Anda di halaman 1dari 21

Bedsite Teaching

SELULITIS ORBITA ODS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:
Vivi Lutfiyani Mardhatilla, S.Ked

Pembimbing:
dr. Linda Trisna, SpM (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
2

HALAMAN PENGESAHAN

Bedsite Teaching

Selulitis Orbita ODS

Oleh:

Vivi Lutfiyani Mardhatilla, S.Ked. 04054821719158

Bedsite teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
periode 11 Desember 2017 s.d. 15 Januari 2018.

Palembang, Desember 2017

dr. Linda Trisna, Sp.M(K)


3

BAB I
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. KS
Umur : 79 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sumatera
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Desa Tugu Harum, Kec. Belitang Madang Raya,
Kabupaten OKU Timur
Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2017

2. Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan istri pasien)


a. Keluhan Utama
Kedua kelopak mata bengkak dan nyeri.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


± 4 hari SMRS pasien mengeluh kelopak mata kiri bengkak disertai
nyeri setelah 1 hari sebelumnya kepala dan kelopak mata atas kiri pasien
tertimpa genteng dan luka lecet dioleskan pasien dengan getah daun penicillin
yang diambil dari kebun tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Selain bengkak
pada kelopak mata, pasien juga mengeluhkan mata sebelah kiri merah, berair,
dan terdapat sekret berwarna putih dan kental. Terdapat keluhan nyeri ketika
mata digerakkan. Tidak ada pandangan kabur, tidak ada pandangan ganda,
tidak ada silau ketika melihat cahaya. Pasien kemudian berobat ke Rumah
Sakit Charitas Belitang dan dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan di RS Charitas, ± 1 hari sebelum dirujuk ke RSMH,
kelopak mata kanan bengkak, disertai mata merah, berair dan keluar sekret
seperti pada mata kiri. Keluhan nyeri ketika mata digerakkan ada. Tidak ada
4

pandangan kabur, tidak ada pandangan ganda, tidak ada silau ketika melihat
cahaya Pasien kemudian dirujuk ke RSMH.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat memakai kacamata (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat darah tinggi (+)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang serupa pada anggota keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,5o C

b. Status Oftalmologis

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

6/15 6/15
Visus
ph - ph -
Tekanan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
intraokular
5

KBM Ortoforia

-2 -2 -2 -2

GBM -2 -2 -2 -2

-2 -2 -2 -2

Edema (+), Eritem (+), Edema (+), Eritem (+),


Palpebra
Krusta (+), NT (+) Krusta (+), NT (+)
Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi Konjungtiva (+),
Konjungtiva Kemosis (+), Kemosis (+),
Sekret Purulen (+) Sekret Purulen (+)
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Bulat, Central, Refleks Bulat, Central, Refleks
Pupil Cahaya (+), diameter 3 Cahaya (+), diameter 3
mm mm
Lensa Keruh, ST (+) Keruh, ST (+)
Refleks
RFOD (+) RFOS (+)
Fundus
FOD : Sulit dilakukan FOS : Sulit dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah rutin dan diff count
- Pemeriksaan kultur sekret mata
- CT Scan Kepala

5. Diagnosis banding
6

- Proptosis ec Selulitis Orbita ODS + Katarak Senilis Imatur ODS


- Proptosis ec Endoftalmitis ODS + Katarak Senilis Imatur ODS
- Proptosis ec Tumor Retrobulbar ODS + Katarak Senilis Imatur ODS

6. Diagnosis Kerja
Proptosis ec Selulitis Orbita ODS + Katarak Senilis Imatur ODS

7. Tatalaksana
- Informed consent
- KIE
 Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri
 Menjaga kebersihan mata, hindari pemakaian tisue berulang
 Dianjurkan untuk tidak mengucek kedua mata
 Indikasi rawat inap
- Farmakologi
 Ceftriaxone 1gr IV tiap 12 jam
 Metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
 Kortikosteroid Topikal (Cendo Tobroson mengandung tobramicin 3mg
dan dexamethason sodium phosphate 1 mg) 6x1 tetes per hari
 Analgetik (asam mefenamat)

8. Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad malam
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

SELULITIS ORBITA
1. Definisi
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat
kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya
antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis,
hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan
pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma
apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.1

2. Epidemiologi
Infeksi mata akibat bakteri dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering
pada populasi usia anak anak. Dalam analisis retrospektif dari infeksi orbita anak,
usia rata-rata pasien yang terkena adalah 6, 8 tahun, mulai dari 1 minggu sampai
16 tahun. Predileksi jenis kelamin tidak mempengaruhi. Selulitis orbita terjadi
lebih sering pada musim dingin karena terkait erat dengan sinus paranasal dan
infeksi saluran pernapasan atas. Sebagian besar kasus memberikan gambaran
klinis pada mata yang bersifat unilateral.2

Pada studi lain menyatakan sebagian besar kasus selulitis orbita terjadi pada
kelompok usia anak anak (0- 20 tahun) dengan presentase sebesar (44%),
kemudian dilanjutkan dengan usia pertengahan sebesar (40%), dan lanjut usia
dengan presentase sebesar (16%) dengan usia di atas 50 tahun.3
8

3. Etiologi
Orbita dapat terinfeksi melalui beberapa jalur, sebagai berikut:4
1. Infeksi eksogen. Hal ini disebabkan oleh cedera penetrasi terutama bila
dikaitkan dengan retensi benda asing intraorbital, dan tindakan operasi seperti
eviserasi, enukleasi , dakriosistektomi dan orbitotomi.
2. Perluasan atau penyebaran infeksi dari organ stuktur sekitar bola mata. Hal
ini disebabkan oleh infeksi sinusitis paranasal, gigi, wajah, kelopak mata,
rongga intrakranial dan struktur intraorbital. Ini adalah jalur yang paling
sering menyebabkan infeksi orbita.
3. Infeksi endogen. Mungkin jarang terjadi sebagai Infeksi metastasis dari abses
payudara, tromboflebitis kaki dan septikemia. Organisme penyebab sering
ditemukan adalah: Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes dan Haemophilus influenzae.

Trauma mungkin merupakan penyebab masuknya infeksi kedalam orbita melalui


kulit atau sinus-sinus paranasal. Di zaman sebelum antibiotik, selulittis orbita
sering menyebabkan kebutaan dan kematian akibat trombosis sinus kavernosus
septik. Orbita dikelilingi oleh sinus paranasal dan sebagian drainasi dari vena,
sinus tersebut berjalan melalui orbita. Sebagian besar kasus selulitis orbita timbul
kibat perluasan sinusistis melalui tulang ethmoid yang tipis. Organisme yang biasa
menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di dalam sinus:
Haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, streptokokus lainnya dan
stafilokokus.5,6
Inflamasi Akut septum orbital posterior biasanya peradangan berasal dari
jaringan sekitarnya. Lebih dari 60% dari semua kasus (setinggi 84% pada anak-
anak) dapat diklasifikasikan sebagai berasal di sinus, terutama sel-sel sinus
etmoidalis dan sinus frontal. Pada bayi, radang kuman gigi mungkin menjadi
penyebabnya. Jarang disebabkan oleh furunkel wajah, erisipelas, hordeolum,
panoftalmitis, cedera orbital, dan sepsis.Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
bakteri. Bakteri yang paling umum adalah stafilokokus, streptokokus, dan
Haemophilus.6,7
9

4. Patofisiologi
Rinosinusitis, terutama ethmoiditis, adalah yang paling sering sebagai
Faktor predisposisi umum untuk selulitis orbita anak. Namun selulitis orbital bisa
juga disebabkan dari perluasan infeksi mata eksternal seperti sebuah hordeolum
atau dakriosistitis/ Dakrioadenitis (infeksi pada sistem lakrimal); infeksi saluran
pernapasan atas,abses gigi, luka superfisial pada kulit, gigitan serangga, impetigo,
jerawat, eksim, operasi periokular, atau penetrasi langsung pada trauma orbita;
dan infeksi secara hematogen.Secara umum gambaran patologis selulitis orbital
mirip dengan inflamasi supuratif, kecuali:8
- Karena tidak adanya sistem limfatik sebagi sebuah sistem pertahanan lokal
fagositosis disediakan oleh jaringan orbita;
- Dalam kebanyakan kasus penyebaran infeksi sebagai tromboflebitis dari
struktur sekitarnya, dapat menyebar secara cepat dengan nekrosis yang luas
- Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri.

