Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT JENIS B3 DI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SURABAYA

Muhammad Dhani, Yulinah Trihadiningrum2,


Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS1, 2
Jurusan Teknik Kimia, FTI ITS3
Email: dhani_l21x@yahoo.com ,
yulinah_t@enviro.its.ac.id2

ABSTRAK

Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya berpotensi dalam menghasilkan timbulan


limbah padat jenis B3, sehingga perlu diperhatikan dalam pengelolaanya mulai dari
sumber, timbulan, pewadahan, pengumpulan, dan pengolahan limbah padat jenis B3
agar tidak membawa dampak pencemaran terhadap lingkungan. Maka penelitian ini
bertujuan untuk mengukur jumlah timbulan, komposisi limbah padat jenis B3,
melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan limbah padat padat jenis B3 serta
menetapkan strategi pengelolaannya.
Metoda yang digunakan untuk mengetahui jumlah timbulan sampah adalah
dengan metoda sampling teknik berdasarkan SNI 19-3964-1995 selain itu ditentukan
pula komposisi limbah padat jenis B3 yang dihasilkan dari sumber limbah padat jenis
B3 di Rumah Sakit dengan pengulangan sebanyak 8 kali. analisis dilakukan terhadap 3
aspek yaitu aspek teknis, kelembagaan dan hukum dengan menggunakan Analisis
SWOT.
Sumber dan timbulan limbah padat B3 yang terdapat di RS Bhayangkara
dihasilkan dari delapan Poliklinik, Laboratorium, Ruang UGD, Ruang Radiologi ,
Ruang Operasi, Ruang ICU, dan tujuh ruang perawat dari rawat inap dengan laju
timbulan total limbah padat B3 sebesar 6,46 kg/hari. Persentase terbesar limbah padat
B3 yang dihasilkan adalah 43,22% limbah infeksius bukan benda tajam (kapas, sarung
tangan, dll), 32,81% limbah farmasi bersifat toksik (ampul, vial, dll), 15,39 % limbah
infeksius jenis benda tajam (spuit/syringe), 8,57 % limbah infeksius jenis logam tajam.
Terdapat ketidaksesuaian eksisting teknis pengelolaan limbah padat B3 berdasarkan
pedoman standar yang terdapat pada Peraturan Perundangan pada sistem pewadahan,
sistem pengumpulan, sistem penyimpanan, sistem pengolahan, sistem pemusnahan/
penimbunan. Kondisi ideal berpedoman pada standar yang terdapat di peraturan
perundangan. Strategi yang diusulkan adalah menyesuaikan pengelolaan limbah padat
B3 dengan pedoman standar yang terdapat pada peraturan perundangan yang berlaku.
Memperbaiki pengelolaan limbah padat B3 dengan bantuan Departemen Kesehatan
Kota Surabaya.

Kata kunci : Pengelolaan, Limbah padat jenis B3, SNI 19-3964-1995, Analisis SWOT,
Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya
ABSTRACT

Bhayangkara Hospital in Surabaya is potential to generate hazardous solid


waste. Therefore, it needs a good management system from the source to the disposal
system in order to prevent the impact of pollution to the environment. The aims of this
study are: to measure the amount of hazardous solid waste generation, to determine
composition of hazardous solid waste, to evaluate hazardous solid waste management
system, and to establish management strategies.
The methods included sampling and composition techniques measurement of the
hazardous solid waste according to National Standards SNI 19-3964-1995. Repetition
of sampling was done 8 times. Analysis were carried out based on technical,
institutional and legal aspects by SWOT analysis.
The sources hazardous solid waste in Bhayangkara Hospital were polyclinic,
laboratory, emergency, radiology, operating, ICU, and seven nurse units. The total
hazardous solid waste generation rate was 6.46 kg / day. The main hazardous solid
waste component was non sharp infectious waste (43.22%), which comprised cotton,
gloves, used maskers etc. The other components were: pharmaceutical toxic waste
(32.81%), sharp infectious waste (15.39%), and sharp metal infectious waste (8.57%).
There were technical incompatibilities of the existing hazardous solid waste
management to the national standard guidelines. The incompatibilities were:
containment, collection, storage, processing, and destruction systems. The ideal
condition of hazardous solid waste management should be based on the government
standards. The proposed strategy was to apply hazardous solid waste management
standards. Improvement of the hazardous solid waste should be consulted with the
Health Agency of Surabaya City.

Key words: Management, Hazardous solid waste, National Standards SNI 19-3964-
1995, SWOT Analysis, Bhayangkara Hospital
PENDAHULUAN ditimbulkan atas paparan limbah yang
dihasilkan rumah sakit adalah:
Suatu penelitian yang mengupas tentang
mutagenik, dan karsinogenik, efek
karakteristik limbah padat yang
teratogenik, ganguan pernafasan,
dihasilkan rumah sakit menyebutkan
ganguan sistem saraf pusat, kerusakan
bahwa limbah padat yang dihasilkan di
sistem reproduksi dan lain-lain.
sebagian besar negara berkembang
Menurut Sawalem dkk. (2009), hasil
kurang mendapat perhatian dalam
dari survei personal, 85%, termasuk
pengelolaannya. Limbah padat medis
manajer, staf kebersihan, dan pekerja
yang ada masih sering tercampur
lingkungan, tidak terlatih dalam
dengan sampah domestik dan dibuang
pengelolaan limbah rumah sakit dan
bersama-sama ke Tempat Pembuangan
tidak memiliki diskripsi yang jelas
Akhir (TPA) sehingga dapat
tentang pengelolaan limbah.
mengakibatkan resiko yang cukup besar
Menurut Yong dkk. (2008), pengelolaan
terhadap lingkungan (Taghipour dan
limbah padat medis sangat penting
Mosaferi, 2009).
karena sifatnya yang berbahaya dan
Dalam profil kesehatan Indonesia
infeksius sehingga dapat menyebabkan
Departemen Kesehatan (1996)
efek yang tidak diinginkan terhadap
diungkapkan seluruh rumah sakit di
manusia dan lingkungan.
Indonesia berjumlah 1090 dengan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
121.996 tempat tidur. Menurut (Young
jumlah timbulan, komposisi limbah
dkk. 2008, dalam Diaz dkk. 2008), dari
padat jenis B3, menetapkan strategi
keseluruhan perawatan kesehatan pada
pengelolaan limbah padat B3.
beberapa rumah sakit di negara-negara
berkembang didapatkan variasi
METODE PENELITIAN
jumlah total limbah padat sebesar
0,016-3,23 Kg/ tempat tidur.hari. Metoda yang digunakan dalam
Analisis lebih jauh menunjukkan, pengambilan data primer adalah dengan
produksi limbah padat 76,8 persen dan cara:
limbah infeksius 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi Ø Aspek Teknis
limbah padat rumah sakit sebesar
376.089 ton/hari dan produksi limbah Metoda sampling yang
cair 48.985,70 ton/hari. Dapat dilakukan menggunakan teknik
dibayangkan betapa besar potensi sampling yang terdapat pada SNI 19-
rumah sakit untuk mencemari 3964-1995 yaitu sebagai berikut:
lingkungan dan kemungkinannya a. Lokasi pengambilan sampling adalah
menimbulkan kecelakaan serta di seluruh ruangan sumber penghasil
penularan penyakit (Rahayu dan limbah padat jenis B3 di Rumah
Nugroho, 2006). Sakit Bhayangkara.
Menurut Marinkovic dkk. (2007), b. Waktu sampling: frekuensi
sumber utama dari jenis limbah rumah pengambilan sampel dilakukan
sakit berasal dari: klinik, pusat minimum selama 8 kali ulangan.
kesehatan, diagnostik dan penelitian c. Peralatan dan perlengkapan yang
laboratorium, pusat otopsi, pusat digunakan antara lain:
transfusi dan hemodialisis, rumah • Alat pengambil contoh berupa
jompo dan mortuaries. kantung plastik.
Menurut Nemathaga dkk. (2007), • Alat pengukur volume sampel
beberapa dampak yang dapat limbah padat jenis B3 berupa
kotak ukuran 20 cm x 20 cm x Poli yang ada dan pada
100 cm. instalasi rawat inap selama 8
• Timbangan (0-5) kg dan (0-50) kali ulangan.
kg. • Cara menentukan berat jenis
• Perlengkapan berupa alat limbah padat jenis B3:
pemindah (sekop), sarung - Limbah padat jenis B3 yang
tangan dan masker. terkumpul dituang dalam
d. Pelaksanaan dalam mengambil dan kotak pengukur volume
mengukur timbulan limbah padat sampah, diangkat setinggi 20
jenis B3 sebagai berikut: cm lalu kotak dihentakkan
• Menentukan lokasi sampling. sebanyak 3 kali dengan cara
• Mempersiapkan peralatan. dijatuhkan ke tanah.
• Teknik sampling: - Dihitung berat dan volume
Semua lokasi sampel diberi yang terjadi.
kantong plastik untuk - Densitas limbah padat
menampung limbah padat jenis diperoleh dengan: Berat
B3 yang dihasilkan selama satu limbah padat ÷ volume
3
hari. Limbah padat jenis B3 (kg/m ).
yang terkumpul ditimbang dan
ditentukan beratnya untuk Ø Aspek kelembagaan dan hukum
menentukan laju timbulan
limbah padat jenis B3. Metoda yang dilakukan untuk
mendapatkan data primer dari aspek
kelembagaan dan hukum adalah
dengan cara dan melakukan
• Cara menentukan berat observasi yang didukung dengan
komposisi limbah padat jenis B3 wawancara pada pejabat organisasi
yang dihasilkan: pengelola limbah rumah sakit.
Limbah padat jenis B3 yang
terkumpul tiap harinya Ø Analisis SWOT :
ditimbang dengan menggunakan Data yang didapatkan dari
timbangan, setelah diketahui lapangan, berdasarkan pengamatan
beratnya, limbah padat jenis B3 langsung, observasi dan wawancara
dipilah-pilah dengan berat terhadap aspek teknis, aspek
masing-masing sampel sesuai kelembagaan dan aspek hukum akan
dengan komposisinya. diolah dengan menggunakan
Limbah padat jenis B3 perhitungan excel 2007 dan dengan
diantaranya adalah: limbah padat analisis SWOT.
jenis B3 yang infeksius,
patologi, benda tajam, farmasi,
sitotoksis, kimiawi, radioaktif, HASIL DAN PEMBAHASAN
kontainer bertekanan, dan Sumber dan timbulan limbah
limbah dengan kandungan padat B3 yang terdapat di RS
logam berat yang tinggi. Bhayangkara dihasilkan dari delapan
• Cara menentukan laju timbulan Poliklinik, Laboratorium, Ruang UGD,
limbah padat jenis B3: Ruang Radiologi , Ruang Operasi,
- Dengan penimbangan Ruang ICU, dan tujuh ruang perawat
langsung di setiap Ruangan dari rawat inap. Laju timbulan total
limbah padat B3 sebesar 6,46 kg/hari. Ø Hukum
Persentase terbesar limbah padat B3 1. Adanya ketidaksesuaian produk
yang dihasilkan adalah 43,22% limbah hukum di RS Bhayangkara
infeksius bukan benda tajam (kapas, dengan standar pedoman yang
sarung tangan, dll), 32,81% limbah terdapat pada peraturan yang
farmasi bersifat toksik (ampul, vial, dll), berlaku.
15,39 % limbah infeksius jenis benda 2. Masih rendahnya pemahaman
tajam (spuit/syringe), 8,57 % limbah Kepala Instalasi Olah Limbah
infeksius jenis logam tajam. terhadap regulasi pengelolaan
limbah padat B3 di rumah sakit
yang baik.
3. Masih rendahnya kesadaran dan
kepatuhan Kepala Instalasi Olah
Limbah pengelola terhadap
regulasi terkait pengelolaan
limbah padat B3 di rumah sakit
yang benar.
4. Tidak ada Standart Operating
Procedur (SOP)/ prosedur tetap
Gambar 1 Persentase total limbah padat dalam pengelolaan limbah padat
B3 seluruh ruang penghasil B3.
limbah
Ø Analisis SWOT
Beberapa permasalahan yang dihadapi Dalam menganalisis permasalah an
dalam pengelolaan limbah padat B3 di yang ada, maka harus diuji dengan
RS Bhayangkara Surabaya yaitu: analisis SWOT agar didapatkan strategi
Ø Infrastruktur yang paling memungkinkan untuk
1. Ketersediaan lahan yang cukup. diimplementasikan.
2. Fasilitas eksisting pengelolaan Berikut merupakan faktor-faktor
limbah padat B3 belum yang dapat dijadikan acuan dalam
terpenuhi secara maksimal. analisis SWOT.
3. Proses pengumpulan eksisting
limbah padat B3 yang masih Strength (S) - Kekuatan
tercampur. 1. Adanya pemisahan yang digunakan
4. Belum ada sarana pengolahan dalam sistem pewadahan limbah
limbah padat B3 yang memadai. padat yang dihasilkan di rumah
sakit dapat mempermudah
Ø Kelembagaan pengelolaan limbah padat jenis B3
1. Kurangnya pendidikan dan di rumah sakit.
pelatihan karyawan terhadap 2. Telah ada lembaga pengelola
pengelolaan limbah padat B3. limbah di rumah sakit. Sehingga
2. Tidak adanya pembagian kegiatan pelaksanaan pengelolaan
tugas(tanggung jawab) tekait limbah padat B3 dapat berjalan.
pengelolaan limbah yang 3. Ketersediaan lahan yang cukup
dihasilkan rumah sakit. untuk upaya pengelolaan limbah
padat B3 dengan melakukan
pengadaan insenerator.
Weaknesses (W) - Kelemahan mudah pengelolaan
limbah padat jenis B3 di
1. Proses pengumpulan limbah padat rumah sakit.
B3 yang masih tercampur, 2. Telah ada lembaga
sehingga menjadi hambatan dalam pengelola limbah di
rumah sakit. Sehingga
pengelolaan limbah padat B3 di kegiatan pelaksanaan 0.60 4 2.40
rumah sakit. pengelolaan limbah
2. Tidak adanya pembagian padat B3 dapat berjalan.
3. Ketersediaan lahan
tugas(tanggung jawab) tekait yang cukup untuk upaya
pengelolaan limbah secara pengelolaan limbah
padat B3 dengan 0.20 3 0.60
keseluruhan yang dihasilkan rumah
melakukan pengadaan
sakit. insenerator.
3. Kurangnya pendidikan dan Jumlah Nilai Strength
1 3.80
pelatihan karyawan terhadap (S) - Kekuatan
pengelolaan limbah padat B3. No
Weaknesses (W) -
Bobot
Nilai
Skor
Kelemahan Rating
1. Proses pengumpulan
Opportunities (O) - Peluang limbah padat B3 yang
1. Sudah ada peraturan perundang- masih tercampur,
sehingga menjadi -
undangan tingkat pusat yang dapat 0.25 -4
hambatan dalam 1.00
dijadikan acuan dalam pengelolaan pengelolaan limbah
limbah padat B3. padat B3 di rumah sakit.
2. Adanya kegiatan pembinaan dari 2. Tidak adanya
pembagian
Dinas Kesehatan Kota Surabaya tugas(tanggung jawab) -
terkait dengan kegiatan pengelolaan tekait pengelolaan 0.45 -3
1.35
limbah padat B3 (medis). limbah yang dihasilkan
rumah sakit.
3. Kurangnya pendidikan
Threats (T) - Ancaman dan pelatihan karyawan
0.30 -4
-
1. Pemberian sanksi (punishment) dari terhadap pengelolaan 1.20
limbah padat B3.
Dinas Kesehatan atas kelalaian dari Jumlah Nilai
pengelolaan limbah padat B3 yang -
Weaknesses (W) - 1
3.55
belum memenuhi peraturan Kelemahan
perundangan. Jumlah Nilai Kekuatan -
0.25
Kelemahan

Setelah didapatkan faktor-faktor yang


Nilai/skor dari penjabaran tiap-tiap
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,
faktor kekuatan / strength didapatkan
dan ancaman maka perlu ada skoring.
angka 3.80 dengan total nilai
Hasil skoring yang terdapat pada faktor
pembobotan 1. Nilai/skor dari
internal yaitu kekuatan/ strength dan
penjabaran tiap-tiap faktor kelemahan /
kelemahan/ Weaknesses dapat dilihat
weaknesses didapatkan angka -3.55
pada Tabel 1.
dengan total nilai pembobotan 1. Total
nilai/skor dari penjumlahan faktor
Tabel 1 Skor Strength (S) dan
kekuatan/ Strength dan kelemahan/
Weaknesses (W)
Nilai
Weaknesses didapatkan angka 0.25
Strength (S) -
No Bobot Skor Hasil skoring yang terdapat pada faktor
Kekuatan Rating
1. Adanya pemisahan eksternal yaitu peluang/ opportunities
yang digunakan dalam dan ancaman/threat masing-masing
sistem pewadahan
limbah padat yang 0.20 4 0.80 faktor dapat dilihat pada Tabel 2.
dihasilkan di rumah
sakit dapat memper-
Tabel 2 Skor Opportunities and threats dan ancaman/threat pada posisi
kuadran penilaian pada Gambar 2.
Opportunities (O) - Nilai
No. Bobot Skor Peluang
Peluang Rating
1. Sudah ada peraturan
4.4
perundang-undangan
tingkat pusat yang
dapat dijadikan acuan 0.40 5 2.00 0.4
dalam pengelolaan -3.55 3.8
limbah padat B3. Kelemahan Kekuatan
0.2

2. Adanya kegiatan
-4.00
pembinaan dari Dinas
Kesehatan Kota Ancaman
Surabaya terkait
dengan kegiatan 0.60 4 2.40
pengelolaan limbah Gambar 2 Posisi kuadran analisis SWOT
padat B3 (medis).

Jumlah Nilai Berdasarkan gambar diatas


Opportunities (O) - 1 4.40 dapat ditarik suatu strategi yaitu strategi
Peluang
agresif (Kekuatan-Peluang) dalam
No. Threats (T) - Nilai
Ancaman
Bobot
Rating
Skor membuat strategi untuk pelaksanaan
1. Pemberian sanksi pengelolaan limbah padat jenis B3 di
(punishment) dari rumah sakit.
Dinas Kesehatan atas
adanya kelalaian dari
Berikutnya dilakukan matriks
pengelolaan limbah penyusunan strategi untuk menetapkan
padat B3 yang belum 1 -4 -4 strategi berdasarkan penentuan posisi
memenuhi peraturan
perundangan yang
kuadran.
berlaku.
Tabel 3 Matriks penyusunan strategi
Jumlah Nilai Threats KEKUATAN
1 -4.00 FAKTOR
(T) - Ancaman (STRENGTH)
Jumlah Nilai Peluang INTERNAL
0.40 1. Adanya pemisahan yang
- Ancaman digunakan dalam sistem
pewadahan limbah
Nilai/skor dari penjabaran tiap-tiap padat yang dihasilkan di
rumah sakit dapat
faktor peluang / opportunities mempermudah
didapatkan angka 4.40 dengan total pengelolaan limbah
nilai pembobotan 1. Nilai/skor dari padat jenis B3 di rumah
sakit.
penjabaran faktor ancaman / threat 2. Telah ada lembaga
didapatkan angka -4.00 dengan total pengelola limbah di
nilai pembobotan 1. Total nilai/skor dari rumah sakit. Sehingga
kegiatan pelaksanaan
penjumlahan faktor kekuatan/ Strength pengelolaan limbah
dan kelemahan/ Weaknesses didapatkan padat B3 dapat berjalan.
angka 0.40. 3. Ketersediaan lahan yang
cukup untuk upaya
Setelah melakukan skoring, maka pengelolaan limbah
dilihat kecenderungan nilai dari masing- padat B3 dengan
masing faktor. Pada faktor internal yang melakukan pengadaan
insenerator.
berupa yaitu kekuatan/strength dan
FAKTOR
kelemahan/ Weaknesses, faktor EKSTERNAL
eksternal yaitu peluang/opportunities
PELUANG 2. Perbaikan Perbaikan 1. Menyusun prioritas
STRATEGI S– O
(OPPORTUNITIES) pengelolaan dalam pembangunan
1. Sudah ada 1. Dengan adanya lembaga limbah pengelolaan jangka pendek,
peraturan pengelola limbah di rumah padat B3 limbah padat menengah, dan
perundang- sakit, sistem pewadaan (medis) B3 yang di panjang terkait
undangan tingkat limbah padat medis yang bersama- dukung oleh pengelolaan limbah
pusat yang dapat telah terpisah dan sama Dinas padat B3.
dijadikan acuan ketersediaan lahan yang dengan Kesehatan 2. Menyusun standar
dalam cukup untuk pengadaan Departemen Kota pelayanan minimal /
pengelolaan insenerator dijadikan dasar Kesehatan Surabaya standar operasi
limbah padat B3. untuk menangkap peluang Kota prosedur dalam
2. Adanya kegiatan menjadikan peraturan Surabaya pengelolaan limbah
pembinaan dari perundangan sebagai padat B3.
Dinas Kesehatan acuan dalam kegiatan
Kota Surabaya pengelolaan limbah padat
terkait dengan B3.(S1,2,3), (O1) Kebijakan, strategi, dan rencana tindak
kegiatan 2. Dengan adanya lembaga
pengelolaan pengelola limbah di rumah
yang telah tersusun perlu untuk
limbah padat B3 sakit, dan sistem pewadaan diimplementasikan baik dalam jangka
(medis). limbah padat medis yang pendek, jangka menengah, maupun
telah terpisah dijadikan
dasar untuk menangkap
jangka panjang. Penyusunan skala
peluang kegiatan prioritas dan urutan Kebijakan, strategi,
pembinaan dari Dinas dan rencana tindak dalam
Kesehatan Kota Surabaya
terkait kegiatan
pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel
pengelolaan limbah padat 5.
B3. (S1,2), (O2)
Tabel 5 Rencana implementasi strategi
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat Periode (Tahun)
dilakukan penyusunan langkah-langkah No. Strategi/Rencana Aksi
1 2 3 4 5
yang diperlukan dalam pengelolaan
1. Menyelenggarakan
limbah padat B3 dan dapat dilihat pada pengelolaan limbah B3
Tabel 4 beserta rencana aksinya. yang sesuai peraturan
perundangan.
Tabel 4 Kebijakan, strategi dan 2. Melakukan perbaikan
rencana aksi pengelolaan dan pemeliharaan
terhadap sarana
limbah padat B3 pengelolaan limbah B3
No. Kebijakan Strategi Rencana Aksi yang sudah ada.
1. Penyesuaian Pengelolaan 1. Menyelenggarakan 3. Pemilihan teknologi
pengelolaan disesuaikan pengelolaan limbah pengolahan limbah B3
limbah dengan padat B3 yang yang tepat.
padat jenis peraturan sesuai peraturan 4. Menyusun prioritas
B3 (medis) perundangan perundangan. pembangunan jangka
dengan yang 2. Melakukan pendek, menengah, dan
standar berlaku: perbaikan dan panjang.
pedoman 1. UU. RI pemeliharaan
yang No 44 terhadap sarana 5. Menyusun standar
terdapat Tahun pengelolaan limbah pelayanan minimal /
pada 2009 padat B3 yang standar operasi prosedur
peraturan sudah ada. dalam pengelolaan air
perundanga 2. PP. No. limbah B3.
n yang 18 Tahun 3. Pemilihan teknologi
berlaku 1999. pengolahan limbah
terkait 3. Kepmenk padat B3 yang tepat.
pengelolaan es.No.120 KESIMPULAN
limbah 4 Tahun
padat B3. 2004. 1. Sumber timbulan didapat pada
ruangan berikut diantaranya adalah:
delapan Poliklinik, Laboratorium, Management of hazardous medical
Ruang UGD, Ruang Radiologi , waste in Croatia. Waste Management
Ruang Operasi, Ruang ICU, dan 28 (2008) 1049–1056. Journal
tujuh ruang perawat dari rawat inap. homepage: www .elsevier.com/locate/
Laju timbulan total limbah padat B3 wasman.
yang terdapat di RS Bhayangkara
adalah 6,46 kg/hari. Dengan Nemathaga, F., Sally, M., Luke, C.
persentase terbesar limbah padat B3 2008. Hospital solid waste management
yang dihasilkan adalah 43,22% practices in Limpopo Province, South
limbah infeksius bukan benda tajam Africa: A case study of two hospitals.
(kapas, sarung tangan, dll), 32,81% Waste Management 28 (2008) 1236–
limbah farmasi bersifat toksik 1245. Journal homepage: www
(ampul, vial, dll), 15,39 % limbah .elsevier.com/locate/wasman.
infeksius jenis benda tajam
(spuit/syringe), 8,57 % limbah Rahayu, A., Nugroho, B. 2006. Laporan
infeksius jenis logam tajam. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
2. Strategi yang diusulkan adalah: (http://www.docstoc.com/docs/3782910
menyesuaikan pengelolaan limbah 5/Pengelolaan-Limbah-Rumah-Sakit).
padat B3 dengan pedoman standar
yang terdapat pada peraturan Sawalem M., Selic E., Herbell J.D.
perundangan yang berlaku. 2009. Hospital waste management in
Memperbaiki pengelolaan limbah Libya: A case study. Waste
padat B3 dengan bantuan Management 29 (2009) 1370 – 1375.
Departemen Kesehatan Kota Journal homepage: www
Surabaya. .elsevier.com/locate/wasman. Diakses:
10 Agustus 2010
DAFTAR PUSTAKA
Taghipour, H., Mosaferi M. 2009.
Departemen Kesehatan RI. 1996. Characterization of medical waste from
Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah hospitals in Tabriz, Iran. Science o f
Klinis dan Disinfeksi & Sterilisasi di the total environment 407(2009)
Rumah Sakit. Ditjen PPM & PLP, 1527-1535. Journal homepage:
Depkes RI, Jakarta. www .elsevier.com/locate/wasman.

Diaz, L.F., Eggerth, L.L., Enkhtsetseg, Yong, Z., Gang, X., Guanzing, W., Tao,
Sh., Savage, G.M., 2008. Z., Dawei, J. 2008 Medical waste
Characteristics of healthcare wastes. management in China: A case study of
Journal Waste Management 28, 1219– Nanjing. Waste Management 29 (2009)
1226. 1376–1382. Journal homepage:
www.elsevier.com/locate/wasman.
Marinkovic, N., Ksenija, V., Natasˇa,
J., Aleksandar, D., Tomo, P. 2007.

Anda mungkin juga menyukai