Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke adalah defisit neurologis fokal atau global yang mendadak lebih dari 24
jam atau kurang dari 24 jam yang menyebabkan kematian oleh karena
gangguan serebrovaskular, tanpa adanya penyebab yang lain. Stroke
menjadi masalah kesehatan yang amat penting karena meningkatnya insiden
setiap tahunnya serta menyebabkan berbagai defisit neurologis bahkan
kematian. Prevalensi stroke di daerah pedesaan di Indonesia adalah
0,0017% sedangkan untuk daerah perkotaan prevalensinya lebih besar yaitu
0,022%. Di Jakarta prevalensi stroke pada orang dewasa adalah 0,5%. Rata-
rata usia pasien stroke di Indonesia adalah 58,8 tahun.1

Stroke memberikan dampak yang sangat besar bagi pasien, selain berdampak pada
tubuh pasien itu sendiri, stroke juga berdampak pada kondisi ekonomi, sosial dan
emosional. Dari segi ekonomi, pasien akan mengeluarkan biaya pengobatan dan
perawatan yang tidak sedikit karena manajemen stroke memerlukan waktu yang
lama. Dari segi sosial, dengan adanya defisit neurologis fokal yang berakibat pada
gangguan bahkan kelumpuhan pada salah satu anggota tubuh pasien
mengakibatkan pasien tidak dapat bekerja dan mengganggu proses sosialisasi
pasien. Sedangkan dari segi emosional, pasien sering mengalami kecemasan
karena penyakitnya.

Faktor risiko terjadinya stroke ada yang tidak bisa di modifikasi dan ada yang
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi misalnya umur,
jenis kelamin, riwayat stroke sebelumnya dan TIA (Trancient Iscemic Attack).
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi serta menjadi faktor risiko yang
paling sering di Indonesia adalah hipertensi, merokok, dan hiperkolesterolemia.
Dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi ini seharusnya bisa dicegah munculnya
stroke, salah satunya adalah dengan memperbaiki gaya hidup berupa olahraga
teratur, pola makan yang sehat dengan diet seimbang dan hindari merokok serta
minuman beralkohol. Pola makan ini hendaknya disesuaikan dengan faktor risiko
pasien (hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung). Diet dapat memberikan
pengaruh pada berbagai faktor risiko stroke serta dapat memberikan keuntungan
terhadap intervensi farmakologis pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Pada pasien hipertensi, diet rendah natrium akan mampu menurunkan tekanan
darah sehingga dapat membantu pencegahan stroke. Sebuah metaanalisis pada
studi kohort menemukan bahwa diet tinggi buah dan sayuran (lebih dari 5 jenis
perhari) mampu menurunkan risiko kejadian stroke. Selain itu metaanalisis pada
studi kohort lainnya juga menunjukkan bahwa diet tinggi minyak ikan
berhubungan dengan penurunan risiko stroke. Diet rendah lemak juga
menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular sehingga dapat juga menurunkan
risiko stroke. Sebaliknya pemberian suplemen antioksidan dan vitamin tidak
menunjukkan adanya korelasi terhadap penurunan risiko stroke.2

Pada kondisi yang tidak bisa dicegah atau sudah terjadinya stroke maka dilakukan
manajemen stroke sesuai dengan guideline stroke. Disamping terapi
farmakologi dan non farmakologi lainnya, terapi nutrisi pada pasien stroke
sangat penting. Hal ini karena pada pasien stroke tidak jarang terjadi
keterbatasan dan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari termasuk
makan. Gangguan menelan pada stroke juga bisa menjadi salah satu
penyebab kurangnya asupan makanan hingga mengakibatkan kondisi
kekurangan nutrisi yang dapat dilihat dari penurunan berat badan dan nafsu
makan pasien. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa tingginya angka
prevalensi malnutrisi pada pasien stroke. Oleh karena itu diperlukan
modifikasi diet yang disesuaikan dengan kondisi pasien, baik dari segi cara
pemberiannya, jenis makanannya, jumlah kalorinya, dan batasan terhadap
beberapa jenis makanan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi
Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet karena
tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah yang
adekuat. Manusia membutuhkan nutrisi penghasil energi (karbohidrat, protein,
dan lemak), vitamin, mineral, dan air agar tetap sehat. Karbohidrat sebagai
sumber energi bagi tubuh. Secara umum satu gram karbohidrat menghasilkan
4 kalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi segera dan sebagian disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak
untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.