Infeksi bakteri pada jaringan orbita dan periorbita berasal dari 3 sumber primer:
- Penyebaran langsung dari sinusitis atau dakriosistitis
- Trauma atau infeksi kulit
- Penyebaran bakteremia dari lokasi yang lebih jauh seperti otitis media,
pneumonia)

5. Gejala Klinis
Gejala utama yang didapatkan pada selulitis orbita berupa pembengkakan
pada mata yang biasa bersifat unilateral dan nyeri hebat yang meningkat dengan
pergerakan bola mata atau adanya tekanan. Gejala yang lain yang bisa didapat
antara lain demam, mual, muntah, dan kadang-kadang kehilangan penglihatan.
Kadang pasien mengeluh tidak bisa membuka mata untuk melihat gerakan mata
yang terbatas. Biasanya ada riwayat sinusitis akut atau infeksi saluran pernapasan
atas pada hari-hari sebelum terjadi edema kelopak mata. Gejala dapat berkembang
dengan cepat, dan dengan demikian, diagnosis dan pengobatan cepat adalah hal
yang terpenting. Tanda-tanda selulitis orbita yang didapatkan pada pemeriksaan
fisik dan oftalmologi adalah:1,9
10

- Demam, biasanya sampai 38,9° C atau lebih


- Leukositosis (pada 75% kasus)
- Ditandai dengan adanya pembengkakan yang menutup bola mata dengan
karakteristik keras seperti papan dan kemerahan
- Ditemukan adanya kemosis konjungtiva, yang menonjol dan menjadi kering
atau nekrotik.
- Bola mata proptosis.
- Gerakan bola mata terbatas
- Nyeri saat menggerakkan bola mata
- Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan adanya kongesti vena retina dan
tanda-tanda papillitis atau edema papil.
- Penglihatan menurun
- Gangguan penglihatan warna
- Keterbatasan lapangan pandang
- Apabila ada gangguan pada pupil, menandakan bahwa terjadi neuropati optik
kompresi yang membutuhkan penanganan segera, apabila terlambat
melakukan tatalaksana dapat menyebabkan kebutaan, trombosis sinus
kavernosus, neuropati kranial, abses otak, dan kematian.

Gambar 1. Selulitis orbita mata kiri.4

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil


pemeriksaan lainnya. Selulitis bersifat akut dan cepat, sehingga salah satu yang
membedakannya dengan penyakit orbita yang juga menyebabkan proptosis adalah
waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan mata proptosis membutuhkan waktu
yang perlahan. Ada beberapa penyakit yang membutuhkan waktu yang sebentar
11

untuk menjadikan mata proptosis seperti pada rhabdomyosarcoma, tetapi pada


rhabdomyosarcoma dan penyakit inflamasi lainnya akan menghasilkan proptosis
yang tidak sesuai dengan aksial mata karena menyerang sebagian sisi orbita.

6. Diagnosis Banding
Pada anak anak, beberapa penyakit orbita berkembang cepat.
Rhabdomyosarcoma, pseudotumor, dan oftalmopati graves dapat menyerupai
selulitis obita. Selulitis preseptal, yang lebih sering ditemui, harus disingkirkan.
Peradangan pada selulitis preseptal adalah ke septum anterior orbital; kemosis
dan motilitas terbatas tidak ditemukan. Klinis sindrom yang juga harus
dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial meliputi sebuah pseudotumor orbita,
periostitis orbita yang dapat disertai dengan abses subperiosteal, dan abses orbita.
Karakteristik utama yang penting dari selulitis orbita untuk diagnosis banding
adalah motilitas okular signifikan terbatas (disemua arah). Rhabdomyosarcoma
juga harus dipertimbangkan pada anak-anak.6,9

a. Selulitis Preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi jaringan subkutan dari anteriorseptum
orbital. Sebenarnya itu bukan penyakit orbita tetapi dimasukkan di sini karena
pembuluh darah vena wajah adalah valveless dan selulitis preseptal bisa
menyebar posterior untuk menghasilkan selulitis orbita.Pada anak-anak, yang
paling umum menyebabkan selulitis preseptal yang mendasarinya adalah
sinusitis. Selulitis preseptal pada anak di bawah usia 5 itu sering dikaitkan
dengan bakteremia, septikemia, dan meningitis yang disebabkan oleh
Haemophilus influenzae. Penyebab selulitis preseptal dan orbital selulitis
telah hampir dieliminasi dengan pengenalan vaksin HIB. Saat ini, sebagian
besar kasus preseptal pada anak-anak adalah karena bakteri kokus gram-
positif. Pada remaja dan orang dewasa preseptal selulitis biasanya timbul dari
sumber infeksi supersfisial seperti inokulasi traumatis, atau Chalazion .Titik
fokus yang terinfeksi seringkali sulit untuk ditemukan karena jaringan
kelopak mata menjadi bengkak.2
Selulitis preseptal memberikan gejala edema pada kelopak mata dan
kulit periorbita tanpa keterlibatan dari orbita. Gambaran klinis penyakit akut
12

berupa bengkak pada periorbita, eritema dan hiperemi dari kelopak. Demam
mungkin berhubungan dengan leukositosis. Reaksi pupil, ketajaman
visual,dan motilitas okular tidak terganggu; nyeri pada gerakan mata dan
tidak ditemui kemosis maupun proptosis, gerakan mata normal, konjungtiva
normal, fungsi saraf optik normal.10

Tabel 1. Perbedaan gejala klinis selulitis preseptal dan selulitis orbita.4

Gambar 2. Selulitis preseptal4

b. Rhabdomiosarkoma
Rhabdomyosarcoma adalah tumor orbita yang sangat ganas berasal dari
otot-otot ekstraokular. Rhabdomyosarcoma adalah tumor orbital primer yang
paling umum di antara anak-anak, biasanya terjadi di bawah usia 15 tahun.
13

Tumor dapat menghancurkan tulang orbital di dekatnya dan dapat menyebar


ke otak. Gejala klinis berupa adanya proptosis yang berkembang secara cepat
dan progresif dengan onset mendadak pada anak 7-8 tahun. Proptosis besar
karena rhabdomyosarcoma terletak di kuadran superonasal. Presentasi klinis
mirip suatu proses inflamasi. Tumor biasanya melibatkan kuadran
superionasal; namun dapat menyerang setiap bagian dari orbit.4,6

Gambar 3. Gambar rhabdomyosarcoma4

c. Pseudotumor
Penyebab pseudotumor orbital tidak diketahui. Salah satu penyebab
proptosis pada dewasa dan anak. Istilah pseudotumor dibuat untuk
menandakan suatu proses nonneoplastik yang menimbulkan tanda neoplasma
orbital yakni proptosis. Lokasi peradangan biasanya difus atau setempat,
secara khusus mengenai struktur bola mata. Mungkin juga terdapat perluasan
kedalam sinus kavernosus atau meningitis intrakranial. Awitanya biasanya
cepat dan sering disertai nyeri. Lokasinya biasanya unilateral, bila mengenai
kedua bola mata, kelainan ini sering disebut vaskulitis.6
Gejala klinis berupa nyeri, reaksi inflamasi cukup parah dengan
pembengkakan kelopak mata, kemosis, dan exophthalmos unilateral atau
bilateral. Keterlibatan otot okular menghasilkan motilitas terbatas dengan
diplopia. Pasien datang dengan onset subakut nyeri dengan gerakan mata,
diplopia, sakit kepala, dan tanda-tanda sistemik. Pseudotumor bisa terjadi
sepanjang lintasan dari kelenjar lakrimal hingga ke apeks orbital dan dengan
demikian menghasilkan presentasi klinis yang bervariasi. Gejala yang paling
sering didapat yaitu:4,11
14

- Bengkak pada kelopak mata, proptosis, nyeri orbital, gerakan mata


terbatas, diplopia, chemosis dan kemerahan.
- Kebanyakan kasus bersifat unilateral, meskipun dapat terjadi pada
kedua bola mata.
- Kondisi ini biasanya terjadi pada usia antara 40 dan 50 tahun. Namun
dapat terjadi pada semua usia
- Dapat Rekuren. Pada beberapa pasien inflamasi berkepanjangan yang
parah dapat menyebabkan fibrosis yang progresif dari jaringan orbital

Gambar 4. Gambar Pseudotumor4

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis antara lain:7
1. Kultur bakteri dapat diambil dari usapan hidung, usapan konjungtiva dan
sampel darah
2. Pemeriksaan darah lengkap dapat mengungkapkan leukositosis.
3. Radiologi sinus paranasal untuk mengidentifikasi sinusitis terkait.
4. USG Orbital untuk mendeteksi abses intra-orbital.
5. CT scan dan MRI berguna:
- Membedakan antara selulitis preseptal dan selulitis postseptal;
- Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital.
- Mendeteksi penyebaran intrakranial;
- Memutuskan kapan dan dari mana untuk mengirigasi sebuah abses
orbital.

Radiograf imaging merupakan Sebuah elemen penting dalam evaluasi


selulitis orbital. Computed tomography (CT) scan memberikan gambaran
15

pencitraan isi orbita dan sinus paranasal, yang dapat mengkonfirmasi penyebaran
infeksi eksternal ke dalam orbita, Identifikasi penyakit sinus secara bersamaan,
dan deteksi adanya abses orbita dan subperiosteal. Sebaliknya CT scan kontras
dapat berguna dalam membedakan antara abses dan keterlibatan phlegmatous
jaringan inflamasi orbita. Lokasi umum untuk pembentukan abses berdekatan
dengan sinus paranasal. Secara khusus, lokasi tersering abses subperiosteal
terdapat pada dinding orbital medial dan dasar orbita, dinding medial tipis dan
berdekatan dengan sinus ethmoid dan jaras orbita yang terletak di atas sinus
maksilaris.3
Ada beberapa kontroversi mengenai apakah semua pasien yang diduga
selulitis orbita memerlukan CT scan, terutama untuk pasien anak, di mana paparan
radiasi berpotensi risiko kanker. Banyak dokter percaya bahwa jika tanda-tanda
klinis menunjukkan keterlibatan orbital, segera pencitraan radiografi harus
dilakukan untuk mengkonfirmasi keterlibatan orbit, menilai keberadaan abses atau
benda asing, menentukan tingkat keterlibatan orbital, dan mengevaluasi potensi
sumber infeksi. Hal ini dibenarkan terutama dalam kasus di mana pemeriksaan
terbatas (anak-anak, edema periorbital signifikan), ada kekhawatiran keterlibatan
SSP, proptosis berat dan optalmoplegia, ada tidaknya perbaikan atau respon
terhadap pengobatan, dan mempertimbangkan intervensi bedah.3
Magnetic resonance imaging (MRI) orbita adalah pilihan lain dengan
paparan radiasi yang minimal dan memberikan resolusi yang baik pada jaringan
lunak orbital dibandingkan dengan CT dan USG. MRI dapat memberikan
keuntungan lebih lanjut dalam evaluasi benda asing yang nonlogam dan diduga
adanya keterlibatan intrakranial. Adapun Kerugian utama dari MRI, adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk scanning, memerlukan sedasi dan
konsultasi anestesi pediatrik. Selain itu, Layanan MRI mungkin tidak tersedia di
semua rumah sakit.3
Secara umum bahwa CT Scan atau MRI orbit berguna dalam
menggambarkan tingkat dan sifat kerusakan infeksi pada kasus-kasus yang rumit.
Indikasi untuk CT scan di selulitis orbital:9
- Ketidakmampuan untuk secara akurat menilai visus
16

- Proptosis berat, oftalmoplegia, edema bilateral, atau memburuknya ketajaman


visual
- Tidak ada perubahan meskipun telah diberikan antibiotik IV dalam 24 jam
- Tanda-tanda atau gejala keterlibatan sistem saraf pusat
- Semua pasien yang diindikasikan drainase.

Gambar 5. CT Scan Kontras pada mata kiri potongan sagital. seorang pasien yang
memiliki selulitis orbita8

Pada CT scan, beberapa perubahan mungkin jelas dalam selulitis orbita,


termasuk infiltrasi lemak yang difus, abses subperiosteal , dan abses orbita. Benda
asing mungkin dideteksi, tergantung pada karakteristik benda asing.4

Gambar 6. MRI menunjukkan selulitis orbita yang berat di sebelah kanan3


17

8. Tatalaksana
Apabila ditemukan klinis yang diduga telah terjadi infeksi pada orbita maka
diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan orbita dan sinus. Antibiotik
spektrum luas menjadi lini pertama karena infeksi pada orang dewasa biasanya
beberapa jenis mikroorganisme yang biasanya termasuk juga bakteri coccus gram
positif, seperti Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan anaerob.
Walaupun nasal dekongestan dapat membantu dalam drainase spontan infeksi
sinus, tetapi intervensi bedah kadang dibutuhkan. Sebaliknya pada selulitis orbita
anak, tidak diperlukan tindakan bedah karena biasanya infeksi sinus hanya
diakibatkan oleh gram positif.
Pada selulitis orbitalis karena trauma (blow out fracture) maka antibiotik
profilaksis direkomendasikan untuk diberikan. Risiko terjadinya selulitis semakin
besar bila terjadi fraktur pada dinding medial orbita. Apabila telah terjadi abses,
maka tindakan bedah untuk drainase diperlukan segera. Walaupun sebenarnya
tidak seluruh abses perlu dilakukan drainase karena masih respon terhadap terapi
farmakologis, seperti pada:
- Abses terlokalisir pada medial atau inferior subperiosteal orbita pada anak < 9
tahun dengan underlying sinusitis ethmoid.
- Tidak ada gangguan penglihatan.
- Proptosis moderate.

Terdapatnya abses dapat dilihat dari adanya proptosis yang progresif, perubahan
posisi bola mata, atau tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah diberikan terapi
antibiotik. Abses biasanya terdapat di rongga subperiosteal. Kombinasi drainase
dan terapi antibiotik direkomendasikan pada pasien usia tua atau dengan gejala
klinis yang berat dan dapat berubah menjadi perburukan dalam waktu 24-48 jam.
Concomitant sinus surgery dilakukan apabila terdapat sinusitis. Kebanyakan
pasien selulitis dan abses orbita memberikan respon terapi yang baik dengan
kombinasi terapi farmakologis dan pembedahan10,11
18

9. Komplikasi
Komplikasi selulitis orbita ini sangat sering jika tidak segera diobati:2

1. Komplikasi pada okular biasanya kebutaan dan termasuk keratopati, neuritis


optik dan oklusi arteri retina sentral.
2. Komplikasi Orbita lainnya berupa perkembangan selulitis orbita menjadi
abses subperiosteal dan/ atau abses orbita.
- Abses subperiosteal adalah akumulasi cairan purulen antara dinding
tulang orbita dan periosteum, yang paling sering terletak di sepanjang
dinding orbita medial. Secara klinis, abses subperiosteal memiliki
gambaran klinis selulitis orbital terkait dengan eksentrik proptosis tetapi
diagnosis pasti dikonfirmasi oleh CT scan.
- Abses Orbita adalah akumulasi cairan dalam jaringan lunak orbital.
Secara klinis ditandai dengan proptosis yang berat, ditandai chemosis,
ophthalmoplegia, dan bintik purulen di bawah konjungtiva, namun untuk
memastikanya harus dikonfirmasi oleh CT scan.
3. Abses Temporal atau parotis dapat terjadi karena penyebaran infeksi di
sekitar orbit.
4. Komplikasi intrakranial seperti trombosis sinus cavernosus, meningitis dan
abses otak.
5. Septicemia general mungkin terjadi pada beberapa kasus.

10. Prognosis
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh
total tanpa komplikasi sangat baik. Selulitis orbital dapat berlanjut menjadi abses
orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan trombosis sinus kavernosus.
Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis. Pasien yang
mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki kecenderungan lebih tinggi
untuk mengalami infeksi fungal. Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor
risiko tinggi adalah sebagai berikut:
- Usia di atas 7 tahun
- Abses subperiosteal
- Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian antibiotik IV.
19

BAB III
ANALISIS KASUS

Dari anamnesis didapatkan keluhan kelopak mata bengkak setelah 1 hari


sebelumnya kepala dan kelopak mata atas sebelah kiri tertimpa genteng dan luka lecet
dioleskan pasien dengan getah daun penicillin yang diambil dari kebun tanpa
dibersihkan terlebih dahulu. Keluhan bengkak pada kelopak mata tersebut kemungkinan
disebabkan karena infeksi kulit akibat inokulasi langsung kuman dari getah daun
penicillin yang mengakibatkan peradangan supuratif jaringan ikat longgar intraorbita
dibelakang septum orbita atau yang dikenal dengan penyakit selulitis orbita.Keluhan
lain berupa mata merah, berair, terdapat sekret berwarna putih dan kental, nyeri ketika
mata digerakkan merupakan gejala dari selulitis orbita yang menunjukkan adanya
keterlibatan bola mata. Tidak ada pandangan kabur menunjukkan tidak adanya penyulit
berupa neuritis retrobulbar yang dapat menyebabkan tajam penglihatan menurun.

Hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien ini mendukung diagnosis
selulitis orbita, seperti adanya hambatan gerakan bola mata ke segala arah, palpebral
edema, eritem, dan nyeri tekan, serta adanya kemosis konjungtiva. Pada konjungtiva
juga ditemukan adanya injeksi yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi pada
konjungtiva. Kekeruhan lensa pada pasien ini merupakan katarak senilis imatur, ditandai
dengan pemeriksaan shadow test yang positif.

Pasien ini diterapi dengan antibiotik sistemik dosis tinggi. Antibiotik spektrum
luas menjadi lini pertama karena infeksi pada orang dewasa biasanya terdiri dari
beberapa jenis mikroorganisme dan biasanya termasuk juga bakteri coccus gram positif,
seperti Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan bakteri anaerob.

Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh total
tanpa komplikasi sangat baik. Selulitis orbital dapat berlanjut menjadi abses orbital dan
menyebar secara posterior menyebabkan trombosis sinus kavernosus. Penyebaran
sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis.
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical
Science Course. Section 7. American Academy of Ophthalmology. San Franscisco,
California 2005; 42–4.
2. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age international, 2007.
p. 377-378, 384-386.
3. Babu RP. A Case Report of Orbital Cellulitis. Indian Journal of Mednodent and
Allied Sciences Vol. 2, No. 3, November, 2014, pp- 286-289
4. American Academy of Ophthalmology. Orbital Inflammatory and Infectious
Disorders. Section 7. Chapter 4. Basic and Clinical Science Course; 2014-2015. p
41-44.
5. Carlisle, Robert dan George Fredrick. Preseptal and Orbital Cellulitis. Hospital
Physician. October 2006. p 15-19.
6. Riyanto H, et al. Orbital Cellulitis and Endophthalmitis Associated with
Odontogenic Paranasal Sinusitis. Ind J Ophtalmol. 2009; 28-31
7. Maccheron LJ, et al. Orbital Cellulitis, Panophthalmitis, and Ecthyma
Gangrenosum in an Immunocompromised Host with Pseudomonas Septicemia. Am
J Ophthalmol. 2004; 137: 176–8.
8. Chaudry IA, Rashed WA. The Hot Orbit: Orbital Cellulitis. Middle East Afr J
Ophthalmol. 2012 Jan-Mar; 19(1): 34–42. Downloaded from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3277022/
9. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007. p.
251-256.
10. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.
Elsevier, 2011.
11. Chaudhry IA, et al. Outcome of Treated Orbital Cellulitis in a Tertiary Eye Care
Center in the Middle East. Ophthalmology. 2007; 114(2): pp. 345–54.
21

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai