Anda di halaman 1dari 2

Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring

dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat
serius. Hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa, diantaranya
skizofrenia yang merupakan gangguan jiwa berat atau kronis. Saat ini diperkirakan
sekitar 26 juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia. Satu dari empat anggota
keluarga mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara tepat
sehingga tidak memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat (World Health
Organization/ WHO, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah gangguan jiwa di
dunia menjadi masalah yang sangat serius dan menjadi masalah kesehatan global.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Departemen


Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
jiwa 1-2 orang per 1.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 400 ribu orang yang mengalami
skizofrenia. Dari jumlah tersebut sekitar 57.000 orang pernah atau sedang di pasung.
Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 80% pasien yang dirawat di RSJ dengan gangguan
skizofrenia yaitu 25% pasien skizofrenia dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25%
membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat (Efendi, 2009). Berdasarkan laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 bahwa prevalensi nasional Gangguan Jiwa
Berat adalah 0,5%. Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat
diatas prevalensi nasional, yaitu DKI Jakarta (20,3%), Nanggroe Aceh Darussalam
(18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung, (8,7%),
Kepulauan Riau (7,4%) dan Nusa Tenggara Barat (9,9%) (Depkes RI, 2013).

Skizofrenia termasuk penyakit psikosis dengan cirinya berupa kekacauan dalam


pikiran dan kepribadian yakni adanya fantasi, regresi, halusinasi, delusi, dan penarikan
diri dari lingkungan. Skizofrenia merupakan sindrom klinik bervariasi, yang sangat
mengganggu, dengan psikopatologi terentang dari disfungsi kognitif, gangguan proses
pikir, gangguan emosi, gangguan persepsi, dan gangguan perilaku. Pasien skizofrenia
umumnya mengalami penurunan kemampuan fungsional sehingga cenderung
memerlukan bantuan dan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sadock dan
Sadock, 2007).
Penderita skizofrenia mengalami gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, sehingga menyebabkan gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal, ini menandakan bahwa
mereka mengalami gejala kecemasan. Gejala kecemasan, baik akut maupun kronis
merupakan komponen utama bagi semua gangguan psikiatri. Sebagian dari komponen
kecemasan itu bisa berupa gangguan panik, fobia, obsesi kompulsi, dan sebagainya.
Penyebab cemas diantaranya adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan
tertentu, adanya pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau
bencana alam, adanya frustasi akibat kegagalan memenuhi kebutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar) dan adanya ancaman pada konsep diri.

Skizofrenia merupakan suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada


proses berpikir serta disharmoni (perpecahan dan keretakan) antara proses berpikir,
emosi, kemauan, dan psikomotor dengan disertai distorsi kenyataan yang terutama
disebabkan karena waham dan halusinasi. Selama ini skizofrenia menjadi salah satu
sindrom klinis dan masyarakat awam malah sering menyebutnya dengan istilah gangguan
jiwa. Pada kenyataannya skizofrenia sering menimbulkan ketakuatan, kesalahpahaman,
baik bagi orang- orang disekitar maupun bagi penderita itu sendiri. Dengan adanya
konsepsi yang terus menerus tidak menutup kemungkinan bahwa skizofrenia akan
menjadi virus akut yang sangat ditakuti (Maramis, 2004).

Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3%-1% dan biasanya


timbul pada usia sekitar 15–45 tahun, namun ada juga yang berusia 11–12 tahun sudah
menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka
diperkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Pada masyarakat umum terdapat 0,2%-
0,8% penderita skizofrenia (Maramis, 2004). Dengan jumlah penduduk di Indonesia yang
lebih dari 200 juta jiwa, maka jumlah penderita skizofrenia sebanyak 400 ribu samapai
1,6 juta jiwa.

Anda mungkin juga menyukai