Anda di halaman 1dari 12

MEKANISME PERTAHANAN BAKTERI PATOGEN TERHADAP ANTIBIOTIK

Rina Hidayati Pratiwi*


Prodi Pendidikan Biologi FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta
*rina.hp2012@gmail.com

Abstract
The number of irrational for using antibiotics caused multidrug-resistant bacteria is increasing
globally. The resistance of antibiotics are the condition that the influence of antibiotics as
antiinfection useless or the pathogenic bacteria become unsensitive. That problem are failure of
medicinal therapy for using antibiotics. This article reviews recent analize of the mechanisms by
which bacteria survival pathogenic to antibiotics. The mechanism of bacterial resistance to
antibiotics has been found to occur frequently by several cellular mechanisms, such as bacterial
production of enzyme, mutation or exchange of plasmid or gene with low affinity to antibiotics, or
decrease of cell wall permeability to antibiotics, the prevention of access to drug targets, changes in
the structure and protection of antibiotic targets and the direct modification or inactivation of
antibiotics.

Keywords: antibiotics, resistance, mechanism, microorganisms

PENDAHULUAN manusia relatif kecil. Turunan zat-zat yang


Penyakit infeksi masih menjadi dibuat secara semi sintesis tersebut juga
masalah kesehatan yang utama di beberapa termasuk kelompok antibiotik, begitu pula
negara, khususnya di negara berkembang senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri
(Kementerian kesehatan RI, 2011). (Tjay dan Rahardja, 2007). Antibiotik
Penyebab infeksi disebabkan oleh sejumlah sebagai obat untuk menanggulangi penyakit
mikroorganisme seperti bakteri yang infeksi, penggunaannya harus rasional,
bersifat patogen yang biasa dikenal dengan tepat dan aman. Penggunaan antibiotik
kuman penyakit. Sejumlah bahan yang tidak rasional akan menimbulkan
antimikroorganisme yang digunakan untuk dampak negatif, seperti terjadinya
menghambat kuman penyakit penyebab kekebalan mikroorganisme terhadap
infeksi telah lama dikembangkan pada beberapa antibiotik, meningkatnya efek
tingkat organisme, baik seluler maupun samping obat dan bahkan berdampak
molekuler. Bahan antimikroorganisme kematian.
tersebut dikenal dengan antibiotik. Penggunaan antibiotik dikatakan tepat bila
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang efek terapi mencapai maksimal sementara
dihasilkan oleh fungi atau bakteri, yang efek toksik yang berhubungan dengan obat
memiliki khasiat mematikan atau menjadi minimum, serta perkembangan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme antibiotik resisten seminimal mungkin
patogen, sedangkan toksisitasnya bagi (WHO, 2008).
418
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

Dampak negatif akibat penggunaan lebih lama, sehingga kemungkinan terjadi


antibiotik yang tidak rasional, penggunaan komplikasi selama perawatan. Hal lain ialah
antibiotik yang terlalu sering, penggunaan meningkatnya biaya yang digunakan untuk
antibiotik baru yang berlebihan, dan mencapai kesembuhan, misalnya pada
penggunaan antibiotik dalam jangka waktu pasien dengan infeksi methicillin-resistant
yang lama ialah timbulnya resistensi Staphylococcus aureus (MRSA)
mikroorganisme terhadap berbagai membutuhkan perawatan 2 hari lebih lama
antibiotik (multidrug-resistance). Hal ini daripada pasien methicillin-sensitive
mengakibatkan pengobatan menjadi tidak Staphylococcus aureus (MSSA). Sama
efektif, peningkatan morbiditas maupun halnya dengan pasien yang terinfeksi
mortalitas pasien, dan peningkatan biaya Klebsiella pneumoniae yang resisten
kesehatan (Kementerian kesehatan RI, terhadap antibiotik ß-laktam dan
2005). Resistensi juga muncul karena Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap
penggunaan yang berlebihan dari antibiotik carbapenem yang diketahui disebabkan oleh
berspektrum luas atau penggunaan pemberian terapi yang tidak adekuat.
antibiotik yang ditujukan pada tanaman dan Antibiotik lainnya seperti amoksisilin
hewan dalam jangka waktu yang lama memiliki tingkat resistensi sebesar 67,16%
sehingga berimbas kepada manusia sehingga sering dikombinasikan dengan
(Mulyani, 2013). asam klavulanat karena asam klavulanat
Resistensi bakteri terhadap antibiotik, merupakan inhibitor beta-laktamase yang
khususnya antibiotik golongan β-lactam dapat melindungi amoksisilin dari hidrolisis
terus meningkat secara memprihatinkan. beta-laktamase. Namun, mekanisme
Hasil penelitian pada tahun 2003 resistensi itu tak hanya melalui produksi
menyebutkan tentang kejadian resistensi enzim β-Lactamase yang dapat merusak
terhadap penicilin dan tetrasiklin oleh antibiotik golongan β-Lactam, tetapi juga
bakteri patogen diare dan Neisseria melalui perubahan pada penicilline binding
gonorrhoeae telah hampir mencapai 100% protein (PBP) dan terjadi pengurangan
di seluruh area di Indonesia (Hadi, 2008). ataupun peningkatan masuk atau keluarnya
Peningkatan resistensi terhadap dengan mekanisme efflux serta enzim
antibiotik di rumah sakit mempengaruhi autolisin bakteri tidak bekerja sehingga
perawatan pasien selama di rumah sakit. timbul toleransi bakteri terhadap obat
Hal-hal yang dipengaruhinya antara lain, (Gunawan et al., 2009).
terjadinya peningkatan mortalitas dan Antibiotik yang memiliki resistensi
morbiditas, misalnya pasien harus dirawat paling tinggi terhadap antibiotik yaitu
419
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

