Anda di halaman 1dari 12

PUSKESMAS KOSONG SAAT JAM KERJA

MULYANI RAHMAH

160600154

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

LATAR BELAKANG

Sumber daya yang paling penting dalam menyelenggarakan jasa pelayanan


publik di bidang kesehatan adalah sumber daya manusia, karena dengan adanya
sumber daya manusia, maka sumber daya yang lainnya pun bisa dikendalikan
sehingga dapat berfungsi dengan baik, salah satu konsep dalam memberikan
kepuasan di bidang jasa pelayanan yaitu terciptanya kinerja pelayanan yang baik
di bidang jasa pelayanan publik1.

Di samping itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah


satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau
instansi. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai
kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung
peningkatan prestasi kinerja karyawan. Selama ini banyak instansi pemerintah
yang belum mempunyai karyawan dengan kompetensi yang memadai, ini
dibuktikan dengan rendahnya produktivitas karyawan dan sulitnya mengukur
kinerja karyawan di lingkup instansi pemerintah (Nurmianto, Siswanto)2.
Kondisi ini akan menjadi masalah apabila dalam merealisasikan terjadi
penggunaan waktu yang kurang tepat, tentunya pelayanan akan tertunda dan
mencerminkan kesehatan belum semaksimal mungkin membantu dalam proses
penyembuhan klien, bahkan sebaliknya dapat menjadi masalah bagi profesi
kesehatan di mata masyarakat (Suryati Kasim, 2013: 10). Hal tersebut dapat
menimbulkan ketidakpuasan terhadap pasien, belum lagi tidak adanya petugas
pada jam kerja, maka hal tersebut menjadi masalah untuk mendapatkan image
yang baik di mata masyarakat tentang pelayanan publik di bidang kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, para petugas seharusnya mempunyai komitmen
terhadap tujuan dengan cara mengutamakan kepuasan terhadap pelanggan1.

Depres RI 1991: Puskesmas merupakan organisasi kesehatan fungsional


yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok,
tujuannya yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.
Adapun definisi puskesmas menurut Kepmenkes RI No 128/Menkes/SK/II/2004
adalah UPTD Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja itu sendiri1.

Salah satu keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang


berhubungan dengan aparatur pemerintah, yaitu peraturan yang berbelit-belit
akibat birokrasi yang kaku, dimana terkadang aparatur kurang bersahabat, juga
kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan. Dalam hal ini ketepatan waktu
dalam memberikan pelayanan, kondisi lingkungan serta kinerja pelayanan yang
masih sangat rendah1.

Rendahnya kinerja pelayanan akibat dari ketidakdisiplinan maka akan


menimbulkan citra yang buruk pada puskesmas, dimana pasien akan merasa tidak
puas terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Begitu juga sebaliknya, semakin
tinggi kinerja pelayanan yang diberikan maka pasien akan merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan1.

Puskesmas Plus Kluet Utara adalah salah satu unit pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat daerah di Tapaktuan, Nanggroe Aceh Darussalam yang
didapati oleh Panitia Khusus (Pansus) III DPRK Aceh Selatan dalam keadaan
kosong pada saat jam kerja, dilansir dalam koran harian Waspada yang diterbitkan
pada bulan Oktober silam (14/10/2016). Hal ini membuktikan tingkat kedisiplinan
yang rendah. Kondisi ini bisa berdampak pada menurunnya kinerja dan
produktifitas puskesmas yang berdampak pada penurunan keberhasilan program
kesehatan pada masyarakat. Di samping itu, disampaikan pula terdapat fasilitas
yang baru dibangun namun telah rusak sebelum berfungsi. Untuk itu, perlunya
meningkatkan kedisiplinan para pegawai puskesmas sehingga memberikan
dampak pada peningkatan kinerja dan produktifitas Puskesmas Kluet Utara.

PERMASALAHAN

Kedisiplinan pegawai di Puskesmas Plus Kluet Utara merupakan masalah


yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka peningkatan pembangunan
kesehatan dan keberhasilan program kesehatan di daerah Tapaktuan. Selain itu,
kedisiplinan sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan kesehatan yang
diberikan.

Beranjak dari hal-hal yang telah disebutkan pada latar belakang terlihat
bahwa Puskesmas Plus Kluet Utara belum ada monitoring dan evaluasi
kedisiplinan pegawai Puskesmas Plus Kluet Utara, hal ini ditandai kurangnya
pengawasan staf pada jam kerja oleh pimpinan, hal ini mengakibatkan rendahnya
kinerja staf di Puskesmas Plus Kluet Utara. Untuk itu, penulis merasa penting
untuk membahas kasus ini.

