Terapi Nutrisi Stroke
Terapi Nutrisi Stroke
PENDAHULUAN
Stroke adalah defisit neurologis fokal atau global yang mendadak lebih dari 24
jam atau kurang dari 24 jam yang menyebabkan kematian oleh karena
gangguan serebrovaskular, tanpa adanya penyebab yang lain. Stroke
menjadi masalah kesehatan yang amat penting karena meningkatnya insiden
setiap tahunnya serta menyebabkan berbagai defisit neurologis bahkan
kematian. Prevalensi stroke di daerah pedesaan di Indonesia adalah
0,0017% sedangkan untuk daerah perkotaan prevalensinya lebih besar yaitu
0,022%. Di Jakarta prevalensi stroke pada orang dewasa adalah 0,5%. Rata-
rata usia pasien stroke di Indonesia adalah 58,8 tahun.1
Stroke memberikan dampak yang sangat besar bagi pasien, selain berdampak pada
tubuh pasien itu sendiri, stroke juga berdampak pada kondisi ekonomi, sosial dan
emosional. Dari segi ekonomi, pasien akan mengeluarkan biaya pengobatan dan
perawatan yang tidak sedikit karena manajemen stroke memerlukan waktu yang
lama. Dari segi sosial, dengan adanya defisit neurologis fokal yang berakibat pada
gangguan bahkan kelumpuhan pada salah satu anggota tubuh pasien
mengakibatkan pasien tidak dapat bekerja dan mengganggu proses sosialisasi
pasien. Sedangkan dari segi emosional, pasien sering mengalami kecemasan
karena penyakitnya.
Faktor risiko terjadinya stroke ada yang tidak bisa di modifikasi dan ada yang
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi misalnya umur,
jenis kelamin, riwayat stroke sebelumnya dan TIA (Trancient Iscemic Attack).
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi serta menjadi faktor risiko yang
paling sering di Indonesia adalah hipertensi, merokok, dan hiperkolesterolemia.
Dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi ini seharusnya bisa dicegah munculnya
stroke, salah satunya adalah dengan memperbaiki gaya hidup berupa olahraga
teratur, pola makan yang sehat dengan diet seimbang dan hindari merokok serta
minuman beralkohol. Pola makan ini hendaknya disesuaikan dengan faktor risiko
pasien (hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung). Diet dapat memberikan
pengaruh pada berbagai faktor risiko stroke serta dapat memberikan keuntungan
terhadap intervensi farmakologis pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Pada pasien hipertensi, diet rendah natrium akan mampu menurunkan tekanan
darah sehingga dapat membantu pencegahan stroke. Sebuah metaanalisis pada
studi kohort menemukan bahwa diet tinggi buah dan sayuran (lebih dari 5 jenis
perhari) mampu menurunkan risiko kejadian stroke. Selain itu metaanalisis pada
studi kohort lainnya juga menunjukkan bahwa diet tinggi minyak ikan
berhubungan dengan penurunan risiko stroke. Diet rendah lemak juga
menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular sehingga dapat juga menurunkan
risiko stroke. Sebaliknya pemberian suplemen antioksidan dan vitamin tidak
menunjukkan adanya korelasi terhadap penurunan risiko stroke.2
Pada kondisi yang tidak bisa dicegah atau sudah terjadinya stroke maka dilakukan
manajemen stroke sesuai dengan guideline stroke. Disamping terapi
farmakologi dan non farmakologi lainnya, terapi nutrisi pada pasien stroke
sangat penting. Hal ini karena pada pasien stroke tidak jarang terjadi
keterbatasan dan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari termasuk
makan. Gangguan menelan pada stroke juga bisa menjadi salah satu
penyebab kurangnya asupan makanan hingga mengakibatkan kondisi
kekurangan nutrisi yang dapat dilihat dari penurunan berat badan dan nafsu
makan pasien. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa tingginya angka
prevalensi malnutrisi pada pasien stroke. Oleh karena itu diperlukan
modifikasi diet yang disesuaikan dengan kondisi pasien, baik dari segi cara
pemberiannya, jenis makanannya, jumlah kalorinya, dan batasan terhadap
beberapa jenis makanan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nutrisi
Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet karena
tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah yang
adekuat. Manusia membutuhkan nutrisi penghasil energi (karbohidrat, protein,
dan lemak), vitamin, mineral, dan air agar tetap sehat. Karbohidrat sebagai
sumber energi bagi tubuh. Secara umum satu gram karbohidrat menghasilkan
4 kalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi segera dan sebagian disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak
untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
Protein merupakan zat organik yang terdiri dari unit-unit pembentuk berupa
asam amino. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh memerlukan protein
dan protein berperan sebagai bahan pembentuk senyawa kimia seperti enzim
yang penting dalam mengatur berbagai proses yang terjadi di dalam tubuh.
Pada kondisi tertentu protein dapat menjadi sumber energi. Protein juga
berfungsi sebagai media perambatan impuls saraf.
Lemak adalah sumber energi, bahan baku hormon, membantu tranport vitamin
yang larut dalam lemak, serta pelindung organ-organ tubuh bagian dalam.
Kolesterol adalah satu turunan lemak. Bila kadar kolesterol dalam tubuh
cukup, maka zat ini sangat berguna bagi tubuh untuk menjalankan fungsi
beberapa organ tubuh. Kolesterol berlebihan berisiko menimbulkan
aterosklerosis.
2) Protein cukup yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan
gizi kurang, protein diberikan 1,2-1,5 g/kgBB. Apabila penyakit disertai
komplikasi gagal ginjal kronik, protein diberikan rendah yaitu 0,6 g/kgBB.
5) Vitamin cukup, terutama vitamin A, ribovlavin, B6, asam folat, B 12, C, dan
E.
6) Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan
natrium dibatasi denagan memberikan garam dapur maksimal 1,5 sendok
teh/ hari (setara dengan + 5 gram garam dapur atau 2 g natrium).
8) Cairan cukup, yaitu 6-7 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites,
cairan dibatasi, minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar
porsi makan dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia, cairan
diberikan secara hati-hati. Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau
guarcol .
Pasien dengan stroke akut yang tidak mampu untuk mendapatkan nutrisi dan
cairan yang cukup secara oral seharusnya menggunakan selang nasogastrik
dalam 24 jam pertama. Jika pasien tidak mentolerir terhadap penggunaan
selang nasogastrik, pertimbangkan untuk menggunakan nasal bridle tube atau
gastrostomy. Pasien tipe ini juga semestinya mendapatkan penilaian nutrisi
dari tenaga kesehatan terlatih, termasuk mendapat monitoring dan saran nutrisi
secara individu.8
a. Diet Stroke I
Diet stroke I memiliki bahan makanan tersendiri (Tabel 2) dimana masing-
masing bahan makanan pada diet stroke tipe I memiliki nilai gizi tersendiri
untuk diberikan pada pasien stroke (Tabel 3).
b. Diet Stroke II
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu diet stroke II A berupa
makanan cair dan bubur saring (1700 kkal), diet stroke II B berupa
makanan lunak (1900 kkal) dan diet stroke II C berupa makanan biasa
(2100 kkal).
Tabel 4. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari pada Diet
Stroke I6
Bahan Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Makanan Berat URT Berat URT Berat URT
(g) (g) (g)
Beras - - 200 4 gls tim 250 3½ gls nasi
Tepung Beras 125 20 sdm - - - -
Maizena 20 4 sdm 20 4 sdm 20 4 sdm
Telur Ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
Ikan 75 1 ptg bsr 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg bsr 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran 100 1 gls 150 1½ gls 200 2 gls
Pepaya 300 3 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 2 ptg
Minyak Jagung 25 2½ sdm 30 3 sdm 35 3½ sdm
Gula pasir 40 4 sdm 50 5 sdm 30 3 sdm
Gula merah 25 2½ sdm - - - -
Susu skim bubuk 80 16 40 8 sdm 40 8 sdm
Tabel 5. Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet Stroke II berdasarkan Jenis Dietnya 6
Kandungan Gizi Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Energi (kkal) 1718 1917 2102
Protein (g) 69 73 78
Lemak (g) 41 5,8 52 59
Lemak Jenuh (g) 272 7,3 8
Karbohidrat (g) 1296 293 318
Kalsium (mg) 15,9 835 862
Besi (mg) 6705 19,6 20,6
Vitamin A (RE) 0,8 8940 11458
Tiamin (mg) 272 0,8 0,9
Vitamin C (mg) 258 213 232
Kolesterol (mg) 273 273
Stroke dapat mempengaruhi kemampuan makan tergantung dari tipe dan tingkat
keparahan stroke. Pasien stroke tidak jarang mengalami disfagia, gangguan
pengecapan atau ageusia, gangguan motorik sehingga pasien tidak bisa makan
sendiri atau tidak nafsu makan. Semua keadaan ini pada akhirnya berakibat
penurunan status gizi. Dibutuhkan diet khusus bagi penderita stroke sehingga
dapat memberi manfaat yang maksimal bagi pasien stroke. Selain itu ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam diet stroke antara lain jumlah dan jenis energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, serat dan cairan harus cukup sesuai
dengan kebutuhan pasien stroke.
Sebelum memberikan makanan atau diet stroke kepada pasien, perlu dinilai fungsi
menelan pasien untuk menentukan jalur pemberian makanan nantinya. Pada fase
akut (24-48 jam pertama) diberikan makanan parenteral dan dilanjutkan dengan
makanan erenteral. Sedangkan pada fase pemulihan diberikan per oral secara
bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan
makanan biasa. Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai
gabungan makanan NPO, per oral , dan NGT.
Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Diet stroke I diberikan
kepada pasien dalam fase akut atau bila ada ganggguan fungsi menelan, oleh
karena itu diberikan makanan dalam bentuk cair kental. Diet stroke II diberikan
kepada pasien pada fase pemulihan dapat berupa kombinasi cair jernih, cair
kental, saring, lunak, dan biasa.
Setelah pasien pulih atau pulang ke rumah, pasien diberikan edukasi tentang
mengontrol faktor risiko dari makanan, untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya stroke berulang. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi sayur dan
buah, membatasi mengkonsumsi garam, membatasi atau tidak mengkonsumsi
alkohol, minum susu rendah lemak atau bebas lemak, batasi konsumsi lemak
jenuh dan lemak tras, dan perbanyak mengkonsumsi serat. Dengan pemilihan
terapi nutrisi yang tepat pada pasien stroke diharapkan dapat menurunkan
kejadian malnutrisi pasca stroke, serta membantu mempercepat pemulihan kondisi
pasien, serta mengotrol faktor risiko terkait makanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Y. Kusuma, et al. Burden of Stroke in Indonesia. International Journal of
Stroke. 2009;4:379–80.
2. Clinical Guidelines for Stroke Management 2010. National Stroke
Foundation. Melbourne Australia. 2010. Halaman 69
3. Hillel M. Finestone, et al. The Role of Nutrition and Diet in Stroke
Rehabilitation. Top Stroke Rehabil 1999;6(3):46–66
4. gowri
5. Dietary Guidelines Following a Stroke
http://www.strokeassociation.org/presenter.jhtml?identifier=3018561
6. Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
7. Intercollegiate Stroke Working Party. National clinical guideline for
stroke, 3rd edition. London: Royal College of Physicians, 2008
8. Stroke, Diagnosis and Initial management of acute stroke and transient
ischaemic attack (TIA). NICE clinical guideline 68. 2008
9. Guideline Stroke 2011. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Jakarta 2011.
10. Stroke nutrition therapy. American Diatetic Association