Oleh
Kelompok 6 TMT II E
Nama Anggota :
PEMBAHASAN
2.2 Fungsi
a. Sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari- hari
Contoh dari fungsi ini yaitu bangsa indonesia yang sedang ditimpa
kemalangan berupa masih tingginya angka kemiskinan. Dimana para wakil
rakyat yang ada di DPR masih banyak menyelewengkan tugas mereka,
sehingga dampak dari perbuatan mereka adalah kesejahteraan rakyat.
b. Sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa epistimologi melakukan
investigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan.
Pengetahuan epistimologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan
yang plural tentang pengetahuan dan oleh karenanya diharapakan akan
mengembangkan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan.2
c. Sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan
Karena pengetahuan itu beragam, tentu validitas kebenarannya juga
beragam. Sesungguhnya dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup jika
hanya mengandalkan pada stu kebenaran dan menafikan kebenaran
pengetahuan yang lain. Manusia berada dalam varietas kebenaran
pengetahuan yang beraneka dan oleh karenanya kehidupan manusia
menjadi lebih mudah dan mendekati kesempurnaan . Dalam menghadapi
persoalan , ada kalanya kita cukup mengandalkan pada pengetahuan yang
bersifat pengalaman, adakalanya pengetahuan ilmiah, adakalanya
mengandalkan pada pengetahuan filsafat, dan adakalnya pada pengetahuan
agama dan adakalanya mengandalkan secara kolaboratif dari beragam
pengetahuan tersebut.
1
2
Muhammad In,amEsha, MenujuPemikiranFilsafat,(Malang:UIN-Maliki Press,2010),
2.3 Obyek Pengetahuan
1. Obyek empiris yaitu obyek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat
ditangkap oleh indera lahir dan indera batin. Hal yang terjangkau lewat
indera lahir disebut oyek fisis, misalnya batu, gunung, suara, wewangian
dan pahit. Sedangkanhal yang terjangkau lewat indera batin disebutobyek
psikis sepertisedih, murung, dan benci.
2. Obyek ideal, yaitu obyek yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkat
kegiatan akal. Obyek ini semula tidak ada dan baru ada setelah akal
berfikir. Hasil pemikiran inilah selama masih berada dibenak disebut
obyek ideal misalnya berupa renungan dan rekaan. Ketika hasil renungan
dan rekaan ini direalisasikan dalam kenyataan yang dapat diserap oleh
indera , maka ia berubah menjadi obyek empiris.
3. Obyek transenden, yaitu yang pada dasarnya ada, tetapi berada diluar
jangkauan pikiran dan perasaan manusia. Ia hanya diyakini adanya dan
yang dapat diraih hanyalah gelanya saja. Hakikat sesuatu menurut Madlor
adalah obyek transenden karena kita tidak dapat mengetahui hakikat
sesuatu kecuali hanya gejalanya saja yang berupa ciri-ciri.
Sedangkan Ibnu Sina menjelaskan ada tiga obyek manusia, yaitu : pertama
wujud yang secara pasti tidak berelasi dengan materi dan gerak, kedua
wujudyang pada dirinya terkadang kontak dengan materi dan gerak. Ketiga
wujud yang secara pasti berelasi dengan materi dan gerak fisik. Kalau kita
3
Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki Press,2010),101.
4
Langeveld dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),102.
bandingkan dengan macam obyek menurut Langeveld maka setidaknya wujud
yang pertama adalah wujud transenden, wujud kedua adalah wujud ideal, dan
wujud ketiga adalah wujud empiris.
Dari pemikiran para ahli diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut:
1. Sumber pengetahuan yang berasal dari perepsi indera. Tidak ada seorang
pemikirpun yang menafikan peran indera sebagai salah satu sandaran
utama bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan.akal pikiran tidak
dapat berfungsi tanpa adanya data-data yang diperoleh melalui
pengalaman inderawi.
2. Sumber pengetahuan berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal.
Meskipun indera secara fundamental mampu menyerupai data-data untuk
menghasilkan pengetahuan tetapi kemampuan indera sangatlah terbatas.
Seperti yang dijelaskan oleh Kartanegara bahwa hanya melalui akallah
manusia bisa menghasilkan konsep-konsep yang bersifat universaldari
sebuah obyek yang diamati lewat indera yang bersifat abstrak. Konsep
universal tentang manusia muncul karena kemampuan manusia dengan
akalnya bisa menangkap esensi dari beragamnya individu-individu yang
kemudian dikonseptualisasikan sebagai manusia. Ketika kita bertanya
“tolong tunjukkan kepada saya manusia” maka sesungguhnya yang dapat
ditangkap oleh indera adalah sekumpulan individu-individu ( si A, si B
dst)
3. Sumber intuitif pengetahuan yang bersumber pada hati. Hati memiliki
kelebihan sebagai sumber dari pengetahuan yaitu hati mampu memahami
wilayah kehidupan emosional manusia yang bersifat eksisitensial. Hati
mampu menagkap keunikan-keunikan setiap keunikan yang dialami
manusia, hati mempunyai kemampuan untuk mengenal obyeknya secara
langsung. Dimana kelebihan-kelebihan ini tidak dimiliki oleh akal pikiran
manusia
4. Sumber pengetahuan yang bersandar pada khabar sadiq. Tercakup dalam
konteks ini adalah pengetahuan yang bersumber pada otoritas atau
kesaksian sumber yang terpercayadan juga wahyu. Untuk mendapatkan
khabar sadiq dalam tradisi islam ada analisisnya secara ketat yangsecara
umumdibedakan menjadi dua, yaitu dianalisis dari aspek isi dan dianalisis
dari aspek sumbernya. Imam an – Nasafimenjelaskan bahwa yang
termasuk khabar yang benar itu ada dua, yaitu khabar mutawatir yaitu
informasi yang tidak diragukan lagi karena berasal dari banyak sumber
yang tidak mungkin berdusta,. Kedua, informasi yang dibawa oleh para
rosul yang diperkuat dengan adanya mukjizat.
2.5 Klasifikasi Pengetahuan
5
Yazdi dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),109.
6
Arif dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),110.
7
Hubermas dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),110.