Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. Solihin


Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sunan Bonang , Jrebeng Wetan, Kedopok
Tanggal Masuk IGD : 3 Desember 2016, pukul 09.30 WIB
Tanggal Masuk Ruangan : 3 Desember 2016, pukul 12.20 WIB

B. Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Nyeri pada tangan kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo pada tanggal 3
Desember 2016, pukul 09.30 WIB diantar oleh warga. Pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas motor karena mengantuk kemudian terjatuh ke sisi kiri dan
posisi tangan kiri menyangga tubuh. Pasien merasa pusing, dan sesak bila
terkena udara dingin. Pasien sadar dan tidak pingsan, tidak ada mual dan
muntah. Saat dirawat di ruang Bougenvill kelas III Laki-laki pada tanggal 4
Desember 2016, pasien masih merasa sedikit pusing, nyeri tangan kiri karena
ada fraktur dan nyeri pada bagian bahu, dada kiri dan paha kiri belakang karena
luka lecet.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah jatuh dengan benturan di tangan seperti ini sebelumnya.
 Riwayat Kencing Manis : (-)
 Riwayat Darah Tinggi : (-)
 Alergi Obat : (-)
 Riwayat Asma : (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini
1
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Baik
2. Kesadaran
a. Kualitatif : Compos Mentis
b. Kuantitatif : GCS 456
3. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Pernafasan : 21x/menit
d. Suhu : 36.8oC
4. Status Generalis
a. Kepala/Leher
Kepala : Simetris (+), Deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), Ikterus (-)
Hidung : Pernafasan Cuping Hidung (-)
Telinga : Dalam Batas Normal
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Massa (-)
b. Thorax
Jantung
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (+)
 Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), gerak nafas
tertinggal (-), massa (-), jejas (+)
 Palpasi : Gerak dada simetris, Fremitus raba kanan dan kiri
simetris, Fremitus vokal kanan dan kiri simetris
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

2
c. Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak datar, jejas (-), massa (-)
 Auskultasi : Bising Usus (+)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor baik (<2 detik), hepar,
lien dan ginjal tidak teraba
 Perkusi : Timpani
5. Status Lokalis (Regio Antebrachii Sinistra)
 Look : Tangan dibebat perban dan di imobilisasi oleh bidai, darah
(-), odem (+), deformitas (+)
 Feel : Nyeri tekan (+), Hangat (+), Nadi perifer (+)
 Movement : Gerak Aktif (-), Gerak pasif (+), ROM terbatas

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Desember 2016, pukul 08.38 WIB
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
 Hematokrit 39%
 Hemoglobin 13,6 g/dL
 Leukosit 7.470/mm3
Hitung Jenis
 Eosinofil 9%
 Basofil 1%
 Neutrofil 61%
 Limfosit 22%
 Monosit 7%
 Trombosit 201.000/mm3
 Eritrosit 4.4 Juta/uL
HEMOSTASIS
 PT 12,4 detik
 APTT 33,7 detik

3
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
 Bilirubin total 1.53 mg/dL
 Bilirubin direk 6.54 mg/dL
 Alkali Phospat 80 U/L
 SGOT 38U/L
 SGPT 29 U/L
Fungsi Ginjal
 BUN 16.4 mg/dL
 Kreatinin 1.0 mg/dL
 Asam Urat` 7.5 mg/dL
Elektrolit
 Natrium 137.7 mmol/L
 Kalium 3.87 mmol/L
 Kasium 1.30 mmol/L
 Klorida 104.6 mmol/L
IMUNOSEROLOGI
Hepatitis Marker
 HbsAg Positif

4
Pemeriksaan Radiologi tanggal 3 Desember 2016
1. Foto Rontgen

Gambar 1. Foto Rontgen


Interpretasi : Old fraktur di 1/3 tengah os. Radius ulna

E. Diagnosis
Close Fraktur Antebrachii Sinistra
F. Planning
1. Saat pasien baru tiba di IGD segera dilakukan observasi
2. Pasang O2
3. Pasang infus
4. Bebat dengan perban dan Imobilisasi dengan bidai pada tulang yang patah
5. Rawat luka dan berikan antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder, analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
Jika kondisi pasien sudah relatif stabil lakukan pemeriksaan penunjang lainnya
1. Foto rontgen untuk mengetahui lokasi, jenis dan luas fraktur
2. Cek Darah Lengkap
3. Rencanakan Operasi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur
tulang “epiphiseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). (1)
B. Anatomi
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis.
Membrana interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi
sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan
oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang
membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang
berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi
angulasi dan rotasi, terutama pada radius. (1)
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang lunatum dan
navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian
distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamen
radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamen dan
simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat
dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral
ulnar.
Ligamen kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis
bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. yang kesemuanya menghubungkan radius
dengan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangularjibro
cartilage complex). Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai
90º oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi
lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah
gerak rotasi. (1)

6
C. Patofisiologi dan Diagnosis.
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan
trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada
permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke
arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari
samping menyerupai garpu, seperti yang terjadi pada fraktur Colles. Sebaliknya, jatuh pada
permukaan tangan sebelah dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar
seperti yang terjadi pada fraktur Smith. Pada keduanya masih terdapat komponen gaya ke
arah deviasi radial dan deviasi ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus.
Jatuh pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasi radial dapat
menyebabkan fraktur pada tulang navikulare (os skafoid) sedangkan Jatuh dengan tangan
dorsofleksi maksimal dapat menyebabkan dislokasi tulang lunatum. (1)
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara
klinis, dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles atau fraktur Smith. Bila
fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan
tanda klinis patah tulang. Hal yang mungkin terlewat dalam diagnosis adalah adanya
fraktur tulang navikulare atau adanya dislokasi tulang lunatum. Secara klinis pada fraktur
navikulare didapati nyeri tekan pada tabatier anatomik. Diagnosis kedua kelainan ini
ditegakkan dengan foto Rontgen. Pada foto antero-posterior biasa sering tidak terlihat
adanya fraktur navikulare. Untuk ini perlu foto dengan proyeksi oblik 45° dan 135° atau
foto diulang setelah satu minggu karena mungkin retak tidak kelihatan pada cedera baru. (1)
Pemeriksaan radiologi juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur
kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Fraktur radius distal intraartikuler,
dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar disebut fraktur Barton volar,
sedangkan bila patahan distal pindah ke arah dorsal, disebut fraktur Barton dorsal. (1)

D. Klasifikasi Fraktur Antebrachii


Menurut Arif Mansjoer (2000: 351) ada 4 klasifikasi fraktur antebrachii antara lain:
1. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork
deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh
beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah
berputar keluar (eksorotasi supinasi).

7
2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse colles
fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan
tangan dan pronasi.
3. Fraktur Galeazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saat pasien
jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah
dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
4. Fraktur Montegia.
Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.(6)

E. Fraktur Antebrachii Secara Umum


1. Fraktur Pada Kepala dan Leher Radius
Fraktur ini terjadi karena terjatuh dalam posisi out stretched. Klasifikasi :
1. Tipe 1 : terbelah vertikal
2. Tipe 2 : terbelah miring
3. Tipe 3 : terbelah
4. Tipe 4 : remuk

Pengobatan:
- Tipe 1 & 2 : istirahatkan sendi siku dengan mitela
- Tipe 3 & 4 : eksisi

8
Komplikasi :
- Kekakuan sendi
- Osteoarthritis

2. Fraktur Prosesus Koronoid


Biasanya terjadi bersama dengan dislokasi sendi siku.Pasien biasanya mempunyai
riwayat jatuh dengan posisi tangan outstretched dan mengalami deformitas dari elbow.
Fraktur koronoid pada anak – anak sering berhubungan dengan dislokasi elbow,
fraktur olecranon, fraktur epicondylus medial, atau fraktur condylus lateral.
Penanganan :
- Bila fragmen besar difiksasi
- Bila fragmen kecil dan tidak mengganggu pergerakan, tidak diperlukan
tindakan.
3. Fraktur Prosesus Olekranon
Etiologi : Trauma langsung sendi siku
Klasifikasi :
- Tipe 1 : keretakan olekranon tanpa adanya pemisahan
- Tipe 2 : keretakan disertai pemisahan
- Tipe 3 : fraktur komunitif tidak stabil

