Disusun oleh:
Yuzana Tiarasia, S.Ked
Pembimbing:
dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. LN
Usia : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 7 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Lembak
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Panorama
Tanggal Pemeriksaan : 04/4/2015 pukul 11.00 WIB
Heteroanamnesis
Diperoleh dari suami pasien, Tn. BD, berusia 37 tahun
yang bekerja sebagai wiraswasta dibidang developing
dan merupakan keluarga terdekat pasien yang serumah
dengannya. Suami pasien mengatakan bahwa pasien
memang menjadi lebih sering marah dan tersinggung
serta menjadi sulit tidur sejak 4 bulan yang terakhir.
Selain itu pasien juga merasa cemas yang berlebihan
serta badan terasa lemas. Pasien juga menjadi sering
lupa sehingga saat ini suami memegang peran pengganti
istri di rumah untuk kegiatan seperti memasak,
membersihkan rumah dan lainnya. Suami pasien
mengaku istrinya juga pernah telanjang di dalam rumah
tanpa rasa malu dan saat itu istrinya baru menyadari hal
tersebut setelah ditegur suaminya. Emosi pasien menjadi
sering labil terutama jika berhadapan dengan tamu atau
orang lain yang bertamu ke rumahnya, baik yang
merupakan konsumen perumahan maupun keluarga
pasien yang sedang berkunjung ke rumahnya. Suami
pasien mengaku saat ini istrinya tidak dapat lagi
menerima tamu karena pasti akan diusirnya setelah
beliau memarahi balik tamu yang berbicara atau
menanyakan suaminya. Selain itu suami juga mengaku
istrinya menjadi sering termenung di rumah. 2 minggu
SMRS suami mendapatkan laporan bahwa pasien
melakukan tindak kekerasan pada tamu di rumahnya
yaitu dengan menampar tamu tersebut dan pasien
dituntu oleh tamu tersebut yang merupakan konsumen
perumahan yang dibuat oleh perusahaan suaminya.
Suami pasien juga mengakui bahwa keluhan istrinya
bermunculan setelah masalah pekerjaannya dan
perekonomian keluarga memburuk.
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien terdapat keluarga yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien. Hubungan pasien dengan
keluarga inti seperti suami, anak dan keluarga besarnya
baik.
Genogram
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarang tinggal dengan suami dan keempat
anaknya. Lingkungan tempat tinggal terkesan cukup
baik. Pasien tinggal di daerah yang cukup padat
penduduk dan berdekatan dengan tetangga. Hubungan
pasien dengan keluarga dan tetangga dikenal cukup baik.
Saat ini pasien tidak lagi membantu suaminya dalam
bekerja serta aktivitas lainnya di rumah sehari-hari saat
ini sudah berkurang seperti menyapu, mengepel dan
memasak.
Dalam biaya pengobatan pasien sebagai pasien umum
dan sedang dalam poses menggunakan kartu BPJS.
Keadaan ekonomi keluarga saat ini sedang mengalami
masalah berat karena pekerjaan suami sedang
bermasalah. Hubungan pasien dengan adik-adik dan
orangtua baik. Pasien juga sampai saat ini memiliki
hubungan yang baik dengan suami dan anak-anaknya.
Pasien merasa anak laki-lakinya yang pertama lebih
dekat dengannya. Sejak 4 bulan SMRS pasien sehari-hari
berada di rumah ditemani oleh ibu atau adik
perempuannya pada waktu semua anggota keluarga
lainnya beraktivitas di luar rumah.
3. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara
dilakukan yaitu sore hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada
dirumahnya, dan menjalani pengobatan di RSKJ
Bengkulu
• Orang : Baik, pasien mengetahui nama suami dan
anak-anaknya serta saudara dan orangtuanya. Selain itu
pasien juga mengetahui dirinya diwawancarai oleh siapa.
• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang
konsultasi dan wawancara.
4. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien dulu
menempuh pendidikan sekolah dasar.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kapan beliau menikah.
• Daya ingat jangka pendek
Kurang baik, pasien tidak dapat mengingat secara cepat
dan tepat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin
malam, pasien membutuhkan waktu beberapa menit
hingga dapat menjawab pertanyaan pemeriksa.
• Daya ingat segera
Kurang baik, pasien tidak dapat mengingat nama
pemeriksa.
• Akibat hendaya daya ingat pasien
Kemampuan daya ingat jangka pendek dan segera
mengalami gangguan meskipun daya ingat lainnya
tampak tidak ada gangguan.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospasial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan
persamaan jeruk dan apel.
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat
melakukan perawatan diri sehari - hari secara mandiri
seperti mandi, makan dan minum.
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien
juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien kurang baik, selama
wawancara pasien kurang dapat mengontrol emosinya
dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan
pasien menceritakan kondisinya dengan emosi yang
berlebihan.
H. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari bahwa dirinya
sedang mengalami tekanan/ stress, namun disisi lain
pasien tidak menyadari bahwa dirinya saat ini mengalami
masalah kejiwaan, meskipun pasien mengetahui
penyebab atau faktor terkait dengan keluhannya saat ini
yaitu masalah pekerjaan suami yang berdampak pada
keadaan ekonomi keluarga tetapi pasien tetapi tidak
menerapkan dalam perilaku praktisnya.
b. Status Internus
Kepala Normosefali, deformitas tidak ada.
Mata Edema palpebra tidak ada, sklera ikterik -/-,
konjungtiva palpebra anemis -/-
Hidung Simetris, deformitas (-), deviasi (-), tidak ada
sekret.
Telinga Simetris, bentuk dalam batas normal,
menggantung, deformitas
(-), sekret (-), nyeri tekan tragus mastoid tidak ada
Mulut Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah
tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal, tiroid tidak membesar
Thorax Tidak terdapat skar, spider naevi (-), simetris kiri
dan kanan
Paru I: Pernapasan statis-dinamis kiri = kanan.
P: Stemfremitus simetris kiri dan kanan
P: Sonor disemua lapang paru
A: Suara nafas vesikuler normal (+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
Jantung I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Tidak dilakukan
A: Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen I: Datar, tampak benjolan (-)
A: Bising usus (+)
P: Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P: Nyeri tekan (-)
Ektremitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam
batas normal
VII. PROGNOSIS
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik:
• Indikator psikososial: mempunyai teman akrab selama
masa remaja, fungsi keluarga stabil dan beberapa tahun
sebelum sakit secara umum fungsi sosial baik.
• Tidak ada komorbiditas dengan gangguan psikiatri
lainnya.
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk:
• Depresi berat dengan gejala psikotik (gejala positif
yaitu adanya halusinasi dan waham)
• Ditemukan gejala gangguan cemas.
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad
bonam. Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien
berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
• Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo Ad Functionam : dubia ad malam
• Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam
VIII. Terapi
• Farmakoterapi
Fluoxetine 1 x 20 mg
Risperidone tablet 2 x 2 mg
• Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi
suportif, psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-
perilaku.
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat
mekanisme defens (pertahanan) pasien terhadap stres.
Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien terhadap penyakitnya serta
mengembangkan kemampuannya untuk menunjang
penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan
pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan
pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan
edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya
tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk
mecapai perubahan struktur luas kepribadian.
Edukasi
- Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya
dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas
pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi
hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
- Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur
minum obat dan kontrol selain itu kembali menyibukan
diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal
yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila
mungkin bisa kontrol ke psikiater.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang
ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini
biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi
dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari.3
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental
yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan
mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan
energi atau penurunan konsentrasi. Sedangkan
berdasarkan Maramis, depresif adalah suatu gangguan
perasaan dengan cirri-ciri semangat berkurang, rasa
harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan
tidur dan makan.4
b. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi. Gangguan depresi berat paling
sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar
15% dan pada perempuan dapat mencapai 25% yang
sekitar 10% persen mendapatkan perawatan primer
sedangkan sisanya 15% dirawat rumah sakit. Pada anak
sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%, sedangkan
pada usia remaja didapatkan prevalensi 5% dari
komunitas memiliki gangguan depresif berat.1,2
Jenis kelamin. Perempuan dua kali lipat lebih besar
disbanding laki-laki. Diduga adanya perbedaan hormone,
pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial
antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang
dipelajari tentang ketidakberdayaan.1
Usia. Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50%
awitan diantara usia 20-50 tahun.Gangguan depresi
berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data
terkini menunjukkan gangguan depresi berat diusia
kurang dari 20 tahun. Hal ini kemungkinan berhubungan
dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan zat.1,2
Status perkawinan. Paling sering terjadi pada orang yang
tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau
pada mereka yang bercerai. Wanita yang tidak menikah
memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk
menderita depresi dibandingkan dengan yang menikah
namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.1
Faktor sosioekonomi dan budaya. Tidak ditemukan
korelasi natara status sosioekonomi dan gangguan
depresi berat.1
d. Perjalanan penyakit
Sebelum episode pertama teridentifikasi, sekitar 50%
gangguan depresi berat memperlihatkan gejala depresi
yang bermakna. Gejala depresi yang teridentifikasi dini
dan dapat teratasi lebih awal dapat mencegah
berkembangnya gejala tersebut menjadi episode depresi
penuh. Pada pasien dengan gangguan depresi berat,
meskipun gejala mungkin telah ada, umumnya belum
menunjukkan suatu premorbid gangguan kepribadian.
Sekitar 50% pasien dengan episode depresi pertama
terjadi sebelum usia 40 tahun biasanya dihubungkan
dengan tidak adanya riwayat gangguan mood dalam
keluarga, gangguan kepribadian antisocial dan
penyalahgunaan alkohol.1,2
Episode depresi yang tidak ditangani akan berlangsung 6
– 13 bulan. Kebanyakan penanganan episode depresi
sekitar 3 bulan. Namun karena merujuk kepada prosedur
baku penatalaksaan gangguan depresi maka
penatalksaan setidanya dilakukan selama 6 bulan agar
tidak mudah kambuh.1
e. Tanda gejala
Episode depresi. Mood terdepresi, kehilangan minat dan
berkurangnya energi adalah gejala utama dari depresi.
Pasien juga mungkin mengatakan perasaannya sedih,
tidak mempunyai harapan, dicampakkan atau tidak
berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda
dengan emosi duka cita atau kesedihan. Selain itu
biasanya terdapat pikiran untuk melakukan bunuh diri
pada sekitar dua per tiga pasien depresi dan 10 sampai
15% diantaranya melakukan bunuh diri. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi
dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun
mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas
yang sebelumnya menarik bagi dirinya.1,2,4
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang
penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di
sekolah dan pekerjaanm dan menurunnya motivasi untuk
terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien
mengeluh masalah tidur khususnya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering bangun dimalam hari
karena memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan
pasien juga mengalami penurunan nafsu makan demikian
pula dengan bertambah dan menurun berat badannya
serta mengalami tidur lebih lama dari biasanya.1,2,4
Kecemasan adalah gejala tersering dari sepresi dan
menyerang 90% pasien depresi. Perubahan asupan
makanan dan istirahat dapat menyebabkan timbulnya
penyakit lain secara bersamaan seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit
jantung. Gejala lain termasuk haid tidak normal dan
menurunnya minat serta aktivitas seksual.2
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada
orangtua dapat dihubungkan dengan status ekonomi
yang rendah, kehilangan pasanganm berbarengan
dengan penyakit fisik dan isolasi sosial.1
Gangguan depresi ditandai oelh rasa lelah yang
berkepanjangan dan sulit untuk konsentrasi, gangguan
tidur (terutama bangun pagi cepat dan bangun beberapa
kali saat tidur), nafsu makan berkurang, kehilangan berat
badan, dan keluhan somatik.1
f. Kriteria diagnosis
Tabel 1. Kriteria diagnostik gangguan depresi berat
menurut DSM-IV-TR
A. Pasien mengalami gangguan mood terdepresi (contoh:
sedih atau perasaan kosong) atau kehilangan minat atau
kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu atau
lebih ditambah 4 atau lebih gejala-gejala berikut ini:
- Tidur: insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
- Minat: menurunnya minat atau kesenangan hampir
pada semua kegiatan hampir sepanjang waktu
- Rasa bersalah: perasaan bersalah yang berlebihan atau
tidak sesuai atau rasa tidak berharga hampir sepanjang
waktu
- Energi: kehilangan energi atau letih hampir sepanjang
waktu
- Konsentrasi: menurunnya kemampuan untuk berpikir/
konsentrasi; sulit membuat keputusan hampir sepanjang
waktu
- Selera makan: menurun atau meningkat
- Psikomotor: agitasi atau retardasi
- Bunuh diri: pikiran berulang tentang mati/ ingin bunuh
diri.
B. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode
campuran (episode
depresi berat dan episode manik).
C. Gejalanya menimbulkan penderitaan bermakna secara
klinik atau
hendaya sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
D. Gejalanya bukanlah merupakan efek fisiologi langsung
dari zat
(contoh: penyalahgunaan obat atau medikasi) atau
kondisi medik
umum (hipotiroidisme).
E. Gejalanya tidaklah lebih baik dibandingkan dengan
dukacita, misalnya
setelah kehilangan seseorang yang dicintai, gejala
menetap lebih dari
dua bulan atau ditandai hendaya fungsi yang jelas,
preokupasi rasa
ketidakbahagian yang abnormal, ide bunuh diri, gejala
psikotik atau
retardasi mental.
i. Terapi
Terapi pasien dengan gangguan mood harus ditujukan
pada beberapa tujuan. Pertama, keamanan pasien harus
terjamin. Kedua, evaluasi diagnostik lengkap pada pasien
harus dilakukan. Ketiga, rencana terapi yang ditujukan
tidak hanya pada gejala saat itu tetapi kesejahteraan
pasien dimasa mendatang juga harus dimulai. Walaupun
terapi saat ini yang menekankan pada farmakoterapi dan
psikoterapi ditujukan pada pasien secara individual,
peristiwa hidup yang penuh tekanan juga dikaitakn
dengan meningkatnya angka kekambuhan pada pasien
dengan gangguan mood. Dengan demikian, terapi harus
menurunkan jumlah dan keparahan stressor didalam
kehidupan pasien.1
1. Rawat inap
Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan
prosedur diagnosis, risiko bunuh diri atau membunuh dan
kemampuan pasien yang menurun drastic untuk
mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Riwayat
gejala yang berkembang cepat serta rusaknya sistem
dukungan pasien yang biasa juga merupakan indikasi
rawat inap.1,2
2. Terapi psikososial
Sebagian besar studi menunjukkan kombinasi psikoterapi
dan farmakoterapi adalah terapi yang paling efektif untuk
gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka
pendek yaitu:1
a. Terapi kognitif
Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi kognitif
efektif dalam penatalaksanaan gangguan depresi berat
dan sebagian besar studi menunjukkan bahwa terapi ini
setara efektivitasnya dengan farmakoterapi. Terapi
kognitif dikembangkan dengan Aaron Beck dan
memfokuskan pada distorsi kognitif yang diperkirakan
ada pada gangguan depresi berat. Distorsi tersebut
mencakup perhatian selektif terhadap aspek negatif
keadaan dan kesimpulan patologis yang tidak realistis
mengenai konsekuensi. Contohnya apati dan kurang
tenaga adalah pengharapan pasien mengenai kegagalan
disemua area. Tujuan terapi ini adalah untuk
meringankan episode depresif dan mencegah
kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi
dan menguji kognisi begatif; mengembangkan cara
berpikir alternative, fleksibel dan positif serta melatih
respons perilaku dan kognitif baru.
b. Terapi interpersonal
Terapi ini dikembangkan oleh Gerald Klerman yang
memfokuskan pada satu atau dua masalah interpersonal
pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada dua asumsi.
Pertama, masalah interpersonal saat ini cenderung
memiliki akar pada hubungan yang mengalami disfungsi
sejak awal. Kedua, masalah interpersonal saat ini
cenderung terlibat didalam mencetuskan atau
melanjutkan gejala depresif saat ini.
Program terapi ini biasanya terdiri dari atas 12 sampai 16
sesi dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang
aktif. Fenomena intrapsikik seperti mekanisme defense
dan konflik internal, tidak diselesaikan. Perilaku khas
seperti tidak asertif, keterampilan sosial terganggu dan
pikiran terdistorsi dapat diselesaikan tetapi hanya dalam
konteks pengertiannya terhadap hubungan interpersonal
c. Terapi perilaku
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola
perilaku maladaptif mengakibatkan seseorang menerima
sedikit umpan balik positif dan mungkin sekaligus
penolakan dari masyarakat. Pemusatan perhatian pada
perilaku maladaptif didalam terapi diharapkan pasien
dapat belajar berfungsi di dalam dunia sedemikian rupa
sehingga mereka memperoleh dorongan positif.
3. Farmakoterapi
Antidepresan merupakan terapi gangguan depresif berat
yang efektif dan spesifik. Penggunaan farmakoterapi
spesifik diperkirakan dapat melipat-gandakan
kemungkinan bahwa pasien dengan gangguan depresi
berat akan pulih. Meskipun demikian masalah tetap ada
dalam terapi gangguan depresi berat seperti: sejumlah
pasien tidak memberikan respon terhadap terapi
pertama; semua antidepresan yang saat ini tersedia
membutuhkan 3 sampai 4 minggu hingga memberikan
pengaruh terapeutik yang bermakna, walaupun obat
tersebut dapat mulai menunjukkan pengaruhnya lebih
dini dan relatif sampai saat ini semua antidepresan yang
tersedia bersifat toksik bila overdosis serta memiliki efek
samping.1,2
SSRI seperti fluoxetine, paroksetin (Paxil), dan sertralin
(Zoloft), juga bupropion, venlafaksin (Efexxor),
nefazodon, dan mirtazapin (Remeron). Efek samping dari
antidepresan adalah dapat mengakibatkan kematian jika
dikonsumsu overdosis. Trisiklik dan tetrasiklik adalah
antidepresan yang paling mematikan. Efek samping
lainnya adalah dapat menyebabkan hipotensi.4
Kesalahan klinis yang sering terjadi adalah penggunaan
dosis yang terlalu rendah dalam jangka waktu singkat.
Kecuali terjadi efek samping, dosis antidepresan harus
dinaikkan sampai kadar maksimum yang direkomendasi
atau dipertahankan kadar tersebut setidaknya selama 4
atau 5 minggu sebelum percobaan obat dapat dinggap
tidak berhasil. Terapi antidepresan harus dipertahankan
setidaknya 6 bulan atau selama episode sebelumnya,
bergantung mana yang lebih lama. Terapi profilaksis
perlu dipertimbangkan jika melibatkan gagasan bunuh
diri yang bermakna atau gangguan fungsi psikosial.1,5
Alternatif terapi obat lainnya adalah elektrokonvulsif dan
fototerapi. Terapi elektokonvulsif biasa digunakan ketika
pasien tidak memberikan respons terhadap
farmakoterapi atau tidak dapat mentoleransi
farmakoterapi.1
BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan pada pasien Ny.LN ditemukan
adanya gejala-gejala seperti gangguan mood terdepresi
(sedih) disertai dengan kehilangan minat selama sekitar
4 bulan. Selain itu juga terdapat gangguan tidur, merasa
tidak bertenaga atau letih, menurunnya kemampuan
untuk berpikir dan mengingat serta berkonsentrasi dan
juga pasien mengaku memiliki gagasan untuk bunuh diri.
Gejala tersebut juga disertai dengan adanya halusinasi
auditorik berupa perintah untuk melakukan sesuatu yang
jahat dan waham curiga terhadap tamu yang sedang
berkunjung ke rumahnya. Semua gejala yang ditemukan
tersebut menyebabkan pasien saat ini memiliki gangguan
dalam fungsi sosial. Sehingga dari semua hasil
pemeriksaan tersebut pada pasien dapat ditegakkan
diagnosis gangguan atau episode depresif berat dengan
gejala psikotik berdasarkan kriteria DSM-IV-TR.2
Diagnosis banding seperti skizofrenia dapat disingkirkan
jika merujuk pada kriteria masing-masing penyakit
tersebut. Kriteria DSM-IV-TR untuk skizofrenia
berlangsung paling sedikit enam bulan; penurunan fungsi
yang bermakna dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal dan fungsi kehidupan pribadi; pernah
menglami gejala psikotik aktif dalam bentuk khas selama
periode tersebut; dan tidak ditemui gejala-gejala yang
sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autism atau gangguan organik. Pada kasus ini, kejadian
berlangsung kurang dari enam bulan dengan tidak
ditemukannya penurunan fungsi yang cukup bermakna,
tidak pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang
khas dan juga disertai dengan gangguan mood mayor.
Sehingga diagnosis banding skizofrenia dapat
disingkirkan.1
Pada pasien ini diberikan terapi berupa antipsikotik
atipikal berupa risperidone, antidepresan yaitu fluoxetine
dan juga obat anti-kolinergik yaitu trihexyphenidil. Obat
antipsikotik atipikal ini mempunyai afinitas tinggi
terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamin (D2), α1 dan α2
adrenergik, serta histamin. Dengan demikian obat ini
efektif baik untuk gejala positif (waham, halusinasi),
maupun gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri
dari lingkungan). Risperidon dimetabolisme di hati dan
diekskresi di urin. Dengan demikian perlu dilakukan
pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum
risperidon ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal
dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya
adalah 2-6 mg/hari. Pada pasien ini diberikan dosis 2x2
mg/hari sebagai initial dose.5
Tablet trihexyphenidyl diberikan jika efek ekstrapiramidal
muncul. Gejala tersebut seperti distonia akut, akatisia
dan sindrom parkinsonisme
(tremor,bradikinesia,rigiditas). Obat ini tergolong obat
antikolinergik sehingga efek terhadap gejala
ektrapiramidal.Pada pasien ini sudah tepat untuk
pengobatan gejala psikotiknya dengan diberikan
antipsikotik untuk menghilangkan gejala positif dan
negatif yang ada pada pasien. 5
Fluoxetine merupakan merupakan golongan SSRI
(selective serotonin reuptake inhibitors). Fluoxetine
memiliki mekanisme kerja mempengaruhi kimiawi pada
otak yang mungkin menjadi tidak seimbang sehingga
dapat menyebabkan gejala depresi, panik, cemas atau
obsesif-kompulsif. Fluoxetine digunakan untuk
menmgobati gangguan depresif mayor, bulimia nervosa,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panic dan
gangguan disforik premenstruasi. Fluoxetine ini biasa
digunakan bersamaan dengan obat lain seperti
olanzapine yang merupakan antipsikotik atipikal.
Kombinasi ini biasa digunakan untuk depresi akibat
gangguan bipolar (depresi manik) atau depresi yang
telah diberi dua obat lainnya namun tidak berhasil
mengatasi gejala.5
DAFTAR PUSTAKA