3
PEMBAHASAN

1. Disiplin Kerja
Disiplin dalam situasi institusi atau perusahaan mengandung arti luas dan
berkaitan dengan kepatuhan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sesuai
dengan beban tugas yang diberikan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam
tugas pokok atau rincian pembagian tugasnya. Nitisemito (1993: 199) meyatakan
bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis3.
Menurut Veithzal Rivai (2004: 444) disiplin kerja adalah suatu alat yang
digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Mangkunegara (2000: 130) menyebutkan pendekatan disiplin bertujuan,
yaitu disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami, merupakan pembentukan
perilaku, perubahan yang lebih baik dan agar pegawai bertanggungjawab terhadap
perbuatannya3.
Menurut Guntur (2007: 34) ada beberapa sikap disiplin yang perlu dalam
pekerjaan, yaitu:
a. Disiplin terhadap waktu
b. Disiplin terhadap kualitas
c. Disiplin terhadap peraturan3

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah
demi kelangsungan organisasi sesuai dengan motif organisasinya yang
bersangkutan. Selain itu juga untuk mengarahkan perilaku karyawan demi
kepentingan organisasi dan terciptanya sasaran. Pelaksanaan disiplin ini diatur
dalam kebijakan dan peraturan-peraturan organisasi. Peraturan-peraturan itu
meliputi prosedur yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi, tugas, dan pekerjaan
seberti absensi, penyalahgunaan wewenang dan keselamatan kerja3.
Moekijat (2001: 146) mengatakan pendapatnya tentang tujuan berdisiplin
baik kolektif maupun perorangan yang sebenarnya adalah untuk menuruskan atau
mengarahkan tingkah laku pada realisasi yang harmonis dari tujuan yang
diinginkan3.
Menurut Soejono (2000), disiplin kerja dipengaruhi oleh faktor yang
sekaligus sebagai indikator dari disiplin kerja, yaitu:
a. Ketepatan waktu. Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib,
dan teratur, dengan begitu dapat dikatakan disiplin kerja baik.
b. Tanggung jawab yang tinggi. Pegawai yang senatiasa menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan prosedur dan
bertanggung jawab atas hasil kerja, dapat pula dikatakan memiliki
disiplin kerja yang baik.
c. Ketaatan terhadap aturan. Pegawai memakai seragam kantor,
menggunakan kartu tanda pengenal/identitas. Membuat izin bila tidak
masuk kantor, juga merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi3.

a. Disiplin terhadap ketepatan waktu

Disiplin waktu merupakan salah satu tingkat ketepatan waktu kehadiran


pegawai untuk datang ke tempat kerja, maupun ketaatan jam kerja yang ada di
tempat kerja tersebut. Disiplin pegawai dalam penelitian ini juga dapat dilihat
dengan adanya ketaatan pegawai masuk kerja maupun pulang kerja sesuai jam
kerja yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut Prijodarminto (2000: 45)
mengatakan bahwa disiplin suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai, ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, atau ketertiban3.

b. Disiplin terhadap tanggung jawab

Tanggung jawab adalah melaksanakan tugas dan pekerjaan yang telah


diembankan kepada kita dengan penuh kesadaran sesuai dengan aturan dan tepat
pada waktunya. Tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan hal yang

5
harus diemban oleh pegawai, karena ketepatan waktu merupakan penilaian kinerja
pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Apabila setiap
pegawai tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya, maka pekerjaan
yang lainnya atau yang menunggu akan menumpuk dan akan tidak terlaksana
dengan maksimal. Dengan kata lain tanggung jawab adalah siap menerima dan
melaksanakan tugas atau kewajibannya sesuai dengan waktu yang diberikan3.

c. Disiplin terhadap peraturan

Kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik, jika sebagian pegawai


mentaati peraturan-peraturan yang ada. Peraturan sangat diperlukan untuk
memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi pegawai dalam menciptakan tata
tertib yang baik di dalam organisasi. Dengan tertib yang baik, semangat kerja,
moral kerja, eefesiensi dan kinerja pegawai akan meningkat. Hal ini akan
mendukung tercapainya tujuan organisasi. Namun, organisasi akan sulit mencapai
tujuannya jika pegawai tidak mematuhi peraturan-peraturan yang telah dibuat3.

Ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan yang dimaksud adalah seorang


pegawai negeri harus taat dan patuh terhadap perintah kedinasan dan perintah
yang diberikan oleh atasan yang berwenang dan yang ada hubungannya dengan
kedinasan. Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi maka
dapat menunjukkan bahwa pegawai memiliki disiplin kerja yang baik, juga
menunjukkan kepatuhan pegawai terhadap organisasi3.

d. Disiplin kerja pegawai

Disiplin kerja pegawai merupakan salah satu syarat penting yang harus
diperhatikan agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Dengan disiplin
kerja yang baik, berarti para pegawai dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai
dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Sebab pegawai yang disiplin tidak
akan melalaikan tugas dan kewajiban atau menyalahgunakan kewenangan jabatan
yang dimiliki. Disiplin kerja yang diharapkan tersebut adalah disiplin yang
didasari atas kesadaran dan tangggung jawab dari pegawai, dan bukan disebabkan
oleh keterpaksaan atau merasa takut3. Oleh sebab itu disiplin kerja perlu
ditegaskan terutama pada instansi-instansi pemerintahan sebagai pelayan publik,
yang mana salah satunya yaitu Puskesmas Plus Kleut Utara yaitu sebuah instansi
yang bergerak di bidang pelayanan.

Ditinjau dari segi keilmuan, disiplin pada hakekatnya adalah latihan batin
dan watak dengan maksud agar segala perbuatan selalu menataati tata tertib yang
ditetapkan pada suatu organisasi kemasyarakatan maupun negara, dan ukuran
disiplin yang baik yaitu bagaimana kita dapat mengukur disiplin secara umum 3,
yaitu apabila para pegawai datang ke tempat kerja dengan teratur dan tepat waktu,
kualitas pekerjaan, dan peraturan yang diberikan oleh Puskesmas Plus Kleut
Utara.

Mengingat betapa pentingnya disiplin kerja pegawai di lingkungan


Puskesmas Plus Kleut Utara, maka dalam pelaksanaannya, mematuhi, mentaati
semua peraturan-peraturan kerja telah ditetapkan dengan cara setiap pegawai
haruslah benar-benar melaksanakan disiplin dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang diberikan kepada pegawai agar dilakukan dengan baik, dan ukuran
disiplin yang baik yaitu bagaimana kita dapat mengukur disiplin secara umum
dimana setiap pegawai memiliki ketaatan terhadap jam kerja, berpakaian baik
pada tempat kerja, menggunakan alat-alat perlengkapan kantor dengan baik dan
hati-hati, dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan dengan baik3.

Disampaikan dalam koran harian Waspada yang diterbitkan pada bulan


Oktober silam, bahwa Puskesmas Plus Kluet Utara dalam keadaan kosong pada
saat jam kerja. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tidak ada seorang pun perawat yang
bertugas pada saat itu. Kondisi ini sangat disesalkan apabila terdapat pasien ingin
berobat dan membutuhkan pelayanan emergency, tentu akan kesulitan mendapat
pertolongan.

Disiplin pegawai pada Puskesmas Plus Kluet Utara telah menunjukkan


betapa rendah rasa tanggung jawab terhadap disiplin dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugas, seorang pegawai harus benar-benar konsekuen

7
terhadap pekerjaannya dan mentaati serta mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang
diberikan, maka pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai akan dapat berjalan
dengan lancar tanpa adanya rasa keterpaksaan dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut, dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan-peraturan kerja merupakan
kunci dari keberhasilan. Dengan adanya disiplin pegawai yang tinggi, maka setiap
pekerja dapat melihat manfaat dari disiplin tersebut. Oleh karena itu disiplin harus
ditanamkan pada diri pribadi masing-masing.

2. Kinerja

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).


Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005) bahwa istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Lebih lanjut
Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan
menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah
hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar
kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari
kinerja individu dengan kinerja kelompok2.

Menurut Mangkunegara (2000), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil


kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Gibson et al. (1996) kinerja karyawan merupakan suatu
ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan
tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan
relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi2.

Sedangkan menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan (2007: 178) kinerja


organisasi adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi
dalam menjalankan misi yang dimilikinya, yang dapat diukur dari tingkat
produktivitas, kualitas layanan, responbilitas, dan akuntabilitas, yang mana
ukuran-ukuran ini akan diterapkan pengukuran organisasi yang dicapai1.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja


merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika2.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75


Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pasal 1 ayat (1) “Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/ atau
masyarakat”4.

Pelayanan kesehatan merupakan suatu perusahaan yang menyediakan


pelayanan yang bersifat jasa. Untuk menghasilkan pelayanan jasa yang bermutu,
maka hal-hal mengenai konsumen perlu sekali diperhatikan, baik konsumen
internal maupun konsumen eksternal. Khusus dalam masalah penyediaan
pelayanan jasa yang bermutu yang perlu diperhatikan adalah konsumen internal,
karena mereka adalah orang-orang yang berpengaruh dalam performance
perusahaan dan merupakan orang yang berada dalam perusahaan tersebut. Untuk
menjaga dan meningkatkan mutu layanan, ini sangat tergantung dari kinerja dari
petugas yang menjalankan tugas (Nasution, 2001)2.

Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pasal 1 ayat (2) bahwa “Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan

9
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya”4.

Puskesmas sebagai salah satu instansi pemerintah yang berperan dalam


penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk
meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sehingga pelayanan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan, keinginan, dan
harapan masyarakat serta mampu memberikan kepuasan. Berdasarkan Undang-
Undang RI No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS), salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
adalah dengan menyusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk
menilai tingkat kualitas pelayanan. Dengan demikian data indeks kepuasan
masyarakat dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih
perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggaraan pelayanan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan1.

Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, pihak penyedia dan


pemberi layanan harus selalu berupaya untuk mengacu kepada tujuan utama
pelayanan, yaitu pencapaian kepuasan konsumen atau kepuasan pelanggan. Oliver
(Koentjoro, 2007: 10) menyatakan bahwa kepuasan merupakan respon pelanggan
terhadap dipenuhinya kebutuhan dan harapan1.

4. Hubungan Disiplin Kerja terhadap Pelayanan Kesehatan

Suryani Kasim dkk (2013) berdasarkan hasil penelitiannya: “Kinerja


pelayanan kesehatan yang baik dipengaruhi oleh disiplin waktu yang baik.
Sebaliknya, jika disiplin waktu yang kurang baik, dapat mempengaruhi kinerja
pelayanan kesehatan”1.

5. Hubungan Kinerja Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien

Andi Moh (2011) dalam hasil penelitiannya: “Hubungan (korelasi) antara


tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja pelayanan petugas TMII adalah
sebesar 0,8576. Jadi, terdapat hubungan yang sangat kuat/tinggi antara kinerja
pelayanan petugas terhadap tingkat kepuasan pengunjung di TMII”1.

KESIMPULAN

Disiplin kerja pegawai di Puskesmas Plus Kluet Utara yang terlihat


berdasarkan koran harian Waspada yang diterbitkan pada bulan Oktober silam
adalah rendah. Masih terdapat petugas yang kurang disiplin ketepatan waktu
dalam menjalankan tugas pada saat jam kerja, dimana petugas kesehatan belum
datang sesuai jam kerjanya. Bahkan disampaikan bahwa hanya beberapa perawat
yang hadir sekedar mengisi absen. Di samping itu juga terdapat fasilitas yang
tidak dirawat, dimana ditemukan sumur bor yang baru dibangun melalui dana
Otsus 2015 sudah rusak sebelum berfungsi, seperti yang dilansir dalam koran
harian Waspada. Kedisiplinan yang rendah sangat berpengaruh terhadap kinerja
pegawai yang akan berdampak pada pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Selain itu, kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap produktifitas puskesmas
yang berpengaruh penurunan keberhasilan program kesehatan pada masyarakat.

SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, penulis menyarankan:

1. Disiplin kerja di Puskesmas Plus Kluet Utara, sebaiknya para petugas


hendaknya meningkatkan disiplin yang lebih tinggi, karena dengan
menekankan disiplin yang lebih tinggi, baik itu disiplin terhadap waktu,
disiplin terhadap tanggung jawab, atau disiplin terhadap peraturan, akan
tercapainya pelayanan yang berkualitas. Di samping itu, para pegawai
hendaknya menjaga segala bentuk fasilitas yang telah diberikan
pemerintah.
2. Disiplin kerja berpengaruh cukup tinggi terhadap kinerja pelayanan
kesehatan, oleh karena itu organisasi harus meningkatkan disiplin kerja

11
dan mengupayakan perbaikan terus-menerus untuk menjadi lebih baik
lagi.
3. Kinerja pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap kepuasan pasien, oleh
karena itu organisasi harus menambah fasilitas serta tenaga kerja untuk
kinerja pelayanan kesehatan akan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. ----
2. Rahmawati P. Analisis Kinerja Pegawai Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012. Tesis: Depok:
Universitas Indonesia, 2012: 1-14.
3. Normah. Studi tentang Disiplin Kerja Pegawai Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Tenggorong Seberang. J Ilmu
Pemerintah 2016; 4 (1): 595-606.

Dokumen-dokumen:

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai