Anda di halaman 1dari 9

EPISTIMILOGI

Makalah untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu: Abdul Aziz Faradi, M.Hum.

Oleh

Kelompok 6 TMT II E

Nama Anggota :

1.Masdain rifa’i (1724143153)

2.Ulil Hikmah (1724143253)

3.Umi Hanik (1724143254)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2014/2015


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja.
Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan
di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi,
manusia seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa
digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah
pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena
dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari
pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari Epistemologi.
Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh
tolok ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia
yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan
pengetahuan.
Epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang
paling sulit. Sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan
yang membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh
disingkirkan darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat
abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-
hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja. Oleh sebab itu, perlu
diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat
digunakan manusia untuk mengembangkan diri dalam mengikuti
perkembangan informasi yang pesat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian epistimologi
2. Apa fungsi epistimologi
3. Apa obyek pengetahuan epistimologi
4. Apa sumber pengetahuan epistimologi
5. Apa klasifikasi pengetahuan epistimologi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian epistimologi
2. Mengetahui fungsi epistimologi
3. Mengetahui obyek pengetahuan epistimologi
4. Mengetahui sumber pengetahuan epistimologi
5. Mengetahui klasifikasi pengetahuan epistimologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epistemologi

Epistimologi berasal dari bahasa yunani yaitu episteme yang berarti


pengetahuan dan logos yang berarti kata, pikiran, percakapan, atau ilmu.
Epistimologi berarti kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu
pengetahuan. Dalam hal ini dapat kita artikan bahwa epistimologi : pertama
epistimologi berkenaan dengan sifat pengetahuan, kemungkinan, cakupan, dan
dasar- dasar pengetahuan. Kedua epistimologi membahas tentang reabilitas
pengetahuan, dan ketiga epistimologi melakukan investigasi tentang sumber,
struktur, metode, dan validitas pengetahuan.Epistemologi sering juga disebut teori
pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada
makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria
pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.

Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada


epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu
dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of


philosophy which investigates the origin, stukture, methods and validity of
knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi
untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854
(Runes, 1971-1994).1

2.2 Fungsi
a. Sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari- hari
Contoh dari fungsi ini yaitu bangsa indonesia yang sedang ditimpa
kemalangan berupa masih tingginya angka kemiskinan. Dimana para wakil
rakyat yang ada di DPR masih banyak menyelewengkan tugas mereka,
sehingga dampak dari perbuatan mereka adalah kesejahteraan rakyat.
b. Sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa epistimologi melakukan
investigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan.
Pengetahuan epistimologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan
yang plural tentang pengetahuan dan oleh karenanya diharapakan akan
mengembangkan kearifan masyarakat dalam berpengetahuan.2
c. Sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan
Karena pengetahuan itu beragam, tentu validitas kebenarannya juga
beragam. Sesungguhnya dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup jika
hanya mengandalkan pada stu kebenaran dan menafikan kebenaran
pengetahuan yang lain. Manusia berada dalam varietas kebenaran
pengetahuan yang beraneka dan oleh karenanya kehidupan manusia
menjadi lebih mudah dan mendekati kesempurnaan . Dalam menghadapi
persoalan , ada kalanya kita cukup mengandalkan pada pengetahuan yang
bersifat pengalaman, adakalanya pengetahuan ilmiah, adakalanya
mengandalkan pada pengetahuan filsafat, dan adakalnya pada pengetahuan
agama dan adakalanya mengandalkan secara kolaboratif dari beragam
pengetahuan tersebut.

1
2
Muhammad In,amEsha, MenujuPemikiranFilsafat,(Malang:UIN-Maliki Press,2010),
2.3 Obyek Pengetahuan

Obyek merupakan sesuatu yang dapat dilihat,disentuh, diindra,sesuatu


yang dapat disadari secara fisik atau mental,suatu tujuan akhir dari kegiatan
atau usaha,dan suatu hal yang menjadi masalah pokok dalam suatu
penyelidikan3. Pada hakikatnya obyek pengetahuan manusia dapat dikatakan
sebagai segala sesutu yang ada atau wujud. Obyek pengetahuan dapat
dibedakan menjadi tiga 4 :

1. Obyek empiris yaitu obyek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat
ditangkap oleh indera lahir dan indera batin. Hal yang terjangkau lewat
indera lahir disebut oyek fisis, misalnya batu, gunung, suara, wewangian
dan pahit. Sedangkanhal yang terjangkau lewat indera batin disebutobyek
psikis sepertisedih, murung, dan benci.
2. Obyek ideal, yaitu obyek yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkat
kegiatan akal. Obyek ini semula tidak ada dan baru ada setelah akal
berfikir. Hasil pemikiran inilah selama masih berada dibenak disebut
obyek ideal misalnya berupa renungan dan rekaan. Ketika hasil renungan
dan rekaan ini direalisasikan dalam kenyataan yang dapat diserap oleh
indera , maka ia berubah menjadi obyek empiris.
3. Obyek transenden, yaitu yang pada dasarnya ada, tetapi berada diluar
jangkauan pikiran dan perasaan manusia. Ia hanya diyakini adanya dan
yang dapat diraih hanyalah gelanya saja. Hakikat sesuatu menurut Madlor
adalah obyek transenden karena kita tidak dapat mengetahui hakikat
sesuatu kecuali hanya gejalanya saja yang berupa ciri-ciri.

Sedangkan Ibnu Sina menjelaskan ada tiga obyek manusia, yaitu : pertama
wujud yang secara pasti tidak berelasi dengan materi dan gerak, kedua
wujudyang pada dirinya terkadang kontak dengan materi dan gerak. Ketiga
wujud yang secara pasti berelasi dengan materi dan gerak fisik. Kalau kita

3
Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki Press,2010),101.
4
Langeveld dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),102.
bandingkan dengan macam obyek menurut Langeveld maka setidaknya wujud
yang pertama adalah wujud transenden, wujud kedua adalah wujud ideal, dan
wujud ketiga adalah wujud empiris.

2.4 Sumber Pengetahuan

Terdapat beberapa variasi sumber pengetahuan menurut beberapa


pemikiran sebagai berikut:

1. Harold Titus, dkk. Dalam Persoalan-Persoalan Filsafat (1984:1998)


menjelaskan bahwa sumber pengetahuan yang mungkin dari manusia ada
empat :
a. Kesaksian sumber kedua : bersandar pada otoritas
b. Indera sebagai sumber :bersandar pada persepsi indera
c. Pemikiran sebagai sumber :bersandar pada akal
d. Dalam diri sendirisebagai sumber :bersandar pad intuisi
2. Samsudin Arif dalam Prinsip Prinsip Dasar Epistemologi Islam (2005:27)
menjelaskan bahwa pengetahuan itu dimungkinkanberasal dari empat
sumber, yaitu:
a. Persepsi Indera (idrak al-hawas)
b. Proses akal sehat (ta’aqul)
c. Intuisi hati (qalb)
d. Informasi yang benar (khabarsadiq)

Dari pemikiran para ahli diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
sumber pengetahuan yang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut:

1. Sumber pengetahuan yang berasal dari perepsi indera. Tidak ada seorang
pemikirpun yang menafikan peran indera sebagai salah satu sandaran
utama bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan.akal pikiran tidak
dapat berfungsi tanpa adanya data-data yang diperoleh melalui
pengalaman inderawi.
2. Sumber pengetahuan berasal dari pemikiran yang bersandar dari akal.
Meskipun indera secara fundamental mampu menyerupai data-data untuk
menghasilkan pengetahuan tetapi kemampuan indera sangatlah terbatas.
Seperti yang dijelaskan oleh Kartanegara bahwa hanya melalui akallah
manusia bisa menghasilkan konsep-konsep yang bersifat universaldari
sebuah obyek yang diamati lewat indera yang bersifat abstrak. Konsep
universal tentang manusia muncul karena kemampuan manusia dengan
akalnya bisa menangkap esensi dari beragamnya individu-individu yang
kemudian dikonseptualisasikan sebagai manusia. Ketika kita bertanya
“tolong tunjukkan kepada saya manusia” maka sesungguhnya yang dapat
ditangkap oleh indera adalah sekumpulan individu-individu ( si A, si B
dst)
3. Sumber intuitif pengetahuan yang bersumber pada hati. Hati memiliki
kelebihan sebagai sumber dari pengetahuan yaitu hati mampu memahami
wilayah kehidupan emosional manusia yang bersifat eksisitensial. Hati
mampu menagkap keunikan-keunikan setiap keunikan yang dialami
manusia, hati mempunyai kemampuan untuk mengenal obyeknya secara
langsung. Dimana kelebihan-kelebihan ini tidak dimiliki oleh akal pikiran
manusia
4. Sumber pengetahuan yang bersandar pada khabar sadiq. Tercakup dalam
konteks ini adalah pengetahuan yang bersumber pada otoritas atau
kesaksian sumber yang terpercayadan juga wahyu. Untuk mendapatkan
khabar sadiq dalam tradisi islam ada analisisnya secara ketat yangsecara
umumdibedakan menjadi dua, yaitu dianalisis dari aspek isi dan dianalisis
dari aspek sumbernya. Imam an – Nasafimenjelaskan bahwa yang
termasuk khabar yang benar itu ada dua, yaitu khabar mutawatir yaitu
informasi yang tidak diragukan lagi karena berasal dari banyak sumber
yang tidak mungkin berdusta,. Kedua, informasi yang dibawa oleh para
rosul yang diperkuat dengan adanya mukjizat.
2.5 Klasifikasi Pengetahuan

Klasifikasi pengetahuan dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang.

a. Berdasarkan cara memperolehnya:


 Pengetahuan dengan kehadiran yaitu pengetahuan yang hakikat
obyek diketahui atau tersaksikan secara langsung pada diri subyek
yang mengetahui atau pelaku persepsi.
 Pengetahuan diusahakan, yaitu pengetahuan yang eksistensi obyek
tidak secara langsung tersaksikan oleh subyek ttetapi subyek
menagkapnya melalui perantara yang mencerminkan obyek berupa
konsep mental ( al mafhum al-dzihni)5.
b. Berdasarkan sumbernya
 Pengetahuan inderawi (al-hissiyat) yaitu pengetahuan yang
diperoleh dariserapan indera baik lahir maupun batin
 Pengetahuan rasional (‘aqliyah) yaitu pengetahuan yang diperoleh
dari penalaran rasional seperti setengah lebih kecil dari keseluruhan.
 Pengetahuan intuitif (al-hadsiyyat) atau visi spiritualn (al-
khassfiyat) yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui intuitif.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu (al-sam’iyat),
diriwayatkan (al-marwiyat), atau dinukil (al-naqliyyat)6.
c. Berdasarkan kepentinganya
 Pengetahuan dominatif yaitu pengetahuan yang digunakan untuk
melakukan dominasi kekuasaan.
 Pengetahuan deskriptif yaitu pengetahuan yang digunakan untuk
mendiskripsikan fenomena.
 Pengetahuan emansipatoris yaitu pengetahuan yang digunakan
sebagai sarana pemberdayaan masyarakat yang tertindas7

5
Yazdi dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),109.
6
Arif dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),110.
7
Hubermas dalam Muhammad In,am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat,(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),110.

Anda mungkin juga menyukai