Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Mania ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan


gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan
peristiwa positif yang terjadi. Obat yang digunakan untuk mengobati mania
disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics1,2
Penderita mania mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat)
disertai dengan energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang
berlebihan, percepatan, kebanyakan bicara dan berkurangnya kebutuhan
tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian
terpusat tidak dapat dipertahankan dan sering kali perhatian sangat mudah
dialihkan. Kadang juga dapat ditemukan harga diri yang membumbung,
pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan dengan
bebas.3
Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara
menyeluruh semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien
ke keadaaan dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik). Mood,
pikiran, dan kebiasaan harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun
beberapa gejala mempunyai tingkat keparahan yang berbeda.4

1
BAB II
PENDAHULUAN

Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan


aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang
secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi.
Hal ini terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap
hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat
ekspresif atau iritabel.1,2
Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam
celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak
terhadap “dopamine receptor supersensitivity”. Lithium karbonat
merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan
profilaksis terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan
afektif bipolar.2
Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali
merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif).
Beberapa orang yang tampaknya hanya menderita mania, mungkin
sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau singkat. Baik
mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi.
Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan
berkelanjutan akan mendorong seseorang untuk berobat ke dokter,
sedangkan kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke
dokter karena penderita mania tidak menyadari adanya sesuatu yang salah
dalam keadaan maupun perilaku mentalnya.1

2
Tabel 1. Sediaan obat antimania dan dosis anjuran

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan


1 Lithium karbonat Frimania (Mersifarma) Tab.200 mg, 300 mg,
400 mg, 500 mg
2 Karbamazepin Tegretol (Novartis) Tab. 200 mg
Bamgetol Kaplet 200 mg
(Mersifarma)
3 Natrium Depakote (abbott) Tab.125 mg, Tab. 250
Divalproex mg, Tab 500 mg,
Caps.250 mg, Syr. 250
mg/5ml
4 Haloperidol Haloperidol Tab 0.5 mg, 1,5 mg. 5
Haldol mg
serenace Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml
5 Asam valproat Depakene Caps. 250 mg, syr. 250
mg/5ml

A.LITHIUM KARBONAT
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering
digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium
sitrat. Sejak disahkan oleh Food and Drug Administration(FDA) pada tahun
1970 untuk mengatasi mania akut, lithium masih efektif dalam
menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Efek samping yang
ditimbulkan dari penggunaan lithium hampir serupadengan efek
mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan
konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini harus dilakukan tes
darah secara teratur untuk menentukan kadar lithium mengingat dosis
terapeutik lithium berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana kerja lithium
sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui secara pasti, diduga
ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat
inositol monophosphatase (IMPase) dengan subsitusi satu dari dua ion

3
magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakini
sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.5,6
Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan
oleh kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity
dengan meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat
Cyclic AMP.2
1. Indikasi
Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu
1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.5

2. Dosis
Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur,
berat badan dan fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600-
2400 mg per hari, meskipun sebagian besar pasien akan stabil pada
600-1200 mg per hari. Untuk tablet atau kapsul immediate release
biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari. Sedangkan tablet controlled
release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam. Pemberian dosis

4
lithium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan
kadar dalam serum dan respon klinis.5
Pada mania akut, pasien biasanya memberikan respon optimal
terhadap lithium karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari,
dengan dosis terbagi. Dosis ini secara normal akan menghasilkan
kadar lithium serum yang diinginkan berkisar antara 1 dan 1,5
mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium yang diinginkan
adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya
berkisar 900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum
dilakukan setiap dua bulan. Pada pasien yang sangat sensitif
biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar lithium serum
dibawah 1,0 mEq/l.5
3. Efek Samping
Efek samping lithium seperti tremor, diare, nausea, dan sering
kencing, bergantung pada dosis yang dikonsumsi. Pada kadar lithium
darah yang tinggi (> 2 mg), pasien akan mengalami ataksia,
kebingungan, bahkan koma. Beberapa pasien dapat mencapai kadar
lithium darah normal (sekitar 1 mg) dengan mengkonsumsi dua pil
perhari sementara pada pasien lainnya perlu dua belas pil per hari.
Jika kita dapat mengukur kadar obat dalam darah pada semua jenis
obat serupa, kemungkinan kita dapat menemukan perbedaan
individual. Ini dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien
skizofrenia menunjukkan perbaikan dengan pemberian 200 mg
klorpromazin per hari sementara yang lainnya memerlukan 2000 mg
per hari.5
Gejala intoksikasi (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L) dapat
berupa :6

5
- Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi
pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas,dan
gaya berjalan tidak stabil.
- Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran
menurun dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan,
oliguria, dan kejang-kejang.

Tabel 2. Efek samping lithium dan penatalaksanaannya8


Efek Samping Penataksanaan
Keluhan Berikan lithium setelah makan, berikan dosis
gastrointestinal yang lebih kecil dan lebih sering, coba preparat
lepas lambat, turunkan dosis
Tremor Turunkan dosis, berikan propanolol (40-100
mg/hari), pertimbangkan menambah suatu
benzodiazepin
Poliuria, Diabetes Coba preparat lepas lambat, turunkan dosis,
insipidus tambah amilonid (5-10 mg/hari), monitoring
kadar lithium dengan cermat
Akne Larutan topikal benzoyl peroxide (5-10%),
larutan topikal eritromisin (1,5-2%)
Kelemahan otot, Biasanya menghilang dalam beberapa hari
fasikulasi, nyeri kepala setelah terapi.
Hipotiroidisme Levothyroxine (0,05 mg tiap hari), ikuti kadar
TSH dan tingkatkan sampai 0,2 mg tiap hari
jika diperlukan
Inversi gelombang T Ringan, tidak memerlukan terapi
Disritmia jantung Biasanya harus menghentikan lithium
Psoriasis, alopesia Konsultasi dermatologis, reversibel jika lithium
areata dihentikan
Edema Pertimbangkan spironolakton (50 mg/oral tiap
hari), jika parah monitor kadar lithium,
menghilang jika lithium dihentikan
Leukositosis Ringan, tidak memerlukan terapi

6
4. Interaksi obat
Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-
hati. Hal ini dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran
natrium, bisa mengurangi klirens renal lithium yang akan
menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko toksisitas
juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan
beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.5
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan
ginjal. Tapi jika kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien
tidak berespon dengan obat lain, maka lithium bisa diberikan dengan
pengawasan yang sangat ketat. Pemeriksaan kadar lithium serum
dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan pengaturan dosis.
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga
bisa mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga
disekresikan melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan
diberikan pada wanita yang menyusui. Penggunaan lithium pada
anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan mengingat
data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum
ada. Pemberian lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan
dosis.5
B. KARBAMAZEPIN
Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara
struktural mirip dengan imipramine (tofranil) dan disetujui
digunakan di Amerika Serikat sebagai anti epilepsi. Struktur molekul
adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramin (gambar 2).8
Karbamazepin sering digunakan sebagai terapi alternatif
pengganti lithium walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Cara kerja
karbamazepin belum diketahui dengan pasti, dapat digunakan

7
sebagai antimania akut dan terapi profilaksis. Efek sampingnya jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan lithium.4

1. Indikasi
Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan
trigeminal neuralgia, kemudian ternyata bahwa obat ini efektif
terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik
(antikonvulsan)dan sebagai mood modulator. Saat ini karbamazepin
merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat untuk mengatasi
berbagai bangkitan kecuali bangkitan lena. Karbamazepin juga dapat
digunakan sebagai antimaniadan terapi profilaksis.9
Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan karbamazepin
adalah :8
- Epilepsi
- Gangguan bipolar (mania, depresi)
- Skizofrenia dan gangguan skizoafektif
- Gangguan depresif
- Gangguan pengendalian impuls

8
2. Dosis
Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per
hari dalam 3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per
hari pada akhir minggu pertama pengobatan. Bila kemajuan terapi
tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan dan pasien tidak
mempunyai efek intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat
ditingkatkan sampai 1600 mg per hari.4
Dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per
hari 2-3 kali pemberian. Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK
Universitas Indonesia diterangkan bahwa dosis untuk anak di bawah
6 tahun adalah 100 mg per hari, anak usia 6-12 tahun adalah 2 kali
100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg hari
pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis
penunjang berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan
20-30 mg per KgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai
kadar terapi dalam serum 6-8 μg/ml.9
3. Efek Samping
Seperempat dari jumlah pasien yang diobati mengalami efek
samping. Gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor
atau koma, kejang dan depresi nafas. Karena potensinya untuk
menimbulkan efek samping sangat luas, maka pada pengobatan
dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari darah
dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.9
Lebih jelas lagi efek samping penggunaan karbamazepin
dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3.Efek samping penggunaan karbamazepin4
Sangat sering Sering Jarang Sangat jarang
- Ataksia - Komplikasi - Gangguan - Agranulositosis
- Pandangan kardiovaskular kognitif - Anemia aplastik
kabur - Gangguan GIT - Menggigil - Sindroma lupus

9
- Diplopia - Hiponatremi - Gangguan eritematous
- Pusing dan - Reaksi kulit (jika genitourinaria - Hipersensitivitas
rasa berputar berat - Demam, pulmoner
- Kelelahan karbamazepin hepatitis
- Nyeri kepala mungkin harus - Peningkatan
- Nausea dihentikan) tekanan
intraokuler
- Jaundice,
gangguan fungsi
hepar
- Kerusakan ginjal
(oliguria dan
hipertensi)
- Transient
leukopenia

4. Interaksi Obat
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau
nifedipin dapat mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat
akibat karbamazepin. Karbamazepin dapat menurunkan kadar
kontrasepsi oral dalam darah, dan menyebabkan perdarahan banyak.
Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama monoamin oksidase
inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurang-kurangnya
dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai.9
Fenobarbital dan Fenitoin dapat meningkatkan kadar
karbamazepin, dan biotransformasi karbamazepin dapat dihambat
oleh eritromisin. Konversi primidon menjadi fenobarbital
ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian
karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam
valproat.9
C.NATRIUM DIVALPROEX
Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga
digunakan dalam terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala

10
migrain. Di Amerika Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti
Depacon, Depakene, Depakote dan Depakote sprinkle.10
Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium
valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali
ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan
pada tahun 1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui
penelitian yang dlakukan pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium
divalproex juga efektif sebagai antimania.10
1. Indikasi
Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan
sederhana, kompleks, absen, campuran dan tonik klonik (grand
mall). Natrium divalproex ini juga digunakan untuk penanganan
gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit
kepala migrain.10
Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang
penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan
pemeliharaan untuk kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada
pasien dengan siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia
atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak
organik.4
2. Dosis
Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250
mg, 500 mg, bentuk kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5
ml. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750
mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg
per hari.10

11
3. Efek Samping
Tabel 4. Efek samping penggunaan natrium divalproex4,10
Sangat sering Sering Jarang
- Kram perut ringan - Kram perut hebat atau - Gangguan keseimbangan
- Gangguan siklus nausea dan vomiting - Konstipasi Pusing
menstruasi berkelanjutan , rasa berputar dan sakit
- Diare - Perubahan mood, kepala
- Allopesia kebiasaan dan pola pikir - Ruam kulit
- Penurunan gairah hidup - Diplopia
- Mual muntah - Kelelahan berat
- Tremor pada ekstremitas - Medah lebah dan
- Penurunan atau berdarah
penambahan berat badan - Jaundice
- Kekakuan pergerakan
bola mata

4. Interaksi Obat
Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat
lain dalam tubuh yang dimetabolisme di hati dapat sangat menurun
atau sangat meningkat bila dikombinasikan dengan natrium
divalproex. Tingkat konsentrasi natrium divalproex dapat meningkat
apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid, asam salisilat
(aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga
meningkatkan kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin,
fenobarbital dan zidovudin. Penggunaan dengan klonazepam
mungkindapat menimbulkan bangkitan lena. Kolestiramin dan
kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium
divalproex dalam darah.10
.
D. HALOPERIDOL
Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas
sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi
dan mania. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati
dengan haloperidol.9

12
Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin.
Haloperidol memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk
mania dan skizofrenia. Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda
secara kuantitatif karena butiropenon selain menghambat efek dopamin,
juga meningkatkan turn over ratenya.9
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya
dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap
sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai
berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari
dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol
lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah
pemberian dosis tunggal.9
1. Indikasi
Haloperidol diindikasikan pada keadaan11
- Psikosis akut dan kronis
- Halusinasi pada skizofrenia
-Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak
Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang
yang mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat
dibanding klorpromazin (CPZ), sedangkan efek haloperidol terhadap
EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat gelombang teta.

13
Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang
konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan
hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh
apomorfin.9 Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih
kecil daripada antipsikotik lain, walaupun haloperidol dapat
menyebabkan pandangan mata menjadi kabur (Blurring of Vision).
Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang disebabkan oleh
amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan
CPZ.9
Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan
sehebat hipotensi akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardi
meskipun kelainan EKG b elum pernah dilaporkan. Seperti halnya
CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore.9
2. Dosis
Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5
mg dan 5 mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5
mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan
derajat kehebatan gejalanya.1
Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun :
- Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali
per hari.
- Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per
hari.
- Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg – 0,15 mg per KgBB per hari
terbagi dalam 2-3 dosis pemberian.11
- Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan
dan toleransi tubuh.11

14
3. Efek samping
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan
insiden tinggi, terutama pada penderita usia muda. Efek samping
ekstrapiramidal akibat penggunaan haloperidol memberikan gejala
Parkinsonisme, akatisia, distonia juga bisa terjadi opistotonus dan
okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai
dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania
atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik
ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan
agranulositosis yang sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus
akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan
pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak teratogenik.1,9
Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah
tardif diskinesia. Gejala ini muncul pada pasien dengan terapi jangka
panjang atau muncul setelah terapi dihentikan. Risiko lebih besar
terjadi pada orang tua, pada terapi dosis tinggi. Gambaran klinis
yang terjadi adalah gerakan involunter dan berirama, pergerakan
lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang bisa muncul
gerakan involunter pada kaki. Pengobatan yang diberikan untuk
gejala tardif diskinesia antara lain adalah pemberian antiparkinson.9

15
Tabel 5.Terapi Obat Gangguan Ekstrapiramidal
Nama generik Dosis lazim harian Indikasi
Anti kolinergik
 Benztropine PO 0,5-2mg 3x sehari, Reaksi distonia akut,
IM atau IV 1-2 mg parkinsonisme,
 Biperiden PO 2-6 mg 3x sehari, IM akinesia, akatisia
 Procyclidine atau IV 2 mg
PO 2,5-5mg 3x sehari 2-
 Trihexyfenydil 4x sehari
 Etho propazine PO 2-5mg 3x sehari

 Orphenadrine
PO 50-100mg 2-3x
sehari
PO 50-100mg 2-3x
sehari, IV 60 mg

Antihistamin
•Diphenhydramine PO 25mg 4x sehari, IM Reaksi distonia akut,
atau IV 25 mg parkinsonisme, akinesia

Agonis Dopamin
•Amantadin PO 100-200mg 2x Parkinsonisme,
sehari akinesia,

Antagonis
adrenergik β
•Propanolol PO 20-40mg 3x sehari Akatisia, tremor

Antagonis
adrenergik α
PO 0,1 mg 3x sehari Akatisia
•Clonidine

Benzodiazepin
•Klonazepam PO 1mg 2x sehari Akatisia, reaksi distonik
•Lorazepam PO 1 mg 3x sehari akut

4. Interaksi Obat
Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi
metabolisme masing-masing obat, sehingga konsentrasi plasma
kedua obat tidak akan meningkat. Pemberian haloperidol bersama

16
dengan methyldopa akan menimbulkan efek aditif hipotensif.
Pemberian haloperidol bersamaan dengan antikonvulsan, alkohol,
depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat menimbulkan
efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperido.
Pembeian dengan epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.11

E. ASAM VALPROAT

Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini


dengan cepat diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama
kali diperkenalkan sebagai obat anti epileptik yang efektif di tahun
1963. Di samping itu valproat dan karbamazepin telah terbukti efektif
dalam terapi gangguan bipolar.8
Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal
serum tercapai setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam
kadar dalam darah stabil setelah 48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik
terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk,
ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat
ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas.8
Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji
darah komplit dan pemeriksaan faal hepar.4
1. Indikasi
Indikasi pemberian asam valproat adalah :
- Epilepsi
- Gangguan bipolar
- Gangguan skizoafektif
- Gangguan mental lain : gangguan depresif berat, gangguan panik,
gangguan stres pasca trauma, gangguan bulimia nervosa, putus

17
alkohol, dan hipnotik atau ansiolitik dan gangguan eksplosif
intermiten.8
2. Dosis
Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan
bentuk sirup 250 per 5 ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg
diberikan bersama makanan. Dosis dapat dinaikkan sampai 250 mg
per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar plasma
teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per
ml bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan
berkisar antara 20-30 mg per KgBB per hari.8,9
3. Efek Samping Obat
Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna,
sistem saraf, hati, ruam kulit dan allopesia. Gangguan saluran
cerna berupa anoreksia, mual dan muntah terjadi pada 16% kasus.
Efek terhadap sistem saraf pusat berupa kantuk, ataksia, dan
tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati
berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi
nekrosis hati yang sering berakibat fatal. Kira-kira 60 kasus
kematian telah dilaporkan akibat penggunaan obat ini.9
Efek samping pada penggunaan asam valproat dapat dilihat
lebih rinci pada tabel berikut :
Tabel 6. Efek samping penggunaan asam valproat4
Serin Jarang Jarang
-Allopesia -Pankreatitis akut - Hepatotolsisitas
-Gangguan gastrointestinal -Anemia - Hipofibrinogenemia
-Sedasi -Ataksia - Hiponatremia
-Tremor -Penekanan sumsum tulang - Inkoordinasi
-Peningkatan atau penurunan -Pembesaran payudara - Leukopenia
berat badan -Koma - Makrositosis
-Dermatitis - Nistagmus
-Diplopia dan pusing - Pembesaran kelenjar parotis
-Disarthria - Photosensitivitas
-Edema ekstremitas - Pruritus
-Encephalopathi dengan - Limfositosis relatif

18
demam - Amenorrhea sekunder
-Enuresis - Sindroma Stevens- Johnson
- Eosinophilia - Thrombositopenia
- Erythema multiforme - Abnormalitas fungsi
- Galactorrhea tiroid
- Hallusinasi
- Sakit kepala

4. Interaksi Obat
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40%
karena terjadi penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan
interaksinya dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang lebih
kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan turun, karena
biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari
ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah
mungkin tidak dipengaruhi.9

19
BAB III

KESIMPULAN

a. Mania merupakan gangguan mood atau perasaan yang ditandai dengan


aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang
secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwapositif yang terjadi.
b. Obat yang digunakan untuk mengobati mania disebut mood modulators,
mood stabilizier atau anti manics.
c. Obat anti mania yang ada diantaranya adalah lithium karbonat,
karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex.
d. Obat anti mania yang paling sering digunakan adalah lithium karbonat.
e. Pada penggunaan lithium perlu pengawasan khusus agar bila terjadi efek
samping obat dapat segera diatasi.
f. Karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex adalah obat
antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania.
g. Haloperidol mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk
pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi


tanggal : 05 Mei 2009 dari
http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html.
Last update : Januari 2008.
2. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Ama Jaya ; 2007.
3. Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwan di Indonesia III. Edisi
ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1993.
4. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester
city : John Wiley&Sons Ltd ; 2006.
5. Arnita.Antidepresan untuk Gangguan Bipolar. Disitasi pada tanggal :
01 Mei 2009 dari http://www.majalah-faramacia.com. Last update:
Oktober 2006.

21
6. Santoso SO, Wiria MSS. Psikotropik. Dalam : Farmakologi dan
Terapi. Edisi keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ; 2001 : 148-2
7. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10thEdition. San
Francisco : McGraw & Hill ; 2006.
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10thEd. Lippincott
Williams & Wilkins, 2007.
9. Utama H, Gan VHS. Antikonvulsi. Dalam : Farmakologi dan Terapi.
Edisi keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2001 : 163-4
10. Advameg Inc. Encyclopedia of Mental Disorders. Disitasi pada
tanggal : 11 Mei 2009 dari http://www.minddisorders.com. Last
update: Januari 2007.
11. APP Pharmaceuticals LLC. Haloperidol. Schaumburg: APP
Pharmaceuticals; 2008.

22

Anda mungkin juga menyukai