Anda di halaman 1dari 27

Pengembangan Kesempatan Kerja

Sebagaimana disinggung dalam Bab II, perkembangan kesempatan kerja


di sektor industry di DIY telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun
terakhir. Sementara sebuah studi oleh Mubyarto dan Hal Hill menyebut dengan
nada curiga penurunan lapangan kerja industry rumah tangga berlangsung amat
tajam di kota (-17%),penurunan jumlah tenaga kerja di sektor industry juga cukup
besar,yaitu mendekati 50.000 tenaga kerja pada industry-industri rumah tangga di
daerah kabupaten.

Nada curiga yang dilontarkan oleh studi diatas disebabkan oleh adanya
kelemahan pada data statistic. Secara umum diakui bahwa data yang dikumpulka
n awal dan pertengahna tahun 1960-an cenderung disangsikan. Hal itu disebabkan
oleh industry rumah tangga di pedesaan selalu bersifat musiman dan bahkan
sering terhenti pada saat musim tanam atau musim panen. Sensus industry 1974
didasarkan pada perioda satu tahun yang bersangkutan sehingga dapat
diperhitungkan keadaan musiman tersebut,namun sensus indutri 1964
menggunakan periode waktu jauh lebih pendek sehingga data yang tersedia
bersifat bias.

Table di bawah yang diambil dari studi Mubyarto yang sama mungkin
agak memperbesar tingkat penurunan aktual, namun begitu tak ada keraguan
bahwa hal itu juga menunjukkan arah riil. Beberapa data sektor rumah tangga
akan sangat berguna untuk member informasi lengkap tentang perkembangan
industry,khsususnya dalam hal penyerapan tenaga kerjanya data itu telah tersedia
dalam publikasi akhir dinas perindustrian 1976,sehingga dapat digunakan sebagai
pelengkap gambaran tentang perkembangan penyerapan tenaga kerja,sebagaimana
tercantum dalam table di bawah ini :

1
TABEL 10: TENAGA KERJA DALAM PERUSAHAAN INDUSTRI DI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1964-1974

No Perusahaan / pabrik dan 1964 1974 Perubahan


perusahaan rumah tangga (ribuan) (ribuan) (%)
1 Kotamadya Yogyakarta 15,2 8,9 -41,4
Besar 2,9 2,9 2,8
Sedang 3,5 3,2 -9,0
Kecil 8,8 2,8 -68,4

2 Kabupaten 8,8 16,4 72,7


Besar 3,9 8,3 111,6
Sedang 1,3 1,6 21,9
Kecil 3,6 6,5 80,5
Total Pabrik 24,0 25,3 5,4
3 Kotamadya Yogyakarta 18,7 5,0 -73,3
4 Daerah Kabupaten 173,4 126,6 -27,5
Total usaha rumah tangga 192,1 131,6 -31,5
Total Pabrik dan Perusahaan 216,1 156,9 -27,4
Rumah Tangga

Dari table diatas terdapat perubahan kecil dalam definisi pada kedua
sensus,sehingga beberapa data tidak bisa secara tepat diperbandingkan. Sensus
1964 menggolongkan perusahaan rumah tangga ke dalam daerah perkotaan dan
pedesaan, sehingga gambaran nyata tentang kotamadya Yogyakarta dalam table di
atas mungkin menjadi agak terlalu besar,karena termasuk kesempatan kerja pada
pusat kota lain.

Apabila asumsi kesalahan statistic dikesampingkan,maka table di atas


memberi gambaran yang suram tentang perkembangan kesempatan kerja yag
semakin menciut selama dua masa sensus. Gambaran paling suram terlihat pada

2
perkembangan perusahaan berskala kecil di Kotamadya Yogyakarta, di mana
perkembangannya selama 10 tahun telah menciut sebesar 68.4% dalam hal
penyerapan tenaga kerjanya. Berlainan dengan perkembangan di Kabupaten-
Kabupaten, perusahaan industry skala kecil ternyata mengalami perkembangan
positif sebesar 80.5% dalam periode yang sama.

Di samping perusahaan industry terdapat pula perusahaan rumah tangga


yang dipisahkan karena mempunyai karakteristik tersendiri. Perusahaan-
perusahaan yang biasanya dikelola oleh para anggota keluarga itu telah
mengalami penciutan tenaga kerja dan berarti pula penciutan jumlah perusahaan.
Secara total perkembangan tenaga kerja dalam perusahaan rumah tangga di
daerah-daerah tingkat II di DIY, selama masa dua sensus telah mengalami
penciutan sebesar 31.5%

Menciutnya kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan indutri itu


sebagian mungkin disebabkan oleh sangat kecilnya tambahan investasi pada
proyek-proyek pembangunan perusahaan-perusahaan baru.Sebab-sebab langkanya
investasi baru,baik dari luar maupun dalam negeri mungkin disebabkan oleh
slitnya mengurus ijin-ijin pendirian perusahaan baru di DIY. Kemungkinan lain
adalah adanya pengaliran produk-produk asing ke pasaran daerah.

Beberapa contoh dari kemungkinan terakhir di atas adalah adanya gejala


nyata meningkat ya barang-barang konsumsi yang dihasilkan secara besar-
besarana oleh sektor modern. Produk-produk itu dewasa ini telah membanjiri
pasaran local dan telah mendesak bahkan kini menggantikan produk-produk
domestic yang pada mulanya banyak dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan local.

Perubahan pola konsumsi masyarakat misalnya terlihat jelas pada


preferensi terhadapa barang impor atau rakitan dalam negeri, seperti penggunaan
bungkus plastik pada barang-barang yang dahulu dibungkus dengan daun
pisang,preferensi minum the botol,dan preferensi memakai produk-produk asing
lainnya. Perkembangan yang banyak disebabkan oleh “efek pamer” ini sudah jelas
telah mengurangi produk local dan pada akhirnya dapat mematikan perusahaan-

3
perusahaan kecil di daerah. Dalam hubungannya dengan kesempatan kerja, gejala
ini bisa menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke kiri atau mengurangi
penyerapan tenaga kerja di sektor industry.

Perkembangan pola konsumsi di atas kenyatannya kurang di imbangi


dengan usaha-usaha peningkatan mutu produksi local,sehingga dalam bersaing
dengan produk sektor modern tidak bisa bertahan lama. Usaha-uaha
pemerintah,baik secara langsung maupun tidak langsung juga mempengaruhi
berhasil tidaknya pengembangan perusahaan industry local lebih lanjut. Hal-hal
yang menyangkut pemerintah dalam kaitannya dengan perkembangan di atas
adalah kurangnya bantuan pemerintah dalam bentuk penyediaan bahan baku di
pasar local dengan harga murah.

Umumnya barang-barang industry rumah tangga menggunakan bahan


baku dari luar ,sehingga dibuthkan modal besar untuk memperoleh bahan baku
tersebut. Peranan pemerintah dalam penyediaan bahan baku itu juga bisa secara
langsung melalui subsidi dan pendirian koperasi bahan baku. Beberapa jenis
perusahaan yang sangat membutuhkan bantuan itu antara lain perusahaan
kerajinan perak,pertenunan,perusahaan batik,dan kerajinan kulit.

Perkembangan produksi dan masalahnya perlu diketahui karena pada


dasarnya terdapat hubungan yang bersifat fungsional antara produksi dan tenaga
kerja. Secara teoritis fungsi produksi itu dapat dirumuskan sebagai Q =f (K,N), di
mana Q adalah jumlah produksi, K modal dan N jumlah tenaga kerja. Dengan
anggapan bahwa jumlah tenaga kerja adalah tetap dalam jangka pendek, maka
fungsi produksi dapat disederhanakan menjadi fungsi tenaga kerja saja,atau Q =
f(N).

Kaitan antar Sektor

Pengembangan kesempatan kerja sektor industry yang dibahas dalam studi


ini adalah yang mempunyai kaitan dengan sektor pertanian. Mengingat
karakteristik sektor pertanian tidak memungkinkan pengembangan industry kecil
yang sesuai dengan ketrampilan pencari kerja di pedesaan.

4
Sebagimana disadari tenaga kerja di pedesaan pada umumnya tidak
memiliki ketrampilan teknis dan manajerial yang tinggi, baik di bidang pertanian
maupun non pertanian. Kondisi kerja ini sangat cocok untuk jenis-jenis industry
yang membutuhkan hubungan kerja informal dan fleksibel. Hubungan kerja
demikian masih bersifat umum dan belum berspeliasasi. Artinya tenaga kerja
tidak diharuskan memegang fungsi-fungi kerja tertentu, misalnya sebagai ahli
pembukuan atau pemegeang kas. Pokoknya semua fungsi masih bisa ditangani
tenaga kerja yang ada.

Di samping ketrampilan yang masih rendah, pengembangan, industry yang


berkaitan dengan sektor pertanian juga harus memperhatikan kemungkinan
investasi yang isa diharapkan dapat ditanamkan dalam jenis insutri itu. Tingkat
investai di pedesaan jelas masih rendah, karena produktivitas sektor pertanian
juga rendah. Maka dari itu alternative terbaik adalah bentuk pengembangan
industry kecil.

Bentuk-bentuk pengembangan kesempatan kerja dari sektor pertanian ke


sektor industry, pertama kali perlu memperhatikan pandangan tenaga kerja sektor
pertanian terhadap waktu. Sifat kerja petani adalah tergantung pada musim,
karena itu bentuk-bentuk pengembangan kesemptan kerja perlu memperhatikan
dimensi “musim” dalam hal ini pengembangan industry yang tunduk pada
pengaturan waktu yang ketat bakal tidak popular dan sulit dikembangkan.

Satu segi yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan industry kecil
adalah perhatiannya pada penyerapan tenaga kerja penduduk setempat yang
relative besar. Dengan semakin bertambahnya angkatan kerja di
pedesaan,rangsangan-rangsangan pengembangan industry-industri rumah tangga
perlu diarahkan untuk menamoung angkatan kerja setempat. Rangsangan yang
berhasil pada saatnya akan mampu memperluas diri, sehingga perusahaan-
perusahaan rumah tangga akan bertumbuh seperti jamur di musim hujan. Ini tentu
akan banyak terjadi pada penduduk ang latah mengikuti keberhasilan orang lain.

5
Memperhatikan perusahaan-perusahaan industry yang telah berkembang di
berbagai lokasi, maka bentuk-bentuk pengembangan selanjutnya juga perlu
mentaati spesifikasi tenaga kerja pada suatu lokasi tertentu. Pada daerah yang
telah turun-temurun menghasilkan ahli-ahli ukir kayu misalnya, tidak akan mudah
dikembangkan industry-industri baru seperti pengolahan tahu. Karena itu
pengembangan industry kecil hanyalah bersifat peningkatan-peningkatan industry
yang telah mapan.

Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya


dengan usaha pengembangan industry pedesaan melalu pemanfaatan tenaga kerja
di sektor pertanian. Pemahaman terhadap berbagai persyaratan di atas harus
dipandang sebagai suatu hal yang bersifat sementara, karena perkembangan
indutri pedesaan tidak bersifat sebegitu statis sebagaimana penggambaran
terhadap sektor pertanian.

Kesamaan-kesamaan perlakuan tenaga kerja terhadap dua sektor yang


berlainan pada mula pertama bersifat otomatis. Akan tetapi perbedaan-perbedaan
hakiki pada kedua sektor akan merubah sikap pekerja selama berjalannya waktu.
Karena itu usaha mempertahankan bentuk-bentuk industry pada tingkat yang
statis hanya akan menimbulkan kebangkrutan total. Industrialisasi adalah sesuatu
yang dinamis, yang apabila tidak dikembangkan sesuai dengan teknologi muktahir
bakal menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Kaitan atau keeratan hubungan kesempatan kerja antara sektor pertanian


dan sektor industry memerlukan bentuk-bentuk kaitan lain yang dapat menunjang
pertumbuhan sektor industry khususnya industry kecil dipedesaan. Dua bentuk
kaitan yang sekaligus perlu di kembangkan adah kaitan kelembagaan dan kaitan
produk.

Kaitan kelembagaan diartikan sebagai keeratan manajemen antara


perusahaan rumah tangga, perusahaan-perusahaan industry kecil dengan
perusahaan-perusahaan lain yang berskala lebih besar. Hubungan antar lembaga
itu bersifat saling melengkapi, dimana beberapa perusahaan industry kecil dengan

6
manajemen yang terpisah mempunyai hubungan yang saling menguntungkan
dengan perusahaan-perusahaan besar.

Beberapa hubungan antar lembaga misalnya dalam hal membeli bahan


baku, pembagian lokasi pemasaran dan penentuan harga jual biasan disebut
sebagai karetl dalam ilmu ekonomi perusahaan. Bentuk ini sangat efektif
diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang sejenis
maupun perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang komplementer.

Sementara itu dalam hal penyediaan tenaga kerj, manajemen pengaturan


tenaga kerja juga bisa diatur antar lembaga. Beberapa perusahaan industry yang
bersifat “musiman” seperti industry konfeksi pakaian, industry bata merah, dan
lain-lain bisa saling mentransfer tenaga kerjanya. Beberapa perusahaan kecil di
pedesaan bisa memperoleh tenaga kerja dari sektor pertanian. Kaitan antar sektor
ini perlu memperhatikan kaidah-kaidah kerja sebagaimana di uraikan di atas.

Dari segi produk yang dihasilkan bisa diatur hubungan ke depan dan ke
belakang yang disebut sebagai kaitan produk atau kaitan konsumsi. Pelaksanaan
pengaitan produk antara sektor terjadi pada perusahaan-perusahaan makan dan
minuman yang menggunakan bahan baku sektor pertanian. Sedangkan kaitan
dalam satu sektor industry melipti kerjasama pembuatan komponen produk oleh
industry kecil yang pada akhirnya produk itu dibeli oleh perusahaan-perusahaan
besar. Sedapat mungkin proses penyerahan barang oleh satu perusahaan kepada
perusahaan lain yang lebih besar diatur dalam peraturan-peraturan resmi sehingga
tidak terjadi produk karena keputusan sepihak yang merugikan pihak lain.

Masalah Teknologi

Proses pengembangan kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor


industry di pedesaan akan melibatkan penerapan teknologi pedesaan yang mampu
meningkatkan produktivitas masyarakat pedesaan tersebut. Proses itu sekaligus
merupakan perpaduan antara proses teknologi,proses ekonomi,proses social dan
proses budaya, dengan demikian teknologi yang dikembangkan harus memenuhi
empat syarat, yaitu dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis,dapat

7
dimanfaatkandan dikelola secara ekonomis,dapat diterima oleh masyarakat dan
serasi dengan lingkungan pedesaan. Teknologi demikian ini yang disebut sebagai
teknologi tepat guna.

Salah satu bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan di pedesaan adalah


teknologi untuk industry kecil dan atau industry pedesaan. Teknologi untuk
industry kecil itu meliputi antara lain: usaha diversifikasi produk, perluasan
pemasaran,perbaikan mutu dan angkutan,dan perkreditan. Teknologi ini
diterapkan dalam bentuk latihan-latihan tenaga kerja dan pembukaan-pembukaan
kesempatan kerja baru bagi tenaga kerja terampil.

Dalam pada itu pengalihan lapangan pekerjaan oleh tenaga kerja sektor
pertanian ke sektor industry bisa dimulai dari industry-industri yang mengolah
hasil pertanian. Industry-industri pengolahan hasil tanaman ini dikembangkan
oleh perusahaan-perusahaan rumah tangga dan dipasarkan ke pasar local terdekat
atau ke pasar daerah perkotaan. Di daerah Istimewa Yogyakarta sudah umum hal
itu dilakukan oleh pengusaha-pengusaha makanan kecil,seperti industry roti dan
kerupuk.

Di sub sektor perternakan pengembangan teknologi tepat guna paling


efektif dilakukan pada industry makanan ternak. Dewasa ini di DIY industry
makanan ternak telah digarap oleh sebuah perusahaan secara besar-besaran
dengan teknologi modern. Industry lain yang sedang dikembangkan adalah
pemafaatan kotoran kandang untuk industry penerangan rumah tangga. Usaha
perternakan di DIY banyak terdapat di daerah-daerah pedesaan khususnya yang
kurang subur tanah pertaniannya. Sekarang ini kotoran kandang masih banyak
digunakan secara konvensional sebagai pupuk tanaman.

Sub sektor perikanan khususnya perikanan darat juga dapat di


kembangkan ke sektor industry pengolahan dan penyimpangan. Sedangkan
perikanan laut yang dijumpai di kawasan selatan DIY dewasa ini belum banyak
dibudidayakan, karena alasan-alasan permodalan. Usaha ekstratif yang semenjak

8
dahulu telah berkembang di pantai selatan adalah pengambilan sarang burung
wallet untuk diolah menjadi makanan lezat.

Industry pengolahan tanaman yang paling menonjol adalah industry


pendayagunaan hasil perkebunan. Banyak sekali perusahaan-perusahaan rumah
tangga yang mengolah tanaman hortikultura untuk bahan makanan dan bumbu
masak. Tanaman palawija seperti kedelai,jagung dan kelapa dipakai dalam
industry-industri kecap,minyak goreng dan kopra.

Di daerah pedesaan DIY kebutuhan teknologi kurang berkembang karena


sebagian besar penduduk masih terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan.
Bertambahnya angkatan kerja dari tahun ke tahun ebih banyak merupakan beban
pembangunan daripada modal pembangunan, karena pada dasarmya teknologi
manusiawi mereka belum berkembang sehingga produktivitas yang dihasilkan
pun rendah. Kehidupan sehari-hari angkatan kerja itu lebih banyak ditunjukkan
pada perkerjaan yang mampu menghasilkan makanan untuk hari ini. Sehingga
dengan demikian kebutuhan untuk investasi masa depan dikesampingkan.

Berpijak pada permasalahan di atas, maka pengembangan teknologi tepat


guna secara langsung harus menciptakan “struktur agro-industri” di daerah
pedesaan dan di kota-kota kecil di DIY. Struktur agro industry yang dimaksudkan
disini adalah suatu kegiatan yang menggerakkan system masyarakat kearah
pembukaan kesempatan kerja di sektor pertanian dan industry sekaligus.
Pembukaan kesempatan kerja itu bersifat menyeluruh dan tidak terpusat pada
beberapa kota saja.

Pelaksanaan pengembangan “struktrur agro-bisnis” dirumuskan sebagai


pembangunan tempat-tempat kerja di daerah yang dihuni manusia. Tempat kerja
yang dibangun harus cukup murah sehingga dapat dibangun dalam jumlah besar,
tanpa memerlukan pembentukkan modal dan impor yang tak mungkin dicapai.
Dalam hal cara berproduksi digunakan metode yang relative sederhana, sehingga
tidak terlalu banyak menuntut ketrampilan tinggi. Sedangkan untuk produksi,

9
perlu digunakan bahan-bahan setempat serta digunakan untuk keperluan setempat
pula.

Penerapan perumusan di atas disamping membutuhkan teknologi tepat


juga perlu pendekatan regional atau wilayah. Dalam hal ini pendekatan wilayah
pembangunan DIY diprioritaskan pada penduduk miskin yang menduduki bagian
terbesar dari wilayah DIY. Pengembangan ini tidak boleh terbalik, karena bisa
menimbulkan pengangguran massal dan perpindahan penduduk ke kota-kota besar.
Dan kalau golongan kaya itu diprioritaskan, maka akan terbukti pemeo yang
mengatakan” yang kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah miskin”.

Satuan pelaksana yamg mampu merumuskan pendekatan di atas dalam


praktek tidak lain adalah pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
DIY. Kalau disimak pelaksanaan pembangunan di DIY, maka sebetulnya
pendekatan wilayah dengan kondisi yang ada telah dipraktekkan di DIY. Hal ini
terbukti dengan tidak diberinya ijin pada perusahaan-perusahaan besar bermodal
asing untuk beroperasi di DIY pada beberapa tahun terakhir ini.

Sikap pemerintah DIY yang tampaknya apriori menolak modal asing itu
mungkin mempunyai alasan bersifat politis mengingat pengalaman masa lampau
yang kurang menyenangkan dalam penjajahan. Namun apabila dilihat dari segi
ekonomi. Sikap itu boleh jadi bertujuan untuk melindungi unit-unit usaha local
dari kebangkrutan dan atau bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja lebih
luas bagi angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan.