sebesar 96,43% ialah metronidazol. generasi pertama dan aktif terhadap


Metronidazol merupakan antiprotozoa dan Enterobacter sp. dan Klebsiella sp. serta
antibakteri yang efektif melawan parasit yang positif terhadap indol. Sefotaksim dan
protozoa anaerob dan bakteri anaerob Gram seftriakson merupakan antibiotik yang
negatif termasuk Bacteroides sp. dan sering digunakan di rumah sakit. Resistensi
bakteri anaerob Gram positif pembentuk yang terjadi menandakan bahwa
spora. Metronidazol tidak efektif terhadap kebanyakan bakteri pada spesimen pus
bakteri aerob karena pada bakteri aerob telah resisten terhadap kedua antibiotik
tidak memiliki komponen transpor elektron tersebut. Sefalosporin generasi ketiga
seperti pada bakteri anaerob. Bakteri merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi
anaerob memiliki komponen transpor serius yang disebabkan oleh bakteri enterik
elektron yang memiliki potensial redoks Gram negatif, memiliki sifat sangat resisten
negatif yang cukup untuk mendonorkan terhadap enzim beta-laktamase dan
elektron ke metronidazol. Metronidazol mempunyai aktivitas yang baik untuk
merupakan prodrug karena memerlukan beberapa bakteri (Brooks et al., 2012).
aktivasi reduktif pada gugus nitro oleh Berdasarkan penelitian PROTEKT
mikroorganisme yang rentan. Transfer (Prospective Resistant Organism Tracking
elektron tunggal membentuk anion radikal and Epidemiology for the Ketolide
nitro yang sangat reaktif. Anion tersebut Telithromycin) pada tahun 1999-2000
membunuh mikroorganisme rentan melalui tentang Prevalensi resistensi antibiotika dari
mekanisme yang diperantarai oleh radikal. Streptococcus pneumoniae, terdapat 3362
Resistensi antibiotik tertinggi selanjutnya pneumococcus yang resisten terhadap
ialah pada antibiotik sefaleksin sebesar penicillin G yaitu sekitar 22,1 % dengan
95,8%, sefuroksim sebesar 92,2%, tingkat tertinggi ditemukan di Asia
sefadroksil sebesar 91,5%, sefotaksim (53,4%), Perancis (46,2%) dan Spanyol
sebesar 70,7%, dan seftriakson sebesar (42,1%). Resistensi juga terjadi pada
66,2% (Nurmala et al., 2015). Sefaleksin Erythromycin A sekitar 31,1% dengan
dan sefadroksil merupakan sefalosporin tingkat tertinggi ditemukan di Asia
generasi pertama yang memiliki aktivitas (79,6%), Perancis (57,6%), Hungaria
baik untuk bakteri Gram positif, sedangkan (55,6%) dan Italia (42,9%). Resistensi
untuk bakteri Gram negatif memiliki Fluoroquinolone biasanya rendah (1%),
aktivitas yang sedang. Sefuroksim walaupun 14,3% dari 70 yang diisolasi dari
merupakan sefalosporin generasi kedua Hongkong resisten terhadap levofloxacin
yang memiliki spektrum lebih luas dari dan moxifloxacin (Felmingham, 2002).
420
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

