Kehadiran Indonesia dalam lingkup organisasi besar seperti PBB ini juga berperan aktif baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangungan PBB, funsi dan peranan Indonesia tersebut
diantaranaya sebagai berikut;
(a) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja sama dalam
konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan Non Blok.
(b) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke Ethiopia pada
waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun
FAO ke-40.
(c) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974.
(d) Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan
Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
(e) Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
(f) Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan jumlah personil
sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang tersebar di 5 Negara.
(g) Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang cinta damai.
(h) Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Mesir segera mengadakan
sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Ararb pada 18 Nove,ber 1946. mereka menetapkan
tentang pengakuan kemerdekaan TI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan
tersebut adalah pengakuan De Jure menurut hukum internasional.
(i) Awal pekan ini Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada
pemilihan yang dilakukan Majelis Hukum PBB melalui pemungutan suara dengan perolehan 158 suara
dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih.
Selain peran penting yang diberikan Indonesia pada PBB, peran penting Indonesia juga diberikan pada
keberlangsungan organisasi se-asia ternggara yakni ASEAN. Peranan Indonesia dalam ASEAN yang
sangat besar tersebut diantaranya sebagai berikut :
(a) Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN pada tanggal 8 Agustus
1967.
(b) Indonesia berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian dalam
masalah Indocina. Indonesia berpendapat bahwa penyelesaian Indocina secara keseluruhan dan
Vietnam khususnya sangat penting dalam menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Pada
tanggal 15-17 Mei 1970 di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk membahas penyelesaian
pertikaian Kamboja. Dengan demikian Indonesia telah berusaha menyumbangkan jasa-jasa baiknya
untuk mengurangi ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik bersenjata di Asia Tenggara.
(c) Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertama ASEAN yang berlangsung
di Denpasar, Bali pada tanggal 23-24 Februari 1976.
(d) Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia ditunjuk sebagai tempat kedudukan Sekretariat Tetap ASEAN
dan sekaligus ditunjuk sebagai Sekretaris Jendral Pertama adalah Letjen. H.R. Dharsono yang kemudia
digantikan oleh Umarjadi Njotowijono.
(e) Indonesia menjadi tempat pembuatan pupuk se-ASEAN, tepatnya di Aceh yang nantinya akan
digunakan negara-negara ASEAN, otomatis Indonesia mendapatkan keuntungan dan juga bisa
mengurangi pengangguran di Indonesia.
(f) Mengikuti kerja sama regional seperti ini maka akan lebih dihormati negara lain, seperti hanya kerja
sama regional yang di Eropa ataupun Timur Tengah, lebih-lebih kalau ASEAN kuar dimata Internasional
(sayangnya di Internasional ASEAN kurang dipandang)
(g) AL-TNI sering melakukan latihan bersama dengan Singapura sehingga akan membuktikan pada
dunia bahwa militer Indonesia masih kuat, dan Indonesia pun melakukan perjanjian Ekstradisi disemua
negara ASEAN, walaupun agak lama untuk mendekati Singapura.
(h) Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan pembentukan
komunitas ASEAN (Asean Community). Komunitas ini mencakup bidang keamanan, sosial –
kebudayaan, dan ekonomi.
(i) Pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia
menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Diantara pertemuan itu adalah pertemuan Tingkat
Menteri ASEAN (Asean Ministerial Meeting), Forum Kawasan ASEAN (Asean Regional Forum),
Pertemuan Kementrian Kawasan mengenai penanggulangan terorisme, dan beberapa pertemuan
lainnya.
(j) Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca gempa bumi dan tsunami pada Januari 2005.
pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan mengatasi bencana tsunami pada 26
Desember 2004.
(k) Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan
untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati
hari jadi ASEAN ke-40
Peran serta indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat pembukaan UUD
1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilaan social. Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian
yang sulit bagi sebagian bangsa disebagian kawasan. Berakhirnya perang dunia II dan perang dingin
yang di tandai dengan pembubaran uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari
konflik bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS dan – US memang tidak terjadi,
namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, balkin dan bekas
Unu Sovyet, afrika, timu tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.
Untuk menjaga perdamaian kawasan konflik PBB membentuk pasukan perdamaian dalam rangka
operasi pemeliharaan perdamaian (OPP). Beberapa conto pasukan perdamaian tersebut.
Keikutsertanan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian pada tahun 1957. pesukan perdamaian Indonesia dinamakan kontingen Garuda. Selain
keikutsertaan melalui kontingen Garuda dalam upaya pemeliharaan perdamaian PBB, Indonesia
tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB sebanyak tiga kali.yaitu:
Periode 1973 – 1974periode 1995 – 1996periode 2007 – 2008
Dukungan yang luas terhadap ke anggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini merupakan cerminan
pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan selama ini dalam upaya dalam
menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan maipun global. Peran dan
kontribusi Indonesia tersebut mencangkup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi
penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957. upaya perdamaian seperti kamboja dan Filipina selatan
dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan di bidang perdamaian dan keamanan.
Serta peran aktif di berbagai forum pembahasan isu pelucutan dan non-proliferasi nuklir.
Dengan tepilh menjadi anggota, berati indonesia akan mengemban kepercayaan masyarat
internasional untuk berpartisipasi menjadi Dewan Keamanan, sebagai badan yang efektif untuk
menghadapi tantangan-tantangan global. Di bidang keamanan dan perdamaian dunia. Keanggotaan
Indonesia di Dewan keamanan merupakan wujut dari upaya di bidang diplomasi untuk melaksanakan
amanat pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang memandatkan indonesia untuk turut seta aktif dalam
upaya menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadialan
sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Seperti halnya individu sebagai makhluk sosial.
Negara tentunya akan memerlukan negara atau komponen yang lain. Bahkan ada pula negara yang
memiliki keterkaitan serta ketergantungan dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik. Jika adanya
keterkaitan antar negara dengan negara lain tersebut tentunya ada sebuah hubungan yang baik. Salah
satunya merupakan negara kita sendiri yaitu negara indonesia dengan negara-negara lain. Dinamakan
masyarakat global, ditandai adanya saling ketergantungan antar bangsa, adanya persaingan yang ketat
dalam suatu kompetisi dan dunia cenderung berkembang kearah perebutan pengaruh antar bangsa, baik
lingkup regional, ataupun lingkup global.
Namun pada kenyataanya masih banyak hubungan yang bertentangan antara negara satu
dengan yang lain. Yang mengakibatkan terjadinya konflik dan terusiknya perdamaian dunia. Konflik
biasanya dipicu dengan adanya masalah dalam hal sosial, ekonomi, politik, agama maupun kebudayaan.
Terjadinya konflik akibat adanya keserakahan, kurang saling menghargai dan mengerti antara satu
dengan yang lain. Dari masalah di atas dalam makalah ini akan membahas mengenai apa yang dimaksud
dengan perdamaian dunia itu sendiri, cara mewujudkan perdamaian dunia serta partisipasi indonesia
dalam perdamaian dunia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Sebagai suatu pendekatan, kondisi dan sebuah doktrin dasar nasional, ketahanan nasional
merupakan strategi pengembangan kemampuan nasional melalui penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang pada seluruh aspek pendidikan. Kemampuan nasional yang dikembangkan
diharapkan mampu menghadapi ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara.
Dalam membahas ketahanan nasional, sekarang ini kita tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
seluruh serta perkembangan kehidupan internasional. Hal ini karena globalisasi dan perkembangan
diluar negara turut mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Globalisasi adalah proses
sosial yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan inovasi tekhnologi serta perkembangan informasi
dan komunikasi.
1) Terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi lintas batas negara.
2) Tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi kapital, tingginya arus investasi, keuangan, dan
perdagangan global.
3) Berkaitan dengan semakin tingginya intesitas perpindahan manusia, barang, jasa, dan pertukaran
budaya yang lintas batas negara.
4) Ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar
bangsa / negara tetapi juga antar masyarakat.
Globalisasi abad XXI diyakini berpengaruh besar terhadap kehidupan suatu bangsa. Globalisasi
akan menimbulkan ancaman dan tantangan yang ditengarai bisa berdampak negatif bagi bangsa dan
negara. Namun, disisi lain globalisasi memberikan peluang yang akan berdampak positif bagi kemajuan
suatu bangsa.
Oleh karena itu, dalam era seluruh ini perlu kita ketahui macam-macam ancaman atau tantangan
apa yang diperkirakan dapat melemahkan posisi negara-bangsa. Perlu disadari bersama bahwa
globalisasi menghadirkan fenomena-fenomena baru yang sebelumnya belum pernah dihadapi oleh
negara-bangsa. Fenomena baru itu misalnya hadirnya perusahaan multinasional, semakin luasnya
perdagangan seluruh, dan persoalan lingkungan hidup.
Dalam mengahadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia memberi respons atau tanggapan yang
dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai jalan keluar baru untuk
perbaikan nasib umat manusia.
b. Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai bentuk baru penjajahan
(kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat transnasional dibidang politik, ekonomi, dan budaya.
c. Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat perkembangan
teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap kritis terhadap akibat negatif globalisasi.
Tampaknya bagi negara-negara Indonesia, globalisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolak.
Berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia menyiratkan bahwa Indonesia ikut serta dalam
arus global. Misalnya dengan ikut serta dalam forum WTO, APEC, dan AFTA. Globalisasi perlu diwaspadai
dan dihadapi dengan sikap arif bijaksana. Salah satu sisi negatif dari globalisasi adalah semakin
menguatnya nilai-nilai materialistik pada masyarakat Indonesia. Disisi lain nilai-nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan
kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar. Sisi negatif ini dimungkinkan karena
masuknya nilai-nilai global. Inilah yang menyebabkan krisis pada jati diri bangsa.
Dalam naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 telah
dimunculkan Program Pengembangan Nilai Budaya. Program ini bertujuan untuk memperkuat jati diri
bangsa ( identitas nasional ) dan memantapkan budaya nasional. Tujuan tersebut dicapai antara lain
melalui upaya memperkokoh ketahanan budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya
asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai
positif dan produktif.
Disamping itu, diupayakan pula pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai
kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, gotong royong, kemandirian, sikap
toleransi, rasa malu, dan tanggung jawab. Tujuan tersebut dilaksanakan pula melalui pengarusutamaan
nilai-nilai budaya pada setiap aspek pembangunan. Kegiatan pokok yang akan ditempuh antara lain
adalah :
2) Revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk didalamnya pengembangan
budaya maritim.
3) Transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan
memperkokoh khazanah budaya bangsa, seperti orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis,
akuntabilitas dan penerapan iptek.
B. Pengertian Perdamaian Dunia
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama, perdamaian
adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua, perdamaian adalah
transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa
kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif tanpa
kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman
tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat
secara langsung. Batasan seperti ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau
perusakan fisik semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ. Perdamaian bukan sekedar
soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih jauh dari itu perdamaian
seharusnya mengandung pengertian keadilan dan kemajuan. Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila
tingkat penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan keadaan putus harapan tidak diminimalisir.
Perdamaian bukan soal penggunaan metode kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan,
tapi semestinya dapat menciptakan sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat sebelah
bagi pihak yang kuat tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia
merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian itu sulit. Paradigma bahwa
mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus membelenggu fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala
upaya perdamaian itu sendiri. Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan peperangan?
Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang mana demi kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih
baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa Indonesia khususnya dan seluruh Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.
Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar terwujudkan. Tentu yakin saja
tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara
di seluruh penjuru dunia. Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna menciptakan
perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir kesepakatan atau semacam perjanjian bersama
yang selama ini belum banyak mampu merubah keadaan.
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi mewujudkan perdamaian dunia,
antara lain:
Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan
percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami
karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa
mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara
yang paling efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di
masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu
saja lebih rawan konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan “tidak perduli”
atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat
susah”, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu
adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia.
Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-negara maju pada
saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling
berkonflik agar bersedia berdamai kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka
terus dibeli.
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya perdamaian. Sebab saya kira tidak ada
agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya
kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian
dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki
karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.
Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-masalah yang terjadi dan sering
menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang kurang memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi
perdamaian dunia adalah kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.
Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan berjuang demi
mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois dan selalu menghargai
orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri tanpa memikirkan dampaknya
terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan
tersebut, akan menjadi awal mula bisa terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan
juga diiperlukan kesadaran. Maksud dari kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi
sekitar kita. Contohnya dengan :
Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat, agama, ras, dan status
sosial.
Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan baik, sehingga
perdamaian dunia akan cepat terwujud.
D. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia
Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara lain ASEAN,
EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang lainnya, Indonesia juga peran serta
Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu
dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Disisi lain, konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan
bangsa negara Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat manusia
termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima besar dunia,
sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dunia. Peran
serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia memang sudah bukan hal yang baru.
Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya
untuk terlibat aktif melaksanakan ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia
telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan lingkungan strategis serta
komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah dan profesionalitas
para pejuang perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda maupun civilian experts telah
menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi
mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi apresiasi yang tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang
saat ini bertugas di misi PBB, tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam
keterlibatan dan dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas
dunia.
Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian bangsa di
berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang ditandai pembubaran Uni Sovyet
tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua
negara raksasa – AS dengan US – memang tidak terjadi, namun perang kecil dan konflik justru
berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur Tengah, perang
dan berbagai jenis konflik lain terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang serius diharapkan
oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), sebagai organisasi
internasional terbesar saat ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Dewan
Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar
negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan perdamaian dalam
rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa contoh pasukan perdamaian tersebut,
sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk
perdamaian Vietnam Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan perdamaian PBB sebagai
pengawas pertikaian senjata.
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Korea
Utara, dan Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk
perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan), yaitu pasukan perdamaian
PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Kongo.
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu pasukan perdamaian PBB
untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan perdamaian PBB di Kroasia.
