Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Diagran Pareto adalah sebuah proses stratifikasi dan penentuan tingkatan
berdasarkan data yang ada. Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ahli ekonomi dari Italia yang bernama Vilfredo Frederigo Samoso pada
tahun 1897 merupakan pendekatan logis dari tahap awal pada proses perbaikan
suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai
konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya.
Kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran secara luas dalam kegiatan kendali
mutu untuk menangani kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan,
proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi
para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan.

B. FUNGSI
Fungsi dari penggunaan Diagram Pareto dalam 7 tools, yaitu sebagai
berikut:
1. Menunjukkan persoalan utama;
2. Menyatakan perbandingan masing- masing persoalan terhadap keseluruhan;
3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah adanya tindakan perbaikan;
4. Menunjukkan perbandingan masing- masing persoalan sebelum dan setelah
perbaikan.

PEMBAHASAN
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk
mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan dianggap
sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu
terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks.
Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data
dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan
(ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking
terendah).
Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang
merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap
keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab-penyebab yang dominan (yang
seharusnya pertama kali diatasi) maka kita akan bisa menetapkan prioritas
perbaikan. Perbaikan atau tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini
akan membawa akibat atau pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan
penyelesaian penyebab yang tidak berarti. Prinsip Pareto adalah “sedikit tapi
penting, banyak tetapi remeh”.
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan
kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil
tindakan perbaikan terhadap proses.
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20%
penyebab bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya.
Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur
yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk
menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal
ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting
untuk meningkatkan mutu produk atau jasa.
Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi
personel terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses
perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu
dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan
terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.

Langkah-langkah pembuatan diagram pareto, yaitu sebagai berikut:


1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar
hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang menunjukkan tingkat kepentingan relative masing-
masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapatkan
perhatian.
Berdasarkan langkah-langkah pembuatan diagram pareto tersebut di atas
jelas bahwa secara sederhana dan mudah akan dapat digambarkan penyimpangan-
penyimpangan mana yang cukup penting dan mendesak untuk segera diatasi.
Untuk melaksanakan perbaikan atau korelasi ini maka 3 hal berikut cukup penting
untuk dipertimbangkan (Wignjosoebroto, 2006):
1. Setiap orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerja
sama mengatasinya.
2. Tindakan perbaikan harus benar-benar akan memberikan dampak positif yang kuat
yang akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak.
3. Tujuan nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan
meningkat) harus bisa diformulasikan secara konkrit dan jelas.
Diagram pareto dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai
macam aspek permasalahan. Diagram pareto ini seperti halnya diagram sebab
akibat tidak saja efektif digunakan untuk usaha pengendalian kualitas suatu
produk, akan tetapi juga bisa diaplikasikan untuk (Wignjosoebroto, 2006):
1. Mengatasi permasalahan pencapaian efisiensi atau produktivitas kerja yang lebih
tinggi lagi.
2. Permasalahan keselamatan kerja (safety).
3. Penghematan atau pengendalian material, energi, dan lain-lain.
4. Perbaikan sistem dan prosedur kerja.
Apapun permasalahannya, apabila target yang dituju adalah usaha
perbaikan, maka diagram pareto akan banyak membantu. Diagram pareto akan
menunjukkan apakah usaha perbaikan yang telah dilaksanakan bisa berhasil atau
tidak. Setelah proses perbaikan dilakukan maka sekali lagi perlu dibuat diagram
pareto untuk kondisi yang baru dan kemudian bandingkan dengan diagram
sebelumnya serta lihat perbedaannya. Kalau perbaikan telah dilaksanakan tentunya
distribusi frekuensi dari penyimpangan-penyimpangan juga akan berubah dan tentu
saja skala prioritas tindakan perbaikan akan berubah pula (Wignjosoebroto, 2006).
Contoh permasalahan yang menggunakan diagram pareto dalam
penyelesaiaanya adalah pada pelaksanaan kediklatan. Terjadinya banyak
permasalahan dalam pelaksanaan kediklatan yang mengakibatkan pencapaian
tujuan pembelajaran tidak maksimal, disebabkan oleh beberapa penyebab utama.
Penyebab-penyebab utama inilah yang harus dicari, dikaji, dan ditanggulangi
sehingga masalah dapat diselesaikan hingga akarnya dan diharapkan jika
penanggulangan tepat sasaran, masalah yang menimbulkan permasalahan berulang
tidak timbul kembali. Seperti contoh pencapaian tujuan pembelajaran tidak optimal
karena ada beberapa permasalahan seperti, motivasi belajar, latar belakang
pendidikan, pelayanan panitia kediklatan, keahlian widyaiswara dalam mengajar,
dan lain sebagainya. Dari berbagai macam permasalahan tersebut dengan
menggunakan teori diagram pareto kita bisa melihat mana faktor yang dominan
dalam permasalahan tersebut. Dengan melihat faktor dominan maka pihak
manajerial dapat membuat skala prioritas dan mengambil langkah- langkah
kongkrit dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Masalah-masalah yang timbul, diklasifikasikan sesuai jenisnya untuk
mempermudah proses penanggulangan, sehingga kualitas pelayanan kediklatan
dapat dikendalikan sesuai standard yang ada. Implementasi analisis kualitas
kediklatan menggunakan teori diagram pareto merupakan suatu yang sangat
sederhana akan tetapi dapat memberikan dampak yang baik terhadap pelaksanaan
kediklatan. Jika kita dapat membaca diagram pareto maka akan mudah melakukan
analisis terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam dunia kediklatan.
Disamping itu juga dengan kesederhanaan penggunaan diagram pareto dapat
membantu baik atasan maupun bawahan dalam melihat kendala-kendala yang akan
muncul selama pelaksanaan kediklatan.
Contoh permasalahan yang terjadi di perusahaan tempat saya bekerja adalah
tingginya waste karena tumpahan bahan di area mixing. Dalam penyelesaiannya
kita menggunakan diagram pareto.
Berikut adalah tabel data jumlah wate tumpahan semester 2 tahun 2011
Jenis Tumpahan Jumlah (Kg) % % Komulatif

Mixing 7.294 49,51 49,51

Wrapping 5.699 38,68 88,19

Sortir 1.739 11,81 100


Dari data tersebut selanjutnya kita buat diagram paretonya.
Diagram 1. Diagram Pareto Sebelum Perbaikan
Dari diagram pareto di atas, dapat kita lihat bahwa di area mixing terjadi
tumpahan bahan paling banyak dibandingkan dengan area wrapping dan area
sortir. Sehingga kita menfokuskan untuk mengurangi jumlah tumpahan bahan di
area mixing.
Langkah selanjutnya adalah mencari penyebab utama dari tingginya
tumpahan di area mixing. Dalam mencari penyebab utama kita dapat menggunakan
fishbone diagram, namun dalam kesempatan kali ini saya tidak membahas tentang
fishbone diagram. Dari fishbone diagram yang telah dibuat diperoleh penyebab
tiga utama yang menyebabkan tumpahan di area mixing tinggi, dan dapat diketahui
langkah pencegahanya yaitu:
1. Penggunaan tatakan di bawah vibro mixer.
2. Peninggian hopper vibro mixer.
3. Melakukan pengikatan kantung adukan sebelum di transfer ke area wrapping.
Setelah hal di atas dilakukan, memang benar dapat menurunkan jumlah
tumpahan bahan di area mixing. Berikut merupakan data jumlah tumpahan setelah
tindakan pencegahan dilakukan.
Jenis Tumpahan Jumlah (Kg) % % Komulatif

Wrapping 2.513 65,79 65,79

Mixing 1.230 32,20 97,98

Sortir 77 2,02 100


Selanjutnya dari data di atas kembali di plot ke dalam diagram pareto sebgai
pembanding dengan sebelum dilakukan perbaikan.

Berikut merupakan diagram pareto data di atas:


Diagram 2. Diagram Pareto Setelah Perbaikan
Dari digram pareto di atas dapat kita lihat jika jumlah tumpahan di area
mixing berkurang secara signifikan yang menunjukkan tindakan pencegahan yang
dilakukan tepat dan benar. Bahkan sekarang jumlah tumpahan di area mixing lebih
rendah dibanding dengan area wrapping.

Perbandingan hasil analisa (diagram pareto) sebelum dan setelah perbaikan:


PENUTUP
Analisis diagram pareto dalam perusahaan merupakan modifikasi dari
analisis diagram paerto yang biasanya digunakan untuk menangani permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi pada umumnya . Modifikasi analisis
pareto dalam dunia perusahaan tidak lari dari teori dasarnya, karena yang dirubah
yaitu pada contoh kasusnya saja, dimana lebih diarahkan pada permasalahan yang
dialami perusahaan.
Jadi dengan menggunakan analisis diagram pareto ini maka akan
mempermudah perusahaan dalam menganalisis permasalahan yang terjadi dalam
perusahaan tersebut. Kita dapat menentukan permasalahan yang sering muncul
sehingga mempermudah dalam menetapkan skala prioritas dalam mencari solusi-
solusi berkaitan dengan permsalahan tersebut. Dengan analisis diagram pareto
mempersingkat suatu deskripsi data yang banyak menjadi lebih sederhana dan
mudah dipahami.

DAFTAR PUSTAKA
http://marullohtekindustri.blogspot.com/2013/10/diagram-pareto.html
http://airindevanty201121012.weblog.esaunggul.ac.id/diagram-pareto/

Anda mungkin juga menyukai