Faktor yang mempengaruhi penggunaan dan timbulnya kerusakan pada sel-sel dan
antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan, jaringan, serta toksigenisitas dan
dimana pasien yang bekerja akan kemampuan membangkitkan sistem imun
terlindungi dari penggunaan antibiotika inang. Hal ini dipengaruhi oleh struktur
tidak efektif sebesar 0,25 kali atau 75 % serta produk-produk yang dihasilkan oleh
lebih rendah (Refdanita et al., 2004). bakteri dan sifat bakteri itu sendiri (Howard
Tujuan dari studi ini ialah untuk dan Rees, 1994).
menganalisis bagaimana mekanisme Secara umum patogenesis bakteri
pertahanan bakteri patogen khususnya pada diawali dengan masuknya bakteri ke dalam
bakteri resisten antibiotik terhadap tubuh inang melalui bermacam-macam
antibiotik dan terutama pada antibiotik cara, antara lain saluran pernafasan, saluran
golongan beta laktam. Diharapkan dengan pencernaan, rongga mulut, kuku, dan lain-
pemaparan dari studi ini, dapat mencegah lain. Setelah itu terjadi proses adhesi-
dan mencari solusi dari penyebaran bakteri kolonisasi. Pada proses ini bakteri
yang resisten antibiotik. menempel pada permukaan sel inang,
METODE PENELITIAN perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel.
Tulisan ini didasarkan pada kajian Pada proses ini, perlekatan bakteri ke sel
literatur baik secara online maupun offline. permukaan sel inang memerlukan protein
Media offline diperoleh dari berbagai text adhesin. Adhesin dibagi menjadi dua, yaitu
book dan buku lainnya, sedangkan media fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial
online bersumber dari berbagai Scientific bertindak sebagai ligan dan berikatan
journals yang ada pada Web, Scopus, dengan reseptor yang terdapat pada
PubMed dan media online lainnya. permukaan sel inang. Fili sering dikenal
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai antigen kolonisasi karena
Bakteri Patogen dan mekanisme sifat peranannya sebagai alat penempelan pada
patogenisitas bakteri sel lain (Pelczar dan Chan, 1986).
Patogenesis dari suatu infeksi bakteri Eksotoksin dan endotoksin bakteri
meliputi proses infeksi dan mekanisme- sangat penting di dalam patogenesis
mekanisme yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu. Eksotoksin merupakan
gejala penyakit. Bakteri dikatakan bersifat faktor virulen pada infeksi bakteri
patogen bila mempunyai kemampuan toksigenik dan imunitas terhadap toksin ini
mengadakan transmisi, melekat pada sel-sel dapat mencegah terjadinya penyakit. Toksin
inang dan mengadakan multiplikasi, yang dikeluarkan dari bakteri menyebabkan
menggunakan nutrien dari sel inang, invasi pengaruh negatif terhadap sel inang dengan
421
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

cara mengubah metabolisme normal inang tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik yang
tersebut. Toksin yang dihasilkan dibedakan bersifat bakterisidal yang dapat membunuh
menjadi 3 jenis yaitu endotoksin, bakteri dengan cara menghambat
eksotoksin, dan enterotoksin. Setelah proses pembentukan dinding sel dan bersifat toksik
adhesi-kolonisasi, bakteri mengalami pada sel bakteri, contohnya penisilin
proses invasi. Invasi merupakan proses (Laurence dan Bennet, 1987).
bakteri masuk ke dalam sel inang dan Berdasarkan mekanisme kerjanya
menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan
adalah akses yang lebih dalam dari bakteri. sebagai berikut (Stringer, 2006):
Setelah invasi, mikroba mampu bertahan a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri
hidup dan berkembang biak dalam sel yang memiliki efek bakterisidal dengan
inang. Dalam mempertahankan hidupnya, cara memecah enzim dinding sel dan
bakteri harus dapat bersaing untuk menghambat enzim dalam sintesis
mendapatkan nutrisi, setelah itu dapat dinding sel. Contohnya antara lain
mengakibatkan rusaknya jaringan dan golongan β-laktam seperti penisilin,
organ-organ tubuh. sefalosporin, karbapenem, monobaktam,
Bakteri yang memiliki kapsul akan serta inhibitor sintesis dinding sel
melindung dirinya dari fagositosis melalui lainnya seperti vancomysin, basitrasin,
polisakarida yang mengelilinginya. Baik fosfomysin, dan daptomysin.
bakteri Gram positif maupun Gram negatif b. Inhibitor sintesis protein bakteri
yang berkapsul serta vaksin yang memiliki efek bakterisidal atau
mengandung antigen kapsul murni akan bakteriostatik dengan cara menganggu
merangsang imunitas yang bersifat sintesis protein tanpa mengganggu sel-
protektif. Bakteri yang bersifat intraseluler sel normal dan menghambat tahap-tahap
dapat menghalangi respon imun inang sintesis protein. Obat- obat yang
karena tumbuh di dalam sel, terutama aktivitasnya menginhibitor sintesis
fagosit (Ryan, 1997). protein bakteri diantaranya
Mekanisme kerja antibiotik aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin,
Antibiotik dikenal ada dua tipe, yaitu streptogamin, klindamisin,
antibiotik yang bersifat bakteriostatik oksazolidinon, dan kloramfenikol.
dengan aktivitas menghambat c. Mengubah permeabilitas membran sel
perkembangan bakteri dan memungkinkan dan memiliki efek bakteriostatik dengan
sistem kekebalan inangnya mengambil alih cara menghilangkan permeabilitas
sel bakteri yang dihambat, contohnya membran oleh karena hilangnya
422
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

substansi seluler sehingga menyebabkan atau dosis normal yang seharusnya


sel menjadi lisis. Obat-obat yang (Hamilton-Miller, 2002), sedangkan
memiliki aktivitas ini antara lain multiple drugs resistance diartikan sebagai
polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, resistensi terhadap dua atau lebih obat
nistatin, dan kolistin. maupun klasifikasi obat (Walsh, 2003).
d. Menghambat sintesa folat. Mekanisme Jadi, resistensi antibiotik adalah
kerja ini terdapat pada obat-obatan kemampuan mikroorganisme untuk
seperti sulfonamida dan trimetoprim. bertahan terhadap efek antibiotik,
Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam diantaranya dengan memperoleh gen
folat, tetapi harus membuat asam folat resisten melalui mutasi atau perubahan/
dari PABA (asam para amino benzoat) pertukaran plasmid (transfer gen) antar
dan glutamat. Asam folat merupakan spesies bakteri yang sama, contohnya
vitamin namun pada manusia tidak dapat methiciline-resistant Staphylococcus aureus
mensintesis asam folat. Hal ini menjadi (MRSA) atau vancomycin-resistant
suatu target yang baik dan selektif untuk Staphylococcus aureus (VRSA) (Tripathi,
senyawa-senyawa antimikroba. 2003).
e. Mengganggu sintesis DNA. Mekanisme Ada beberapa faktor penyebab
kerja tersebut terdapat pada obat-obatan terjadinya resistensi bakteri, yaitu faktor
seperti metronidasol, kinolon, dan primer adalah penggunaan agen antibiotik,
novobiosin. Obat-obatan ini dapat munculnya strain bakteri yang resisten
menghambat asam deoksiribonukleat terhadap antibiotik, dan penyebaran strain
(DNA) girase sehingga menghambat tersebut ke bakteri lain. Selain itu, adanya
sintesis DNA. DNA girase adalah enzim faktor penjamu seperti lokasi infeksi,
yang terdapat pada bakteri dengan cara kemampuan antibiotik mencapai organ
menyebabkan terbuka dan terbentuknya target infeksi sesuai dengan konsentrasi
superheliks pada DNA sehingga terapi, flora normal pasien, dan ekologi
menghambat replikasi DNA. lingkungan merupakan faktor-faktor yang
Mekanisme pertahanan bakteri terhadap perlu diperhatikan. Penggunaan antibiotik
antibiotik secara berlebihan, memiliki andil besar
Resistensi dapat diartikan sebagai dalam menyebabkan peningkatan resistensi
tidak terhambatnya pertumbuhan terhadap antibiotik, terutama di rumah
mikroorganisme, dalam hal ini bakteri sakit. Faktor-faktor lain yang berpengaruh
dengan pemberian antibiotik secara diantaranya penggunaan antibiotik yang
sistemik pada kadar hambat minimalnya meluas dan irasional, penyalahgunaan
423
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