Namun bagaimanapun alasannya, perlu dicatat di sini bahwa yang


dimaksud dengan teknologi tepat bukanlah suatu teknologi yang menolak
teknologi modern. Ada kemungkinan teknologi tepat harus menggunakan
peralatan modern, karena tanpa peralatan itu proyek tidak bisa berjalan. Contoh
soal misalnya dalam usaha pemerintah DIY mengusahakan proyek pengairan di
daerah tandus Gunung Kidul, maka sudah barang pasti teknologi yang digunakan
bukan sembarang teknologi, tapi teknologi mutakhir yang mampu menyelesaikam
proyak dengan benefit-cost sebesar-besarnya.

10
Untuk memperjelas definisi teknologi tepat guna dalam kaitannya
dengan penciptaan kesempatan kerja yang luas bagi angkatan kerja, maka dapat
digambarkan bahwa teknologi tepat guna akan memilih alternatif pencapaian
tingkat produktivitas yang lumayan dengan tanpa mengorbankan output dan atau
modal yang besar. Di sini tenaga kerja sebagai masukan yang vital diperhitungkan
tidak hanya sekedar untuk menyelesaikan suatu proyek, namun lebih daripada itu
dimaksudkan untuk mengembangkan tenaga kerja seoptimal mungkin dalam
pembangunan masyarakat.

Gambaran yang lebih jelas tentang produktivitas tenaga kerja antar


golongan industry besar, sedang, kecil dan industry rumah tangga dapat di lihat
pada data perkembangan industry di DIY pagda table di bawah ini :

TABEL 11 : PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA


SEKTOR INDUSTRI, 1974/1975/1976 DIY (dalam ribuan rupiah)

No Golongan 1974 1975 1976 % Peruba


Industri han
1 Industri Besar 1.637 1.923 2.482 18,2 29,1
2 Industri 519 522 680 5,8 30.3
sedang
3 Industri Kecil 369 462 524 25,2 13,4
4 Ind. Rumah 74 - - - -
Tangga
Toatl No 1-3 965 1.102 1.416 14,2 28,5
Sumber : Kantor Statistik DIY (diolah)

Tabel di atas menunjukkan perkembangan produktivitas yang semakin


meningkat dalam tiga tahun terakhir pada berbagai jenis perusahaan. Perubahan
produktivitas tenaga kerja yang meningkat terbanyak terdapat pada perusahaan-
perusahaan sedang, kemudian menyusul perusahaan-perusahaan besar. Sedangkan
perusahaan- perusahaan kecil menagalami perubahan tingkat produktivitas yang
semakin menurun selama tiga tahun itu. Dalam table di atas perkembangan

11
perusahaan- perusahaan rumah tangga tidak tercatat secara lengkap sehingga tidak
dapat diadakan perbandingan selama tiga tahun terakhir.

Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai perbandingan antara nilai


produk yang dihasilkan oleh suatu golongan perusahaan industry dengan jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Melihat definisi itu, maka besar
kecilnya produktivitas sangat tergantung pada besar kecilnya perubahan jumlah
tenaga kerja dan jumlah nilai produksi pada suatu saat pencatatan. Dalam pada itu
perkembangan jumlah tenaga kerja dan nilai produksi sangat ditentukan oleh
perkembangan jumlah perusahaan industry yang ada. Dengan demikian, untuk
mempertajam analisa mengenai produktivitas tenaga kerja, perlu disertakan data
mengenai perkembangan ketiga variable itu. Pembahasan lebih mendalam akan
diuraikan dalam sub bab di bawah ini

Pemilihan Jenis Industri

Sebagaimana dikemukakan dalam sub-bab di atas, pengembangan


teknologi bukanlah usaha mencapai produktivitas sebesar-besarnya, akan tetapi
adalah usahan peningkatan kesempatan kerja dengan memperhatikan kondisi
lingkungan di mana teknologi itu di terapkan. Tingginya produktivitas tenaga
kerja pada perusahaan- perusahaan industry besar di DIY adalah semata
disebabkan oleh besarnya penanaman investasi dan modal kerja pada perusahaan
itu, sehingga adanya akumulasi modal menyebabkan besarnya nilai produksi
perusahaan pada suatu waktu.

Apabila diingat bahwa kondisi perekonomian masyarakat tidak


memungkinkan penanaman investasi yang tinggi pada suatu usaha, maka sudah
jelas bentuk pengembangan perusahaan industry cenderung mengikuti
kemampuan masyarakat setempat. Banyaknya perusahaan industry kecil dan
rumah tangga di DIY hingga mencapai lebih dari 3000 kali lipat dibanding
perusahaan besar, menunjukkan gejala nyata mengenai kecenderungan itu.

12
Perbandingan jumlah perusahaan menurut golongan besar kecilnya serta
perkembangan selama tiga tahun antara perusahaaan besar,sedang,kecil dan
perusahaan rumah tangga dapat dilihat pada table dibawah ini :

TABEL 12 : PERKEMBANGAN JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI


MENURUT GOLONGAN DI DIY 1974/1975/1976

No. Gol.Perh. 1974 1975 1976 % Peruba


Industry han
1 Per. Industri 25 30 27 20,0 -10,0
Besar
2 Per. Industri 130 149 148 14,6 -0,7
Sedang
3 Per. Industri 1.131 1.086 968 -4,0 -10,9
Kecil
4 Per. Industri 83.339 - - - -
Tangga
Sumber : Kantor Statistik DIY (diolah)

TABEL 13 : BANYAKNYA TENAGA KERJA MENURUT GOLONGAN


PERUSAHAAN DI DIY 1974/1975/1976

N Gol.Perh. Industry 1974 1975 1976 % Peruba


o. han
1 Per. Industri 11.396 9.494 9.274 -16,7 -2,6
Besar
2 Per. Industri 4.692 4.837 4.650 3,1 -3,9
Sedang
3 Per. Industri Kecil 9.243 7.811 7.142 -15,5 -8,6
4 Per. Industri 13.1620 - - - -
Tangga
Total 1-3 25.398 22.142 21.066 -12,8 -4,9
Sumber : Kantor Statistik DIY (diolah)

13
Kedua table di atas menunjukkan gambaran perkembangan banyaknya
perusahaan dan tenaga kerja selama periode 1974-1976. Perkembangan jumlah
perusahaan industry pada semua golongan menujukkan perubahan yang menurun.
Perusahaan industry besar setelah mengalami kenaikan pada tahun 1975, ternyata
kemudian menurun jumlahnya pada tahun berikutnya. Perusahaan industry sedang
mengalami kenaikan pada tahun 1975, ternyata kemudian menurun jumlahnya
pada tahun berikutnya. Perusahaan industry sedang mengalami penurunan
perubahan meskipun tidak begitu tajam, sedangkan golongan perusahaan industry
kecil selama tiga tahun terus-menurus semakin menurun jumlahnya.

14
Kumpulan-Kumpulan Soal :

1. Bagaimana perkembangan kesempatan kerja di sektor industry di DIY ?


a. Mengalami Perkembangan
b. Mengalami Peningkatan Tajam
c. Mengalami Penurunan
d. Stagnan

2. Siapa yang melakukan studi yang menyebut dengan nada curiga


penurunan lapangan kerja industry rumah tangga berlangsung amat tajam
di kota ?
a. Mubyarto dan Hal Hill
b. Mike Bisping dan Chael Sonnen
c. Anderson Silva dan Mike Bisping
d. Connor Mc Gregor dan Suwandi

3. Berapa persenkah tingkat penurunan Industri Rumah Tangga yang ada di


kota DIY ?
a. -17%
b. 18%
c. -22%
d. 20%

4. Berapa tenaga kerja yang menagalami penurunan di sektor industry ,yaitu


pada industry-industri rumah tangga di daerah kabupaten ?
a. 3000 Tenaga Kerja
b. 500 Tenaga Kerja
c. 1000 Tenaga Kerja
d. 50.000 Tenaga Kerja

5. Pada peridoe berapa tabel 10 yang diambil oleh Mubyarto ?

15
a. 1964-1974
b. 1960-1970
c. 1945-1980
d. 1988-2001

6. Variabel apa saja yang diteliti oleh Mubyarto pada tebl 10 ?


a. Kepolisian
b. Dunia hewan
c. Perusahaan / pabrik dan perusahaan rumah tangga
d. Persawahan

7. Dalam lingkup luasan apa penilitian Mubyarto yang ditampilkan pada


tabel 10 ?
a. Provinsi
b. Kabupaten dan Kotamadya DIY
c. Negara
d. ASEAN

8. Berapa total Perusahaan / pabrik dan perusahaan rumah tangga besar pada
tahun 1964 yang ada di tabel 10 ?
a. 15,2
b. 98,7
c. 90
d. 100

16
9. Berapa total Perusahaan / pabrik dan perusahaan rumah tangga besar pada
tahun 1974 yang ada di tabel 10 ?
a. 8,9
b. 9
c. 7,7
d. 6,6

10. Berapa Perusahaan / pabrik dan perusahaan rumah tangga besar pada
tahun 1964 yang ada di tabel 10 ?
a. 2,9
b. 3
c. 4
d. 7

11. Berapa total persen perubahan pada Kabupaten di DIY Perusahaan / pabrik
dan perusahaan rumah tangga pada tahun 1964-1974 yang ada di tabel
10 ?
a. 72,7
b. 98,7
c. 45,5
d. 32,2

12. Berapa total Perusahaan / pabrik dan perusahaan rumah tangga di DIY
pada tahun 1964 yang ada di tabel 10 ?
a. 900
b. 78
c. 300
d. 212,6

17
13. apa alasan Mubyarto mengatakan data tidak bisa secara tepat
diperbandingkan :
a. tidak apa-apa
b. hanya menggangap factor kesalahan alam
c. data tidak bisa secara tepat diperbandingkan karena terdapat
perubahan kecil dalam definisi pada kedua sensus
d. kebodohan dari masyarakatnya

14. Gambaran dari sector apa yang dimaksud suram oleh Mubyarto
a. perkembangan perusahaan berskala kecil di Kotamadya
Yogyakarta, di mana perkembangannya selama 10 tahun telah
menciut sebesar 68.4%
b. Tingkat Pungli dari Kepolisian
c. Kurangnya kepedulian antar masyarakat
d. Sensus yang salah dari data statistic

15. Bagaimana perkembangan perusahaan berskala kecil di Kotamadya


Yogyakarta, di mana perkembangannya selama 10 ?
a. Stagnan
b. Meningkat tajam
c. Menciut
d. Naik turun

16. Selama 10 tahun terakhir perusahaan berskala kecil di kotamadya


Yogyakarta telah menciut sebesar berapa persenkah ?
a. 68.4%
b. 70 %
c. 32%
d. 25%

18
17. Bagaimana tingkat dengan perkembangan di Kabupaten-Kabupaten,
perusahaan industry skala kecil ?
a. Stagnan
b. Mengalami Peningkatan
c. Naik turun
d. Mengalami Penurunan

18. Jika mengalami perkembangan positif sebesar berapa persenkah dalam


periode tersebut
a. 80.5%
b. 90 %
c. 30%
d. 45%

19. Secara total perkembangan tenaga kerja dalam perusahaan rumah tangga
di daerah-daerah tingkat II di DIY, selama masa dua sensus telah
mengalami apa ?
a. Penciutan
b. Peningkatan
c. Standar
d. Biasa Saja

20. Jika pada tingkat daerah-daeah tingkat II di DIY selama masa dua sensus
mengalami penurunan berapa persen ?
a. 90%
b. 100%
c. 30%
d. 31.5%

19
21. Mengapa Menciutnya kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan indutri
itu sebagian mungkin disebabkan oleh apa ?
a. Pungli yang dilakukan oleh Pihak Berwajib
b. Daya saing SDM yang sangat ketat
c. sangat kecilnya tambahan investasi pada proyek-proyek
pembangunan perusahaan-perusahaan baru
d. otoritas pemberi izin yang membuat susah

22. Bagaimana Perubahan pola konsumsi masyarakat misalnya yang terlihat


jelas pada preferensi ?
a. terhadap barang impor atau rakitan dalam negeri
b. Konsumsi produk local yang rendah
c. Produk yang rendah untuk dikonsumsi
d. Pihak yang selalu salah dimata Tuhan

23. Hal-hal yang menyangkut pemerintah dalam kaitannya dengan


perkembangan di atas ?
a. Hanya kesalahan dari data statistic pemerintah
b. adalah kurangnya bantuan pemerintah dalam bentuk
penyediaan bahan baku di pasar local dengan harga murah.
c. Produk local yang tidak bias bersaing dengan produk impor
d. Botol minuman yang tidak terisi dengan penuh

24. Gejala ini bisa menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke kiri atau
mengurangi penyerapan tenaga kerja di sektor industry apa factor yang
bias menggeser kurva permintaan tersebut ?
a. Tingkat impor dan ekspor yang tidak seimbang
b. Tingkat devisa Negara yang sangat kurang
c. Dalam hubungannya dengan kesempatan kerja
d. Politik yang semakin memanas

20
25. Apa efek dari Perkembangan yang banyak disebabkan oleh “efek pamer” ?
a. Hidup kita yang kurang bersyukur kepada Yang Maha Kuasa
b. Mengurangi produk local dan pada akhirnya dapat
mematikan perusahaan-perusahaan kecil di daerah
c. Factor dari Gen Pertama yang diturunkan oleh Nabi Adam
d. Efek yang ditimbulkan membuat suasana politik semakin
memanas

26. Apa Perkembangan pola konsumsi di yang kurang di imbangi dengan


usaha-usaha peningkatan mutu produksi local ?
a. Repatriasi yang gagal
b. Pengiriman dan pelatihan yang gagal
c. Tingkat Unggulan yang sangat tidak termotivasi
d. sehingga dalam bersaing dengan produk sektor modern tidak
bisa bertahan lama.

27. Hal-hal yang menyangkut pemerintah dalam kaitannya dengan


perkembangan di atas dalam hal apa ?
a. Bantuan pemerintah dalam pelatihan UMKM
b. Bantuan Pemerintah dalam suntikan dana
c. kurangnya bantuan pemerintah dalam bentuk penyediaan
bahan baku di pasar local dengan harga murah.
d. Kurangnya Bantuan Pemerintah dalam memberikan motivasi
revolusi Mental

21
28. Beberapa jenis perusahaan yang sangat membutuhkan bantuan itu antara
lain apa saja ?
a. perusahaan kerajinan perak,pertenunan,perusahaan batik,dan
kerajinan kulit.
b. Perusahaan swasta dalam skala besar
c. Microchips,Oil,Board
d. Silicon,Cotton,Waving

29. Secara teoritis fungsi produksi itu dapat dirumuskan sebagai ?


a. Q =f (K,N)
b. F= KxN
c. C= S x Y
d. Q= f (K,C)

30. di mana Q =f (K,N) dan Jabarkan apa dari rumus tersebut ?


a. Q adalah jumlah produksi, K modal dan N jumlah tenaga
kerja
b. Q adalah Quantity dan K adalah Konsumsi, N adalah Newton
c. K adalah Karyawan dan N adalah Massa
d. K adalah Konsumsi dan N adalah tanda statistic

31. Apa ciri khas tenaga kerja dari pedesaan pada umumnya ?
a. Tingkat Kepatuhan Yang Tinggi
b. Tingkat Kemalasan yang bervariasi
c. tidak memiliki ketrampilan teknis dan manajerial yang tinggi
d. tidak memiliki kecakapan berbahasa yang mumpuni

32. Hubungan kerja demikian masih bersifat umum dan belum berspeliasasi.
Apa maksudnya ?
a. Tidak ada hubungannya

22
b. Artinya tenaga kerja tidak diharuskan memegang fungsi-fungi
kerja tertentu
c. Semuanya tidak berpengaruh
d. Semuanya benar

33. dengan demikian teknologi yang dikembangkan harus memenuhi empat


syarat apa sajakah itu ?
a. dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis
b. dapat dimanfaatkan dan dikelola secara ekonomis
c. dapat diterima oleh masyarakat dan serasi dengan lingkungan
pedesaan
d. Semuanya Benar

34. Bagaimanakah Sifat kerja petani ?


a. adalah tergantung pada musim
b. adalah tergantung pada dana
c. tergantung pada pemerintah
d. tergantun pada suasana politik

35. Di sub sektor perternakan pengembangan teknologi tepat guna paling


efektif dilakukan pada daerah DIY
a. industry makanan ternak
b. Industry Makanan Hewan Peliharaan
c. Industry makanan Manusia
d. Industri Perkapalan

36. Industry lain yang sedang dikembangkan di DIY ?


a. Pemanfaatan Kotoran Hewan Menjadi Pupuk
b. adalah pemafaatan kotoran kandang untuk industry
penerangan rumah tangga
c. pemanfaatan sisa makanan

23
d. Pemanfaatan limbah Buangan

37. Namun bagaimanapun alasannya, perlu dicatat di sini bahwa apa yang
dimaksud dengan teknologi tepat ?
a. Menolak Teknologi Modern
b. Menolak secara halus teknologi Modern
c. bukanlah suatu teknologi yang menolak teknologi modern
d. Bukanlah tindakan yang melanggar hokum

38. di pantai selatan adalah pengambilan sarang burung wallet untuk apakah
itu ?
a. Dimakan Sendiri oleh pengusaha
b. Dibuat minuman fermentasi
c. diolah menjadi makanan lezat.
d. Diolah menjadi makanan hewan

39. Untuk memperjelas definisi teknologi tepat guna dalam kaitannya dengan
apakah ?
a. penciptaan kesempatan kerja yang luas bagi angkatan kerja
b. The Great of Creator
c. The Freedom of Democracy
d. Dictatorism is not allowed in Komunism

40. Pada Tabel 11 di atas menunjukkan perkembangan produktivitas yang


semakin apa dalam tiga tahun terakhir pada berbagai jenis perusahaan ?
a. Meningkat
b. Menurun
c. Stagnan
d. Naik Turun

24
41. Sebagaimana dikemukakan dalam sub-bab di atas, pengembangan
teknologi bukanlah usaha mencapai produktivitas sebesar-besarnya namun
apakah yang dimaksudkan ?
a. akan tetapi adalah usaha peningkatan kesempatan kerja
dengan memperhatikan kondisi lingkungan di mana teknologi
itu di terapkan
b. produktivitas yang menurun
c. Produktivitas yang naik
d. Tingkat Impor yang tidak seimbang

42. Bagaimana tingkat perubahan golongan Industri besar pada table 12 :


a. -10,0%
b. 90%
c. 70%
d. 80%

43. Perkembangan jumlah perusahaan industry pada semua golongan


menujukkan perubahan yang bagaimana ?
a. Meningkat
b. Menurun
c. Biasa saja
d. Naik Turun

44. seharusnya teknologi mutakhir yang mampu menyelesaikan proyek


dengan apakah ?
a. benefit-cost sebesar-besarnya
b. benefit yang rendah
c. investasi
d. Impor dan Ekspor

25
45. Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai apa ?
a. Tidakkan yang melampaui semangat perusahaan
b. perbandingan antara nilai produk yang dihasilkan oleh suatu
golongan perusahaan industry dengan jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam proses produksi
c. perbandingan antara investasi asing yang seimbang dengan pekerja
asing
d. Tindakkan perusahaan dalam meyemangati karyawannya.

46. Tingginya produktivitas tenaga kerja pada perusahaan- perusahaan


industry besar di DIY adalah ?
a. adalah semata disebabkan oleh besarnya penanaman investasi
dan modal kerja pada perusahaan
b. adalah tingkat produktivitas perusahaan yang menurun
c. adalah pemerintah yang menggunakan Teknologi
d. adalah Konsumsi Yang berlebihan

47. bagaimana tingkat presentase perkembangan industry sedang pada table


12 :
a. 0,9%
b. -0,7%
c. 10%
d. -90%

48. Darimanakah sumber-sumber yang ditampilkan pada table 10,11,12,13 ?


a. Kantor Statistik DIY
b. Dinas Mabes Polri
c. Pemerintah BUMN
d. BUMD

26
49. Bagaimana Total perindustrian Rumah Tangga Pada Tabel 13 ?
a. 13.1620
b. 9000
c. 7000
d. 90000

50. Bagaimana Tingkat perubahan dari Industri Besar di Tabel 13 dari tahun
awal penelitian hingga akhir ?
a. -2,6
b. 9,0
c. 77
d. 80

27

Anda mungkin juga menyukai