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian PBB di Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan perdamaian PBB di FYROM
(Macedonia).
k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB di Liberia.
Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia
dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun peranannya baik dalam
bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian
sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia
adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi
pemeliharaan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal
dengan nama Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah
diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957. Adapun samapai sekarang ini
Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai bagian dari UNFIL ( Pasukan
Perdamaian PBB di Libanon ) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB, Indonesia
tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali
menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini merupakan
cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan Indonesia selama ini
dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Peran
dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi
penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan
Filipina Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian
dan keamanan, serta peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi
nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan masyarakat
internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai badan yang efektif untuk
menghadapi tantangan – tantangan global dibidang perdamaian dan keamanan saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya dibidang diplomasi
untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang memandatkan Indonesia untuk turut
serta secara aktif dalam upaya menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Sistem Pertahanan dan Keamanan negara adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang
komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional untuk mewujudkan
kemampuan dalam upaya pertahanan dan keamanan negara dalam mencapai tujuan nasional.
Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini:
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII berjudul "Pertahanan dan Keamanan Negara". Dalam bab
itu, Pasal 30 Ayat (1) menyebut tentang hak dan kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2) menyebut "usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung".
Keterlibatan pasukan TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia sesuai dengan ketentuan
hukum nasional. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyebutkan bahwa
salah satu tugas TNI adalah melaksanakan kebijakan pertahanan negara yang salah satunya ikut serta
secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Selanjutnya, Undang-
Undang No.34 Tahun 2004 tentang TNI lebih mempertegas lagi dimana disebutkan bahwa salah satu
tugas pokok TNI dalam Operasi Militer.
Selain Perang adalah Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia. Tentunya pelaksanaan dari
penugasan tersebut selalu dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia serta
ketentuan yang berlaku dalam hukum nasional.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut:
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga
negara yang dilandasi asas:
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu diusahakan dengan cara-cara
damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan dalam keadaan terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung pengertian tidak agresif dan
tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif yang mengandung pengertian sedini mungkin
mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya
ancaman.
5. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan kemerdekaan bersifat
kerakyatan dan kesemestaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi negara dalam era global
dipengaruhi seluruh serta perkembangan kehidupan internasional. Hal ini karena globalisasi dan
perkembangan diluar negara turut mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Globalisasi
adalah proses sosial yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan inovasi teknologi serta
perkembangan informasi dan komunikasi.
Perdamaian dunia merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara
di seluruh dunia. Upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia dilakukan dalam pendekatan budaya,
pendekatan sosial dan ekonomi, pendekatan politik dan pendekatan kebudayaan. Lembaga yang
membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara lain ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF,
UNDP, IDA dan masih banyak yang lainya. Selain itu, dengan melaksanakan amanat Pembukaan UUD
1945 Alenia IV Indonesia berpartisipasi dalam perdamaian dunia.
by
Comments (0)
Please log in to add your comment.
Report abuse
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau disingkat PBB secara resmi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945.
Pemrakarsa berdirinya PBB adalah Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt dan Perdana
Menteri Inggris Sir Winston Churchill.
Badan Khusus PBB
1. FAO (Food and Agriculture Organization) adalah organisasi pangan dan pertanian.
2. GATT (General Agreement on Tariff and Trade) adalah persetujuan umum tarif dan perdagangan.
3. IAEA (International Atomic Energy Agency) adalah badan tenaga atom internasional.
4. IBRD (International Bank of Recontruction and Development) adalah bank rekonstruksi dan
pembangunan internasional.
5. ICAO (International Civil Aviation Organization) adalah organisasi penerbangan sipil internasional.
6. IDA (International Development Association) adalah perhimpunan pembangunan sipil internasional.
7. IFC (International Finance Corporation) adalah koperasi keuangan internasional.
8. ILO (International Labour Organization) adalah organisasi perburuhan internasional.
9. IMCO (Intergovernment Maritime Consultative Organization) adalah organisasi konsultasi maritim
antarpemerintah.
10. IMF (International Monetary Fund) adalah lembaga dana internasional.
11. ITU (International Telecomunication Union) adalah uni telekomunikasi internasional.
12. UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) adalah konferensi perdagangan
dan pembangunan PBB.
13. UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) adalah organisasi
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
14. UNICEF (United Nations Children’s Fund) adalah organisasi Perserikatan Bangsa- Bangsa yang
khusus menangani masalah anak-anak.
15. UNDP (United Nations Development Programme) adalah program pembangunan PBB.
16. UNHCR (United Nations High Commisioner for Refuges) adalah komisi tinggi PBB urusan
pengungsian.
17. WHO (World Health Organization) adalah organisasi kesehatan internasional.
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung merupakan proses awal lahirnya Geakan Non-Blok (GNB). KAA
tersebut diselenggarakan pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan
kepala pemerintahan dari Benua Asia dan Afrika yang baru saja mencapai kemerdekaannya.
ASEAN
ASEAN atau Association of South East Asia Nations merupakan organisasi internasional yang bersifat
regional, yaitu hanya beranggotakan negara-negara Asia Tenggara. ASEAN lahir pada tanggal 8
Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok.
ANGGOTA ASEAN
1. Filipina (negara pendiri ASEAN)
2. Indonesia (negara pendiri ASEAN)
3. Malaysia (negara pendiri ASEAN)
4. Singapura (negara pendiri ASEAN)
5. Thailand (negara pendiri ASEAN)
6. Brunei Darussalam bergabung pada (7 Januari 1984)
Vietnam bergabung pada (28 Juli 1995)
Laos bergabung pada (23 Juli 1997) (Laos dan Myanmar bergabung pada waktu yang sama)
Myanmar bergabung pada (23 Juli 1997) (Laos dan Myanmar bergabung pada waktu yang sama)
Kamboja bergabung pada (30 April 1999)
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di
belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang
terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi
maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur
dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara Asia dan Afrika agar menjadi pendukung
mereka. Hal ini mengakibatnkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung
diantara dua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan nama “Perang Dingin”.
Timbulnya pergolakan di dunia disebabkan pula masih adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia
dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa
Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrika menjadi negara merdeka dan
banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan
Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika.
Beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa
penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan.Sementara itu bangsa-bangsa di dunia,
terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya senjata nuklir
yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa Asia Afrika yang telah merdeka pun
masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik divide et impera) dan
perang dingin antara Blok dunia tersebut. Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsimenanganimasalah-masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil
Sedangkan kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar diderita oleh bangsa-
bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilangka) Sir Jhon Kotelawala mengundang para Perdana
Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali)
Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang
kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954.
Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.Yang menarik perhatian para
peserta konferensi, diantaranya pernyataan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroamidjojo:
” Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia. Kita sekarang
berada dipersimpangan jalan sejatah umat manusia. Oleh karena itu kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia
bertemu disini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang
kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain
yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia .Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak terjadi
hanya di negara-negara Asia yang terwakili disini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika dan Asia
Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima
oleh semua konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan. Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo
untuk memenuhi undangan Perdana Menteri Srilangka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan
Pemerintah Indonesia . Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di
negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr.Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di
Tugu (Bogor) pada tanggal 9 Sampai dengan 22 Maret 1954. Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir
Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk
mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat
Konferensi Kolombo telah menugaskan Indonesia agar menjajaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia
Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran
diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara
tersebut terhadap ide mengadakan konferensi tersebut. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi
menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah pelaksanaan konferensi.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma/Myanmar,
Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember
1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika.Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas
penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya. Undangan
kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara. Negara-negara
yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu: Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat
Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia,
Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muangthai), Turki, Republik Demokrasi Vietnam
(Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman. Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.
Mengingat negara-negara yang akan diundang mempunyai politik luar negeri serta sistem politik dan sosial yang
berbeda-beda. Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam konferensi Asia Afrika
tidak berarti bahwa negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status
dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula asas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup
sesuatu negara sekali-sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain.
Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka
masing-masingGedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang Konferensi. Hotel Homann, Hotel
Preanger, dan 12 (duabelas) hotel lainnya serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai
tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang. Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan
terakhir di Bandung pada tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung
Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya
Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada Kepala Pemerintahan 25
(dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak
undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu masih dikuasai
oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan
itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di
Pada tanggal 18 April 1955 Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Gedung Merdeka Bandung. Konferensi dimulai
pada jam 09.00 WIB dengan pidato pembukaan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sidang-sidang
selanjutnya dipimpin oleh Ketua Konferensi Perdana Menteri RI Ali Sastroamidjojo.Konferensi Asia Afrika di Bandung
melahirkan suatu kesepakatan bersama yang merupakan pokok-pokok tindakan dalam usaha menciptakan
perdamaian dunia. Ada sepuluh pokok yang dicetuskan dalam konferensi tersebut, maka itu disebut Dasasila
Bandung.
Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan, serta asas-asas kemanusian yang termuat dalam
piagam PBB.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa besar maupun kecil.
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai
lain.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai seperti perundingan, persetujuan, dan lain-
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan supaya kelima negara
penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari konferensi ini, dengan meminta
pendapat negara-negara peserta lainnya. Tetapi usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu
mengalami hambatan yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah
(Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu tidak jadi. Konferensi Asia Afrika di Bandung,
telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam
menghadapi masalah internasional maupun masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan
Afrika beberapa kali diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia
Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah
sejumlah negara merdeka di benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa
Sila Bandung semakin merasuk kedalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya
telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga
atau “Non-Aligned” terhadap dunia pertamanya Washington dan Dunia keduanya Moscow.
Dengan diselenggarakannya KAA di Bandung, kota Bandung menjadi terkenal di seluruh dunia. Semangat
perdamaian yang dicetuskan di kota Bandung dijuluki “semangat Bandung” atau “Bandung Spirit”. Untuk
mengabadikan peristiwa sejarah yang penting itu jalan protokol di kota Bandung yang terbentang di depan gedung
Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Align Movement(NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara
dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri
yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Gerakan Non
Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Mayoritas negara-negara
anggota GNB adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya di era 1950-an negara–negara di dunia terpolarisasi dalam dua blok,
yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet. Pada saat itu
terjadi pertarungan yang sangat kuat antara Blok Barat dan Timur, era ini dikenal sebagai era perang dingin (Cold
War) yang berlangsung sejak berakhirnya PD II hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1989. Pertarungan antara
Blok Barat dan Timur merupakan upaya untuk memperluas sphere of dan sphere of influence. Dengan sasaran
Dalam pertarungan perebutan pengaruh ini, negara-negara dunia ketiga (di Asia, Afrika, Amerika Latin) yang
mayoritas sebagai negara yang baru merdeka dilihat sebagai wilayah yang sangat menarik bagi kedua blok untuk
menyebarkan pengaruhnya. Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik terutama di Asia,
seperti Perang Korea, dan Perang Vietnam. Dalam kondisi seperti ini, muncul kesadaran yang kuat dari para
pemimpin dunia ketiga saat itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.
Indonesia bisa dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi ini. Lahirnya
organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga
terutama dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu karena adanya persaingan antara
Blok Barat dan Blok Timur. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan
Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952,
dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal
bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika / KAA di Bandung pada 18 April-25 April 1955 yang dihadiri oleh
KAA di Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Tujuan KAA adalah mengidentifikasi dan mendalami
masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru
merdeka tersebut pada tataran hubungan internasional. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati
kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul
Naser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan
Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.
Adanya ketegangan dunia yang semakin meningkat akibat persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, yang
dimulai dari pecahnya perang Vietnam, perang Korea, dan puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, yang hampir saja
memicu Perang Dunia III, mendorong para pemimpin negara-negara Dunia Ketiga untuk membentuk sebuah
organisasi yang diharapkan bisa berperan mengurangi ketegangan politik dunia internasional saat itu.
Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd,
Yugoslavia 1-6 September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam KTT I tersebut, negara-
negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk
menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama diantara mereka. Pada KTT I ini
juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk
memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran
sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggararakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila
Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam
mengawali pendirian GNB. Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan kedalam yaitu
mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju.
Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan
keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negera-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT). Pokok pembicaraan utama adalah membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwa-peristiwa internasional yang membahayakan
Dalam perjalanan sejarahnya sejak KTT I di Beograd tahun 1961, Gerakan Non Blok telah 16 kali menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir KTT XVI yang berlangsung di Teheran pada Agustus 2012. Indonesia
sebagai salah satu pendiri GNB pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT GNB yang ke X pada tahun 1992.
KTT X ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada September 1992 – 7 September 1992, dipimpin oleh Soeharto.
KTT ini menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah, seperti hak azasi
manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin. KTT ini dihadiri oleh lebih dari 140
delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini juga dihadiri oleh Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali
internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu
mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak
pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2014 Indonesia telah mengirimkan kontingen
Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957. Pengiriman
Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang
dilakukan oleh Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi
meluas dan melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam masalah Suez. Pada
bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini
mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak pihak-pihak yang
Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Kanada Lester B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB
untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada tanggal 5 November 1956
Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces(UNEF). Pada tanggal
8 November Indonesia menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.Sebagai
pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan yang berkuatan satu detasemen (550 orang)
yang terdiri dari kesatuan-kesatuan Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk
UNEF yang diberinama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.
Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen untuk diperbantukan kepada United Nations Operations for
the Congo(UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini terkait munculnya konflik di Kongo
(Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia yang
justru memicu pecahnya perang saudara. Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB
membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini di sebut “Garuda II” yang terdiri atas
Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut. Pasukan Garuda II berangkat dari
Jakarta tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan tugasnya pada bulan Mei 1961. Tugas pasukan Garuda II di
Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda III yang bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan
Agustus 1964.
Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut, ketika meletus perang saudara antara
Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim
pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas politik di kawasan Indocina
yang terus bergolak akibat perang saudara tersebut, PBB membentuk International Commission of Control and
Supervission (ICCS) sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini terdiri atas
empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia. Tugas ICCS adalah mengawasi pelanggaran yang
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai Pasukan Garuda IV yang berkekuatan 290
pasukan, bertugas di Vietnam dari bulan Januari 1973, untuk kemudian diganti dengan Pasukan Garuda V, dan
kemudian pasukan Garuda VII. Pada tahun 1975 Pasukan Garuda VII ditarik dari Vietnam karena seluruh Vietnam
Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan lagi dengan kurang lebih 7000 anggota
yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panam, Senegal, Ghana dan
Indonesia. Kontingen Indonesia semula berfungsi sebagai pasukan pengamanan dalam perundingan antara Mesir
dan Israel. Tugas pasukan Garuda VI berakhir 23 September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia semakin
berperan aktif, ditandai dengan didirikannya Indonesian Peace Security Centre(IPSC/Pusat Perdamaian dan
Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat unit yang mengelola kesiapan pasukan yang
4. Pembentukan ASEAN
ASEAN
Menjelang berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia, beberapa pemimpin bangsa-bangsa Asia Tenggara semakin
merasakan perlunya membentuk suatu kerjasama regional untuk memperkuat kedudukan dan kestabilan sosial
ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal 5-8 Agustus di Bangkok dilangsungkan pertemuan antarmenteri
luar negeri dari lima negara, yakni Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), S Rajaratman (Singapura),
Narciso Ramos (Filipina) dan tuan rumah Thanat Khoman (Thailand). Pada 8 Agustus 1967 para menteri luar negeri
Deklarasi tersebut merupakan persetujuan kesatuan tekad kelima negara tersebut untuk membentuk suatu
organisasi kerja sama regional yang disebut Association of South East Asian Nations (ASEAN).
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di Asia Tenggara.
3.Memajukan kerjasama aktif dan saling membantu di negara- negara anggota dalam bidang ekonomi, sosial,
4. Menyediakan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan penelitian.
5. Kerjasama yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, pengangkutan, komunikasi serta
7. Memelihara dan meningkatkan kerjasama yang bermanfaat dengan organisasi-organisasi regional dan
Dari tujuh pasal Deklarasi Bangkok itu jelas, bahwa ASEAN merupakan organisasi kerjasama negara-negara Asia
Tenggara yang bersifat non politik dan non militer. Keterlibatan Indonesia dalam ASEAN bukan merupakan suatu
penyimpangan dari kebijakan politik bebas aktif, karena ASEAN bukanlah suatu pakta militer seperti SEATO
misalnya. ASEAN sangat selaras dengan tujuan politik luar negeri Indonesia yang mengutamakan pembangunan
ekonomi dalam negeri, karena terbentuknya ASEAN adalah untuk mempercepat pembangunan ekonomi, stabilitas
sosial budaya, dan kesatuan regional melalui usaha dengan semangat tanggungjawab bersama dan persahabatan
Kerjasama dalam bidang ekonomi juga merupakan pilihan bersama para anggota ASEAN. Hal itu disadari karena
negara-negara ASEAN pada saat itu adalah negara-negara yang menginginkan pertumbuhan ekonomi. Meskipun
demikian kerja sama dalam bidang lain seperti bidang politik dan militer tidak diabaikan. Indonesia dan Malaysia
misalnya melakukan kerja sama militer untuk meredam bahaya komunis di perbatasan kedua negara di Kalimantan.
Malaysia dan Thailand melakukan kerja sama militer di daerah perbatasannya untuk meredam bahaya komunis.
Akan tetapi Deklarasi Bangkok dengan tegas menyebutkan bahwa pangkalan militer asing yang berada di negara
anggota ASEAN hanya bersifat sementara dan keberadaannya atas persetujuan negara yang bersangkutan.Pada
masa-masa awal berdirinya ASEAN telah mendapat berbagai tantangan yang muncul dari masalah-masalah negara
anggotanya sendiri. Seperti masalah antara Malaysia dan Filipina menyangkut Sabah, sebuah wilayah di
Borneo/Kalimantan Utara. Kemudian persoalan hukuman mati dua orang anggota marinir Indonesia di Singapura,
Akan tetapi, semua pihak yang terlibat dalam permasalahan-permasalahan tersebut dapat meredam potensi konflik
yang muncul sehingga stabilitas kawasan dapat dipertahankan.Aktivitas ASEAN dalam bidang politik yang menonjol
adalah dengan dikeluarkannya Kuala Lumpur Declarationpada 27 November 1971. Deklarasi tersebut merupakan
pernyataan kelima menteri Luar Negeri ASEAN yang menyatakan bahwa Asia Tenggara merupakan zone of peace,
freedom and neutrality(ZOPFAN)/Zona Bebas Netral, bebas dari segala campur tangan pihak luar. Dalam Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN yang pertama di Bali pada 1976 masalah kawasan Asia Tenggara sebagai wilayah damai,
bebas dan netral telah berhasil dicantumkan dalam “Deklarasi Kesepakatan ASEAN” dan diterima sebagai program
anggotanya sendiri, seperti potensi konflik yang telah dijelaskan sebelumnya. Tantangan ASEAN pada awal
berdirinya adalah masalah keraguan dari beberapa negara-negara anggotanya sendiri. Singapura misalnya,
menampakan sikap kurang antusias terhadap ASEAN, sementara Filipina dan Thailand meragukan efektivitas
ASEAN dalam melakukan kerja sama kawasan. Hanya Indonesia dan Malaysia yang menunjukkan sikap serius dan
Selain sikap meragukan yang muncul dari beberapa negara anggotanya, tantangan lainnya adalah munculnya citra
kurang menguntungkan bagi ASEAN dari beberapa negara luar. RRC menuduh bahwa ASEAN merupakan suatu
proyek “pemerintah fasis Indonesia” yang berupaya menggalang suatu kelompok kekuatan di kawasan Asia
Tenggara yang menentang Cina dan komunisme. RRC juga menuduh bahwa dalang dari kegiatan yang diprakarsai
oleh “pemerintah fasis Indonesia” tersebut adalah Amerika Serikat. Uni Soviet tidak menunjukkan sikap
penentangan, tetapi menganjurkan agar ASEAN digantikan oleh sebuah lembaga keamanan bersama bangsa-
bangsa Asia, yaitu Asian Collective Security System. Citra kurang menguntungkan dari ASEAN juga muncul dari
Jepang. Jepang bahkan meramalkan ASEAN akan bubar dalam waktu yang singkat. Sikap dan penilaian berbeda dari
negara luar ASEAN muncul dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Mereka menyambut positif
berdirinya ASEAN. Hal itu dapat dipahami karena negara-negara Barat sangat menginginkan suatu kawasan damai
dan perkembangan ekonomi di kawasan tersebut untuk meredam bahaya komunisme di Asia Tenggara.
Keraguan beberapa negara anggota ASEAN sendiri dapat dimaklumi karena pada masa 1969-1974 dapat dikatakan
sebagai tahap konsolidasi ASEAN. Pada tahap tersebut secara perlahan rasa solidaritas ASEAN terus menebal dan
hal itu menumbuhkan keyakinan bahwa lemah dan kuatnya ASEAN tergantung partisipasi negara-negara
anggotanya. Pada perjalanan selanjutnya ASEAN mulai menunjukkan sebagai kekuatan ekonomi yang mendapat
tempat di wilayah Pasifik dan kelompok ekonomi lainnya di dunia seperti Masyarakat Ekonomi Eropa dan Jepang.
Bidang sosial dan budaya pun menjadi perhatian ASEAN, melalui berbagai aktivitas budaya diupayakan untuk
memasyarakatkan ASEAN terutama untuk kalangan remaja, seniman, cendikiawan dan berbagai kelompok
masyarakat lainnya di negara-negara anggota. Untuk itu, ASEAN pada 1972 telah membentuk suatu Panitia Tetap
Sosial-Budaya.Perkembangan organisasi ASEAN semakin menunjukkan perkembangan yang positif setelah dalam
KTT pertama di Bali pada 1976 dibentuk Sekretariat Tetap ASEAN yang berkedudukan di Jakarta. Pada sidang
tahunan Menteri Luar Negeri ASEAN di Manila tanggal 7 Juni 1976, H.R. Dharsono (Sekretaris Jenderal Nasional
ASEAN Indonesia) ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal ASEAN yang pertama. Akan tetapi karena persoalan politik
dalam negeri Indonesia, H.R. Dharsono ditarik dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal ASEAN dan digantikan
Pada KTT ASEAN di Bali tahun 1977 telah memperkuat Deklarasi Kuala Lumpur dan telah berhasil menetapkan
prinsip-prinsip program kerja dalam usaha bersama untuk menciptakan stabilitas politik, memperat kerjasama
ekonomi, sosial dan budaya. KTT Bali telah berhasil menetapkan cara-cara yang lebih kongkret dan terperinci dan
usaha-usaha kerja sama regional ASEAN. Tindak lanjut dari KTT di Bali tersebut adalah dilakukannya sidang
menteri-menteri ekonomi ASEAN di Kuala Lumpur pada 8-9 Maret 1977 untuk melaksanakan keputusan-keputusan
KTT ASEAN di bidang kerjasama ekonomi. Dalam sidang menteri-menteri ekonomi tersebut disetujui asas saling
membantu antarnegara ASEAN dalam bidang pangan dan energi, terutama dalam soal pengadaan dan
produksinya.
Secara kongkrit masing-masing negara ASEAN membangun lima buah proyek bersama. Kerjasama yang dimaksud
adalah koordinasi antara satu dengan lainnya. Dalam bidang perdagangan telah disepakati untuk mengambil
langkah-langkah bersama guna mengadakan dialog dengan negara-negara Australia, Kanada, Amerika Serikat,
Jepang, negara-negara Timur Tengah, Eropa Timur, Masyarakat Ekonomi Eropa dan berbagai kelompok negara
lainnya.
Kerjasama antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu upaya kongkret Indonesia untuk
menciptakan stabilitas kawasan. Indonesia menyadari kenyataan bahwa kerjasama regional itu tidak akan berhasil
meningkatkan kemakmuran nasional dan regional bangsa-bangsa di Asia Tenggara dengan sebaik-baiknya, jika
tidak ada keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut. Itulah sebabnya Indonesia senantiasa berusaha membantu
pihak-pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat bahwa
penyelesaian Indocina secara keseluruhan dan Vietnam khususnya sangat penting artinya dalam rangka
menyelenggarakan konferensi untuk menyelesaikan masalah Kamboja dalam rangka mencegah semakin luasnya
perang Vietnam. Atas inisiatif Indonesia, diselenggarakan suatu konferensi di Jakarta pada 15-17 Mei 1970 yang
dihadiri oleh sebelas negara yaitu Indonesia, Malaysia, Laos, Vietnam Selatan, Filipina, Jepang, Korea Selatan,
Thailand, Singapura, Australia dan Selandia Baru. Konferensi tersebut tidak membuahkan hasil secara kongkrit,
Indonesia telah berupaya untuk menyumbangkan jasa baiknya guna meredam potensi konflik dan konflik
bersenjata di Asia Tenggara.Indonesia berpandangan bahwa negara-negara di Asia Tenggara paling berkepentingan
dan bertanggungjawab terhadap pemeliharaan keamanan di kawasannya. Oleh karena itu, bangsa-bangsa di Asia
Tenggara harus mencegah dan menghalau setiap campur tangan asing yang negatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
Pada masa pemerintahan Soeharto, Indonesia bisa dikatakan adalah pemimpin ASEAN, kebijakan-kebijakan
ekonomi ASEAN sangat tergantung dari cara Indonesia bersikap. Peran sebagai pemimpin ASEAN sempat memudar
saat terjadi krisis ekonomi karena Indonesia sedang mengalami masalah ekonomi dalam negeri serta situasi politik
dalam negeri yang belum stabil dalam rangka menuju demokratisasi. Indonesia kembali berperan di era
pemerintahan
Presiden SBY. Melalui momentum terpilihnya Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2011. Indonesia mulai
mengarahkan ASEAN untuk mencapai suatu komunitas ekonomi yang kokoh di tahun 2015. Indonesia mengarahkan
capaian implementasi Piagam ASEAN dan Cetak Biru Komunitas ASEAN 2015.Sebagai ketua ASEAN tahun 2011,
Indonesia menunjukan kepemimpinan dalam mendorong tercapainya tiga prioritas. Pertama adalah kemajuan yang
signifikan dalam pencapaian komunitas ASEAN 2015. Kedua adalah dipeliharanya kondisi kawasan Asia-Pasifik yang
aman dan stabil. Serta yang ketiga adalah menggulirkan visi ASEAN untuk sepuluh tahun mendatang sesuai tema
masa reformasi, serta peran aktif Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia baik di tingkat regional dan
global. Peran tersebut sesuai dengan komitmen bangsa sebagaimana tertuang dalam alinea ke empat UUD 1945,
yang menekankan pentingnya peran Indonesia dalam ikut serta mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
hubungan internasional, peran Indonesia dalam organisasi PBB, peran Indonesia dalam organisasi Internasional.
Sebagaimana anggota PBB lainnya , Indonesia berkewajiban mematuhi aturan-aturan yang berlaku, misalnya:
Di samping itu Indonesia juga berpartisipasi dalam usaha perdamaian dunia, seperti berikut.
a. Tanggal 2 Januari 1957 - 6 September 1957, Pasukan Garuda I dikirim ke Timur Tengah.
b. Tanggal 10 September 1960 – Mei 1961, Pasukan Garuda II dikirim ke Kongo (sekarang Zaire) sebagai pasukan
c. Tanggal 3 Desember 1964 – Agustus 1964, Pasukan Garuda III dikirim ke Katanga, salah satu provinsi di Kongo
d. Tanggal 23 Januari 1973 – Agustus 1973, Pasukan Garuda IV dikirim ke Vietnam, untuk mengawasi gencatan
e. Agustus 1973 – April 1974, Pasukan Garuda V dikirim ke Vietnam Selatan dengan tugas seperti yang dilakukan
f. Desember 1973 – September 1974, Pasukan Garuda VI dikirim ke Timur Tengah untuk mengawasi gencatan
senjata antara Mesir dan Israel.
g. April 1974, Pasukan Garuda VII kembali dikirim ke Vietnam Selatan dengan tugas yang sam dengan pasukan
Garuda IV.
h. Pasukan Garuda VIII kembali dikirim ke Timur Tengah. Pasukan ini dikirim secara bergelombang mulai tahun 1974
i. Pasukan Garuda IX bertugas di wilayah Irak pada tahun 1988 untuk menjaga keamanan dan mengawasi
gencatan senjata perang Iran – Irak
j. Kontingen kepolisian RI bertugas di Namibia, Afrika pada tahun 1989 untuk membantu PBB mengawasi
pelaksanaan pemilihan umum.
k. Pasukan Garuda XI bertugas di Kamboja pada tahun 1991 untuk mengawasi gencatan senjata dan
keamanan serta ketertiban.
l. Pasukan Garuda XII bertugas di Kamboja pada tahun 1992 untuk menciptakan ketertiban dan
mengawasi pelaksanaan pemilihan umum.
a. Membantu Indonesia dalam menyelesaikan persengketaan Indonesia dan Belanda dengan cara:
b. Membantu Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat dengan membentuk UNTEA.
c. Bantuan-bantuan lain dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesehatan, pertanian dan
sebagainya
Setiap negara di dunia memiliki falsafah hidup, struktur pemerintahan, tata masyarakat, kepentingan nasional
dan potensi ekonomi yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang menjadi alasan perlu dilakukannya hubungan
kerjasama dengan Negara lain. Singkatnya, antara Negara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan saling
kebergantungan.
Agar hubungan antarnegara dapat mendatangkan manfaat bagi kelangsungan hidup dan kedaulatan suatu
Negara, maka suatu Negara harus memiliki kebijakan sebagai suatu landasan keterlibatan Negara dalam menjalin
hubungan antarnegara. Landasan atau pedoman penting dilakukan karena berdampak pada bangsa dan Negara
yang bersangkutan.
Hubungan luar negeri yang dilakukan oleh Indonesia berdasar atas berbagai sumber-sumber hukum yaitu
Pancasila dan UUD 1945, RPJM, berbagai kebijakan yang bersifat operasional seperti Keppres dan Kebijakan
Menteri Luar Negeri.
Menentang penjajahan dalam segala bentuknya dan bekerja secara saling menguntungkan dalam bidang
politik, ekonomi dan sosial;
Hidup berdampingan secara damai dan bertetangga baik dengan menghormati keadaulatan masing-
masing serta tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing Negara.
Memajukan hubungan dan kerjasama internasional sebagai perwujudan kebijaksanaan politik luar negeri
yang bebas aktif yang diabadikan untuk kepentingan nasional. (Affandi, 1997 : 130)
Kelima prinsip itulah yang menjadi pedoman keterlibatan Indonesia dalam hubungan antarbangsa. Bagi
Indonesia, yang menjadi landasan atau pedoman keterlibatan Indonesia dalam menjalin hubungan dengan negara
lain adalah prinsip-prinsip politik luar negeri Indonesia. Keterlibatan ini dimanifestasikan melalui keikutsertaan
Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional dan organisasi internasional.
Berikut adalah beberapa contoh peran indonesia di dunia internasional dalam kerjasama regional terkini-
khususnya ASEAN- dalam rangka menunjang kepentingan nasional di berbagai bidang dan sebagai upaya untuk
menciptakan perdamaian dunia.
Artikel terkait :
Tujuan ASEAN
Fungsi ASEAN
Peran Indonesia dalam ASEAN terkini yang disarikan dari laman Kementerian Luar Negeri Indonesia adalah :
1. Indonesia berperan aktif dalam kerjasama regional di berbagai bidang seperti ASEAN, APEC, FEALAC,
Asia Cooperation Dialogue (ACD), Asia Middle-East Dialogue (AMED), New Asian-African Strategic Partnership
(NAASP), Southwest Pacific Dialogue (SwPD), dan Indian Ocean Rim Association (IORA).
2. Indonesia kembali menjadi tuan rumah APEC dan terpilih sebagai ketua pada tahun 2013. Indonesia
pernah menjadi ketua APEC sebelumnya pada tahun 1994.
3. Indonesia menjadi tuan rumah FEALAC The 6th FEALAC Foreign Ministers Meeting yang diselenggarakan
di Bali Tahun 2013.
4. Berpartisipasi aktif dalam kerja sama ASEAN di bidang politik-keamanan, ekonomi, sosial budaya dan
pembangunan.
5. Prakarsa pembentukan ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) oleh Indonesia telah
direalisasikan oleh seluruh negara anggota ASEAN dan saat ini Sekretariat AIPR berkedudukan di Jakarta.
Sponsors Link
10. Amerika Serikat dan Rusia bergabung dalam East Asia Summit atas upaya Indonesia.
11. Terkait upaya pengembangan hubungan eksternal ASEAN, Indonesia mengusulkan adanya kemitraan
yang lebih sejajar dan saling menguntungkan antara ASEAN dengan mitra wicaranya, maupun dengan pihak
eksternal lainnya (Second Generation Partnership).
12. Untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Masyarakat ASEAN, Indonesia mengusulkan elemen-
elemen pokok ASEAN Community’s Post 2015 Vision yang menjadi dasar penyusunan Visi Masyarakat ASEAN
Pasca 2015.
13. Di bidang kerja sama ekonomi ASEAN, Indonesia menggagas dibentuknya ASEAN Framework on
Equitable Economic Development (AFEED) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
14. Indonesia menggagas penyusunan Declaration on ASEAN Unity in Cultural Diversity: Towards
Strengthening ASEAN Community.
15. Indonesia berperan aktif dalam kerja sama penanggulangan bencana alam di ASEAN melalui
pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) di
Jakarta.
Baca juga : Peran Indonesia dalam Organisasi ASEAN dan PBB – Keuntungan Indonesia dengan Bergabung dalam
ASEAN. – Peran Indonesia Dalam Gerakan Non Blok – Manfaat AFTA bagi Negara-negara Anggotanya – Manfaat
AFTA bagi Perekonomian Indonesia
Pembentukan Masyarakat ASEAN dilandasi oleh tiga pilar, yaitu Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi, dan Pilar
Sosial Budaya guna mempererat ASEAN dalam menghadapi perkembangan politik internasional.
Koordinasi kerja sama ketiga pilar tersebut dilakukan melalui Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating
Council/ACC) yang terdiri dari Menteri Luar Negeri ASEAN. ACC bertemu sekurang-kurangnya dua kali setahun
dengan tugas mengoordinasikan tiga Dewan Masyarakat ASEAN yang terdiri dari Dewan Masyarakat Politik-
Keamanan (ASEAN Political Security Community Council/APSCC), Dewan Masyarakat Ekonomi (ASEAN Economic
Community Council/AECC) dan Dewan Masyarakat Sosial Budaya (ASEAN Socio-Cultural Community
Council/ASCCC).
Sponsors Link
berkoordinasi dengan Dewan Masyarakat ASEAN untuk meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi,
dan kerja sama antarDewan,
mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal mengenai fungsi dan kegiatan Sekretariat ASEAN serta
badan relevan lain,
menyetujui pengangkatan dan pengakhiran masa jabatan para Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN
berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal, dan
menjalankan tugas lain yang diatur dalam Piagam ASEAN atau fungsi lainnya seperti yang ditetapkan
oleh KTT ASEAN.
(a) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja sama
dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan Non Blok.
(b) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke Ethiopia
pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada peringatan Hari
Ulang Tahun FAO ke-40.
(c) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun
1973-1974.
(d) Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober 2008,
penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
(e) Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
(f) Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan jumlah personil
sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang tersebar di 5 Negara.
(g) Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang cinta damai.
Hal tersebut disampaikan Diana Emilia Sutikno, Kepala Sub-Direktorat Keamanan Internasional pada
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata dari Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia Politik Luar Negeri, saat menyampaikan materinya dalam Seminar Internasional
“Emphasizing Soft Power Diplomacy to Achieve Global Peace”. Seminar ini diselenggarakan oleh Korps
Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam
rangka HI Festival 2015 dan bertempat di gedung AR Fachruddin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY,
Senin (1/6).
Menurut Diana, Indonesia tidak hanya memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian dunia
karena sistem dan jumlah umat muslimnya yang terbanyak. Akan tetapi, peran tersebut juga turut
tercermin pada setiap kedutaan Indonesia di luar negeri. “Dari kedutaan-kedutaan tersebut, tercermin
bahwa Indonesia tidak mengklasifikasikan keistimewaan tertentu bagi masing-masing perwakilan
negaranya di luar. Dengan adanya kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri itu pula, sebenarnya
kita memiliki kesempatan untuk bisa ikut berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia,” ujarnya.
Di samping itu, Diana juga menjelaskan jika dalam politik luar negeri bebas aktif, tujuan dari bebas
yaitu untuk menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional, dan tidak
mengikatkan diri secara apriori pada satu kekuatan dunia. Selain itu, sebuah negara juga memiliki
kesempatan untuk turut aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun
partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi
terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Soft power dalam permasalahan perdamaian dunia tidak hanya tentang kebudayaan saja, tetapi juga
tentang berpartisipasi dalam perdamaian dunia, dan turut aktif dalam permasalahan tersebut”
paparnya.
Yor Ching Poon Tokuda, selaku Country Director of Global Peace Foundation Indonesia, dalam
materinya menjelaskan, Global Peace Foundation memiliki visi sebagai “satu keluarga dibawah Tuhan”,
dengan maksud, mereka sebagai NGO yang bergerak dalam bidang kemanusiaan memiliki prinsip
penting dalam menyelamatkan, menciptakan, dan menjaga perdamaian dunia. “Fungsi kami bagi
dunia yaitu untuk menjaga perdamaian dunia, melalui berbagai aktifitas dan kegiatan-kegiatan sosial
yang memiliki peran penting dalam penyelamatan kemanusiaan,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Tulus Warsito, Dosen HI UMY menjelaskan, diplomasi berdasarkan kebudayaan
memiliki tiga bentuk, yaitu artifact, socifact, dan mentifact. Artifact merupakan perilaku manusia
berdasarkan peninggalan-peninggalan manusia purba. Socifact, merupakan kebudayaan yang
menetapkan manusia sebagai anggota masyarakat, sedangkan Mentifact merupakan fakta-fakta yang
terjadi di masyarakat berdasarkan kepercayaan dan keyakinan. “Diplomasi dalam kebudayaan
merupakan bentuk dari identitas, tradisi, attribute, dan idiom bagi masing-masing negara,”paparnya.
Di tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, beberapa Kepala Negara Asia dan
Afrika, diantaranya Soekarno, dan Mahatma Gandhi, bertemu untuk membahas
masalah perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang
berdampak buruk bagi seluruh negara di dunia, untuk mencari solusi yag terbaik.
Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut
sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya
Gerakan Non-Blok. Dalam konferensi tersebut, dihasilkan lima prinsip yang
memupuk perdamaian antar negara di dunia. Kelima prinsip tersebut adala:
Tidak hanya itu, wujud kepedulian bangsa Indonesia akan terciptanya perdamaian
dunia juga nampak pada peran bangsa Indomesia, dalam menyelesaian konflik
yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam. Dalam hal ini, Indonesia berperan
sebagai mediator, guna mencari titik terang penyelesaian konflik perbatasan antar
kedua negara tetangga ini. Ketika ituIndonesia berhasil memfasiltasi dan memediasi
kedua negara yang sedang bermusuhan tersebut untuk bisa duduk bersama-sama
mendiskusikan dan menyelesaikan konflik diantara
mereka. Hasilnya, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan situasi damai di
Kamboja tercipta. Dengan menjadinya Indonesia sebagai mediator dalam konflik
yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam ini, membuktikan
kekonsistensian Indonesia dalam mewujudkan ketertiban dunia.
Tak hanya menjadi mediator dalam berbagai konflik yang sifatnya internasional,
namun juga ketika Indonesia dilanda konflik interen, seperti konflik dengan Negara
tetangga, Malaysia, yang baru-baru ini sering terjadi, bangsa Indonesia tetap
memilih penyelesaian masalah secara damai. Dalam hal ini Indonesia lebih memilih
melakukan diplomasi dengan negri Jiran tersebut. Dipilihnya jalan diplomasi ini,
lantas bukan tanpa alasan. Sebab hubungan Indonesia dan Malaysia memiliki
cakupan yang luas dan semuanya berkaitan kepentingan nasional. Berikut beberapa
alasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengapa bangsa Indonesialebih
memilih jalur diplomasi dalam menyelesaikan konlik Indonesia-Malaysia, yang
menunjukkan pentignya hubungan antar kedua negara.
Kedua, hubungan Indonesia dan Malaysia adalah pilar penting dalam keluarga besar
ASEAN. ASEAN bisa tumbuh pesat selama empat dekade terakhir ini antara lain
karena kokohnya pondasi hubungan bilateralIndonesia - Malaysia.
Ketiga, ada sekitar 2 juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia baik di
perusahaan, di pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan. Ini adalah jumlah
tenaga kerja Indonesia yang terbesar di luar negeri. "Tentu saja keberadaan tenaga
kerja Indonesia di Malaysia membawa keuntungan bersama, baik
bagi Indonesia maupun Malaysia," imbuh SBY
Keempat, sekitar 13.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia, dan
6.000 mahasiswa Malaysia belajar di Indonesia. Ini merupakan asset bangsa yang
harus terus kita bina bersama, dan juga modal kemitraan di masa depan.