Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP

RSUD Konawe Utara, Kab. Konawe Utara

Nama Peserta : dr. Ellen Seprilia Sujiman


Nama Wahana : RSUD Konawe Utara
Tanggal (kasus) : 17 Oktober 2017 Presenter : dr. Ellen Seprilia Sujiman
Nama Pasien : An. M.F No. RM : 03-74-67
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Udi Prasojo
Tempat Presentasi : RSUD Konawe Utara
Topik: Morbili
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan   Ketrampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka 

 Diagnostik   Manajemen   Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak   Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil


Deskripsi :
Anak laki-laki, usia 7 tahun 4 bulan datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang
lalu, demam dirasakan naik turun sepanjang hari, tidak sampai menggigil, keluhan seperti
ini disertai dengan batuk, namun dahak agak sulit dikeluarkan, anak mengeluh saat
menelan ada nyeri ditenggorokan dan mata agak merah namun tanpa disertai rasa gatal.
Satu hari yang lalu, orang tua pasien mengatakan anaknya keluar bintik bintik merah
dan terasa agak gatal, ruam merah pertama kali muncul pada daerah wajah dan menyebar
turun ke badan, lengan dan tungkai. Keluahan mual dirasakan, muntah dan diare
disangkal. Oleh sang ibu mengatakan nafsu makan anak mulai berkurang dan ibu
mengatakan sudah memberikan obat penurun panas Paracetamol tidak ada perubahan.
 Tujuan : penegakan diagnosis, tatalaksana
Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus   Audit
Pustaka 
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  E-mail  Pos
diskusi 
Data pasien : An. M.F TTL: 22 Juni 2010 (7 th 4 bl) BB : 20 kg

Nama klinik : RSUD Konawe Utara Telp : pasien tidak ingat Terdaftar sejak :
September 2016

1
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Anak laki-laki, usia 7 tahun 4 bulan datang dengan keluhan demam naik turun sejak 5
hari yang lalu, disertai dengan batuk, nyeri ditenggorokan dan mata agak merah tanpa
disertai rasa gatal maupun nyeri. Satu hari yang lalu, keluar bintik bintik merah dan terasa
agak gatal, ruam merah pertama kali muncul pada daerah wajah dan menyebar turun ke
badan, lengan dan tungkai. Keluahan mual dirasakan, muntah dan diare disangkal.
2. Riwayat pengobatan:
- IVFD RL  21 tpm

- Paracetamol drips bolus 20cc (Jika suhu 38,8 OC )

- Paracetamol syrup 120 mg/5ml : 3 x 1,5 cth


- Domperidone syrup 5 mg/5ml : 3 x 1 cth
- Ambroxol syrup 15 mg/5ml : 3 x 1 cth
3. Riwayat kesehatan / Penyakit :
- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
- Riwayat sakit batuk, pilek, terakhir 5 bulan yang lalu

4. Riwayat keluarga :
- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

5. Riwayat Kelahiran
Tempat kelahiran : Rumah
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan pervaginam, normal, penyulit : -
Masa gestasi : Cukup bulan (37 minggu)
Keadaan bayi :
Berat badan lahir : 2500 gram
Panjang badan lahir : -
Lingkar kepala : -
Nilai APGAR : Ibu Pasien tidak tahu (menurut ibu Pasien saat dilahirkan pasien
langsung menangis)
Kelainan bawaan : tidak ada

2
6. Riwayat Tumbuh Kembang anak
Usia 0 - 3 bulan : mengangkat kepala, menatap wajah dan tersenyum
Usia 3 – 6 bulan : barbalik dari telungkup ke terlentang
Usia 6 – 9 bulan : duduk, merangkak
Kesan : tumbuh kembang sesuai usia

7. Riwayat Imunisasi:
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah pernah imunisasi wajib sampai umur 9 bulan,
namun lupa jenis jenis imunisasinya.

8. Riwayat nutrisi
0 – 6 bulan : ASI eksklusif
6 – 10 bulan : ASI + PASI (bubur nasi + wortel dan cerelac)

9. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : sadar penuh
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : - mmHg
- Nadi : 122 kali/menit
- Suhu : 38,8oC
- Laju pernapasan : 32 kali/menit
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : - cm
Status Gizi : Baik
Kepala : Normocephali, deformitas -
Mata : Konjungtiva hiperemis +/+ , sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil isokor
3mm/3mm
Telinga : MAE +/+, serumen -/-, membran timpani intak
Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-,
Mulut : Mukosa oral basah, koplik spot (-), faring hiperemis, tonsil T1 /T1
Leher : Trakea terletak di tengah,
Paru :

3
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris, pola napas normal, tidak tampak kelainan
- Palpasi : gerak nafas simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
- Auskultasi : Vesikular +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung:
- Inspeksi : Iktus cordis terlihat di area linea axillaris sinistra
- Perkusi : Iktus cordis teraba pada ICS V linea axillaris sinistra
- Palpasi : tidak teraba kelainan
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur - , gallop -

Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar, massa –
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-) pada regio epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
- Auskultasi : Bising usus + 3-4x/menit

Kulit : tampak ruam makuloeritematous diseluruh tubuh dan kedua ekstremitas.


Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, turgor kulit baik,

10. Pemeriksaan Penunjang:


-
Hasil pembelajaran :

1. Mendiagnosis morbili
2. Mempelajari tatalaksana pasien dengan morbili

PEMBAHASAN KASUS

1. Subyektif

Anak laki-laki, usia 7 tahun 4 bulan datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang
lalu, demam dirasakan naik turun sepanjang hari, tidak sampai menggigil, keluhan seperti ini

4
disertai dengan batuk, namun dahak agak sulit dikeluarkan, anak mengeluh saat menelan ada
nyeri ditenggorokan dan mata agak merah namun tanpa disertai rasa gatal.
Satu hari yang lalu, orang tua pasien mengatakan anaknya keluar bintik bintik merah
dan terasa agak gatal, ruam merah pertama kali muncul pada daerah wajah dan menyebar
turun ke badan, lengan dan tungkai. Keluahan mual dirasakan pasien, muntah dan diare
disangkal. Oleh sang ibu anak sudah diberikan parasetamol sirup, namun tidak ada perbaikan.
Seminggu yang lalu kakak perempuan pasien juga mengalami hal yang sama, sudah berobat
ke puskesmas dan demam sudah menurun dan ruam kemerahan pada badannya sudah
berubah warna menjadi kehitaman. Ibu os mengatakan anaknya sudah pernah imunisasi wajib
sampai umur 9 bulan, namun lupa jenis jenis imunisasinya.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

- Riwayat sakit batuk, pilek, terakhir 5 bulan yang lalu

Riwayat keluarga:

- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat sosial ekonomi:


- Ayah pasien bekerja sebagai buruh kebun dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga.

2. Obyektif

A. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : sadar penuh
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : - mmHg
- Nadi : 122 kali/menit
- Suhu : 38,8oC
- Laju pernapasan : 32 kali/menit
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : - cm

5
Status Gizi : Baik
Kepala : Normocephali, deformitas –
Mata : Konjungtiva hiperemis +/+ , sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil
isokor 3mm/3mm
Telinga : MAE +/+, serumen -/-, membran timpani intak
Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-,
Mulut : Mukosa oral basah, koplik spot (-), faring hiperemis, tonsil T1 /T1
Leher : Trakea terletak di tengah,
Paru :
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris, pola napas normal, tidak tampak kelainan
- Palpasi : gerak nafas simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
- Auskultasi : Vesikular +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung:
- Inspeksi : Iktus cordis terlihat di area linea axillaris sinistra
- Perkusi : Iktus cordis teraba pada ICS V linea axillaris sinistra
- Palpasi : tidak teraba kelainan
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur - , gallop -

Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar, massa –
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-) pada regio epigastrium, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
- Auskultasi : Bising usus + 3-4x/menit

Kulit : tampak ruam makuloeritematous diseluruh tubuh dan kedua ekstremitas.


Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, turgor kulit baik,

B. Pemeriksaan Penunjang: -

3. Assessment (penalaran klinis) :

6
Tinjauan Pustaka

Morbili

Morbili atau juga disebut dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit
akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang tergolong dalam family
Paramyxovirus, yaitu genus virus morbili; yang pada umumnya menyerang anak. Virus
campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius
bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan jaringan sehingga mengakibatkan berbagai
gejala klinis.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang
dimanifestisasikan dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik. Umur terbanyak mederita
campak adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.1

Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim dingin dan
permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup virus lebih panjang pada kelembapan
yang relative lebih rendah. 2 Di Indonesia , menurut penelitian retrospektif dilaporkan bahwa
campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun. 1

Empat puluh tahun setelah vaksin morbili efektif dikeluarkan, morbili masih
menyebabkan kematian dan penyakit parah pada anak di seluruh dunia. Komplikasi morbili
hampir mengenai semua sistem organ. Pneumonia dan ensefalitis adalah penyebab umum
kematian. Tingkat komplikasi lebih tinggi pada anak usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari
20 tahun. Peningkatan komplikasi terjadi karena penurunan kekebalan tubuh, kekurangan
gizi, kekurangan vitamin A, dan tidak ada vaksinasi morbili sebelumnya.1,3

Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza
dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama

7
masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme
yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia.1,4

Patogenesis

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas
sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke
jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia
primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di
lokasi pertama infeksi.4

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas
adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari
ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain
mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3
hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag.5

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan


kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan
lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak.3

8
9
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva. Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi
virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

Manifestasi klinis

Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan
dalam tiga stadium :7

 Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada masa ini
terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala
sakit.

 Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang
berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Gejala utama yang muncul adalah demam yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C pada hari ke 4 atau 5 yaitu pada
saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat batuk, pilek dan konjungtivitis. Inflamasi
konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis

10
melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis
pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva
telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari
ke-10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan
areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada
mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.
Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18
jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

 Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat
suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak
jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada
24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha
dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki,
ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya.6

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan
yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah
deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. (fase konvalesen) Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam
dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah
penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.6

Diagnosis

11
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut CDC
(Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:8

1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih
2. Demam 38,3 °C (101°F)

3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis

Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam pada kulit.
Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda, penderita dengan
immunokompresi, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang sebelumnya telah
mendapat imunisasi campak. Kerana banyak penderita menunjukkan gejala yang tidak jelas,
maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.7,8

1. Pemeriksaan darah rutin


Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang ditemukan

2. Deteksi virus

a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuclear darah tepi, sekresi
saluran nafas, usapan konjugtiva dan dalam urin. Tetapi virus campak sangat
sulit ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus jarang
digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit campak.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjugtiva atau urin
dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat sel
raksasa dan mendeteksi antigen dengan menggunakan antibodi terhadap
protein N virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.

c. Pemeriksaan jaringan langsung pada penderita dengan immunocompromised


karena respon antibodinya tidak terbentuk.

d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan diamplifikasi


memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan
diagnosis.

3. Mendeteksi antibodi

12
Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan serologi.
Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul bersamaan dengan
munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari sesudah munculnya ruam.
Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun hingga tidak dapat dideteksi
setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui
apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.

Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium adalah:

a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala
untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan mendeteksi RNA virus.
b. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala untuk mendeteksi
antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus

c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya rum pada
kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG spesifik campak.
Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase akut dan konvalesen 4 kali lipat.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. German Measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema Subitum. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola
infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola
infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia,
ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya
batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali
penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam
yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak
ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Ruam papuler halus
difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa di atas dasar eritematosa
relatif mudah dibedakan.9

13
Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan
serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya
antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan.
Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak
Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam
yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada
beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala
apapun.5

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang
telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan

Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak
(39,5˚C sampai 40,6˚C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut,
mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang
ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal
ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas
pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam
dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal.

Penyulit

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia

14
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh
invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya
ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun,
gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan
bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya
infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak
oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat
yang fatal.

b) Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya
gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal.
Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala,
kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya
komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak
tersebut.

c) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

d) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

e) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita
campak 4

15
f) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai
dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala
encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut,
hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.

Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi
apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6
bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak
juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau
adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.3

Pencegahan

1. Imunisasi aktif

Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000 TCID50
atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.

2. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi :

 Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,


kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.
 Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyaii
resiko tinggi untuk berkembangnya komplikassi penyakit ini, maka harus diberikan
immunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin
MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan
setelah pemberian immunoglobulin.

16
Pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12 bulan memerlukan imunisasi ulang
pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh antibodi maternal sedang pemberian
imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan atau 15 bulan tidak perlu imunisasi ulang,
karena dapat memperlihatkan serokonversi yang maksimum dan daya proteksi vaksin
mencapai 95-100 persen jika diberikan pada usia lebih dari 12 bulan.10

Prognosis

Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan pneumonia)
maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun
jarang ditemukan. Penyakit campak juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang penting pada anak-anak yang mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

KESIMPULAN

Morbili atau Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili yang pada umumnya
menyerang anak pada usia kurang dari 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14
tahun.

Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium yaitu stadium inkubasi,
stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang dimanifestisasikan dengan demam,
konjugtivitis dan bercak koplik kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.

Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria terdapat ruam
papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih, demam 38,3 °C
(101°F) dan terdapat salah satu dari gejala, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis.

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah bronkopenumonia, ensefalitis, konjungtivitis, Subacute Slcerosing
Panencephalitis (SSPE), miokarditis, otitis media dan sebagainya.

17
Pengobatan campak bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti
konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Chen R.T. Measles antibody : reevaluation of protective titers. J Infect Dis.2013. h 1036-
1042.
2. Perry R.T., Halsey N.A. The clinical significance of measles. Oxford journals. 2014. h
189-196.
3. Soedarmo, SSP. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Edisi Kedua. 2012. h 109-118.
4. Soegeng Soegijanto. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI. 2002 Hal. 125.
5. Cherry J.D. Feign R.D. Textbook of pediatric infectious disease, 4th edition, WB
Saunders, Philadepia. 2008. h 1889-1891.
6. Phillips C.S. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. 1983. h.743.
7. Soedarto. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University Press. 2007
8. Setiawan. I Made. Penyakit Campak. Jakarta : Sagung Seto. 2008.
9. Alan R. Tumbelaka. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam: Sumarmo
S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.2002. h. 113.
10. Padri, Salma. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan). Jakarta. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Departmen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai