Anda di halaman 1dari 16

PEMIKIRAN FILSAFAT TENTANG MATEMATIK

Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Matematika

Dosen Pengampu : Muniri, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3 TMT 3E

1. Masdain Rifai (1724143153)

2. Mimawati (1724143156)

3. Ritno Fadilah (1724143207)

4. Umi Hanik (1724143254)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

TAHUN AKADEMIK SEPTEMBER 2015

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan izin-Nya sehingga tugas makalah Filsafat Matematika
“Pemikiran Filsafat Tentang Matematika” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi syarat makalah
yang baik dan benar, sehingga dapat lebih mudah dipahami bagi para
pembaca.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikam terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Muniri, selaku dosen mata kuliah filsafat matematika yang telah
membimbing dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat menghargai
kritik dan saran kepada pembaca makalah ini.
Semoga apa yang kami samapiakn dari makalah ini bisa bermanfaat bagi
kehidupan kita.
Amin

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

2.1 Filsafat matematik. ............................................................................ 2

2.2 Landasan Matematik ......................................................................... 4

2.3 Adi matematik ................................................................................... 7

2.4 Filsafat Kematematikan .................................................................... 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat matematik merupakan salah satu bidang filsafat yang bisa
dibilang cukup sukar untuk dipelajari. Bukan suatu bidang yang bisa
dilakukan begitu saja, namun salah satu bidang yang benar-benar penting dan
harus dilakukan dengan pemikiran yang sungguh-sungguh. Filsafat
matematik merupakan salah satu bidang pengetahuan dimana sasarannya
adalah hasil pemikiran filsafat tentang matematik.
Berfilsafat bukan hanya semata-mata berpikir tentang suatu obyek,
melainkan senantiasa juga bagaimana pemikirannya tentang obyek itu sendiri.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas sedikit mengenai
pemikiran filsafat tentang matematik. Bagaimana pemikiran filsafat tentang
matematik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya antara lain:
1. Apa pengertian filsafat matematik?
2. Apa maksud landasan matematik dan mazhab-mazhab landasan
matematik?
3. Apa maksud adi-matematik?
4. Bagaimana filsafat kematematikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat matematik.
2. Untuk mengerti maksud landasan matematik dan mazhab-mazhab
landasan matematik.
3. Untuk mengetahui adi-matematik.
4. Untuk memahami filsafat kematematikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Matematik

Filsafat Matematik merupakan pemikiran menyeluruh (reflektif) dan


kompleks terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan
dengan landasn dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan
matematika disegala bidang kehidupan manusia baik secara epistimolog,
ontology, metodologi maupun aspek etis dan estetika pengetahuan
matematik.1 Bidang pengetahuan sebagai perwujudan dari interaksi filsafat
dengan matematik yang sangat menarik perhatian filsuf dan/ atau ahli
metematik disebut dengan berbagai nama, yakni:

 Philosophy of mathematics ( filsafat matematik)


 Foundations of mathematics ( landasan matematik)
 Metamathematics (adi-matematik)
 Mathematical philosophy (filsafat kematematikan)
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat metematik merupakan hasil
pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematik itu sendiri. Filsafat
sebagai rangkaian aktivita dari budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran
reflektif (reflective thinking). Pemikiran reflektif atau untuk singkatnya
refleksi (reflection) dapat diartikan sebagai jenis pemikiran yang terdiri atas
mempertimbangkan secara cermat suatu pokok soal dalam pikiran dan
memberikannya perhatian yang sunggguh- sungguh dan terus-menerus (the
kind of thinking that consists in turning a subject over in the mind and giving
at serious and consecutive consideration).2 Suatu pendapat lain yang mirip
merumuskannya sebagai pertimbangan cermat secara penuh perhatian
beberapa kali terhadap hal yang sama (thinking attentively several times over

1
Didi Haryono, Suatu Tinjauan Epistimologi dan Filosofis Filsafat Matematika, Bandung:
Alfabeta, 2014, hlm 8-9.
2
John Dewey (How We Think) dalam Peter Fireman, Perceptualistik Theory of Knowledge,
dalam The Liang Gie, Filsafat Matematik, Yogyakarta: Supersukses, 1985, hlm 30.

2
3

of the same thing).3 Dalam sebuah kamus psikologi reflective thinking


dianggap sepadan dengan logical thinking (pemikiran logis), yakni aktivitsa
budi manusia yang diarahkan sesuai kaidah- kaidah logika.4
Dengan pemikiran filsafat matematik pada dasarnya adalah pemikiran
reflektif terhadap matematik. Matematika menjadi suatu pokok soal yang
dipertimbangkan secara cermat dan dengan penuh perhatian. Pemikiran
filsafati juga bersifat reflektif dalam arti menengok diri sendiri untuk
memahami bekerjanya budi itu sendiri. Ciri reflektif yang demikian itu
ditekankan oleh filsuf inggris R. G. Collingwood yang menyatakan
“philosophy is reflective. The philosophizing mind never simply thinks about
and object; it always, while thinking about any object, think also about its
own thought about that object.”5(filsafat bersifat reflektif. Budi yang
berfilsafat tidaklah semata- mata berfikir tentang sesuatu objek; sambil
berfikir tentang sesuatu obyek, budi itu senantiasa berpikir juga tentang
pemikirannya sendiri mengenai obyek itu). Jadi budi manusia yang diarahkan
untuk menelaah obyek- obyek tertentu sehingga melahirkan matematik
kemudian juga memantul berfikir tentang matematik sehingga menumbuhkan
filsafat matematik agar memperoleh pemahaman apa dan bagaimana
sesungguhnya matematik itu.
Diantara ahli-ahli matematik dan para filsuf tidak tampak kesatuan
pendapat mengenai apa filsafat matematik itu. Sebagai sekedar contoh
dapatlah dikutipkan perumusan-perumusan dari dua buku matematik dan dua
kamus filsafat yang berikut:
1. Suatu filsafat matematik dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut
pandangan yang dari situ berbagai bagian dan kepingan matematik dapat
disusun dan dibersatukan berdasarkan berupa beberapa asas dasar

3
Ernest Dimnet, The Art of Thingking, dalam The liang Gie, Filsafat Matematik,
Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm 30
4
Philip Lawrence Harriman, The New Dictionary of Psychology, dalam The liang Gie,
Filsafat Matematik, Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm 31
5
R.G Collingwood (The Idea of History), dalam Enrico Cartore, Scientific Man: The
Humanistic significance dalam The liang Gie, Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm 31
4

2. Secara khusus suatu filsafat matematik pada dasarnya samadengan suatu


percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan
matematik yang kacau balau yang terhimpun selama berabad- abad diberi
suatu makna atau ketertiban tertentu
3. Penelaahan tentang konsep-konsep dari dan pembenaran terhadap asas-
asas yang dipergunakan dalam matematik.
4. Penelaahan tentang konsep-konsep dan sistem- sistem yang terdapat
dalam matematik, dan mengenai pembenaran terhadap
pernyataan-pernyataan matematik.
Dua pendapat yang pertama dari ahli- ahli matematik menitikberatkan
filsafat matematik sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian- bagian
dari penegtahuan matematik yang selama ini terus berkembangbiak. Sedang
dua definisi berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematik
sebagai studi tentang konsep-konsep dalam matematik dan pembenaran
terhadap asas atau pernyataan matematik.

2.2 Landasan Matematik

Pengertian landasan matematik kadang disamakan dengan filsafat


matematik. tetapi sesungguhnya landasan matematik merupakan bidang
pengetahuan yang lebih sempit daripada filsafat matematik. Landasan
matematik khususnya bersangkut paut dengan konsep-konsep dan asas-asas
fundamentalyang digunakan dalam matematik. Charles Parsons dalam The
Encyclopedia of Philosophy menegakan6 “ penelitian landasan senantiasa
bersangkutan dengan masalah tentang pembenaran terhadap pernyataan-
pernyataan dan asas-asa matematik, dengan pemahaman mengapa proposisi-
proposisi tertentu yang jelas sendirinya adalah demikian, dengan pemberian
pembenaran terhadap asas-asas yang telah diterima yang tampaknya tidak
sendirinya begitu jelas dan dengan penemuan dan penanggalan asas-asas yang
tak terbenarkan.
6
Charles Parsons, Mathematic foundations of, dalam paul Edwards, ed., The Encyclopedia
of Philosophy, dalam The liang Gie, Filsafat Matematik, Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm
33.
5

Dari konsep pokok dan prinsip dasar landasan matematik meneruskan


penelaahnya sehinga sampai pada sifat alami dari matematik dan bahkan
tentng metode matematik. Hal ini ditegaskan dalam Encyclopaedia Britannica
sebagai berikut:

“Penelaah tentang landasan matematik telah bersangkut paut dengan


konsep-konsep dan patokan piker mengenai konsep-konsep itu yang
dengannya matematik bermuai. Khususnya setelah 1900 penyelidikan
landasan berlangsung hingga mencaakup suatu penyelidikan terhadap sifat
alami dari teori –teori matematik dan lingkupan dari metode matematik.”

Dengan adanya perluasan pokok soal dan permasalahan yang telah


dijelaskan dapatlah dimengerti bahwa landasan pendidikan seolah-olah
identik dengan filsafat matematik. Akan tetapi seperti yang telah dinyatakan
bahwa filsafat matematik lebih luas dibanding landasan matematik. Seorang
ahli matematik menyatakan bahwa perkataan “foundations” bilamana dipakai
oleh para ahli matematik mengacu pada studi tentang sifat alami yang
mendasar dari matematik.

Pada abad 20 ini studi tentang sifat alami dari matematik menumbuhkan
3 mazhab landasan matematik. Yang pertama logisme, dipelopori oleh filsuf
Inggris yang bernama Bertrand Arthur William Russell. Tahun 1903 terbitlah
buku Russel dengan judul The Principles of Mathematics yang berpegang
pada pendapat bahwa matematik murni semata-mata terdiri atas deduksi-
deduksi dengan prinsip-prinsip logika dari prinsip-prinsip logika. Dengan
demikian matematik dan logika merupakan bidang yang sama karena seluruh
konsep dan dalil matematik dapat diturunkan dari logika. Mazhab landasan
matematik yang kedua yaitu formalisme, yang dipelopori oleh David Hilbert
ahli matematik besar dari Jerman. Menurut mazhab ini sifat alami dari
matematik ialah sebagai sistem lambang yang formal. Matematik bersangkut
paut dengan sifat-sifat structural dari symbol-simbol dan proses pengolahan
dari lambing itu. Simbo-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang
6

menjadi obyek matematik. Bilangan-bilangan misalnya dipandang sebagai


sifat-sifat structural yang paling sederhana dari benda-benda. Dengan
simbolisme abstrak yang dilepaskan dari sesuatu arti tertentu dan hanya
menunjukkan bentuknya saja mazhab formalisme berusaha menyelidiki
struktur dari berbagai sistem. Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang
pendukung mazhab ini merumuskan matematik sebagai ilmu tentang sistem-
sistem formal.

Mazhab landasan matematik yang ketiga adalah intuitionisme yang


dipelopori oleh ahli matematik belanda yaitu Luitzen Egbertus Jan Brouwer.
Beliau berpendirian bahwa matematik sama dengan bagian yang eksak dari
pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematik terletak dalam akal
manusia bukan pada symbol-simbol di atas kertas sebagaiman diyakini oleh
mazhab formalisme.

Istilah “foundations” dalam bidang keilmuan mempunyai makna-makna


berlainan. Oleh karena itu, untuk kejelasan makna kadang-kadang dibubuhi
cirinya yang dimaksud. Dalam kaitannnya dengan matematik orang
menegaskannya dengan istilah “logical foundations of mathematics”
(landasan logis matematik). Istilah “logical foundations” dapat juga
dipersamakan dengan “philosophical foundations” (landasan filsafati) seperti
misalnya dilakukan oleh filsuf Rudolf Carnap (1891 - 1970). Dengan
landasan logis atau filsafati itu para ahli sesuatu bidang ilmu disadarkan
terhadap kemungkinann keterbatasan dan kesalahan dari patokanpikir-
patokanpikir yang dipergunakannya sebagai pangkal dalam ilmunya.
Selain landasan matematik yang kadang-kadang secara kurang tepat
dipersamakan dengan filsafat matematik, ada lagi suatu bidang pengetahuan
yang juga dicampuradukkan dengan philosophy of mathemathics, yakni
metamathematics (adi- matematik). Misalnya Arthur Rap yang menegaskan
7

perbedaan antara mathematics dan meta – mathematics menyyatakan bahwa


meta – mathematics disebut juga “philosophy of mathematics”.7
2.3 Adi Matematik
Perkataan Yunani “mata” berarti di luar, di atas, di balik ata sesudah.
Dalam hubungannya dengan sesuatu cabang ilmu atau bidang pengetahuan
awalan meta umumnya diartikan sebagai suatu teori, suatu bahasa atau suatu
uraian yang justru membahas atau memaparkan cabang ilmu yang
bersangkutan. Dengan demikiann secara harafiah metamathematics memang
dapat berarti bidang pengetahuan yang berada di luar atau di atas matematik
yang menelaah matematik itu sendiri seperti halnya filsafat matematik. Tetapi
menurut asalmulanya dan pertumbyhan selanjutjya adi-matematik
dimaksudkan sebagai sebuah teori pembuktian untuk menetapkan ada atau
tidaknya konsistensi dalam matematik dan menjawab masalah-masalah
lainnya seperti problem keputusan dan kelengkapan dalam suatu system
formal. Sebagai pangkal pangkal perkenalan dapatlah kiranya dikutipkan 4
buah perumusan metamathematics yang berikut:
1) “The formalization of mathematical proof by means of a lohistic system
makes possible an objective theory of proofs and provability, in which
proofs are treated as concrete manipulations of formulas (and no use is
made of meanings of formulas). This is Hilbert’s proof theory, or
metamathematics.”
(Formalisasi dari pembuktian matematik degan perantaran suatu sistem
logika memungkinkan adanya sebuah teori obyektif tentang pembuktian
dan hal dapat dibuktikan yang dalam teori itu pembuktian-pembuktian
diperlakukan sebagai pengolahan-pengolahan nyata terhadap rumus-
rumus dan tidak dipersoalkan arti dari rumus-rumus itu. Ini merrupakan
teori pembuktian dari Hilbert atau adi-matematik. )
2) “Mathematics is a branch of mathematical logic which studies formal
theories and solves problems pertaining to such theories.”

7
Arthur Pap, Elements of Analytic Philosophy, dalam The liang Gie, Filsafat Matematik,
Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm 39
8

(Adi-matematik aadalah suatu cabang dari logika matematik yang


menelaah teori-teori formal dan memecahkan persoalan-persoalan yang
menyangkut teori-teori demikian itu.)
3) Patrick Suppes merumuskan mathematics sebagai cabang matematik
yang menyelidiki struktur dari sistem-sistem bahasa atau teori-teori yang
diformalkan dan hubungannya dengan entitas-entitas matematik lainnya
(that branch of mathematics which investigates the structure of
formalized languages or theories and their relations to other mathematical
entities.)
4) “Hilbert and his followers used ideas of this kind to devise a formalized
theory of proof, including within it a system of symbolic logic. The aim
of the theory was to prove the consistency of the logical structure of
ordinary mathematics. Inasmuch as the theory was outside of
mathematics, it was termed metamathematics.”
(Hilbert dan para pengikutnya memakai ide-ide semacam ini untuk
menyusun sebuah teori pembuktian yang di formalkan, termasuk didalamnya
sebuah system logika simbolik. Tujuan dari teori itu ialah membuktikan
konsistensi dari struktur logis matematik biasa. Oleh karena teori itu berada di
luar matematik, ini di sebut adi-matematik.)

Dari kutipan kutipan diatas ternyata menurut intinnya ada kesatuan


pendapat mengenai apa metamathematics ittu. Tetapi berbagai perumusan itu
juga menunjukkan suatu perbedaan menyolok, yakni status adi-matematik
apakah merupakan suatu teori di luar matematik apakah merupakan suatu
teori diluaar matematik atau suatu cabang / system logika ataukah suatu
bagian dari matematik itu sendiri. Ahli matematik Perancis Jean Dieudonne
menyatakan bahwa adi-matematik sesungguhnyaa merupakan suatu cabang
dari matematik terapan, karena perbincangan-perbincangan matematik
9

diterapkann pada obyek berupa kalimat-kalimat dari teori yang diformalkan


dan pengaturannya menjadi pemuktian-pembuktian.8

Metamathematics dipelopori dan diperkembangkan oleh David Hilbert


yang juga menjadi pelopor dari mahzab landasan matematik formalisme.
Beliau menyusun program untuk menformalkan cabang-cabang matematik
biasa. Formalisasi yang ketat itu meliputi penentuan simbul-simbul yang
dengan abstraksi sepenuhya lalu terlepas dari suatu arti tertentu. Rangkaian
lambing-lambang yang tertususun baik kemudian menjadi formula-formula
atau rumus-rumus untuk memaparkan prbincangan-perbincangan berdasarkan
bentuknya (from) saja. Perbincangan dalam bahasa biasa mempergunakan
kalimaat-kalimat yang dipahami berdasarkan artinya. Bagi suatu cabang
matemaatik formalisasi yang demikian itu menghasilkan suatu system formal
(formal system). System formal ini kadang-kadang disebut pula toeri formal
atau matematik formal. Selanjutnya dalam program Hilbrt system formal
sebagai suatu keseluruhan dijadikan objek dari suatu studi matematik yang
dinamakan adi-matematik atau teori pembuktian. Stephen Cole Kleene dalam
buku pengantarnya menegaskan lingkupan adi-matematik itu sebagai berikut :

“Metamathematics includes the discription or difinition of formal


systems as well as the infestigation of properties of formal systems. In
dealing with a particular formal system, we may call the system the object
theory, and metamathematics relating to it its metathoery.”

( Adi-matematik meliputi pemaparan atauu definisii dari sistem-sistem


formal maupun penyelidikan terhadap dari system sitem formal. Dalam
pembahasan terhadap suatu system formal khusus, kita dapat menamakan
system itu teori saasaran dan adi-matematik yang bertalian dengan adi-
teorinya.)

8
Jean Dieudonne, Matematics, Collier’s Encyclopedia, volume 15 dalam The liang Gie,
Filsafat Matematik, Yogyakarta: supersukses, 1985, hlm 42
10

Demikianlah dari uraian dimuka bahwa metamathematics juga tidak


identik dengan philosophy of mathematic seperti halnya foundation of
matematic, adi-matematik juga lebih terbatas rruang lingkupnya daripada
filsafat mathematic yakni menelaah sifat dari sesutu sistem formal khususnya
matematik untuk membuktikan konsistensi dan kelengkapan dari sesuatu
cabang matematik.

2.5 Filsafat Kematematikan

Dalam kepustakaan masih ada satu lagi bidang pemikiran filsafati yang
bersangkutpaut dengan mathematik yaitu mathematical phylosophy yang
sebaiknya diterjmahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi filsafat
kematematikan untuk dibedakan dengan filsafat matematik (phylosophy of
mathematic). Tampaknya memang cukup sulit untuk membedakan
mathematical phylosophy dengan phylosophy of matematic, karena kedua
bidang itu sama sama merupakan pemikiran filsafati. Tetapi suatu pembedaan
dapatlah kiranya dilakukan dengan menafsirkan mathematical pylosopy
sebagai filsafat berdasarkan matematik, sedang tafsiran phylosophy of
mathematic ialah filsafat mengenai matematik. Dengan tafsiran yang
demikian itu tampaklah kini perbedaan yang lebih jelas antara kedua bidang
pemikiran itu. Filsafat kematematikan sebagai suatu filsafat berdasarkan
mathematic memakai matematik sebagai pangkal tolak dan sumber ide untuk
melakukan memikiran filsafati.

Suatu contoh dari mathematical phylosophy misalnya ialah


pythagoraenisme yang dipaparkan dalam bab I dimuka. Aliran filsafat ini
dengan berpangkal pada bilangan mengemukakan pemikiran filsafati bahwa
semua fenomena alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan
matematis. Dipihak lain filsafat matematik sebagaimana dinyatakan pada
permulaan bab ini merupakan pemikiran filsafati tentang matematik untuk
memperoleh pemahaman mengenai segenap segi apa dan bagaimana dari
matematik itu
11

Usaha untuk memahami segenap aspek dari matematik telah menemukan


bidang pengetahuan filsafat matematik yang sangat luas pada dewasa ini.
Filsafat matematik merupakan salah cabang dari filsafat ilmu-seumumnya
(phylosophy of science-in-general). Dengan demikian persoalan-persoalan
dalam filsafat ilmu-seumumnya juga mempunyai kaitan dengan filsafat
matematik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat


matematik adalah pemikiran menyeluruh (reflektif) dan kompleks terhadap
persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan landasan
dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan matematika disegala
bidang kehidupan manusia baik secara epistimologi, ontology, metodologi
maupun aspek etis dan estetika pengetahuan matematik.

Dalam pembahasan ini juga disinggung tentang landasan filsafat


matematik dan filsafat kematematikan. Dimana landasan matematik
mempunyai arti yang lebih sempit dibandingkan dengan filasafat matematik.
Landasan matematik bersangkut paut dengan asas-asas dan konsep-konsep
fundamental yang dipergunakan dalam matematik. Sedangakan filsafat
kematematikan sebagai suatu filsafat berdasarkan matematik, memakai
matematik sebagai pangakal tolak dan sumber ide untuk melakukan
pemikiran filsafat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1985. Filsafat Matematik. Yogyakarta: Supersukses.

Haryono, Didi. 2014. Suatu Tianjauan Epistimologi dan Filosofis Filsafat


matematika. Bandung: Alfabeta.

13

Anda mungkin juga menyukai