Abstract
The number of irrational for using antibiotics caused multidrug-resistant bacteria is increasing
globally. The resistance of antibiotics are the condition that the influence of antibiotics as
antiinfection useless or the pathogenic bacteria become unsensitive. That problem are failure of
medicinal therapy for using antibiotics. This article reviews recent analize of the mechanisms by
which bacteria survival pathogenic to antibiotics. The mechanism of bacterial resistance to
antibiotics has been found to occur frequently by several cellular mechanisms, such as bacterial
production of enzyme, mutation or exchange of plasmid or gene with low affinity to antibiotics, or
decrease of cell wall permeability to antibiotics, the prevention of access to drug targets, changes in
the structure and protection of antibiotic targets and the direct modification or inactivation of
antibiotics.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan dan timbulnya kerusakan pada sel-sel dan
antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan, jaringan, serta toksigenisitas dan
dimana pasien yang bekerja akan kemampuan membangkitkan sistem imun
terlindungi dari penggunaan antibiotika inang. Hal ini dipengaruhi oleh struktur
tidak efektif sebesar 0,25 kali atau 75 % serta produk-produk yang dihasilkan oleh
lebih rendah (Refdanita et al., 2004). bakteri dan sifat bakteri itu sendiri (Howard
Tujuan dari studi ini ialah untuk dan Rees, 1994).
menganalisis bagaimana mekanisme Secara umum patogenesis bakteri
pertahanan bakteri patogen khususnya pada diawali dengan masuknya bakteri ke dalam
bakteri resisten antibiotik terhadap tubuh inang melalui bermacam-macam
antibiotik dan terutama pada antibiotik cara, antara lain saluran pernafasan, saluran
golongan beta laktam. Diharapkan dengan pencernaan, rongga mulut, kuku, dan lain-
pemaparan dari studi ini, dapat mencegah lain. Setelah itu terjadi proses adhesi-
dan mencari solusi dari penyebaran bakteri kolonisasi. Pada proses ini bakteri
yang resisten antibiotik. menempel pada permukaan sel inang,
METODE PENELITIAN perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel.
Tulisan ini didasarkan pada kajian Pada proses ini, perlekatan bakteri ke sel
literatur baik secara online maupun offline. permukaan sel inang memerlukan protein
Media offline diperoleh dari berbagai text adhesin. Adhesin dibagi menjadi dua, yaitu
book dan buku lainnya, sedangkan media fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial
online bersumber dari berbagai Scientific bertindak sebagai ligan dan berikatan
journals yang ada pada Web, Scopus, dengan reseptor yang terdapat pada
PubMed dan media online lainnya. permukaan sel inang. Fili sering dikenal
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai antigen kolonisasi karena
Bakteri Patogen dan mekanisme sifat peranannya sebagai alat penempelan pada
patogenisitas bakteri sel lain (Pelczar dan Chan, 1986).
Patogenesis dari suatu infeksi bakteri Eksotoksin dan endotoksin bakteri
meliputi proses infeksi dan mekanisme- sangat penting di dalam patogenesis
mekanisme yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu. Eksotoksin merupakan
gejala penyakit. Bakteri dikatakan bersifat faktor virulen pada infeksi bakteri
patogen bila mempunyai kemampuan toksigenik dan imunitas terhadap toksin ini
mengadakan transmisi, melekat pada sel-sel dapat mencegah terjadinya penyakit. Toksin
inang dan mengadakan multiplikasi, yang dikeluarkan dari bakteri menyebabkan
menggunakan nutrien dari sel inang, invasi pengaruh negatif terhadap sel inang dengan
421
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017
cara mengubah metabolisme normal inang tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik yang
tersebut. Toksin yang dihasilkan dibedakan bersifat bakterisidal yang dapat membunuh
menjadi 3 jenis yaitu endotoksin, bakteri dengan cara menghambat
eksotoksin, dan enterotoksin. Setelah proses pembentukan dinding sel dan bersifat toksik
adhesi-kolonisasi, bakteri mengalami pada sel bakteri, contohnya penisilin
proses invasi. Invasi merupakan proses (Laurence dan Bennet, 1987).
bakteri masuk ke dalam sel inang dan Berdasarkan mekanisme kerjanya
menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan
adalah akses yang lebih dalam dari bakteri. sebagai berikut (Stringer, 2006):
Setelah invasi, mikroba mampu bertahan a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri
hidup dan berkembang biak dalam sel yang memiliki efek bakterisidal dengan
inang. Dalam mempertahankan hidupnya, cara memecah enzim dinding sel dan
bakteri harus dapat bersaing untuk menghambat enzim dalam sintesis
mendapatkan nutrisi, setelah itu dapat dinding sel. Contohnya antara lain
mengakibatkan rusaknya jaringan dan golongan β-laktam seperti penisilin,
organ-organ tubuh. sefalosporin, karbapenem, monobaktam,
Bakteri yang memiliki kapsul akan serta inhibitor sintesis dinding sel
melindung dirinya dari fagositosis melalui lainnya seperti vancomysin, basitrasin,
polisakarida yang mengelilinginya. Baik fosfomysin, dan daptomysin.
bakteri Gram positif maupun Gram negatif b. Inhibitor sintesis protein bakteri
yang berkapsul serta vaksin yang memiliki efek bakterisidal atau
mengandung antigen kapsul murni akan bakteriostatik dengan cara menganggu
merangsang imunitas yang bersifat sintesis protein tanpa mengganggu sel-
protektif. Bakteri yang bersifat intraseluler sel normal dan menghambat tahap-tahap
dapat menghalangi respon imun inang sintesis protein. Obat- obat yang
karena tumbuh di dalam sel, terutama aktivitasnya menginhibitor sintesis
fagosit (Ryan, 1997). protein bakteri diantaranya
Mekanisme kerja antibiotik aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin,
Antibiotik dikenal ada dua tipe, yaitu streptogamin, klindamisin,
antibiotik yang bersifat bakteriostatik oksazolidinon, dan kloramfenikol.
dengan aktivitas menghambat c. Mengubah permeabilitas membran sel
perkembangan bakteri dan memungkinkan dan memiliki efek bakteriostatik dengan
sistem kekebalan inangnya mengambil alih cara menghilangkan permeabilitas
sel bakteri yang dihambat, contohnya membran oleh karena hilangnya
422
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik
antibiotik oleh praktisi kesehatan yang tidak baru yang spesifik dapat menghambat
ahli karena kurangnya perhatian pada efek mekanisme kerja antibiotik. Resistensi
merusak dari penggunaan antibiotik yang antibiotik yang didapat dapat bersifat relatif
tidak tepat, lebih dari separuh pasien dalam atau mutlak. Contoh dari resistensi yang
perawatan rumah sakit menerima antibiotik didapat ialah Pseudomonas aeruginosa
sebagai pengobatan ataupun profilaksis, resisten terhadap ceftazidin, Haemophillus
sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai influenzae resisten terhadap imipenem dan
untuk kepentingan manusia dan sedikitnya ampisilin, Pseudomonas aeruginosa
40% berdasar pada indikasi yang kurang resisten terhadap ciprofloxacin.
tepat, misalnya penggunaan antibiotik Resistensi didapat yang relatif yaitu
untuk infeksi virus (Utami, 2012). minimal inhibitory concentration (MIC)
Resistensi antibiotik dapat antibiotik tertentu meningkat secara
diklasifikasikan menjadi dua kelompok bertahap, contohnya resistensi yang didapat
yaitu resistensi alami dan resistensi yang pada gonococci dan pneumococci.
didapat. Resistensi alami merupakan sifat Resistensi antibiotik didapat yang mutlak
dari antibiotik yang memang kurang atau (absolut) terjadi apabila terdapat suatu
tidak aktif terhadap suatu bakteri dan mutasi genetik selama atau setelah terapi
bersifat diturunkan. Contohnya antibiotik. Akibatnya bakteri yang
Pseudomonas aeruginosa yang tidak sebelumnya sensitif berubah menjadi
pernah sensitif terhadap kloramfenikol serta resisten dengan peningkatan MIC yang
25% dari Streptococcus pneumoniae secara sangat tinggi dan tidak dapat dicapai
alami resisten terhadap antibiotik golongan dengan pemberian antibiotik pada dosis
makrolid (erythromycin, clarithromycin, terapi. Pseudo-resistance ialah jika pada uji
dan azithromycin). Masalah resistensi ini kepekaan didapatkan hasil resisten tetapi di
dapat diprediksi, sehingga dalam pemberian dalam tubuh (in vivo) masih efektif,
antibiotik dapat dipilih antibiotik dengan contohnya bakteri Escherichia coli dan
cara kerja yang berbeda. Klebsiella pneumoniae resisten terhadap
Resistensi yang didapat apabila sulbaktam atau ampisilin, Pseudomonas
bakteri tersebut sebelumnya sensitif aeruginosa resisten terhadap aztreonam.
terhadap suatu antibiotik kemudian berubah Resistensi silang (cross-resistance) ialah
menjadi resisten. Ada 2 kemungkinan resistensi suatu obat yang diikuti oleh obat
mekanisme terjadinya kejadian ini, yaitu lain yang belum pernah dipaparkan
karena adanya mutasi pada kromosom (Tripathi, 2003). Contoh resistensi silang
DNA bakteri atau terdapat materi genetik ialah Extended-spectrum ß-lactamase yang
424
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik
diproduksi oleh bakteri yang resisten genetik antara bakteri yang berbeda. Jenis
terhadap ceftazidime menyebabkan transfer genetik tersebut dinamakan
resistensi untuk seluruh cephalosporin konjugasi (Pelczar dan Chan, 1986).
generasi III. Metode lain dari transfer genetika
C.1. Mekanisme Molekuler Resistensi adalah transduksi, yaitu perpindahan
terhadap Antibiotik informasi genetik oleh virus penginfeksi
Resistensi dapat terjadi karena adanya bakteri yang disebut bakteriofag. Fage
gen resisten. Gen resisten pada bakteri berikatan pada membran sel bakteri lalu
berfungsi melindungi terhadap inhibitory melakukan injeksi. Ada 2 hal yang
effect dari antibiotik. Gen resisten dapat dilakukan oleh fage, yaitu DNA dapat
melakukan coding protein transpor menjadi non infektif dan menggabungkan
membran untuk mencegah antibiotik gen yang membawanya ke dalam DNA
memasuki sel bakteri, atau melakukan bakteri itu sendiri atau virus dapat
pemompaan untuk mengeluarkan antibiotik berkembang biak dan merusak sel inang
sesegera mungkin saat masuk ke dalam sel, (Kenneth, 1995).
sehingga mencegah kontak dengan Transfer informasi genetik juga dapat
targetnya (Badan paM, 2001). terjadi melalui transposon antara DNA
Bakteri memperoleh gen resisten virus dan DNA bakteri. Transposisi berarti
dengan beberapa cara, antara lain lewat transfer genetik yang menggunakan
mutasi DNA bakteri. Mutasi ini diwariskan transposon, yaitu bahan yang lebih kecil
ke seluruh keturunan yang dihasilkan dari dari DNA untuk membawa gen resisten
sel inti yang dikenal sebagai proses evolusi antibiotik. Transposon dapat keluar dari
vertikal. Bakteri juga dapat melakukan plasmid dan bergabung dengan DNA inang
evolusi horisontal, yaitu dengan pertukaran yang baru atau ke dalam plasmid setelah
gen antara sel-sel bakteri yang berdekatan. konjugasi. Informasi genetik yang dibawa
Sebuah mutasi DNA spontan dapat terjadi transposon masih dapat hidup meskipun
pada sebuah plasmid dalam suatu sel plasmid yang mentransfer informasinya
bakteri. Plasmid ialah DNA sudah mati.
ekstrakromosomal yang hanya terdapat C.2. Mekanisme Resistensi Bakteri
pada sel bakteri. Mutasi ini dapat terjadi terhadap antibiotik betalaktam
dari gen yang resisten antibiotik. Mula- Antibiotik golongan beta laktam
mula plasmid bereplikasi dalam sel inang banyak digunakan untuk first line therapy
dan ditransfer ke sel bakteri lain. Plasmid infeksi bakteri tertentu. Antibiotik tersebut
tersebut dapat memindahkan informasi banyak dipilih karena pada umumnya
425
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017
infeksi itu bersifat campur baik bakteri destruksi atau penghancuran antibiotik oleh
Gram positif maupun bakteri Gram negatif enzim β-Lactamase, kegagalan antibiotik
serta bakteri aerob dan bakteri anaerob. dalam menembus membran luar bakteri
Mekanisme resistensi bergantung pada Gram negatif untuk mencapai PBPs3,
perubahan dalam target antibiotik yaitu PEP efflux obat melintasi membran bagian luar
(Penicilline-binding protein) yang dari bakteri Gram negatif, dan afinitas yang
bertanggung jawab pada sintesa dinding sel rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran.
dan dapat mengikat penisilin serta Destruksi antibiotik golongan β-Lactam
antibiotik lain. Reaksi peptidoglikan dengan oleh enzim β-Lactamase merupakan
beta laktam mengakibatkan penghambatan mekanisme resistensi yang paling umum
PEP yang irreversibel dan lisisnya sel dijumpai, dan pada bakteri Gram negatif,
bakteri (Lechevallier et al., 1988). Ada khususnya Pseudomonas aeruginosa sering
sekitar 56 macam antibiotik beta laktam bersama dengan mekanisme efflux
yang dikelompokkan ke dalam 4 golongan, (Mandell et al.).
diantaranya penisilin, sefalosporin, Untuk resistensi tetrasiklin contohnya
carbapenem, dan monobactam. ialah pada saat suatu senyawa antibakteri
Senyawa antibakteri dapat bertemu telah berhasil melewati membran sel,
dengan berbagai macam enzim yang senyawa tersebut dapat dieliminasi oleh
berfungsi merubah struktur obat dan bakteri dengan mekanisme efflux pump
menjadikannya inefektif ketika berada di yang aktif. Bakteri mengembangkan efflux
dalam membran sel luar. Salah satu pump yang aktif untuk mengeluarkan
mekanisme timbulnya resistensi terhadap antibiotik dari sitoplasma lebih cepat
antibiotik golongan ß-laktam khususnya daripada kecepatan senyawa tersebut
pada bakteri Gram negatif ialah dengan berdifusi masuk. Oleh karena itu,
diproduksinya enzim ß-laktamase. Enzim konsentrasi senyawa antibiotik di dalam
ini dapat memecah cincin ß-laktam bakteri menjadi terlalu rendah, sehingga
sehingga antibiotik tersebut menjadi tidak menjadi tidak efektif. Efflux pump
aktif. Enzim beta-laktamase disekresi ke merupakan variasi dari pump yang biasa
rongga periplasma oleh bakteri Gram- digunakan untuk memindahkan nutrisi dan
negatif dan ke cairan ekstraselular oleh zat sisa keluar masuk sel. Pump ini juga
bakteri Gram-positif. dipakai oleh bakteri dalam memproduksi
Ada empat mekanisme resistensi antibiotik untuk memindahkan antibiotik
bakteri terhadap Penicillin dan juga obat keluar sel dan ke lingkungan sekitarnya.
antibiotik golongan β-Lactam, diantaranya Mekanisme alami ini melindungi bakteri
426
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik
tersebut dari kemungkinan mati oleh akibat sehingga kemampuan pembentukan biofilm
antibiotik yang dihasilkannya sendiri. Di pada suatu bakteri dapat dikatakan sebagai
sisi lain mekanisme ini juga membunuh salah satu sifat dari patogenitasnya (Pratiwi,
bakteri lain di lingkungan sekitarnya yang 2010).
dapat mengganggu pertumbuhan bakteri Resistensi antibiotik dalam bakteri
tersebut. biofilm diduga terjadi karena lambat atau
C.3. Mekanisme Resistensi Antibiotik pada tidak sempurnanya penetrasi antibiotik ke
Bakteri Pembentuk Biofilm biofilm oleh adanya perubahan lingkungan
Setiap bakteri mempunyai kimiawi mikro pada biofilm sehingga dapat
susceptibilitas yang berbeda. Spora bakteri melawan aksi antibiotik dan adanya
dianggap paling resisten, diikuti oleh perubahan osmotika biofilm melalui
mikobakteria, kemudian Gram negatif perubahan proporsi relatif dari porin
berbentuk kokus. Ketahanan bakteri sehingga mengurangi permeabilitas cell
tersebut dihubungkan dengan adanya enzim envelope terhadap antibiotik, serta diduga
degradatif dan impermeabilitas selular. karena subpopulasi mikroorganisme dalam
Lapisan dan korteks pada spora bakteri, biofilm akan membentuk struktur khas yang
arabinogalaktan dan komponen dinding sel memberikan perlindungan pada
lain serta membran luar bakteri Gram mikroorganisme (Corvianindya dan
negatif membatasi konsentrasi biosida aktif Brotosoetarno, 2004).
yang mencapai daerah target sel-sel bakteri KESIMPULAN
tersebut. Kondisi khas ini ditemukan pada Resistensi bakteri patogen terhadap
bakteri biofilm, sebagai hasil mekanisme suatu antibiotik dapat terjadi berdasarkan
resistensi intrinsik dari adaptasi fisiologi salah satu atau lebih mekanisme,
sel. Kolonisasi biofilm ditemukan dalam diantaranya mikroba mensintesis suatu
matriks glycocalyx. Bakteri akan terlindung enzim inaktivator atau penghancur
dari pengaruh surfaktan, antibodi, dan antibiotika, mikroba mengubah
antibiotik dengan membangun “guard celf” permeabilitasnya terhadap obat, mikroba
pada bagian atas biofilm yang dapat mengembangkan suatu perubahan struktur
menetralkan antibiotik secara enzimatik sasaran bagi obat, mikroba
atau mengeluarkan antibiotik berdasarkan mengembangkan perubahan jalur metabolik
perubahan struktur permukaannya yang langsung dihambat oleh obat, dan
(Corvianindya dan Brotosoetarno, 2004). mikroba mengembangkan perubahan enzim
Polianionik dari matriks glycocalyx diduga yang tetap dapat melakukan fungsi
berperan pada resistensi dalam biofilm metabolismenya tetapi lebih sedikit
427
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017
dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada Oleh karena itu, sebaiknya antibiotik
mikroorganisme yang rentan. diberikan dalam dosis yang tepat dan
SARAN penetrasi yang tepat dimana lokasi bakteri
Penggunaan obat antibiotik berada. Bila dosisnya tepat, maka resistensi
hendaknya bukan tujuan untuk pengobatan, tidak berkembang dengan cepat dan efek
namun untuk mengontrol populasi bakteri. samping juga akan minimal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan paM. 2001. Informasi penggunaan Kenneth T. 1995. CALS Pathogen! Pest
antibiotik. Majalah Farmacia 2001: 16- Resistance Discussion. Bacterial
17. resistance to antibiotic. Oct 25, 1995.
Brooks GF., Butel JS., Morse SA. 2012. Laurence DR dan Bennet PN. 1987.
Mikrobiologi Kedokteran. Jawetz, Clinical Pharmacology. Sixth edition.
Melnitz dan Adelberg. Ed 25. Jakarta: Churchill livingstone. Edinburgh.
EGC. Lechevallier MW., Cawthon CD. Lee RG.
Corvianindya Y., Brotosoetarno S. 2004. 1988. Inactivation of biofilm bacteria.
Resistensi bakteri oral biofilm Appl. Environ. Microbiol, 54: 2492-9.
terhadap antibiotika golongan beta- Mandell., Douglas dan Bennet. Principles
laktam. IJD. 11(2): 83-87. and Practice of Infectious Diseases 7th
Felmingham D., Reinert RR., Hirakata Y., Ed.
Rodloff A. 2002. Increasing prevalence Mulyani S. 2013. Kimia dan Bioteknologi
of antimicrobial resistance among dalam Resistensi Antibiotik. Seminar
isolates of Streptococcus pneumoniae Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia
from the PROTEKT surveillance study, V. Surakarta, 6 April 2013.
and compatative in vitro activity of the Nurmala., Virgiandhy IGN., Andriani.,
ketolide, telithromycin. J. Antimicrob. Liana DF. 2015. Resistensi dan
Chemother 50, Suppl S1: 25-37. Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik
Gunawan S., Setiabudy R dan Nafrialdi. di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun
2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. 2011-2013. eJKI, 3(1): 21-28.
Jakarta. Departemen Farmakologi dan Pelczar MJ dan Chan ECS. 1986. Dasar-
Terapeutik FK-UI. Dasar Mikrobiologi I. Jakarta:
Hadi U. 2008. Antibiotic Usage and Universitas Indonesia.
Antimicrobial Resistance in Indonesia. Pratiwi RH. 2010. Kemampuan
Surabaya. Airlangga University Press. Pembentukan Biofilm pada Bakteri
Hamilton-Miller JM. 2002. Vancomycin- Escherichia coli Enteropatogen (EPEC)
resistant Staphylococcus aureus : a real sebagai Salah Satu Sifat Patogenitasnya.
and present danger?. Infection, 30: 118- Jurnal Factor, 3: 9-13.
124. Refdanita., Maksum R., Nurgani A.,
Howard BJ dan Rees JC. 1994. Host Endang P. 2004. Pola kepekaan kuman
parasite interactions : Mechanisms of terhadap antibiotika di ruang rawat
pathogenicity. Dalam : Howard BJ et al. intensif RS Fatmawati Jakarta tahun
Clinical and Pathogenic Microbiology, 2001-2002. Makara Kesehatan, 8(2):
2 nd edition, Mosby, 9-36. 41-48.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Ryan JL. 1997. Bacterial diseases. Dalam
Pedoman penggunaan antibiotik. Stites, DP., Terr AI dan Parslow TG.
Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (Eds). Medical Immunology, 9th edition,
428
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik
429
ISSN e-journal 2579-7557