9
Gejala klinis : bengkak, nyeri tekan pada siku
Px Radiologi : untuk mengetahui tipe fraktur
Pengobatan:
- Tipe 1 : konservatif
- Tipe 2 : operatif dan fiksasi interna mempergunakan screw/tension bandwiting
- Tipe 3 : eksisi fragmen dan melekatkan kembali trisep pada olekranon
Komplikasi:
- Nonunion
- Osteoarthritis
 Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur, Pemeriksa harus memperhitungkan
kemungkinan adanya gangguan syaraf atau kerusakan pembuluh darah. Pada
pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan adalah adanya luksasl sendi
radioulnar proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila ditemukan fraktur
hanya pada salah satu tulang disertai dislokasi. (1)
 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doegoes,dkk (1999) pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur :
1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI) memperlihatkan
fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan
lunak.
2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler
3. Profil koagulasi
4. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranafusi multiple atau cairan
hati.(6)
 Penanganan
Pada fraktur yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan gips di atas siku.
Pada fraktur yang posisinya berubah harus dilakukan reposisi tertutup untuk
kemudian dipasang gips di atas siku. Untuk fraktur radius ulnar proksimal, lengan
bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi supinasi. Posisi ini dimaksudkan untuk
mengatasi rotasi radius dan mengendurkan otot supinator. Fraktur bagian distal
umumnya diimobilisasi dalam posisi pronasi dan patah tulang bagian tengah dalam

10
posisi netral. Akan tetapi, pada umumnya fraktur kedua tulang radius dan ulna sulit
untuk dilakukan reposisi tertutup dengan baik sehingga diperlukan operasi reposisi
terbuka dan fiksasi interna. Reposisi terbuka juga lebih sering diperlukan pada
patah tulang yang disertai dislokasi sendi. (1)
 Penyulit
Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa mengenai saraf
radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf radialis ditemukan
pada fraktur Monteggia. sedangkan cedera saraf medianus sering terjadi pada
(1)
fraktur radius distal. Karena di lengan bawah terdapat banyak pembuluh darah
kolateral, kerusakan pembuluh darah jarang berakibat berat terhadap lengan bawah.
Penyulit yang segera tampak berupa sindrom kompartemen juga relatif jarang.
Apabila terdapat sindrom ini, biasanya sulit didiagnosis atau terlambat karena
denyut nadi sering masih teraba. Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas.
Pada pembedahan memang tidak boleh dilakukan penjahitan kembali fasia. (1)
 Komplikasi
Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya
berupa angulasi disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi
gangguan gerak pronasi dan supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya
sinostosis atau jembatan kalus, yaitu kalus antara radius dan ulna sehingga
kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Sinostosis ini dapat terjadi pada fraktur
dislokasi, seperti fraktur Monteggia atau fraktur Galeazzi. (1)
Komplikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudartrosis karena gagal bertaut,
misalnya akibat terjadinya infeksi, operasi yang terlalu merusak periost, atau
terselipnya otot di antara fragmen patahan tulang. Komplikasi infeksi yang
menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat dari fraktur terbuka
meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka. (1)
4. Fraktur Satu Tulang
Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering terjadi
pada bagian proksimal radius. Fragmen fraktur akan terdislokasi ad latitudinem dan ad
periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan reposisi tertutup kemudian
imobilisasi dengan lengan pronasi pada fraktur 1/3 distal, netral pada fraktur 1/3
tengan dan supinasi pada fraktur 1/3 proksimal, imobilisasi selama 4-6 minggu. .
Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup atau akan mengalami redislokasi bila

11
reposisi berhasil. Oleh karena itu, dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya dipasang
fiksasi interna dengan plat jenis kompresi.
Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya menangkis
pukulan dengan lengan bawah. Relatif sering terjadi fraktur yang tidak berubah
posisinya. Pada gejala klinis : didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema,
deformitas. “false movement”, krepitasi dan nyeri. Radiologis : anteroposterior dan
lateral, akan didapakan adanya diskontinuitas tulang. Pengobatan biasanya konservatif
dengan pemasangan gips (long arm cast), jika reposisi tertutup gagal atau terjadi
komplikasi nonunion, malunion, maka dapat dilakukan reposisi secara tertutup.
Kadang Juga terjadi fraktur yang terdislokasi, dalam hal Ini harus diteliti apakah ada
juga fraktur tulang radius atau dislokasi sendi radioulnar. Pada fraktur yang kominutif
dapat terjadi penyatuan lambat atau pseudoartrosis dan ini memerlukan tindak operatif
disertai cangkok tulang. (1)

5. Fraktur Antebrachii Yang Khas


a. Fraktur Monteggia
Definisi
Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal
ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius(1,2). Ternyata kemudian
terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga ke posterior.
Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu
melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. (1)
Gambaran klinik
Pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat
(1).
dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fosa kubitus.
Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-
tanda cedera pada saraf radialis. (2) . Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering)
dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah
hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan
kearah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.
(3)

12
Gambaran radiologis
Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang
disertai dislokasi sendi radio-humeral. (1) Pada kasus biasa kaput radius berdislokasi
kedepan, dan terdapat fraktur pada sepertiga bagian atas ulna dengan pelengkungan
kedepan. Kadang-kadang dislokasi radius disertai dengan fraktur olekranon.
Kadang-kadang kapur radius berdislokasi keposterior dan fraktur ulna melengkung
kebelakang ( Monteggia kebelakang). Pada fraktur ulna yang terisolasi, selalu
diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. (2)
Pengobatan
Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif
(1) .
sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa. Petunjuk
untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami
fraktur, hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya direduksi. Pada
anak-anak kadang-kadang dapat dilakukan manipulasi, tetapi pada orang dewasa
lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan flat. Kalau kaput radius dapat
direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan bila tidak harus diterapi dengan
operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang difleksikan selama 6
minggu. Setelah itu dianjurkan gerakan aktif. (2)
b. Fraktur Galeazzi
Definisi
Fraktur ini merupakan fraktur distal radius disertai dislokasi atau subluksasi
sendi radioulnar distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi
lateral ketika jatuh. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan,
terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan
yang memberi gaya supinasi. (1,3)

13
Gambar 2.1. Fraktur Galeazzi

Gambaran klinis
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.
Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu
(2).
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering terjadi. Gambaran
klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan. nyeri dan
tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi
pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke
dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.(1)
Gambaran radiologis
Fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga
bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar
inferior bersubluksasi atau berdislokasi. (2)

Gambar 2.2 Radiologi fraktur Galeazzi

14
Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral
untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif
mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah menjadi pilihan. (1)
c. Fraktur Colles
Definisi
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur
melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan pergeseran dorsal
fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,
insidennya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada
tangan yang terentang.(5)

Gambar 2.3 Fraktur Colles

Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut : (4)
 Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
 Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler

15
 Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
 Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
 Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
 Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
 Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
 Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar

Gambar 2.4 Klasifikasi Fraktur Colles

16
Trauma / Kelainan yang Berhubungan
Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi bersamaan dengan trauma atau
luka yang berhubungan, antara lain : (4)
1. Fraktur prosesus styloideus (60 %)
2. Fraktur collum ulna
3. Fraktur carpal
4. Subluksasi radioulnar distal
5. Ruptur tendon fleksor
6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris
Manifestasi Klinis
Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan
penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien
dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan. (2) Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan
yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena. (4)

Gambar 2.5. Dinner fork deformity

Diagnosis
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles.
Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat
berdasarkan tanda klinis patah tulang. (1,3)

17
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
(1)
remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada
gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya
terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada
(4).
keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.
Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosesus
stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius :
1. Bergeser dan miring ke belakang
2. Bergeser dan miring ke radial
3. Terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan
kominutif yang hebat. (4)

Gambar 2.6
(a) Deformitas garpu makan malam
(b) Fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan tangan
(c) Pergeseran ke belakang dan ke radial

Penatalaksanaan (2)
- Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab
gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan
dibalut kuat dalam posisinya.
- Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips;
untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang
mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar
metakarpal kedua dan sepertiga. (2)
- Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan
erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi

18
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong
ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang slab
gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3
keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan
pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20
derajat saja pada tiap arah.

Gambar 2.7 Reduksi:


(a) Pelepasan impaksi
(b) Pronasi dan pergeseran ke depan
(c) Deviasi ulnar

Pembebatan :
a. penggunaan sarung tangan
b. slab gips yang basah
c. slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi, latihan bahu dan jari segera
dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri,
harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan
pengambilan sinar X yang baru, pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi
dengan reduksi ulang, sayangnya sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering
terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan

19
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep
sementara.
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA
yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan
diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu
diketahui, sebagai berikut :
 Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal
sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen
 Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di
sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak.
 Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat
dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai
terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka beberapa
hal berikut dapat dilakukan :
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger
traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban
seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai
fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi
volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen
proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah
didapatkan, maka beban dapat diturunkan.
3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi
terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi
ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan
pemasangan anteroposterior long arms splint. Lakukan pemeriksaan radiologik
pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan
juga pemeriksaan pada saraf medianusnya
4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam
untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya

20
dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua
minggu pasca trauma.

5. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk
fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

Gambar 2.8 Reduksi pada fraktur Colles

Komplikasi (4)
Dini
 Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka
atau dilonggarkan.
 Cedera saraf jarang terjadi dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada
saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang
melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.
 Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini
jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck. Mungkin terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai
melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan

21
akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X
memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.
Lanjut
 Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan
hilangnya rotasi dapat bersifat menetap.
 Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi processus
stiloideus ulnra sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalaminyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
 Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering ditemukan.
Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.
 Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan
tangan dengan perubahan trofik yang berat.
 Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah fraktur radius bawah yang
tampaknya sepele dan tidak bergeser. (2)
d. Fraktur Smith
Definisi
Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu
sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda.
Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar
fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal,
kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal radius bukan ke dorsal,
melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih jarang terjadi. (1)
Manifestasi klinik
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan,
dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). (1)
Gambaran radiologis
Terdapat fraktur pada metafisis radius distal; foto lateral menunjukkan bahwa
fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sangat berlawanan dengan fraktur
colles.

22
Penatalaksanaan
Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang Colles dan
pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan
supinasi maksimal. Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6 minggu. (3)
e. Fraktur Barton volar
Fraktur Barton volar sebetulnya masih bagian dari fraktur Smith. Reduksi
biasanya cukup dengan tarikan dan supinasi, tetapi karena garis patah tulang miring
reposisi yang dicapai biasanya tetap tidak stabil sehingga kadang pembedahan akan
lebih baik hasilnya. Epalsiolisis harus diusahakan untuk reposisi secara anatomis
mungkin agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Hal ini dapat dilakukan secara
tertutup, kadang secara terbuka. Dengan atau tanpa reposisi operatif dapat dipakai
kawat K yang kecil yang cukup kuat untuk fiksasi intern sehingga fiksasi dapat dicapai
(1)
tanpa merusak cakram epiflsis.
f. Fraktur atau dislokasi tulang karpus
Patah tulang os navikulare yang agak jarang, sering terlewat diagnosisnya, baik
karena tidak terperhatikan maupun karena tidak dibuat foto Rontgen oblik khusus.
Seperti halnya tulang yang lain, vaskularisasi tulang skafoid sebagian besar melalui
simpal sendi dan karena sebagian besar permukaan tulang ini merupakan bagian
tulang rawan sendi, vaskularisasi yang masuk relatif sedikit. Oleh karena itu,
komplikasi nekrosis avaskuler dan kegagalan pertautan cukup sering. (1)
Gambaran Klinis
Gambaran klinis sering kurang jelas. Biasanya ada keluhan nyeri di
pergelangan tangan. Pada pemeriksaan didapatkan empat tanda yang jelas, ialah nyeri
tekan di tabatiere* pada posisi deviasi ulna yang menyebabkan penonjolan tulang
skafoid di tabatiere, nyeri tekan pada penonjolan navikulare di sebelah volar pada
deviasi radier, nyeri sumbu pada pukulan martil perkusi pada kaput metakarpale pada
tangan sikap tinju dan nyeri di dalam pergelangan tangan pada fleksi maupun ekstensi
ekstrem. (1)
Biasanya patah tulang os navikulare tidak terdislokasi sehingga tidak perlu
direposisi. Posisi dalam gips yang meliputi lengan bawah bagian distal sampai batas
sendi metakaipofalangeal, termasuk metakarpus I, dipertahankan tiga bulan untuk
menghindari pseudoartrosis. Bila lambat bertaut atau gagal-bertaut, perlu dilakukan
operasi cangkok tulang.Pada patali leher tulang bagian proksimal os skafoid terancam

23
nekrosis avaskuler karena sebagian besar per mukaannya ditutup oleh tulang rawan
sendi sehingga darah dari bagian proksimal tidak mungkin sampai. (1)
Dislokasi lunatum agak jarang ditemukan, tetapi sering juga terlewat
diagnosisnya. Dislokasi yang terjadi adalah akibat trauma jatuh pada tangan dalam
posisi dorsifleksi maksimal. Pada pemeriksaan klinis didapati pembengkakan pada
pergelangan tangan dan pasien sangat kesakitan bila jari secara pasif diekstensikan.
Bisa ditemukan adanya lesi saraf medianus oleh adanya penekanan saraf di dalam
kanalis karpal. Pada foto Rontgen akan terlihat adanya dislokasi lunatum ataupun
perilunatum. Akan tetapi, ternyata dislokasi ini sering terlewat karena kurangnya
pengalaman pemeriksa foto. Penanganannya adalah reposisi, yang pada dislokasi baru
biasanya akan berhasll. diikuti dengan imobilisasi. Komplikasi lambat yang bisa
terjadi adalah nekrosis avaskuler dan artritis degeneratif. (1)
F. Dislokasi sendi siku
Dislokasi sendi siku merupakan dislokasi sendi humeroulnar dan humeroradial.
Biasanya terjadi dislokasi fragmen distal ke posterior dan lateral terhadap
fragmen proksimal. Paling sering terjadi pada anak – anak karena proses ossifikasinya
belum sempurna. Penyebabnya karena terjadi trauma tidak langsung, benturan pada
tangan dan lengan bawah dengan siku dalam posisi ekstensi disertai sedikit fleksi dan
lengan atas terdorong kearah volar dan medial. Pada pemeriksaan klinis terdapat
bengkak, nyeri spontan, nyeri sumbu, dan gerakan abnormal sangat terbatas pada posisi kurang
dari 30°. Pada pemeriksaan dari dorsal siku, didapatkan perubahan pada segitiga sama
kaki yang dibentuk oleh olekranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial.
Segitiga yang normalnya sama kaki, berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki.
Dislokasi siku ini dapat menyebabkan robeknya ligamentum yang mempertahankan
stabilitas sendi siku dan ini mempengaruhi cara pengobatannya. Bila tidak
terjadi instabilitas, setelah reposisi dapat dimulai dengan imobilisasi selama tiga minggu dalam
gips sebelum mobilisasi. Luksasi caput radius yang disebut “siku tertarik” dapat terjadi
karena siku ditarik sehiingga caput ditarik lepas dari lingkaran ligamentum. Hal ini
terjadi pada anak yang jatuh ketika tangannya ditarik secara abnormal.
Gejalanya berupa nyeri dan gangguan ekstensi, fleksi dan pronasi, dan
supinasi.diagnosismenjadi jelas dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Terapi dengan
reposisi pada siku fleksi dengan tekanan di arah sumbu supinasi dan reposisi caput ke arah ulnar

24
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC
2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem Apley
Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika.
3. Mansjoer, Arief, ed. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media Aesculapius
4. http://medlinux blogspot.com, diakases tanggal 15 Desember 2016
5. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm, diakses tanggal
15 Desember 2016
6. http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html, diakses tanggal 15
Desember 2016

25

Anda mungkin juga menyukai