antibiotik oleh praktisi kesehatan yang tidak baru yang spesifik dapat menghambat
ahli karena kurangnya perhatian pada efek mekanisme kerja antibiotik. Resistensi
merusak dari penggunaan antibiotik yang antibiotik yang didapat dapat bersifat relatif
tidak tepat, lebih dari separuh pasien dalam atau mutlak. Contoh dari resistensi yang
perawatan rumah sakit menerima antibiotik didapat ialah Pseudomonas aeruginosa
sebagai pengobatan ataupun profilaksis, resisten terhadap ceftazidin, Haemophillus
sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai influenzae resisten terhadap imipenem dan
untuk kepentingan manusia dan sedikitnya ampisilin, Pseudomonas aeruginosa
40% berdasar pada indikasi yang kurang resisten terhadap ciprofloxacin.
tepat, misalnya penggunaan antibiotik Resistensi didapat yang relatif yaitu
untuk infeksi virus (Utami, 2012). minimal inhibitory concentration (MIC)
Resistensi antibiotik dapat antibiotik tertentu meningkat secara
diklasifikasikan menjadi dua kelompok bertahap, contohnya resistensi yang didapat
yaitu resistensi alami dan resistensi yang pada gonococci dan pneumococci.
didapat. Resistensi alami merupakan sifat Resistensi antibiotik didapat yang mutlak
dari antibiotik yang memang kurang atau (absolut) terjadi apabila terdapat suatu
tidak aktif terhadap suatu bakteri dan mutasi genetik selama atau setelah terapi
bersifat diturunkan. Contohnya antibiotik. Akibatnya bakteri yang
Pseudomonas aeruginosa yang tidak sebelumnya sensitif berubah menjadi
pernah sensitif terhadap kloramfenikol serta resisten dengan peningkatan MIC yang
25% dari Streptococcus pneumoniae secara sangat tinggi dan tidak dapat dicapai
alami resisten terhadap antibiotik golongan dengan pemberian antibiotik pada dosis
makrolid (erythromycin, clarithromycin, terapi. Pseudo-resistance ialah jika pada uji
dan azithromycin). Masalah resistensi ini kepekaan didapatkan hasil resisten tetapi di
dapat diprediksi, sehingga dalam pemberian dalam tubuh (in vivo) masih efektif,
antibiotik dapat dipilih antibiotik dengan contohnya bakteri Escherichia coli dan
cara kerja yang berbeda. Klebsiella pneumoniae resisten terhadap
Resistensi yang didapat apabila sulbaktam atau ampisilin, Pseudomonas
bakteri tersebut sebelumnya sensitif aeruginosa resisten terhadap aztreonam.
terhadap suatu antibiotik kemudian berubah Resistensi silang (cross-resistance) ialah
menjadi resisten. Ada 2 kemungkinan resistensi suatu obat yang diikuti oleh obat
mekanisme terjadinya kejadian ini, yaitu lain yang belum pernah dipaparkan
karena adanya mutasi pada kromosom (Tripathi, 2003). Contoh resistensi silang
DNA bakteri atau terdapat materi genetik ialah Extended-spectrum ß-lactamase yang
424
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

diproduksi oleh bakteri yang resisten genetik antara bakteri yang berbeda. Jenis
terhadap ceftazidime menyebabkan transfer genetik tersebut dinamakan
resistensi untuk seluruh cephalosporin konjugasi (Pelczar dan Chan, 1986).
generasi III. Metode lain dari transfer genetika
C.1. Mekanisme Molekuler Resistensi adalah transduksi, yaitu perpindahan
terhadap Antibiotik informasi genetik oleh virus penginfeksi
Resistensi dapat terjadi karena adanya bakteri yang disebut bakteriofag. Fage
gen resisten. Gen resisten pada bakteri berikatan pada membran sel bakteri lalu
berfungsi melindungi terhadap inhibitory melakukan injeksi. Ada 2 hal yang
effect dari antibiotik. Gen resisten dapat dilakukan oleh fage, yaitu DNA dapat
melakukan coding protein transpor menjadi non infektif dan menggabungkan
membran untuk mencegah antibiotik gen yang membawanya ke dalam DNA
memasuki sel bakteri, atau melakukan bakteri itu sendiri atau virus dapat
pemompaan untuk mengeluarkan antibiotik berkembang biak dan merusak sel inang
sesegera mungkin saat masuk ke dalam sel, (Kenneth, 1995).
sehingga mencegah kontak dengan Transfer informasi genetik juga dapat
targetnya (Badan paM, 2001). terjadi melalui transposon antara DNA
Bakteri memperoleh gen resisten virus dan DNA bakteri. Transposisi berarti
dengan beberapa cara, antara lain lewat transfer genetik yang menggunakan
mutasi DNA bakteri. Mutasi ini diwariskan transposon, yaitu bahan yang lebih kecil
ke seluruh keturunan yang dihasilkan dari dari DNA untuk membawa gen resisten
sel inti yang dikenal sebagai proses evolusi antibiotik. Transposon dapat keluar dari
vertikal. Bakteri juga dapat melakukan plasmid dan bergabung dengan DNA inang
evolusi horisontal, yaitu dengan pertukaran yang baru atau ke dalam plasmid setelah
gen antara sel-sel bakteri yang berdekatan. konjugasi. Informasi genetik yang dibawa
Sebuah mutasi DNA spontan dapat terjadi transposon masih dapat hidup meskipun
pada sebuah plasmid dalam suatu sel plasmid yang mentransfer informasinya
bakteri. Plasmid ialah DNA sudah mati.
ekstrakromosomal yang hanya terdapat C.2. Mekanisme Resistensi Bakteri
pada sel bakteri. Mutasi ini dapat terjadi terhadap antibiotik betalaktam
dari gen yang resisten antibiotik. Mula- Antibiotik golongan beta laktam
mula plasmid bereplikasi dalam sel inang banyak digunakan untuk first line therapy
dan ditransfer ke sel bakteri lain. Plasmid infeksi bakteri tertentu. Antibiotik tersebut
tersebut dapat memindahkan informasi banyak dipilih karena pada umumnya
425
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

infeksi itu bersifat campur baik bakteri destruksi atau penghancuran antibiotik oleh
Gram positif maupun bakteri Gram negatif enzim β-Lactamase, kegagalan antibiotik
serta bakteri aerob dan bakteri anaerob. dalam menembus membran luar bakteri
Mekanisme resistensi bergantung pada Gram negatif untuk mencapai PBPs3,
perubahan dalam target antibiotik yaitu PEP efflux obat melintasi membran bagian luar
(Penicilline-binding protein) yang dari bakteri Gram negatif, dan afinitas yang
bertanggung jawab pada sintesa dinding sel rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran.
dan dapat mengikat penisilin serta Destruksi antibiotik golongan β-Lactam
antibiotik lain. Reaksi peptidoglikan dengan oleh enzim β-Lactamase merupakan
beta laktam mengakibatkan penghambatan mekanisme resistensi yang paling umum
PEP yang irreversibel dan lisisnya sel dijumpai, dan pada bakteri Gram negatif,
bakteri (Lechevallier et al., 1988). Ada khususnya Pseudomonas aeruginosa sering
sekitar 56 macam antibiotik beta laktam bersama dengan mekanisme efflux
yang dikelompokkan ke dalam 4 golongan, (Mandell et al.).
diantaranya penisilin, sefalosporin, Untuk resistensi tetrasiklin contohnya
carbapenem, dan monobactam. ialah pada saat suatu senyawa antibakteri
Senyawa antibakteri dapat bertemu telah berhasil melewati membran sel,
dengan berbagai macam enzim yang senyawa tersebut dapat dieliminasi oleh
berfungsi merubah struktur obat dan bakteri dengan mekanisme efflux pump
menjadikannya inefektif ketika berada di yang aktif. Bakteri mengembangkan efflux
dalam membran sel luar. Salah satu pump yang aktif untuk mengeluarkan
mekanisme timbulnya resistensi terhadap antibiotik dari sitoplasma lebih cepat
antibiotik golongan ß-laktam khususnya daripada kecepatan senyawa tersebut
pada bakteri Gram negatif ialah dengan berdifusi masuk. Oleh karena itu,
diproduksinya enzim ß-laktamase. Enzim konsentrasi senyawa antibiotik di dalam
ini dapat memecah cincin ß-laktam bakteri menjadi terlalu rendah, sehingga
sehingga antibiotik tersebut menjadi tidak menjadi tidak efektif. Efflux pump
aktif. Enzim beta-laktamase disekresi ke merupakan variasi dari pump yang biasa
rongga periplasma oleh bakteri Gram- digunakan untuk memindahkan nutrisi dan
negatif dan ke cairan ekstraselular oleh zat sisa keluar masuk sel. Pump ini juga
bakteri Gram-positif. dipakai oleh bakteri dalam memproduksi
Ada empat mekanisme resistensi antibiotik untuk memindahkan antibiotik
bakteri terhadap Penicillin dan juga obat keluar sel dan ke lingkungan sekitarnya.
antibiotik golongan β-Lactam, diantaranya Mekanisme alami ini melindungi bakteri
426
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

tersebut dari kemungkinan mati oleh akibat sehingga kemampuan pembentukan biofilm
antibiotik yang dihasilkannya sendiri. Di pada suatu bakteri dapat dikatakan sebagai
sisi lain mekanisme ini juga membunuh salah satu sifat dari patogenitasnya (Pratiwi,
bakteri lain di lingkungan sekitarnya yang 2010).
dapat mengganggu pertumbuhan bakteri Resistensi antibiotik dalam bakteri
tersebut. biofilm diduga terjadi karena lambat atau
C.3. Mekanisme Resistensi Antibiotik pada tidak sempurnanya penetrasi antibiotik ke
Bakteri Pembentuk Biofilm biofilm oleh adanya perubahan lingkungan
Setiap bakteri mempunyai kimiawi mikro pada biofilm sehingga dapat
susceptibilitas yang berbeda. Spora bakteri melawan aksi antibiotik dan adanya
dianggap paling resisten, diikuti oleh perubahan osmotika biofilm melalui
mikobakteria, kemudian Gram negatif perubahan proporsi relatif dari porin
berbentuk kokus. Ketahanan bakteri sehingga mengurangi permeabilitas cell
tersebut dihubungkan dengan adanya enzim envelope terhadap antibiotik, serta diduga
degradatif dan impermeabilitas selular. karena subpopulasi mikroorganisme dalam
Lapisan dan korteks pada spora bakteri, biofilm akan membentuk struktur khas yang
arabinogalaktan dan komponen dinding sel memberikan perlindungan pada
lain serta membran luar bakteri Gram mikroorganisme (Corvianindya dan
negatif membatasi konsentrasi biosida aktif Brotosoetarno, 2004).
yang mencapai daerah target sel-sel bakteri KESIMPULAN
tersebut. Kondisi khas ini ditemukan pada Resistensi bakteri patogen terhadap
bakteri biofilm, sebagai hasil mekanisme suatu antibiotik dapat terjadi berdasarkan
resistensi intrinsik dari adaptasi fisiologi salah satu atau lebih mekanisme,
sel. Kolonisasi biofilm ditemukan dalam diantaranya mikroba mensintesis suatu
matriks glycocalyx. Bakteri akan terlindung enzim inaktivator atau penghancur
dari pengaruh surfaktan, antibodi, dan antibiotika, mikroba mengubah
antibiotik dengan membangun “guard celf” permeabilitasnya terhadap obat, mikroba
pada bagian atas biofilm yang dapat mengembangkan suatu perubahan struktur
menetralkan antibiotik secara enzimatik sasaran bagi obat, mikroba
atau mengeluarkan antibiotik berdasarkan mengembangkan perubahan jalur metabolik
perubahan struktur permukaannya yang langsung dihambat oleh obat, dan
(Corvianindya dan Brotosoetarno, 2004). mikroba mengembangkan perubahan enzim
Polianionik dari matriks glycocalyx diduga yang tetap dapat melakukan fungsi
berperan pada resistensi dalam biofilm metabolismenya tetapi lebih sedikit
427
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 3, November 2017

dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada Oleh karena itu, sebaiknya antibiotik
mikroorganisme yang rentan. diberikan dalam dosis yang tepat dan
SARAN penetrasi yang tepat dimana lokasi bakteri
Penggunaan obat antibiotik berada. Bila dosisnya tepat, maka resistensi
hendaknya bukan tujuan untuk pengobatan, tidak berkembang dengan cepat dan efek
namun untuk mengontrol populasi bakteri. samping juga akan minimal.

DAFTAR PUSTAKA
Badan paM. 2001. Informasi penggunaan Kenneth T. 1995. CALS Pathogen! Pest
antibiotik. Majalah Farmacia 2001: 16- Resistance Discussion. Bacterial
17. resistance to antibiotic. Oct 25, 1995.
Brooks GF., Butel JS., Morse SA. 2012. Laurence DR dan Bennet PN. 1987.
Mikrobiologi Kedokteran. Jawetz, Clinical Pharmacology. Sixth edition.
Melnitz dan Adelberg. Ed 25. Jakarta: Churchill livingstone. Edinburgh.
EGC. Lechevallier MW., Cawthon CD. Lee RG.
Corvianindya Y., Brotosoetarno S. 2004. 1988. Inactivation of biofilm bacteria.
Resistensi bakteri oral biofilm Appl. Environ. Microbiol, 54: 2492-9.
terhadap antibiotika golongan beta- Mandell., Douglas dan Bennet. Principles
laktam. IJD. 11(2): 83-87. and Practice of Infectious Diseases 7th
Felmingham D., Reinert RR., Hirakata Y., Ed.
Rodloff A. 2002. Increasing prevalence Mulyani S. 2013. Kimia dan Bioteknologi
of antimicrobial resistance among dalam Resistensi Antibiotik. Seminar
isolates of Streptococcus pneumoniae Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia
from the PROTEKT surveillance study, V. Surakarta, 6 April 2013.
and compatative in vitro activity of the Nurmala., Virgiandhy IGN., Andriani.,
ketolide, telithromycin. J. Antimicrob. Liana DF. 2015. Resistensi dan
Chemother 50, Suppl S1: 25-37. Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik
Gunawan S., Setiabudy R dan Nafrialdi. di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun
2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. 2011-2013. eJKI, 3(1): 21-28.
Jakarta. Departemen Farmakologi dan Pelczar MJ dan Chan ECS. 1986. Dasar-
Terapeutik FK-UI. Dasar Mikrobiologi I. Jakarta:
Hadi U. 2008. Antibiotic Usage and Universitas Indonesia.
Antimicrobial Resistance in Indonesia. Pratiwi RH. 2010. Kemampuan
Surabaya. Airlangga University Press. Pembentukan Biofilm pada Bakteri
Hamilton-Miller JM. 2002. Vancomycin- Escherichia coli Enteropatogen (EPEC)
resistant Staphylococcus aureus : a real sebagai Salah Satu Sifat Patogenitasnya.
and present danger?. Infection, 30: 118- Jurnal Factor, 3: 9-13.
124. Refdanita., Maksum R., Nurgani A.,
Howard BJ dan Rees JC. 1994. Host Endang P. 2004. Pola kepekaan kuman
parasite interactions : Mechanisms of terhadap antibiotika di ruang rawat
pathogenicity. Dalam : Howard BJ et al. intensif RS Fatmawati Jakarta tahun
Clinical and Pathogenic Microbiology, 2001-2002. Makara Kesehatan, 8(2):
2 nd edition, Mosby, 9-36. 41-48.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Ryan JL. 1997. Bacterial diseases. Dalam
Pedoman penggunaan antibiotik. Stites, DP., Terr AI dan Parslow TG.
Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (Eds). Medical Immunology, 9th edition,

428
ISSN e-journal 2579-7557
Rina Hidayati Pratiwi: Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik

Prentice-hall International Inc., 684- medical pharmacology. Fifth edition.


693. Jaypee brothers medical publishers.
Stringer JL. 2006. Basic Concepts in Utami ER. 2012. Antibiotika, Resistensi,
Pharmacology: a Student’s Survival dan Rasionalitas Terapi. Saintis, 1(1):
Guide. Edisi 3. (diterjemahkan oleh: dr. 124-138.
Huriawati Hartanto). Jakarta. Buku Walsh C. 2003. Antibiotics: action, origins,
Kedokteran EGC. 186–199. resistance. Washington, D.C. ASM
Tjay TH dan Rahardja K. 2007. Obat-Obat Press.
Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek- WHO. 2008. The International
Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta. Pharmacopoeia. Fourth Edition.
PT. Elex Media Komputindo. 193. Electronic Version Geneva. World
Tripathi KD. 2003. Antimicrobial drugs: Health Organization.
general consideration. Essential of

429
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai