amplifier
atau Penguat Daya dikatakan memiliki fidelitas tinggi (High Fidelity) apabila
menghasilkan sinyal keluaran (output) yang bentuknya persis sama dengan sinyal
masukan (input). Perbedaannya hanya pada tingkat penguatan pada amplitudo atau
tegangannya saja. Jadi dengan kata lain, yang dimaksud dengan fidelitas adalah
kemiripan bentuk keluaran hasil replika terhadap sinyak masukan.
Ada Satu lagi faktor penting dalam penguat daya yang harus diperhatikan, yaitu
faktor efisiensi. Yang dimaksud dengan Efisiensi pada penguat daya adalah efisiensi daya
dari sebuah penguat yang dinyatakan dengan besaran rasio atau persentasi dari Output
Daya dengan Input Daya. Sebuah Power Amplifier atau Penguat Daya dikatakan
memiliki efisiensi tinggi atau 100% efisiensinya apabila tidak terjadi kehilangan daya
pada proses penguatannya
Contoh dari penguat daya adalah:
 Penguat Kelas A
Penguat Kelas A merupakan Kelas Penguat yang desainnya paling sederhana
dan paling umum digunakan. Seperti namanya yaitu Kelas A yang artinya adalah
Kelas terbaik, penguat Kelas A ini memiliki tingkat distorsi sinyal yang rendah
dan memiliki liniearitas yang tertinggi dari semua kelas penguat lainnya.
Umumnya, Penguat Kelas A menggunakan transistor single (transistor bipolar,
FET, IGBT) yang terhubung secara konfigurasi Common Emitter (Emitor
Bersama). Letak titik kerja (titik Q) berada di pusat kurva karakteristik atau
berada pada setengah Vcc (Vcc/2) dengan tujuan untuk mengurangi distori pada
saat penguatan sinyal. Penguat Kelas A ini menguat sinyal Input satu gelombang
penuh atau 360°.
Untuk mencapai Linearitas dan Gain yang tinggi, Amplifier Kelas A ini
mengharuskan Transistor dalam keadaan aktif selama siklus AC. Hal ini
menyebabkan pemborosan dan pemanasan yang berlebihan sehingga
menyebabkan ketidakefisienan. Efisiensi Penguat/Amplifier kelas A ini hanya
berkisar sekitar 25% hingga 50%.

Cara Kerja Penguat Daya Kelas A:


Penguat daya bertujuan untuk menguatkan daya sinyal output. Pada
penguat ini, tegangan output diatur sama dengan tegangan input DC. Sedangkan
nilai arusnya yang diubah-ubah. Pengubahan arus output lebih mudah daripada
pengubahan tegangan output. Dan rentang tegangan yang bisa diaplikasikan jauh
lebih kecil daripada rentang arus. Oleh karena itu bisa jadi, arus yang diperlukan
sangat besar sehingga dalam memilih transistor harus disesuaikan dengan
kebutuhan arus. Apabila arus yang dibutuhkan sangat besar sekali, maka dapat
dipakai rangkaian transistor Darlington. Transistor selalu aktif (ON) sehingga
sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga
transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti
heatsink yang lebih besar.

 Penguat Kelas B
Penguat Kelas B ini diciptakan untuk mengatasi masalah efisiensi dan pemanasan
yang berlebihan pada Penguat Kelas A. Letak titik kerja (Q-point) berada di ujung kurva
karakteristik sehingga hanya menguatkan setengah input gelombang atau 180°
gelombang. Karena hanya melakukan penguatan setengah gelombang dan menonaktifkan
setengah gelombang lainnya, Penguat Kelas B ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penguat kelas A. Secara teoritis, Penguatan atau Amplifier kelas B
ini memiliki efisiensi sebesar 78,5%. Kelemahan pada Penguat Kelas B ini adalah
terjadinya distorsi cross-over.

Cara Kerja Penguat Kelas B :


Penguat Kelas B adalah rangkaian penguat daya yang kerjanya
berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk. penguat kelas B bekerja
dengan titik operasi yang terletak pada ujung kurva karakteristik (titik cut off),
sehingga daya operasi tenang (quescent power)-nya sangat kecil.
Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi
OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas
tegangan bias transistor). Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena
baru bekerja jika ada sinyal input. Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt
maka penguat kelas B tidak bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal
ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu
cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
Penguat kelas B ini memanfaatkan teknik push-pull yaitu dua transistor
yang bekerja saling komplementer. Kedua transistor tersebut berbeda tipe, namun
karakteristiknya sama atau matched. Keluaran push–pull atau tarik–ulur adalah
sebuah sirkuit elektronik yang dapat menggerakkan baik
arus positif ataupun negatif kepada beban. Keluaran push–pull adalah standar
untuk logika digital TTL dan CMOS serta beberapa jenis penguat, dan biasanya
terbuat dari pasangan transistor komplementer, salah satu membenamkan arus dari
beban ke catu negatif, sedangkan yang lainnya menyuplai arus dari catu positif ke
beban. Didalam aplikasinya, Penguat Kelas B adalah rangkaian penguat daya
dengan 2 transistor yang mempunyai keuntungan-keuntungan penguatan daya
maks turun menjadi seperlima dari daya beban dan aliran arus tanpa sinyal
menjadi sekitar satu persen dari IC(saturasi). Keuntungan pertama sangat penting
terutama jika diperlukan daya beban yang besar misalnya pada pemancar
komunikasi, keuntungan kedua penting dalam sistem tenaga dengan baterei.
Dalam rangkaian penguat kelas B, transistor berada dalam daerah aktif untuk
setengah perioda. Selama setengah perioda yang lain, transistor tersebut cut-off. Ini
artinya arus kolektor mengalir untuk 180° dalam tiap transistor pada rangkaian penguat
kelas B. Dengan kondisi seperti ini, maka ketika tidak ada sinyal masukan, maka
transistor tidak mengkonsumsi arus listrik. Penguat jenis ini dikenal juga sebagai penguat
push-pull karena kerja dari pasangan transistor adalah bergantian. Penguat ini diterapkan
sebagai penguat akhir, atau penguat sinyal besar. Ketika Vin berada dalam fasa positif
maka hanya transistor NPN yang ON, sedangkan ketika sinyal Vin berada dalam fasa
negatif maka hanya transistor PNP yang ON. Akan tetapi karena bias tegangan
transistor berasal dari sinyal Vin, maka sinyal ini akan terpotong oleh tegangan VBE,
sehingga sinyal keluarannya akan mengalami kecacatan (distorsi)

2. Resonator
Rangkaian resonator adalah rangkaian yang dapat meloloskan frekuensi tertentu
dan menghentikan frekuensi yang tidak diinginkan. Fungsi dari rangkaian Resonator
adalah Memilih / meloloskan sinyal pada frekuensi tertentu, meredam
secara significant di luar frekuensi yang diinginkan.

3. Osilator
Osilator merupakan rangkaian elektronik yang didesain sebagai penghasil
sinyal carrier. Osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan
sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang
konstan. Gelombang sinyal yang dihasilkan ada yang berbentuk Gelombang Sinus
(Sinusoide Wave), Gelombang Kotak (Square Wave) dan Gelombang Gigi
Gergaji (Saw Tooth Wave). Pada dasarnya sinyal arus searah atau DC dari
pencatu daya (power supply) dikonversikan oleh Rangkaian Osilator menjadi
sinyal arus bolak-balik atau AC sehingga menghasilkan sinyal listrik yang
periodik dengan amplitudo konstan.

Cara Kerja Osilator :


Sebuah Rangkaian Osilator sederhana terdiri dari dua bagian utama, yaitu
Penguat (Amplifier) dan Umpan Balik (Feedback). Berikut ini Blok Diagram
dasar sebuah Rangkaian Osilator.

Pada dasarnya, Osilator menggunakan sinyal kecil atau desahan kecil yang
berasal dari Penguat itu sendiri. Pada saat Penguat atau Amplifier diberikan arus
listrik, desah kecil akan terjadi, desah kecil tersebut kemudian diumpanbalik ke
Penguat sehingga terjadi penguatan sinyal, jika keluaran (output) penguat sefasa
dengan sinyal yang diumpanbalik (masukan) tersebut, maka Osilasi akan terjadi.
Contoh Rangkaian Osilator

Anda mungkin juga menyukai