Protein merupakan zat organik yang terdiri dari unit-unit pembentuk berupa
asam amino. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh memerlukan protein
dan protein berperan sebagai bahan pembentuk senyawa kimia seperti enzim
yang penting dalam mengatur berbagai proses yang terjadi di dalam tubuh.
Pada kondisi tertentu protein dapat menjadi sumber energi. Protein juga
berfungsi sebagai media perambatan impuls saraf.

Lemak adalah sumber energi, bahan baku hormon, membantu tranport vitamin
yang larut dalam lemak, serta pelindung organ-organ tubuh bagian dalam.
Kolesterol adalah satu turunan lemak. Bila kadar kolesterol dalam tubuh
cukup, maka zat ini sangat berguna bagi tubuh untuk menjalankan fungsi
beberapa organ tubuh. Kolesterol berlebihan berisiko menimbulkan
aterosklerosis.

Vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme


tubuh. Vitamin juga sangat penting sebagai zat untuk mempercepat proses
penyembuhan penyakit, meningkatkan serta menjaga kebugaran tubuh dan
memperlambat proses penuaan. Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri
dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh
proses-proses anorganik yang mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu.
Terdapat berbagai jenis mineral diantaranya adalah kalsium, kromium,
tembaga, besi, flourida, yodium, dan lain lain. Kalsium penting untuk
kesehatan tulang dan gigi, kontraksi otot, fungsi saraf dan pembekuan darah
yang biasa didapati dalam produk susu, jus jeruk yang diperkaya kalsium dan
sayuran berdaun hijau. Kromium penting untuk metabolisme glukosa,
meningkatkan efektivitas insulin dan fungsi otot, bersumber dari keju,
gandum, daging, kacang polong dan kacang-kacangan. Tembaga diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah, pigmen, dan penting untuk kesehatan
tulang biasa didapati dari kacang-kacangan, kacang kering dan tiram.
Fluorida pula dapat diperoleh dari pasta gigi dan air fluoride yang berfungsi
untuk mengeraskan enamel gigi. Yodium penting untuk fungsi kelenjar tiroid,
bisa didapati dari makan laut dan garam. Makanan dengan besi seperti daging,
ikan, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran berdaun hijau dapat membantu
dalam pembentukan hemoglobin.4

2.2 Stroke Mempengaruhi Kemampuan Makan


Tergantung dari tipe dan tingkat keparahan stroke, seseorang mungkin
mengalami sedikit atau tidak mengalami perubahan pada kemampuan mereka
untuk makan. Defisit motorik meliputi kelemahan otot lidah dan bibir, atau
kerusakan saraf yang menimbulkan gangguan koordinasi otot mulut, lidah,
dan tenggorokan. Menelan kemudian menjadi suatu proses yang sulit, bahkan
membahayakan. Kemampuan mengunyah kemudian menjadi tantangan untuk
mengubah tekstur makan. Defisit sensoris mungkin mempengaruhi
kemampuan untuk membaui dan merasakan makanan yang kemudian dapat
mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Defisit kognitif dapat
menimbulkan gangguan dalam rentang perhatian, gangguan lapang pandang,
dan pengambilan keputusan, seperti ketidakmampuan dalam mengambil
makanan dari tempatnya. Gangguan penglihatan, pendengaran, dan berbicara
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memperoleh makanan.
Semua keadaan ini pada akhirnya berakibat penurunan status gizi, oleh karena
itu dibutuhkan diet khusus bagi penderita stroke. Diet stroke adalah diet yang
diberikan khusus untuk pasien yang menderita penyakit stroke.5

2.3 Tujuan Diet Stroke


Diet stroke bertujuan untuk memberikan makanan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan
komplikasi penyakit. Memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia,
pneumonia, kelainan ginjal, dan dekubitus serta mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.6

2.4 Manfaat Diet Stroke


Diet stroke adalah diet khusus yang diberikan kepada pasien stroke. Diet yang
diberikan ada empat macam yaitu diet stroke I, IIA, IIB dan IIC. Melalui diet
stroke ini diharapkan mampu memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia,
dekubitus, dan kelainan penyakit lainnya, memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, mencegah komplikasi,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempercepat tingkat
kesembuhan pasien, serta memperbaiki keadaan malnutrisi yang ada.6,7,8

2.5 Syarat Diet Stroke


1) Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi diberikan
1100-1500 kkal/hari.

2) Protein cukup yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan
gizi kurang, protein diberikan 1,2-1,5 g/kgBB. Apabila penyakit disertai
komplikasi gagal ginjal kronik, protein diberikan rendah yaitu 0,6 g/kgBB.

3) Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan


sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu < 10%
dari kebutuhan energi total. Kolesterol dibatasi < 300 mg.

4) Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total.

5) Vitamin cukup, terutama vitamin A, ribovlavin, B6, asam folat, B 12, C, dan
E.
6) Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan
natrium dibatasi denagan memberikan garam dapur maksimal 1,5 sendok
teh/ hari (setara dengan + 5 gram garam dapur atau 2 g natrium).

7) Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan


mencegah konstipasi.

8) Cairan cukup, yaitu 6-7 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites,
cairan dibatasi, minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar
porsi makan dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia, cairan
diberikan secara hati-hati. Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau
guarcol .

9) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.

10) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.6,7,8

2.6 Penilaian Fungsi Menelan


Saat datang ke rumah sakit, pasien dengan stroke akut harus diskrining
terhadap fungsi menelan oleh tenaga kesehatan terlatih sebelum memberikan
makanan secara oral, cairan, ataupun pengobatan. Penilaian fungsi menelan ini
paling tidak telah dilakukan dalam 24 jam pertama dan tidak lebih dari 72 jam.

Pasien dengan stroke akut yang tidak mampu untuk mendapatkan nutrisi dan
cairan yang cukup secara oral seharusnya menggunakan selang nasogastrik
dalam 24 jam pertama. Jika pasien tidak mentolerir terhadap penggunaan
selang nasogastrik, pertimbangkan untuk menggunakan nasal bridle tube atau
gastrostomy. Pasien tipe ini juga semestinya mendapatkan penilaian nutrisi
dari tenaga kesehatan terlatih, termasuk mendapat monitoring dan saran nutrisi
secara individu.8

2.7 Tahap Diet Stroke


Berdasarkan tahapnya diet stroke dibagi menjadi 2 fase, yaitu:6
1. Fase akut (24- 48 jam)
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun.
Pada fase ini diberikan makanan parenteral (NPO/ nothing per oral) dan
dilanjutkan dengan makanan erenteral (naso gastric tube / NGT).
Pemberian makanan parenteral total perlu dimonitor dengan baik.
Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi
pada NPO total adalah AMB x 1 x 1,2; protein 1,5 g/kgBB; lemak
maksimal 2,5 g/kgBB; dekstrosa maksimal 7 g/kg BB.
2. Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien telah sadar dan tidak
mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan
diberikan per oral secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan
saring, makanan lunak , makanan biasa.
Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai gabungan
makanan NPO, per oral , dan NGT sebagai berikut:
a. NPO
b. ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ¾ bagian melalui NGT.
c. ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ½ bagian melalui NGT.
d. Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
e. Diet lengkap per oral

2.8 Jalur Pemberian Makanan


Pemberian nutrisi pada pasien stroke merupakan salah satu penatalaksanaan
umum stroke. Nutrisi secara enteral paling lambat sudah harus diberikan
dalam 48 jam. Pemberian nutrisi secara oral hanya boleh diberikan jika pada
pemeriksaan neurologis tidak ditemukannya ada gangguan pada fungsi
menelan pasien. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya aspirasi
makanan yang dapat menyumbat sistem respirasi pasien.

Jalur pemberian makanan pada pasien stroke diklasifikasikan menjadi tipe


nasoenterik dan tipe enterostomi. Jalur nasoenterik meliputi NGT (nasogastric
tube), nasoduodenal, dan nasojejunal. NGT adalah pemasangan selang melalui
hidung hingga ke gaster. Nasoduodenal adalah pemasangan selang melalui
hidung hingga melewati pylorus dan berakhir di duodenal. Nasojejunal adalah
pemasangan selang melalui hidung hingga melewati pylorus dan berakhir di
jejunum.
Pemberian makanan melalui jalur nasogastrik secara umum lebih aman,
khususnya jika tidak ditemukannya risiko refluk atau aspirasi. Sedangkan
pemberian makanan secara enterostomi dapat dilakukan secara pembedahan
atau secara perkutan (gastrostomi atau jejunostomi). Gastrostomi adalah
memasukkan selang ke dalam gaster dengan ukuran, pliabilitas dan teknik
yang bervariasi. Sedangkan jejunostomi adalah membuat sebuah stoma
jejunum yang dapat dimasukkan selang secara intermiten. Pada PEG
(percutaneous endoscopic gastrostomy) dan PEJ (percutaneous endoscopic
jejunostomy), selang makanan dimasukkan secara perkutaneus dengan bantuan
visualisasi endoskopi, hingga nantinya selang dapat sampai ke gaster atau
jejunum kemudian selang dikunci dengan cara mengembungkan ujung
selang/kateter.

Pemberiaan makanan lewat jalur enteral sebaiknya dilakukan secara kontinyu,


atau dengan menggunakan infusion pump untuk mendapatkan volume dan
toleransi yang akurat. Pemberiannya diusahakan dengan kecepatan yang
konstan, biasanya selama 16-24 jam. Pemberian makanan ini diberikan 1
sampai 5 hari pasca stroke, untuk mencegah terjadinya aspirasi pulmonary.
Pemberian makanan dapat dibagi dalam 3 sampai 6 kali pemberian per hari
selama 30-60 menit setiap kali pemberian. Volume makanan yang diberikan
berkisar antara 250 sampai 400 ml dengan volume maksimumnya adalah 400-
500 ml setiap kali pemberian. Namun beberapa pasien mungkin merasa tidak
nyaman dengan dosis maksimal ini, pasien cenderung mengeluhkan mual atau
perut kembung. Jika hal ini terjadi maka volume setiap kali pemberian dapat
dikurangi, namun frekuensi pemberiannya ditambah sehingga tidak
mengurangi jumlah total asupan perhari.

Risiko terjadinya aspirasi dapat dikurangi dengan cara memperbaiki posisi


selang dengan menggunakan bantuan radiografi dada. Cara yang lebih
sederhana adalah dengan meninggikan posisi kepala pasien (head up) setinggi
300-450 selama pemberian makanan hingga 1 jam setelah pemberian
makanan.3,6,7

2.9 Tipe Diet Stroke


Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Dalam diet stroke ada
beberapa makanan yang dianjurkan dan ada juga yang tidak dianjurkan (Tabel
I). Diet stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada
ganggguan fungsi menelan. Oleh karena itu diet stroke I berupa makanan yang
lebih mudah ditelan yaitu makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau
kombinasi cair jernih dan cair kental yang diberikan peroral atau enteral
melalui NGT (Naso Gastic Tube) sesuai dengan keadaan penyakit. Berbeda
halnya dengan diet stroke II, diet stroke II diberikan kepada pasien pada fase
pemulihan atau sebagai makanan perpindahan dari diet stroke I. bentuk
makanan diet stroke II dapat berupa kombinasi cair jernih, cair kental, saring,
lunak, dan biasa. Pemberian diet pada pasien stroke disesuaikan dengan
penyakit penyertanya. Diet Stroke II dibagi menjadi diet stroke IIa, IIb, dan
IIc. 6
Tabel 1. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan
pada Diet Stroke
Golongan Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras, kentang, ubi, Produk olahan yang dibuat
singkong, terigu, hunkwe, dengan garam dapur,
tapioka, sagu, gula, madu, soda/baking powder, kue-
serta produk olahan yang kue yang terlalu manis
dibuat tanpa garam dapur,
soda/baking powder, seperti
makaroni, mie, bihun, roti,
biskuat, dan kue kering
Sumber Protein Hewani Daging sapi dan ayam tidak Daging sapi dan ayam
berlemak, ikan, telur, susu berlemak, jerohan, otak, hati,
skim, dan susu penuh dalam ikan banyak duri, susu
jumlah terbatas penuh, keju, es krim, dan
produk olahan protein
hewani yang diawet seperti
daging asap dan dendeng
Sumber Protein Semua kacang-kacangan dan Semua produk olahan
Nabati produk olahan yang dibuat kacang-kacangan yang
dengan garam dapur, dalam diawet dengan garam
jumlah terbatas natrium atau digoreng
Sayuran Sayuran berserat sedang Sayuran menimbulkan gas
dimasak, seperti bayam, (sawi, kol, kembang kol,
kangkung, kacang panjang, lobak), sayuran berserat
labu siam, tomat, taoge, dan tinggi (daun singkong,
wortel katuk, melinjo, dan sayuran
mentah
Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau Buah yang menimbulkan gas
disetup seperti pisang, seperti nangka dan durian,
pepaya, jeruk, mangga, buah yang diawet dengan
nenas, dan jambu biji (tanpa natrium seperti buah kaleng
bahan pengawet) dan asin
Sumber Lemak Minyak jagung dan minyak Minyak kelapa sawit,
kedelai, margarin dan margarin dan mentega biasa,
mentega tanpa garam yang santan kental, krim, dan
digunakan untuk menumis produk gorengan
atau setup, santan encer
Minuman Teh, kopi, cokelat dalam Teh, kopi, cokelat dalam
jumlah terbatas, encer susu jumlah terbatas, dan kental
skim dan sirup minuman bersoda dan
alkohol

a. Diet Stroke I
Diet stroke I memiliki bahan makanan tersendiri (Tabel 2) dimana masing-
masing bahan makanan pada diet stroke tipe I memiliki nilai gizi tersendiri
untuk diberikan pada pasien stroke (Tabel 3).

Tabel 2. Bahan Makanan pada Diet Stroke I6


Bahan Makanan Berat (gram) URT
Maizena 25 5 sendok makan
Telur ayam 50 1 butir
Susu penuh bubuk 25 5 sendok makan
Susu skim bubuk 120 24 sendok makan
Buah 120 2 potong sedang papaya
Minyak jagung 20 2 sendok makan
Gula pasir 100 10 sendok makan
Cairan 1500 ml 6 gelas
Tabel 3. Nilai Gizi pada Bahan Makanan Diet Stroke I.

Kandungan Zat Gizi Diet Stroke I


Energi (kkal) 1361
Protein (g) 56
Lemak (g) 34
Lemak Jenuh (g) 8,4
Karbohidrat (g) 211
Kalsium (mg) 1869
Besi (mg) 6,1
Vitamin A (RE) 1573
Tiamin (mg) 0,6
Vitamin C (mg) 166
Kolesterol (mg) 213

b. Diet Stroke II
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu diet stroke II A berupa
makanan cair dan bubur saring (1700 kkal), diet stroke II B berupa
makanan lunak (1900 kkal) dan diet stroke II C berupa makanan biasa
(2100 kkal).
Tabel 4. Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari pada Diet
Stroke I6
Bahan Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Makanan Berat URT Berat URT Berat URT
(g) (g) (g)
Beras - - 200 4 gls tim 250 3½ gls nasi
Tepung Beras 125 20 sdm - - - -
Maizena 20 4 sdm 20 4 sdm 20 4 sdm
Telur Ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
Ikan 75 1 ptg bsr 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg bsr 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran 100 1 gls 150 1½ gls 200 2 gls
Pepaya 300 3 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 2 ptg
Minyak Jagung 25 2½ sdm 30 3 sdm 35 3½ sdm
Gula pasir 40 4 sdm 50 5 sdm 30 3 sdm
Gula merah 25 2½ sdm - - - -
Susu skim bubuk 80 16 40 8 sdm 40 8 sdm

Tabel 5. Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet Stroke II berdasarkan Jenis Dietnya 6
Kandungan Gizi Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Energi (kkal) 1718 1917 2102
Protein (g) 69 73 78
Lemak (g) 41 5,8 52 59
Lemak Jenuh (g) 272 7,3 8
Karbohidrat (g) 1296 293 318
Kalsium (mg) 15,9 835 862
Besi (mg) 6705 19,6 20,6
Vitamin A (RE) 0,8 8940 11458
Tiamin (mg) 272 0,8 0,9
Vitamin C (mg) 258 213 232
Kolesterol (mg) 273 273

2.10 Penatalaksanaan Umum Nutrisi di Ruang Rawat


a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi
oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan, nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori sebesar 25-30 kal/kgBB/hari dengan
komposisi :
 Karbohidrat 30-40 % dari kebutuhan kalori
 Lemak 25-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55%)
 Protein 20-30% (pada saat stress kebutuhan protein 1,4 - 2,0
g/kgBB/hari, pada gangguan fungsi ginjal < 0,8 gram/kgBB/hari)
d. Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan lebih dari
6 minggu, pertimbangkan untuk gastrostomi.
e. Pada keadaan tertentu, yaitu nutrisi enteral tidak memungkinkan,
dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
f. Perhatikan diet pasien yang tidak bertentangan dengan pemberian obat-
obatan yang diberikan. Contohnya hindarkan makanan yang banyak
mengandung vitamin K pada pasien yang mendapat warfarin.9

2.11 Mengontrol Faktor Risiko Makanan


Pedoman Makanan untuk Mengontrol Hipertensi

Batasi konsumsi garam hingga 2300 mg per hari, substitusi dengan bahan
perasa lainnya.

Sayur dan buah : ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa sayuran dan
buah-buahan memiliki efek proteksi terhadap stroke. Sayur dan buah
membantu mengurangi tekanan darah dan mencegah hipertensi yang
merupakan faktor risiko utama untuk stroke. Sayur dan buah yang
mengandung kalium sangat cocok untuk pasien stroke seperti kentang,
bayam, tomat, pisang, jeruk, dan apel

Batasi konsumsi alkohol hingga dua gelas perhari untuk laki-laki dan satu
gelas untuk perempuan

Pilihlah produk susu yang rendah lemak atau bebas lemak. Ini akan
membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium dan natrium.7,10

Pedoman Makanan untuk Kengontrol Kolesterol



Batasi konsumsi lemak jenuh dan lemak tras ke nilai minimal. Jenis lemak
ini dapat meningkatkan kadar LDL yang merupakan suatu lemak jahat di
dalam tubuh. Lemak jenuh ditemukan pada makan yang bersumber dari
binatang seperti daging-daging berlemak tinggi, susu utuh, mentega,
minyak kelapa, dan produk-produk susu yang dibuat dari susu utuh.
Lemak trans ditemukan pada semua makanan dibuat dengan minyak yang
dihidrogenasi seperti pada makanan yang digoreng, krekers, dan makanan
yang dibuat dengan margarine.

Pilihlah makan yang mengandung lemak tidak jenuh seperti kedelai,
minyak zaitun

Jaga agar lemak total yang dikonsumsi kurang dari 25%-35% dari kalori
yang terdapat pada makanan dan minuman. Batasi kolesterol yang didapat
dari makanan hingga 200 mg per hari. Makanan yang tinggi kolesterol
seperti kuning telur, daging berlemak, dan produk susu.

Ikan : asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan, seperti ikan
salmon, tuna, dan sardine dipandang memiliki efek protektif terhadap
stroke. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi ikan 2-3 kali dalam
seminggu. Sumber omega-3 yang lain adalah telur dan minyak kedelai.

Dianjurkan mengkonsumsi 20-30 gram serat per hari. Makan yang banyak
mengandung banyak serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian. Konsumsi
serat ini hendaknya disertai dengan peningkatan konsumsi air untuk
membantu tubuh dalam memetabolisme serat tersebut.7,10
BAB III
PENUTUP
Stroke merupakan salah satu penyakit saraf dan menjadi masalah kesehatan yang
amat penting karena meningkatnya angka kejadian setiap tahunnya. Stroke
juga memberikan dampak baik secara ekonomi, sosial maupun emosional
pasien. Untuk menghindari stroke, terlebih dahulu harus dapat menghindari
faktor risiko stroke, namun tidak semua faktor risiko stroke dapat
dimodifikasi, ada juga faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Salah
satu yang bisa dimodifikasi adalah gaya hidup berupa olahraga teratur, pola
makan yang sehat dengan diet seimbang dan hindari merokok serta
minuman beralkohol. Pada kondisi yang tidak bisa dicegah atau sudah
terjadinya stroke maka diperlukan diet khusus pada stroke dengan bahan
makanan tertentu, dengan jumlah kalori tertentu serta jalur pemberian yang
disesuaikan dengan kondisi pasien. Secara umum nutrisi terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Stroke dapat mempengaruhi kemampuan makan tergantung dari tipe dan tingkat
keparahan stroke. Pasien stroke tidak jarang mengalami disfagia, gangguan
pengecapan atau ageusia, gangguan motorik sehingga pasien tidak bisa makan
sendiri atau tidak nafsu makan. Semua keadaan ini pada akhirnya berakibat
penurunan status gizi. Dibutuhkan diet khusus bagi penderita stroke sehingga
dapat memberi manfaat yang maksimal bagi pasien stroke. Selain itu ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam diet stroke antara lain jumlah dan jenis energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, serat dan cairan harus cukup sesuai
dengan kebutuhan pasien stroke.

Sebelum memberikan makanan atau diet stroke kepada pasien, perlu dinilai fungsi
menelan pasien untuk menentukan jalur pemberian makanan nantinya. Pada fase
akut (24-48 jam pertama) diberikan makanan parenteral dan dilanjutkan dengan
makanan erenteral. Sedangkan pada fase pemulihan diberikan per oral secara
bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan
makanan biasa. Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai
gabungan makanan NPO, per oral , dan NGT.
Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Diet stroke I diberikan
kepada pasien dalam fase akut atau bila ada ganggguan fungsi menelan, oleh
karena itu diberikan makanan dalam bentuk cair kental. Diet stroke II diberikan
kepada pasien pada fase pemulihan dapat berupa kombinasi cair jernih, cair
kental, saring, lunak, dan biasa.

Setelah pasien pulih atau pulang ke rumah, pasien diberikan edukasi tentang
mengontrol faktor risiko dari makanan, untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya stroke berulang. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi sayur dan
buah, membatasi mengkonsumsi garam, membatasi atau tidak mengkonsumsi
alkohol, minum susu rendah lemak atau bebas lemak, batasi konsumsi lemak
jenuh dan lemak tras, dan perbanyak mengkonsumsi serat. Dengan pemilihan
terapi nutrisi yang tepat pada pasien stroke diharapkan dapat menurunkan
kejadian malnutrisi pasca stroke, serta membantu mempercepat pemulihan kondisi
pasien, serta mengotrol faktor risiko terkait makanan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Y. Kusuma, et al. Burden of Stroke in Indonesia. International Journal of
Stroke. 2009;4:379–80.
2. Clinical Guidelines for Stroke Management 2010. National Stroke
Foundation. Melbourne Australia. 2010. Halaman 69
3. Hillel M. Finestone, et al. The Role of Nutrition and Diet in Stroke
Rehabilitation. Top Stroke Rehabil 1999;6(3):46–66
4. gowri
5. Dietary Guidelines Following a Stroke
http://www.strokeassociation.org/presenter.jhtml?identifier=3018561
6. Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
7. Intercollegiate Stroke Working Party. National clinical guideline for
stroke, 3rd edition. London: Royal College of Physicians, 2008
8. Stroke, Diagnosis and Initial management of acute stroke and transient
ischaemic attack (TIA). NICE clinical guideline 68. 2008
9. Guideline Stroke 2011. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Jakarta 2011.
10. Stroke nutrition therapy. American Diatetic Association

Anda mungkin juga menyukai