Anda di halaman 1dari 492

Keselamatan di Laboratorium Klinis

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah bab ini selesai, pembaca akan dapat:

1. Daftar komponen dari rantai infeksi dan tindakan pencegahan keselamatan laboratorium
yang melanggar rantai.
2. membedakan antara dan menyatakan tindakan pencegahan ditangani oleh Kewaspadaan
Universal, substansi tubuh isolasi, dan Kewaspadaan Standar.
3. Menyatakan secara spesifik Paparan Kerja Standarduntuk penularan melalui darah yang
Patogen.
4. menjelaskan jenis alat pelindung diri yang pegawai laboratorium pakai, termasukkapan,
bagaimana, dan mengapa setiap benda digunakan.
5. melakukan cuci tangan dengan benar dan rutin.
6. Jelaskan metode yang dapat digunakan untuk membuang limbah biologis dan benda
tajam di laboratorium urin.
7. mendiskusikn komponen dan tujuan rencana kebersihan kimia dan lembar data
keamanan bahan.
8. menyatakan komponen dari Asosiasi perlindungan api nasional dansistem pelabelan
bahan berbahaya.
9. menjelaskan tindakan pencegahan yang pegawai laboratoriumharus dilakukan berkaitan
dengan bahaya radioaktif dan listrik.
10. menjelaskantindakan RACE dan PASS yang harus diambilketika kebakaran ditemukan.
11. membedakan antara kebakaran kelas A, B, C, dan Dberkaitan dengan setiap jenis materi
yang terlibat dan metodepemadaman.
12. Mengenali simbol peringatan bahaya standar.
Kata Kunci
 Biohazardous
 rantai infeksi
 Rencana kesehatan kimia
 Lembar Data Keselamatan Bahan
 alat pelindung diri
(PEP)
 radioisotop
 Kewaspadaan Standar
 Kewaspadaan Universal (UP)
 Keselamatan dan Administrasi Kesehatan
(OSHA)
 peralatanpelindungpribadi(PPE)
BAB1

KeselamatandiLaboratorium Klinik
Cedera yang memungkinkan
Tipe sumber
terjadi
Biologis Agen infeksius Bakteri, jamur, virus, atau infeksi
parasit.
Benda tajam Jarum, pecahan kaca Tusukan, atau paparan patogen
melalui darah.
Kimia Pengawet dan reagen Paparan zat beracun,
karsinogenik, atau kaustik.
Radioaktif Peralatan dan radioisotop Paparan radiasi.
Sumber listrik Peralatan yang basah; tali Luka bakar atau sengatan.
berjumbai.
Api/peledak Bunsen burners, bahan Luka bakar atau pemotongan.
kimia organik
Fisik Lantai basah, kotak berat, Jatuh, keseleo, atau kejang.
pasien
Tabel1-1JenisKeselamatanBahaya
KetikSumberKemungkinanCedera
DariStrasinger, SKdanDiLorenzo, MA:
PhlebotomyWorkbookuntukMultiSkilledHealthcareProfesional, FADavis, Philadelphia,
1996, p62, dengan izin.

Laboratorium klinis berisi berbagai bahaya keamanan, banyak yang mampu


menghasilkan cedera serius atau mengancam jiwa penyakit. Untuk bekerja dengan aman
dalam lingkungan ini, laboratorium personil harus belajar apa bahaya ada, dasar Tindakan
pengamanan yang terkait dengan mereka, dan bagaimana menerapkan aturan dasar akal
sehat diperlukan untuk keamanan sehari-hari. dapat dilihat pada Tabel 1-1, beberapa
bahaya yang unik untuk lingkungan perawatan kesehatan, dan lain-lain yang ditemui
secara rutin sepanjanghidup.

Bahaya biologis
Pengaturan layanan kesehatan menyediakan sumber yang melimpah untuk
mikroorganisme yang berpotensi membahayakan. Mikroorganisme inisering hadir dalam
spesimenyang diterima di laboratorium klinik. pemahamanbagaimana mikroorganisme
ditransmisikan (rantai infeksi) adalahpenting untuk mencegah infeksi. Rantai
infeksimembutuhkan hubungan yang berkelanjutan antara sumber, metodetransmisi, dan
sejumlah yang mudah tekinfeksi. Sumbernya adalah lokasimikroorganisme berbahaya yang
berpotensi, seperti terkontaminasispesimen klinis atau pasien yang terinfeksi.
Mikroorganismedari sumber ditransmisikan ke host. Hal ini dapat terjadi dengankontak
langsung (misalnya, host menyentuh pasien, spesimen, atau benda yang terkontaminasi),
inhalasi bahan terinfeksi (misalnya,tetesan aerosol dari pasien atau centrifuge membuka
tutuptabung), konsumsi zat yang terkontaminasi (misalnya, makanan, air,spesimen), atau
dari hewan atau gigitan serangga. Setelah rantai infeksi selesai, host yang terinfeksi
kemudian menjadisumber lain dapat mengirimkan mikroorganisme kepada orang lain.Di
laboratorium klinis, kontak yang paling langsung dengansumber infeksi adalah melalui
kontak dengan spesimen pasien,meskipun kontak dengan pasien dan menginfeksi objek
jugaterjadi. Mencegah penyelesaian rantai infeksiadalah tujuan utama dari keamanan
biologis.
Gambar 1-1 menggunakansimbol universal untuk bahan biohazardous untuk
menunjukkanbagaimana mengikuti praktek-praktek keselamatan yang ditentukan dapat
mematahkan rantai infeksi. Gambar 1-1 memberikan penekanan khusus pada praktek di
laboratorium.

Mencuci tangan yang benar dan memakai peralatan pelindung diri(PPE) adalah
sangat penting di laboratorium.Kekhawatiran atas paparan patogen melalui darah, terutama
Virus hepatitis B (HBV) dan virus human immunodeficiency(HIV), mengakibatkan
penyusunan pedoman dan peraturan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau
The centers for disease control and prevention (CDC)dan Administrasi keselamatan dan
Kesehatan KerjaOccupational Safety and Health Administration(OSHA) untuk mencegah
paparan. Pada tahun 1987 CDC Instituted Universal Precaution (UP). Di bawah UP semua
pasien dianggapmenjadi pembawa patogen melalui darah. Pedoman ini merekomendasikan
memakai sarung tangan saat mengumpulkan ataupenanganan darah dan cairan tubuh yang
terkontaminasi dengan darah danmemakai pelindung wajah ketika ada bahaya percikan
darahpada selaput lendir dan saat membuang semua jarum danbenda tajam dalam wadah
tahan tusukan. CDCkecuali urine dan cairan tubuh tidak terlihat terkontaminasi oleh darah
dari UP, meskipun banyak spesimen dapat mengandung cukupjumlah darah sebelum
menjadi terlihat. Modifikasi UP untuk isolasi zat tubuh atau body substance isolation (BSI)
membantuuntuk meringankan masalah ini. Pedoman BSI tidak terbatas padapatogen
melalui darah; mereka menganggap semua cairan tubuh danzat tubuh lembab akan
berpotensi menular. Menurutpedoman BSI, personil harus memakai sarung tangan setiap
saatketika menghadapi zat tubuh lembab. Kelemahan utamapedoman BSI adalah bahwa
mereka tidak merekomendasikan mencuci tangan berdasarkan penghapusan sarung tangan
kecuali kontaminasi visual yangada.

Pada tahun 1996 CDC menggabungkan fitur utama dari UP danPedoman BSI dan
disebut pedoman baru Standar kewaspadaan.Meskipun Standar kewaspadaan, seperti yang
dijelaskan di bawah ini,kontak dengan pasien stres, prinsip yang paling pasti bisa juga
diterapkan untuk penanganan spesimen pasien laboratory.

Standar kewaspadaan itu adalah:

1. Cuci Tangan Pakai Sabun: Cuci tangan setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi, dan item yang terkontaminasi, apakah atau tidak menggunakan sarung tangan.
Cuci tangansegera setelah sarung tangan dilepas, antarakontak pasien, dan ketika
dinyatakan denganmenghindari perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau
lingkungan. Mencuci tangan mungkin diperlukanantara tugas-tugas dan prosedur pada
pasien yang sama untukmencegah kontaminasi silang dari bagian tubuh yang berbeda.
2. Sarung tangan: Pakai sarung tangan (bersih, sarung tangan steril yang memadai) saat
menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan barang-barang yang terkontaminasi.
Memakaisarung tangan sebelum menyentuh selaput lendir dan kulit yang tidak terlindungi.
Mengubah sarung tangan antara tugas danprosedur pada pasien yang sama setelah kontak
denganmateri yang mungkin mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi.
segera Lepas sarung tangan setelah digunakan,sebelum menyentuh benda yang tidak
terkontaminasi dan lingkunganpermukaan, dan sebelum pergi ke pasien lain. Selalu
mencuci tangan setelah sarung tanganremoval untuk menghindari transfer mikroorganisme
untuk pasien lainnyaatau lingkungan.
3. Masker, pelindung mata, dan penutup wajah: Pakailah maskerdan pelindung mata atau
pelindung wajah untuk melindungi mukosamembran mata, hidung, dan mulut selama
prosedurdan kegiatan perawatan pasien yang mungkinmenimbulkan percikan darah, cairan
tubuh,sekresi, atau ekskresi. Sebuah respirator khusus dipasang (N95) harus digunakan
selama kegiatan perawatan pasienterkait dengan dugaan paparan Mycobacterium.
4. Gaun: Kenakan gaun (bersih, gaun steril memadai) untuk melindungi kulit dan mencegah
mengotori pakaianselama prosedur dan kegiatan perawatan pasien yangcenderung
menimbulkan percikan darah,cairan tubuh, sekresi, atau ekskresi. Pilih gaun yang sesuai
untuk kegiatan dan jumlahCairan yang mungkin ditemui (misalnya, cairan-tahan
dilaboratorium). lepaskan gaun kotor sesegeramungkin, dan mencuci tangan untuk
menghindari transfermikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
5. peralatan perawatan pasien: Tangani perawatan pasien digunakan peralatan kotor dengan
darah, cairan tubuh, sekresi,dan ekskresi dengan cara yang mencegah kulit daneksposur
membran mukosa, kontaminasipakaian, dan transfer mikroorganisme untuk pasien atau
lingkungan lainnya. Pastikan bahwa peralatan dapat digunakan kembali tidak digunakan
untuk perawatan pasien lain sampaitelah dibersihkan dan diolah kembali dengan tepat.
Pastikan penggunaan tunggal barang yang dibuang dengan benar.
6. Kontrol Lingkungan: Pastikan bahwa rumah sakit memilikiprosedur yang memadai untuk
perawatan rutin, pembersihan,dan disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,bedrails,
peralatan samping tempat tidur, dan permukaan lainnya yang sering tersentuh. Pastikan
bahwa prosedur inidiikuti.
7. Linen: Menangani, transportasi, dan proses linen kotordengan darah, cairan tubuh, sekresi,
dan ekskresicara yang mencegah membran kulit dan eksposur mukosa dan kontaminasi
pakaian danmenghindari transfer mikroorganisme untukpasien dan lingkungan lainnya.
8. resiko kesehatan dan penyakit yang ditularkan lewat udara: Berhati-hatilah untuk mencegah
cedera saat menggunakan jarum,pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam;saat
menggunakan peralatan tajam setelah prosedur;ketika membersihkan alat-alat yang
digunakan; dan saat membuangjarum yang telah digunakan. Jangan menutup kembali
jarum bekas ataumemanipulasi mereka menggunakan kedua tangan atau menggunakan
teknik lain yang mengarahkan titikjarum terhadap setiap bagian dari tubuh;
gunakanselubung jarumatau alat mekanis untuk menyembunyikanjarum. Jangan keluarkan
jarum bekas darijarum suntik sekali pakai dengan tangan, dan jangan
membungkuk,mematahkan, atau memanipulasi jarum bekas dengantangan. Tempat
digunakan jarum suntik sekali pakai dan jarum,pisau bedah, dan benda tajam lainnya di
tempat tusukan yang tepat, yang terletak sebagaimenutup praktis ke daerah di mana barang-
barang yangdigunakan, dan tempat jarum suntik dapat digunakan kembali dan jarum
dalamwadah tahan tusukan untuk transportasikedaerah daur ulang. Gunakan corong, tas
resusitasi, atau perangkat ventilasi lainnya sebagai metode resusitasi alternatif mulut ke
mulut di daerahdimana kebutuhan untuk resusitasi mudah ditebak.
9. penempatan Pasien: Tempatkan pasien yang mengkontaminasi lingkungan atau yang tidak
(atau tidak bisadiharapkan) membantu dalam mempertahankan kebersihan atau
pengendalian lingkungan yangtepat di sebuah kamar pribadi.Jika sebuah kamar pribadi
tidak tersedia, berkonsultasilah dengan pengontrol infeksi profesional mengenai
penempatan pasien atau alternatif lain.
Resiko kesehatan dan penyakit yang ditularkan lewat udara standar adalah dipantau
dan ditegakkan oleh OSHA. Persyaratan tertentu standar OSHA ini meliputi berikut ini:
1. Mewajibkan semua karyawan untuk berlatih UP / Standar kewaspadaan
2. Memnyediakan jas laboratorium, gaun, wajah dan perlindungan pernafasan, dan sarung
tangan untuk karyawan dan fasilitas laundry untuk pakaian pelindung non pakai
3. Menyediakan wadah pembuangan benda tajam dan melarangrecapping jarum
4. Melarang makan, minum, merokok, dan menerapkan kosmetik, lip balm, dan lensa kontak
didaerah bekerja
5. Pelabelan semua bahan biohazardous dan wadah
6. Memberikan imunisasi gratis untuk HBV
7. Membangun protokol desinfeksi harian untuk pekerjaan, permukaan; desinfektan yang
tepat untuk darah-ditanggungpatogen adalah natrium hipoklorit (pemutih rumah
tanggadiencerkan 1:10)
8. Menyediakan medis tindak lanjut bagi karyawan yang memiliki sengaja terkena patogen
melalui darah
9. Mendokumentasikan pelatihan reguler dalam standar keselamatan untukkaryawanSetiap
kecelakaan paparan kemungkinan darah-ditanggungpatogen harus segera dilaporkan.
Setiap kecelakaan paparan patogen melalui darah harus sesegera mungkin
dilaporkan. Evaluasi insiden harus dimulai segera untuk memastikan sesuai profilaksis
pasca paparan (PEP). CDC menyediakan perbaharuan pedoman pengelolaan eksposur
secara berkala dan direkomendasikan oleh PEP.

Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri digunakan di laboratorium termasuk sarung tangan, gaun tahan
cairan, pelindung mata dan wajah, dan pelindung meja plexiglas.Sarung tangan harus
dipakai ketika kontak dengan pasien, spesimen,dan peralatan laboratorium atau
perlengkapannya. Ketika spesimendikumpulkan, sarung tangan harus berbeda setiap pasien.
Di laboratorium, mereka mengganti setiap kali mereka merasa terkontaminasi atau rusak
dan selalu dilepasketika meninggalkan area kerja. Mengenakan sarung tangan bukanlah
pengganti untuk mencuci tangan, dan tangan harus dicuci setelah sarung tangandilepas.

Berbagai sarung tangan yang tersedia, termasuk steril dantidak steril, bubuk dan
tidak bubuk, dan getah atau bukan getah.Alergi terhadap lateks meningkat di kalangan
petugas kesehatan, dan pegawai laboratorium harus waspada untuk gejalareaksi yang
terkait dengan lateks. Reaksi terhadap lateks termasuk iritasikontak dermatitis, yang
menghasilkan bercak kering, gatal iritasi di tangan; Reaksi hipersensitivitas yang terlambat
menyerupai racun ivy yang muncul 24 sampai 48 jam setelahpaparan; dan benar, reaksi
hipersensitifsering ditandai dengan wajah kemerahan dan sesak napas.Cuci tangan segera
setelah melepas sarung tangan danmenghindari bubuk sarung tangan dapat membantu
dalam mencegah pengembangan dari alergi lateks. Mengganti sarung tangan lateks dengan
nitrile atausarung tangan vinil memberikan alternatif. Gejala alergi lateksharus dilaporkan
kepada pengawas karena alergi lateks yang sesungguhnya dapat mengancam hidup.

Jas laboratorium tahan cairan dengan manset pada pergelangan tangan yang
dikenakanuntuk melindungi pakaian dan kulit dari paparan zat kepada tubuh pasien. Mantel
ini selalu harus benar-benar berkancing,dan sarung tangan harus menepi borgol. Semua itu
dipakai setiap saat ketika bekerja dengan spesimen pasien dan dibuka sebelum
meninggalkan area kerja dan berubahketika mereka menjadi jelas terlihat kotor. Jas yang
telah dipakai ditempatkandalam wadah untuk limbah biohazardous, dan jas
nondisposableditempatkan dalam wadah laundry. Selaput lendir mata, hidung, dan mulut
harus dilindungi dari percikan spesimen dan aerosol. berbagai peralatan pelindung tersedia,
termasuk kacamata, perisai plastik wajah penuh, dan kaca meja perisai.Perhatian khusus
harus diambil untuk menghindari cipratan dan aerosolsaat melepas puncak wadah,
menuangkan spesimen, dan pemusinganspesimen. Spesimen harus tidak pernah
disentrifugasi ditabung yang tidak terbuka atau sentrifugal terungkap. Ketika
spesimenditerima dalam wadah dengan eksterior yang terkontaminasi,eksterior wadah
harus didesinfeksi atau, jika perlu,spesimen baru mungkin akan diminta.

Mencuci tangan

Mencuci tangan dijelaskan pada Gambar 1-1 dan pada pedoman Standard
Kewaspadaan. Kontak tangan adalah metode paling utama akan transmisi infeksi. Pegawai
laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah sarung tangan dilepas, sebelum
meninggalkan area kerja, setiap saat ketika tangan telah terkontaminasi, sebelum pergi
kedaerah lainnya, dan sebelum da setelah menggunakan fasilitas kamar mandi. Teknik
mencuci tangan yang benar ditunjukkan pada Gambar 1-2 dan termasuk langkah-langkah
berikut:

1. Basahi Tangan dengan air hangat.


2. Oleskan sabun antimikroba.
3. Gosokkan untuksampai membusa, membuat gesekan, dan melonggarkan puing-puing.
4. Jari benar benar bersih, termasukjempol, di bawah kuku dan cincin, dan sampai
denganpergelangan tangan, setidaknya 15 detik.
5. Bilas tangan dalam posisi tangan dibawah.
6. Keringkan dengan handuk kertas.
7. Matikan kran dengan handuk kertas yang bersih untuk mencegahkontaminasi ulang.

Figure 1–2 Handwashing technique. (A) Wetting hands. (B) Lathering hands and creating friction. (C)
Cleaning between fingers. (D) Rinsing hands. (E) Drying hands. (F) Turning off water. (From Strasinger, SK
and DiLorenzo, MA: Skills for the Patient Care Technician, FA Davis, Philadelphia, 1999, p 70, with
permission.)
Pembuangan Limbah Biologis
Semua limbah biologis, kecuali urin, harus ditempatkan dalam wadahyang sesuai
diberilabel dengan simbol Biohazard (lihat Gambar. 1-1).Ini termasuk kedua spesimen dan
bahan dengan yangspesimen datang dalam kontak. Sampah tersebut terkontaminasi
mengikuti kebijakan institusional: insinerasi, autoklaf, atauPenjemputan oleh perusahaan
limbah berbahaya bersertifikat.Urine dapat dibuang dengan menuangkan ke dalam bak cuci
laboratorium. Perawatan harus diambil untuk menghindari cipratan, dan wastafelharus
memerah dengan air setelah spesimen dibuang.Disinfeksi wastafel menggunakan 1: 5 atau
1:10 pengenceran natriumhipoklorit harus dilakukan setiap hari. pengenceran Sodium
hipokloritdisimpan dalam botol plastik yang efektif untuk 1 bulan jika terlindung dari
cahaya setelah persiapan. Cairan yang sama jugadapat digunakan rutin untuk desinfektan
meja dan tumpahan disengaja. Solusinya harus dibiarkan udara kering pada daerah yang
terkontaminasi. Bahan penyerap digunakan untuk membersihkancountertops dan
menghapus tumpahan harus dibuang pada wadahBiohazard. Wadah urine yang kosong
dapat dibuangsebagai nonbiologis limbah berbahaya (Gbr. 1-3).

Bahayabenda tajam
Benda tajamdi laboratorium, termasukjarum, pisau bedah, dan gelas pecah, menimbulkan
bahayabiologisyang serius, terutama untuktransmisipatogenmelalui darah. Semuabenda
tajamharus dibuangdalam wadahtahan tusukan. Wadah tahan tusukanharusberlokasidi dalamarea
kerja.

Bahaya Bahan Kimia


Aturan umum yang sama untuk menangani biohazardous Bahan berlaku untuk
bahan kimia berbahaya;yaitu, untuk menghindari bahan-bahan tersebut di dalam atau di
badan, pakaian, atau area kerja. Setiap kimia dalamtempat kerja harus dianggap berbahaya.

Tumpahan bahan kimia


ketika kontak kulit terjadi, pertolongan pertama yang terbaik adalah menyiram
daerah dengan air yang banyak selama minimal 15 menit dan kemudianmencari
pertolongan medis. Untuk alasan ini, semua pegawai laboratoriumharus tahu lokasi dan
penggunaan yang tepat daruratmandi dan stasiun cuci mata. Pakaian yang terkontaminasi
harus dibuang sesegera mungkin. Tidak ada usaha yang harusdibuat untuk menetralisir
bahan kimia yang datang dalam kontak dengan kulit. Tumpahan alat-alat bahan kimia yang
berisi pakaian pelindung, reaktif bahan penyerap, dan tas untuk pembuangan
terkontaminasibahan harus tersedia untuk membersihkan tumpahan.

Penanganan kimia
Bahan kimia tidak boleh dicampur bersama kecuali ada instruksi spesifik yang bisa diikuti,
dan mereka harus ditambahkan dalamurutan tertentu. Hal ini sangat penting ketika
menggabungkanasam dan air. Asam harus selalu ditambahkan ke air untukmenghindari
kemungkinan percikan mendadak yang disebabkan oleh pesatnya panas dalam beberapa
reaksi kimia. Mengenakan kacamatadan mempersiapkan reagendi bawah lemari asam yang
direkomendasikan oleh tindakan pengamanan. Bahan kimia harus digunakan dari wadah
yang ukurannya mudah dikelola. Pipetting olehmulut tidak dapat diterima di laboratorium.
Peraturan federal dan keadaan berada di tempat untuk pembuangan bahan kimia dan
harusdikonsultasikan.
Rencana Kebersihan Kimia
OSHA juga mengharuskan semua fasilitas yang menggunakan bahan kimia
berbahayamemiliki rencana tertulis kebersihan kimia (CHP) yang tersedia untuk
pegawainya. Tujuan rencana ini adalah detailnya sebagai berikut:
1. praktek kerja yang tepat
2. Prosedur operasi standar
3. PPE
4. Teknik kontrol, seperti lemari asam dan lemari keselamatan flammables
5. Tuntutan pelatihan karyawan
6. Pedoman Konsultasi medis

Setiap fasilitas harus menunjuk seorang petugas kebersihan kimia, siapa


yangbertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendokumentasikan kepatuhan
secaraterencana. Contoh peralatan keselamatan yang diperlukandan informasi yang
ditampilkan pada Gambar 1-4.

Bantuan keselamatan kimia. Gambar 1-4 (A) Peralatan. (B) Informasi dan persediaan.
(Dari Strasinger, SK dan DiLorenzo, MA: Keterampilan untuk Teknisi Perawatan Pasien,
FA Davis, Philadelphia, 1999, p 70, dengan izin.)

Pelabelan bahan kimia


Bahan kimia berbahaya harus diberi label dengan deskripsibahaya tertentu, seperti
beracun, korosif, atau karsinogenik.The National Fire Protection Association (NFPA) telah
mengembangkan Sistem Standar untuk IdentifikasiBahaya Bahan Api, NFPA 704. Sistem
Simbol inidigunakan untuk menginformasikan pemadam kebakaran dari bahaya yang
mungkin mereka temui dengan kebakaran di daerah tertentu. Berbentuk berlian, kode-
simbol warna berisi informasi yang berkaitan dengan kesehatan,mudah terbakar,
reaktivitas, dan perlindungan pribadi / pencegahan khusus.Setiap kategori dinilai pada skala
0 sampai 4, berdasarkanpada tingkat yang memprihatinkan. Simbol-simbol ini ditempatkan
pada pintu,lemari, dan wadah. Contoh dari sistem ini ditunjukkanpada Gambar 1-5.
1 2 3 W
Bahaya kebakaran
Reaktivitas Bahaya kesehatan Bahaya khusus
Titik nyala
4. bisamemburuk 4.Di bawah73F 4. Mematikan oksidator
3.Syokdan panas 3.Di bawah100F 3. Ekstrim Bahaya asam
mungkinmemburuk 2.Di bawah200F 2. berbahaya alkali
2. kimiaKekerasan 1.Di atas200F 1. Sedikit korosif
perubahan 0.Tidak Berbahaya tidak memakai air
1. Tidak stabiljika akanmembakar 0. normal radiasi
hangat
0. Stabil

Lembar data keselamatan material.


OSHA Standar federal Komunikasi Bahaya menuntut semua karyawan memiliki
hak untuk tahu tentang semua bahaya kimiayang ada di tempat kerja mereka. Informasi ini
disediakandalam bentuk Material Safety Data Sheets (MSDS) pada filedi tempat kerja.
Secara hukum, vendor wajib memberikan inilembar ke pembeli; Namun, fasilitas itu sendiri
bertanggung jawabuntuk memperoleh dan membuat MSDS tersedia bagi
karyawan.Informasi yang terkandung dalam MSDS meliputi:
1. Ciri-ciri fisik dan kimia
2. Kebakaran dan potensi ledakan
3. Reaktivitas potensi
4. Bahaya kesehatan dan prosedur bantuan darurat pertama
5. Metode untuk penanganan yang aman dan pembuangan.

Bahaya radioaktif
Radioaktivitas ditemui di laboratorium klinisketika prosedur yang
menggunakan radioisotop dilakukan.Jumlah radioaktivitas yang hadir dalamlaboratorium
klinik sangat kecil dan sedikitbahaya; Namun, efek radiasi bersifat kumulatif terkait dengan
jumlah paparan. Jumlah paparan radiasiberkaitan dengan kombinasi waktu, jarak, dan
perisai.Orang yang bekerja di lingkungan radioaktif diwajibkan untukmemakai alat ukur
untuk menentukan jumlah radiasiyang mereka kumpulkan.Pegawai laboratorium harus
akrab dengan Simbol bahaya radioaktif yang ditampilkan di sini. Simbol ini
harusditampilkan pada pintu disemua area dimana materi radioaktifhadir. Paparan radiasi
selama kehamilan membahayakan janin; orang yang sedang hamil atau mungkin mereka
berpikir harus menghindari daerah dengan simbol ini.

Bahaya Listrik
Pengaturan laboratorium mengandung sejumlah peralatan listrik yangbesar
yang mana para pekerja telah seringberhubungan dengan itu.Aturan umum yang sama dari
keselamatanlistrik diamati di luar tempat kerja berlaku. Bahaya air atau cairan yang datang
pada kontak dengan peralatanlebih besar dalam pengaturan laboratorium. Peralatan tidak
boleh digunakan dengan tangan basah. Karyawan rumah sakit ditunjuk memantauperalatan
listrik dengan dekat; Namun, pegawai laboratoriumharus terus mengamati untuk setiap
kondisi yang berbahaya,seperti kabel terbakar dan sirkuit yang kelebihan beban, dan
melaporkannyakepada orang-orang yang tepat. Peralatan yang telah basahharus dicabut dan
dibiarkan kering sepenuhnya sebelum digunakan kembali. Peralatan juga harus dicabut
sebelum membersihkannya.Semua peralatan listrik harus didasarkan pada konektor tiga kaki.
Ketika kecelakaan yang melibatkan terjadinya sengatan listrik, Sumber listrik harus segera
dimatikan.Kegiatan ini harusdilakukan tanpa menyentuh orang atau peralatan yang terlibat
untuk menghindari pemindahan arus. Mematikanpemutus sirkuit, mencabut peralatan, atau
memindahkanperalatan menggunakan kaca non-konduktif atau objek kayuprosedur yang
aman untuk diikuti.

Bahaya Api / bersifat meledak

Komisi Organisasi Akreditasi KesehatanBersama (JCAHO) mewajibkan bahwa


semualembaga kesehatan ruteevakuasipos danrencana rinciuntuk ikut jika terjadi kebakaran.
Pegawai laboratorium harus akrab dengan prosedur ini.Ketika api ditemukan, semua
karyawan diharapkan untuk mengambiltindakan dalam RACE akronim: (baca: Rescue,
Alarm, Contain, Extinguish)

1. Rescue:penyelamatan orang dalam bahaya


2. Alarm-mengaktifkan sistem alarm kebakaran kelembagaan
3. Contain: menutup semua pintu ke daerah yang berpotensi terkena dampak
4. Extinguish: upaya untuk memadamkan api, jika mungkin;keluar dari daerah tersebut.
Seperti dijelaskan sebelumnya, pekerja laboratorium sering menggunakanbahan
kimia yang berpotensi tidak stabil atau bahan peledak yang membutuhkanprosedur khusus
untuk penanganan dan penyimpananya. bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan
dalam lemari keselamatan dan kulkas anti-ledakan, dan silinder gas terkompresiharus
terletak jauh dari panas dan terpasang erat keperangkat alat untuk mencegah terbalik yang
disengaja. Selimut apimungkin tersedia di laboratorium. Orang dengan pakaian yang
terbakar harus dibungkus dalam selimut untuk memadamkanapi.
NFPA mengklasifikasikan kebakaran berkaitan dengan jenis pembakaranmateri. Hal
ini juga mengklasifikasikan jenis pemadam kebakaran yangdigunakan untuk
mengendalikan mereka. Informasi ini diringkas dalamTabel 1-2. alat pemadam kebakaran
ABC yang Serbaguna adalahyang paling umum, namun label harus selalu diperiksa
sebelum digunakan. Hal ini penting untuk dapat mengoperasikan alat pemadam kebakaran.
Singkatan PASS dapat digunakan untuk mengingatlangkah-langkah dalam operasi itu:
1. Tarik pin
2. Arahkan pada dasar api
3. Penanganan dengan menyemprot
4. Panjangkan mulut pipa dari sisi ke sisi

Bahaya Fisik

Bahaya fisik tidaklah aneh di laboratorium,dan berlaku tindakan pencegahan rutin


yang diamati di luar tempat kerja. Pencegahan umum yang perlu dipertimbangkan
adalahmenghindari berlari di ruangan dan lorong-lorong, perhatikan lantai basah, tekuk
lutut saat mengangkat benda berat, jaga rabut panjang agar tidak terurai, hindari memakai
perhiasan, dan mempertahankan kebersihan, area kerja terorganisir. Sepatu dengan jari
tertutup yang menyediakandukungan maksimal sangat penting untuk keamanan dan
kenyamanan.

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention: Guideline for Isolation Precautions in
Hospitals, Parts I and II.
Web site:
http://www.cdc.gov
2. Occupational Exposure to Blood-Borne Pathogens, Final Rule. Federal Register 29 (Dec 6),
1991.
3. Centers for Disease Control and Prevention. Updated U.S. Public Health Service
Guidelines for the Management of Occupational Exposures to HBV, HCV and HIV and
Recommendations for Post-exposure Propylaxis. MMWR June 29, 2001: 50(RR11); 1-42.
Web site: http://www.cdc.gov
4. Centers for Disease Control and Prevention. Updated U.S. Public Health Service
Guidelines for the Management of Occupational Exposure to HIV and Recommendations
for Post-exposure Prophylaxis. MMWR September 17, 2005: 54(RR09); 1-17. Web site:
http://www.cdc.gov
5. NIOSH Alert. Preventing Allergic Reactions to Natural Rubber Latex in the Workplace.
DHHS (NIOSH) Publication 97-135. National Institute for Occupational Safety and Health,
Cincinnati, Ohio, 1997.
6. Occupational Exposure to Hazardous Chemicals in Laboratories, Final Rule. Federal
Register 55 (Jan 31), 1990.
7. National Fire Protection Association: Hazardous Chemical Data, No. 49. Boston, NFPA,
1991.

PERTANYAAN STUDI
1. Dalam laboratorium urinalisis sumber utama dalam rantai infeksi akan:
A. Pasien
B. Needlestick
C. Spesimen Limbah
D. Biohazardous
2. Cara terbaik untuk memutus rantai infeksi:
A. Cuci Tangan Pakai Sabun Peralatan pelindung
B. Pencegahan pribadi
C. Aerosol
D. Dekontaminasi
3. Standar kewaspadaan berbeda dari Kewaspadaan Universal dan tubuh zat isolasi dengan
mengharuskan:
A. Memakai pelindung wajah dan sarung tangan setiap kali darah
mungkin ditemui
B. Memakai sarung tangan ketika menghadapi badan lembab
cairan
C. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan jika kontaminasi visual yang hadir
D. Mengenakan sarung tangan bila terkena cairan tubuh lembab
dan mencuci tangan setelah melepas sarung tangan
4. Seorang karyawan yang sengaja terkena mungkin patogen melalui darah harus segera:
A. Laporan ke supervisor
B. Siram daerah dengan air
C. Bersihkan area dengan desinfektan
D. Menerima profilaksis HIV
5. Personil di laboratorium urine harus memakai jas laboratorium yang:
A. Tidak memiliki tombol
B. Anti air
C. Memiliki lengan pendek
D. Memiliki full-length ritsleting
6. Semua berikut harus dibuang di biohazardous buang kontainer kecuali:
A. Urine wadah spesimen
B. Handuk digunakan untuk dekontaminasi
C. jas lab sekali pakai
D. tabung koleksi darah
7. Seorang majikan yang gagal untuk menyediakan sarung tangan cukup untuk
karyawan dapat didenda oleh:
A. CDC
B. NFPA
C. OSHA
D. FDA
8. Sebuah disinfektan yang dapat diterima untuk cairan darah dan tubuh
dekontaminasi adalah:
A. Natrium hidroksida
B. Sabun Antimicrobial
C. Hidrogen peroksida
D. Sodium hipoklorit
9. mencuci tangan yang benar mencakup semua hal berikut kecuali:
A. Menggunakan air hangat
B. Menggosok untuk membuat busa
C. Membilas tangan dalam posisi bawah
D. Menghidupkan air dengan handuk kertas
10. mensentrifugasi spesimen membuka tutup dapat menghasilkan bahaya biologis dalam
bentuk:
A. Vektor
B. Kontaminasi Benda tajam
C. Aerosol
D. Kontaminasi Spesimen
11. Seorang karyawan yang sengaja menumpahkan asam di lengannya segera harus:
A. Menetralisir asam dengan basa
B. Tahan lengan bawah air mengalir selama 15 menit
C. Konsultasikan MSDS
D. Bungkus lengan perban dan pergi ke darurat ruang
12. Ketika menggabungkan asam dan air, pastikan bahwa:
A. Asam ditambahkan ke air
B. Air ditambahkan ke asam
C. Mereka ditambahkan secara bersamaan
D. Air secara perlahan ditambahkan ke asam
13. Seorang karyawan dapat mempelajari potensi karsinogenik dari kalium klorida dengan
konsultasi:
A. Rencana kebersihan Kimia
B. Materi Lembar data keselamatan
C. OSHA Standar
D. panduan prosedur Urine
14. Karyawan tidak diperbolehkan bekerja dengan radioisotop jika mereka:
A. Memakai lensa kontak
B. Alergi terhadap yodium
C. Sensitif terhadap lateks
D. Hamil
15. Semua berikut ini aman untuk dilakukan saat melepas sumber sengatan listrik kecuali:
A. Menarik orang dari instrumen
B. Mematikan pemutus sirkuit
C. Menggunakan wadah kaca untuk memindahkan instrumen
D. Mencabut instrumen
16. Singkatan PASS mengacu pada:
A. Kehadiran bahan kimia penting
B. Operasi alat pemadam kebakaran
C. Pelabelan bahan berbahaya
D. Adanya zat radioaktif
17. Sistem yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran ketika kebakaran terjadi di
laboratorium adalah:
A. MSDS
B. RACE
C. NFPA
D. PASS
18. Sebuah kelasABCpemadam kebakaranberisi:
A.Pasir
B.Air
C.Bahan kimiaKering
D.Asam
19. Halpertama yang harus dilakukanketika kebakaranditemukanadalah:
A.PenyelamatanOrang yang berada dalam bahaya
B.Aktifkansistemalarm
C.Tutuppintuke daerah lain
D.Memadamkanapijika mungkin
20. Jikaruam merahdiamatisetelah melepassarung tangan, karyawan:
A.Mungkinmencuci tanganterlalu sering
B.Mungkintelah mengembangkanalergi lateks
C.Harusmenerapkan krimkortison
D.Sebaiknya tidakmenggosoktanganbegitu keras
21. Pipettingmelalui mulutadalah:
A.diterima untukurintetapi bukanserum
B.Tidak dapat diterimatanpapelatihan yang tepat
C.diterima untukreagentetapi tidakspesimen
D.Tidak dapat diterimadi laboratorium
22. SimbolklasifikasiNFPAberisi informasipadasemua hal berikut, kecuali:
A.BahayaApi
B.Hayati
C.Reaktivitas
D. BahayaKesehatan
23. Klasifikasiapiyang bisadipadamkandenganair:
A.Kelas A
B.Kelas B
C.KelasC
D.Kelas D
24. Pengusahawajib memberikanimunisasigratis
untuk:
A.HIV
B.HTLV-1
C.HBV
D.HCV
25. Bahaya fisikyang mungkin berada di rumah sakitadalah:
A.Memakaisepatutertutupberkuku
B.Tidakmemakai perhiasan
C.Memilikirambut pendek
D.berlariuntuk menjawabtelepon

Bab 2
FUNGSI RENAL

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan mampu:
1. Mengidentifikasi komponen nephron, ginjal, dan sistem ekskretorik.
2. Menelusuri aliran darah melalui nephron dan menunjukkan fungsi-fungsi fisiologis yang terjadi.
3. Menerangkan proses ultrafiltrasi glomerular.
4. Mendiskusikan fungsi dan pengaturan sistem renin-angiotensin-aldosterone.
5. Membedakan antara transpor aktif dan transpor pasif dalam kaitannya dengan konsentrasi renal.
6. Menerangkan fungsi hormon antidiuretik dalam konsentrasi urine.
7. Menerangkan peranan sekresi tubular dalam menjaga kesetimbangan asam-basa.
8. Mengidentifikasi prosedur laboratorium yang dipakai untuk mengevaluasi filtrasi glomerular,
reabsorpsi dan sekresi tubular, dan aliran darah renal.
9. Mendiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan urea, inulin, creatinine, beta,
microglobulin, cystatin C, dan radionukleotida untuk mengukur filtrasi glomerular.
10. Menghitung clearance creatinine dan menentukan apakah hasilnya normal, dengan menggunakan
data laboratorium hipotetis.
11. Mendiskusikan signifikansi klinis creatinine clearance test.
12. Dengan menggunakan data laboratorium hipotetis, menghitung laju filtrasi glomerular taksiran.
13. Mendefinisikan osmolaritas dan mendiskusikan hubungannya dengan konsentrasi urine.
14. Mendefiisikan prinsip dasar osmometer klinis.
15. Berdasarkan data laboratorium hipotetis, menghitung suatu clearance bebas air dan
menginterpretasikan hasilnya.
16. Berdasarkan data laboratorium hipotetis, menghitung suatu clearance PAH dan menghubungkan
hasil ini dengan aliran darah dalam ginjal.
17. Mendesripsikan hubungan antara urinary ammonia dan keasaman yang dapat dititrasi, di satu
pihak, dan produksi suatu urine asam.

Bab ini menelaah anatomi dan fisiologi nephron dan membahas hubungannya dengan urinalisis
dan pengujian fungsi renal.Juga disajikan suatu sub-bab yang membahas penilaian laboratorium
atas fungsi renal.

Fisiologi Ginjal
Masing-masing ginjal berisi sekitar 1 hingga 1,5 juta unit fungsional yang disebut nephron. Seperti
yang diperlihatkan dalam Gambar 2-1, Cortical nephron, yang membentuk sekitar 85% dari
seluiruh nephron, terletak terutama dalam korteks ginjal. Mereka bertanggung jawab terutma
untuk membuang produk limbah dan penyerapan zat-zat makanan. Juxtamedullary nephron
memiliki loop Henle yang lebih panjang yang terentang ke medula ginjal. Fungsi utamanya adalah
mengkonsentrasikan urine.
Kemampuan ginjal membersihkan produk limbah secara selektif dari drah dan sekaligus menjaga
kesetimbangan yang esensil dalam tubuh antara air dan elektrolit dikendalikan dalam nephron
oleh fungsi-fungsi ginjal berikut ini: aliran darah dalam ginjal, filtrasi glomerular, reabsorpsi
tubular, dan sekresi tubular. Fisiologi, pengujian laboratorium, dan patologi relevan keempat

fungsi ini dibahas dalam Bab ini.

Gambar 2-1.Hubungan nephron dengan ginjal dan sistem ekskretorik.

Aliran Darah dalam Ginjal


Pembuluh arteri ginjal memasok darah ke ginjal.Ginjal manusia menerima kira-kira 25% dari darah
yang dipompakan melalui jantung setiap saat.Dran memasuki pembuluh kapiler nephron melalui
afferent arteriole. Kemudian ia mengalir melalui glomerulus dan masuk kedalam efferent arteriole.
Ukuran arteriole yang bervariasi memudahkan menciptakan selisih tekanan hidrostatis yang
penting untuk filtrasi glomerular dan menjaga konsistensi tekanan kapiler glomerular dan aliran
darah ginjal didalam glomerulus.Perhatikan, efferent arteriole memiliki ukuran yang lebih kecil
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2-2.Hal ini menaikkan tekanan kapiler glomerular.
Sebelum kembali ke pembuluh vena ginjal, darah dari efferent arteriole masuk kedalam
peritubular capillaries dan vasa recta dan mengalir dengan lambat melalui cortex dan medulla
ginjal yang dekat dengan tubula. Pembuluh kapiler peritubular mengelilingi proximal dan distal
convoluted tubule, yang melakukan reabsorpsi langsung atas zat-zat esensil dari cairan yang ada
dalam proximal convoluted tubule dan penyesuaian akhir komposisi urine dalam distal convoluted
tubule. Vasa recta terletak dekat ascending dan descending loop Henle dalam juxtamedullary
nephron.Di daerah ini, pertukaran air dan garam berlangsung antara darah dan medullary
interstitium.Pertukaran ini menjaga gradien osmotik (konsentrasi garam) dalam medulla, yang
dibutuhkan untuk konsentrasi dalam ginjal.
Berdasarkan suatu ukuran tubuh rata-rata 1,73 m2 permukaan, aliran darah total dalam ginjal kira-
kira 1200 ml/menit, dan aliran plasma dalam ginjal (renal plasma flow) berkisar 600sampai 700
ml/menit. Harga-harga normal aliran darah ginjal dan uji fungsi ginjal bergantung pada ukuran
tubuh. Ketika dihadapkan dengan ukuran-ukuran yang bervariasi jauh dari rata-rata 1,73 m2 luas
permukaan tubuh, maka harus dihitung suatu koreksi untuk menentukan apakah pengukuran yang
diamati merepresentasikan fungsi yang normal atau tidak. Perhitungan ini dicakup dalam diskusi
tentang test untuk laju filtrasi glomerular (glomerular fintration rate (GFR) nanti dalam bab ini.
Variasi dalam harga-harga normal telah dipublikasikan untuk kelompok usia yang berlainan dan
harus dipertimbangkan saat mengevaluasi kajian fungsi ginjal.

Filtrasi Glomerular
Glomerulus terdiri atas suatu kumparan kira-kira delapan cuping kapiler yang secara kolektif
disebut capillary tuft.Glomerulus terletak didalam kapsul Bowman, yang membentuk permulaan
renal tubule. Walaupun glomerulus berfungsi sebagai filter nonselektif zat-zat plasma yang berat
molekulnya kurang daripada 70.000, beberapa faktor mempengaruhi proses filtrasi aktual. Ini
meliputi struktur seluler dinding kapiler dan kapsul Bowman, tekanan hidrostatis dan tekanan
oncotik, dan mekanisme umpan balik renin-angiotensin-aldosterone system.Gambar 2-3
memperlihatkan suatu gambar diagramatis daerah glomerular yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
ini.

Struktur Seluler Glomerulus


Filtrat plasma harus lolos melalui tiga lapisan seluler: membran dinding kapiler, membran dasar
(basal lamina), dan visceral epithelium kapsul Bowman. Sel-sel endothelial dinding kapiler berbeda
dari sel-sel yang terdapat dalam kapiler lain karena mengandung pori-pori dan disebut fenestrated
(mengalami fenestrasi). Pori ini meningkatkan permeabilitas kapiler namun tidak memungkinkan
lolosnya molekul yang besar dan sel-sel darah. Pembatasan lebih jauh atas molekul-molekul besar
terjadi lantaran filtrat lolos melalui membran dasar dan membran tipis yang menutupi slit filtrasi
yang dibentuk oleh proses-proses intertwining foot dari podosit lapisan dalam kapsul Bowman
(lihat Gambar 2-3)
Gambar 2-2.Nephron dan komponen-komponennya.

Gambar 2-3. Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi glomerular dalam renal corpuscle.

Tekanan Glomerular
Seperti yang disinggung sebelumnya, kehadiran tekanan hidrostatis yang timbul akibat
ukuran efferent arteriole lebih kecil dan pembuluh kapiler glomerular meningkatkan
filtrasi.Tekanan ini dibutuhkan untuk mengatasi kebalikan tekanan yang datang dari cairan dalam
kapsul Bowman dan tekanan oncotik protein plasma yang tidak tersaring dalam kapiler
glomerular.Dengan memperbesar atau memperkecil ukuran afferent arteriole, suatu mekanisme
autoregulatorik didalam juxtaglomerular apparatusmempertahankan tekanan darah glomerular
pada laju yang relatif konstan tanpa bergantung paa fluktuasi tekanan darah sistemik. Pemelaran
afferent arterioles dan konstriksi efferent arteriole ketika tekanan darah turun mencegah
penurunan aliran darah yang signifikan yang mengalir melalui ginjal, sehingga mencegah kenaikan
kandungan produk limbah beracun dalam darah. Kenaikan tekanan darah juga menyebabkan
konstriksi afferent arteriole untuk mencegah overfiltrasi atau kerusakan glomerulus.

Sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone
Sistem renin-angiotensin-aldosterone (RAAS) mengendalikan pengaturan aliran darah ke dan
didalam glomerulus. Sistem ini merespons perubahan tekanan darah dan kandungan natrium
plasma yang dipantau dengan alat juxtaglomerular, yang terdiri atas sel-sel juxtaglomerular
didalam afferent arteriole dan macula densa dari distal convoluted tubule (Gambar 2-4).
Kandungan natrium yang rendah dalam plasma mengurangi retensi air didalam sistem peredaran
darah, sehingga menyebabkan penurunan volume darah dan, dengan demikian, penurunan
tekanan darah.Apabila macula densa merasakan perubahan semacam itu, suatu penurunan drastis
reaksi didalam RAAS terjadi (Gambar 2-5).Renin, suatu enzim yang diproduksi sel-sel
juxtaglomerular, dilepaskan dan bereaksi dengan angiotensinogen subtrat yang dikandung darah
untuk menghasilkan hormon angiotensin I. Ketika angiotensin I melewati paru, ezim pengubah
angiotensin (ACE) mengubahnya menjadi bentuk aktif angiotensin II. Angiotensin II mengoreksi
aliran darah dalam ginjal dengan cara sebagai berikut: menyebabkan vasodilasi afferent arteriole
dan konstriksi efferent arteriole, yang merangsang reabsorpsi natrium dalam proximal convoluted
tubule, dan yang memicu pelepasan hormon penahan natrium, aldosterone oleh adrenal cortex
dan hormon antidiuretik oleh hypothalmus (Tabel 2-1). Bila tekanan darah sistemik dan kadar
natrium plasma juga meningkat, maka sekresi renin menurun. Oleh karena itu, aksi angiotensin II
menghasilkan suatu tekanan konstan didalam nephron.
Akibat mekanisme glomerular di atas, setiap menit kira-kira dua atau tiga juga glomerulus
menyaring 120 ml zat dengan berat molekul yang rendah yang mengandung air. Oleh karena
filtrasi bersifat nonselektif, satu-satunya perbedaan antara komposisi filtrat dan plasma adalah
tiadanya protein plasma, zat yang mengikat protein, dan sel-sel. Analisis fluida yang keluar dari
glomerulus menunjukkan filtrat memiliki berat jenis 1,010 dan mengkonfirmasikan bahwa secara
kimiawi, itu merupakan ultrafiltrat plasma. Informasi ini memberikan landasan yang berguna
untuk mengevaluasi mekanisme renal yang terlibat dalam mengubah ultrafiltrat plasma menjadi
produk uriner akhir.

Reabsorpsi Tubular
Tubuh tidak kehilangan 120 ml zat esensil yang mengandung air setiap menit. Oleh karena itu,
ketika ultrafiltrat plasma memasuki proximal convoluted tubules, nephron, melalui mekanisme
transpor seluler, mulai menyerap kembali zat-zat esensil ini dan air (Tabel 2-2).
Gambar 2-4. Kontak erat distal tubule dengan afferent arteriole, macula densa, dan sel
juxtaglomerular dalam peralatan juxtaglomerular.

Mekanisme Reabsorpsi
Mekanisme seluler yang terlibat dalam reabsorpsi tubular disebut transpor aktif dan transpor
pasif. Agar terjadi transpor aktif, zat yang akan diserap kembali harus dipadukan dengan suatu
protein carrier yang terkandung dalam membran sel-sel tubular ginjal. Energi elektrokimia yang
diciptakan oleh interaksi ini mentransfer zat melalui membran sel dan masuk kembali kedalam
aliran darah. Transpor aktif bertanggung jawab untuk penyerapan kembali glukosa, asam amino,
dan garam didalam proximal convoluted tubules, klorida didalam ascending loop Henle, dan
natrium didalam distal convoluted tubule.

Gambar 2-5. Algoritma sistem renin-angiotensin-aldosterone.


Transpor pasif adalah pergerakan molekul melintasi membran sebagai akibat adanya
perbedaan dalam konsentrasi dan potensial listrik pada sisi membran yang berlawanan.Perbedaan
fisik ini disebut gradien.Reabsorpsi pasif air terjadi di semua bagian nephron kecuali ascending
loop Henle, yang dindingnya bersifat impermeabel terhadap air.Urea diserap kembali secara pasif
didalam proximal convoluted tubules dan ascending loop Henle, dan reabsorpsi pasif natrium
menyertai transpor aktif klorida dalam ascendeing loop.

Tabel 2-1. Aksi RAAS

1. Pemelaran afferent arteriole dan konstriksi efferent arteriole.


2. Stimulasi reabsorpsi natrium didalam proximal convoluted tubules.
3. Memicu korteks adrenal untuk melepaskan hormon penahan natrium, aldosterone,
menyebabkan penyerapan kembali natrium dan ekskresi potassium didalam distal
convoluted tubule dan saluran penampung.
4. Memicu pelepasan hormon antidiuretik oleh hypothalmus untuk merangsang
reabsorpsi air dalam saluran penampung.

Tabel 2-2. Reabsorpsi Tubular


Substansi Lokasi
Transpor aktif Glukosa, asam Proximal convoluted tubules
amino, garam Ascending loop Henle
Klorida proximal convoluted tubules dan
Natrium distal convoluted tubule
Transpor pasif Air Proximal convoluted tubules,
descending loop Henle, dan
saluran penampung.
proximal convoluted tubules dan
Urea ascending loop Henle
Ascending loop Henle

Natrium

Transpor aktif, seperti halnya transpor pasif, dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substansi
yang sedang diangkut. Apabila konsentrasi plasma suatu zat yang telah terserap seluruhnya
mencapai kadar yang tinggi secara abnormal, maka konsentrasi filtrat melampaui kapasitas
reabsorptif maksimal ™ tubule, dan substansi itu akan mulai menghilang dari urine. Tingkat
konsentrasi plasma dimana transpor aktif berhenti disebut ambang ginjal (renal threshold). Untuk
glukosa, ambang ginjal berkisar 160 – 180 mg/dL, dan glukosa terlihat dalam urine ketika
konsentrasi plasma mencapai kadar ini. Pengetahuan ambang ginjal dan konsentrasi plasma dapat
digunakan untuk membedakan antara filtrasi larut berlebih dan kerusakan tubular ginjal. Sebagai
contoh, glukosa yang terlihat dalam urine seseorang yang kadar glukosa darahnya normal
merupakan hasil kerusakan tubular dan bukan diabetes mellitus.

Gambar 2-6. Konsentrasi dalam ginjal

Transpor aktif lebih daripada dua pertiga natrium yang tersaring keluar dari proximal
convoluted tubules disertai dengan reabsorpsi pasif sejumlah air. Oleh karena itu, seperti yang
dapat dilihat dalam Gambar 2-6, fluida yang keluar dari proximal convoluted tubule masih
memiliki konsentrasi yang sama dengan yang dimiliki ultrafiltrat.

Konsentrasi Tubular
Konsentrasi dalam ginjal dimulai pada dscending loop dan ascending loop dari Henle, dimana
filtrat terpapar terhadap gradien osmotik yang tinggi dari renal medulla. Reabsorpsi air yang
berlebihan saat filtrat melewati medulla yang berkonsentrasi tinggi dicegah oleh dinding kedap air
yang dimiliki ascending loop. Proses reabsorpsi selektif ini disebut mekanisme kontra-koran
(countercurrent mechanism) dan berfungsi mempertahankan gradien osmotik medulla. Natrium
dan klorida yang keluar dari filtrat dalam ascending loop mencegah pengenceran medullary
interstitium oleh air yang diserap kembali dari descending loop.Pemeliharaan gradien osmotik ini
esensil untuk konsentrasi akhir filtrat saat tiba di saluran penampung (collecting duct).
Dalam Gambar 2-6, konsentrasi aktual filtrat yang keluar dari ascending loop cukup rendah
lantaran adanya reabsorpsi garam dan bukan air di bagian tubule itu. Penyerapan kembali natrium
berlanjut didalam distal convoluted tubule, tetapi kini berada dibawah kendali hormon hormon
aldosterone, yang mengatur penyerapan kembali sesuai dengan kebutuhan tubuh akan natrium
(lihat Gambar 2-5).

Konsentrasi di Saluran Penampung


Konsentrasi akhir filtrat melalui absorpsi air dimulai pada distal convoluted tubule akhir dan
berlanjut didalam saluran penampung. Reabsorpsi bergantung pada gradien osmotik didalam
medulla dan hormon vasopressin (hormon antidiuretik [ADH]). Orang akan berharap bahwa
setelah filtrat encer didalam saluran penampung bersentuhan dengan konsentrasi osmotik
medullary interstitium yang lebih tinggi, reabsorpsi pasif air akan terjadi. Akan tetapi, proses ini
dikendalikan oleh kehadiran atau ketidakhadiran ADH, yang menyebabkan dinding distal
convoluted tubule dan saluran penampung permeabel atau tidak permeabel terhadap air. Kadar
ADH yang tinggi meningkatkan permeabilitas, yang berakibat meningkatnya reabsorpsi air, dan
urine yang terkonsentrasi dengan volume yang kecil. Tiadanya ADH juga menyebabkan dinding
tidak permeabel terhadap air, yang menghasilkan urine encer dengan volume besar.Seperti halnya
produksi aldosterone dikendalikan oleh konsentrasi natrium dalam tubuh, produksi ADH
ditentukan oleh keadaan (tingkat) hidrasi tubuh.Oleh karena itu, kesetimbangan kimiawi dalam
tubuh sebenarnya merupakan determinan akhir volume dan konsentrasi urine.

Sekresi Tubular
Berlawanan dengan reabsorpsi tubular, dimana substansi dipindahkan dari filtrat glomerular dan
dikembalikan kedalam darah, sekresi tubular meliputi lolosnya substansi dari darah dalam kapiler
peritubular kedalam filtrat tubular (Gambar 2.7). Sekresi tubular mengemban dua fungsi utama:
eliminasi produk limbah yang tidak tersaring oleh glomerular dan pengaturan kesetimbangan
asam-basa dalam tubuh melalui sekresi ion-ion hidrogen.

Gambar 2-7. Pergerakan substansi dalam nephron.

Banyak substansi asing, seperti obat-obatan, tidak dapat disaring oleh glomerular karena terikat
oleh protein plasma. Akan tetapi, bila substansi yang terikat protein ini memasuki kapiler
peritubular, mereka akan membentuk suatu afinitas yang lebih kuat untuk sel-sel tubular dan
terurai dari protein pembawanya, sehingga diangkut kedalam filtrat oleh sel-sel tubular. Lokasi
utama pelepasan substansi yang tidak tersaring ini adalah proximal convoluted tubules.

Kesetimbangan Asam-Basa
Untuk mempertahankan pH darah normal sebesar 7,4, darah harus menyangga dan mengeliminir
asam berlebih yang terbentuk akibat asupan makanan dan metabolisme tubuh. Kapasitas
penyanggaan darah bergantung pada ion-ion bikarbonat (HCO3-), yang telah disaring oleh
glomerular dan harus dikembalikan dengan baik kedalam darah untuk mempertahankan pH yang
pas. Seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2-8, sekresi ion-ion hidrogen (H+) oleh sel-sel
tubular ginjal kedalam filtrat mencegah dilepaskannya bikarbonat yang tersaring kedalam urine
dan menyebabkan kembalinya ion bikarbonat masuk kedalam plasma. proses ini mengadakan
hampir 100 % reabsorpsi bikarbonat yang tersaring dan terdapat terutama didalam proximal
convoluted tubules.

Gambar 2-8. Reabsorpsi bikarbonat yang tersaring.

Gambar 2-9. Ekskresi ion hidrogen yang dilepaskan, yang bersenyawa dengan fosfat.
Akibat ukuran molekulnya yang kecil, ion-ion hidrogen mudah disaring dan diserap
kembali.Oleh karena itu, ekskresi aktual ion hidrogen berlebih juga bergantung pada sekresi
tubular. Gambar 2-9 dan 2-10 adalah diagram dua metoda utama untuk ekskresi ion hidrogen
didalam urine. Dalam Gambar 2-9, ion-ion hidrogen yang dilepas dipadukan dengan ion fosfat
yang tersaring dan kemudian dilepaskan, bukan diserap kembali. Ekskresi tambahan ion hidrogen
terjadi melalui reaksi ion hidrogen dengan ammonia yang dihasilkan dan dilepaskan oleh sel-sel
distal convoluted tubule. Di dalam proximal convoluted tubules, ammonia dihasilkan dari
pemecahan asam amino glutamine. Ammonia ini bereaksi dengan H+ dan membentuk ion
ammonium (NH4+) (lihat Gambar 2-10).Ion ammonium yang dihasilkan dilepaskan kedalam urine.
Ketiga proses ini terjadi secara bersamaan pada laju yang ditentukan oleh kesetimbangan
asam-basa dalam tubuh. Suatu disrupsi fungsi sekretorik ini dapat menimbulkan acidosis atau
renal tubular acidosis, yakni ketidakmampuan memproduksi suatu urine asam.

Test Fungsi Ginjal


Kajian singkat fisiologi ginjal ini memperlihatkan bahwa ada banyak fungsi metabolik dan interaksi
kimiawi yang akan dievaluasi melalui uji laboratorium terhadap fungsi ginjal. Dalam Gambar 2-11,
bagian-bagian nephron dihubungkan dengan uji laboratorium yang ditempuh untuk menilai
(mengukur) fungsinya.

Test (UJi) Filtrasi Glomerular


Uji standar yang digunakan untuk mengukur kapasitas penyaringan glomerular adalah clearance
test.Seperti tersirat dari namanya, clearance test mengukur laju atau kecepatan ginjal membuang
(membersihkan) zat yang dapat disaring dari darah.Untuk memastikan bahwa filtrasi glomerular
sedang diukur dengan akurat, zat yang dianalisis haruslah zat yang tidak diserap kembali atau tidak
dilepaskan oleh tubule. Faktor lain yang perlu diperhitungkan dalam seleksi suatu zat untuk uji
clearance meliputi stabilitas zat atau substansi itu dalam urine selama periode pengumpulan 24
jam, konsistensi kadar plasma, ketersediaan substansi bagi tubuh, dan ketersediaan test untuk
analisis substansi (zat).
Gambar 2-10. Ekskresi ion hidrogen yang dilepas dipadukan dengan ammonia yang dihasilkan
tubule.

Gambar 2-11. Hubungan antara daerah nephron dan test fungsi ginjal.

Clearance Test
Test filtrasi glomerular pertama mengukur urea karena kehadirannya dalam semua bahan
uji urine dan eksistensi metoda-metoda analisis kimia yang dipergunakan secara rutin. Oleh karena
kira-kira 40% urea yang disaring diserap kembali, maka harga-harga normal dicocokkan untuk
merefleksikan penyerapan kembali, dan pasien menjalani hidrasi untuk menghasilkan suatu aliran
urine sebesar 2 ml/menit untuk memastikan bahwa tidak lebih daripada 40% urea diserap
kembali. Saat ini, penggunaan urea sebagai bahan uji untuk filtrasi glomerular telah digantikan
oleh pengukuran substansi lain yang meliputi creatinine, inulin, beta2, microglobulin, cystatin C,
atau radioisotop. Masing-masing prosedur memiliki kelebihan dan kekurangan.

Inulin Clearance
Inulin, suatu polimer fruktosa, merupakan senyawa yang amat stabil yang tidak diserap kembali
atau dikeluarkan oleh tubule.Akan tetapi, zat atau substansi ini bukan slaah satu unsur pembentuk
tubuh yang normal, dan harus diinfus pada laju tetap sepanjang berlangsungnya pengujian
tersebut. Suatu test yang membutuhkan substansi yang diinfus disebut prosedur eksogen dan
jarang menjadi metoda pilihan jika suatu substansi uji yang tepat sudah ada dalam tubuh
(prosedur endogen). Oleh karena itu, walaupun inulin merupakan metoda rujukan asli untuk
clearance tests, namun metoda ini sekarang tidak digunakan lagi untuk pengujian filtrasi
glomerular.

Creatinine Clearance
Dewasa ini, pengukuran laboratorium rutin atas GFR memanfaatkan creatinine sebagai
bahan uji. Creatinine, salah satu produk limbah metabolisme otot yang biasanya ditemukan pada
kadar yang relatif konstan dalam darah, memberikan (bagi laboratorium) suatu prosedur endogen
untuk mengevaluasi fungsi glomerular. Penggunaan creatinine memiliki beberapa kelemahan yang
tidak ditemukan dengan inulin, dan pertimbangan yang seksama harus diberikan kepadanya.
Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sejumlah creatinine dilepaskan oleh tubule, dan sekresi meningkat seiring dengan naiknya kadar
creatinine dalam darah.
2. Chromogen yang ada dalam plasma darah bereaksi dalam analisis kimia. Akan tetapi,
kehadirannya bisa membantu mengimbangi laju yang meningkat secara keliru yang disebabkan
sekresi tubular.
3. Obat-obatan, yang meliputi gentamicin, cephalosporins, dan cimetidine (Tagamet), menghambat
sekresi tubular ceratinine, sehingga menyebabkan kadar serum darah yang terlalu rendah.
4. Bakteri akan menguraikan urinary creatinine jika bahan uji disimpan pada suhu kamar untuk
jangka waktu yang lama.
5. Suatu diet yang kaya akan daging yang dikonsumsi selama pengumpulan bahan uji urine 24 jam
akan mempengaruhi hasil jika bahan uji plasma diambil sebelum periode pengumpulan.
6. Pengukuran creatinine clearance bukan indikator handal pada pasien yang menderita akibat
penyakit yang melemahkan otot.

Dikarenakan kelemahan-kelemahan ini, hasil abnormal bisa jadi diikuti oleh hasil-hasil
yang lebih canggih, namun creatinine clearance test merupakan suatu metoda untuk screening
GFR di laboratorium klinis.

Prosedur
Sejauh ini, sumber utama kesalahan dalam suatu prosedur clearance yang memanfaatkan urine
adalah penggunaan bahan uji urine yang diambil pada waktu yang tidak tepat. Pentingnya
penggunaan bahan uji yang diambil pada waktu yang tepat (lihat Bab 3) akan menjadi nyata dalam
diskusi berikut tentang perhitungan-perhitungan yang dipakai dalam konversi pengukuran
laboratorik yang terpisah kedalam bentuk GFR. GFR dilaporkan dalam satuan mL/menit; oleh
karena itu, penentuan jumlah mililiter plasma dari mana substansi clearance (creatinine)
dibersihkan seluruhnya selama 1 menit perlu.Untuk mengkalkulasi informasi ini, kita harus
mengetahui volume urine dalam ml/menit (V), konsentrasi creatinine dalam urine dalam mg/dL
(U), dan konsentrasi creatinine dalam plasma dalam mg/dL. (P)
Volume urine dihitung dengan membagi jumlah mililiter dalam bahan uji dengan jumlah menit
yang dipakai untuk mengumpulkan bahan uji.
Contoh
Hitung volume urine (V) untuk suatu bahan uji 2 jam yang berukuran 240 ml:
2 jam x 60 menit = 120 menit
240 ml/120 menit = 2 ml/menit
V = 2 ml/menit.
Konsentrasi plasma dan konsentrasi urine ditentukan dengan pengujian kimiawi.
Rumus standar yang dipakai untuk menghitung jumlah mililiter plasma yang
dibersihkan per menit (C) sama dengan:
C = UV/P
Rumus ini diturunkan sebagai berikut. Jumlah mililiter plasma yang dibersihkan per
menit (C) kali mg/dL creatinine dalam plasma (P) harus sama dengan mg/dL
creatinine urine (U) kali volume urine dalam ml/menit (V), karena semua creatinine
yang disaring akan muncul dalam urine. Jadi:
CP = UV dan C = UV/P

Contoh
Dengan menggunakan creatinine dalam urine 120 mg/dL (U), creatinine dalam
plasma 1,0 mg/dL (P), volume urine sebesar 1440 ml diperoleh dari suatu bahan uji
(V) 24 jam. Hitunglah GFR!

V = (1440mL)/(60 menit x 24 = 1440 menit) = 1 ml/menit.

C = (120mg/dL (U) x 1 ml/menit (V)/1,0 mg/dL (P) = 120 ml/menit

Dengan menganalisis perhitungan ini dan merujuk pada Gambar 2-12, pada
konsentrasi 1 mg/dL, setiap mililiter plasma mengandung 0,01 mg creatinine. Oleh
karena itu, untuk mencapai konsentrasi urine sebesar 120 mg/dL (1,2 mg/ml), perlu
dibersihkan 120 ml plasma. Walaupun volume filtrat berkurang, jumlah creatinine
dalam filtrat tidak berubah karena creatinine tidak diserap kembali. Dengan
mengetahui bahwa dalam rata-rata manusia (permukaan tubuh 1,73 meter
persegi), perkiraan jumlah filtrat plasma yang diproduksi per menit sama dengan
120 ml, tidaklah mengherankan bahwa harga normal creatinine clearance
mendekati 120 ml/menit (pria, 107-139 ml/menit; wanita, 87 – 107 ml/menit).
Creatinine yang dikandung plasma normal sama dengan 0,5 – 1,5 mg/dL. Harga-
harga normal ini memperhitungkan variasi ukuran dan massa otot. Akan tetapi,
harga-harga ini jauh lebih rendah pada orang yang lebih tua, dan penyesuaian
mungkin harus dibuat terhadap perhitungan bila menyangkut ukuran tubuh yang
berbeda jauh dari 1,73 m2, seperti ada. Untuk menyesuaikan clearance untuk
ukuran tubuh, rumusnya adalah:

C = UV/P x 1,73/A

dengan A merupakan ukuran tubuh aktual dalam meter persegi permukaan. Ukuran
tubuh aktual bisa dihitung sebagai berikut:

log A = (0,425 x log berat) + (0,725 x log tinggi) – 2,144

atau bisa dihitung dari nomogram yang diperlihatkan dalam Gambar 2-13.
Gambar 2-12. Suatu diagram yang menggambarkan filtrasi creatinine dan ekskresi.

Gambar 2-12. Suatu diagram yang menggambarkan filtrasi creatinine dan ekskresi.

Signifikansi klinis
Ketika menginterpretasikan hasil suatu clearance test untuk creatinine, GFR ditentukan bukan
hanya oleh jumlah nephron yang berfungsi melainkan juga oleh kapasitas fungsional nephron ini.
Dengan kata lain, bahkan walaupun separuh nephron yang ada tidak fungsional, suatu perubahan
dalam GFR takkan terjadi jika nephron yang tersisa melipatgandakan kapasitas saring-nya (filtering
capacity). Hal ini dibuktikan oleh orang yang menjalani kehidupan normal dengan hanya satu
ginjal.Oleh karena itu, walaupun creatinine clearance merupakan prosedur laboratorium yang
sering diminta, nilainya tidak terletak pada deteksi penyakit ginjal secara dini. Sebaliknya,
clearance ini dipergunakan untuk menentukan tingkat kerusakan nephron dalam kasus penyakit
ginjal yang diketahui, memantau efektivitas perlakuan yang dirancang mencegah kerusakan
nephron lebih jauh, dan menentukan kelayakan (feasibility) pemberian obat, yang dapat
meningkatkan tekanan darah ke tingkat yang berbahaya jika GFR menurun secara drastis.

Taksiran Filtrasi Glomerular yang Dihitung


Telah dikembangkan rumus untuk menghasilkan taksiran GFR berdasarkan creatinine yang
terkandung dalam serum tanpa creatinine dalam urine.Rumus ini makin sering dipakai dalam
penyembuhan klinis.Seperti yang telah dibahas, creatinine clearance tidak ada gunanya dalam
mendeteksi penyakit ginjal dini.Oleh karena itu, clearance yang dihitung kini dipakai untuk
memantau para pasien yang terdiagnosis menderita penyakit ginjal atau berisiko mengalami
penyakit ginjal.Disamping itu, rumus ini bermanfaat bila obat-obatan yang membutuhkan renal
clearance diresepkan.

Gambar 2-13.Suatu nomogram untuk penentuan luas permukaan tubuh. (dari Boothby, WM, dan
Sandiford, RB: Nomogram untuk penentuan luas permukaan tubuh., 185:227, 1921, dengan ijin)

Rumus atau formula yang paling sering digunakan dikembangkan oleh Cockcroft dan Gault.Rumus
ini juga dipakai untuk mendokumentasikan eligibilitas pencicilan yang ditetapkan Medicare End
Stage Renal Disease Program dan untuk mengevaluasi penempatan pasien pada daftar transplan
ginjal. Variabel yang diikutkan dalam rumus asli adalah usia, jenis kelamin, dan berat tubuh dalam
kg.
Ccr = (140 – usia)(berat dalam kg)/72 x creatinine dalam serum mg/dL

Hasilnya dikalikan dengan 0,85 untuk pasien wanita.


Modifikasi formula (rumus) asli mensubstitusikan berat badan ideal dalam kilogram dan
berat badan yang disesuaikan dalam kilogram. Ini dilakukan untuk mengoreksi berat yang bisa jadi
bukan hasil massa otot, misalnya jaringan lemak. Perhitungan untuk berat badan ideal (ideal body
weight, IBW) adalah:
Pria: 50 kg + 2,3 kg untuk setiap inci tinggi badan diatas 60 inci.
Wanita: 45,5 kg + 2,3 kg untuk setiap inci tinggi badan diatas 60 inci.
Perhitungan untuk berat badan yang disesuaikan (adjusted body weight, AjBW) sama
dengan:
IBW + 0,3 (ABW-IBW)
Sebuah rumus yang lebih baru, yang dinamakan sistem MOdifikasi Diet dalam Penyakit
Ginjal (MDRD), menggunakan variabel-variabel tambahan dan tidak mencakup berat
badan.Variabel-variabel ini meliputi etnisitas, nitrogen urea darah, albumin dalam serum.Terdapat
beberapa variasi formula ini, yang menggunakan salah satu atau beberapa variabel tambahan.
Salah satu contoh rumus kajian MDRD adalah:
GFR = 170 x creatinine serum-0,999 x usia-0,176 x 0,822 (jika pasien adalah perempuan) x
1.1880 (jika pasien kulit hitam) x BUN-0,170 x albumin serum+0,318
Salah satu keunggulan laboratorik formula ini adalah bahwa, bila berat badan ditiadakan,
semua hasil tersedia dari informasi komputer laboratorium, dan perhitungan dapat dilakukan
secara otomatis dengan instrumen yang melaksanakan (pengukuran kadar) creatinine dalam
serum.
Pengembangan prosedur yang disederhanakan yang mengukur hilangnya (dari plasma)
substansi yang diinfuskan, sehingga mengeliminir kebutuhan akan pengumpulan urine, telah
meningkatkan minat terhadap prosedur eksogen. Injeksi radionukleotida seperti 125I-iothalamate
memberikan suatu metoda untuk penentuan filtrasi glomerular lewat hilangnya bahan radioaktif
dari plasma dan memungkinkan visualisasi filtrasi pada salah satu atau kedua ginjal.
Korelasi yang bagus antara GFR dan kadar beta2 microglobulin dalam plasma telah
diperlihatkan. Beta2 microglobulin (berat molekul 11.800) terurai dari antigen leukosit manusia
pada laju konstan dan dihilangkan dengan mudah dari plasma melalui filtrasi glomerular.Metoda-
metoda sensitif yang menggunakan enzim immunoassay tersedia untuk pengukuran beta2
microglobulin. Kenaikan kadar beta2 microglobulin dalam plasma telah terbukti merupakan
indikator yang lebih sensitif daripada creatinine clearance bagi penurunan GFR. Akan tetapi, test
ini tidak handal dalam pasien yang memiliki riwayat gangguan imunologis atau penyakit yang
berbahaya (malignancy).
Penanda serum lin yang dapat dipakai untuk memantau GFR adalah cystatin C. Cystatin C
adalah protein kecil (berat molekuil 13.359) yang diproduksi pada laju tetap oleh semua sel yang
memiliki nukleotida (nucleated cells). Penanda serum ini mudah idsaring dengan glomerular dan
diserap kembali dan dipecahkan oleh sel-sel tubular ginjal.Oleh karena itu, tidak ada cystatin C
yang dikeluarkan oleh tubule, dan konsentrasinya dalam serum dapat dihubungkan secara
langsung dengan GFR. Prosedur immunoassay dapat dipakai untuk mengukur cystatin C.
Pemantauan kadar cystatin C disarankan untuk pasien pediatrik, penderita diabetes, manusia
lanjut usia, dan pasien penderita penyakit kritis.

Test Reabsorpsi Tubular


Sementara pngukuran GFR bukan merupakan indikasi yang bermanfaat bagi penyakit ginjal dini,
merosotnya kapabilitas reabsorpsi tubular seringkali merupakan fungsi pertama yang terpengaruh
dalam penyakit ginjal. Ini tidak mengherankan apabila seseorang memperhatikan kerumitan
proses reabsorpsi tubular.
Test untuk menentukan kemampuan tubule untuk menyerap kembali garam esensil dan air telah
yang disaring secara nonselektif oleh glomerulus disebut test konsentrasi.Spt yang telah
disinggung, ultrafiltrat yang memasuki tubule memiliki berat jenis (specific gravity) 1.010; oleh
karena itu, setelah reabsorpsi kita bisa menduga bahwa produk urine akhir akan lebih
terkonsentrasi. Akan tetapi, setelah melakukan urinalisis rutin, Anda akan melihat bahwa banyak
bahan uji tidak memiliki berat jenis yang lebih besar daripada 1,010, sekalipun tidak ada penyakit
ginjal.Hal ini dikarenakan konsentrasi urine ditentukan terutama oleh keadaan hidrasi tubuh, dan
ginjal normal akan menyerap air hanya dalam jumlah yang dibutuhkan untuk menjamin pasokan
air tubuh yang memadai.
Seperti yang dapat kita lihat dalam Gambar 2-14, kedua bahan uji ini mengandung zat terlarut
(solute) dalam jumlah yang sama; akan tetapi densitas (berat jenis) urine pasien A lebih tinggi.
Oleh karena itu, pengendalian asupan cairan harus diteliti dalam test laboratorium yang mengukur
kemampuan ginjal dalam menampung konsentrasi.
Setelah bertahun-tahun, berbagai metoda telah digunakan untuk memproduksi deprivsi air, yang
meliputi uji konsentrasi Fishberg dan Mosenthal, yang mengukur berat jenis. Dalam uji Fishberg,
pasien tidak mendapat fluida selama 24 jam sebelum dilkukannya pengukuran berat jenis. Uji
Mosenthal membandingkan volume dan berat jenis sampel urine siang dan sampel urine malam
untuk mengevaluasi kemampuan konsentrasi (concentrating ability). Tidak satupun test ini
diterapkan dewasa ini karena informasi yang dihasilkan pengukuran berat jenis paling bermanfaat
sebagai suatu prosedur screening. dan pengukuran kuantitatif kemampuan konsentrasi ginjal
paling tepat diukur dengan osmometri. Akan tetapi, orang-orang yang memiliki kemampuan
konsentrasi normal harus memiliki berat jenis 1.025 bila tidak mengkonsumsi cairan selama 16
jam. Setelah berpuasa air sepanjang malam hari, osmolaritas urine sebesar 800 mOsm atau lebih
mengindikasikan kemampuan konsentrasi normal.

Osmolaritas
Berat jenis bergantung pada jumlah partikel yang ada dalam suatu larutan dan kerapatan partikel
ini, sedangkan osmolaritas dipengaruhi oleh hanya jumlah partikel yang ada.Saat mengevaluasi
kemampuan konsentrasi ginjal, substansi yang perlu diperhatikan adalah molekul-molekul kecil,
terutama natrium (berat molekul 23) dan klorida (berat molekul35.5). Akan tetapi, urea (berat
molekul = 60), yang tidak penting bagi evaluasi ini, akan berkontribusi lebih bagi berat jenis jika
dibandingkan dengan molekul natrium dan molekul klorida. Oleh karena ketiga molekul ini
memberi kontribusi yang sama bagi osmolaritas bahan uji, maka suatu ukuran kemampuan
konsentrasi ginjal yang lebih representatif bisa didapat dengan mengukur osmolaritas.
Suatu osmole didefinisiikan sama dengan 1 g berat molekul suatu substansi dibagi dengan jumlah
partikel hasil penguraiannya. Suatu substansi yang tidak mengalami ionisasi seperti glukosa (berat
molekul 180) mengandung 180 g per osmole, sedangkan natrium klorida (NaCl) (berat molekul
58,5), jika seluruhnya terurai, mengandung 29,25 g per osmole. Persis seperti molalitas dan
molaritas, ada pula osmolalitas dan osmolaritas.Satu osmolal larutan glukosa mengandung 180 g
glukosa yang terurai dalam 1 kg pelarut.Satu osmolar larutan glukosa memiliki 180g glukosa yang
terurai dalam 1 liter pelarut. Di laboratorium klinis, kedua istilah ini dipakai secara bergantian,
selama perbedaan dalam kondisi-kondisi temperatur normal dengan air dan pelarut adalah
minimal. Satuan ukuran yang dipakai dalam laboratorium klinis adalah miliosmole (mOsm),
karena, ketika menyangkut cairan tubuh, tidak praktis menggunakan suatu ukuran yang sebesar
osmole (23 g natrium per liter atau per kilogram).

Gambar 2-14.Efek hidrasi terhadap konsentrasi ginjal.

Osmolaritas suatu larutan dapat ditentukan dengan mengukur suatu sifat yang secara
matematis berkaitan dengan jumlah partikel dalam larutan (sifat koligatif) dan membandingkan
harga ini dengan harga yang didapat dari pelarut murni.
Oleh karen air adalah pelarut dalam urine dan plasma, maka jumlah partikel yang ada
dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan membandingkan harga sifat koligatif sampel dengan
harga sifat koligatif air murni. Telah ada instrumen laboratorium klinis yang mampu mengikur
penurunan titik beku dan penurunan tekanan penguapan.

Osmometer Titik Beku


Pengukuran penurunan titik beku adalah prinsip pertama yang dipakai dalam osmometer klinis,
dan telah tersedia banyak isntrumen yang memakai teknik ini.Osmometer ini menentukan titik
beku suatu larutan dengan mendinginkan secara ekstrim (supercooling) sejumlah sampel hingga
suhunya kira-kira 270C.Smpel ini divibrasi untuk menghasilkan kristalisasi air dalam larutan.Panas
fusi yang dihasilkan air yang mengkristal ini menaikkan suhu larutan ke titik bekunya.Suatu alat
yang sensitif terhadap suhu mengukur kenaikan suhu ini, yang berkorespondensi dengan titik beku
larutan, dan informasi ini dikonversikan kedalam bentuk miliosmole.Konversi dimungkinkan oleh
fakta bahwa 1 mol (1000 mOsm) substansi nonionisasi yang terurai dalam 1 kg air diketahui
menurunkan titik beku 1.860C.Oleh karena itu, dengan membandingkan penurunan titik beku
suatu larutan yang tidak diketahui dengan penurunan titik beku suatu larutan yang diketahui,
maka osmolaritas larutan yang tidak diketahui itu dapat dihitung. Osmometer klinis menggunakan
larutan dengan konsentrasi NaCl yang diketahui sebagai standar acuan karena suatu larutan
substansi yang terionisasi secara parsial lebih menggambarkan komposisi urine dan plasma.

Osmometer Tekanan Uap


Instrumen lain yang dipakai dalam osmometri klinis disebut osmometer tekanan uap. Akan tetapi,
pengukuran aktual yang dilakukan adalah pengukuran titik embun (suhu dimana uap air berubah
menjadi embun).Penurunan titik embun yang disebabkan bahan terlarut sejajar dengan
penurunan tekanan uap (tekanan penguapan), sehingga memberikan suatu ukuran tentang sifat
kologatif ini.
Sampel diserap ke piringan kertas saring kecil yang diletakkan dalam suatu ruang tertutup yang
berisi sebuah termokopel yang peka terhadap suhu).Sampel menguap dalam ruangan, dan
membentuk suatu uap.Bila suhu dalam ruangan diturunkan, air mengembun dalam ruang dan
menempel pada termokopel. Panas pengembunan yang dihasilkan menaikkan suhu termokopel
hingga sama dengan suhu pengembunan (titik embun). Suhu pengembunan ini sebanding dengan
tekanan uap dari sampel yang sedang menguap.Suhu dibandingkan dengan suhu standar NaCl dan
dikonversi menjadi miliosmole. Osmometer tekanan uap memakai sampel mikro yang kurang
daripada 0,01 ml; oleh karena itu, kita harus teliti untuk mencegah penguapan sampel sebelum
dilakukan pengujian.

Faktor Teknis
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan lantaran berpengaruh terhadap angka bacaan osmolaritas
yang sebenarnya meliputi lipemic serum, asam laktat, dan substansi yang mudah menguap
(volatile), seperti ethanol, dalam bahan uji.Dalam lipemic serum, penggantian air serum dengan
lemak yang tak larut dalam air memberikan hasil yang keliru mengenai osmometer tekanan
penguapan dan titik beku.Angka-angka yang naik secara keliru akibat pembentuk asam laktat juga
terjadi pada kedua metoda itu jika sampel serum tidak dipisahkan atau dibekukan dalam 20 menit.
Osmometer tekanan uap tidak mendeteksi keberadaan substansi yang mudah menguap, seperti
alkohol, karena mereka menjadi bagian dari fase pelarut; akan tetapi, pengukuran yang dilakukan
pada bahan uji yang sama yang menggunakan osmometer titik beku akan meningkat.
Signifikansi Klinis
Manfaat klinis utama dari osmolaritas meliputi evaluasi awal kemampuan konsentrasi ginjal (renal
concentrating ability), pemantauan penyakit ginjal, pemantauan fluida dan terapi elektrolit,
penetapan diagnosis diferensial hypernatremia dan hyponatremia, dan evaluasi sekresi ginjal dan
respons ginjal terhadap ADH.Evaluasi ini bisa jadi membutuhkan penentuan osmolaritas serum,
selain osmolaritas urine.
Harga-harga osmolaritas serum normal berkisar 275 hingga 300 mOsm.Harga normal untuk
osmolaritas urine sukar ditentukan, karena faktor-faktor seperti asupan cairan dan olahraga dapat
berpengaruh besar terhadap konsentrasi urine.Harga-harga bisa berkisar 50 hingga 1400 mOsm.
Penentuan rasio osmolaritas urine terhadap osmolaritas serum dapat memberikan (hasil) evaluasi
yang lebih akurat.Dibwah kondisi-kondisi acak normal, rasio osmolaritas urine terhadap
osmolaritas serum harus sekurang-kurangnya 1:1; setelah adanya asupna fluida terkendali, rasio
ini harus mencapai 3:1.
Rsio osmolaritas urine terhadap osmolaritas serum, dalam kaitannya dengan prosedur seperti
asupan fluida terkendali dan injeksi ADH, dipakai untuk membedakan apakah diabetes insipidus
disebabkan menurunnya produksi ADH atau ketidakmampuan renal tubule merespons
ADH.Kegagalan mencaapi rasio 3:1 setelah injeksi ADH mengindikasikan bahwa saluran
penampung tidak memiliki reseptor ADH fungsional.Sebaliknya, jika konsentrasi terjadi setelah
injeksi ADH, maka itu pertanda tidak mampu memproduksi ADH yang memadai. Test untuk
mengukur secara langsung konsentrasi ADH dalam plasma dan urine tersedia untuk kasus-kasus
yang sukar didiagnosis.

Clearance Air Bebas


Rasio osmolaritas urine terhadap osmolaritas serum masih dapat diperluas dengan melakukan
analisis yang menggunakan deprivasi (puasa) air dan bahan uji urine yang diatur waktunya dan
dengan menghitung free water clearance (clearance air bebas). Clearance ini ditentukan dengan
menghitung terlebih dahulu osmolar clearance dengan menggunakan rumus clearance standar:

Cosm = (Uosm x V)/Posm

dan kemudian mengurangkan harga clearance osmolar dari volume urine dalam ml/menit.

Contoh
Dengan menggunakan osmolaritas urine 600 mOsm (U), volume urine 2 ml/menit
(V), dan osmolaritas plasma 300 mOsm (P), hitunglah clearance air bebas:

C = (600(U) x 2 (V)/300(P) = 4,0 ml/menit

CH2O = 2(V) – 4,0(Cosm) = -2,0 (clearance air bebas).


Perhitungan di atas menunjukkan suatu clearance air bebas sebesar -2,0, yang mengindiksikan
bahwa kurang daripada jumlah air yang diperlukan sedang dilepaskanAir yang dilepas lebih sedikit
daripada yang seharusnya dilepaskan), maka mungkin terjadi dehidrasi. Jika harganya sama
dengan 0, maka konsentrasi maupun pengenceran tidak akan terjadi; jika +2, berarti terlalu
banyak air yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perhitungan clearance air bebas dipakai untuk
menentukan kemampuan ginjal merespons keadaan hidrasi tubuh.

Sekresi Tubular dan Uji Aliran Darah dalam GInjal


Untuk mengukur sekresi tubular substansi yang tidak tersaring dan aliran darah dalam ginjal erat
kaitannya dengan satu sama lain dalam arti bahwa total aliran darah ginjal lewat nephron harus
diukur dengan suatu substansi yang dikeluarkan, bukan substansi yang disaring lewat glomerulus.
Kemampuan sekretorik tubular yang buruk atau kehadiran substansi yang tidak baik dalam kapiler
akibat berkurangnya aliran darah dalam ginjal bisa menimbulkan akibat yang tidak normal. Oleh
karena itu, suatu pemahaman tentang prinsip dan keterbatasan test dan korelasinya dengan data
klinis lain penting dalam interpretasi test.
Test yang paling sering diasosiasikan dengan sekresi tubular dan aliran darah ginjal adalah p-
aminohippuric acid (PAH) test. Secara historis, ekskresi phenolsulfonphthalein pewarna (PSP)
dipakai mengevaluasi fungsi ini.Akan tetapi, standardisasi dan interpretasi hasil PSP sulit, lantaran
adanya interferensi obat-obatan dan meningkatnya produk limbah dalam serum pasien dan
perlunya mendapatkan beberapa bahan uji urine yang waktunya diatur secara sangat akurat.Oleh
karena itu, test PSP dewasa ini tidak dipakai lagi.

Uji PAH
Untuk mengukur jumlah pasti darah yang mengalir melalui ginjal, perlu dipakai suatu zat
(substansi) yang dapat dibersihkan seluruhnya dari darah (plasma) setiap kali zat itu bersentuhan
dengan jaringan ginjal fungsional. Prinsipnya sama dengan clearance test untuk filtrasi glomerular.
Akan tetapi, untuk memastikan pengukuran aliran darah melalui sleurh nephron, substansi itu
harus dibersihkan dari darah terutama dalam kapiler peritubular, bukan dipisahkan (dibersihkan)
ketika darah mencapai glomerulus.
Walaupun memiliki kelemahan karena bersifat eksogen, PAH kimiawi memenuhi kriteria yang
dibutuhkan untuk mengukur aliran darah ginjal. Substansi yang tidak beracun ini terikat dengan
longgar kepada protein plasma, sehingga substansi ini dapat dibersihkan secara total ketika darah
mengalir melalui kapiler peritubular. Kecuali untuk sejumlah kecil PAH yang terkandung dalam
plasma yang tidak bersentuhan dengan jaringan ginjal fungsional, semua PAH plasma dilepaskan
oleh proximal convoluted tubules. Oleh karena itu, volume plasma yang mengalir melalui ginjal
menentukan jumlah PAH yang dilepaskan kedalam urine. Rumus clearance standar

CPAH (ml/menit) = U(mg/dL PAH) x V (ml/menit urine)/P(mg/dL PAH)


dapat dipakai untuk menghitung aliran plasma ginjal yang efektif. Berdasarkan angka bacaan
hematokrit normal, hara-harga normal untuk aliran plasma ginjal yang efektif berkisar 600 hingga
700 ml/menit, sehingga aliran darah ginjal rata-rata adalah kira-kira 1200 ml/menit. Alat
pengukuran aktual adalah aliran plasma dalam ginjal, bukan aliran darah dalam ginjal, karena PAH
didapat hanya dalam porsi plasma darah.Istilah ‘efektif’ juga dipakai karena kira-kira 8% aliran
darah ginjal tidak bersentuhan dengan jaringan ginjal fungsional.
Jumlah PAH yang diinfus harus dipantau dengan cermat untuk memastikan hasil yang akurat; oleh
karena itu, pengujian biasanya dilakukan oleh laboratorium khusus ginjal.Prosedur kedokteran
nuklir yang menggunakan radioactive hippurate dapat menentukan aliran darah ginjal dengan
mengukur kehilangan plasma dalam suatu injeksi radioaktif tunggal dan, dalam waktu yang
bersamaan, memberikan visualisasi darah yang mengalir lewat ginjal.

Keasaman yang Dapat Dititrasi dan Ammonia Uriner


Kemampuan ginjal memproduksi urine asam bergantung pada sekresi tubular ion-ion hidrogen
dan produksi dan sekresi ammonia oleh sel-sel convoluted tubule. Manusia normal mengeluarkan
rata-rata 70 mEq/hari asam dalam bentuk asam yang dapat dititrasi (H+), ion-ion hidrogen fosfat
(H2PO4-), atau ion ammonium (NH4+). Pada manusia normal, suatu variasi diurnal dalam keasaman
urine yang terdiri atas alkaline tide muncul segera setelah pukul 2.00 sore dan pukul 8.00
malam.pH terendah terjadi pada malam hari.
Ketidakmampuan memproduksi urine asam ditengah kehadiran asidosis metabolik (metabolic
acidosis) disebut renal tubular acidosis. Kondisi ini bisa timbul akibat sekresi tubular ion-ion
hidrogen yang terganggu yang berkaitan dengan proximal convoluted tubules atau cacat dalam
sekresi ammonia yang berkaitan dengan distal convoluted tubule.
Pengukuran pH urine, keasaman yang dapat dititrasi (titratable acidity), dan ammonia uriner
dapat digunakan untuk menentukan fungsi yang cacat. Test ini dapat dilakukan secara simultan
pada bahan uji urine segar atau urine yang diawetkan dengan toluene yang dikumpulkan pada
interval 2 jam dari pasien yang diberi suatu asam yang terdiri atas amonium klorida oral. Dengan
mentitrasi jumlah H+ bebas dan kemudian keasaman total bahan uji, konsentrasi amonium dapat
dihitung, yakni sama dengan selisih antara keasaman yang dapat dititrasi dan keasaman total.
Bab 3

Pengantar Urinalisis

TUJUAN PEMBELAJARAN

Selesai membaca bab ini, pembaca akan dapat:

1. Menyebut tiga senyawa organik dan tiga senyawa anorganik utama

pembentuk urine.

2. Menerangkan suatu metoda untuk menentukan apakah suatu fluida yang

dipertanyakan adalah urine.

3. Mengetahui volume normal dan volume abnormal urine per hari.

4. Mendeskripsikan ciri-ciri kantong bahan uji urine yang

direkomendasikan.

5. Mendeskripsikan metodologi yang benar untuk pelabelan bahan uji urine.

6. Menyatakan empat alasan yang mungkin mengapa suatu laboratorium

menolak suau bahan uji urine.


7. Menyebut 10 perubahan yang bisa terjadi dalam suatu bahan uji urine

yang tetap berada paa suhu kamar selama lebih daripada 2 jam.

8. Mendiskusikan aksi bakteri terhadap bahan uji urine yang tidak

diawetkan.

9. Mendiskusikan dengan ringkas lima metoda pengawetan bahan uji urine,

termasuk kelebihan dan kekurangannya.

10. Menginstruksikan seorang pasien dalam prosedur yang benar untuk

pengumpulan (penampungan) bahan uji urine yang tepat waktu dan

bahan uji midstream clean-catch.

11. Mendeskripsikan tipe bahan uji yang dibutuhkan untuk hasil optimal

bila suatu prosedur urinalisis yang spesifik diharuskan.

Sejarah dan Peran Pentingnya

Analisis urine sesungguhnya adalah awal pengobatan laboratorik. Acuan

terhadap kajian urine dapat ditemukan dalam gambar manusia gua dan

dalam tulisan hieroglif Mesir, seperti Kertas Bedah (Surgical Papyrus)

Edwin Smith. Gambar para tabib kuno umumnya memperlihatkan mereka

yang sedang memeriksa suau tabung berbentuk kantong yang berisi urine

(Gambar 3-1). Para tabib ini sering tidak bertemu dengan pasien, mereka

hanya menerima urine pasiennya. Walaupun para tabib ini tidak memiliki

mekanisme pengujian yang canggih seperti yang ada dewasa ini, namun

mereka mampu memperoleh informasi diagnostik dari observasi mendasar


seperti itu, seperti informasi warna, kekeruhan, aroma (odor), volume,

viskositas atau kekentalan, dan bahkan rasa manis (dengan mengamati

bahwa bahan uji urine tertentu dikerumuni semut). Ciri-ciri urine seperti

inilah yang masih dilaporkan personil laboratorium hingga saat ini. Akan

tetapi, urinalisis modern telah berkembang melampaui pemeriksaan urine

secara fisik hingga mencakup analisis kimia dan pemeriksaan sedimen

urine dengan mikroskop.

Gambar 3-1 Dokter atau tabib memeriksa labu urine. (Ijin dari National

Library of Medicine)
Banyak nama tenar dalam sejarah kedokteran dikaitkan dengan

kajian urine, yang meliputi Hippocrates, yang pada abad ke-5 SM menulis

sebuah buku tentang “uroskopi”. Selama Abad Pertengahan, para dokter

atau tabib memusatkan upaya dan perhatian mereka pada seni uroskopi,

yang menerima instruksi (pengajaran) dalam pemeriksaan urine sebagai

bagian dari pendidikan dan pelatihan mereka (Gambar 3-2). Pada tahun

1140 Masehi, telah dikembangkan bagan warna yang mendeskripsikan

signifikansi 20 warna yang berbeda (Gambar 3-3). Pengujian kimiwi

berkembang dari “pengujian dengan semut” dan “pengujian rasa” untuk

glukosa menuju penemuan albuminuria oleh Frederik Dekker pada tahun

1694 dengan mendidihkan urine.

Kredibilitas urinalisis menjadi kompromistis ketika dukukn klenik

atau tabib palsu yang tanpa pengetahuan medis bmulai menyodorkan

ramalan mereka kepada khalayak umum untuk mendapatkan

keuntungan. Para tabib palsu ini, yang dijuluki ‘nabi pisse’, menjadi

pokok bahasan sebuah buku yang diterbitkan Thomas Bryant pada tahun

1627. Isi buku ini mengilhami pengesahan dan pemberlakuan undang-

undang ijazah medis pertama di Inggris – yang adalah salah satu

kontribusi urinalisis terhadap bidang kedokteran.

Penemuan mikroskop pada abad ke-17 mengawali pemeriksaan

sedimen urine dan pengembangan (oleh Thomas Addis) metoda-metoda


penentuan kuantitas sedimen mikroskopis. Richard Bright

memperkenalkan konsep urinalisis sebagai bagian dari pemeriksaan

pasien secara turin oleh seorang dokter pada tahun 1827. Akan tetapi,

pada tahun 1930-an, jumlah dan kompleksitas test yang dilakukan dalam

suatu urinalisis telah mencapai titik impraktikalitas, dan urinalisis mulai

menghilang dari pemeriksaan rutin. Untungnya, pengembangan teknik-

teknik pengujian modern telah menyelamatkan urinalisis rutin, yang

hinga kini tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pemeriksaan

pasien.

Dua ciri unik bahan uji urine menjelaskan mengapa urinalisis rutin

tetap populer:

1. Urine mudah diperoleh dan mudah dikumpulkan.

2. urine mengandung informasi, yang bisa didapat dengan uji laboratorium

yang murah, tentang banyak fungsi metabolik utama tubuh.


Gambar 3-2. Instruksi dalam pemeriksaan urine (dengan ijin, National

Library of Medicine)

Karakteristik-karakteristik ini cocok dengan trend dewasa ini

menuju kedokteran preventif dan biaya pengobatan yang lebih ringan.

Dalam kenyataannya, Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI,

dulu NCCLS) mendefinisikan sebagai “pengujian urine dengan prosedur

yang lazim dilakukan dengan suatu cara yang cepat-tepat, handal, akurat,

aman, dan hemat biaya. Alasan-alasan untuk melakukan urinalisis yang

diidentifikasi CLSI adalah, memudahkan dalam diagnosis penyakit,

melakukan screening terhadap populasi asimptomatik untuk gangguan


yang tidak terdeteksi, dan pemantauan kemajuan penyakit dan efektivitas

terapi.

Gambar 3-3. Suatu bagan untuk analisis urine (ijin, National Library of

Medicine)

Pembentukan Urine

Seperti yang dirinci dalam Bab 2, ginjal terus menghasilkan urine sebagai

salah satu ultrafiltrat plasma. Reabsorpsi air dan zat-zat yang disaring

yang esensil bagi fungsi tubuh mengkonversikan sekitar 170.000 ml

plasma yang disaring kedalam bentuk output urine sebanyak rata-rata

1200 ml per hari.


Komposisi Urine

Pada umumnya, urine terdiri atas urea dan senyawa kimia organik dan

anorganik lain yang larut dalam air. Dalam keadaan normal, urine terdiri

atas 95% air dan 5 bahan terlarut, walaupun ada banyak sekali variasi

dalam konsentrasi zar terlarut ini lantaran adanya pengaruh berbagai

faktor seperti asupan makanan, aktivitas fisik, metabolisme tubuh, fungsi

endokrin, dan bahkan posisi tubuh. Urea, yang merupakan produk

limbah yang dihasilkan dalam liver dari pemecahan atau pembelahan

protein dan asam amino, merupakan hampir separuh dari zat padat yang

larut dalam urine. zat organik yang lain meliputi terutama creatinine dan

asam urat (uric acid). Bahan anorganik lain yang terurai dalam urine

adalah klorida, yang diikuti dengan natrium dan kalium. Banyak senyawa

anorganik tambahan dalam jumlah yang amat kecil juga terdapat dalam

urine (Tabel 3-1). Asupan makanan sangat mempengaruhi konsentrasi

senyawa-senyawa anorganik ini, sehingga sukar menentukan kandungan

normal. Zat-zat lain yang ditemukan dalam urine meliputi hormon,

vitamin, dan obat-obatan. Walaupun bukan merupakan bagian dari filtrat

plasma asli, urine juga mengandung elemen-elemen bentukan, seperti sel,

cast, kristal, mucus, dan bakteri. Meningkatnya jumlah elemen bentukan

ini sering menjadi indikasi penyakit.


Apabila dianggap perlu menentukan apakah suatu cairan adalah

urine, maka bahan uji dapat diuji untuk mengetahui kandungan urea dan

creatinine-nya. Oleh karena kedua zat ini hadir dalam konsentrasi yang

jauh lebih tinggi dalam urine ketimbang dalam cairan tubuh yang lain,

maka kandungan urea dan creatinine yang tinggi dan mengidentifikasi

suatu fluida sebagai urine.

Volume Urine

Volume urine bergantung pada jumlah air yang dikeluarkan ginjal. Air

adalah bahan utama pembentuk tubuh; oleh karena itu, jumlah air yang

dilepaskan biasanya ditentukan oleh keadaan hidrasi tubuh. Faktor-faktor

yang mempengaruhi volume urine meliputi asupan cairan, kehilangan

cairan dari sumber-sumber non-ginjal, variasi dalam sekresi hormon

antidiuretik, dan perlunya melepaskan zat padat yang terurai (larut)

dalam jumlah yang lebih besar, seperti glukosa atau garam. Dengan

mempertimbangkan faktor-faktor ini, walaupun output urine normal per

hari biasanya berkisar 1200 sampai 1500 ml, namun kisaran 600 sampai

2000 mL masih dianggap normal.

Oliguria, yakni penurunan output urine, yang kurang daripada 1

ml/kg/jam pada bayi, kurang daripada 0,5 ml/kg/jam pada anak-anak,

dan kurang daripada 400 ml/hari pada orang dewasa, lazim terjadi ketika

tubuh memasuki suatu keadaan dehidrasi akibat terlalu banyak


kehilangan cairan akibat muntah-muntah, diare, keringat berlebihan,

atau terbakar. Oliguria yang menimbulkan anuria, yakni berhentinya

aliran urine, bisa timbul akibat kerusakan serius ginjal atau akibat

penurunan aliran darah ke ginjal. Ginjal melepaskan dua atau tiga kali

lebih banyak urine selama siang jika dibandingkan dengan selama malam

hari. Kenaikan sekresi urine pada malam hari disebut nocturnia. Polyuria,

yakni suatu kenaikan volume urine per hari (lebih besar daripada 2,5

l/hari pada orang dewasa atau 2,5 – 3 ml/kg/hari pada anak-anak),

sering dikaitkan dengan diabetes meliitus dan diabetes insipidus; akan

tetapi, hal itu bisa juga secara artifisial dipicu oleh diuretika, kafein, atau

alkohol, yang semuanya menghambat sekresi hormon ntidiuretiks.

Diabetes mellitus dan diabetes insipidus menghasilkan polyuria

karena berbagai sebab, dan analisis urine merupakan langkah penting

dalam diagnosis diferensial (Gambar 3-4). Diabetes mellitus disebabkan

suatu cacat dalam produksi insulin oleh pankreas atau dalam fungsi

insulin, yang menyebabkan naiknya konsentrasi glukosa dalam tubuh.

Ginjal tidak menyerap kembali glukosa yang berlebih, yang

mengharuskan pengeluaran air dalam jumlah yang meningkt guna

mengeluarkan glukosa yang larut itu dari tubuh. Walaupun tampak encer,

bahan uji urine dari seorang penderita diabetes mellitus memiliki berat

jenis yang tinggi lantaran tingginya kadar glukosa.


Diabetes insipidus timbul akibat penurunan produksi atau fungsi

hormon antidiuretik; jadi, air yang dibutuhkan untuk hidrasi tubuh yang

bagus tidak diserap kembali dari filtrat plasma. Dalam kondisi ini, urine

benar-benar encer (dilute) dan memiliki berat jenis yang rendah.

Kehilangan cairan dalam kedua penyakit ini dikompensasi dengan

meningkatnya asupan air (polydipsia), sehingga menghasilkan volume

urine yang lebih besar pula. Polyuria yang disertai dengan asupan air

yang meningkat seringkali merupakan gejala awal kedua penyakit ini.

Pengumpulan Bahan Uji

Seperti yang dibahas pada Bab 1, urine merupakan substansi yang

berbahaya yang menuntut kepatuhan terhadap Peringatan Standar.

Sarung tangan harus dikenakan setiap saat ketika menyentuh bahan uji

ini. Bahan uji harus ditampung didalam wadah yang anti-bocor, kering,

bersih. Wadah sekali pakai (langsung dibuang habis dipakai)

direkomendasikan karena hal itu mengeliminir peluang kontaminasi

akibat pencucian yang tidak benar. Wadah sekali pakai ini tersedia dalam

berbagai bentuk dan ukuran, yang meliputi kantong dengan perekat

untuk menampung bahan uji pediatrik dan wadah besar untuk bahan uji

24 jam.

Tabel 3-1. Komposisi Urine yang Terkumpul selama 24 Jam


Komponen Jumlah Keterangan

Organik

Urea 25,0 – 35,0 g 60-90% bahan nitrogen;

berasal dari metabolisme asam

amino menjadi ammonia.

Creatinine 1,5 g Berasal dari creatine, zat yang

mengandung nitrogen dalam

jaringan otot.

Asam urat 0,4 – 1,0 g Komponen umum batu ginjal,

berasal dari katabolisme asam

inti dalam makanan dan

kerusakan sel.

Asam hippurat 0,7 g Asam benzoat hilang dari

tubuh dalam bentuk ini;

meningkat dengan diet yang

Zat lain 2,9 g kaya sayuran.

Karbohidrat, pigmen, asam

lemak, mucin, enzim, hormon,

bisa hadir dalam jumlah kecil,

yang bergantung pada diet dan


kesehatan.

Anorganik

NaCl 15,0 g Garam pokok; brvariasi sesuai

asupan.

Kalium (K+) 3,3 g Muncul sebagai klorida, sulfat,

dan garam fosfat.

Sulfat (SO42-) 2,5 g Berasal dari asam amino.

Fosfat (PO43-) 2,5 g Muncul terutama sebagai

senyawa natrium yang

berfungsi sebagai penyangga

dalam darah.

Ammonium 0,7 g Berasal dari metabolisme

protein anglutamine dalam

ginjal; jumlahnya bervariasi

bergantung pada keasaman

darah dan keasaman cairan

jaringan.

Magnesium 0,1 g Muncul sebagai garam klorida,

garam sulfat, garam fosfat.

Kalsium (Ca2+) 0,3 g Muncul sebagai garam klorida,


garam sulfat, dan garam fosfat

Wadah untuk urinalisis rutin harus memiliki mulut yang lebar

untuk memfasilitasi pengumpulan cairan dari pasien wanita dan suatu

dasar yang rata dan lebar agar tidak mudah terbalik. Wadah ini harus

terbuat dari bahan yang terang untuk memudahkan penentuan warna

dan kebeningan. Kapasitas yang direkomendasikan untuk wadah sama

dengan 50 ml, yang memungkinkan 12 ml bahan uji yang diperlukan

untuk analisis mikroskopis, bahan uji tambahan untuk analisis berulang,

dan cukup ruang untuk bahan uji yang hendak dicampur dengan

mengocok wadah.

Wadah steril berkemasan tunggal dengan tutup yang aman harus

digunakan untuk kajian urine mikrobiologis. Wadah yang steril juga

dianjurkan jika selang waktu antara pengumpulan bahan uji dan analisis

bahan uji tersebut lebih lama daripada 2 jam.

Semua bahan uji harus diberi label yang benar sesuai dengan nama

dan nomor identifikasi pasien, tanggal dan waktu pengumpulan, dan

informasi tambahan seperti usia dan lokasi pasien dan nama dokter,

seperti yang diharuskan protokol institusional. Label harus ditempelkan

pada wadah, bukan pada tutupnya, dan tidak boleh lepas jika wadah itu

didinginkan atau dibekukan


.

Gambar 3-4Diferensiasi antara diabetes mellitus dan diabetes insipidus

Suatu formulir permintaan (manual atau terkomputerisasi) harus

menyertai bahan uji yang dikirimkan ke laboratorium. Informasi pada

formulir ini harus sesuai dengan informasi pada label bahan uji. Informasi

tambahan pada formulir bisa mencakup metoda pengumpulan atau tipe

bahan uji, obat-obatan yang mungkin berlawanan, dan informasi klinis

pasien. Waktu ketika bahan uji diterima di laboratorium harus dicatat

pada formulir ini.

Bahan uji yang labelnya tidak benar dan dikumpulkan dengan cara

yang tidak benar harus ditolak oleh laboratorium, dan personil yang
bertanggung jawab harus diberitahu untuk mengumpulkan bahan uji

yang baru. Situasi yang tidak dapat diterima meliputi wadah yang tidak

diberi label, ketidaksesuaian informasi dalam label dan informasi dalam

formulis permintaan, bahan uji terkontimasi oleh feces atau kertas toilet,

wadah dengan bagian luar yang terkontaminasi, bahan uji dengan

kuantitas yang tidak cukup, dan bahan uji yang diangkut dengan cara

yang tidak benar. Laboratorium harus memiliki kebijakan tertulis yang

merinci syarat penolakan bahan uji (Lihat Bab 7).

Gambar 3-4. Perbedaan antara diabetes mellitus dan diabetes insipidus.

Penanganan Bahan Uji

Fakta bahwa suatu bahan uji urine sangat mudah didapat dan ditampung

sering berbuah kecerobohan dalam penanganan bahan uji setelah

dikumpulkan. Perubahan komposisi urine terjadi bukan hanya in vivo

melainkan juga in vitro, sehingga memerlukan prosedur penanganan yang

tepat.

Integritas Bahan Uji

Setelah pengumpulan selesai, bahan uji harus segera dikirimkan ke

laboratorium dan diuji dalam waktu dua jam. Suatu bahan uji yang tidak

dapat dikirimkan dan diuji dalam waktu dua jam harus didinginkan atau

diberi bahan pengawet kimia tertentu. Tabel 3-2 memperlihatkan 11


perubahan paling signifikan yang bisa terjadi dalam suatu bahan uji yang

dibolehkan tanpa pengawetan paa suhu kamar untuk waktu lebih

daripada 2 jam. Ingat, hampir semua perubahan berkaitan dengan

kehadiran dan pertumbuhan bakteri.

Variasi ini dibahas lagi dibawah prosedur pengujian individual.

Disini, perlu disadari bahwa pengawetan yang tidak baik dapat memberi

pengaruh yang serius terhadap hasil suatu urinalisis rutin.

Tabel 3-2 Perubahan dalam Urine yang Tidak Diawetkan

Bahan Perubahan Sebab


analisis
Warna Berubah/makin Oksidasi atau reduksi metabolit
gelap
Kebeningan Menurun Pembiakan bakteri dan
pengendapan bahan amorf.
Bau Meningkat Pembiakan bakteri atau
penguraian urea menjadi
ammonia.
pH Meningkat Penguraian urea menjadi ammonia
oleh bakteri penghasil
urease/kehilangan CO2.
Glukosa Menurun Glikolisis dan penggunaan oleh
bakteri.
Ketone Menurun Volatilisasi dan metabolisme
bakteri.
Bilirubin Menurun Terpapar terhadap cahaya/
oksidasi cahaya menjadi biliverdin.
Oksidasi menjadi urobilin.
Urobilinogen Menurun Pembiakan bakteri pereduksi
Nitrit Meningkat nitrat.
Disintegrasi dalam urine alkaline
Sel darah Menurun encer.
merah dan
putih dan
cast Pembiakan
Bakteri Meningkat

Pengawetan Bahan Uji

Metoda pengawetan yang paling rutin dipakai adalah pendinginan paa

suhu 20C hingga 80C, yang mengurangi perkembangbiakan bakteri dan

metabolisme bakteri. Jika hendak membuat kultur urine, maka urine ini

harus didinginkan selama transit dan tetap didinginkan sampai dibuat

kultur hingga 24 jam. Refrigerasi atau pendinginan dapat menaikkan

berat jenis, bila diukur dengan urinometer, dan pengendapan fosfat amorf

dan urate, yang bisa mengganggu analisis sedimen mikroskopis. Bahan

uji harus dikembalikan ke suhu kamar sebelum dilakukannya pengujian

kimia dengan reagent strips. Ini akan mengoreksi berat jenis dan

menguraikan urate amorf.


Bila suatu bahan uji harus diangkut pada jarak yang jauh dan

pendinginan tidak mungkin, pengawet kimia dapat ditambahkan. Tabung

transpor yang tersedia secara komersil dapat dipergunakan. Pengawet

ideal haruslah bersifat bakterisidal, menghambat urease, dan

mengawetkan elemen-elemen bentuk yang ada dalam sedimen. Dalm

waktu yang sama, pengawet tidak boleh berinterferensi dengan uji kimia.

ayangnya, seperti yang dapat dilihat paa Tabel 3-3, pengawet ideal tidak

ada; oleh karena itu, suatu pengawet yang paling memenuhi kebutuhan

analisis yang diminta harus dipilih.

Tabel 3-3. Pengawet Urine

Pengawet Kelebihan Kekurangan Informasi

Tambahan

Refrigerasi Tidak Menaikkan Mencegah

berinterferensi berat jenis erbiakan

dengan uji kimia dengan bakteri 24 jam.

hidrometer.

Mengendapkan

fosfat amorf

dan urate.
Thymol Mengawetkan Berlawanan

glukosa dan dengan uji

sedimen pengendapan

asam untuk

protein.

Asam Borat Mengawetkan Bisa Menjaga pH

protein dan mengendapkan stabil pada 6,0.

elemen kristal bila Bersifat

bentukan. dipakai dalam bakterisida

jumlah besar. pada 18 g/L;


Tidak
dapat dipakai
berlawanan
untuk transpor
dengan analisis
kultur.
rutin selain pH
Berlawanan

dengan analisis

obat dan

hormon

Formalin Pengawet Bertindak Mencuci wadah

(formaldehida) sedimen yang sebagai bahan uji

amat bagus. pereduksi, dengan

berlawanan formalin untuk


dengan uji mengawetkan

kimia untuk sel dan

glukosa, bungkus.

darah, esterase

leukosit, dan

reduksi

tembaga.

Toluene Tidak Mengambang

menghambat test di permukaan

rutin. dan menempel

pada pipet dan

bahan uji.

Natrium Mencegah Menghambat Bisa

fluorida glikolisis. uji reagent menggunakan

strip untuk natrium


Pengawet yang
glukosa, benzoat sebagai
bagus untuk
darah, dan pengganti
analisis obat.
leukosit. fluorida untuk

pengujian

reagent strip.

Phenol Tidak Menyebabkan Pakai 1 tetes


berinterferensi perubahan per ons bahan

dengan uji rutin aroma. uji.

Tablet Mudah ketika Bisa Mengecek

pengawet refrigerasi tak mengandung komposisi

komersil. mungkin. satu atau lebih tablet untuk

Punya pengawet, menentukan

konsentrasi termasuk efek yang

terkontrol untuk natrium mungkin

meminimalkan fluorida terhadap test

interferensi. yang

diinginkan.

Kit Punya mangkuk

penampung penampung,

urine (Becton, tabung pengawet

Dickinson, C&S atau tabung

Rutherford, UA

NJ)

Tabung Gray Sampel stabil Menurunkan Pengawet

C&S pada suhu pH; jangan adalah asam

kamar selama 24 pakai jika borat dan tidak

jam, urine dibawah boleh dipakai


mengawetkan garis fill untuk UA.

bakteri minimum.

Tabung plain Dipakai pada Harus Dasar yang

UA kuning instrumen didinginkan bundar atau

otomatis. dalam 2 jam. menyudut.

Tabung Stabil selama 72 Bilirubin dan Pengawet

merah jam pada suhu urobilinogen adalah narium

ceri/puncak kamar; bisa berkurang propionate;

kuning kompatibel jika bahan uji dasar

dengan terpapar menyudut.

instrumen. terhadap

cahaay

matahari dan

berada pada

suhu kamar.

Saccomanno Mengawetkan Dipakaiutk

Fixative elemen seluler. kajian sitologi.


Tipe Bahan Uji

Untuk mendapatkan bahan uji yang representatif bagi keadaan metabolik

pasien, sering dibutuhkan peraturan tentang aspek-aspek tertentu

pengumpulan bahan uji. Kondisi-kondisi khusus ini bisa meliputi waktu,

lama, dan metoda pengumpulan dan asupan makanan dan obat oleh

pasien. Pasien perlu diperintahkan mematuhi prosedur pengumpulan

khusus. Bahan uji yang sering dijumpai tercantum dalam Tabel 3-4.

Bahan Uji Acak

Inilah bahan uji yang paling lazim diterima karena pengumpulannya yang

mudah dan biasa bagi pasien. Bahan uji acak bisa dikumpulkan setiap

saat, tetapi waktu aktual pengosongan harus dicatat padawadah. Bahan

uji acak bermanfaat untuk uji screening turin untuk mendeteksi

abnormalitas. Akan tetapi, itu juga bisa menunjukkan hasil yang keliru

yang diperoleh dari asupan makanan atau aktivitas fisik yang baru

dilakukan menjelang pengumpulan. Pasien kemudian diminta

mengumpulkan bahan uji tambahan dibawah kondisi-kondisi terkendali

tertentu.

Bahan Uji Pagi Pertama


Walaupun menghendaki pasien melakukan perjalanan tambahan ke

laboratorium, ini tetap merupakan bahan uji screening yang ideal. Ini juga

esensil untuk pencegahan test kehamilan negatif-palsu dan untuk

mengevaluasi proteinuria ortostatis. Bahan uji pagi pertama, atau bahan

uji 8 jam, merupakan bahan uji yang terkonsentrasi, sehingga menjamin

deteksi bahan kimia dan elemen bentukan yang mungkin tidak terdapat

dalam suatu bahan uji acak encer. Pasien harus diperintahkan

mengumpulkan bahan uji segera saat naik dan mengirimkannya ke

laboratorium dalam waktu dua jam.

Bahan Uji Puasa (Pagi Kedua)

Bahan uji puasa berbeda dari bahan uji pagi pertama karena merupakan

bahan uji yang dikosongkan kedua stelah suatu periode berpuasa. Bahan

uji ini tidak akan mengandung metabolit yang berasal dari makanan yang

dicerna sebelum dimulainya periode berpuasa. Ini direkomendasikan

untuk pemantauan glukosa.

Tabel 3-4. Tipe Bahan Uji Urine


Jenis Bahan uji Maksud

Acak Screening rutin

Pagi pertama Screening rutin

Test Kehamilan

Protein ortostatis

Puasa (pagi kedua) Screening/pemantauan

diabetes.

2 jam postprandial Pemantauan diabetes

Uji toleransi glukosa Opsional dengan sampel

darah dalam uji clearance

glukosa

24 jam (timed) Uji kimia kuantitatif

Kateterisasi Kultur bakteri

Midstream clean-catch Screening rutin

Kultur bakteri

Aspirasi suprapubik Urine kantong kemih untuk


kultur bakteri.

Sitologi

Pengumpulan tiga gelas Infeksi prostatik.

Bahan Uji Postprandial 2 Jam

Pasien diperintahkan untuk buang air kecil segera sebelum

mengkonsumsi makanan rutin dan mengumpulkan suatu bahan uji dua

jam sesudah makan. Bahan uji ini diuji untuk mengetahui kandungan

glukosa, dan hasilnya dipakai terutama untuk memantau terapi insulin

pada penderita diabetes mellitus. Evaluasi yang lebih komprehensif status

pasien bisa diperoleh jika hasil bahan uji postpandial 2 jam

diperbandingkan dengan hasil suatu bahan uji puasa dan test glukosa

darah yang bersamaan.

Bahan Uji Toleransi Glukosa

Bahan uji toleransi glukosa terkadang dikumpulkan untuk

dikorespondensikan dengan sampel darah yang diambil selama

berlangsungnya uji toleransi glukosa (glucose tolerance test, GTT). GTT

bisa meliputi bahan uji puasa, bahan uji setengah jam, 1 jam, 2 jam, dan

3 jam, dan mungkin pula bahan uji 4 jam, 5 jam, dan 6 jam. Urine diuji
untuk mengetahui glukosa dan ketone, dan hasilnya dilaporkan bersama

hasil test darah sebagai sarana yang memudahkan interpretasi

kemampuan pasien memetabolisir sejumlah tertentu glukosa dan

berkorelasi dengan ambang ginjal untuk glukosa. Pengumpulan bahan uji

ini adalah salah satu opsi institusional.

PROSEDUR

Prosedur Pengumpulan Bahan Uji 24 Jam

Beri perintah tertulis kepada pasien, dan terangkan prosedur

pengumpulan.

Siapkan wadah penampung dam bahan pengawet yang baik.

Hari 1: pukul 7.00 pagi: pasien buang air kecil dan

menampung semua bahan uji urine untuk 24 jam berikutnya.

Hari 2: pukul 7.00 pagi: pasien buang air kecil dan

menambahkan urine ini kedalam urine yang dikumpulkan

sebelumnya.

Setelah tiba di laboratorium, seluruh bahan uji 24 jam

dicampur sampai rata, dan volumenya diukur dan dicatat.

Suatu aliquot disimpan untuk pengujian dan pengujian

tambahan: buang urine yang masih tersisa.


Bahan Uji 24 jam (atau Timed)

Pengukuran jumlah pasti kimia urine sering diperlukan, bukan hanya

pelaporan kehadiran atau ketidakhadirannya, Suatu bahan uji yang waktu

pengambilannya diatur dengan ketat dipakai untuk memproduksi hasil

kuantitatif yang akurat. Banyak bahan terlarut memperlihatka variasi

diurnal seperti catecholamine, 17-hydroxysteroids, dan elektrolit dimana

konsentrasi terendah adalah pada pagi hari dan konsentrasi tertinggi

tercapai pada sore hari. Bila konsentrasi substansi yang hendak diukur

berubah seusia dengan variasi diurnal dan dengan aktivitas harian seperti

olahraga, makan, dan metabolise tubuh, maka perlukan dilakukan

pengumpulan 24 jam. Jika konsentrasi suatu substansi tetap konstan,

maka bahan uji bisa dikumpulkan dalam periode waktu yang lebih

pendek. Akan tetapi, kehatian-hatian dibutuhkan untuk membuat pasien

tetap terhidrasi selama periode pengumpulan yang singkat. Pasien harus

diberi instruksi tentang prosedur pengumpulan bahan uji dengan waktu

yang ditetapkan (timed specimen).

Untuk mendapatkan bahan uji dengan penetapan waktu yang

akurat, pasien harus memulai dan mengakhiri periode pengumpulan

dengan kandung kemih yang kosong. Konsentrasi suatu substansi dalam

suatu periode harus harus dihitung berdasarkan volume urine yang

dihasilkan selama periode tersebut. Penambahan urine yang terbentuk


sebelum awal periode pengumpulan atau kegagalan menyertakan urine

yang diproduksi pada akhir periode pengumpulan akan memberikan hasil

yang tidak akurat.

Pada saat tiba di laboratorium, suatu bahan uji 24 jam harus diaduk

sampai rata dan volumenya diukur secara akurat dan dicatat. Jika yang

diperlukan untuk pengujian hanya aliquot, maka jumlah yang disimpan

harus cukup untuk memungkinkan dilakukannya pengujian ulang atau

pengujian tambahan. Jika bahan uji disimpan dalam dua wadah, isi

kedua wadah ini harus digabungkan dan dicampur sampai rata sebelum

aliquoting dilakukan. Kita juga harus mempertimbangkan pengawetan

bahan uji yang terkumpul dalam periode waktu yang diperpanjang.

Semua bahan uji harus disimpan di lemari pendingin atau disimpan

dalam es selama periode pengumpulan dan juga bisa membutuhkan

penambahan pengawet kimiawi. Pengawet yang dipilih harus non-toksik

terhadap pasien dan tidak boleh “berinterferensi” (berbenturan) dengan

test yang hendak dilakukan. Informasi pengumpulan yang akurat harus

dimasukkan dalam prosedur pengujian (test procedures) dan harus dibaca

sebelum “mencetak” suatu wadah dan instruksi kepada pasien.

Bahan Uji yang Dikateterisasi

Bahan uji ini ditampung dibawah kondisi steril dengan menyisipkan suatu

tabung kateter melalui uretra kedalam kandung kemih. Test yang paling
sering diminta atas bahan uji yang dikateterisasi adalah kultur bakteri.

Jika suatu urinalisis rutin juga diminta, maka kultur harus diambil

terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi bahan uji.

Tipe bahan uji yang dikateterisasi yang agak jarang dijumpai

mengukur fungsi dalam masing-masing ginjal. Bahan uji dari ginjal kanan

dan ginjal kiri dikumpulkan secara terpisah dengan menyisipkan kateter

lewat uretra masing-masing ginjal.

Bahan Uji Clean-Catch Arus-Tengah Midstream

Sebagai alternatif bagi bahan uji yang dikateterisasi, bahan uji clean-catch

arus tengah merupakan metoda yang lebih aman dan kurang traumatis

untuk mendapatkan urine untuk kultur bakteri dan urinalisis rutin.

Alternatif ini menghasilkan suatu bahan uji yang kurang terkontaminasi

oleh sel-sel epithelium dan bakteri dan, dengan demikian, lebih

merepresentasikan urine aktual ketimbang bahan uji yang dikeluarkan

secara rutin. Pasien harus dibekali dengan bahan pencuci yang cocok,

sebuah wadah steril, dan instruksi untuk pembilasan dan pengosongan

(pengeluaran urine). Agen bakteral yang keras, seperti hexachlorophene

atau providone-iodine, tidak boleh dipakai sebagai bahan pembilas.

Towelette antiseptik ringan dianjurkan untuk dipakai disini. Pasien

diperintahkan untuk mencuci tangan sebelum memulai pengumpulan.

Pasien pria harus mencuci glans (zakar), yang dimulai pada uretra, dan
menarik kulit depannya, bila perlu. Pasien wanita harus memisahkan

labia dan mencuci urinary meatus dan daerah di sekelilingnya. Setelah

pembersihan tuntas, pasien harus langsung ke toilet untuk buang air

kecil, kemudian mengumpulkan urine dalam jumlah yang secukupnya

dalam wadah yang steril. Dituntut kehati-hatian untuk tidak

mengkontaminasi wadah bahan uji. Sama halnya dengan bahan uji yang

dikateterisasi, jika suatu urinalisis rutin diminta, maka kultur harus

dilakukan terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi bahan uji.

Aspirasi Suprapubik

Kadang-kaang urine bisa dikumpulkan dengan memasang suau jarum

melalui abdomen kedalam kandung kemih. Oleh karena kandung kemih

steril dalamkondisi normal, maka aspirasi suprapubik (suprapubic

aspration) merupakan sampel bagi kultur bakteri yang bebas sama sekali

dari kontaminasi dari luar. Bahan uji ini juga dapat dpergunakan untuk

pemeriksaan sitologik.

Bahan Uji Prostatitis

Serupa dengan pengumpulan clean-catch arus tengah (midstream clean-

catch collection), prosedur pengumpulan tiga gelas ditempuh untuk

menentukan infeksi prostatik. Alih-alih membuang urine pertama yang

lewat, urine ini justru ditampung dalam sebuah wadah steril yang lain.
Kemudian, bagian arus tengah ditampung dalam wadah steril yang lain

lain. Kemudian prostat dipijat supaya cairan prostat mengalir bersama

urine yang tersisa kedalam waah steril yang ketiga. Kultur kuantitatif

dilakukan pada semua bahan uji,dan bahan uji pertama dan bahan uji

ketiga diperiksa secara mikroskopis. Dalam infeksi prostatik, bahan uji

ketiga mengandung suatu daerah sel darah putih/ bilangan mendan

berdaya tinggi dan jumlah bakteri 10 kali lipat daripada yang terdapat

dalam bahan uji pertama. Makrophagus yang mengandung lemak juga

bisa terdapat disini. Bahan uji yang kedua dipakai sebagai pembanding

untuk infeksi kandung kemih dan infeksi ginjal. Jika positif, hasil dari

bahan uji ketiga menjadi tidak absah karena urine yang terinfeksi telah

mengkontaminasi bahan uji tersebut. Variasi prosedur meliputi metoda

lokalisasi empat gelas Stamey-Mears dan pre-massage test dan post-

massage test PPMT). Metoda empat gelas ini terdiri atas kultur bakteri dari

urine yang dikeluarkan mula-mula (VB1), urine arus tengah (VB2), sekresi

prostatik yang dieskpresikan (EPS), dan suatu bahan uji urine pijat

postprostatik (VB3). Infeksi atau peradangan uretra diuji dengan VB1, dan

VB2 diuji untuk mengecek infeksi kandung kemih. Sekresi prostatik

dikulturkan dan diperiksa sel-sel darah putihnya. Sel darah putih

sebanyak 10 – 20 sel per medan tegangan tinggi dianggap abnormal.

Dalam pengujian PPMT, suatu bahan uji urine clean-catch arus tengah
diambil. Sampel urine kedua dikumpulkan setelah prostat dipijat. Suatu

hasil positif adalah bakteriuria yang signifikan didalam bahan uji pasca-

pijat yang lebih besar daripada 10 kali hitungan pra-pijat.

Bahan Uji Pediatrik

Pengumpulan bahan uji pediatrik dapat menimbulkan tantangan.

Kantong plasik yang lunak dan terang dengan perekat kulit hipoalergenik

yang menempel pada daerah genital remaja laki-laki dan perempuan

sudah tersedia untuk pengumpulan bahan uji rutin. Bahan uji yang steril

bisa didapat dengan kateterisasi atau aspirasi suprapubik. Bahan uji

untuk kultur juga bisa diperoleh dengan menggunakan suatu prosedur

pembilasan clean-catch dan kantong penampung yang steril. Kita harus

berhati-hati untuk tidak menyentuh bagian dalam kantong itu pada saat

memasang atau menggunakannya. Untuk pengujian kuantitatif, telah

tersedia kantong yang memungkinkan suatu tabung dipasang dan urine

berlebih ditransfer ke wadah yang lebih besar.

Pengumpulan Bahan Uji Obat

Pengumpulan bahan uji urine merupakan bagian paling rentan dari suatu

program pengujian obat. Prosedur pengumpulan dan dokumentasi yang

benar diperlukan untuk memastikan bahwa hasilnya adalah individu

spesifik yang mengirimkan bahan uji tersebut. Chain of custody

(rangkaian penjagaan, COC) adalah proses yang menghasilkan


dokumentasi bagi identifikasi sampel yang benar dari saat pengumpulan

hingga penerimaan hasil laboratorium. COC merupakan formulir standar

yang harus mendokumentasikan dan menyertai setiap langkah pengujian

obat, mulai dari kolektor hingga kurir ke laboratorium ke medical review

officer dan akhirnya ke perusahaan (majikan).

PROSEDUR

Prosedur Pengumpulan Bahan Uji Obat Urine

1. Kolektor mencuci tangan dan memakai sarung tangan

2. Kolektor menambah pewarna ke wadah air toilet untuk

mencegah bahan uji yang tercampur.

3. Kolektor mengeliminir semua sumber air selain toilet dengan

mengatur toilet lid dan gagang faucet.

4. Donor menyediakan identifikasi foto atau identifikasi positif

dari perwakilan majina.

5. Kolektor menuntaskan langkah 1 dari formulir COC dan

donor menandatangani formulir itu.

6. Donor melepas jasnya, tas dan/atau dompetnya diluar daerah

pengumpulan untuk menghindari kemungkinan zat-zat

tersembunyi mengkontaminasi urine.


7. Donor mencuci tangannya dan menerima mangkuk bahan uji.

8. Kolektor tetap beraa di ruang istirahat namun diluar stall,

memperhatikan penggunaan air yang tidak diperbolehkan,

kecuali pengumpulan yang dihadiri saksi diminta.

9. Donor menyerahkan mangkuk bahan uji kepada kolektor.

Transfer didokumentasikan.

10. Kolektor mengecek urine untuk warna abnormal dan

jumlah yang dibutuhkan (3-45 ml).

11. Kolektot mengecek bahwa strip suhu pada amngkuk

bahan uji menunjuk angka 32.50 – 37.70C. Kolektor mencatat

suhu itu pada formulir COC (COC langkah 2). Jika suhu

bahan uji diluar kisaran itu atau jika bahan uji dicurigai

telah diencerkan atau tercampur dengan kontaminan, maka

bahan uji baru harus diambil dan nama supervisor harus

dicantumkan.

12. Bahan uji harus tetap dalam pengawasan donor dan

kolektor setiap saat.

13. Dengan pengawasan oleh donor, kolektor melepas strip

identifikasi bahan uji dari formulir COC (COC langkah 3) dan

menaruhnya pada botol berpenutup, yang menutup kedua

sisi mangkuk itu.


14. Donor membuka segel botol bahan uji.

15. Tanggal dan waktunya dituliskan pada segel.

16. Donor menyelesaikan atau mengisi langkah 4 pada

formulir COC.

17. Kolektor menuliskan langkah 5 pada formulir COC.

18. Setiap kali bahan uji pindah tangan, ditangani, atau

disimpan dalam storage, setiap individu harus diidentifikasi

dan tanggal serta maksud perubahan dicatat.

19. Kolektor mengikuti instruksi spesifik laboratorium tentang

pengemasan botol-botol bahan uji dan salinan/copy formulir

COC untuk laboratorium.

20. Kolektor mendistribusikan copy COC kepada personil yang

sesuai.

Agar bahan uji urine lolos dari penyelidikan legal, perlu dibuktikan

bahwa tidak ada pengrusakan atau kerusakan pernah terjadi paa bahan

uji tersebut, seperti penggantian, pengenceran, atau pembusukan. Semua

personil yang menangani bahan uji itu harus dicatat. Bahan uji harus

ditangani dengan hati-hati, dengan suatu jaminan bahwa tidak ada akses

tanpa ijin terhadap bahan uji tersebut. Identifikasi yang benar atas

individu yang informasinya diindikasikan pada label dibutuhkan. Baik


idntifikasi foto maupun identifikasi positif oleh perwakilan majikan

dengan ID foto bisa diterima.

Pengumpulan bahan uji urine bisa “disaksikan” atau “tidak

disaksikan”. Keputusan untuk mendapat hasil pengumpulan yang

disaksikan perlu dibuat apabila ada kecurigaan bahwa donor mungkin

sudah mengubah atau mengganti bahan uji atau adalah kebijakan klien

untuk memesan test. Jika kumpulan bahan uji yang disaksikan

diperintahkan, maka kolektor dengan gender yang sama akan mematuhi

pengumpulan 30 hingga 45 ml urine. Pengumpulan yang disaksikan dan

yang tidak disaksikan harus segera diserahkan kepada kolektor.

Suhu urine harus diukur dalam 4 menit sejak urine itu dikumpulkan

untuk mengkonfirmasikan bahwa bahan uji itu tidak tercampur. Suhu itu

harus berkisar antara 32,5 – 37,70C. Jika suhu bahan uji tidak beraa

dalam kisaran ini, maka suhu itu harus dicatat dan supervisor atau

produsen segera dihubungi. Suhu urine yang berda diluar kisaran yang

direkomendasikan bisa jadi mengindikasikan kontaminasi bahan uji.

Pengumpulan kembali bahan uji yang kedua perlu dilakukan sesegera

mungkin. Warna urine diperiksa untuk mengidentifikasi adanya tanda-

tanda kontaminan. Bahan uji diberi label, dikemas, dan diangkut dengan

mengikuti instruksi spesifik laboratorium.


Pertanyaan ::
1. Kandungan kimia
utama urine yang normal adalah:
Protein
A., natrium, dan air
B. Urea,
air, dan protein
C. Urea, klorida, dan
air
D. Urea, bilirubin, dan glukosa

2. Cairan tak dikenal diterima di


laboratorium dengan permintaan
untuk menentukan apakah cairan
tersebut urin atau cairan tubuh lain.
Menggunakan tes laboratorium rutin,
apa tes akan menentukan bahwa
cairan yang paling mungkin urin?
A.glucose dan keton
B. Urea dan kreatinin
C. Asam urat dan asam amino
D. Protein dan asam amino

3.Seseorang yang menunjukkan oliguria


akan memiliki volume urin harian ::
A.200-400 mL
B.600-1000 mL
C.1000-1500 mL
D. Lebih dari 1500 mL

4. Seorang pasien yang mengalami


poliuria, nokturia, polidipsia, dan berat
jenis urine tinggi menunjukkan gejala
gangguan apa?
A. Diabetes insipidus
B. Diabetes mellitus Infeksi saluran
kemih
C. D. Uremia

Benar atau salah: pakai kontainer


dengan kapasitas 50 mL yang
direkomendasikan untuk koleksi
spesimen untuk urinalisis rutin.

5.Metode yang tepat untuk label urin


wadah spesimen adalah:
A. Pasang label untuk tutup
B. Pasang label ke bawah
C. Pasang label untuk kontainer
D. Gunakan hanya pensil lilin
untuk pelabelan

6. Sebuah specimen urine untuk urinalisis rutin akan ditolak oleh laboratorium karena:
A. Spesimen telah didinginkan
B. Lebih dari 50 mL dalam wadah
C. Spesimen dan menyertai permintaan tidak cocok
D. Label ditempatkan di sisi wadah

7.Sebuah spesimen yang belum


diawetkan dikumpulkan di 8:00 Dan
sisa pada suhu kamar sampai shift
sore ysng dapat diharapkan untuk
memiliki :: 1. Penurunan glukosa dan
keton 2. Peningkatan bakteri dan nitrit
3. Penurunan pH dan kekeruhan 4.
Peningkatan elemen seluler
A. 1, 2, dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 1 dan 2 hanya
D. 4 hanya

8. Sebuah spesimen yang


mengandung endapan urat amorf
mungkin telah diawetkan
menggunakan :: Asam
A. Boric
B.Kloroform
C. Formalin Pendinginan
D.

9. Apa tiga perubahan akan


mempengaruhi hasil pemeriksaan
mikroskopik urin jika tidak diuji dalam
waktu 2 jam?
A. Penurunan bakteri, penurunan sel darah merah, penurunan gips
B. Peningkatan bakteri, meningkatkan sel-sel darah merah, meningkatkan gips
C. Peningkatan bakteri, penurunan sel
darah merah, penurunan gips
D.Penurunan bakteri, meningkatkan sel-
sel darah merah, meningkatkan gips

10. Apakah metode pilihan untuk


pelestarian sampel urine rutin? Asam
A. Boric
B. Formalin
C. Pendinginan
D. Sodium fluoride
11. Untuk pelestarian terbaik sedimen
urin, pengawet pilihan yang ::
A. Asam borat dan thymol
B. Formalin dan sodium fluoride
C. Toluence dan pembekuan
D. Kloroform dan pendinginan

12. Apa kimia dapat


digunakan untuk melestarikan
spesimen untuk kultur dan urinalisis
rutin? Asam
A. Boric
B. Formalin
C. Sodium fluoride
D. Timol Benar dan
salah:

Sebuah spesimen urine diberi


label dengan benar untuk urinalisis
rutin dikirim ke laboratorium dalam
abu-abu-top darah koleksi tabung
dapat diuji.
13. Apa spesimen pilihan
untuk urinalisis rutin?
A. Puasa spesimen
B. Pertama pagi specimen Spesimen
C. Acak
D. 24 jam spesimen

14. tes urine kuantitatif dilakukan


pada ::
A. Pertama spesimen pagi Spesimen
B. Jangka waktu
C. Midstream spesimen bersih-catch
D. suprapubik aspirasi

15. Tiga jenis


spesimen urinw yang akan diterima
untuk budaya untuk mendiagnosis
infeksi kandung kemih meliputi semua
hal berikut, kecuali:
A. kateter
B. Midstream bersih-catch
C. Acak
D. aspirasi suprapubik

16. Tes kehamilan


urin negatif dilakukan pada spesimen
acak mungkin perlu diulang
menggunakan: Spesimen
A. Bersih- catch
B. Puasa spesimen
C. Pertama pagi spesimen
D. 24 jam spesimen

17.Penghentian aliran urine disebut ::


A.Anuria
B. Azotemia
C. Diuresis
D. Disuria

18. Orang mengambil diuretic dapat diharapkan untuk menghasilkan ::


A.oliguria
B. Poliuria
C. Proteinuria
D. piuria
19. Apa jenis spesimen urine harus dikumpulkan dari pasien yang mengeluh nyeri buang air
kecil dan dokter telah
memerintahkan urine dan urin kultur
rutin?
A. Acak
B. Pertama pagi
C.Puasa
D. Midstream bersih-catch

Studi kasus dan situasi klinis


1.Sebuah koleksi urin 24 jam yang
diterima di laboratorium untuk analisis
kreatinin memiliki volume 500 mL.
A.Jika spesimen ini ditolak dan
spesimen baru yang diminta?
Mengapa atau mengapa tidak?
B. Negara kemungkinan sumber
kesalahan, jika konsentrasi kreatinin
per 24 jam abnormal rendah.

2. Mary johnson membawa spesimen urine ke laboratorium untuk analisis glukosa.


Hasil tes negatif. Dokter mempertanyakan hasil karena pasien memiliki riwayat keluarga
diabetes mellitus dan mengalami gejala klinis ringan.
A. apa dua sumber kesalahan yang berkaitan dengan spesimen urine
bisa acxount untuk hasil tes negatif.
B. Bagaimana mungkin spesimen yang
dikumpulkan akan lebih akurat
mencerminkan Metabolisme glukosa
mary?

3. spesimen tiga kaca untuk


penentuan infeksi prostat yang
mungkin dikirim ke laboratorium.
Spesimen # 1 dan # 3 berisi
peningkatan kadar sel darah putih.
A. Jika semua tiga spesimen memiliki
kultur bakteri positif, apakah pasien
memiliki infeksi prostat? Jelaskan
jawaban Anda.
B. Mengapa kehadiran
sel-sel darah putih dalam spesimen #
2 bukan bagian dari pemeriksaan?
C.Jika jumlah bakteri dan sel-sel darah putih dalam spesimen # 1 secara
signifikan lebih rendah daripada di
spesimen # 3, apa signifikansinya?

4.Seorang pekerja mencurigai bahwa ia


akan diminta untuk mengumpulkan
spesimen urine Deidara untuk analisis
obat. Dia membawa spesimen
pengganti nya saku selama 2 hari
sebelum diberitahu untuk
mengumpulkan spesimen, ia
diperintahkan untuk mengumpulkan
spesimen lain.
A. Tes Apa yang dilakukan pada spesimen untuk menentukan kemungkinan manipulasi
spesimen?
B. Bagaimana spesimen dalam situasi ini mempengaruhi?
C. Jika spesimen untuk analisis obat tes
positif, negara pertahanan yang mungkin berhubungan dengan spesimen koleksi dan
penanganan yang seorang pengacara mungkin menggunakan.
D. Bagaimana pertahanan ini harus dihindari?
Bab 4

Pemeriksaan Fisik Urine

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah tuntas membaca bab ini, pembaca akan dapat:

1. Menyebut terminologi umum yang dipakai untuk melaporkan warna urine

normal.

2. Mendiskusikan hubungan antara urokhrom dan warna urine normal.

 Menyatakan cara “mencurigai” kehadiran bilirubin dalam suatu bahan uji.

3. Mendiskusikan signifikansi urine merah redup dan urine merah cerah.

4. Menamakan dua sebab patologis urine hitam atau urine coklat.

5. Mendiskusikan signifikansi phenazopyridine dalam suatu bahan uji.

6. Menyatakan signifikansi klinis kejernihan (clarity) urine.

7. Menyebutkan terminologi yang dipakai untuk melaporkan kejernihan

(clarity).

8. Menerangkan penampakan dan mendiskusikan signifikansi fosfat amorf

dan urat amorf dalam urine yang baru dikeluarkan.

9. Menyebut tiga sebab patologis dan nonpatologis urine keruh.

10. Mendefinisikan berat jenis, dan menerangkan mengapa pengukuran

ini signifikan dalam analisis rutin.


11. Mendeskripsikan prinsip-prinsip urinometer, refraktometer, dan

metoda densitometri osilasi harmonis untuk menentukan berat jenis.

12. Menjelaskan dua keuntungan dari pengukuran berat jenis dengan

menggunakan refraktometer jika dibandingkan dengan urinometer.

13. Untuk konsentrasi tertentu glukosa dan protein dalam suatu bahan

uji, hitunglah koreksi yang dibutuhkan untuk mengkompensasi substansi

dengan berat molekul yang tinggi ini dalam pembacaan berat jenis

refraktometer.

14. Sebutkan dua sebab non-patogenik angka bacaan berat jenis yang

terlalu tinggi dengan menggunakan suatu refraktometer.

15. Menyatakan penyebab aroma urine yang tidak normal.

KATA KUNCI

kejernihan hipersthenurik refraktometri

osilasi harmonis hiposthenurik berat jenis

densitometri isosthenurik urinometri

Pemeriksaan fisik urine meliputi penentuan warna, kejernihan atau

kebeningan (clarity), dan berat jenis urine. Seperti yang disebutkan dalam

Bab 3, para tabib dahulu mendasarkan banyak keputusan medis pada


warna dan kebeningan urine. Dewasa ini, observasi ciri-ciri ini memberi

informasi awal mengenai gangguan-gangguan seperti perdarahan

glomerular, penyakit hati, gangguan metabolisme bawa lahir, dan infeksi

saluran urine. Pengukuran berat jenis membantu dalam evaluasi fungsi

tubular ginjal. Hasil dari bagian fisis urinalisis juga dapat dipakai untuk

mengkonfirmasi atau menerangkan temuan-temuan dalam bidang

kimiawi dan mikroskopis dari urinalisis.

Warna

Warna urine bervariasi dari mulai nyaris tak berwarna hingga hitam.

Variasi ini bisa jadi disebabkan fungsi metabolik normal, aktivitas fisik,

bahan makanan yang dikonsumsi, atau kondisi-kondisi patologis. Suatu

perubhan nyata dalam warna urine sering menjadi alasan seorang pasien

mencari advis dokter; adalah tanggung jawab laboratorium untuk

menentukan apakah perubahan warna ini normal atau patologis. Korelasi

yang lebih normal dan patologis dari warna urine diikhtisarkan dalam

Tabel 4-1.

Tabel 4-1. Korelasi Laboratorik Warna Urine

Warna Sebab Korelasi Klinis/Laboratorik

Tak berwarna Asupan cairan Lazim terlihat pada bahan uji


terakhir acak
Kuning pucat Polyuria atau Volume untuk 24 jam
diabeter meningkat.
insipidus
Diabeter
mellitus Berat jenis naik dan hasil test
glukosa positif .
Bahan uji acak Asupan cairan terakhir.
encer

Kuning pekat Bahan uji Bisa jadi normal setelah


terkonsentrasi olahraga yang keras atau dalam
bahan uji pagi pertama.

Kuning sawo Dehidrasi dari demam atau


terbakar.

Oranye Bilirubin Busa kuning bila dikocok dan


hasil test kimia positif untuk
bilirubin.

Acriflavine Hasil test bile negatif dan


fluoresensi hijau

Nitrofurantoin Antibiotik yang diberikan untuk


infeksi saluran urine.

Phenindione Antikoagulan, oranye dalam


urine alkaline, tak berwarna
dalam urine asam.

Kuning-hijau Bilirubin yang Busa berwarna dalam urine


Kuning coklat dioksidasi jadi asam dan hasil test kimia
biliverdin negatif-plsu untuk bilirubin.

Hijau Infeksi Kultur urine positif.


pseudomonas

Biru-hijau Amitriptyline Antidepresan


Methocarbanol Relaxant otot, bisa hijau-coklat.
(Robaxin)
Clorest Tidak ada
Indican Infeksi bakteri
Biru methylene Fistula
Phenol Bila teroksidasi.

Ungu RBC Urine keruh dengan hasil test


Merah kimia positif untuk darah dan
RBC yang terlihat secara
mikroskopis.

Hemoglobin Urine bening dengan hasil test


kimia positif untuk darah;
hemolisis intravaskular.

Myoglobin Urine bening dengan hasil test


kimia positif untuk darah;
kerusakan otot.

Beets Urine alkaline dari orang yang


secara genetis rentan.

Rifampin Obat tuberculosis.

Kontaminasi bahan uji keruh dengan RBC,


menstrual mucus, dan clots.
Coklat RBC dioksidasi Terlihat dalam urine asam
Hitam jadi setelah berdiri: hasil test kimia
methemoglobin positif untuk darah.

Methemoglobin Hemoglobin non-alami


(denatured)

Asam Terlihat dalam urine alkaline


Homogentisic setelah berdiri; ada test spesifik.
(alkaptonuria)

Melanin atau Urine tampak gelap pada


melanogen standing dan bereaksi dengan
nitroprussida dan ferric
chloride.

Derifat phenol Berinterferensi dengan test


reduksi tembaga.

Argyrol Warna menghilang dengan ferric


(antiseptik) chloride

Methyldopa Antihipertensi.
atau levodopa

Metronidazole Bertambah gelap pada standing


(Flagyl)

Warna Urine Normal


Terminologi yang dipakai untuk mendeskripsikan warna urine normal

bisa sedikit berbeda antar laboratorium namun harus konsisten didalam

masing-masing laboratorium. Deskripsi umum meliputi kuning pucat,

kuning, kuning gelap, dan kuning sawo. Kita harus hati-hati saat

memeriksa bahan uji dibawah sumber cahaya yang bagus, melihat ke

bawah lewat wadah dengan daar yang berwarna putih. Warna kuning

urine disebabkan kehadiran suatu pigmen, yang oleh Thudichum

dinamakan urochrom (urokrom) pada tahun 1864. Urokrom adalah suatu

produk metabolisme endogen, dan dalam kondisi normal tubuh

memproduksinya pada laju produksi yang konstan. Jumlah aktual

urokrom yang diproduksi bergantung pada keadaan metabolik tubuh;

jumlah yang diproduksi meningkat dalam kondisi thyroid dan berpuasa.

Urokrom juga meningkat dalam urine yang disimpan pada suhu kamar.

Oleh karena urokrom dilepaskan pada laju tetap, intensitas warna

kuning didalam bahan uji urine segar dapat memberikan suatu taksiran

kasar konsentrasi urine. Urine encer akan berwarna kuning pucat dan

bahan uji yang terkonsentrasi akan berwarna kuning gelap. Ingat,

dikarenakan variasi dalam keadaan hidrasi tubuh, perbedaan-perbedaan

dalam warna kuning urine ini bisa jadi normal.

Dua pigmen tambahan, uroerythrin dan urobilin, juga terdapat dalam

urine dalam kuantitas yang jauh lebih kecil dan kontribusinya pun kecil
terhadap warna urine yang segar dan normal. Kehadiran uroerythrin,

suatu pigmen warna jingga, paling nyata dalam bahan uji yang telah

didinginkan, yang menghasilkan endapan urat amorf (amorphous urate).

Uroerythrin melekat pada urate, yang menghasilkan suatu warna jingga

paa sedimen. Urobilin, yang adalah hasil oksidasi urobilinogen (ini

merupakan konstituen uriner normal), menimbulkan warna kuning coklat

pada urine yang tidak segar.

Warna Urine Abnormal

Seperti yang terlihat dalam Tabel 4-1, warna urine yang abnormal banyak

sekali kasusnya. Akan tetapi, warna-warna tertentu terlihat lebih sering

dan memiliki signifikansi klinis yang lebih besar jika dibandingkan dengan

warna yang lain.

Kuning Gelap/Kuning Sawo/Oranye

Urine yang berwarna kuning gelap atau sawo matang tidak selalu berarti

urine dengan konsentrasi normal namun bisa juga disebabkan kehadiran

pigmen bilirubin yang tidak normal. Jika ada bilirubin, ia akan terdeteksi

selama pemeriksaan kimiawi; akan tetapi, kehadirannya dicurigai jika

busa atau buih kuning muncul saat bahan uji dikocok. Urine normal

menghasilkan hanya sejumlah kecil buih yang cepat menghilang saat

digoncang, dan sejumlah besar buih putih mengindikasikan konsentrasi


protein yang meningkat. Suatu bahan uji urine yang mengandung

bilirubin juga bisa jadi mengandung virus hepatitis, yang memperkuat

perlunya mengikuti peringatan-peringatan baku (standard precautions).

Foto-oksidasi sejumlah besar urobilinogen yang dilepas menjadi urobilin

juga menghasilkan urine berwarna oranya; akan tetapi, buih/busa kuning

tidak tampak ketika bahan uji dikocok. Foto-oksidasi bilirubin

menghasilkan warna kuning-hijau bagi urine.

Hal yang juga sering dijumpai dalam laboratorium urinalisis adalah

bahan uji kuning-oranye yang disebabkan pemberian phenazopyridine

(Pyridium) atau senyawa azo-gantrisin kepada orang yang mengalami

infeksi saluran urine. Pigmen oranye yang tebal ini tidak hanya merusak

warna alami bahan uji melainkan juga berinterferensi dengan test kimia

yang didasarkan pada reaksi warna. Pengetahuan tentang kehadiran

phenazopyridine dalam suatu bahan uji adalah penting supaya

laboratorium dapat menggunakan prosedur pengujian yang berselang-

seling. Bahan uji yang mengandung phenazopyridine menghasilkan busa

kuning bila dikocok, yang bisa jadi disalahartikan sebagai bukti kehadiran

bilirubin.

Merah/Jingga/Coklat

Salah satu sebab paling umum dari warna urine yang abnormal adalah

kehadiran darah. Merah adalah warna yang lazim ditimbulkan darah


dalam urine, namun warna itu bisa berkisar antara jingga hingga coklat,

yang bergantung pada jumlah darah, pH urine, dan lama kontak. Sel-sel

darah merah yang tersisa dalam suatu urine asam selama beberapa jam

menghasilkan suatu urine berwarna coklat akibat oksidasi hemoglobin

menjadi methemoglobin. Suatu urine segar yang berwarna coklat yang

mengandung darah bisa juga mengindikasikan perdarahan glomerular

yang timbul akibat konversi hemoglobin menjadi methemoglobin.

Selain sel-sel darah merah, dua substansi yang lain, hemoglobin dan

myoglobin, menghasilkan suatu urine merah dan juga suatu hasil test

kimia positif untuk darah (Gambar 4-1). Bila terdapat sel-sel darah

merah, maka bahan uji akan berwarna merah dan cerah. Pembedaan

antara hemoglobiuria dan myoglobinuria dimungkinkan dengan memeriksa

plasma pasien. Hemoglobinuria yang disebabkan pecahnya secara in vivo

sel darah merah disertai dengan plasma merah. Rusaknya otot-otot

rangka menghasilkan myoglobin. Myoglobin lebih cepat dibersihkan dari

plasma jika dibandingkan dengan hemoglobin dan, karena itu, tidak

mempengaruhi warna plasma. Urine segar yang mengandung myoglobin

sering memperlihatkan warna yang lebih coklat kemerah-merahan jika

dibandingkan dengan hemoglobin. Kemungkinan hemoglobinuria yang

disebabkan in vitro lysis sel-sel darah merah juga harus dipertimbangkan.


Test kimia untuk membedakan antara hemoglobin da myoglobin sudah

ada (lihat Bab 5).

Bahan uji urine yang mengandung phorphyrins juga bisa tampak

merah akibat oksidasi porphobilinogen menjadi porphyrins. Bahan uji ini

sering disebut memiliki warna anggur pelabuhan.

Sebab nonpatogenik urine merah meliputi kontaminasi menstrual,

asupan makanan yang sangat kaya akan pigmen, dan obat-obatan. Pada

orang-orang yang rentan secara genetis, makan bit segar menyebabkan

warna merah dalam urine basa (alkaline). Asupan blackberry dapat

menghasilkan warna merah dalam urine asam. Banyak obat, termasuk

rifampin, phenolphthalein, phenindione, dan phenothiazines,

menghasilkan urine merah.

Coklat/Hitam

Pengujian tambahan direkomendasikan untuk bahan uji urine yang

berubah warna menjadi coklat on standing dan memiliki hasil test kimia

negatif untuk darah, lantaran urine ini bisa jadi mengandung melanin

atau asam homogentisik. Melanin adalah hasil oksidasi pigmen tanpa

warna, melanogen, yang dihasilkan secara berlebih ketika melanoma jinak

ada. Asam homogentisik, ykni suatu metabolit untuk phenylalanine,

menanamkan warna hitam pada urine basa dari orang-orang dengan

kesalahan (cacat) metabolisme bawa lahir, yang disebut alkaptonuria.


Kondisi ini dibahas pada Bb 9. Obat-obatan yang menghasilkan urine

coklat/hitam meliputi levodopa, methyldopa, derivat phenol, dan

metronidazole (Flagyl).

Gambar 4-1. Diferensiasi pengujian urine merah yang secara kimiawi

positif untuk darah.

Biru/Hijau

Penyebab patogenik warna urine biru/hijau dibatasi hanya pada infeksi

bakteri, yang meliputi infeksi saluran uriner oleh spesies Pseudomonas

dan infeksi saluran pencernaan yang berakibatnya meningkatnya urinary

indican. Pencernaan pengharum nafas (Clorets) dapat menghasilkan urine

berwarna hijau. Obat methocarbamol (Robaxin), methylene blue, dan

amitriptyline (Elvil) bisa menghasilkan urine biru.

Observasi kantong penampung bahan uji dari para pasien rumah

sakit sering mendeteksi urine yang berwarna abnormal. Ini bisa

menyiratkan adanya kondisi patologis yang mengharuskan urine bertahan

dalam periode waktu tertentu sebelum terjadi perubahan warna atau

kehadiran obat-obatan. Derivat phenol yang ditemukan dalam obat-

obatan intravena tertentu menghasilkan urine hijau bila dioksidasi. Suatu

noda jingga bisa timbul pada kantong kateter dan hal itu disebabkan
kehadiran indican dalam urine atau suatu infeksi bakteri, yang sering

disebabkan spesies Klebsiella atau Providencia.

Kejernihan (Clarity)

Kejernihan (clarity) adalah istilah umum yang merujuk pada

transparensi/turbiditas suatu bahan uji urine. Dalam urinalisis

rutin,kejernihan ditentukan dengan cara yang sama dengan yang

ditempuh para tabib kuno: dengan memeriksa secara visual bahan uji

bauran sambil memegangnya di depan suatu sumber cahaya. Sudah

tentu, bahan uji ini harus berada dalam suatu wadah yang cerah. Warna

dan kejernihan ditentukan secara rutin dalam waktu yang bersamaan.

Terminologi umum yang dulu dipakai untuk melaporkan kejernihan

adalah jernih, cerah, keruh, kabur, dan seperti susu. Seperti yang dibahas

pada sub-bab tentang warna urine, terminologi yang dipakai suatu

laboratorium harus konsisten. Suatu deskripsi pelaporan kejernihan urine

disajikan dalam Tabel 4-2.

Kejernihan Normal

Urine normal yang baru dikeluarkan dari tubuh biasanya bening,

terutama jika ia merupakan bahan uji clean-catch arus tengah.

Pengendapan fosfat dan karbonat amorf bisa menimbulkan ‘awan putih”

(white cloudiness).
Turbiditas (Kekeruhan) Nonpatologis

Kehadiran sel-sel squmous epithelium dan mucus, terutama dalam bahan

uji yang berasal dari perempuan, dapat menghasilkan urine yang keruh

namun normal.

PROSEDUR

Warna dan Prosedur Kejernihan (Clarity)

 Pakailah suatu bahan uji yang dicampur dengan rata.

 Lihat lewat suatu wadah yang cerah/bening.

 Lihat terhadap latar belakang warna putih.

 Pertahankan pencahayaan yang memadai dalam ruangan.

 Evaluasi suatu volume bahan uji yang konsisten.

 Tentukan warna dan kebeningan (clarity)

Tabel 4-2. Kejernihan Urine

Kejernihan Keterangan

Jernih Tidak ada partikel pengganggu,

transparan
Kabur Sedikit artikel, cetakan mudah

terlihat melalui urine.

Berawan Banyak partikel,cetakan kabur lewat

urine.

Keruh Cetakan tidak dapat dilihat lewat

urine.

Seperti susu Bisa mengendap atau menggumpal.

Bahan uji yang dibiarkan bertahan atau didinginkan dalam lemari

pendingin bisa juga menimbulkan kekeruhan yang bersifat nonpatologis.

Seperti yang dibahas dalam dalam Bab 3, pengawetan yang tidak baik

atas suatu bahan uji akan menimbulkan perkembangbiakan bakteri; hak

ini meningkatkan kekeruhan bahan uji namun tidak menggambarkan

bahan uji yang sesungguhnya.

Bahan uji yang didinginkan sering menimbulkan kekeruhan pekat

akibat pengendapan fosfat amorf, karbonat amof dan urate amorf. Fosfat

amorf dan karbonat menghasilkan suatu endapan putih dalam urine

dengan pH basa, sementara urate amorf menghasilkan suatu endapan

dalam urine asam yang mirip debu bata jingga akibat kehadiran

uroerythyrin.
Penyebab nonpatologis tambahan bagi kekeruhan urine meliputi

semen, kontaminasi feces, media kontras radiografis, bedak talk, dan krim

vagina (Tabel 4-3).

Kekeruhan Patologis

Sebab patologis kekeruhan yang paling sering ditemukan dalam bahan uji

segar adalah sel-sel darah merah, sel darah putih, dan bakteri yang

disebabkan infeksi atau gangguan organ sistemik. Penyebab kekeruhan

patologis lain yang agak jarang ditemukan adalah jumlah abnormal sel-sel

squamous epithelium, kaldu (yeast), kristal abnormal, cairan limfa, dan

lemak (Tabel 4-4).

Tabel 4-3. Sebab Nonpatologis Kekeruhan Urine

- Sel-sel squamous epithelium

- Mucus

- Fosfat, karbonat, urate amorf.

- Cairan mani, spermatozoa.

- Kontaminasi feces.

- Media kontras radiografis.

- Bedak talk
- Krim vagina

Kejernihan suatu bahan uji urine jelas merupakan kunci bagi hasil-

hasil pemeriksaan mikroskopis, karena jumlah kekeruhan pasti

berkorespondensi dengan jumlah materi yang diamati lewat mikroskop.

Sebab-sebab yang masih meragukan dapat dikonfirmasi dengan test kimia

yang diperlihatkan dalam Tabel 4-5.

Tabel 4-4. Penyebab Patologis Kekeruhan

Urine

- Sel-sel darah merah

- Sel-sel darah putih

- Bakteri

- Kaldu (yeast)

- Sel-sel squamous epithelium

- Kristal abnormal

- Cairan limfa

- Lemak

Urine jernih tidak selalu berarti normal. Akan tetapi, dengan

meningkatnya kepekaan test kimia rutin, hampir semua abnormalitas

dalam urine jernih akan dideteksi sebelum analisis mikroskopis. Kriteria


mutakhir yang dipakai untuk menentukan pentingnya pelaksanaan suatu

pemeriksaan mikroskopis atas semua bahan uji urine meliputi kejernihan

dan test kimia untuk sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, bakteri,

dan protein.

Berat Jenis

Kemampuan ginjal untuk menyerap kembali secara selektif bahan kimia

esensil dan air dari filtat glomerular adalah salah satu fungsi terpenting

tubuh. Proses reabsorpsi yang ruwet seringkali menjadi fungsi ginjal

pertama yang akan terganggung; oleh karena itu, pengukuran

kemampuan ginjal dalam melakukan reabsorpsi merupakan komponen

penting dari urinalisis rutin. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan

mengukur berat jenis bahan uji. Berat jenis juga mendeteksi

kemungkinan dehidrasi atau abnormalitas dalam hormon antidiuretik an

dapat dipakai untuk menentukan apakah konsentrasi bahan uji cukup

memadai untuk menjamin akurasi test kimia.

Tabel 4-5. Korelasi Laboratorik dalam Kekeruhan Urine

Urine asam Urat amorf, media kontras radiografis

Urine basa Fosfat amorf, karbonat amorf


Larut dengan Urat amorf, kristal asam urat

panas

Larut dalam asam Sel darah merah, fosfat dan karbonat

asetat encer amorf

Tidak larut dalam Sel darah putih, bakteri, kaldu,

asam asetat encer spermatozoa

Larut dalam ether Lemak, cairan limfa, chyle.

Berat jenis didefinisikan sebagai kerapatan (densitas) suatu larutan

dibandingkan dengan densitas air suling dalam volume yang sama pada

suhu yang sama. Oleh karena urine sebenarnya adalah air yang

mengandung zat-zat kimia terlarut, maka berat jenis urine merupakan

ukuran densitas zat kimia terlarut dalam bahan uji tersebut. Sebagai

salah satu ukuran densitas bahan uji, berat jenis dipengaruhi oleh bukan

hanya jumlah partikel yang ada dalam melainkan juga ukurannya.

Molekul urea yang besar berkontribusi lebih besar terhadap pembacaan

angka itu jika dibandingkan dengan molekul natrium atau klorida yang

lebih kecil. Oleh karena itu, oleh karena urea kurang bermanfaat

dibandingkan dengan natrium dan klorida dalam evaluasi daya


konsentrasi ginjal (renal concentrating ability), maka mungkin osmolaritas

bahan uji juga perlu diuji. Prosedur ini dibahas pada Bab 2. Akan tetapi,

untuk keperluan urinalisis rutin, berat jenis memberikan informasi awal

yang berguna dan mudah dilakukan dengan metoda-metoda langsung

yang memakai urinometer (HOD), dan dengan metoda tak langsung yang

menggunakan suatu refraktometer atau reagent strip kimiawi. Bab ini

akan membahas metoda-metoda fisis untuk penentuan berat jenis.

Metoda reagent strip kimiawi dibahas pada Bab 5.

Urinometer

Urinometer terdiri atas pelampung setimbang yang dilekatkan pada suatu

skala yang telah dikalibrasi sesuai dengan berat jenis urine. Pelampung

ini memindahkan suatu volume fluida yang sama dengan beratnya dan

telah dirancang untuk tenggelam pada level 1.000 dalam air suling. Massa

tambahan yang diberikan oleh zat terlarut dalam urine menyebabkan

pelampung itu memindahkan suatu volume urine yang lebih kecil

daripada volume air suling. Kedalaman tenggelam urinometer, seperti

yang diperlihatkan dalam Gambar 4-2, mewakili massa atau berat jenis

bahan uji tersebut.

Urinometri kalah akurat jika dibandingkan dengan metoda-metoda

lain dan tidak direkomendasikan oleh CLSI (dulu NCCLS). Kelemahan


utama penggunaan urinometer untuk mengukur berat jenis adalah

karena urinometer membutuhkan bahan uji dalam volume yang besar (10

– 15 ml). Wadah dimana urinometer mengambang harus cukup lebar

supaya urinometer ini dapat mengambang tanpa menyentuh sisi wadah

dan cukup dalam supaya tidak menyentuh dasar wadah. Saat

menggunakan urinometer, urine dalam jumlah yang cukup dituangkan ke

dalam wadah berukuran pas dan urinometer dimasukkan dengan suatu

gerak memuntir (spinning motion). Pembacaan skala diambil pada dasar

meniscus urine.

Angka pembacaan urinometer mungkin perlu juga dikoreksi untuk

suhu, karena urinometer dikalibrasi untuk membaca angka 1.000 dalam

air suling paa suhu tertentu. Suhu kalibrasi tercetak pada instrumen dan

biasanya sekitar 200C. Jika bahan uji dingin, 0,001 harus dikurangkan

dari angka pembacaan untuk setiap 30C suhu bahan uji dibawah suhu

kalibrasi urinometer. Sebaliknya, 0,001 harus ditambahkan kepada angka

pembacaan untuk setiap 30C suhu bahan uji di atas suhu kalibrasi.

Gambar 4-2. Urinometer yang menggambarkan berbagai angka

pembacaan berat jenis.

Suatu koreksi juga harus dihitung saat menggunakan urinometer

atau refraktometer jika terdapat glukosa dan protein dalam jumlah besar.
Glukosa dan protein adalah zat dengan berat molekul yang besar yang

tidak ada hubungannya dengan daya konsentrasi ginjal namun akan

meningkatkan densitas bahan uji. Oleh karena itu, kontribusinya bagi

berat jenis dikurangkan untuk memberi laporan yang lebih akurat tentang

daya konsentrasi ginjal. Satu gram protein per dL urine menaikkan berat

jenis urine sebesar 0,003, dan 1 gram glukosa/dL menambah 0,004 pada

angka pembacaan. Akibatnya, untuk setiap gram protein yang ada, 0,003

harus dikurangkan dari angka pembacaan berat jenis, dan 0,004 harus

dikurangkan dari setiap gram glukosa yang ada.

Contoh

Suatu bahan uji yang mengandung 1 g/dL protein dan 1 g/dL

glukosa memiliki angka bacaan berat jenis 1,30. Hitunglah

angka bacaan yang terkoreksi.

1,030 – 0,003 (protein) = 1,027 – 0,004 (glukosa)

= 1,023 berat jenis yang terkoreksi.

Refraktometer

Sama seperti urinometri, refraktometri menentukan konsentrasi partikel-

partikel yang terurai dalam suatu bahan uji. Ini dilakukan dengan

mengukur indeks refraksi. Indeksrefraksi adalah perbandingan antara


kecepatan cahaya dalam udara dan kecepatan cahaya dalam suatu

larutan. Konsentrasi partikel-partikel terlarut yang ada dalam larutan

menentukan kecepatan dan sudut lintasan cahaya dalam larutan itu.

Refraktometer klinis memanfaatkan prinsip cahaya ini dengan

menggunakan suatu prisma untuk mengarahkan suatu cahaya dengan

panjang gelombang khusus (monokromatis) thdskala berat jenis yang

dikalibrasi fabrikan. Konsentrasi bahan uji ini menentukan sudut dimana

berkas cahaya memasuki prisma. Oleh karena itu, skala berat jenis

dikalibrasi berdasarkan sudut dimana cahaya melintasi bahan uji.

Gambar 4-3. Langkah-langkah dalam pemakaian refraktometer berat jenis

urine. (ijin, NSG Precision Cells., Inc., 195G Central Ave., Farmingdale,

NY, 11735)

Refraktometer memberikan keuntungan khas karena menentukan

berat jenis dengan menggunakan bahan uji dalam volume kecil (satu atau

dua tetes).Koreksi suhu tidak perlu karena berkas cahaya melewati suatu

cairan pengganti suhu (temperature-compensating liquid) yang akan

diarahkan pada skala berat jenis. Suhu dikompensasikan antara 150C

dan 380C. Koreksi untuk glukosa dan protein masih dihitung, walaupun

angka bacaan refraktometer kurang terpengaruh oleh kerapatan partikel

(particle density) ketimbang angka bacaan urinometer.


Bila menggunakan refraktometer, setetes urine ditaruh pada prisma,

instrumen difokuskan pada sumber cahaya yang bagus, dan pembacaan

diambil langsung dari skala berat jenis. Prisma dan tutupnya harus

dibersihkan setelah masing-masing bahan uji diuji. Gambar 4-3

melukiskan penggunaan refraktometer.

Gambar 4-4. Kalibrasi refraktometer berat jenis urine.

Gambar 4-5. Pengukur massa jenis yang dipakai untuk mengukur berat

jenis dengan densitometri osilasi.

Kalibrasi refraktometer dilakukan dengan menggunakan air suling

yang angka bacaannya 1.000. Jika perlu, instrumen memiliki suau sekrup

yang disetel pada angka nol untuk menyesuaikan angka bacaan untuk air

suling (Gambar 4-4). Kalibrasi dicek lebih jauh dengan menggunakan 5%

NaCl, yang seperti diperlihatkan dalam tabel konversi refraktometer harus

dibaca 1,022 ± 0,001, atau 9% sukrosa yang harus dibaca 1,034 ± 0,001.

Sampel pembanding urine yang mewakili konsentrasi yang rendah,

sedang, dan tinggi pun harus dipakai pada awal masing-masing shift.

Hasil kalibrasi dan pembanding selalu dicatat pada catatan pengendalian

mutu yang benar.

Densitometri Osilasi Harmonis


Densitometri osilasi harmonis didasarkan pada prinsip bahwa frekuensi

suatu gelombang suara yang memasuki suau larutan berubah secara

proporsional terhadap rapat massa larutan tersebut. Pergeseran osilasi

harmonis diukur, dan rapat massa (density) relatif dihitung. Suatu porsi

sampel urine memasuki tabung kaca berbentuk U dengan kumparan

elektromagnetik pada salah satu ujungnya dan suatu detektor gerakan

pada ujung yang lain. Arus listrik dialirkan pada kumparan tersebut,

sehingga menyebabkan gleombang bunyi berosilasi melalui sampel urine.

Suatu mikroprosesor pada ujung lain tabung itu mengukur perubahan

frekuensi gelombang bunyi, mengkompensasi varisi suhu, dan

mengkonversi angka bacaan menjadi berat jenis yang berkorelasi erat

dengan pengukuran gravimetrik (Gambar 4-5). Semua zat terlarut diukur

dengan metoda ini, dan tidak diperlukan penjernihan bahan uji yang

kabur atau keruh. Hasilnya linier sampai berat jenis sebesar 1,080.

Korelasi Klinis

Berat jenis filtrat plasma yang masuk kedalam glomerulus sama dengan

1,010. Istilah isosthenurik dipakai untuk mendeskripsikan urine dengan

berat jenis 1,010. Bahan uji dengan berat jenis dibawah 1,010 disebut

hiposthenurik, dan di atas 1,010 disebut hipersthenurik. Kita bisa

menduga bahwa urine yang terkonsentrasikan oleh ginjal tergolong

hipersthenurik; akan tetapi, ini tidak selalu benar. Bahan uji acak normal
bisa berkisar 1,003 sampai 1,035, yang bergantung pada jumlah hidrasi

pasien. Bahan uji yang mengukur lebih rendah daripada 1,003 barangkali

bukan urine. Kebanyakan sampel acak bahan uji berada antara 1,015 dan

1,025, dan setiap bahan uji acak dengan berat jenis 1,023 atau lebih

umumnya dianggap normal. Jika seorang pasien mempelrihatkan hasil

yang konsisten rendah, mka bahan uji mungkin dikumpulkan dalam

kondisi-kondisi seperti yang dibahas pada Bab 2.

Pengukuran Berat Jenis Urine

Metoda Prinsip

Urinometri Densitas

Refraktometri Indeks refraksi

Densitometri osilasi Densitas

harmonis

Reaget strip perubahan pKa suatu

polielektrolit

Hasil yang secara abnormal tinggi – lebih daripada 1,035 – terlihat

pada pasien yang baru menjalani intravenous pyelogram. Hal ini

dikarenakan eksresi media kontras radiografis yang disuntikkan. Pasien


yang menerima dextran atau fluida extravena dengan berat molekul yang

tinggi (plasma expanders) juga menghasilkan urine dengan berat jenis

yang secara abnormal tinggi.Apabila substansi asing itu telah dibersihkan

dari tubuh, maka berat jenis kembali normal. Dalam keadaan ini,

konsentrasi urine dapat diukur dengan menggunakan test kimia reagent

strip atau osmometri karena mereka tidak dipengaruhi oleh substansi

yang memiliki berat molekul yang tinggi ini. Apabila kehadiran glukosa

atau protein adalah penyebab hasil-hasil yang tinggi, hal ini akan

terdeteksi dalam pemeriksaan kimia rutin. Seperti yang dibahas

sebelumnya, hal ini dapat dikoreksi secara matematis.

Bahan uji dengan angka bacaan berat jenis yang lebih besar daripada

skala refraktometer atau skala urinometer dapat diencerkan dan diuji

kembali. Jika hal terakhir ini perlu dilakukan, hanya porsi desimal dari

berat jenis yang diamati dikalikan dengan faktor pengenceran. Sebagai

contoh, suatu bahan uji yang diencerkan dengan perbandingan 1:2

dengan angka bacaan 1,-25 memiliki berat jenis yang sesungguhnya

1,050.

Aroma (Bau)

Walaupun jarang signifikan secara klinis dan bukan bagian dari urinalisis

rutin, aroma urine merupakan sifat fisik yang perlu diperhatikan. Urine

segar memiliki bau yang agak aromatik. Setelah beberapa saat, bau
ammonia menjadi dominan. Pecahnya urea adalah penyebab timbulnya

bau ammonia. Penyebab bau yang tidak lazim meliputi infeksi bakteri,

yang menimbulkan bau pesing yang menyengat, dan ketone diabetik, yang

menimbulkan bau manis atau seperti buah. Cacat atau gangguan

metabolik serius menghasilkan urine dengan bau sirup maple. Gangguan

metabolik dengan bau urine yang khas dibahas pada Bab 9. Pencernaan

makanan tertentu, termasuk bawang merah, bawang putih, dan

asparagus, dapat menimbulkan bau urine yang aneh atau tajam.

Penyebab umum bau urine diberikan pada Tabel 4-6.

Tabel 4-6 Penyebab Umum Bau Urine

Bau Penyebab

Aromatik Normal

Bau busuk, seperti ammonia Penguraian bakteri, infeksi

saluran urine

Aroma buah, manis Ketone (diabetes mellitus,

kelaparan, muntah-muntah)

Sirup maple Penyakit urin sirup maple

Tengik Phenilketonuria
Anyir Tyrosinema

Keringat kaki Isovaleric acidemia

Bau kol Methionine malabsorption

Bau obat kelantang Kontaminasi


BAB 5
Kimia Pemeriksaan Urin

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan dapat:

1. Jelaskan secara tepat tekhnik yang dilakukan untuk menguji landasan bahan reaksi.
2. Berikan empat hal penyebab terjadinya premature (sebelum waktunya) beserta keburukan
reaksi yang terjadi, dan ceritakan bagaimana untuk menghindarinya.
3. Berikan lima hal kwalitas- pengawasan yang dilakukan secara rutin pada landasan bahan
reaksi.
4. Berikan dua hal alasan untuk mengukur urinary pH, dan bicarakan/ rundingkan pada
mereka yang bersangkutan secara klinis.
5. Jelaskan asas dasar pada pH, untuk menguji landasan bahan reaksi .
6. Apa pebedaan antara prerenal, renal (kelenjar ginjal), dan postrenal proteinuria, dan berikan
contoh secara klinis pada masing-masing istilah tersebut.
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “protein error of indicators,” dan berikan sumber
datanya dengan metode/ cara pengujian.
8. Rundingkan apa itu sulfosalicylic acid (SSA) pada pengujian urine protein, dan berikan
sumber data yang mencakup interpretasi dari sumber lain.
9. Jelaskan secara khusus terjadinya sifat daya larut pada Bence Jones protein, dan jelaskan
bagaimana penggunaann dan apa yang dilakukan pada test penyaringan protein ini.
10. Jelaskan apa itu microalbuminoria berikut cakupan artinya, pengujian landasan bahan
reaksi, dan prinsip-prinsipnya.
11. Jelaskan mengapa glucose itu secara normal menyerap kembali di dalam proximal tubule
yang sulit muncul di dalam urine, dan keadaan renal yang sudah di ujung parah pada
tingkat glucose.
12. Jelaskan prinsip dasar glucose oxidase dan bagaiman cara menguji bahan reaksi pada
glucose, dan gangguan pada metode ini.
13. Jelaskan bagaimana penurunan warna pada penemuan urinary yang mengurangi zat, dan
berikan alasan apa saja yang mungkin menjadi penyebab campur tangan.
14. Tafsirkan bagaimana cara untuk mempertemukan hasil diantara pada glucose oxidase dan
warna penurunan ujian pada glucose begitu pun sebalinya.
15. Apa saja tiga nama yang muncul pada “ketone bodies” dan berikan tiga alasannya pada ketenuria.
16. Jelaskan prinsip reaksi natrium nitroprusside, yang mencakup kepekaan dan mungkin karena
campur tangan.
17. Apa perbedaan hematuria, hemoglobin- uria dan myoglobinuria dengan rupa urine dan
serum dan ilmu pengobatan klinis berikut berikan artinya.
18. Jelaskan prinsip bahan kimia dan landasan bahan reaksi beserta cara pengujian darah dan
yang mungkin karena campur tangan.
19. Jelaskan metode/cara yang digunakan untuk membedakan antara hemoglobinuria dan
myoglobinuria.
20. Jelaskan apa saja langkah-langkah bagan penurunan pada hemoglobin ke bilirubin,
urobilinogens, dan akhirnya urobilin.
21. Jelaskan apa hubungan pada urinary bilirubin dan urobilinogen pada diagnose gangguan
pembuluh empedu, penyakit liver, dan hemolytic.
22. Jelaskan prinsip landasan bahan reaksi pada pengujian urinary bilirubin, dan berikan
sumber data.
23. Jelaskan apa saja keuntungan dan kerugian melakukan sebuah Ictotest pada penemuan
bilirubuin.

Melanjutkan Tujuan Pembelajaran:

24. Berikan dua alasan untuk meningkatkan urine urobilinogen dan berikan satu alasan untuk
mengurangi urine urobilinogen.
25. Jelaskan menurut Watson- Schwartz pengujin penggunaan untuk membedakan diantara
urobilinogen, porphobilinogen, Ehrlich reaktif bahan campuran, dan Hoesch penyaringan
uji pada porphobilinogen.
26. Jelaskan prinsip nitrie-reagen-strip pada pengujian bacteriuria.
27. Berikan lima hal dasar kemungkinan kesalahan-negative hasil dari bahan reaksi-landasan
pada pengujian nitrite.
28. Jelaskan prinsip dari uji reaksi pada leukocytes.
29. Jelaskan keuntungan dan sumber kesalahan pada uji reaksi leukocytes.
30. Jelaskan prinsip pada uji reaksi situasi khusus.
31. Bandingkan reaksi uji pada urine situasi khusus urinometer dan pengujian refractometer.
32. Apa hubungannya pemeriksaan badan dan bahan kimia hasil dari urinalysis.

Key Terms

Bacteriuria leukocyturia protein error of indicators


Bilirubin microalbuminuria proteinuria
Glycosuria myoglobinuria renal proteinuria
Hematuria orthostatic proteinuria stercobilinogen
Hemoglobinuria postrenal proteinuria urobilinogen
Ketonuria prerenal proteinu

■ ■ ● Reagent Strip
Pemeriksaan urin secara rutin telah berubah secara dramatis sejak masa awal urin
pengujian, karena perkembangan reagent strip saat ini menyediakan sarana yang sederhana
dan cepat, untuk melakukan analisis kimia secara medis seperti urin, pH, protein, glukosa,
keton, blood, bilirubin, urobilinogen, nitrit, leukosit dan gravitasi spesifik. Dua jenis utama
reagent strip yang diproduksi seperti Multistix (Siemens medis solusi diagnostik,
Tarrytown, NY) dan Chemstrip (Roche diagnostik, Indianapolis, ind). Produk ini tersedia
beberapa pengujian, merek dan jumlah tes yang digunakan adalah masalah preferensi
laboratorium. Variasi tertentu yang berkaitan dengan reaksi kimia, sensitivitas, spesifisitas
dan zat-zat yang mengganggu terjadi diantara produk dan dibahas dalam bagian berikut.
Reagent strip merek juga ditentukan oleh produsen instrumentasi.

Reagent Strip terdiri dari kimia- penyerap bantalan melekat strip plastik. Reaksi
kimia yang memproduksi warna terjadi ketika penyerapan dengan air kencing. Reaksi
ditafsirkan dengan membandingkan warna yang dihasilkan pada grafik disediakan oleh
produsen. Beberapa warna atau intensitas warna. untuk tiap-tiap zat yang diuji muncul pada
grafik. Oleh perbandingan cermat warna pada grafik dan strip, nilai semiquantitative, 1+,
2+, 3+, atau 4+. Perkiraan miligram per desiliter sekarang tersedia untuk bidang pengujian
yang sesuai. Otomatis reagent strip juga menyediakan unit operasi internasional.

Teknik Reagent Strip

Pengujian metodologi diantaranya termasuk mencelupkan strip reagen, akan


tetapi hanya membutuhkan waktu sebentar ke spesimen campuran, kelebihan urin dari strip
pada tepi strip wadah bila penarikan dari spesimen, harus menunggu berlangsungnya
reaksi, dan membandingkan reaksi warna, dan menggunakan sumber cahaya yang baik.

Teknik yang tidak tepat dapat mengakibatkan kesalahan, membentuknya unsur-unsur


seperti sel darah merah dan sel darah putih, tenggelamnya ke bawah spesimen dan menjadi
tidak terdeteksi di spesimen. Memungkinkan strip untuk tetap dalam urin untuk waktu yang
lama dapat menyebabkan pencemaran reagen dari bantalan. Demikian juga, kelebihan urin
yang tersisa di strip setelah penghapusan dari spesimen dapat menghasilkan runover antara
bahan kimia pada bantalan berdekatan, dan memproduksi distorsi warna. Untuk
memastikan penyerap kertas dan memegang strip horizontal sementara membandingkannya
dengan warna grafik yang dianjurkan. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk reaksi
berlangsung bervariasi antara tes dan produsen, dan waktu yg terbaik berkisar dari reaksi
untuk pH leukosit 120 detik pada leukocytes. Untuk peerhitungan hasil yang terbaik,
pengusaha pabrik menyatakan sebaiknya
waktu yang baik- Ringkasan Pada Pengujian Ragent Strips

Mengikuti; Namun, ketika waktu yang tepat tidak tercapai, produsen


merekomendasikan bahwa reaksi dibaca antara 60 dan 120 detik, dengan reaksi leukosit
membaca di 120 detik. Sumber cahaya yang baik, tentu saja, penting untuk akurat
interpretasi warna reaksi. Strip yang harus dilaksanakan berdekatan dengan bagan warna
tanpa benar-benar ditempatkan pada grafik. Otomatis reagent strip instrumen membakukan
warna interpretasi dan waktu reaksi dan tidak kekurangan pencahayaan kamar atau
inkonsistensi antara personil laboratorium (Lampiran A). Reagent Strip dan grafik warna
dari produsen yang berbeda yang tidak
Prosedur
dapat dipertukarkan. Spesimen yang telah
Teknik Reagent Strip
Celupkan strip reagen sebentar ke spesimen baik didinginkan harus diperbolehkan
dicampur urine uncentrifuged pada suhu kamar. untuk kembali ke
Hapus kelebihan urin dengan menyentuh ujung strip
untuk wadah seperti strip ditarik. suhu sebelum reagent strip.
Menghapus tepi strip pada pad penyerap sekali pakai.
Menunggu ditentukan jumlah waktu untuk reaksi terjadi. Penanganan dan penyimpanan dari
Membandingkan reaksi warna bantalan strip bagan Reagent Strip
warna produsen di pencahayaan yang baik.

Di samping menggunakan teknik pengujian, reagent strip harus dilindungi dari kerusakan
yang disebabkan oleh kelembaban, kimia volatile, panas dan cahaya. Reagent strip dikemas
dalam wadah yang buram dengan desiccant untuk melindungi mereka dari cahaya dan
kelembaban. Strip akan dihapus sebelum pengujian, dan botol erat resealed segera. Botol
tidak dapat dibuka di hadapan volatil asap. Produsen menyarankan bahwa reagent strip
disimpan pada suhu kamar di bawah 30˚C. Semua botol dicap dengan tanggal kedaluwarsa
yang mewakili angka harapan hidup fungsional bantalan kimia. Reagent ketika menghapus
strip.
Kontrol kualitas dari Reagent strip

Reagent strip harus diperiksa dengan baik positif dan negatif kontrol minimal sekali setiap
24 jam. Banyak laboratorium melakukan cek ini pada awal setiap. Pengujian juga dilakukan
ketika botol baru reagent strip dibuka, dipertanyakan hasil yang diperoleh, atau ada
kekhawatiran tentang integritas strip. Semua kontrol kualitas hasil harus dicatat mengikuti
protokol laboratorium. Beberapa perusahaan Perlindungan Pada Ragent Strips
memproduksi kontrol baik positif1. dan 1. Tutup botol dengan rapat agar terhindar dari debu.
negatif. Air distilasi tidak dianjurkan2. 2. Simpan pada suhu di bawah 30˚C; hindarkan dari
sebagai kontrol negatif karena reagent strip udara dingin.
3. 3.diHindarkan dari asap panas.
reaksi kimia yang dirancang untuk tampil
4. 4. Hndarkan dari batas waktu penggunaan.
ionik konsentrasi mirip urin. Semua bacaan
5. 5. Hindarkan dari zat/ bahan kimia berbahaya.
negatif kontrol harus negatif dan 6. positif
6. Lepaskan dari potongan yang digunakan.
kontrol pembacaan harus setuju dengan nilai
yang diterbitkan oleh satu warna ± blok. Teknik
Hasil yang tidak setuju dengan nilai-nilai 1. Mencampurkan bahan dengan baik.
2. Simpan bahan dilemari pendingin hangatkan
yang diterbitkan harus diselesaikan melalui
pengujian tambahan Strip dan kontrol (Lihat sebelum di uji.
3. Masukan sepenuhnya pada potongan, dengan cepat,
Bab 7).
kedalam contoh urin.
Demonstrasi strip reagen kimia 4. Lepaskan contoh urin tarik potongan berlawanan
lingkari potongan.
dapat diterima tidak sepenuhnya
5. Gabungkan reaksi warna dengan hasil bagian yang
mengesampingkan kemungkinan hasil yang bawah dengan pencahayaan yang bagus.
akurat. Zat-zat yang mengganggu dalam 6. Lakukan pengulangan pengujian ketika menandai.
urin, kecerobohan teknis, dan buta warna 7. Berikan tanda jika terjadi pertentangan zat.
juga menghasilkan kesalahan. Reagent 8. Mengetahui prinsip dan pengujian, sebelum
strip
produsen telah menerbitkan informasi memasang.
9.
mengenai keterbatasan mereka reaksi kimia, Menghubungkan ke zat lain dan pemeriksaan badan
sangant kecil sekali hasil analisa air kencing.
dan personil laboratorium harus. berhati-hati
kondisi ini. Sebagaimana dimaksud dalam Pengaturan mutu.
Pasal 4, sebuah contoh utama dari reagent 1. Pengujian bahan reaksi dengan botol yang diketahui
strip gangguan adalah masking reaksi warna positive dan negative tiap hari 12hr.
oleh pigmen oranye hadir dalam urin orang 2. Penganturan dengan hasil jarak yang dikeluarkan.
yang mengambil senyawa phenazopyridine. 3. Penggunaan uji bahan kimia dengan pengaturan
positive dan negative.
Jika personil laboratorium tidak mengakui
4. Melakukan uji bahan kimia dengan pengaturan
adanya pigmen ini atau pigmen lain, mereka positive dan negative.
akan melaporkan banyak hasil yang keliru.5. Mencatat semua hasil uji baham kimia.
Nonreagent strip prosedur pengujian menggunakan tablet dan cairan kimia tersedia
bila dipertanyakan hasil yang diperoleh atau sangat berpigmen specimen yang mana
ditemukan. Pada masa lalu banyak cara penggunaan secara rutin hasilnya positive.

■ ■ ● pH

Dengan paru-paru, ginjal yang besar regulator kandungan asam-basa di dalam


tubuh. Mereka melakukan ini melalui sekresi hidrogen dalam bentuk ion amonium,
hidrogen fosfat dan asam-asam organik lemah, dan oleh reabsorpsi bikarbonat dari Filtrat di
tubulus berbelit-belit (Lihat Bab 2). Individu yang sehat biasanya menghasilkan spesimen
pagi pertama dengan pH acidic 5.0 untuk 6.0; pH lebih basa ditemukan mengikuti menu
(alkali air pasang). PH sampel acak normal dapat berkisar dari 4,5 untuk 8,0. Akibatnya,
ada nilai normal ditugaskan untuk pH kemih, dan itu harus dipertimbangkan sehubungan
dengan informasi pasien lainnya, seperti kandungan asam-basa darah, fungsi ginjal pasien,
kehadiran infeksi saluran kemih, asupan makanan pasien dan usia spesimen (Tabel 5-1).

Signifikansi klinis
Pentingnya pH kemih adalah terutama sebagai bantuan dalam menentukan
adanya gangguan asam-basa sistemik asal metabolik atau pernapasan dan dalam
pengelolaan kemih kondisi yang memerlukan urin dipertahankan pada pH tertentu. Dalam
asidosis pernapasan atau metabolik tidak berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, urin
asam; Sebaliknya, jika pernapasan atau metabolik alkalosis hadir, urin bersifat basa. Oleh
karena itu, pH kemih yang tidak sesuai dengan pola ini dapat digunakan untuk
menyingkirkan kondisi dicurigai, atau, seperti yang dibahas dalam Bab 2, itu mungkin
menunjukkan kelainan yang dihasilkan dari ginjal ketidakmampuan untuk mengeluarkan
atau untuk mengendur asam atau dasar.

Presipitasi kimia anorganik dilarutkan dalam urinmembentu kristal dan


membersihkan ginjal. Ini tergantung pada pH kemih dan dapat dikendalikan oleh
mempertahankan urin pada pH yang tidak sesuai dengan bahan kimia tertentu yang
menyebabkan pembentukan. Misalnya, kalsium oksalat, penyusun sering membersihkan
ginjal, presipitat terutama di asam basa urin. Oleh karena itu, mempertahankan urin di pH
alkali menghambat pembentukan. Pengetahuan tentang pH kemih sangat penting dalam
identifikasi kristal diamati selama pemeriksaan mikroskopis sedimen urin. Ini akan dibahas
secara rinci dalam Bab 6.
Table 5–1 Causes of Acid and Alkaline Urine

Acid Urine Alkaline Urine


Emphysema Hyperventilation
Diabetes mellitus Vomiting
Starvation Renal tubular acidosis
Dehydration Presence of urease-
Producing bacteria
Diarrhea Vegetarian diet
Presence of acid- Old specimens
producing bacteria
(Escherichia coli)
High-protein diet
Cranberry juice
Medications (methenamine
mandelate [Mandelamine],
fosfomycin tromethamine) Pemeliharaan urin asam dapat nilai dalam
pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organisme membelah urea karena
mereka tidak kalikan dengan mudah dalam medium asam. Organisme ini sama juga
bertanggung jawab pH alkali ditemukan di spesimen yang telah dibiarkan untuk duduk
unpreserved untuk waktu yang lama. PH kemih dikendalikan terutama oleh peraturan
makanan, meskipun obat juga dapat digunakan. Orang-orang pada diet protein tinggi dan
highmeat cenderung menghasilkan asam urin, sedangkan urine dari vegetarian lebih alkali,
karena pembentukan bikarbonat mengikuti pencernaan banyak buah dan sayuran.
Pengecualian ke aturan adalah jus cranberry, yang menghasilkan asam urin dan telah

lama digunakan sebagai obat rumah untuk infeksi kandung kemih ringan. Obat yang
diresepkan untuk infeksi saluran kemih, seperti Methenamin mandelate (Mandelamine) dan
fosfomycin tromethamine, dimetabolisme untuk menghasilkan asam urin.

PH urin segar diekskresikan tidak mencapai 9 dalam kondisi normal atau abnormal. PH 9
dikaitkan dengan tidak semestinya diawetkan spesimen dan menunjukkan bahwa segar
spesimen harus diperoleh untuk memastikan keabsahan analisis.
Reagent Strip reaksi

The Multistix dan Chemstrip merek reagent strip mengukur pH urin 0,5 atau 1 unit
bertahap antara pH 5 dan 9.

Summary of Clinical Significance


of Urine pH

1. Respiratory or metabolic acidosis/ketosis


2. Respiratory or metabolic alkalosis
3. Defects in renal tubular secretion and
reabsorption of
4. Renal calculi formation
5.Treatment of urinary tract infections
6. Precipitation/identification of crystals
7. Determination of unsatisfactory specimens

Untuk membedakan pH unit seluruh beragam, kedua produsen menggunakan sistem


double-indikator metil merah dan biru bromthymol. Metil merah menghasilkan perubahan
warna dari merah kuning di kisaran pH 4-6, dan ternyata bromthymol biru dari kuning ke
biru dalam kisaran 6-9. Oleh karena itu, dalam kisaran pH 5-9 diukur oleh reagent strip,
satu melihat warna maju dari orange pada pH 5 melalui kuning dan hijau yang mendalam
akhir biru pada pH 9.

Methyl red+H+ →Bromthymol blue ─H+


(Red-Orange →Yellow) (Green → Blue)

Tidak ada dikenal zat mengganggu pengukuran pH kemih dilakukan oleh reagent strip.
Perawatan harus diambil, namun, untuk mencegah runover antara pH pengujian area dan
protein yang berdekatan, pH pengujian daerah di Multistix, seperti ini dapat menghasilkan
membaca palsu asam dalam urin alkali.

■ ■ ● Protein
kimia tes rutin dilakukan pada urin, paling menunjukkan penyakit ginjal adalah penentuan
protein. Kehadiran proteinuria ini sering dikaitkan dengan awal penyakit ginjal, membuat
protein urin menguji bagian penting dari setiap pemeriksaan fisik. Urin normal
mengandung protein sangat sedikit: biasanya, kurang dari 10 mg/dL atau 100 mg per 24
jam diekskresikan. Protein ini terdiri terutama dari rendah-molecular
Summary of pH Reagent Strip
protein serum molecularweight yang telah Reagents Methyl red,
disaring oleh glomerulus dan protein diproduksi Sensitivity 5–9
dalam saluran genitourinari. Karena berat Sources of error/ No known interfering
molekul rendah, albumin adalah protein serum Interference subtances Runover
utama yang ditemukan dalam urin normal. From
Meskipun itu hadir dalam konsentrasi tinggi Adjacent Pads
dalam plasma, konten albumin kencing normal Old spacimens
rendah karena mayoritas albumin yang disajikan Correlations with Nitrite
kepada glomerulus tidak disaring, dan banyak other tests Leukocytes
albumin disaring yang diserap oleh tubulus. Microscopic
Protein lain termasuk sejumlah kecil serum dan
tabung microglobulins, protein Tamm - Horsfall yang dihasilkan oleh tubulus, dan protein
dari sekresi prostat, seminalis dan vagina.
Signifikansi Klinis

Demonstrasi proteinuria dalam analisis rutin tidak selalu berarti penyakit ginjal;
Namun, kehadirannya memerlukan pengujian tambahan untuk menentukan apakah protein
mewakili normal atau kondisi patologis. Proteinuria klinis diindikasikan pada ≥30 mg/dL
(300 mg/L).3 penyebab proteinuria bervariasi dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori utama: prerenal, ginjal dan postrenal, berdasarkan asal-usul protein.

Prerenal Proteinuria

Sebagai nama menyiratkan, prerenal proteinuria disebabkan oleh kondisi yang


mempengaruhi plasma sebelum mereka mencapai ginjal dan, oleh karena itu, tidak
menunjukkan penyakit ginjal yang sebenarnya. Kondisi ini sering transien, disebabkan oleh
peningkatan kadar protein plasma lowmolecular-berat seperti hemoglobin, Mioglobin dan
reaktan fase akut yang terkait dengan infeksi dan peradangan. Filtrasi meningkat dari
protein melebihi kapasitas reabsorptive normal tubulus ginjal, mengakibatkan suatu
overflow protein ke dalam urin. Karena reagent strip mendeteksi utamanya dengan
albumin, prerenal proteinuria biasanya ditemukan tidak dalam urine rutin.

Bence Jones Protein


contoh utama proteinuria karena kadar protein serum peningkatan adalah ekskresi darisam
Jones protein oleh orang-orang dengan pengerasan myeloma. Multiple myeloma, gangguan
proliferatif memproduksi antibodi sel plasma, serum mengandung nyata peningkatan kadar
antibodi monoklonal cahaya rantai (Sam Jones protein). Protein lowmolecular-berat ini
disaring dalam jumlah yang melebihi kapasitas tubular reabsorpsi dan diekskresikan dalam
urin. Ketika Sam Jones protein diduga, tes skrining yang menggunakan karakteristik unik
kelarutan protein dapat dilakukan. Tidak seperti protein lain, yang mengental dan tetap
digumpalkan bila terkena panas protein mengental
pada suhu antara 40˚C dan 60˚C dan larut ketika suhu mencapai 100˚C. Oleh karena itu,
spesimen yang muncul keruh antara 40˚C dan 60˚C dan jelas di 100˚C dapat diduga
mengandung protein darisam Jones. Interferensi protein lain precipitated dapat dihilangkan
dengan menyaring spesimen pada 100˚C dan mengamati spesimen untuk kekeruhan sebagai
mendingin ke antara 40˚C dan 60˚C.

Renal Proteinuria

Proteinuria yang berhubungan dengan penyakit ginjal benar mungkin hasil dari kerusakan
glomerulus atau tabung.

Glomerular Proteinuria
Ketika glomerulus membran rusak, selektif filtrasi gangguan, dan peningkatan
jumlah serum protein dan akhirnya sel-sel darah merah dan putih melewati membran dan
diekskresikan dalam urin. Kondisi yang hadir membran glomerulus dengan zat-zat yang
abnormal (misalnya, amiloid materi, zat beracun, dan kompleks imun yang ditemukan di
lupus eritematosus sistemik dan streptokokus cepat menjadi Glomerulonefritis) adalah
penyebab utama proteinuria akibat kerusakan glomerulus.

Peningkatan tekanan darah yang memasuki glomerulus dapat menggantikan


yang selektif filtrasi glomerulus, menyebabkan peningkatan albumin untuk memasukkan
Filtrat. Kondisi ini mungkin reversibel, seperti yang terjadi selama latihan berat dan
dehidrasi atau terkait dengan hipertensi. Proteinuria yang terjadi selama bulan-bulan
terakhir kehamilan dapat menunjukkan keadaan pra-eclamptic dan harus dipertimbangkan
sehubungan dengan gejala klinis lain, seperti hipertensi, untuk menentukan jika kondisi ini
ada.

Tubular Proteinuria

Albumin meningkat ini juga hadir dalam gangguan yang mempengaruhi tubular reabsorpsi
karena albumin biasanya disaring tidak lagi akan diserap kembali. Protein rendah molekul-
berat lain yang biasanya diserap juga tersedia. Penyebab disfungsi tubulus termasuk
paparan zat racun dan logam berat, infeksi virus yang parah dan Fanconi sindrom. Jumlah
protein yang muncul dalam urin kerusakan glomerulus berikut berkisar dari sedikit di atas
normal 4 g/hari, sedangkan kadar protein meningkat tajam jarang terlihat di tubular
gangguan.

Penemuan protein, terutama dalam sampel acak, ini tidak selalu patologis penting,
karena ada beberapa penyebab proteinuria ginjal yang jinak. Proteinuria jinak ini biasanya
sementara dan dapat diproduksi dengan kondisi seperti latihan berat, demam tinggi,
dehidrasi, dan pemaparan terhadap dingin.

Orthostatic (Postural) Proteinuria

Gigih proteinuria jinak sering terjadi pada remaja dan disebut orthostatic, atau postural,
proteinuria. Itu terjadi setelah periode dihabiskan dalam sikap vertikal dan menghilang
ketika posisi horizontal diasumsikan. Peningkatan tekanan vena ginjal ketika dalam posisi
vertikal dipercaya untuk memperhitungkan kondisi ini. Pasien yang dicurigai orthostatic
proteinuria diminta untuk mengosongkan kandung mereka sebelum pergi tidur,
mengumpulkan spesimen segera setelah timbul di pagi hari, dan mengumpulkan spesimen
kedua setelah tersisa dalam posisi vertikal selama beberapa jam. Spesimen kedua diuji
untuk protein, dan jika orthostatic proteinuria hadir, bacaan negatif akan terlihat pada
spesimen pagi pertama, dan hasil positif akan ditemukan pada spesimen kedua.

Microalbuminuria
Pengembangan nefropati diabetes yang mengarah ke berkurang filtrasi
glomerulus dan gagal ginjal akhirnya adalah umum terjadi pada orang dengan tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2. Timbulnya komplikasi ginjal pertama dapat diprediksi oleh deteksi
mro albuminuria, dan perkembangan penyakit ginjal dapat dicemelalui lebih baik stabilisasi
kadar glucose darah dan ngon hipertensi. Kehadiran mikroalbuminuria ini juga di
kan peningkatan risiko kardiovaskular disease.4,5

Sebelum pengembangan reagent strip metode yang saat ini spesifik untuk
albumin, Deteksi mikroalbuminuria diperlukan koleksi spesimen urin 24-jam. Spesimen
diuji menggunakan kuantitatif prosedur untuk albumin. Hasilnya dilaporkan dalam mg
albumin 24 jam atau sebagai albumin ekskresi (AER) di µg/menit. Dengan metode ini,
microalbumin dianggap signifikan ketika 30 hingga 300 mg albumin diekskresikan dalam
24 jam atau AER 20-200 µg/menit.

Postrenal Proteinuria

Protein dapat ditambahkan ke spesimen urin saat melewati struktur saluran kemih
bawah (ureter, kandung kemih, uretra, prostat, dan vagina). Infeksi bakteri dan jamur dan
radang menghasilkan getah pohon yang mengandung protein dari cairan interstisial.
Kehadiran darah sebagai hasil dari cedera atau menstruasi kontaminasi menyumbang
protein, seperti halnya kehadiran prostat jumlah cairan dan besar spermatozoa.

Reagent Strip Reactions


Tradisional reagent strip pengujian untuk protein menggunakan prinsip kesalahan protein
indikator untuk menghasilkan reaksi colorimetric terlihat. Berlawanan dengan kepercayaan
umum bahwa indikator menghasilkan warna tertentu dalam menanggapi tingkat pH
tertentu, indikator tertentu perubahan warna hadapan protein meskipun pH media tetap
konstan. Hal ini karena protein (utamanya dengan albumin) menerima ion hidrogen dari
indikator. Tes ini lebih sensitif terhadap albumin karena albumin berisi kelompok-
kelompok amino lain untuk menerima ion hidrogen dari protein lain. Tergantung pada
produsen, daerah protein strip berisi tetrabromphenol baik blue atau 3 ', 3′′, 5 ', 5′′-
tetrachlorophenol-3, 4, 5, 6-tetrabromosulfonphthalein dan buffer asam untuk
mempertahankan pH pada tingkat konstan. Pada tingkat pH 3, indikator kedua muncul
kuning dengan tiadanya unsur protein; Namun, sebagai protein yang diperoleh ketika reaksi
tidak mengambil tempat di bawah kondisi asam. Urin sangat berpigmen dan kontaminasi
wadah dengan senyawa amonium kuarterner, deterjen dan antiseptik juga menyebabkan
bacaan positif palsu. Membaca jejak positif palsu dapat terjadi pada spesimen dengan
gravitasi spesifik yang tinggi. Fakta bahwa reagent strip mendeteksi utamanya dengan
albumin dapat mengakibatkan membaca palsu negatif hadapan protein selain albumin.
Secara tradisional, laboratorium yang paling memilih untuk mengkonfirmasi hasil protein
yang positif semua menggunakan tes curah hujan asam sulfosalicyclic (SSA). Praktek ini
digantikan oleh lebih selektif kriteria untuk menentukan kebutuhan untuk pengujian
tambahan.

Summary of Clinical Significance


of Urine Protein

Prerenal Tubular Disorders


Intravascular hemolysis Fanconi
syndrome

Muscle injury Toxic agents/heavy


metals

Acute phase reactants Severe viral infection

Multiple myeloma
Renal Postrenal
Glomerular disorders Lower urinary
tract
Infections/
inflamation

Immune complex Injury/trauma


disorders

Menstrual contamination

Amyloidosis Prostatic
fluid/spermatozoa
Toxic agents Vaginal secretions
Diabetic nephropathy
Strenuous exercise
Dehydration
Hypertension
Pre-eclampsia
Orthostatic or postural proteinuria

Orthostatic or postural proteinuria


𝑝𝐻 3.0
Indicator +Protein → Protein +H+
(Yellow) Indicator ─ H+

Reaction Interference

Sumber utama dari kesalahan dengan reagent strip terjadi dengan sangat buffered urin
alkali yang mengabaikan sistem buffer asam, memproduksi kenaikan pH dan perubahan
warna yang tidak terkait dengan konsentrasi protein. Demikian pula, sebuah kesalahan
teknis memungkinkan pad reagen untuk tetap berhubungan dengan urin untuk jangka waktu
yang dapat menghapus buffer. Positif- palsu bacaan
PROCEDURE
Sulfosalicylic Acid (SSA) Precipitation Test

Add 3 mL of 3% SSA reagent to 3 mL of


centrifuged
urine.
Mix by inversion and observe for cloudiness.
Grade the degree of turbidity (see Table 5–
2).
Microalbumin Testing Summary
Immunologic Tests
Micral-Test
Principle: Enzyme immunoassay
Sensitivity: 0–10 mg/dL
Reagents: Gold-labeled antibody
B-galactosidase
Chlorophenol red galactoside
Interference: False negative: Dilute urine
Immunodip
Principle: Immunochromographics
Sensitivity: 1.2–8.0 mg/dL
Reagents: Antibody coated blue latex particles
Interference: False negative-dilute urine
Albumin: Creatinine Ratio
Clinitest Microalbumin Strips/Multistix-Pro
Principle: Sensitive albumin tests related to
creatinine
concentration to correct for patient hydration
Reagents:
Albumin: diodo-dihydroxydinitrophenyl tetrabro
Mosulfonphtalein
Creatinine: copper sulfate, tetramethylbenzidine,
Diisopropylbenzenedihydroperoxide
Sensitivity:
Albumin: 10–150 mg/L
Creatinine: 10–300 mg/dL, 0.9–26.5 mmol/L
Interference:
Visibly bloody or abnormally colored urine
Creatinine: Cimetidine-False Positive

Summary of Protein Reagent Strip

Reagents Multistix:Tetrabromphenol
blue
Chemstrip: 3′, 3′′, 5′, 5′′
tetra-
Chlorophenol
3, 4, 5, 6-
tetrabromosul-
Ophthalein
Sensitivity Multistix: 15–30 mg/dL
albumin
Chemstrip: 6 mg/dL
albumin
Sources of error/ False-positive: Highly
buffered
Interference alkaline urine
Pigmented
specimens,
Phenazopyridine
Quaternary
ammonium
compounds (deter-
gents)
Antiseptics,
chlorhexi
Dine
Loss of buffer
from
prolonged
exposure
of the reagent strip
to
the specimen
High specific
gravity
False-negative: Proteins other
than
Albumin
Microalbuminuria Test
Correlations with Blood
other tests Nitrite SSA test adalah tes curah
Leukocytes hujan dingin yang bereaksi
Microscopic sama dengan semua bentuk
protein (Tabel 5-2).
Konsentrasi yang bervariasi

yang diperoleh ketika reaksi tidak mengambil tempat di bawah kondisi asam. Urin sangat
berpigmen dan kontaminasi wadah dengan senyawa amonium kuarterner, deterjen dan
antiseptik juga menyebabkan bacaan positif palsu. Membaca jejak positif palsu dapat
terjadi pada spesimen dengan gravitasi spesifik yang tinggi. Fakta bahwa reagent strip
mendeteksi utamanya dengan albumin dapat mengakibatkan membaca palsu negatif
hadapan protein selain albumin. Secara tradisional, laboratorium yang paling

memilih untuk mengkonfirmasi hasil protein yang positif semua menggunakan tes
curah hujan asam sulfosalicyclic (SSA). Praktek ini digantikan oleh lebih selektif kriteria
untuk menentukan kebutuhan untuk pengujian tambahan. Misalnya, beberapa laboratorium
yaitu melakukan SSA pengujian hanya pada kotoran alkali, dan lain-lain mengasamkan
spesimen dan tes ulang menggunakan reagent strip. Juga, laboratorium dengan dan jumlah
SSA dapat digunakan untuk memicu protein, dan metode bervariasi antara laboratorium.
Semua tes presipitasi harus dilakukan pada disentrifugasi spesimen untuk menghilangkan
kontaminasi asing. Tentu saja, setiap substansi yang dipicu oleh asam menghasilkan
kekeruhan dalam tes SSA. Zat

yang paling sering dihadapi adalah tolbutamida metabolit. Sefalosporin radiografi pewarna,
Table 5–2 Reporerting SSA
Turbidity
Grade Turbidity
penisilin, dan sulfonamides.6 adanya Protein Range (mg/dL)
radiografi bahan dapat dicurigai saat Negative No increase in
gravitasi spesifik yang sangat tinggi yang <6
diperoleh. Hadapan radiografi pewarna, turbidity
kekeruhan juga meningkat pada berdiri
karena presipitasi kristal daripada protein. Trace Noticeable tur-
Sejarah pasien menyediakan informasi yang 6-30
diperlukan pada tolbutamida dan antibiotik bidity
konsumsi. Berbeda dengan reagen.
1+ Distinct turbidity
strip tes urine alkali menghasilkan 30-100
bacaan palsu negatif dalam tes curah hujan, with no granula-
seperti pH tinggi mengganggu curah hujan. tion
Penggunaan larutan lebih terkonsentrasi SSA
dapat mengatasi efek urine sangat buffered, 2+ Turbidity with
alkali. 100-200
granulation with
no flocculation
Testing for Microalbuminuria
3+ Turbidity with
beberapa semiquantitative reagent strip 200-400
metode telah dikembangkan sehingga pasien granulation and
pada risiko penyakit ginjal dapat dipantau flocculation
menggunakan acak atau pertama pagi
spesimen. Metode ini didasarkan pada 4+ Clumps of protein
immunochemical tes untuk albumin atau >400
khusus albumin reagent Strip yang juga
mengukur kreatinin untuk menghasilkan rasio

albumin: kreatinin. Immunochemical tes meliputi Micral-Test (Roche diagnostik,


Indianapolis, ind) dan Immunodip (diagnostik bahan kimia Limited, Oxford, Kanada).
Kedua reagent Strip yang dibaca secara visual, dan pagi pertama spesimen yang
direkomendasikan.

Reagen Micral-Test strip berisi konjugat antibodi-enzim berlabel emas antihuman albumin.
Strip dicelupkan ke dalam urin sampai tingkat ditandai di strip dan diadakan selama 5 detik.
Albumin dalam urin berikatan dengan antibodi. Bound dan terikat conjugates naik strip
wicking tindakan. Unbound conjugates dihapus dalam zona tawanan dengan
menggabungkan dengan albumin tertanam di strip. Urin albumin-terikat conjugates terus
the Strip dan mencapai daerah yang mengandung enzim Substrat. Enzim terkonjugasi
bereaksi dengan substrat, menghasilkan warna mulai dari putih ke merah. Jumlah warna
diproduksi mewakili jumlah albumin hadir dalam urin. Warna ini dibandingkan dengan
grafik reagent strip botol setelah 1 menit. Hasil berkisar dari 0 sampai 10 mg/dL.

Immunodip reagent strip menggunakan teknik immunochromographic. Strip individual


dikemas dalam wadah yang dirancang khusus. Wadah ditempatkan di spesimen urin selama
3 menit. Dikontrol jumlah urin

memasuki wadah melalui lubang ventilasi. Urin pertemuan biru partikel lateks
dilapisi dengan antibodi antihuman albumin. Albumin dalam urin berikatan dengan partikel
dilapisi. Bound dan terikat partikel terus bermigrasi the Strip. Migrasi dikendalikan oleh
ukuran partikel; Unbound partikel tidak bermigrasi sejauh partikel terikat. Pertama pita biru
dibentuk oleh partikel terikat. Partikel terikat terus bermigrasi dan membentuk sebuah band
yang kedua biru lebih lanjut the Strip. Atas band karena itu mewakili partikel terikat (urin
albumin) dan band bawah mewakili unbound partikel. Intensitas warna band dibandingkan
terhadap produsen bagan warna. Sebuah band bawah gelap mewakili lebih dari 1.2 mg/dL,
warna band sama mewakili 1.2 untuk 1,8 mg/dL, dan band top gelap mewakili 2.0-8,0
mg/dL albumin. Sebuah band bawah gelap negatif, band yang sama warna batas, dan band
top gelap mewakili hasil positif.
Albumin: Creatinine Rasio

The Clinitek Microalbumin reagent Strip dan Multistix Pro reagent strip
(Siemens medis solusi diagnostik, Tarrytown, NY) menyediakan pengukuran simultan
albumin / protein dan kreatinin yang memungkinkan perkiraan tentang excretion.3
microalbumin 24-hr sebagai dibahas dalam Bab 2, kreatinin diproduksi dan dikeluarkan
pada tingkat yang konsisten untuk setiap individu. Oleh karena itu, dengan membandingkan
ekskresi albumin terhadap pengeluaran kreatinin, pembacaan albumin dapat diperbaiki
untuk overhydration dan dehidrasi dalam sampel acak. Di samping akan termasuk kreatinin
di reagent strip, albumin tes pad berubah menjadi reaksi mengikat pewarna yang lebih
spesifik untuk albumin kesalahan protein reaksi indikator strip mengukur protein.

Reagent Strip Reaksi


Albumin

reagent strip memanfaatkan bis pewarna (3 ', 3′′, diodo-4', 4′′-dihydroxy-5′,5′′-


dinitrophenyl)-3,4,5,6-tetra bromosulphonphtalein (DIDNTB), yang memiliki sensitivitas
dan spesifisitas untuk albumin lebih tinggi. Sedangkan bantalan reagen protein
konvensional memiliki kepekaan ≥30 mg/dL dan mungkin termasuk protein selain albumin,
strip DIDNTB dapat mengukur albumin antara 8 dan 20 mg/dL (80-200 mg/L) tanpa
dimasukkannya protein lain. Reaksi gangguan oleh sangat buffered alkali urin (selalu
perhatian dengan konvensional reagent strip) dikendalikan oleh menggunakan kertas
diperlakukan dengan bis-(heptapropylene glycol) karbonat. Penambahan polimetil vinyl
eter menurun pengikatan spesifik polyamino asam untuk albumin pad. Hasil dilaporkan
sebagai 10-150 mg/L (1 sampai 15 mg/dL). Warna berkisar dari hijau pucat aqua biru.
Hasil yang ditinggikan palsu dapat disebabkan oleh kencing tampak berdarah, dan kotoran
abnormally berwarna dapat mengganggu bacaan.

Creatinine

Kreatinin prinsip reagent strip untuk kreatinin didasarkan pada aktivitas


Kreatinin prinsip reagent strip untuk kreatinin didasarkan pada aktivitas pseudoperoxidase
tembaga-kreatinin kompleks. Reaksi mengikuti prinsip yang sama sebagai reaksi untuk
darah reagent strip. Reagent strip mengandung tembaga sulfat (CuSO4, 3, 3 ', 5, 5 '-
tetramethylbenzidine (TMB) dan diisopropyl benzena dihydroperoxide (DBDH) Reagent
strip tidak mampu mendeteksi ketiadaan kreatinin. Hasil yang ditinggikan palsu dapat
disebabkan oleh kencing tampak berdarah dan kehadiran obat simetidin asam-mengurangi
lambung (Tagamet). Kotoran abnormally berwarna juga dapat mengganggu bacaan. Bacaan
kreatinin tidak dianggap normal, seperti kreatinin biasanya hadir dalam konsentrasi 10-300
mg/dl (0,9 untuk 26,5 mmol/L). Tujuan pengukuran kreatinin adalah untuk
mengkorelasikan concentraton albumin urin konsentrasi, memproduksi semiquantitative
albumin: rasio kreatinin rasio (A:C).

Albumin/Protein: Creatinine Ratio


otomatis dan metode manual yang tersedia untuk menentukan rasio A:C
berdasarkan reaksi dibahas. Clinitek Microalbumin reagent Strip yang dirancang untuk
penggunaan instrumental saja. Strip yang dibaca pada Clinitek urin kimia analisis. Strip
mengukur hanya albumin dan kreatinin dan menghitung rasio A:C. Hasil ditampilkan dan
dicetak untuk albumin, Kreatinin, dan rasio A:C baik konvensional dan si unit. Hasil yang
tidak normal untuk rasio A:C adalah 30 sampai 300 mg/g atau 3.4 untuk 33,9 mg/mmol.7

Bayer Multistix Pro 11 reagent strip termasuk reagen bantalan untuk kreatinin,
protein tinggi dan rendah protein (albumin), bersama dengan bantalan untuk glukosa, keton,
darah, nitrit, leukosit esterase, pH, bilirubin, dan gravitasi spesifik. Urobilinogen tidak
disertakan pada komik strip tersebut. Strip dapat dibaca secara manual atau otomatis
Clinitek instrumen. protein tinggi dan rendah protein (albumin), bersama dengan bantalan
untuk glukosa, keton, darah, nitrit, leukosit esterase, pH, bilirubin, dan gravitasi spesifik.
Urobilinogen tidak disertakan pada komik strip tersebut. Strip dapat dibaca secara manual
atau otomatis Clinitek instrumen. Reaksi protein tinggi menggunakan kesalahan protein
prinsip indikator dan reaksi rendah protein adalah mengikat pewarna metode yang dibahas.
Hasil dilaporkan sebagai rasio protein: kreatinin, meskipun hasil rendah protein juga
dimasukkan dalam perhitungan. Bagan disediakan produsen digunakan untuk menentukan
rasio yang berdasarkan hasil protein tinggi, rendah protein dan kreatinin readings.8
■ ■ ● Glukosa
karena nilainya dalam deteksi dan pemantauan diabetes melitus, tes glukosa adalah analisa
kimia paling sering dilakukan di urin. Karena gejala spesifik yang berhubungan dengan
timbulnya diabetes, diperkirakan bahwa lebih dari setengah dari kasus di dunia
terdiagnosis. Oleh karena itu, tes glukosa darah dan urin disertakan dalam semua
pemeriksaan fisik dan sering fokus kesehatan massa program skrining. Diagnosis dini
diabetes mellitus melalui tes glukosa darah dan urin menyediakan prognosis yang sangat
membaik. Menggunakan saat ini tersedia reagent strip metode untuk darah dan urin glukosa
pengujian, pasien dapat memantau sendiri di rumah dan dapat mendeteksi masalah regulasi
sebelum pengembangan komplikasi serius.

Klinik signifikansi

Dalam keadaan normal, hampir semua glukosa disaring oleh glomerulus diserap
di proksimal rumit tubulus; oleh karena itu, urin mengandung hanya menit sejumlah
glukosa. Tubular reabsorpsi glukosa adalah dengan transpor aktif dalam menanggapi
kebutuhan tubuh untuk mempertahankan konsentrasi glukosa memadai. Harus tingkat darah
glukosa menjadi ditinggikan (hiperglikemia), seperti yang terjadi di diabetes melitus,
pengangkutan tubular glukosa berhenti, dan glukosa tampil dalam urin. Darah tingkat di
mana tubular reabsorpsi berhenti (ambang ginjal) untuk glukosa adalah sekitar 160 hingga
180 mg/dL. Kadar glukosa darah berfluktuasi, dan orang normal mungkin memiliki
glikosuria mengikuti makanan dengan kandungan glukosa tinggi. Oleh karena itu, hasil
glukosa paling informatif yang Diperoleh dari berbagai spesimen yang terkumpul di bawah
kondisi yang terkendali. Dianjurkan berpuasa sebelum pengambilan sampel untuk
pengujian. Untuk tujuan pengawasan diabetes, spesimen biasanya diuji 2 jam setelah
makan. Spesimen pagi pertama tidak selalu mewakili spesimen puasa karena glukosa dari
makan malam dapat tetap berada dalam kandung kemih semalam, dan pasien harus
dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih dan mengumpulkan specimen. 9 kedua
urin untuk pengujian glukosa adalah kadang-kadang dikumpulkan dalam hubungannya
dengan sampel darah yang diambil selama tes toleransi glukosa yang digunakan untuk
konfirmasi diagnosis diabetes mellitus atau hipoglikemia.
Hiperglikemia yang terjadi selamakehamilan dan menghilang setelah pengiriman disebut
gestational diabetes. Terjadinya hiperglikemia dan glikosuria ini biasanya sekitar bulan
keenam kehamilan. Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta memblokir aksi insulin,
mengakibatkan hiperglikemia dan resistensi insulin. Deteksi gestational diabetes penting
untuk kesejahteraan bayi, karena glukosa melintasi plasenta sedangkan insulin tidak. Bayi
berkembang
Ringkasan Signifikansi Klinis Urin Glukosa

Hyperglycemia-Associated Renal-
Associated
Diabetes mellitus Fanconi
syndrome
Pancreatitis Advanced renal
disease
Pancreatic cancer Osteomalacia
Acromegaly Pregnancy
Cushing syndrome
Hyperthyroidism
Pheochromocytoma
Central nervous system damage
Stress
Gestational diabetes

kadar glucose yang tinggi, menyebabkan bayi pankreas untuk menghasilkan lebih banyak
insulin. Kelebihan glukosa diberikan kepada bayi akan disimpan sebagai lemak, sehingga
bayi besar risiko obesitas dan diabetes tipe 2 kemudian. Wanita yang mengalami
gestational diabetes juga cenderung mengembangkan diabetes mellitus tipe 2 tahun
kemudian.
Hiperglikemia asal nondiabetic terlihat dalam berbagai gangguan dan juga menghasilkan
glikosuria. Banyak gangguan ini dikaitkan dengan fungsi hormon dan mencakup
pankreatitis, kanker pankreas, acromegaly, Cushing sindrom, hipertiroidisme dan
pheochromocytoma. Hormon glukagon, epinefrin, kortisol, tiroksin dan hormon
pertumbuhan, yang meningkat dalam gangguan ini, bekerja dalam oposisi terhadap insulin,
sehingga menghasilkan hiperglikemia dan glucosuria. Sedangkan fungsi utama insulin
untuk mengkonversi glukosa ke glikogen untuk penyimpanan (glycogenesis), hormon ini
menentang menyebabkan kerusakan glikogen menjadi glukosa (glycogenolysis),
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa yang beredar. Epinefrin juga inhibitor kuat
sekresi insulin dan meningkat ketika tubuh mengalami stres yang parah, yang account
untuk glucosuria terlihat dalam hubungannya dengan trauma serebrovaskular dan infark
miokard.

Glycosuria terjadi dalam ketiadaan hiperglikemia ketika reabsorpsi glukosa oleh


tubulus ginjal terganggu. Ini sering disebut sebagai "ginjal glikosuria" dan dilihat dalam
tahap akhir penyakit ginjal, cystinosis dan Fanconi sindrom. Glikosuria yang tidak terkait
dengan gestational diabetes kadang-kadang dilihat sebagai hasil sementara menurunkan
ambang ginjal untuk glukosa selama kehamilan.

Reaksi Reagent Strip (Glucose


Oxidase)

Dua tes sangat berbeda telah digunakan oleh laboratorium untuk mengukur kemih glukosa.
Glukosa oksidase prosedur menyediakan tes tertentu untuk glukosa, dan pengurangan
tembaga test adalah tes umum untuk glukosa dan zat lain yang mengurangi. Reagent strip
mempekerjakan glukosa oksidase metode pengujian oleh impregnating daerah pengujian
dengan campuran glukosa oksidase, peroksidase, chromogen, dan penyangga untuk
menghasilkan reaksi enzim berurutan ganda.

Dalam langkah pertama, glukosa oksidase mengkatalisis reaksi antara glukosa dan ruang
udara untuk menghasilkan asam gluconic dan peroksida. Pada langkah kedua, peroksidase
mengkatalisis reaksi antara peroksida dan chromogen untuk membentuk teroksidasi
berwarna senyawa yang mewakili kehadiran glukosa.
glucose
1. Glucose - O2 (air) gluconic acid + H2 O 2
Oxidase

peroxidase
2. H2 O 2 + chromogen oxidized colored chromogen
+H2O

Reagent strip produsen menggunakan beberapa chromogens berbeda, termasuk kalium


iodida (hijau cokelat) dan tetramethylbenzidine (kuning hijau). Glukosa urin mungkin
Ringkasan Glocosa Reagent Strips
Reagents Multistix:
Glucose oxidase

Peroxidase
Potassium
iodide
Chemstrip:
Glucose oxidase
Peroxidase

Tetramethylbenzidine
Sensitivity Multistix: 75–
125 mg/dL
Chemstrip: 40
mg/dL dilaporkan dalam hal negatif, melacak, 1, 2, 3 dan 4;
Interference False-positive: Namun, warna grafik juga menyediakan pengukuran
Contamination kuantitatif mulai dari 100 mg/dL untuk 2 g/dL, atau
by oxidizing 0,1% menjadi 2%. American Diabetes Association
agents and merekomendasikan pelaporan kuantitatif.
detergents
False-negative: High
levels of ascorbic Reaction Interference
Acid
High levels of Karena glukosa oksidase metode tertentu untuk
ketones glukosa, reaksi positif palsu yang tidak Diperoleh
High specific dari konstituen lain kemih, termasuk gula lain yang
gravity mungkin ada. Reaksi positif palsu dapat terjadi,
Low namun, jika wadah menjadi terkontaminasi dengan
temperatures peroksida atau kuat mengoksidasi deterjen.
Improperly
preserved Zat yang mengganggu enzimatik reaksi atau
Specimens mengurangi agen yang kuat, seperti asam askorbat,
Correlations Ketones yang mencegah oksidasi dari chromogen dapat
with other tests Protein menghasilkan hasil palsu negatif. Untuk
meminimalkan gangguan dari asam askorbat, reagent
strip produsen menggabungkan bahan kimia
tambahan ke bantalan tes. Contohnya adalah iodate yang mengoksidasi asam Zat yang
mengganggu enzimatik reaksi atau mengurangi agen yang kuat, seperti asam askorbat, yang
mencegah oksidasi dari chromogen dapat menghasilkan hasil palsu negatif. Untuk
meminimalkan gangguan dari asam askorbat, reagent strip produsen menggabungkan bahan
kimia tambahan ke bantalan tes. Contohnya adalah iodate yang mengoksidasi asam
askorbat sehingga itu tidak mengganggu dengan oksidasi chromogen. Produk sastra harus
hati-hati dikaji untuk informasi terkini mengenai semua zat yang mengganggu. Tingkat
tinggi keton juga mempengaruhi glukosa oksidase tes pada konsentrasi glukosa rendah;
Namun, karena keton biasanya disertai dengan tanda glikosuria, ini jarang menimbulkan
masalah. Gravitasi spesifik yang tinggi dan suhu rendah dapat menurunkan sensitivitas tes.
Jauh sumber terbesar hasil palsu negatif glukosa adalah kesalahan teknis memungkinkan
spesimen untuk tetap unpreserved pada suhu kamar untuk waktu yang lama.

Palsu negatif hasil yang diperoleh dengan glukosa oksidase dan metode pengurangan
tembaga karena glikolisis cepat glukosa.

Copper Reduction Test


Pengukuran glukosa dengan metode pengurangan tembaga adalah salah satu tes kimia awal
dilakukan pada urin. Tes bergantung pada kemampuan glukosa dan zat lain untuk
mengurangi tembaga sulfat cuprous oksida hadapan alkali dan panas. Perubahan warna
yang berawal dari biru negatif (CuSO4) melalui hijau, kuning dan oranye/merah (Cu2O)
terjadi ketika reaksi berlangsung.
heat
CuSO4 (cupric sulfide) + reducing substance
alkali

Cu2O (cuprous oxide) + oxidized substance → color


(blue/green → orange/red)

Klasik Benediktus solusi ini dikembangkan pada tahun 1908 dan terkandung tembaga
sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat buffer.10 urin ditambahkan ke solusi, panas
diterapkan, dan percepatan dihasilkan diamati untuk warna. Metode yang lebih mudah yang
mempekerjakan Benediktus prinsip adalah tablet Clinitest (Siemens medis solusi
diagnostik, Tarrytown, NY). Tablet berisi tembaga sulfat, natrium karbonat, natrium sitrat,
dan natrium hidroksida. Setelah penambahan tablet untuk air dan urin, panas yang
dihasilkan oleh hidrolisis natrium hidroksida dan reaksinya dengan natrium sitrat, dan
karbon dioksida dilepaskan dari natrium karbonat untuk mencegah udara kamar
mengganggu reduksi reaksi. Tabung harus ditempatkan di rak dan tidak diadakan di tangan
karena reaksi panas dapat menyebabkan luka bakar.

Di akhir effervescent reaksi, tabung lembut terguncang, dan warna mulai dari biru oranye
merah dapat dibandingkan dengan produsen warna grafik untuk menentukan perkiraan
jumlah mengurangi zat.
Perawatan harus diambil untuk mengamati reaksi erat ketika itu terjadi, karena pada
kadar glucose yang tinggi, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "melewati" mungkin
terjadi. Ketika ini terjadi, warna dihasilkan melewati tahap oranye merah dan kembali ke
warna hijau kecokelatan, dan jika tidak diamati, tingkat glukosa tinggi mungkin dilaporkan
sebagai negatif. Metode alternatif menggunakan dua tetes daripada lima tetes urin dapat
meminimalisir terjadinya "melewati." Bagan warna terpisah harus digunakan untuk
menafsirkan reaksi. Tabel ini menyediakan nilai hingga 5 g/dL, sedangkan metode lima-
drop dibatasi untuk 2 g/dL.
Sensitivitas dari Clinitest menjadi glukosa berkurang minimal 200 mg/dL. Sebagai ujian
spesifik untuk mengurangi zat, Clinitest adalah gangguan dari gula mengurangi lain,
termasuk galaktosa, laktosa, fruktosa,
PROSEDUR

Clinitest Procedure
Tempatkan tabung kaca di rak,
tambahkan 5 tetes urin. Tambahkan 10 Perbedaan paling signifikan adalah negatif
tetes air suling untuk urin tabung uji reagent strip dengan Clinitest positif.
coba. Meskipun zat-zat yang mengganggu yang
Drop satu tablet Clinitest ke dalam mempengaruhi entah tes dapat menyebabkan
tabung tes dan mengamati reaksi sampai masalah ini, penyebab paling sering adalah
selesai (penghentian mendidih). kehadiran gula lain mengurangi dalam urin.
CAUTION: Campuran reaksi mendapat Gula mengurangi sering ditemukan termasuk
sangat panas. Tidak menyentuh daerah galaktosa, fruktosa, pentosa dan laktosa,
bagian bawah tabung uji coba. galaktosa yang adalah paling klinis yang
Penggunaan kaca tabung hanya. signifikan. Galaktosa dalam urin bayi yang
Tunggu 15 detik setelah mendidih telah baru lahir mewakili "bawaan kesalahan
berhenti dan lembut kocok isi tabung. metabolisme" di mana kekurangan enzim
Membandingkan warna campuran untuk galaktosa-1-fosfat uridyl transferase
Clinitest warna grafik dan merekam mencegah kerusakan tertelan galaktosa dan
hasil dalam mg/dL atau persen. maltosa, mengakibatkan kegagalan untuk berkembang
Mengamati untuk kemungkinan pentoses, dan komplikasi lainnya, termasuk kematian.
fenomena "pass-through". asam Semua bayi harus disaring untuk galactosuria
Ulangi dengan menggunakan prosedur askorbat, karena deteksi dini diikuti oleh pembatasan
2-drop. tertentu Diet kontrol kondisi. Tergantung pada
metabolit populasi laboratorium, Clinitest sering
obat dilakukan pada pediatrik spesimen dari pasien
antibiotik hingga setidaknya usia 2 tahun. Banyak
seperti negara telah memasukkan skrining untuk
sefalosporin sejumlah rintangan. Oleh karenagalactosemia ke bayi mereka diperlukan
itu, Clinitest tidak memberikan konfirmasi tesprogram (Lihat Bab 9) pemutaran.
untuk glukosa. Munculnya gula mengurangi lain biasanya
Clinitest tablet sangat higroskopis dan harussignifikansi klinis minimal, dan laktosa sering
disimpan dalam paket mereka erat tertutup.ditemukan dalam urin ibu menyusui. Perlu
Warna biru yang kuat dalam. diingat bahwa meja gula Sukrosa, gula
nonreducing, dan tidak bereaksi dengan
Perbandingan Glukosa Clinitest atau glukosa oksidase strip.
Oxidase dan Clinitest

Ada beberapa penjelasan untuk menemukan


hasil yang bertentangan antara dua tes
glukosa. Seperti yang dinyatakan, Clinitest
tidak sensitif yang glukosa oksidase tes,
sehingga temuan 1 reagent strip membaca dan
Clinitest negatif tidak boleh mengejutkan.
Sangat positif reagent strip dan Clinitest
negatif, namun, harus menyebabkan
kekhawatiran tentang kemungkinan
kontaminasi oleh agen oksidasi yang kuat.
Summary of Glucose Oxidase
■ ■ ● Ketones and Clinitest Reactions
Glucose Oxidase Clinitest Interpretation
Benda keton istilah mewakili tiga produk
menengah lemak metabolisme, berlaku, aseton,
1+positive Negative Small amount of
asam acetoacetic dan asam betahydroxybutyric.
Glucose present
Biasanya, jumlah yang terukur benda keton tidak
muncul dalam urin, karena semua lemak
4+positive Negative Possible oxidizing
dimetabolisme sepenuhnya dipecah menjadi
Agent
karbon dioksida dan air. Namun, ketika
penggunaan karbohidrat tersedia sebagai sumber
interference on reagent
utama energi menjadi terganggu, Toko tubuh
Strip
lemak harus dimetabolisme untuk memasok
energi. Benda keton kemudian terjadi terdeteksi
Ndegative Positive Nonglucose
dalam urin.
Reducing
substance present
Signifikansi Klinis
Possible interfering
Klinis alasan untuk peningkatan metabolisme
substance
lemak mencakup ketidakmampuan untuk
for reagent strip
memetabolisme karbohidrat, seperti yang terjadi
di diabetes melitus; hilangnya karbohidrat dari
muntah; dan tidak mencukupi asupan karbohidrat yang berkaitan dengan kelaparan dan
malabsorpsi.

Pengujian kemih keton paling berharga dalam pengelolaan dan pemantauan (type 1)
tergantung insulin diabetes mellitus. Ketonuria menunjukkan kekurangan insulin,
menunjukkan kebutuhan untuk mengatur dosis. Hal ini sering indikator awal dosis insulin
yang cukup dalam tipe 1 diabetes dan pasien dengan diabetes yang mengalami masalah
medis di

Signifikansi Klinis Keton Urin


1. diabetic asidosis
2. pemantauan dosis insulin
3.Kelaparan
4. Gangguan malabsorpsi pancreas
5. latihan berat
6. muntah
7. kesalahan bawaan metabolism asam amino
(lihat Bab 9)

Selain diabetes. Peningkatan akumulasi keton dalam darah menyebabkan


ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, dan, jika tidak diperbaiki, asidosis dan akhirnya
Diabetik koma. Untuk membantu dalam pemantauan diabetes, tes keton tidak hanya
disertakan dalam semua beberapa-test strip, tetapi juga dikombinasikan dengan glukosa
pada Strip yang digunakan terutama untuk pengujian di rumah oleh pasien yang didiagnosis
dengan diabetes.

Penggunaan multiple-test Strip di laboratorium rumah sakit sering menghasilkan


keton positif tes tidak terkait dengan diabetes karena pasien penyakit baik mencegah asupan
atau penyerapan karbohidrat atau menghasilkan kerugian yang dipercepat, seperti dalam
kasus muntah. Penurunan berat badan dan klinik gangguan makan dapat menggunakan
sebuah aplikasi praktis dari ketonuria yang dihasilkan oleh menghindari karbohidrat untuk
memantau pasien. Latihan berat sering dapat menyebabkan berlebihan tersedia karbohidrat
dan menghasilkan ketonuria.

Reagent Strip Reactions

Tiga senyawa keton tidak hadir dalam jumlah yang sama dalam urin. Aseton dan beta-
hydroxybutyric asam yang dihasilkan dari asam acetoacetic (gambar 5 - 1). Proporsi 78%
beta-hydroxybutyric asam, asam acetoacetic 20% dan 2% aseton relatif konstan di seluruh
spesimen.

Reagent strip tes menggunakan natrium nitroprusside (nitroferricyanide) reaksi


untuk mengukur keton. Dalam reaksi ini, acetoacetic asam basa sedang bereaksi dengan
natrium nitroprusside untuk menghasilkan warna ungu. Tes tidak mengukur beta-
hydroxybutyric asam dan hanya sedikit sensitif terhadap aseton ketika glycine juga hadir;
Namun, karena senyawa ini berasal dari acetoacetic asam, kehadiran mereka dapat
diasumsikan, dan hal ini tidak diperlukan untuk melakukan tes individu. Hasil dilaporkan
secara kualitatif sebagai negatif, jejak, kecil (1), sedang (2) atau besar (3), atau
semiquantitatively sebagai negatif, jejak (5 mg/dL), kecil (15 mg/dL), moderat (40 mg/dL)
atau besar (80 sampai 160 mg/dL).
alkalin
acetoacetate + sodium nitroprusside +(glycine)
(and acetone) purple color

Acetest tablet dalam kasus ketosis parah, mungkin diperlukan untuk melakukan tes
pada serial pengenceran untuk memberikan informasi mengenai tingkat ketosis. Ini
dilakukan menggunakan tes tablet.

Acetest (Diganostics solusi medis Siemens, Tarrytown, NY) menyediakan natrium


nitroprusside, glycine, Dinatrium fosfat dan laktosa dalam bentuk tablet. Penambahan
laktosa memberikan lebih baik warna diferensiasi. Keuntungan dari Acetest
PROSEDUR
Acetest Procedure
Acetest prosedur menghapus Acetest tablet dari botol
dan tempat pada selembar kertas putih kering
bersih.
Tempatkan satu tetes urin di atas tablet. Tunggu 30
detik. Bandingkan tablet warna dengan warna grafik tablet juga dapat digunakan untuk serum dan
yang manufacturersupplied. pengujian cairan tubuh lainnya. Acetest tablet
Laporan sebagai negatif, kecil, menengah atau besar. higroskopis; Jika spesimen itu tidak benar-
benar diserap dalam waktu 30 detik, tablet baru
yang harus digunakan.

Reaction Interference
Spesimen diperoleh mengikuti prosedur diagnostik yang menggunakan pewarna
phenolsulfonphthalein dan bromsulphalein dapat menghasilkan warna merah yang
mengganggu dalam jangka menengah dan test alkalinitas, seperti halnya urin merah sangat
berpigmen. Sejumlah besar levodopa dan obat-obatan yang mengandung kelompok
sulfhydryl, termasuk mercaptoethane sulfonate natrium (MESNA) dan kaptopril, dapat
menghasilkan warna atipikal reaksi. Reaksi dengan Campur bahan sering memudar pada
berdiri, sedangkan pengembangan warna dari peningkatan asam acetoacetic, menghasilkan
hasil positif palsu dari tidak semestinya waktunya bacaan. Palsu penurunan nilai volatilisasi
aseton dan pemecahan asam acetoacetic oleh bakteri terlihat di spesimen yang tidak
semestinya diawetkan.

■ ■ ● Darah

mungkin hadir dalam urin baik dalam bentuk sel darah merah utuh (hematuria) atau sebagai
produk dari penghancuran sel darah merah, hemoglobin (hemoglobinuria). Seperti telah
dibahas dalam bab 4, hadir dalam jumlah besar darah dapat dideteksi secara visual
Hematuria menghasilkan urine merah berawan, dan hemoglobinuria muncul sebagai
spesimen jelas merah. Karena jumlah darah yang lebih besar dari lima sel per microliter
urin dianggap klinis yang signifikan, pemeriksaan visual tidak dapat diandalkan untuk
mendeteksi adanya darah. Pemeriksaan mikroskopis sedimen kemih menunjukkan sel darah
merah utuh, tapi gratis hemoglobin diproduksi baik oleh hemolitik gangguan atau lysis sel
darah merah tidak terdeteksi.
Rumus

Oleh karena itu, kimia tes untuk hemoglobin Summary of Ketone Reagent Strip
menyediakan sarana paling akurat untuk
menentukan kehadiran darah. Setelah darah telah Reagents Sodium nitroprusside
terdeteksi, pemeriksaan mikroskopis dapat Glycine (Chemstrip)
digunakan untuk membedakan antara hematuria Sensitivity Multistix: 5–10 mg/dL acetoacetic
dan hemoglobinuria. Acid
Signifikansi Klinis Myoglobinuria Chemstrip: 9 mg/dL acetoacetic acid;
70 mg/dL acetone
Temuan hasil positif reagent strip tes darah Interference False-positive: Phthalein dyes
menunjukkan adanya sel darah merah, Highly pigmented red urine
hemoglobin, atau Mioglobin. Masing-masing Levodopa
memiliki signifikansi klinis yang berbeda. Medications containing free
sulfhydryl groups
Hematuria False-negative: Improperly preserved
specimen
Hematuria Hematuria paling erat terkait dengan Correlations Glucose
gangguan ginjal atau genitourinari asal yang with other
berdarah adalah hasil dari trauma atau kerusakantests
pada organ-organ sistem ini. Penyebab utama
hematuria termasuk BATE membersihkan ginjal, glomerulus penyakit, tumor, trauma,
Pielonefritis, paparan terhadap bahan kimia beracun dan terapi antikoagulan. Laboratorium
sering diminta untuk melakukan urine ketika pasien menyajikan dengan parah kembali dan
sakit perut yang diduga memiliki BATE membersihkan ginjal. Dalam kasus tersebut,
hematuria adalah biasanya kecil tingkat moderat, tetapi keberadaannya dapat menjadi
penting untuk diagnosis. Hematuria signifikansi nonpathologic diamati setelah latihan berat
dan saat menstruasi.
Hemoglobinuria

Hemoglobinuria mungkin hasil dari lysis sel darah merah diproduksi di saluran kemih,
terutama dalam urin encer, alkali. Juga mungkin hasil dari hemolisis intravaskular dan
penyaringan berikutnya hemoglobin melalui glomerulus. Lysis sel darah merah dalam urin
biasanya menunjukkan campuran hemoglobinuria dan hematuria, sedangkan sel-sel darah
merah tidak terlihat dalam kasus hemolisis intravaskuler. Dalam kondisi normal,
pembentukan besar hemoglobinhaptoglobin kompleks dalam sirkulasi mencegah filtrasi
glomerulus hemoglobin. Ketika jumlah gratis hemoglobin hadir melebihi konten
haptoglobin-seperti yang terjadi di anemias hemolitik, reaksi transfusi, luka bakar, cokelat
gigitan laba-laba pertapa, infeksi, dan latihan berat - hemoglobin tersedia untuk filtrasi
glomerulus. Reabsorpsi disaring hemoglobin juga mengakibatkan munculnya besar kuning-
coklat butiran didenaturasi feritin disebut hemosiderin dalam sel-sel epitel tubulus ginjal
dan sedimen urin.

Myoglobinuria

Miglobin berisi protein masuk ke jaringan dengan keras tidak hanya bereaksi positif dengan
reagent strip pengujian pada darah tapi juga hasil urin darah bersih merah-coklat.
Kehadiran myoglobin dibandingkan Hemoglobin yang dicurigai dengan yang terkait
(rhabdomyolysis). Contoh; trauma, crush syndromes, memperpanjang koma , convulsions,
muscle-wasting diseases, alcoholism, heroin abuse, and extensive exertion. Berkembangnya
rhabdomylosis di bagian pinggang terjadi pada pasien yang kolesterol rendah. Porsi
Miglobin mengandung racun pada kelenjar ginjal, dan konsentrasi yang tinggi kegagalan
pada kelenjar ginjal. Hemoglobinuria secara besar-besaran terlihat dalam hemolitik reaksi
transfusi yang juga berkaitan dengan gagal ginjal.

Ringkasan Signifikansi Klinis dari Reaksi Positif


darah Hematuria
aturia 5. Strenuous exercise/red
1. Renal calculi blood cell trauma
omerulonephritis 6. Brown recluse spider
3. Pyelonephritis bites
4. Umors
5. Trauma Myoglobinuria
posure to toxic 1. Muscular trauma/crush
chemicals syndromes
7. Anticoagulants 2. Prolonged coma
enuous exercise 3. Convulsions
4. Muscle-wasting
diseases
Hemoglobinuria 5. Alcoholism/overdose
1.Transfusion reactions 6. Drug abuse
2. Hemolytic anemias 7. Extensive exertion
3. Severe burns 8. Cholesterol-lowering
4. Infections/malaria statin medications

Hemoglobinuria Versus Myoglobinuria


sesekali laboratorium mungkin diminta untuk membedakan antara adanya hemoglobin dan
Mioglobin dalam urin spesimen. Diagnosis myoglobinuria adalah biasanya didasarkan pada
sejarah dan tingkat tinggi serum dan enzim kreatinin kinase laktat dehidrogenase pasien.
Tampilan plasma pasien juga dapat membantu dalam diferensiasi. Ginjal dengan cepat
menghapus Mioglobin dari plasma, meninggalkan plasma normal-muncul, sedangkan
hemoglobin yang terikat untuk haptoglobin tetap dalam plasma dan menanamkan warna
merah.

Konsentrasi Mioglobin dalam urin harus setidaknya 25 mg/dL sebelum pigmentasi merah
dapat divisualisasikan. Pada konsentrasi ini, tes curah hujan dapat digunakan untuk layar
untuk kehadiran Mioglobin; 2.8 g amonium sulfat ditambahkan ke 5 mL disentrifugasi urin.
Setelah pencampuran dan memungkinkan spesimen untuk duduk untuk 5 menit, urin
disaring atau disentrifugasi, dan supernatant diuji untuk reaksi darah dengan reagent strip.
Prinsip ini tes skrining adalah didasarkan pada kenyataan bahwa molekul hemoglobin besar
dipicu oleh amonium sulfat, dan Mioglobin tetap dalam supernatant. Oleh karena itu, ketika
Mioglobin hadir, supernatant mempertahankan warna merah dan memberikan positif
reagent strip tes untuk darah. Sebaliknya, hemoglobin menghasilkan percepatan merah dan
supernatant yang tes negatif untuk darah. Mioglobin tidak stabil dalam urin asam dan, jika
didenaturasi, dapat memicu dengan amonium sulfat. Spesimen yang tidak dapat diuji segera
harus dinetralisir dan beku. Prosedur Immunoassay tersedia untuk mengukur kadar serum
Mioglobin.
Reaksi Reagent Strip
Reagen kimia reaksi Strip tes darah menggunakan aktivitas pseudoperoxidase hemoglobin
untuk mengkatalisasi reaksi antara hidrogen peroksida dan
tetramethylbenzidine chromogen untuk memproduksi chromogen teroksidasi, yang
memiliki warna hijau-biru.

hemoglobin
H2O2 + chromogen + hemoglobin oxidized chromogen + H2O
peroxidase

Reagent strip produsen memasukkan peroksida, tetramethylbenzidine, dan penyangga ke


darah pengujian daerah. Dua warna grafik disediakan yang sesuai dengan reaksi yang
terjadi dengan hemoglobinuria, myoglobinuria dan hematuria. Hadapan gratis
hemoglobin/Mioglobin, seragam warna mulai dari kuning negatif hingga hijau hijau-biru
yang sangat positif muncul pada pad. Sebaliknya, sel darah merah utuh adalah segaris
ketika mereka datang di kontak dengan pad, dan hemoglobin dibebaskan menghasilkan
reaksi terisolasi yang menghasilkan sebuah pola yang berbintik-bintik pada pad. Reagent
strip tes dapat mendeteksi konsentrasi rendah sebagai sebagai sel-sel darah merah lima per
microliter; Namun, perawatan harus diambil ketika membandingkan angka-angka ini
dengan nilai mikroskopis yang sebenarnya, karena sifat penyerap pad menarik lebih dari 1
mL urin. Persyaratan melacak, kecil, sedang, dan besar atau melacak, 1, 2 dan 3 yang
digunakan untuk pelaporan.

Ringkasan Ragent Strip Darah

Reagents Multistix: Diisopropylbenzene


Dehydroperoxide
tetramethylbenzidine
Chempstrip: dimethyldihydroperoxyhexane
Tetramethylbenzidine

sensitivitas: 5 – 20 sampai/mL, 0,015-


0.062 mg/dL hemoglobin
Chemstrip: 5 sampai/mL,
hemoglobin sesuai dengan 10 RBCsmL

gangguan: positif-palsu: kuat mengoksidasi bak-


teri perosidasa kontaminasi mestruasi.

Palsu-negativ: tinggi grafitasi spesifik/ krenated


Sel formalin kaptropil
Nitrit asam askorbat >25mg/DL Unmixed specimen
Kolerasi lain dengan uji microscopic

Gangguan Reaksi

Reaksi gangguan positif palsu reaksi karena kontaminasi menstruasi dapat dilihat. Mereka
juga terjadi jika kuat oksidasi deterjen hadir dalam wadah spesimen. Sayuran peroksidase
dan bakteri enzim, termasuk Escherichia coli peroksidase, juga dapat menyebabkan reaksi
positif palsu. Oleh karena itu, sedimen yang mengandung bakteri harus diperiksa erat untuk
kehadiran sel darah merah.

Secara tradisional, asam askorbat telah dikaitkan dengan palsu negatif reagent
strip reaksi untuk darah. Multistix dan Chemstrip telah dimodifikasi mereka reagent strip
untuk mengurangi gangguan ini ke tingkat yang sangat tinggi (25 mg/dL) asam askorbat.
Multistix menggunakan peroksida yang kurang dapat mengurangi asam askorbat, dan
lapisan Chemstrip reagen pad dengan iodate-dihamilkan mesh yang mengoksidasi asam
askorbat sebelum mereka mencapai pad reaksi. Reaksi negatif palsu dapat mengakibatkan
ketika urin dengan gravitasi spesifik tinggi berisi crenated sel darah merah yang tidak
melisiskan ketika mereka datang dalam kontak dengan reagen pad. Penurunan reaktivitas
juga dapat dilihat ketika formalin digunakan sebagai pengawet atau ketika hipertensi obat,
kaptopril, atau konsentrasi tinggi nitrit (lebih dari 10 mg/dL) yang hadir. Sel darah merah
menyelesaikan ke bawah wadah spesimen, dan kegagalan untuk mencampur spesimen
sebelum pengujian menyebabkan palsu penurunan membaca.

■ ■ ● Bilirubin

Bilirubin penampilan bilirubin dalam urin dapat memberikan harga spray awal tentang
penyakit hati. Itu sering terdeteksi lama sebelum pengembangan penyakit kuning.

Production of Bilirubin

Bilirubin, kuning sangat berpigmen senyawa, adalah produk penurunan hemoglobin. Dalam
kondisi normal, rentang hidup sel darah merah adalah sekitar 120 hari, pada waktu mereka
hancur dalam limpa dan hati oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial. Hemoglobin
dibebaskan dipecah menjadi komponen-komponen: besi, protein, dan protoporphyrin.
Tubuh reuses besi dan protein, dan sel-sel dari sistem retikuloendotelial mengkonversi
protoporphyrin tersisa untuk bilirubin. Bilirubin kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi,
yang mengikat dengan albumin dan dibawa ke hati. Pada titik ini, ginjal tidak dapat
mengeluarkan bilirubin beredar karena tidak hanya itu terikat albumin, tetapi ianya juga air
larut. Di dalam hati, bilirubin terkonjugasi dengan asam glukuronat oleh tindakan
glucuronyl transferase untuk membentuk diglucuronide bilirubin yang larut dalam air
(terkonjugasi bilirubin). Biasanya, bilirubin terkonjugasi ini tidak muncul dalam urin
karena dilewatkan langsung dari hati ke dalam saluran empedu dan ke usus. Dalam usus,
bakteri usus mengurangi bilirubin ke urobilinogens, yang kemudian teroksidasi dan
diekskresikan dalam kotoran dalam bentuk urobilin. Dalam gambar 5-2, bilirubin
metabolisme diilustrasikan untuk referensi dengan bagian ini dan diskusi berikutnya
urobilinogen.
Red blood cells

Hemoglobin

Signifikansi Klinis

Protoporphyrin Conjugated bilirubin muncul dalam


urin ketika siklus normal degradasi
terganggu oleh obstruksi saluran
Bilirubin blood empedu (misalnya, batu empedu atau
(unconjugated) kanker) atau ketika integritas hati
rusak, memungkinkan kebocoran
terkonjugasi bilirubin ke sirkulasi.
bilirubin liver Hepatitis dan sirosis adalah contoh
(conjugated) umum dari kondisi yang
menghasilkan kerusakan hati,
mengakibatkan bilirubinuria. Tidak
Bile duct blood
hanya Apakah deteksi kemih bilirubin
kidney
memberikan indikasi awal tentang
penyakit hati, tetapi juga dengan
adanya atau tidak adanya dapat
Intestine uribilinogen digunakan dalam menentukan
penyebab penyakit kuning klinis.
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel
5-3, penentuan ini dapat menjadi
Stercobilinoge lebih signifikan ketika hasil bilirubin
yang dikombinasikan dengan
urobilinogen urin. Penyakit kuning
karena perusakan peningkatan sel
Urobilin darah merah tidak menghasilkan
bilirubinuria. Hal ini karena serum
bilirubin hadir dalam bentuk
Faces unconjugated dan ginjal tidak dapat
mengeluarkan itu.

Reaksi Reagent Strip (Diazo)

rutin melakukan pengujian untuk kencing bilirubin oleh reagent strip menggunakan diazo
reaksi. Bilirubin menggabungkan dengan 2,4-dichloroaniline diazonium garam atau 2,6-
DIKLOROBENZENA-diazoniumtetrafluoroborate dalam medium asam untuk
menghasilkan azodye, dengan warna-warna mulai dari meningkatkan derajat tan atau pink
ke ungu, masing-masing. Hasil kualitatif dilaporkan sebagai negatif, kecil, sedang, atau
besar, atau sebagai negatif, 1, 2, atau 3. Reagent strip warna reaksi untuk bilirubin lebih
sulit untuk menafsirkan daripada reaksi lainnya strip reagen dan mudah dipengaruhi oleh
pigmen lain hadir dalam urin.

Reaksi atipikal warna sering dicatat pada pemeriksaan visual dan diukur oleh pembaca
otomatis. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan pada setiap results.12 dipertanyakan.

bilirubin glucuronide + diazonium salt acid azodye

Ictotest Tablets

Hasil Ictotest dipertanyakan tablet dapat diulang menggunakan Ictotest (Siemen medis
solusi diagnostik, Tarrytown, NY). Ictotest lebih tidak terpengaruh pada gangguan dan
sensitif terhadap 0,05 0,10 mg/dl bilirubin, sedangkan reagent Strip memiliki tingkat
sensitivitas yang lebih rendah 0.40 mg/dl. Karena

Table 5–3 Urine Bilirubin and


Urobilinogen in Jaundice

Urin Urin
Bilirubin
Urobilinogen
Bile duct obstruction +++ normal
Liver damage + or - ++
Hemolytic disease Negative +++
sensitivitas yang lebih tinggi, Ictotest mungkin diminta untuk mendeteksi tahap awal penyakit hati.
Ictotest Kit terdiri dari pengujian tikar dan tablet yang mengandung p-nitrobenzene-diazonium-
ptoluenesulfonate, SSA, natrium karbonat dan asam Borat. Sepuluh tetes urin ditambahkan ke tikar,
yang memiliki properti khusus yang menyebabkan bilirubin untuk tetap di permukaan sebagai urin
diserap. Mengikuti reaksi kimia, warna biru di-ungu yang muncul di atas tikar ketika bilirubin
hadir. Warna selain ungu atau biru muncul di atas tikar dianggap hasil negatif. Jika campur tangan
dalam Ictotest diduga, itu biasanya akan dihapus dengan menambahkan air langsung ke tikar
setelah urin telah ditambahkan. Jika campur tangan dalam Ictotest diduga, itu biasanya akan
dihapus dengan menambahkan air langsung ke tikar setelah urin telah ditambahkan. Zat-zat yang
mengganggu dicuci ke dalam tikar, dan hanya bilirubin tetap di permukaan. Ictotest mungkin
diminta ketika awal kasus gangguan hati, seperti hepatitis, diduga.

Reaction Interference

seperti dibahas sebelumnya, reaksi positif palsu adalah terutama karena pigmen urin. Perhatian
khusus adalah kotoran yelloworange dari orang-orang yang mengambil senyawa phenazopyridine,
karena pigmen tebal yang dihasilkan mungkin keliru untuk bilirubin pada pemeriksaan awal.
Kehadiran indican dan metabolit obat Lodine dapat menyebabkan bacaan positif palsu.

Hasil palsu negatif yang disebabkan oleh pengujian spesimen yang tidak segar adalah
kesalahan yang paling sering dikaitkan dengan bilirubin pengujian. Bilirubin adalah senyawa yang
tidak stabil yang pesat teroksidasi foto untuk biliverdin saat terkena cahaya. Biliverdin tidak
bereaksi dengan diazo tes. Hasil palsu negatif juga terjadi ketika hidrolisis dari bilirubin
diglucuronide menghasilkan gratis bilirubin, karena ini kurang reaktif dalam reagent strip tes.
Konsentrasi tinggi asam askorbat (lebih dari 25 mg/dL) dan nitrit dapat menurunkan sensitivitas
tes, karena mereka menggabungkan dengan garam diazonium dan mencegah reaksinya dengan
bilirubin.

■ ■ ● Urobilinogen

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5-2, ketika terkonjugasi bilirubin dikeluarkan melalui
saluran empedu ke dalam usus, bakteri usus mengkonversi bilirubin ke kombinasi dari urobilinogen
dan stercobilinogen. Beberapa urobilinogen yang diserap dari usus ke dalam darah, recirculates ke
hati, dan ia akan diekskresikan kembali ke usus
melalui
PROSEDUR
ngkasan Signifikansi Klinis Ictotest Procedure
Hepatitis
Sirosis
Gangguan hati
Batu empedu
10 tetes urin satu ke tempat pengujian.
Menggunakan forceps, menghapus satu Ictotest reagen
tablet, rekap botol segera, dan menempatkan tablet di
pusat daerah dibasahi.
saluran empedu. Stercobilinogen tidak akan diserap
Tempatkan satu tetes air ke tablet dan menunggu 5
kembali dan tetap dalam usus mana teroksidasi detik.
untuk urobilin dan diekskresikan dalam tinja. Tempat kedua tetes air ke tablet sehingga air mengalir
Urobilin adalah pigmen bertanggung jawab untuk dari tablet ke tikar.
Mengamati warna tikar sekitar tablet pada akhir 60
karakteristik warna coklat tinja. Urobilinogen detik.
Kehadiran warna biru-untuk-ungu di atas tikar
muncul dalam urin karena, seperti itu beredar dalam
menunjukkan bilirubin yang ada.
darah dalam perjalanan ke hati, melewati ginjal dan
Warna merah muda atau merah sedikit harus
disaring oleh glomerulus. Oleh karena itu, sejumlah
diabaikan. Laporan sebagai positif atau negatif.
kecil urobilinogen-kurang dari 1 mg/dL atau Ehrlich
unit — biasanya ditemukan dalam urin.

kasan Bilirubin Reagent Strip

ents Multistix: 2,4-dichloroaniline diazonium


Salt

Chemstrip: 2,6-dichlorobenzene-
Diazonium salt

tivity Multistix: 0.4–0.8 mg/dL bilirubin


Chemstrip: 0.5 mg/dL bilirubin

erence False-positive: Highly pigmented


urines, phenazopyridine

Indican (intestinal disorders)


Metabolites of Lodine
False-negative: Specimen exposure
to light
Ascorbic acid > 25 mg/dL
High concentrations of
Nitrite

lations Urobilinogen
other
kasan signifikansi Klinis dari Urobilinogen

teksi dini penyakit hati


ngguan hati, hepatitis, sirosis, karsinoma
ngguan hemolitik

Signifikansi Klinis

Meningkat urin urobilinogen (lebih dari 1 mg/dL) terlihat dalam penyakit hati dan gangguan
hemolitik. Pengukuran urobilinogen urin dapat berharga di deteksi dini penyakit hati; Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa ketika urobilinogen tes rutin dilakukan, 1% dari populasi
nonhospitalized dan 9% dari populasi dirawat di rumah sakit menunjukkan peningkatan results.13,
hal ini sering disebabkan oleh sembelit.

Gangguan fungsi hati berkurang kemampuan hati untuk proses urobilinogen yang recirculated dari
usus. Urobilinogen kelebihan yang tersisa dalam darah disaring oleh ginjal dan tampil dalam urin
Klinis penyakit kuning yang terkait dengan gangguan hemolitik hasil dari peningkatan
jumlah unconjugated bilirubin yang beredar. Bilirubin unconjugated ini disajikan hati konjugasi,
mengakibatkan nyata peningkatan jumlah terkonjugasi bilirubin memasuki usus. Akibatnya,
peningkatan urobilinogen diproduksi, dan peningkatan jumlah urobilinogen diserap ke dalam darah
dan disirkulasikan melalui ginjal dimana terjadi filtrasi. Selain itu, hati bekerja terlalu keras tidak
memproses urobilinogen reabsorbed sebagai efisien, dan tambahan urobilinogen disajikan untuk
ekskresi urin.

Meskipun tidak dapat ditentukan oleh reagent strip, tidak adanya urobilinogen kencing dan tinja
juga diagnosa signifikan dan mewakili obstruksi saluran empedu yang mencegah bagian normal
bilirubin ke dalam usus. Pengamatan tambahan adalah produksi tinja pucat sebagai hasil dari
kurangnya urobilin. Lihat tabel 5-3 untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan
urobilinogen urin dan bilirubin untuk kondisi-kondisi patologis yang terkait dengan mereka.

MULTISTIX:
acid
Urobilinogen + p-dimethylaminobenzaldehyde red color
(Ehrlich’s (Ehrlich reagent)
Reactive
substances)

CHEMSTRIP:
acid
Urobilinogen + diazonium salt red azodye
(4-methyloxybenzene-diazonium-tetrafluoroborate)

Reaction Interference
Reaksi gangguan The Ehrlich reaksi Multistix ini tunduk pada berbagai gangguan, disebut sebagai
senyawa Ehrlich-reaktif, yang menghasilkan reaksi positif palsu. Ini termasuk porphobilinogen,
indican, asam p-aminosalicylic, Sulfonamida, metildopa, procaine, dan senyawa chlorpromazine.
Kehadiran porphobilinogen klinis yang signifikan; Namun, reagent strip tes tidak dianggap sebuah
metode yang dapat diandalkan untuk layar untuk kehadirannya. Porphobilinogen adalah dibahas
kemudian dalam bagian ini dan dalam Bab 9.

Sensitivitas dari reaksi Ehrlich meningkat dengan suhu, dan pengujian harus dilakukan pada
suhu kamar. Sangat berpigmen kotoran menyebabkan atipikal bacaan dengan kedua merek reagent
strip. Sebagai hasil dari meningkat ekskresi empedu garam, hasil urobilinogen biasanya tertinggi
setelah makan berat.

Hasil palsu negatif terjadi paling sering ketika spesimen tidak dipelihara, memungkinkan
urobilinogen menjadi foto-teroksidasi untuk urobilin. Konsentrasi tinggi nitrit mengganggu azo-
coupling reaksi pada Chemstrip. Bacaan Falsenegative juga yang diperoleh dengan potongan kedua
ketika formalin digunakan sebagai pengawet.

rlich Tube Test


pengembangan reagent strip metode, tes untuk urobilinogen tidak dilakukan secara rutin karena
tersedia prosedur yang memakan waktu dan spesifik. Ketika klinis diperlukan, tabung tes dilakukan
menggunakan reagen Ehrlich. Samping Ehrlich reagen untuk urin menghasilkan warna ceri-merah.
Penambahan natrium asetat meningkatkan reaksi warna. Dalam metode tabung, salah satu bagian
Ehrlich reagen ditambahkan ke 10 bagian urin. Tabung dicampur dan diperiksa untuk warna merah.

Sayangnya, seperti telah dibahas sebelumnya, tes ini juga menjadi sasaran hasil positif palsu
ketika porphobilinogen dan

Urobilinogen Reagent Strip Summary

Reagents Multistix: p-dimethylaminobenzaldehyde


Chemstrip: 4-methoxybenzene-
diazoniumtetrafluoroborate

Sensitivity Multistix: 0.2 mg/dL urobilinogen


Chemstrip: 0.4 mg/dL urobilinogen
Interference Multistix: False-positive:
Porphobilinogen
Indican
p-aminosalicylic acid
Sulfonamides
Methyldopa
Procaine
Chlorpromazine
Highly-pigmented
Urine
False-negative: Old specimens
Preservation in formalin
High concentrations
of nitrate
Correlations Bilirubin
with other
tests

Reaktif Ehrlich senyawa yang hadir. Akibatnya, tabung tes diubah untuk membedakan antara
urobilinogen, porphobilinogen dan Ehrlich-reaktif senyawa

Watson-Schwartz Diferensiasi Pengujian

Pengujian klasik untuk membedakan antara urobilinogen, porphobilinogen dan Ehrlich-reaktif


senyawa.14 Watson – Schwartz
tes dilakukan sebagai berikut:

tabung 1 tabung 2
2 mL urin 2 mL urine
2 mL kloroform 2 mL butanol
2 mL 4 mL sodium acetate 4 mL sodium acetate

penambahan kloroform tabung 1 hasil ekstraksi urobilinogen ke lapisan kloroform (bawah) ,


memproduksi lapisan berwarna urin (atas), dan lapisan kloroform merah di bagian bawah. Baik
porphobilinogen atau senyawa lain Ehrlich-reaktif tidak larut dalam kloroform. Porphobilinogen ini
juga tidak larut dalam butanol; Namun, urobilinogen dan senyawa lain Ehrlich-reaktif adalah

EDUR
an Watson-Schwartz
2 tabung #1 and #2
g1 Tabung 2
urine 2 mL urine
chloroform 2 mL butanol
sodium acetate 4 mL sodium acetate
k tabung
atkan didalam rak
kedua tabung pada lapisan warna merah
retasi:
g1
an atas = urin, jika porphobiolinogen tidak berwarna
enyawa Ehrlich- reaktif.
an bawah = klorofom, jika urobilinogen merah= jika
n kedua merah kembali ke lapisan ekstrak urin dari
g1.
atkan 2mL urin dari tabung 1dan 2mL kloroform
mL natrium asetat ke dalam tabung baru.
i prosedur.
retasi: lapisan atas – lapisan bawah berwarna urin –
orm = kelebihan uribilinogen
lapisan merah= porphobilinogen dan uribilinogen
g2
an atas= butanol jika merah= uribilinogen atau
Campuran Ehrlich-Reaktif
an dasar= urin jika tanpa warna= porphobilinoge

diekstrak ke butanol. Oleh karena itu, penambahan butanol tabung 2 menghasilkan lapisan merah
butanol (atas) jika urobilinogen atau Ehrlich-reaktif senyawa yang hadir dan lapisan berwarna
butanol jika porphobilinogen hadir. Seperti ditunjukkan pada gambar 5-3, Tabel 5-4 dan kotak
prosedur, urobilinogen larut dalam kloroform dan butanol, dan porphobilinogen larut dalam tidak.
Jika ada urobilinogen dan porphobilinogen, lapisan kedua muncul merah. Sebelum melaporkan tes
sebagai positif untuk kedua zat, ekstraksi kloroform tambahan harus dilakukan pada lapisan merah
urin (atas) dalam tabung 1 untuk memastikan bahwa warna merah tidak karena kelebihan
urobilinogen.

Pemeriksaan Uji Hoesch pada Porphobilinogen

The Hoesch digunakan untuk skrining cepat atau pemantauan porphobilinogen urin. Dua tetes urin
ditambahkan ke kira-kira 2 mL pereaksi Hoesch (reagent Ehrlich dilarutkan dalam 6 M HCl), dan
bagian atas solusi segera diamati untuk penampilan warna merah yang menunjukkan adanya
porphobilinogen. Ketika tabung terguncang, warna
merah terlihat seluruh solusi. Tes mendeteksi kira-
kira 2 mg/dL porphobilinogen, dan urobilinogen
dihambat oleh pH pH. Konsentrasi tinggi

Gambar hal 91.


metildopa dan indican, dan sangat berpigmen kotoran, dapat menghasilkan hasil positif- palsu.

■ ■ ● Nitrite
Signifikansi Klinis

nitrit reagent strip tes untuk nitrit menyediakan tes cepat skrining untuk kehadiran infeksi saluran
kemih (UTI). Tes dirancang untuk mendeteksi kasus di mana kebutuhan untuk budaya mungkin
tidak jelas; itu tidak dimaksudkan untuk menggantikan air seni budaya sebagai utama tes untuk
mendiagnosis dan pemantauan infeksi bakteri. Banyak UTIs diyakini mulai di kandung kemih
akibat kontaminasi eksternal dan, jika tidak diobati, kemajuan ke atas melalui ureter ke tubulus,
panggul ginjal, dan ginjal. Ujian nitrit berharga untuk mendeteksi infeksi kandung kemih awal
(sistitis), karena pasien biasanya asimtomatik atau memiliki gejala yang samar-samar yang tidak
akan membawa dokter untuk memesan budaya urin. Pielonefritis, proses inflamasi ginjal dan
panggul ginjal yang berdekatan, komplikasi tidak diobati cystitis dan dapat menyebabkan
kerusakan ginjal jaringan, gangguan fungsi ginjal, hipertensi, dan bahkan septikemia. Oleh karena
itu, Deteksi bacteriuria melalui penggunaan nitrit pemeriksaan tes dan terapi antibiotik yang
selanjutnya dapat mencegah komplikasi serius.
Tes nitrit juga dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan terapi antibiotik dan untuk secara
berkala layar orang dengan infeksi berulang, pasien dengan diabetes dan wanita hamil, semua yang
dianggap berisiko tinggi untuk UTI.15 seperti dibahas dalam bagian berikut, banyak laboratorium
menggunakan nitrit menguji dalam kombinasi dengan leukosit esterase tes untuk menentukan
pentingnya melakukan urin budaya.

Table 5–4 Watson-Schwartz


Interpretasi pengujiaan
Ehrlich-reaktif lain
Urobilinogen zat kimia Porpho-
bilinogen
ekstrasi klorofom

urin tanpa warna merah


merah
(lapisan paling atas)
Klorofom merah tanpa warna
tanpa-

warna

(Lapisan bawah)

Ekstraksi botanol merah merah


tanpa-

warna
(lapisan paling atas)

Urin tanpa warna tanpa


warna merah
(Lapisan bawah)

Reaksi Kimia
Reaksi kimia dasar tes nitrit adalah kemampuan bakteri tertentu untuk mengurangi nitrat, penyusun
normal urin, Nitrit terdeteksi oleh reaksi Greiss, di mana nitrit pada pH asam bereaksi dengan
aromatik amina (asam para-arsanilic atau sulfanilamide) untuk membentuk diazonium senyawa
yang kemudian bereaksi dengan senyawa tetrahydrobenzoquinolin untuk memproduksi pinkcolored
azodye. Untuk mencegah reaksi positif palsu pada spesimen eksternal terkontaminasi, Untuk
mencegah reaksi positif palsu pada spesimen eksternal terkontaminasi, sensitivitas tes standar
untuk sesuai dengan kriteria
Kuantitatif organisme bakteri 100.000 per millimeter. Meskipun berbagai nuansa merah muda
dapat dihasilkan, tes tidak mengukur tingkat bacteriuria dan warna pink dianggap mewakili jumlah
bakteri yang klinis yang signifikan. Hasil dilaporkan hanya sebagai negatif atau positif.
acid
para-arsanilic acid or sulfanilamide + NO2 diazonium salt
(nitrite)

acid
diazonium salt + tetrahydrobenzoquinolin pink azodye

Ringkasan signifikansi Urin Nitrit

1. Cystitis
2. Pielonefritis
3. Evaluasi terapi antibiotic
4. Pemantauan pasien risiko tinggi untuk infeksi
saluran kemih
5. Pemeriksaan urin spesimen

Reaksi Gangguan
Beberapa faktor utama dapat mempengaruhi keandalan tes nitrit, dan tes dengan hasil negatif dalam
kehadiran gejala klinis yang bahkan samar-samar mencurigakan harus selalu diulang atau diikuti
oleh budaya urin.
1.Bakteri yang kekurangan enzim reduktase tidak memiliki kemampuan untuk mengurangi nitrat
nitrit. Reduktase ditemukan dalam bakteri gram negatif (Enterobacteriaceae) yang paling sering
menyebabkan ISK. Bebas-nitratereducing gram positif bakteri dan ragi, namun, menyebabkan
sejumlah besar infeksi, dan tes nitrit tidak mendeteksi keberadaan organisme ini.

2.Bakteri mampu mengurangi nitrat harus tetap berhubungan dengan nitrat kemih cukup lama
untuk menghasilkan nitrit. Oleh karena itu, nitrit tes harus dilakukan pada pagi pertama spesimen
atau spesimen yang dikumpulkan setelah urin tetap di kandung kemih selama minimal 4 jam.
Korelasi antara budaya yang positif dan hasil tes positif nitrit secara signifikan lebih rendah ketika
pengujian dilakukan pada sampel acak.

3. Kehandalan pengujian tergantung pada kehadiran jumlah yang cukup nitrat dalam urin. Ini
adalah jarang masalah pada pasien Diet normal yang berisi sayuran hijau; Namun, karena diet
biasanya tidak dikendalikan sebelum pengujian, kemungkinan hasil palsu negatif karena kurangnya
makanan nitrat ada.

4. Selanjutnya pengurangan nitrit untuk nitrogen dapat terjadi ketika sejumlah besar bakteri hadir,
dan ini menyebabkan reaksi palsu negatif.

5. penyebab palsu negatif hasil meliputi penghambatan bakteri metabolisme dengan adanya
antibiotik, asam askorbat yang mengganggu reaksi diazo, dalam jumlah besar dan penurunan
kepekaan dalam spesimen dengan gravitasi spesifik yang tinggi. Sejumlah besar asam askorbat
bersaing dengan nitrit untuk menggabungkan dengan garam diazonium, sehingga mencegah
pengukuran nitrit benar.

Hasil positif palsu yang diperoleh jika nitrit pengujian tidak dilakukan pada sampel segar, karena
Multiplikasi bakteri kontaminan segera menghasilkan jumlah nitrit yang terukur. Tes sejati nitrit
positif harus disertai dengan tes esterase leukosit positif. Bila digunakan segar urin, hasil positif
palsu tidak diperoleh, bahkan jika wadah nonsterile digunakan. Perubahan warna merah muda atau
bercak di tepi pad reagen tidak harus dipertimbangkan reaksi positif. Sangat berpigmen kotoran
menghasilkan reaksi atipikal warna. Pemeriksaan visual strip akan menentukan karakteristik warna
pink tidak hadir. Otomatis strip pembaca laporan perubahan warna sebagai positif, dan strip harus
secara visual diperiksa ketika perbedaan yang diamati.
Ringkasan Bahan Reaksi Nitrit
Bahan Reaksi Multistix: p-arsanilic asam
Tetrahydrobenzo
(h) - quinolin - 3-ol
Chemstrip: Sulfanilamide,
Hydroxytetrahydro
benzoquinoline

ensitivitas Multistix: 0.06-0,1 mg/dL


nitrit ion
Chemstrip: 0.05 mg/dL nitrit
Ion

gangguan palsu negatif: Nonreductase


■ ■ ● Leukocyte Esterase
yang mengandung bakteri
Sebelum pengembangan reagent strip esterase
antara bakteri nitrat
leukosit (LE) uji, Deteksi leukosit urin meningkat
jumlah besar kemih nitrat bak-
diperlukan mikroskopis sedimen urin. Hal ini dapat
teri mengkonversi nitrit nitrogen
tunduk pada variasi tergantung pada metode yang
kehadiran antibootik asam askorbat
digunakan untuk menyiapkan sedimen dan personil
spesifik
teknis yang memeriksa sedimen. Oleh karena itu,
tes kimia untuk leukosit menawarkan sarana lebih
positif-palsu: specimen tidak
standar untuk deteksi leukosit. Tes ini tidak
semestinya diawetkan
dirancang untuk mengukur konsentrasi leukosit,
specimen berpigmen urin
dan produsen merekomendasikan kuantisasi yang
dilakukan oleh uji mikroskopis.
korelasi protein
Keuntungan tambahan untuk menguji LE kimia
dengan pengujian leukosit
adalah bahwa mendeteksi kehadiran leukosit yang
Microscopic
memiliki telah segaris, terutama di mencairkan urin
basa dan akan tidak muncul dalam pemeriksaan
mikroskopis.

Signifikansi Klinis

Nilai Normal signifikansi klinis untuk leukosit didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis sedimen
dan bervariasi 0-2-0 untuk 5 per PFC'li bidang. Perempuan cenderung memiliki jumlah yang lebih
tinggi daripada laki-laki akibat kontaminasi vagina. Peningkatan kemih leukosit adalah indikator
UTI. Tes LE mendeteksi kehadiran

Ringkasan Signifikansi Klinis Urin Leukocyte


1. Infeksi bakteri dan nonbacterial saluran
kemih
2. Peradangan pada saluran kemih
3. Pemeriksaan urin specimen
dari esterase di granulocytic sel darah putih (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan monosit.
Neutrofil yang leukosit yang paling sering dikaitkan dengan infeksi bakteri. Tergolong dalam
enzim esterase juga hadir dalam Trichomonas dan histiocytes. Limfosit, eritrosit, bakteri, dan sel-
sel ginjal jaringan tidak mengandung tergolong dalam enzim esterase.
Hasil tes LE positif paling sering disertai dengan kehadiran bakteri, yang, seperti yang dibahas
sebelumnya, mungkin atau mungkin tidak menghasilkan reaksi positif nitrit. Infeksi yang
disebabkan oleh Trichomonas, klamidia, ragi, dan peradangan jaringan ginjal (yaitu, interstisial
Nefritis) menghasilkan leukocyturia tanpa bacteriuria.

Pemeriksaan urin spesimen menggunakan LE dan nitrit reaksi kimia untuk menentukan pentingnya
melakukan urin budaya dapat tes The LE measure.16 efektif memberikan kontribusi yang
signifikan lebih untuk keandalan dari praktek ini daripada nitrit uji.

Reaksi Bahan Kimia

Reaksi menggunakan tindakan LE untuk mengkatalisasi hidrolisis dari ester asam tertanam pada
pad reagen untuk menghasilkan aromatik senyawa dan asam. Senyawa aromatik kemudian
menggabungkan dengan garam diazonium hadir pada pad untuk menghasilkan azodye ungu.

eukocyte
indoxylcarbonic acid ester indoxyl + acid indoxyl
esterases

acid
+ diazonium salt purple azodye

Reaksi LE memerlukan waktu lama semua reagent strip reaksi (2 menit). Reaksi dilaporkan sebagai
jejak, kecil, sedang, dan besar atau melacak, 1, 2, dan 3. Jejak bacaan mungkin tidak signifikan dan
harus diulang pada spesimen segar.

Gangguan Reaksi

Kehadiran kuat pengoksidasi atau formalin dalam wadah koleksi menyebabkan reaksi positif palsu.
Sangat berpigmen kotoran dan kehadiran nitrofurantoin mengaburkan reaksi warna.
Palsu negatif hasil mungkin terjadi di hadapan konsentrasi tinggi protein (lebih dari 500 mg/dL),
asam askorbat, asam oksalat dan glukosa (lebih dari 3 g/dL). Dalam reaksi ini, asam askorbat juga
menggabungkan dengan garam diazonium.
Leukocyte Esterase Reagent
Strip Summary
Reagents Multistix: Derivatized pyrrole amino acid
Ester
Diazonium salt
Chemstrip: Indoxylcarbonic acid
Ester
Diazonium salt

Sensitivity Multistix: 5–15 WBC/hpf


Chemstrip: 10–25 WBC/hpf
Crenation leukosit mencegah pelepasan
Interference False-positive: Strong oxidizing agents tergolong dalam enzim esterase dapat terjadi
Formalin pada kotoran dengan gravity.17 tertentu tinggi
Highly pigmented urine, kehadiran gentamisin antibiotik, Sefaleksin,
Nitrofurantoin cephalothin dan Tetrasiklin menurunkan
False-negative: High concentrations of protein sensitivitas dari reaksi.
glucose, oxalic acid,
ascorbic acid, gentamicin, ■ ■ ● Gravitasi Spesifik
cephalosporins, tetracyclines,
inaccurate timing Penambahan gravitasi spesifik pengujian
daerah reagent strip telah menghilangkan
Correlations Protein langkah memakan waktu dalam urine rutin dan
with other Nitrite telah memberikan metode yang nyaman untuk
tests Microscopic pemeriksaan rutin. Mengganti osmometry atau
refractometry untuk pemantauan cairan kritis
adalah tidak recommended.18 klinis
pentingnya tes gravitasi spesifik yang dibahas dalam bab 4.

ifikansi Klinis pada Grafitasi Spesifik Urin

mantauan hidrasi pasien dan dehidrasi


langnya kemampuan berkonsentrasi tubulus ginjal
abetes insipidus
enentuan spesimen yang tidak memuaskan karena konsentrasi
ah

Reaksi Reagent Strip

Reagent strip reaksi didasarkan pada perubahan pKa (konstanta disosiasi) dari polyelectrolyte
dalam medium alkali. Polyelectrolyte mengionisasi, melepaskan ion hidrogen sebanding dengan
jumlah ion dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi urin, hidrogen lebih ion dirilis, sehingga
menurunkan pH. Penggabungan dari bromthymol indikator biru pada pad reagen mengukur
perubahan pH. Sebagai gravitasi spesifik meningkat, indikator berubah dari biru (1.000 [basa]),
melalui nuansa hijau, kuning (1.030 [asam]). Bacaan dapat dilakukan dalam interval 0.005 dengan
hati-hati dibandingkan dengan warna grafik. Gravitasi spesifik reaksi adalah teliti menggambar
mesin dalam gambar 5-4.

Reaksi Gangguan

Gravitasi spesifik reagent strip mengukur hanya ion solutes, sehingga menghilangkan gangguan
oleh molekul organik besar, seperti urea dan glukosa, dan oleh radiografi kontras media dan plasma
expander yang termasuk dalam pengukuran fisik gravitasi spesifik. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan ketika membandingkan gravitasi spesifik hasil yang diperoleh dengan metode
yang berbeda. Peningkatan konsentrasi protein sedikit meningkatkan pembacaan hasil anion
protein.

Spesimen dengan pH 6.5 atau yang lebih tinggi telah menurun bacaan yang disebabkan oleh
gangguan dengan indikator bromthymol biru (pembacaan biru-hijau yang terkait dengan pH alkali
sesuai dengan bacaan rendah gravitasi spesifik). Oleh karena itu, produsen merekomendasikan
menambahkan 0.005 dengan gravitasi spesifik

Gambar 94

gkasan Urin Spesifik Grafiti


gents Multistix: Poli (metil vinil eter maleat
maleat anhidrida) bromthymol biru
Chemstrip:
Ethyleneglycoldiaminoethyletherte-
tracetic asam, bromthymol biru

sitivitas 1.000-1.030

guan positif-palsu: protein


negative-palsu: alkali urin (> 6.5)

Bacaan ketika pH 6.5 atau lebih tinggi. Koreksi ini dilakukan oleh pembaca otomatis strip.

Daftar Pustaka

1. TechniTips, Miles Diagnostics, Elkhart, Ind. October, 1992.


2. Renfrew, G: Confirmatory testing in urinalysis. Urinalysis News
10(3), 1994.
3. Pugia, MJ, and Lott, JA: New developments in urinalysis strip
tests for proteins. In Bayer Encylopedia of Urinalysis. Bayer
Diagnostics, Elkhart, Ind., 2002.
4. Bhuwnesh, A, et al: Microalbumin screening by reagent strip
predicts cardiovascular risk in hypertension. J Hypertens 14:
223-228, 1992.
5. Bianchi, S, et al: Microalbuminurea in essential hypertension. J
Nephrol 10(4):216-219, 1997.
6. Abuela, G: Proteinuria: Diagnostic principles and procedures.
Ann Intern Med 98:1986-1991, 1983.
7. Clinitek Microalbumin Reagent Strip Product Insert. Bayer
Diagnostics, Elkhart, Ind., 2006.
8. Multistix Pro Reagent Strips Product Insert. Bayer Diagnostics,
Elkhart, Ind., 2005.
9. Guthrie, D, Hinnen, D, and Guthrie, R: Single-voided vs.
double-voided urine testing. Diabetes Care 2(3):269-271,
1979.
10. Benedict, SR: A reagent for the detection of reducing sugars. J
Biol Chem 5:485-487, 1909.
11. Lane R, Phillips, M: rhabdomylosis has many causes including
statins and may be fatal. Brit J Med 327:115-116, 2003.
12. Riddhimat, R, Hiranras, S, and Petchclair, B: Retesting atypical
reactions in urine bilirubin tests. Clin Lab Sci 5(5):310-312,
1992.
13. Hager, CB, and Free, AH: Urine urobilinogen as a component
of routine urinalysis. Am J Med Technol 36(5):227-233, 1970.
14. Watson, CJ, and Schwartz, S: A simple test for urinary porphobilinogen. Proc Soc Exp Biol Med
47:393-394, 1941.
15. Kunin, CM, and DeGroot, JE: Self-screening for significant bacteriuria. JAMA 231(13):1349-
1353, 1975.
16. Wise, KA, Sagert, LA, and Grammens, GL: Urine leukocyte
esterase and nitrite tests as an aid to predict urine culture
results. Lab Med 15(3):186-187, 1984.
Scheer, WD: The detection of leukocyte esterase activity in urine
with a new reagent strip. Am J Clin Pathol 87(1):86-93, 1987.
18. Romolo, D, et al: Refractometry, test strip and osmometery
compared as measures of relative density of urine. Clin Chem
33(1):190, 1987.

MPELAJARI PERTANYAAN
nggalkan reagent strip di spesimen untuk terlalu
akan:
enyebab runover antara reagen bantalan
ter warna specimen
nyebab reagen untuk meluluhkan dari bantalan
Tidak mempengaruhi reaksi kimia
galan untuk mencampur spesimen sebelum
asukkan reagent strip terutama akan
pengaruhi:
ula
arah
trit
h
ujian specimen yang tidak memiliki suhu hangat
mempengaruhi:
eaksi Enzymatik
eaksi Dye-Binding
eaksi sodium nitroprusside
iazo reaksi
n reaksi apa yang memerlukan waktu reaksi lama:
lirubin
H
ukosit esterase
ukosa
awasan mutu bahan reaksi dilakukan untuk:
enggunakan positif dan negatif kontrol
etika hasil yang dipertanyakan
tidaknya sekali setiap 24 jam
emua di atas
kut penting untuk melindungi integritas bahan
i kecuali:
enghapus desiccant dari botol
enyimpan di botol
enyimpan pada suhu panas
esealing botol setelah menghapus strip
nsip pengujian bahan reaksi pH adalah:
otein kesalahan indikator
reiss reaksi disosiasi
lyelectrolyte
ouble indikator reaksi
an protein 1 sore diminta untuk menyerahkan 8. Spesimen urin dengan pH 9.0:
men pagi pertama. Spesimen kedua juga memiliki A. Indikasi asidosis metabolik
ein. Pasien ini: B. Harus djelaskan
sitif untuk orthostatic proteinuria C. Mungkin mengandung kalsium oksalat kristal
gatif untuk orthostatic proteinuria D. Terlihat setelah minum jus cranberry
sitif protein untuk bence jones 9. Di laboratorium, pertimbangan utama terkait dengan pH
gative untuk proteinuria klinis adalah:
ujian untuk mikroalbuminuria untuk memantau A. Identifikasi kemih kristal
n dengan: B. Monitoring penentuan vegetarian Diet
pertensi C. Spesimen penerimaan
abetes mellitus penyakit kardiovaskular D. A dan C benar
siko 10. Tunjukkan sumber proteinurias berikut dengan
muanya benar menempatkan 1 untuk 2 prerenal, ginjal, atau 3 untuk
ut berlaku untuk pengujian microalbumin postrenal di depan kondisi.
li: A. ___Microalbuminuria
dijalankan pada pagi pertama spesimen B. ___Acute reaktan fase
berisi enzim antibodi konjugat C. ___Pre-pre-eclampsia
a band biru terbentuk di strip D. ___Vaginal peradangan
nbound antibodi melekat albumin bergerak E. ___Multiple myeloma
a berikut benar untuk pengujian Immunodip F. ___Orthostatic proteinuria
microalbumin kecuali: G. ___Prostatitis
und antibodi bermigrasi lebih jauh daripada 11. Prinsip protein reaksi indikator adalah:
t antibodi A. Protein perubahan pH urin
lateks partikel dilapisi dengan antibodi antibodi B. Albumin menerima ion hidrogen dari indikator
at bermigrasi lebih jauh dari unbound antibodi C. Indikator menerima ion untuk albumin
enggunakan prinsip immumochromographic D. Albumin perubahan pH urin
insip pad reagen protein rendah di Multistix Pro: 12. Semua berikut akan menyebabkan protein positif palsu
engikat albumin Dye sulphonphtalein reagent strip nilai kecuali:
munologi mengikat albumin antibody A. Protein selain albumin
verse protein kesalahan indikator reaksi B. Sangat buffered alkali kotoran
zimatik reaksi antara albumin dan pewarna C. Penundaan dalam megeluarkan bahan reaksi dari
p kreatinin reagen pad pada microalbumin spesimen
nt strip: D. Kontaminasi oleh senyawa ammonium
ouble reaksi indikator quartenary
azo reaksi pengurangan
eudoperoxidase reaksi
romogen
19. Tujuan melakukan rasio albumin: kreatinin adalah:
A. Menilai perkiraan filtrasi glomerulus
produk menengah metabolisme lemak meliputi B. Benar untuk hidrasi dalam acak specimen
ua berikut kecuali: C. Hindari gangguan untuk kotoran alkali
cetoacetic asam D. Benar untuk kotoran abnormally berwarna
etoacetic asam 20. sabar dengan glukosa darah normal dan glukosa positif urin
eta-hydroxybutyric asam harus diperiksa lebih lanjut untuk:
seton A. Diabetes mellitus
g paling signifikan uji bahan reaksi yang terkait B. Penyakit ginjal
an hasil positif keton: gravitasi spesifik C. Gestational diabetes
lukosa D. Pankreatitis
rotein 21. Sabar dengan glukosa darah normal dan glukosa positif
H urin harus diperiksa lebih lanjut untuk:
pecific gravity A. Aktivitas peroksidase glukosa
an reaksi utama dalam uji bahan reaksi keton B. Glukosa oksidase reaksi reaksi enzim berurutan
ah: C. Double
lycine D. Pewarna mengikat glukosa dan chromogen
aktosa 22. Semua dari berikut mungkin menghasilkan glukosa palsu
atrium hidroksida negatif reaksi kecuali:
odium nitroprusside A. deterjen kontaminasi asam
nuria dapat disebabkan oleh semua dari berikut B. askorbat
ali: infeksi C. Unpreserved spesimen
akteri D. jumlah urin yang rendah suhu
iabetic asidosis 23. Clinitest positif dan negatif reagent strip glukosa adalah
elaparan indikasi:
omiting A. Rendah tingkat glukosa
alysis pada pasien dengan punggung parah dan B. Nonglucose mengurangi zat tingkat tinggi
perut sering dilakukan untuk memeriksa: C. Tinggi kadar glukosa
lucosuria D. Glukosa Baik A dan B
roteinuria 24. Alasan utama untuk melakukan Clinitest adalah:
ematuria A. Periksa asam askorbat yang tinggi tingkat
emoglobinuria B. Konfirmasi positif reagent strip glukosa Periksa
C. Galactosuria
D. Bayi konfirmasi bacaan negatif glukosa

30. Tempatkan sesuai angka atau bilangan di depan


masing-masing pernyataan-pernyataan berikut.
Gunakan kedua angka jawaban jika diperlukan.
1. Hemoglobinuria
2. Myoglobinuria
A. ___Associated dengan reaksi transfusi
B. ___Clear, urin merah dan plasma kuning pucat
C. ___Clear, urin merah dan merah plasma
D. ___Associated dengan rhabdomylosis
E. ___Precipitated oleh amonium sulfat
F. ___Not dipicu oleh amonium sulfat
G. ___Produced hemosiderin butiran dalam sedimen kemih
34. Prinsip uji bahan reaksi untuk bilirubin adalah: H. ___Associated dengan gagal ginjal akut
A. Diazo reaksi reaksi 31. Prinsip uji bahan reaksi darah didasarkan pada:
B. Ehrlich A. Mengikat heme dan pewarna chromogenic
C. Greiss reaksi B. Peroksidase aktivitas heme
D. Peroksidase reaksi C. Reaksi dari kegiatan Diazo peroksida dan chromogen
5. Bilirubin urin meningkat dengan normal urobilinogen D. Heme
indikasi: 32. Pola berbintik-bintik pada pad bahan reaksi darah
A. Sirosis dari penyakit hemolitik menunjukkan:
B. Hati Hepatitis A. Hematuria
C. Hepatitis B. Hemoglobinuria
D. Empedu obstruksi C. Myoglobinuria
6. Penyebab utama bilirubin palsu negatif reaksi adalah: D. Semua di atas
A. Sangat berpigmen urin kontaminasi spesimen 33. Daftar produk berikut degradasi hemoglobin dalam
B. Spesimen kontaminasi urutan corrct dengan menempatkan nomor 1 – 4 di
C. Spesimen terpapar cahaya depan mereka.
D. Kelebihan conjugated bilirubin A. ___Conjugated bilirubin
7. Tujuan tikar khusus disediakan dengan tablet Ictotest B. ___Urobilinogen dan stercobiligen
adalah bahwa: C. ___Urobilin
A. Bilirubin tetap pada permukaan tikar. D. ___Unconjugated bilirubin
B. Mengandung pewarna yang diperlukan untuk
menghasilkan warna.
C. Menghilangkan zat-zat yang mengganggu.
D. Bilirubin yang diserap ke dalam tikar.
8. Bahan reaksi dalam reaksi Multistix untuk urobilinogen
adalah:
A. Diazonium garam
B.Tetramethylbenzidine
C. P-dimethylaminobenzaldehyde
D. Hoesch reagen
9. Masalah utama dengan uji urobilinogen menggunakan
Ehrlich reagen adalah:
A. Positif reaksi dengan porphobilinogen
B. Kurangnya kepekaan
C. Reaksi positif dengan Ehrlich reaktif zat
D. Baik A dan C
0. Dalam uji diferensiasi Watson-Schwartz, substansi (s)
tidak diekstraksi ke butanol/adalah:
A. Urobilinogen
B. Porphobilinogen
C. Ehrlich reaktif zat
D. Semua di atas
Uji Hoesch digunakan untuk pasien monitor atau layar
untuk kehadiran:
A. Urobilinogen 48. Prinsip uji bahan reaksi untuk gravitasi spesifik
B. Nitrit menggunakan konstanta disosiasi :
C. Porphobilinogen A. Diazonium garam
D. leukosit esterase B. Indikator pewarna
2. Uji bahan reaksi untuk nitrit digunakan: C. Polyelectrolyte
A. Greiss reaksi reaksi D. Enzim Substrat
B. Hoesch 49. Gravitasi spesifik 1.030 akan menghasilkan bahan reaksi
C. Peroksidase reaksi warna:
D. Pseudoperoxidase reaksi A. Biru
Semua berikut dapat menyebabkan nitrit negatif yang B. Hijau
kecuali: C. Kuning
A. Bakteri gram positif D. Merah
B. Bakteri gram negatif 50. Bahan reaksi-bobot pembacaan dipengaruhi oleh:
C. Random urin spesimen A. Glukosa
D. Berat infeksi bakteri B. Radiografi pewarna
Positif A nitrit uji dan uj esterase leukosit negatif C. Alkali urin
merupakan indikasi a: D. Semua benar
A. Dilute acak spesimen
B. Spesimen dengan leukosit lyzed
C. Vagina ragi infeksi
D. Spesimen yang lebih tua dari 2 jam
Semua berikut dapat dideteksi oleh reaksi esterase leukosit
kecuali:
A. Neutrofil
B. Eosinofil
C. Limfosit
D. Basophil
Uji skrining untuk infeksi kemih menggabungkan uji
esterase leukosit dengan tes untuk: A. pH
B. Nitrit
C. Protein
D. Blood
Prinsip bahan reaksi leukosit esterase menggunakan a:
A. Peroksidase reaksi
B. Double indikator reaksi reaksi Diazo
C. Double indicator reaksi
D. pewarna mengikat teknik
a. Akan hematuria dicurigai dalam spesimen ini? Mengapa
atau mengapa tidak?
b. Apakah penyebab paling mungkin reaksi positif darah?
c. Apa adalah sumber zat yang menyebabkan reaksi positif
darah dan nama kondisi? a. Apa yang akan diamati jika spesimen ini terguncang?
d. Akan pasien ini dimonitor untuk perubahan dalam fungsi b. Apa tes konfirmasi bisa dilakukan pada spesimen ini?
ginjal? Mengapa atau mengapa tidak? c. Menjelaskan korelasi antara pasien dijadwalkan operasi
7. Mempertimbangkan prosedur yang benar untuk dan normal urobilinogen.
perawatan, teknik, dan pengendalian mutu untuk bahan d. Jika darah yang diambil dari pasien ini, bagaimana
reaksi, kemungkinan penyebab untuk masing-masingmunculnya serum dapat disebut?
Studi Kasus
skenario dan Situasi Klinis
berikut. e. Apa penanganan khusus diperlukan untuk serum dan urin
a. Supervisor urine pemberitahuan bahwa jumlah yangspesimen luar dari pasien ini?
biasa besar reagent Strip yang menjadi berubah warna 3. Hasil urine pada pasien sangat anemia dan jaundiced adalah
1. Pasien
sebelum dibawa ke kadaluarsa
tanggal ruang gawat darurat
telah mengikuti
tercapai. sebagai berikut:
b.sebuah
Kantorepisode dari pingsan
dokter konsisten memiliki hasil
melaporkan tingkat
tesglukosa
positifWARNA: Merah KOTENES: Negative
darah puasa 450
nitrit dengan mg/dl.
negatif LEHasil
hasil urine
tes. rutin adalah KECERAHAN: Cerah DARAH: Negative
c.sebagai
Seorangberikut:
mahasiswa hasil untuk reagent strip darah dan SP.GAYA BERAT: 1.020 BILIRUBIN: Negative
WARNA:
LE secara Pucat kuning
konsisten lebihKETONES:Negativ
rendah dari staf laboratorium.
KECERAHAN: Cerah DARAH: Negativ pH: 6.0 UROBILINOGEN:12 EU
SP. Gaya berat : 1.020 BILIRUBIN: Negativ PROTEIN: Negative NITRIT: Negative
pH: 5.0 UROBILINOGEN: Negativ GULA: Negative LEUKOCYTES: Negative
GULA: 250mg/dL NITRITE: Negativ a. Hasil ini akan menunjukkan hematuria atau
LEUKOCYTES: Negativhemoglobinuria?
b. Berkorelasi kondisi pasien dengan hasil urobilinogen.
a. Jelaskan korelasi antara pasien darah dan urin c. Mengapa Apakah urin bilirubin hasil negatif dalam
glukosa hasil. jaundiced ini pasien?
b. Apakah paling mungkin gangguan metabolik yang d. Apabila gangguan oleh porfirin dicurigai dalam spesimen
berhubungan dengan pasien ini? ini, bagaimana ini diselesaikan? Negara dua metode.
c. Mengingat kondisi pasien, apakah hal yang siknifikan 4. Pasien wanita tiba di Klinik rawat jalan dengan gejala nyeri
hasil protein pasien? punggung bawah dan frekuensi berkemih dengan sensasi
d. Apa bisa telah dilakukan untuk menunda onset terbakar. Dia percaya pada kekuatan kuratif vitamin. Dia
proteinuria ini pasien? telah tiga kali lipat nya dosis vitamin dalam upaya untuk
e. Jika pasien dalam studi ini memiliki kadar glukosa meringankan gejala-gejala; Namun, gejala yang telah ada.
darah normal, apa akan glukosa kemih dihubungkan?Dia diberi wadah steril dan diminta untuk mengumpulkan
2. Hasil urine dilakukan pada pasien dijadwalkan untuk midstream menangkap membersihkan urin spesimen. Hasil
operasi kandung empedu adalah sebagai berikut: urine rutin ini adalah sebagai berikut:

COLOR: Amber KETONES: Negative


CLARITY: Hazy BLOOD: Negative
SP. GRAVITY: 1.022 BILIRUBIN: Moderate
pH: 6.0 UROBILINOGEN:
Normal
PROTEIN: Negative NITRITE: Negative
GLUCOSE: Negative LEUKOCYTES:
Negative
WARNA : Kuning gelap KETONES: Negative
KEJERNIHAN: Kabur DARAH: Negative
SP.Gaya berat: 1.012 BILIRUBIN: Negative
pH.:7.0 UROBILINOGEN: Normal
PROTEIN: Membekas NITRIT: Negative
GULA: Negative LEUKOCYTES: 1+
Microscopic
a. Apa perbedaan antara kimia dan mikroskopis ujian hadir?
Negara dan menjelaskan alasan yang mungkin untuk setiap
perbedaan.
b.Apa bahan kimia tambahan tes dapat dipengaruhi oleh pasien
dosis vitamin? Menjelaskan prinsip gangguan.
c.Terus membahas hasil urin yang warna dan gravitasi spesifik
berkaitan dengan korelasi dan memberikan kemungkinan
penyebab untuk kejanggalan.
d.Negara tiga alasan tambahan yang sebelumnya tidak
diberikan untuk tes negatif nitrit hadapan peningkatan
bakteri.
5. Hasil urine mengikuti praktek yang dikumpulkan dari seorang
atlet 20-tahun perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
WARNA: Kuning gelap KETONES: Negative
KEJERNIHAN: Kabur DARAH: 1+
SP.GAYA BERAT: 1.029 BILIRUBIN: Negative
pH:6.5 UROBILINOGEN: 1 EU
PROTEIN:2+ NITRIT: Negative
GULA:Negative LEUKOCYTES: Negative
a. Apa tujuan sampel kedua adalah?
b. Perubahan apa yang Anda harapkan dalam sampel kedua?
c. Adalah proteinuria hadir dalam sampel pertama asal
prerenal, ginjal, atau postrenal?
6. Seorang pekerja konstruksi jatuh selama beberapa jam
Bab 6 sebelum dibawa ke ruang gawat darurat. Perut dan kaki nya
memar parah, tapi tidak patah tulang. Spesimen untuk urine
diperoleh oleh kateterisasi memiliki hasil sebagai berikut:
Pemeriksaan Urin
Secara Mikroskopis
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan dapat:

1. Mengelompokkan parameter fisik dan kimia pewarnaan Prusia blue dalam pemeriksaan sedimen
termasuk skrining urin secara mikroskopis dan urin.
menyatakan kepentingan-nya. 5. Mengidentifikasi spesimen yang harus dirujuk untuk
2. Mendiskusikan keuntungan dari sistem komersial pengujian cytodiagnostic.
atas metode kaca-geser untuk pemeriksaan sedimen6. Jelaskan prinsip-prinsip dasar dari bidang-terang,
3. Menjelaskan metode yang direkomendasikan untuk fase-kontras, polarisasi, bidang-gelap, fluoresensi,
standardisasi persiapan spesimen dan volume, dan mikroskop gangguan-kontras, dan hubungan
sentrifugasi, persiapan sedimen, volume dan mereka dengan pemeriksaan sedimen.
pemeriksaan, dan pelaporan hasil. 7. Membedakan antara sedimen konstituen normal dan
4. Menyatakan tujuan dari Sternheimer-Malbin, asam abnormal.
asetat, toluidin biru, Sudan III, Gram, Hansel, dan
8. Mendiskusikan pentingnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sedimen urin.
9. Mendiskusikan pentingnya sel darah putih (Leukosit) 15. Mengelompokkan dan mengidentifikasi kristal yang
dalam sedimen urin. biasa ditemukan pada urin asam.
10. Menjelaskan nama memberikan sumber dan 16. Menjelaskan dan menyatakan pentingnya sistin,
kepentingan dari tiga jenis sel epitel yang ditemukan kolesterol, leusin, tirosin, bilirubin, sulfonamide,
dalam sedimen urin. pewarna radiografi, dan ampisilin kristal.
11. Mendiskusikan pentingnya lemak oval dalam tubuh.17. Membedakan antara konstituen sedimen aktual dan
12. Menjelaskan proses pembentukan silinder. artefak.
13. Menjelaskan dan mendiskusikan pentingnya hialin, 18. Menghubungkan antara hasil urinalisis fisik dan
eritrosit, leukosit, bakteri, sel epitel, granular, lilin, kimia dengan pengamatan mikroskopis dan
lemak, dan silinder. mengenali perbedaannya.
14. Mengelompokkan dan mengidentifikasi kristal yang
biasa ditemukan pada urin alkali.

ISTILAH KUNCI

mikroskop bidang-bidang mikroskop fase kontras mikroskop bidang-gelap

silinder mikroskop polarisasi mikroskop fluoresensi

penyaringan kimia resolusi gangguan kontras

cylindruria protein Tamm-Horsfall mikroskopi


131

Bagian ketiga dari urinalisis rutin adalah pemeriksaandiuji, atau bila terdapat hasil fisik atau kimia abnormal
mikroskopis dari sedimen urin. Tujuannya adalah untuk yang diperoleh.
mendeteksi dan mengidentifikasi bahan yang terlarut
Persiapan dan Pemeriksaan Sedimen
dalam urin. Darah, ginjal, saluran urogenital yang lebih
rendah, dan kontaminasi eksternal yang berperan dalam Urin
pembentukan sedimen pada urin. ini termasuk eritrosit,
Analisis mikroskopis memiliki beberapa prosedur yang
leukosit, sel epitel, silinder, bakteri, jamur, parasit,
lendir, spermatozoa, kristal, dan artefak. Karena bervariasi, termasuk metode sedimen yang disiapkan,
beberapa komponen ini tidak mempunyai kepentingan volume sedimen yang diperiksa, metode dan peralatan
klinis dan lain-lain yang dianggap normal kecuali yang digunakan untuk mendapatkan hasil secara visuali,
mereka yang mengalami peningkatan jumlah, dan cara bagaimana hasilnya dilaporkan. Prosedur
pemeriksaan sedimen urin harus menyertakan baik pertama untuk standarisasi dari elemen yang terbentuk
secara kuantisasi pada analisis secara mikroskopi urin
identifikasi dan kuantisasi dari elemen ini. Pemeriksaan
mikroskopis dari sedimen urin adalah yang paling dikembangkan oleh Addis pada tahun 1926. Perhitungan
Addis, seperti yang disebut, digunakan hemositometer
standar dan paling memakan waktu dari urinalisis rutin.
Protokol telah dikembangkan untuk meningkatkan untuk menghitung jumlah eritrosit, leukosit, silinder, dan
standarisasi dan efektivitas biaya urinalisis secara sel-sel epitel dalam spesimen berumur 24 jam. Nilai
mikroskopis dan dibahas dalam bab ini. normal eritrosit memiliki rentang sekitar 0 sampai
500.000,1.800.000 nilai normal leukosit dan sel epitel,
Skrining Secara Makroskopis dan 0-5000 nilai normal silinder hialin. Perhitungan
Addis, yang digunakan terutama untuk memantau
Untuk meningkatkan efektivitas biaya urinalisis, banyak
diagnosis penyakit ginjal, telah digantikan oleh berbagai
laboratorium telah mengembangkan protokol, dimana sistem standar komersial untuk persiapan, pemeriksaan,
pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin hanya dan kuantisasi unsur yang terbentuk dalam spesimen
dilakukan pada spesimen yang memenuhi kriteria yang tanpa waktu.
ditentukan. Kelainan pada bagian fisik dan kimia
urinalisis yang memainkan peran utama dalam
keputusan untuk melakukan analisis mikroskopis,
sehingga penggunaan skrining makroskopik, juga Teknik Pemeriksaan Sedimen
disebut sebagai pemisahan kimia. Parameter yang
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penampilan
dianggap penting bervariasi antara laboratorium tetapi
sedimen urin, termasuk sel-sel dan silinder dalam
biasanya meliputi warna, kekeruhan, darah, protein,
berbagai tahap perkembangan dan degenerasi, distorsi
nitrit, leukosit esterase, dan mungkin glukosa. Kriteria
sel dan kristal dengan kandungan kimia dari spesimen,
laboratorium yang ditunjuk juga dapat menggunakan
inklusi dalam sel dan silinder, dan kontaminasi oleh
program instrumen otomatis. populasi pasien juga harus
artefak. Oleh karena itu, identifikasi kadang-kadang bisa
dipertimbangkan ketika mengembangkan protokol untuk
sulit dilakukan bahkan oleh pegawai laboratorium yang
skrining makroskopik. Pasien yang berada di bawah
berpengalaman.
pertimbangan termasuk wanita hamil, serta pediatrik,
geriatrik, diabetes, immunocompromised, dan pasien
Konstitusi Sedimen
dengan penyakit ginjal. The Clinical and Laboratory
Standards Institute (CLSI) merekomendasikan bahwa Sedimen urin yang normal mungkin berisi berbagai
pemeriksaan mikroskopis dilakukan ketika diminta oleh bentuk elemen. Bahkan munculnya sejumlah hal kecil
dokter, ketika pasien dilaboratorium tertentu sedang yang bersifat patologis pada eritrosit yang penting,
leukosit, dan silinder dapat menjadi normal. Demikian
131
131
132

juga, banyak pemeriksaan urin yang tidak mengandung Sel epitel tidak biasa ditemukan dalam urine, karena
sel epitel atau lendir. Siswa sering mengalami kesulitan
mereka berasal dari lapisan sistem genitourinari. Kecuali
menyesuaikan diri dengan ini, karena di ruang kelas, mereka yang muncul dalam jumlah besar atau bentuk
sedimen yang mengandung kelainan dan beberapa normal. Tiga jenis sel epitel yang dapat dilihat dalam
elemen. Mereka harus belajar mempercayai pengamatan urin adalah skuamosa, transisi, dan tubulus ginjal.
mereka setelah melihat pada lapang pandang yang telah
direkomendasikan. Elemen seluler juga mudah Sel Epitel Skuamosa
terdistorsi oleh berbagai konsentrasi, pH, dan Sel skuamosa adalah sel terbesar yang ditemukan di
keberadaan metabolit dalam urin, membuat identifikasi sedimen urin. Sitoplasma tidak teratur dan inti menonjol.
lebih sulit. Nilai numerik normal yang sebenarnya tidakMereka adalah struktur pertama yang diamati ketika
jelas. Seperti dijelaskan sebelumnya, metode persiapan
sedimen diperiksa di bawah daya perbesaran rendah.
sedimen menentukan konsentrasi sebenarnya dari
Biasanya beberapa sel epitel skuamosa muncul dalam
sedimen dan, oleh karena itu, jumlah elemen yang ada sedimen.
dalam sebuah pemeriksaan secara mikroskopis. Nilai-
nilai umum yang terdaftar termasuk nol sampai dua atau Gambar 6-24 Rumpun sel squamous
tiga eritrosit per hpf, nol sampai lima samapai delapan
epithelial berbentuk lipat (X400).
leukosit per hpf, dan nol sampai dua silinder hialin per
LPF. Bahkan angka-angka ini harus diambil dalam
berbagai konteks dengan faktor-faktor lain, seperti stres
dan olahraga, kontaminasi menstruasi, dan adanya sering terlihat dalam urine dari pasien
endapan konstituen lainnya. Untuk menempatkan ini
dalam pandangan yang lebih baik, konstituen sedimen perempuan. Spesimen yang dikumpulkan
sekarang dibahas secara individu dengan mengacu angka
menggunakan teknik midstream clean-
yang menyertainya.

Sel Darah Merah catch tidak begitu banyak mengalami

Dalam urin, sel darah merah non-inti, cekung gandakontaminasi seorang squamous.
berukuran sekitar 7 mm. Mereka harus diidentifikasi
menggunakan daya tinggi (40x) Tujuan ( perbesaran
400x). Pelaporan pemeriksaan sel darah merah sebagai Variasi sel squamous epithelial
Jumlah rata-rata terlihat di 10 hpfs.
adalah due cell, yang mep signifikan
Sel Darah Putih
pathologic. Clue cell adalah indikatif
Leukosit lebih besar dari sel darah merah, ukuran rata-
rata sekitar12 mm. Sel darah putih yang dominan infeksi vaginal oleh bacterium Gardnerella
ditemukan dalam urin adalah neutrofil. Neutrofil jauh
lebih mudah untuk diidentifikasi dari Sel darah merahvaginalis. Mereka terlihat sebagai sel
karena mengandung butiran dan inti. Namun, mereka
masih dapat diidentifikasi dengan menggunakan squamous epithelial yang tercakup
mikroskop perbesaran tinggi dan pelaporan jumlah juga
terlihat pada 10 hpfs. dengan Gardnerella coccobacillus. Agar

Sel Epitel dianggap clue cell, bakteri ini hendaknya


131
132
133

mencakup kebanyakan permukaan sel


urine, menjadi berbentuk spherical dan

dan meluas diluar tepi sel. Ini memberi sel


kebanyakan lebih besar daripada sel

tersebut sebuah butiran, penampilan yang


polyhedral dan sel caudate. Semua bentuk

tak-teratur. Pengujian rutin untuk clue


memiliki nukleus yang berlainan dan

cell dilaksanakan dengan memeriksa


terletak di tengah. Sel transitional

vaginal wet preparation untuk adanya sel


diidentifikasi dan dihitung menggunakan

karakteristik. Akan tetapi, sedikit clue cell


pembesaran tenaga-tinggi. Seperti sel

yang mungkin ada dalam sedimen urine.


squamous, mereka lazimnya dilaporkan

Microscopists hendaknya tetap waspada


sebagai yang jarang, sedikit, sedang, atau

atas kehadiran sel tersebut, selama


banyak yang mengikuti protokol

urinalysis bisa merupakan uji pertama


laboratorium.

yang dilaksanakan pada pasien.


Bentuk spherical dari sel

transitional epithelial kadangkala sulit

dibedakan dari sel RTE. Adanya nukleus


Sel Transitional Epithelial (Urothelial)
yang terletak di tengah ketimbang yang
Sel transitional epithelial lebih kecil
letaknya eksentris, dan supravital
daripada sel squamous dan terlihat dalam
staining, dapat membantu dalam
beberapa bentuk, termasuk spherical,
diferensiasi.
polyhedral, dan caudate (Gambar 6-25
Sel transitional epithelial berasal
dan 6-26). Perbedaan ini disebabkan oleh
dari lapisan renal pelvis, calyces, ureters,
kemampuan sel transitional epithelial
dan bladder, dan dari bagian atas urethra
untuk menyerap banyak air. Sel
lelaki. Mereka lazimnya ada sedikit dalam
berhubungan langsung dengan air serap
131
133
134

normal urine, yang menggambarkan


bergantung pada daerah renal tubules

normal cellular sloughing. Bertambahnya


dari mana mereka berasal. Sel dari

jumlah sel transitional terlihat tunggal,


proximal convoluted tubule (PCT) lebih

berpasangan, atau bergumpal (syncytia)


besar daripada sel RTE lainnya. Mereka

ada yang mengikuti prosedur-prosedur


cenderung mempunyai bentuk rectangular

invasive urologic misalnya kateterisasi


dan dirujuk sebagai sel columnar atau sel

dan tidak terlihat adanya signifikan klinis


convoluted. Cytoplasm berbutirn kasar,

(Gambar 6-27). dan sel RTE sering mirip dengan cast.

Mereka hendaknya diperiksa secara teliti


Gambar 6-25 Sel spherical transitional
atas adanya nukleus, karena nukleus tak
epithelial ternoda KOVA (X400).
bakal ada dalam cast. Perhatikanlah

Pertambahan sel transitional yang


nukleus dan butiran pada Gambar 6-28.

memperlihatkan morfologi abnormal


Ini adalah sel PCT yang menyerap globula

misalnya vakuola dan nukleus tak-teratur


lemak dan dapat mudah dikelirukan

bisa menjadi indikatif malignansi atau


untuk butiran atau cast berlemak.
infeksi virus. Dalam kasus demikian,
Sel dari distal convoluted tubule
spesimen hendaknya dirujuk untuk
(DCT) lebih kecil daripada sel dari PCT
pemeriksaan sitologis.
dan berbentuk bundar atau oval. Mereka

dapat dikeliukan untuk sel WBC dan sel

Sel Renal Tubular Epithelial spherical transitional epithelial.

Sel Renal tubular epithelial Gambar 6-26 Sel caudate transitional


(RTE)

bervariasi ukuran dan epithelial (X400)


bentuknya

131
134
135

Mengamatan eccentrically placed round


PCT dan DCT tidak terlihat dalam

nucleus membantu dalam membedakan


lembaran sel yang besar (Gambar 6-31).

mereka dari sel-sel spherical transitional


Sel RTE harus diidentifikasikan dan
(Gambar 6-29).
dihitung pembesaran tenaga-tinggi.

Bergantung pada protokol laboratorium,


Gambar 6-27 Syncytia dari sel transitional

epithelial (X400) mereka bisa dilaporkan sebagai yang

jarang, sedikit, sedang, atau banyak, atau


Mengumpulkan sel duct RTE adalah
sebagai jumlah yang sesungguhnya tiap
cuboidal dan tak perdah berbentuk
bidang bertenaga-tinggi.
bundar. Bersama dengan eccentrically

placed nucleus, kehadiran setidaknya Klasifikasi sel RTE letal asalnya

ditidak
satu tepi lurus membedakan mereka dari dianggap sebagai bagian dari

sel-sel spherical dan analisis


polyhedral sedimen rutin dan sering

memerlukan
transitional (Gambar 6-30). Karena sel teknik-teknik staining

RTE sering ada sebagai akibat khusus. Kehadiran lebih dari dua sel RTE
dari

tidap
kerusakan jaringan (necrosis), nukleus bidang bertenaga-tinggi

tak mudah tampak dalam menunjukkan


unstained tubular injury, dan

sediment. spesimen-spesimen tersebut hendaknya

dirujuk untuk pengujian sitologis urine.


Sel dari collecting duct yang terlihat

Gambar 6—28 Sel RTE. Sel columnar


dalam kelompok tiga atau lebih disebut

proximal convoluted tubule dengan butiran


renal fragments. Mereka sering terlihat

dan attached fat globules (X400).


sebagai lembaran sel yang besar. Sel-sel

131
135
136

pyelonephritis, reaksi alergi, infiltrasi

malignant, salicylate poisoning, dan acute


Signifikansi Klinis
allogenic transplant rejection. Sel RTE
Sel RTE adalah sel epithelial yang paling
bisa juga terlihat sebagai efek sekunder
signifikan klinisnya. Kehadiran jumlah
dari penyakit glomerular. Fragmen ginjal
yang meningkat merupakan indikatif
merupakan indikasi tubular injury yang
necrosis dari renal tubules, dengan
parah dengan disrupsi selaput basement.
kemungkinan mempengaruhi seluruh
Sel tunggal cuboidal khususnya
fungsi ginjal.
diperhatikan dalam kasus salicylate

poisoning.
Gambar 6-29 Sel RTE. Sel Oval distal

convoluted tubule. Perhatikanlah


Karena salah satu fungsi sel RTE
eccentrically placed nuclei (X400).
adalah penyerap kembali glomerular

filtrate,
Gambar 6-30 Sel RTE, cuboidal dari the maka tidaklah luarbiasa bagi

collecting duct (X400). mereka untuk mengandung zat-zat dari

filtrat tersebut. Sel RTE menyerap


Gambar 6-31 Fragmen sel RTE dibawah
bilirubin yang ada dalam filtrat itu sebagai
mikroskopi fase (X400).
akibat dari kerusakan hati, misalnya

terjadi dengan hepatitis virus, dan tampak


Kondisi-kondisi yang menghasilkan

tubular necrosis meliputi berwarna


eksposur kuning tua. Sebagaimana

terhadap logam-logam berat, dibahas pada Bab 5, hemoglobin yang ada


drug-

dalam filtrat itu diserap oleh sel RTE dan


induced toxicity, hemoglobin dan myo-

dirubah menjadi hemosiderin. Oleh sebab


globin toxicity, infeksi virus (hepatitis B),

131
136
137

itu, mengikuti episode hemoglobinuria Identifikasi Oval fat body

(reaksi transfus, paroxysmal nocturnal


dikonfirmasi dengan cara menodai

hemoglobinuria, dsb), sel RTE bisa


sedimen dengan noda-noda lemak Sudan

mengandung butiran hemosiderin


III atau Oil Red O dan memeriksa sedimen

karakteristik kuning-coklat. Butiran


menggunakan polarized microscopy.

tersebut bisa juga terlihat mengapung-


Droplet tersebut terdiri dari triglycerides,

bebas dalam sedimen. Konfirmasi adanya


neutral fats, dan cholesterol. Noda lemak

hemosiderin dilaksanakan dengan cara


menodai triglycerides dan neutral fats,

menodai sedimen itu dengan biru


yang menghasilkan orange-red droplet

Prussian. Butiran-butiran hemosiderin


(Gambar 6-34).

yang mengandung besi menodai warna


Pemeriksaan sedimen menggunakan
biru (Gambar 6-32).
hasil cahaya terpolarisasi dengan

munculnya characteristic Maltese

sepanjang pembentukan dalam droplet


Oval fat body
yang mengandung cholesterol (Gambar 6-
Sel RTE menyerap lipida yang ada dalam
35).
glomerular filtrate. Mereka tampak sangat
Gambar 6-32 Butiran-butiran Prussian
refractile, dan nukleus bisa lebih sulit
blue-stained hemosiderin
diamati. Sel RTE yang mengandung lipida

ini disebut Oval fat body (Gambar 6-33). Sedimen-sedimen yang negatif
Mereka lazimnya terlihat berkonyugasi
untuk lemak setelah staining hendaknya
dengan fat droplet yang mengapung-
masih diperiksa menggunakan cahaya
bebas. terpolarisasi seandainya hanya cholesterol
131
137
138

saja yang ada. Demikian juga, staining


pengumpulan spesimen haruslah

hendaknya dilaksanakan pasda sedimen-


dipertimbangkan bila hanya free-floating

sedimen yang negatif dibawah cahaya


fat droplet saja yang ada.

terpolarisasi. Oval fat body dilaporkan


Lipiduria paling sering dikaitkan
sebagai rata-rata jumlah per hpf.
dengan kerusakan pada glomerulus yang

Gambar 6-33 Oval fat body (X400) disebabkan oleh nephrotic syndrome (lihat

Bab 8). Ia juga terlihat dengan tubular


Gambar 6-34 Sudan Ill-stained oval fat
necrosis parah, diabetes mellitus, dan
body (X400)
dalam kasus trauma yang menyebabkan

Gambar 6-35 Oval fat body dibawah


lepasnya lemak sumsum tulang dari

bright-field dan polarized microscopy.


tulang panjang. Pada penyakit lipid-

Perhatikanlah Maltese cross pembentukan


storage, fat-laden histiocytes yang besar

(X400) bisa juga ada. Mereka dapat dibedakan

dari Oval fat body oleh ukurannya yang


Free-floating fat droplet juga
besar.
menodai atau mempolarisir bergantung

pada komposisinya. Mereka bisa diamati Dalam kasus acute tubular

mengapung di atas spesimen. Perhatian


necrosis, sel RTE yang mengandung

hendaknya diambil agar tidak


rongga-rongga besar berisi-nonlipid bisa

membingungkan droplet dengan starch


terlihat bersama dengan sel normal renal

dan crystal particles yang juga mempolar-


tubular dan Oval fat body. Dirujuk

isir. Kontaminasi spesimen oleh preparat


sebagai "sel gelembung," mereka tampak

vagina dan lumas yang digunakan dalam


menggambarkan sel-sel yang telah luka

131
138
139

dimana endoplasmic reticulum telah


mereka harus diamati dan dilaporkan

meluas sebelum kematian sel. menggunakan pembesaran tenaga-tinggi.

Mereka dilaporkan sebagai yang sedikit,


Bakteri
sedang, atau banyak tiap bidang
Bakteri biasanya tidak ada dalam urine.
bertenaga-tinggi. Agar dianggap signifikan
Akan tetapi, kalau spesimen tidak
untuk UTI, bakteri hendaknya disertai
dikumpulkan dalam keadaan steril
dengan WBC. Beberapa laboratorium
(kateterisasi), maka beberapa bakteri
pelaporan bakteri hanya terlihat bila
lazimnya ada sebagai akibat dari
diamati dalam spesimen segar
kontaminasi vaginal, urethral, external
berkonyugasi dengan WBC (Gambar 6-36).
genitalia, atau collection-container.
Adanya organisme motile dalam setetes air
Bakteri pencemar ini cepat berlipat ganda
seni (urine) segar yang dikumpulkan
jumlahnya dalam spesimen-spesimen
dalam keadaan steril berkorelasi dengan
yang ada pada suhu kamar untuk masa
biakan urine yang positif.
yang panjang, tetapi tidak mempunyai
Gambar 6-36 Bakteri dan WBC yang
signifikansi klinis. Mereka bisa
ternoda KOVA (X400)
menghasilkan hasil uji nitrite positif dan

juga sering mengakibatkan pH diatas 8,


Mengamati bakteri untuk motilitas juga

yang menunjukkan spesimen yang tak-


berguna dalam membedakan mereka dari

dapat diterima. phosphates dan urates amorfos yang

tampaknya serupa. Penggunaan


Bakteri bisa saja ada berbentuk
mikroskopi fase membantu dalam
cocci (spherical) atau bacilli (rods).
visualisasi bakteri.
Memperhatikan ukurannya yang kecil,
131
139
140

Adanya bakteri dapat merupakan


jarang, sedikit, sedang, atau banyak per

indikatif UTI bawah atau atas. Spesimen


hpf.

yang mengandung meningkatnya bakteri


Perbedaan antara sel yeast dan RBC
dan leukocytes ditindak-lanjuti secara
kadangkala dapat sulit. Mengamatan
rutin dengan spesimen untuk biakan
cermat untuk menunaskan sel yeast bakal
urine kuantitatif. Bakteri yang paling
bermanfaat, seperti yang diperlihatkan
sering dikaitkan dengan UTI
adalah
pada Gambar 6-10.
Enterobaktericeae (dirujuk sebagai gram-
Sel yeast, terutama Candida
negative rods); akan tetapi, Staphylococcus
albicans, terlihat dalam urine dari pasien-
dan Enterococcus berbentuk- cocci juga
pasien diabetic dan immunocompromised
mampu menyebabkan UTI. Bakteri
dan wanita dengan vaginal moniliasis.
sesungguhnya yang menghasilkan UTI
Urine acidic yang mengandung glucose
tidak dapat identifikasi dengan
dari pasien dengan diabetes memberikan
pemeriksaan microscopic.
medium ideal bagi pertumbuhan yeast.

Seperti halnya dengan bakteri, sedikit

Yeast yeast yang memasuki spesimen selama

adanya pencemar yang cepat berlipat


Sel yeast tampak dalam urine sebagai
ganda jika spesimen tersebut tidak
struktur kecil, refractile oval yang bisa
diperiksa selagi masih segar. Infeksi yeast
atau tak bisa mengandung bud. Dalam
yang sebenarnya seharusnya disertai
infiltrasi parah, mereka bisa tampak
dengan adanya WBC.
sebagai bentuk mycelial bercabang

(Gambar 6-37). Sel yeast dilaporkan


131
140
141

Parasit Infeksi urethra dan prostate lelaki adalah

asymptomatic.
Parasit yang paling sering dijumpai dalam

urine adalah Trichomonas vaginalis. Ova dari bladder parasit

Trichomonas trophozoite adalah pear-


Schistosoma haematohium akan tampak

shaped flagellate dengan selaput


dalam urine. Akan tetapi, parasit ini

berombak. Ia mudah identifikasi dalam


jarang terlihat di Amerika Serikat.

preparat basah dari sedimen urine melalui


Kontaminasi fecal dari spesimen
gerakan larinya yang cepat dalam bidang
urine dapat juga mengakibatkan adanya
microscopic. Trichomonas lazimnya
ova dari parasit usus dalam sedimen
dilaporkan sebagai jarang, sedikit, sedang,
urine. Pencemar yang paling umum
atau banyak per hpf.
adalah ova dari pinworm Enterobius

Bila tidak bergerak, Trichomonas


vermicularis.

lebih sulit diidentifikasi dan bisa mirip

dengan saling sel WBC, transitional, atau


Spermatozoa
sel RTE. Penggunaan mikroskopi fase bisa

meningkatkan visualisasi flagella atau


Spermatozoa mudah identifikasi dalam

selaput berombak. sedimen urine melalui ovalnya, berkepala

sedikit meruncing dan panjang, ekor

seperti flagella (Gambar 6-38). Urine


T. vaginalis adalah pathogen yang
beracun bagi spermatozoa; oleh sebab itu,
ditransmisikan secara seksual berkaitan
mereka jarang memperlihatkan motilitas
terutama dengan peradangan vagina.

131
141
142

yang diamati ketika memeriksa spesimen Jarang dijumpai, sel lipat


Sumber kesalaha: Sumber kesalahan;

semen. bisa mirip dengan cast

Spermatozoa kadangkala ditemukan

dalam urine pria maupun wanita yang


Pelaporan: Jarang, sedikit, sedang,
mengikuti hubungan seks, masturbasi,
atau banyak per tpf
atau nocturnal emission.
Korelasi Kejelasan Pelaporan;

urinalysis lengkap:
Korelasi

Sel transitional urinalysis lengkap:


Ringkasan Sel Epithelial
Sel squamous Sel RTE

Penampilan: Sel terbesar dalam sedimen


Penampilan: Rectangular columnar,

dengan sitoplasma yang bundar, oval atau,


Penampilan: Spherical, polyhedral, atau
berlimpahan dan tak- cuboidal dengan
caudate dengan nukleus
teratur dan nukleus nukleus eksentrik
terletak ditengah
menonjol mungkin ternoda-

bilirubin atau

hemosiderin-laden
Bentuk spheris mirip
Sumber kesalahan:

dengan Sel RTE

Oval fat body

131
142
143

Pelaporan: Jarang, sedikit, sedang, strip reagen


Penampilan: positif
Sel RTE untuk protein bisa
yang sangat

atau banyak terlihat bila meningkatnya jumlah semen


refractile

ada.
per hpf

Protokol laboratorium bervariasi


Korelasi Kejelasan; darah, jika Sumber kesalahan:
dikonfirmasi dengan
sehubungan dengan pelaporan atau tidak
terkait-malignansi noda lemak dan
urinalysis lengkap: pelaporan adanya spermatozoa dalam
microscopy
spesimen urine. Laboratorium tidak
terpolarisir
pelaporan adanya kekurangan signifikansi

klinis
Pelaporan; dan akibat-akibat
Rata-rata jumlah per legal yang

mungkin ada.
hpf

Korelasi Kejelasan
Laboratorium yang menunjang

urinalysis lengkap:
pelaporanDarahspermatozoa menyebutkan

signifikansi klinis yang mungkin ada dan


Protein
kemungkinan minimal dari akibat-akibat
Free fat droplet/cast
legal.
berlemak
Gambar 6-37 Yeast yang memperlihatkan

bentuk mycelial (X400)

Mereka jarang merupakan bagian


Gambar 6-38 Spermatozoa (X400)
dari signifikansi klinis kecuali dalam

kasus kemandulan lelaki atau ejakulasi

retrograde dimana sperma masuk


Lendir
kedalam bladder daripada urethra. Uji
131
143
144

Lendir adalah bahan protein yang


mempunyai signifikansi klinis bila ada

dihasilkan oleh kelenjar dan sel Epithelial


dalam urine lelaki atau perempuan.

dari lower genitourinary tract dan sel RTE.

Analisis imunologi memperlihatkan bahwa


Cast
Tamm-Horsfatt protein merupakan unsur

pokok lendir. Cast adalah satu-satunya unsur yang

ditemukan dalam sedimen urine yang


Lendir tampak secara microscopic
unik pada ginjal. Mereka terbentuk dalam
sebagai struktur seperti-benang dengan
lumen dari distal convoluted tubules dan
indeks refraktif rendah (Gambar 6-39).
collecting ducts, yang memberikan
Cahaya lemah diperlukan bila
pandangan microscopic tentang kondisi
menggunakan bright-field microscopy.
dalam nephron. Bentuknya adalah
Perhatian haruslah diambil agar tidak
representatif dari tubular lumen, dengan
membingungkan gumpalan lendir dengan
sisi yang sejajar dan ujung yang agak
hyaline cast. Perbedaan lazimnya dapat
bundar, dan mereka bisa mengandung
dibuat dengan mengamati penampilan
unsur-unsur tambahan yang ada dalam
yang tak-teratur dari benang-benang
filtrate.
lendir. Benang-benang lendir ini

dilaporkan sebagai yang jarang, sedikit,


Gambar 6-39 Benang lendir (X400)

sedang, atau banyak per lpf.


Pemeriksaan sedimen untuk
Lendir lebih sering ada dalam
mendeteksi cast dilaksanakan
spesimen urines perempuan. Ia tidak
menggunakan pembesaran tenaga rendah.

Bila metoda glass cover-slip digunakan,

131
144
145

low-power scanning hendaknya


kondisi normal, Tamm-Horsfall protein,

dilaksanakan sepanjang tepi cover slip.


dikeluarkan dengan laju relatif konstan.

Mengamatan dibawah cahaya lemah perlu


Laju pengeluaran tersebut tampak

sekali, karena cast matrix mempunyai


meningkat dibawah kondisi stress dan

indeks refraktif rendah. Serupa dengan


exercise, yang bisa menerangkan

banyak unsur sedimen lainnya, cast


penampilan transien dari hyaline cast bila

matrix tersebut cepat melarut dalam


kondisi ini ada. Protein gels lebih cepat

dilute, alkaline urine. Kalau sudah


dibawah kondisi dari urine-flow stasis,

terdeteksi, cast haruslah lebih lanjut


acidity, dan adanya sodium dan calcium.

diidentifikasi mengenai komposisinya


Tingkat protein glycosylation juga penting.

menggunakan pembesaran tenaga-tinggi.


Tamm-Horsfall protein ditemukan dalam

Mereka dilaporkan sebagai rata-rata


baik urine normal maupun rine abnormal

jumlah per 10 lpf. dan, sebagaimana dibahas sebelumnya,

merupakan unsur pokok dari lendir. Ia

tidak terdeteksi melalui metoda reagent


Komposisi dan Pembentukan Cast
strip protein. Oleh sebab itu,

meningkanya urinary protein yang sering


Unsur pokok cast adalah Tamm-Horsfall

protein, glycoprotein yang berkaitan dengan adanya cast disebabkan


dikeluarkan

oleh kondisi ginjal yang mendasarinya.


oleh sel RTE dari distal convoluted tubules

dan upper collecting ducts. Protein-protein


Studi-studi scanning electron
lainnya ada dalam filtrat urine, misalnya
microscope telah memberikan analisis
albumin dan immunoglobulins, juga

tergabung kedalam cast matrix. Dibawah


131
145
146

step-by-step tentang pembentukan Tamm-


tubule dimana ia terbentuk. Cast yang

Horsfall protein matrix: luas bisa diakibatkan oleh tubular

distention atau, dalam kasus extreme


1. Agregasi Tamm-Horsfall protein kedalam
urine stasis, dari pembentukan dalam
individual protein fibrils yang melekat
collecting ducts.
pada sel RTE

2. Saling berjalinnya protein fibrils untuk


Ringkasan Berbagai Macam Struktur

Bakteri
membentuk jaringan fibrillar yang longgar Pelaporan:

(unsur-unsur pokok urine bisa menjadi

tertangkap dalam jaringan pada waktu ini)

3. Lebih lanjut saling berjalinnya protein

fibril m,embentuk struktur solid


Penampila: Struktur kecil berbentuk
Korelasi urinalysis
4. Pelekatan yang mungkin ada pada unsur-
sferis dan batang lengkap:
unsur pokok urinepada solid matrix

5. Pelepasan protein fibrils dari sel Epithelial

6. Pengeluaran cast
Amorphous phosphates dan
Sumber kesalaha:

Selama cast terbentuk, aliran urine urates

Pelaporan:
dalam tubule berkurang selama lumen Sedikit, sedang, atau banyak
Spermatozoa

menjadi terblokir. Dehydrasi penyerta dari per hpf, adanya WBC bisa den

protein fibrils dan internal tension bisa diperlukan pa

menerangkan penampilan yang wrinkled

dan convoluted dari older hyaline cast. Penampilan:

Lebar cast bergantung pada ukuran

131
146
147

Pelaporan: Jarang, sedikit, sedang, atau

banyak per hpf,


Penampilan:

adanya WBC bisa diperlukan

Korelasi urinalysis
Glucose Sumber kesalahan
Korelasi urinalysis
PH. Sumber kesalahan
Tidak: ada samasekali
lengkap:
lengkap: LE
Nitrite

WBC
LE

Pelaporan:
WBC

Yeast Pelaporan: Ada, berdasarkan

protokol

Trichomonaslaboratorium:

Penampilan: Pear-shaped, motile, Korelasi urinalysis


Penampilan: Struktur, refractile, oval
Korelasi
kecil urinalysis
Protein
flagellated lengkap:
dengan lengkap:

WBC, renal tubular sel


buds dan/atau mycelia Sumber kesalahan:
Epithelial
Sumber kesalahan:
RBC ,

Lendir
Pembentukan cast pada pertemuan loop

menaik dari Henle dan distal convoluted

tubule bisa menghasilkan struktur-

struktur dengan ujung yang meruncing.


131
147
148

Semua ini dirujuk sebagai cylindroids,


Adanya nol sampai dua hyaline cast per

tetapi mereka memiliki signifikansi yang


lpf dianggap normal, yaitu seperti

sama seperti cast. Pada kenyataannya,


ditemukannya jumlah meningkat yang

adanya urinary cast itu diistilahkan


mengikuti strenuous exercise, dehydrasi,

cytmdruria. Penampilan cast juga


heat exposure, dan emotional stress.

dipengaruhi oleh bahan-bahan yang ada


Secara patologis, hyaline cast meningkat

dalam filtrate pada saat pembentukannya


dalam acute glomeru-lonephritis,

dan panjang waktu itu ia tetap berada


pyelonephritis, chronic renal disease, dan

dalam tubule. Segaya unsur yang ada


congestive heart failure.

dalam tubular filtrate, termasuk sel,


Hyaline cast tampak tak-berwarna
bakteri, butiran, pigmen, dan kristal, bisa
dalam sedimen-sedimen yang tak-ternoda
menjadi tertempel atau melekat pada cast
dan memiliki indeks refraktif yang serupa
matrix. Jenis-jenis cast yang ditemukan
dengan urine; demikianlah, mereka dapat
dalam sedimen tersebut menggambarkan
dengan mudah diabaikan jika spesimen
berbagai macam kondisi klinis dan akan
tidak diperiksa dibawah cahaya lemah
dibahas secara tersendiri dalam sub bab
(Gambar 6-40 dan 6-41).
ini.
Sternheimer-Malbin stain menghasilkan

warna pink dalam hyaline cast.

Hyaline Cast Meningkatnya visualisasi dapat diperoleh

melalui mikroskopi fase (Gambar 6-42 dan


Cast yang paling sering terlihat adalah
6-43).
jenis hyaline, yang terdiri hampir

seluruhnya dari Tamm-Horsfall protein.


131
148
149

Morfologi hyaline cast bervariasi,


Adapun penemuan RBC dalam urine

yang terdiri dari sisi sejajar normal dan


menunjukkan perdarahan dari suatu

ujung bundar, bentuk silindroid, dan


daerah didalam genitourinary tract.

bentuk-bentuk wrinkled atau convoluted


Gambar 6-43 Hyaline cast dibawah
yang menunjukkan menuanya cast matrix
mikroskopi fase (X400)
(Gambar 6-44).
Gambar 6-44 Convoluted hyaline cast
Gambar 6-40 Hyaline cast dibawah
(X400)
tenaga rendah dengan butiran dan lender

amorfos (X100) Gambar 6-45 Hyaline cast yang

mengandung butiran tak-berkala (X400)


Gambar 6-41 Hyaline cast dan

amorphous urate yang melekat Adanya


pada RBC cast kebanyakan lebih

pseudocast lender. spesifik, yang memperlihatkan

perdarahan dalam nephron.


Gambar 6-42 Hyaline cast (X400)

Gambar 6-46 RBC cast. Perhatikanlah


Adanya sel atau butiran yang kadangkala
adanya hypochromic dan dysmorphic free
melekat bisa juga diamati. (Gambar 6-45)
RBC (X400).
tetapi tidak merubah klasifikasi cast.
RBC cast terutama berkaitan dengan

kerusakan pada glomerulus

RBC cast (glomerulonephritis) yang memungkinkan

lintasan sel melalui selaput glomerular;

akan tetapi, segala kerusakan pada

131
149
150

struktur kapiler nephron dapat


serius dari RBC cast, adanya RBC yang

menyebabkan pembentukannya. RBC cast


sesungguhnya juga harus diverifikasikan

yang berkaitan dengan kerusakan


untuk mencegah pelaporan yang tak-

glomerular lazimnya berkaitan dengan


akurat tentang RBC cast yang hampa.

proteinuria dan dysmorphic erythrocytes.


Sangatlah mustahil bahwa RBC cast akan

RBC cast juga telah diamati pada


ada dalam ketiadaan free-standing RBC

individu-individu yang sehat yang


dan uji strip reagen positif untuk darah

mengikuti partisipasi dalam strenuous


(Gambar 6-48).

contact sports.
Sejalan dengan menuanya RBC

RBC cast mudah dideteksi dibawah


cast, cell lysis dimulai dan cast

tenaga rendah menurut warna orange-


mengembangkan penampilan yang lebih

merahnya. Mereka lebih rapuh daripada


homogen, tetapi menahan warna orange-

cast lainnya dan bisa ada sebagai fragmen


merah yang karakteristik dari hemoglobin

atau berbentuk lebih tak-teratur sebagai


yang dilepaskan (Gambar 6-49).

akibat dari sel yang terbungkus ketat


Gambar 6-47 KOVA-stained RBC cast
melekat pada protein matrix (Gambar 6-
dibawah mikroskopi fase (X400).
46 dan 6-47). Pemeriksaan dibawah

pembesaran tenaga-tinggi Gambar


hendaknya 6-48 Medisintegrasikan RBC

cast. Perhatikanlah adanya free RBC untuk


terkonsentrasi pada upaya menentukan

mengonfirmasi identifikasi..
bahwa cast matrix ada, dengan demikian

membedakan struktur dari rumpun RBC.


Cast ini bisa dibedakan sebagai cast
Dikarenakan oleh implikasi diagnostik
darah, yang menunjukkan stasis aliran

131
150
151

urine yang lebih besar. Akan tetapi,

karena semua cast yang mengandung


WBC Cast
darah itu memiliki signifikansi klinis yang
Penampilan WBC cast dalam urine
sama, ini tidak dianggap perlu. Kedua
mensignifikasikan infeksi atau
jenis cast dilaporkan sebagai jumlah RBC
peradangan dalam nephron. Mereka
cast per lpf.
paling sering berkaitan dengan
Dengan adanya massive
pyelonephritis dan merupakan penanda
hemoglobinuria atau myoglo-binuria, cast
primer untuk memberdakan
yang berwarna orange-merah atau merah-
pyelonephritis (Utl atas) dari UTI bawah.
coklat yang homogen bisa diamati. Cast
Akan tetapi, mereka juga ada dalam
butiran, kotor, coklat yang
peradangan nonbakteril misalnya
menggambarkan produk-produk
interstitial nephritis akut dan bisa
degradasi hemoglobin misalnya
menyertai RBC cast dalam
methemoglohin bisa juga ada (Gambar 6-
glomerulonephritis.
50). Mereka berkaitan dengan tubular
Gambar 6-49 Cast yang mengandung
necrosis akut yang sering disebabkan oleh
pigmen hemoglobin. Perbandingan RBC
efek beracun dari massive hemoglobinuria
dan yeast juga dapat dibuat (X400).
yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

Cast yang kotor dan coklat ini harus ada


Gambar 6-50 Cast butiran, kotor dan
berkonyugasi dengan temuan-temuan
berwarna coklat (X400).
patologis lain misalnya sel RTE dan uji
WBC cast tampak dibawah
strip reagen positif untuk darah.
pembesaran bertenaga-rendah tetapi
131
151
152

harus secara positif diidentifikasi


membentuk rumpun, dan ini tidak

menggunakan tenaga tinggi. Paling sering,


mempunyai signifikansi yang sama seperti

WBC cast terdiri dari neutrophils; oleh


cast (Gambar 6-53).

sebab itu, mereka bisa tampak butiran,

dan, kalau disintegrasi tidak terjadi, maka


Cast bakteri
multilobed nuclei akan ada (Gambar 6-

51). Supravital staining bisa perlu untuk


Cast bakteri yang mengandung bacilli

memperlihatkan nukleus karakteristik


baik didalam maupun terbatas pada

(Gambar 6-52). Ia khususnya berguna


protein matrix terlihat dalam

untuk membedakan WBC cast dari RTE


pyelonephritis. Mereka bisa saja

cast. Mengamatan free WBC dalam


merupakan cast bakteri murni atau

sedimen juga perlu sekali. Bakteri ada


bercampur dengan WBC.

dalam kasus pyelonephritis, tetapi tidak


Gambar 6-51 Mendisintegrasikan WBC
ada dengan interstitial nephritis akut;
cast (X400)
akan tetapi, eosinophil cast bisa ada

dalam spesimen yang ternoda Gambar 6-52 KOVA-stained WBC cast


secara

tepat. (X400).

Cast yang terbungkus ketat dengan Identifikasi cast bakteri dapat sulit,

karena
WBC bisa mempunyai batas yang tak- cast yang terbungkus dengan

bakteri dapat mirip dengan cast butiran.


teratur. Struktur ini hendaknya secara

cermat diperiksa untuk Kehadirannya


menentukan hendaknya

bahwa cast matrix ada. WBC dipertimbangkan


sering bila WBC cast dan

banyak free WBC dan bakteri terlihat


131
152
153

dalam sedimen. Konfirmasi cast bakteri


tak-berkala melekat pada hyaline cast itu

paling baik dibuat dengan melaksanakan


dapat diharapkan. Bila kerusakan tubular

Gram stain pada sedimen yang kering


ada, maka beberapa sel bisa tergabnung

atau tersitosentrifugasi. menjadi cast matrix, tetapi mayoritas

akan sangat melekat pada permukaan

cast.
Epithelial Cell Cast
Memperhatikan pembentukan cast
Cast yang mengandung sel RTE
dalam distal convoluted tubule, saling
menggambarkan adanya kerusakan parah
berbagi yang tampak pada cast matrix itu
tubular, yang menghasilkan stasis urine
adalah sel yang lebih kecil, bundar, dan
bersama dengan gangguan tubular lining.
oval (Gambar 6-54). Mereka bisa saja sulit
Serupa halnya dengan sel RTE, mereka
dibedakan dari WBC, terutama sekali jika
berkaitan dengan logam berat dan
degenerasi telah terjadi.
keracunan kimiawi atau terinduksi-obat,
Gambar 6-53 Rumpun WBC.
infeksi virus, dan penolakan allograft.
Perhatikanlah ketiadaan cast matrix
Mereka juga menyertai WBC cast dalam

kasus pyelonephritis. Staining dan penggunaan mikroskopi fase

dapat berguna untuk meningkatkan


Sebagaimana dibahas sebelumnya,
nuclear detail yang dibutuhkan untuk
fibrils dari Tamm-Horsfall protein yang
identifikasi (Gambar 6-55 dan 6-56).
menyusun cast matrix tetap melekat pada
Fragmen jaringan epithelial bisa juga
sel RTE yang menghasilkannya; oleh
melekat pada cast matrix. Sel RTE yang
sebab itu, pengamatan sel tubular yang

131
153
154

ternoda bilirubin terlihat dalam kasus Cast berlemak sangat refractile

hepatitis (Gambar 6-57) dibawah bright-field microscopy. Cast

matrix bisa mengandung sedikit atau


Gambar 6-54 Sel RTE cast (X400)
banyak fat droplet, dan intact Oval fat
Gambar 6-55 Sel RTE cast ternoda KOVA
body bisa melekat matrix (Gambar 6-58

(X400) sampai 6-60). Konfirmasi cast berlemak

dilaksanakan menggunakan polarized


Gambar 6-56 Sel RTE cast ternoda KOVA
microscopy dan Sudan III atau Oil Red O
dibawah mikroskopi fase (X400)
fat stains. Sebagaimana dibahas
Gambar 6-57 RTE cast dengan sel ternoda
sebelumnya, cholesterol memperlihatkan
bilirubin (X400).
Maltese karakteristik sepanjang

pembentukan dibawah cahaya

terpolarisir, dan triglyceride dan lemak


Cast berlemak
netral menodai warna orange dengan noda
Cast berlemak terlihat berkonyugasi
lemak. Lemak tidak bernoda dengan noda
dengan Oval fat body dan free fat droplet
Sternheimer-Malbin.
pada penyakit-penyakit yang

menyebabkan lipiduria. Mereka paling

sering berkaitan dengan Cast Sel Bauran


nephrotic

syndrome, tetapi juga terlihat dalam


Mengingat bahwa anekaragam sel bisa
tubular necrosis beracun, diabetes
ada dalam filtrat urine, mengamati cast
mellitus, dan crush injuries.
yang mengandung banyak jenis sel

tidaklah luarbiasa. Cast sel bauran yang


131
154
155

paling sering dijumpai meliputi RBC dan


memberikan sedikit signifikansi

WBC cast dalam glomerulonephritis dan


diagnostik tambahan. Protokol

WBC dan cast sel RTE, atau WBC dan


laboratorium hendaknya diikuti dalam

cast bakteri dalam pyelonephritis. pelaporan cast sel bauran.

Gambar 6-58 Cast berlemak yang

memperlihatkan kesetiaan droplet lemak


Cast butiran
pada cast matrix (X400).
Cast butiran kasar dan halus sering
Gambar 6-59 Cast berlemak (X400)
terlihat dalam sedimen urine dan bisa

bersignifikansi pathologic atau


Adanya unsur-unsur bauran dalam
nonpathologic. Tidaklah dianggap perlu
sebuah cast bisa membuat identifikasi
untuk membedakan antara cast butiran
menjadi lebih sulit. Staining atau
kasar dan halus.
mikroskopi fase membantu dalam

identifikasi. Bila cast bauran ada, maka Sumber butiran dalam kondisi

hendaknya juga ada cast homogen dari


nonpathologic tampak berasal dari

setidaknya salah satu jenis sel, dan


lysosomes yang dikeluarkan oleh sel RTE

mereka akan merupakan penanda


selama metabolisme normal. Tidaklah

diagnostik primer. Sebagai contohnya,


luarbiasa untuk melihat hyaline cast yang

dalam glomerulonephritis, cast yang


mengandung satu atau dua butiran ini.

utama akan merupakan RBC, dan dalam


Meningkatnya metabolisme sel yang

pyelonephritis, cast yang utama akan


terjadi selama masa strenuous exercise

merupakan WBC. Bakteri sering


accounts untuk peningkatan transient

tergabung kedalam WBC cast dan


131
155
156

dari cast butiran yang Gambar 6-62 Cast butiran yang terbentuk
menyertai

meningkatnya hyaline cast (Gambar 6-61


pada tubular bend (X400)

dan 6-62).
Gambar 6-63 Cast sel pendisintegrasi

Gambar 6-60 Cast berlemak dibawah


butirn (X400)

mikroskopi fase (X400)


Gambar 6-64 Cast butiran kasar, sel

Dalam keadaan penyakit, butiran bisa


squamous epithelial, dan lendir (X400)

menggambarkan disintegrasi cast sel dan


Cast butiran yang terjadi sebagai
sel tubule atau agregat protein yang
akibat dari disintegrasi sel bisa
disaring oleh glomerulus (Gambar 6-63
mengandung cast butiran sel yang
dan 6-64). Studi-studi scanning electron
kadangkala dapat-dikenal mudah
microscope telah mengonfirmasik bahwa
divisualisasikan dibawah mikroskopi
cast butiran terlihat berkonyugasi dengan
tenaga-rendah. Akan tetapi, identifikasi
WBC cast yang mengandung WBC butiran
akhir hendaknya dilaksanakan
dengan berbagai macam ukuran. Urinary
menggunakan tenaga tinggi untuk
stasis yang memungkinkan cast untuk
menentukan adanya cast matrix.
tetap dalam tubule tersebut haruslah ada
Artifact, misalnya rumpun krital
untuk butiran yang diakibatkan oleh
kecil dan fecal debris, bisa terjadi dalam
disintegrasi cast sel.
bentuk yang mirip dengan cast dan harus
Gambar 6-61 Cast butiran halus dan
dibedakan. Sebagaimana disebutkan
kristal asam urat (X400)
sebelumnya, sel RTE kolom bisa juga

131
156
157

Gambar 6-66 Cast lilin ternoda KOVA (X


mirip dengan cast butiran, dan staining

untuk nuclear detail bisa diperlukan. 100).

Bila cast butiran tetap berada Cast matrix yang rapuh dan sangat

dalam tubula untuk masa panjang, maka


refraktif dari mana cast ini menurunkan

butiran itu lebih lanjut mengalami


namanya diyakini disebabkan oleh

disintegrasi, dan cast matrix


degenerasi hyaline cast matrix dan segala

mengembangkan penampilan lilin.


unsur sel atau butiran yang terkandung

Struktur menjadi lebih kaku, ujung cast


dalam matrix tersebut.

bisa tampak bergerigi atau patah, dan


Cast lilin lebih mudah
diameter menjadi lebih luas (Gambar 6-
divisualisasikan daripada hyaline cast
65).
dikarenakan oleh indeks refraktifnya yang

lebih tinggi. Sebagai akibat konsistensi

rapuh dari cast matrix, mereka sering


Cast Lilin
tampak terfragmentasi dengan ujung
Cast lilin adalah representatif dari urine
bergerigi dan mempunyai taktik dalam
stasis ekstrim, yang menunjukkan gagal
sisinya (Gambar 6-66 through 6-68).
ginjal kronis. Mereka lazimnya terlihat
Dengan supravital stains, cast lilin
berkonyugasi dengan jenis-jenis cast
menodai warna pink gelap yang homogen.
lainnya berkaitan dengan kondisi yang

telah menyebabkan gagal ginjal.

Brood Cast
Gambar 6-65 Cast butiran yang

memburuk menjadi cast lilin (X400)

131
157
158

Gambar 6-68 Cast lilin yang ternoda


Sering dirujuk sebagai cast gagal ginjal,

cast luas seperti cast lilin


KOVA (X400)

menggambarkan urine stasis


ekstrim.
Kristal urine
Sebagai cetakan distal convoluted tubules,
Kristal yang sering ditemukan dalam
adanya cast luas menunjukkan
urine itu jarang bersignifikansi klinis.
kerusakan (memperlebar) dinding tubular.
Mereka bisa tampak sebagai struktur
Juga, bila aliran urine ke collecting ducts
sebenarnya yang terbentuk secara
yang lebih besar menjadi terkcompromi
geometris atau sebagai amorphous
secara berat, cast terbentuk dalam daerah
material. Alasan utama untuk
ini dan tampak luas.
mengidentifikasi kristal urine adalah
Semua jenis cast bisa terjadi dalam
untuk mendeteksi adanya relatif sedikit
bentuk luas. Akan tetapi, mengingat
jenis abnormal yang bisa menggambarkan
urinary stasis penyerta, cast luas yang
penyakit-penyakit seperti penyakit hati,
terlihat paling umu adalah cast butiran
kesalahan metabolisme sejak lahir, atau
dan cast lilin (Gambar 6-69 dan 6-70).
kerusakan ginjal yang disebabkan oleh

kristalisasi
Gambar 6-67 Cast lilin yang ternoda senyawa iatrogenik dalam

KOVA (X200) tubula. Kristal lazimnya dilaporkan

sebagai yang jarang, sedikit, sedang, atau


Cast lilin luas yang ternoda bile terlihat
banyak per hpf. Kristal abnormal bisa
sebagai akibat dari tubular necrosis yang
dirata-ratakan dan dilaporkan per lpf.
disebabkan oleh hepatitis virus (Gambar

6-71).

131
158
159

Pembentukan kristal merupakan unsur pokok sedimen yang

tak jelas signifikan klinisnya.


Kristal terbentuk oleh pengendapan urine

solutes, termasuk garam anorganik, Sejalan dengan meningkatnya

senyawa organik, dan medikasi (senyawa


konsentrasi urinary solutes,

iatrogenik). Pengendapan tunduk


kesanggupannya tetap berada dalam

terhadap perubahan dalam suhu,


larutan berkurang, yang mengakibatkan

konsentrasi solute, dan pH, yang


pembentukan kristal. Adanya kristal

mempengaruhi kelaruhan (daya larut). dalam urine yang baru saja dikosongkan

paling sering berkaitan dengan sel


Gambar 6-69 Cast lilin luas yang ternoda
terkonsentrasi (berat jenis yang tinggi).
KOVA (X400)

Bantuan berharga dalam


Gambar 6-70 Cast butiran luas yang
mengidentifikasi kristal adalah pH
menjadi lilin (X400)
spesimen karena hal ini menentukan jenis

Solutes mengendap lebih cepat pada


bahan-bahan kimia yang terendap. Pada

suhu rendah. Oleh sebab itu, mayoritas


umumnya, senyawa organik dan senyawa

pembentukan kristal berlangsung dalam


iatrogenik mengalami kristalisasi dengan

spesimen yang tetap berada pada suhu


mudah dalam pH asam, sedangkan garam

kamar atau refrigerasi sebelum pengujian.


anorganik kurang dapat larut dalam

Kristal sangat berlimpahan dalam


larutan-larutan netral dan alkaline.

spesimen yang terrefrigerasi dan sering


Kekecualiannya adalah calcium oxalate,

ada permasalahan karena mereka


yang mengendap dalam urine asam dan

netral.

131
159
160

Pelaporan: Rata-rata jumlah per Lpf

Teknik Identifikasi Umum Korelasi urinalysis

Korelasi urinalysis
Protein lengkap:
Kristal yang paling umum terlihat
lengkap:
mempunyai bentuk dan warna yang Darah (exercise)

sangat karakteristik; akan tetapi, variasi


Warna (exercise)
sesungguhnya terjadi dan dapat ada
Signifikansi klinis:
Glomerulonephritis
permasalahan identifikasi, terutama bila

mereka mirip dengan …………… Pyelonephritis Signifikansi klinis:

Gambar 6-71 Cast lilin luas ternoda bile Penyakit ginjal kronis

(X400)
Gagal jantung kongestif

Ringkasan Urine cast


Stress dan exercise
Hyaline Bakteri

Penampilan: Matriks homogen tak-Penampilan: Bacilli yang terbatas

berwarna pada matriks protein


Sel Epithelial

RBC Penampilan:

Sumber Lendir, serat, rambut,Sumber Cast butiran

kesalahan meningkatnya kesalahan:


Penampilan: Warna orange-mera h,
penerangan Sumber
matriks cast matrix yang

mengandung RBC kesalahan:


Pelaporan: Rata-rata jumlah per

lpf

131
160
161

Sumber Rumpun RBC Korelasi urinalysis


Pelaporan: Rata-rata
WBCjumlah per

kesalahan: lengkap: lpf


Protein
Pelaporan: Korelasi urinalysis
Rata-rata jumlah per lpf Protein

lengkap: LE Signifikansi klinis:


Sel RTE

Korelasi urinalysis
RBC Signifikansi Kerusakan
klinis:
Signifikansi klinis: tubular
Pyelonephritis

lengkap: ginjal
Darah Interstitial nephritis akut

Protein

Butiran

Signifikansi klinis:
Glomerulonephritis Penampilan; Butiran kasar dan

halus dalam matriks


Strenuous exercise: Air suling atau air deionisasi harus tersedia.
cast mengatakan jenis tindakan
Sebuah pernyataan
pencegahan keselamatan atau kesehatan terkaitdengan
reagen yang terjadi. Contoh ini akan menjadimasalah
WBC yang dihasilkan dalam reaksi klinik test .
Semuareagendan stripreagenharusdiberi label
Sumber Rumpun kristal kecil dan tanggal
dengan benardengantanggalpembuatan,
kedaluwarsa, serta informasi yangamansesuai . Strip
Penampilan: Cast matrix yang kesalahan:
reagenharus diperiksalagi untuk mengetahui kontrol
posotif dan Sel RTE
kontrol kolom
negatif pada setiapshift
mengandung atauminimalsekali sehari, dansetiap
kalibotolbarudibuka. Reagenyangdiperiksa setiap
Pelaporan: Rata-rata jumlah per
hariatau ketikatesyang membutuhkanpenggunaanyang
WBC diminta.Semua hasil pemeriksaanreagendicatatdengan
benar. lpf
Sumber Rumpun WBC
InstrumentasidanPeralatan
kesalahan: Korelasi urinalysis
Protein
Instruksi mengenaipengoperasian, cara kerja
Pelaporan. Rata-rata jumlah per lpf
lengkap:
danpengkalibrasian, keterbatasan, danprosedur yang
Cast sel
harusdiikuti.
ketikaketerbatasanataulinearitasterlampaui,
sepertiprosedur pengenceran , harusdinyatakan dengan

131
161
162

jelasdalammanualprosedur.Instruksiyang lengkap dalam


minggudan jumlahbakteripada jadwalbulanan.Semua
prosedur dengan disertakan pencatatanyang tepat. hasil harusdicatat padaformulir yang sesuai.

Yang paling sering ditemui instrumen di Prosedurpengujian


laboratorium urinalisis yang refractometers,
osmometers, pembaca jalur reagen otomatis, dan perincian, instruksipengujiansingkatyangditulis
instrumen mikroskop otomatis. Refractometers secara lengkap langkahdemilangkah. Instruksiharus
dikalibrasi pada setiap pergeseran terhadap air suling dimulai denganpersiapan spesimen, seperti
(1,000) dan kontrol yang dikenal, seperti 5% garam waktudankecepatansentrifugasi, dan
(1,022 ± 0,001) atau 9% sukrosa (1,034 ± 0,001). Dua termasukjenisgelasyang digunakan, keterbatasanwaktu
tingkat kontrol komersial yang tersedia untuk danstabilitasspesimendan reagen, perhitungan formula
osmometer tersebut, tes jalur reagen urine, dan tes kitdanperhitungansampel, keselamatandan tindakan
pencegahan dalam prosedur. Informasiyang temasuk
hCG. Semua nilai kontrol harus dicatat. Sistem urinalisis
otomatis dan pembaca jalur reagen yang dikalibrasi dalam prosedur tambahanadalah alasanuntuktindakan
menggunakan produsen yang disediakan dan bahan pencegahan khusus, dari kesalahandan zatyang
kalibrasi ini mengikuti protokol yang dispesifikasikan mengganggu, petunjuk inibermanfaat untuk situasiklinis
oleh produsen. Kedua nilai kontrol positif dan negatif yangmemengaruhites,prosedur alternatif, dan dapat
harus dilakukan dan dicatat (Gbr. 7-3). Bukti tindakan diterimaTATsuntuk tesSTATterdaftar di
perbaikan untuk setiap tes QC yang gagal harus bawahjudulProsedurberikutdan catat langkah-demi-
didokumentasikan. Pengujian ketika tidak ada pasien langkah dalam prosedur tersebut
dapat dilakukan sampai QC diterima. Sumber-sumber referensiharus tercantum.
Peralatanditemukandi Sisipanusiapackprodusendapatdituliskan
laboratoriumurineumumnyameliputilemari es, tetapitidakmenggantikan penulisan prosedur . kepala
laboratoriumharusmenandaisetiap tanggalbaru ,
sentrifius, mikroskop, dan penangas air atau water bath.
Suhulemari esdanwaterbath harusdiganti setiap haridan prosedur dansemuamodifikasiprosedursebelum
dicatat. Kalibrasisentrifiusyang lazim dilakukan merekamenggunakannya.
setiap3bulan sekali , dansetiap pengkalibrasian KualitasKontrol
sentrifius harus di catat .Sentrifiussecara
rutindidesinfeksisetiap minggu. Mikroskopharus kualitasKontrol mengacu padabahan, prosedur,
disimpandengan keadaan bersih setiap saatdan dan teknikyang memantauakurasi, presisi, dan
dikalibrasi oleh profesional pada setiap tahunnya . keandalanuji laboratorium.5prosedurQCdilakukanuntuk
JadwalPMrutinuntuk instrumendan peralatanharus memastikanbahwa standaryang dapat
disiapkansebagaimana diterimaterpenuhiselama prosespengujianpasien.
diamanatkanolehJCAHOataupedomanCAP, dancatataninformasiyang spesifik oleh QCmengenai jenis
disimpandarisemuaperawatan rutindantidak rutinyangKendalipersiapan spesimendan penanganan, frekuensi
dilakukan. penggunaan,tingkattoleransi, dan
metodepencatatanyang harustermasuk dalampetunjuk
Airdeionisasiyang digunakanuntuk langkah-demi-langkah untuk setiap tes.
persiapanreagenadalahkuality control untuk QCdilakukanpada waktu yang dijadwalkan, sepertipada
memeriksapHdan kemurnianresistansi meterpadasetiap setiap awalpergeseranatau sebelumpengujian
sampelpasien, dan ituharusselalu

131
162
163

dilakukanjikareagenberubah,jika instrumenrusak, atau komersial yang tersedia untuk tes kimia urine, gravitasi
yang spesifik, dan untuk konstituen mikroskopis
jikahasil tesdipertanyakan olehdokter. Hasilkontrolharus
dicatat dalamlog,baik dalamkertas atau tertentu. Analisis tingkat dua adalah bahan wajib
dikontrol . Dokumentasi dari QC termasuk tanggal dan
dalamelektronik. Hasil tespasienmungkin
mengawali materi ketika pertama dibuka dan
tidakdilaporkansampaiQCdiverifikasi. Keduakontrol menyimpan nomor lot produsen dan tanggal kadaluarsa
kualitaseksternalprosespemantauandan setiap kali kontrol dijalankan dan hasil tes yang
pengendalianmutu internal yangdipraktekkandi diperoleh. Food and Drug Administration (FDA) standar
laboratoriumurine. makanan mengharuskan uji materi kontrol negatif
untuk HIV dan virus hepatitis B. Kontrol eksternal diuji
Pemantauan eksternal Quality Control dan ditafsirkan di laboratorium oleh orang yang
samadalam melakukan pengujian pasien.
Kontrol kualitas eksternal digunakan untuk Data kontroldievaluasisebelum di rilis
memverifikasi akurasi (kemampuan untuk mendapatkan daripasien. Data yang diperoleh daripengukuran yang
hasil yang diharapkan) dan presisi (kemampuan untuk berulangmemilikidistribusigaussianatautersebar dinilai-
mendapatkan hasil yang sama pada spesimen yang
nilaiyang menunjukkankemampuan
sama) dari tes pada kondisi yang sama pada sampel
pasien. Keandalan adalah kemampuan untuk untukmengulangianalisisdanmendapatkan nilaiyang
mempertahankan kedua presisi dan akurasi. Kontrol sama.

131
163
131

Di laboratorium, setelah melakukan pengujian berulang,


Menetapkan nilai untuk masing-masing analit, kontol yang
menunjukan , yang membagi dari semua point-point data
dan deviasi standar yang Dihitung. Rata-rata adalah untuk
cek rata-rata semua titik data dan standar deviasi (SD)
yaitu peng-ukuran statistik untuk menggambarkan jarak
rata-rata setiap data titik distribusi. Koefisien variasi (CV)
adalah SD yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-
rata. CV indikator , Apakah distribusi nilai rata-rata berada
dalam tempat yang luas dibandingkan kisaran sempit dan
harus kurang dari 5%. kepercayaan adalah suatu batas
spesifik antara proporsi atau persentase hasil akan
berbohong . Rentang controlyang menentukan
pengaturan kepercayaan dengan menetapkan batasan Itu
dalam 2 SD atau± 3 SD dari rata-rata, yang menunjukkan
bahwa 95,5% menjadi 99,7%
dari nilai-nilai yang diharapkan dalam kisaran tsb.
Untuk didokumentasikan. Sebuah protokoluntuk tindakan
yang korektifditampilkandiGambar7-5. Seorang
supervisoryang ditunjukmeninjau semuahasilQC.
Nilai diplot pada Levy-Jennings grafik Control nilai secara
visual untuk memantau kontrol. Keputusan segera tentang LaboratoriummungkinberpartisipasidalamprokomersialQC
pasien didasarkan pada nilai-nilai pemantauan untuk. tetap Banyak hasildaribahan yang samadari QCyang dikirim
dan tidak berubah-ubah. Perubahan akurasi Hasilnyaolehprodusenke laboratoriumyang
dapat dinyatakan dan di pertanggung jawabkan yangberpartisipasidikembalikan keprodusen untukanalisis
terarah perubahan dalam rata-rata (Gambar. 7-4). statistikdan perbandingandenganlaboratorium
Perubahan akurasi lainmenggunakanmetodelogiyang sama.
ditunjukkan oleh sejumlah besar tentang rata-rata dan
PengendalianMutu InternalPemantauan.
distribusi yang tidak merata di atas dan di bawah rata-rata
yang paling sering disebabkan oleh kesalahan dalam Pengendalian mutu internal terdiri dari sistem
teknik. Tindakan korektif, memperlakukan termasuk pengawasan internal yang dibangun ke dalam sistem
penggunaan reagen baru, strip reagen, atau kontrol,pengujian
dan dan dapat disebut kontrol elektronik, internal
verifikasi nomor lot dan tanggal kadaluarsa, harus dicatat
atau prosedural. Mutu internal atau kontrol prosedural
ketika terjadi nilai-nilai pemeriksaan yang di luar batas
memantau penambahan yang benar dari spesimen pasien
toleransi. Semua tindakan perbaikan yang dilakukan atau reagen, interaksi instrumen / reagen, dan uji selesai.
adalah Kontrol elektronik memantau komponen elektronik atau
sistem listrik dalam tes ini.

Tes Keahlian
132

PT adalah pengujian sampel tidak diketahui yang diterima


dari agen luar. Ini memberikan validasi objektif tentang
kualitas hasil tes pasien. Beberapa vendor komersial
menyediakan tes pro defisiensi. CAP, American
Association of Bioanalysts (AAB), Amerika Pro defisiensi
Institute (API), Accutest, American Academy of Family
Physicians (AAFP), dan Negara Laboratorium Wisconsin of
Hygiene (WSLH) adalah beberapa yang paling umum
dalam pengujian prodifisiensi . Laboratorium yang
berlangganan dengan program ini menerima spesimen
liofilisasi atau siap digunakan untuk urinalisis rutin dan
Kodachromes atau piring warna untuk identifikasi
sedimen konstituen . Hasil dikembalikan ke vendor
pengujian prodefisiensi , di mana mereka dianalisis secara
statistik dengan orang-orang dari tempat tersebut.

A. Rekam semua tindakan yang dilakukan dan resolusi


masalah

B. Gunakan diagram alir berikut:

Gambar 7-5 "Out-of-control" prosedur. (Dari Schweitzer,


SC, Schumann, JL, dan Schumann, GB: pedoman jaminan
mutu untuk laboratorium urine Journal of Technology
Medis 3 (11):.. 567-572, 1986, dengan izin)

Semua yang berpartisipasi dalam laboratorium, dan


laporan yang dikembalikan kepada direktur laboratorium.
Akurasi laboratorium dievaluasi dan dibandingkan dengan
laboratorium lain menggunakan metode yang sama dari
analisis. Tindakan korektif harus diambil untuk hasil yang
tidak dapat diterima.

Personil dan Fasilitas

Quality control adalah hanya sebagai personil yang


melakukan pemantauan . Personil harus memahami
pentingnya QA, dan memprogramkan apa yang dilihat
personel sebagai contoh untuk pengalaman belajar
133

bukan sebagai ancaman. 7 pembaharuan bahan yang


dibutuhkan sampai tersedia , dan dokumentasi pendidikan
yang berkelanjutan harus dipersiapkan.

kerapihan ,menajaga wilayah kerja menjadi aman


yang cukup juga penting bagi kualitas kerja dan moral
personel. Kewaspadaan standar untuk penanganan cairan
tubuh harus diikuti setiap saat.

Faktor Sesudah Pemeriksaan

Faktor Postanalytical adalah proses yang mempengaruhi


pelaporan hasil dan interpretasi data yang benar.

Pelaporan Hasil
dari instrument yang digunakan untuk penyedia layanan
Format pelaporan standar dan jika memungkinkan,
kesehatan yang ditunjuk. Sangat penting bahwa operator
rentang referensi harus disertakan dengan setiap
hati-hati meninjau hasil sebelum pengiriman. Hasil juga
prosedur yang tercakup dalam manual prosedur. Sebuah
dapat secara manual dimasukkan ke dalam sistem
prosedur yang ditulis bertujuan untuk melaporkan,
komputer laboratorium dan kemudian ditransmisikan ke
meninjau, dan mengoreksi kesalahan yang harus hadir.
pelayanan kesehatan.
Formulir untuk hasil pelaporan harus
Hasil yang salah harus diperbaiki pada
menyediakan ruang yang memadai untuk menulis
waktu yang tepat untuk memastikan bahwa pasien tidak
informasi dalam urutan logis. Standar metode pelaporan
menerima pengobatan berdasarkan hasil yang salah.
minimalkan perawatan kesehatan pada penyediaan
Kesalahan dapat terjadi di identifikasi pasien, pelabelan
ketika menafsirkan hasil (Gbr. 7-6). Transmisi elektronik
spesimen , atau pada hasil transkripsi. Catatan pasien
sekarang metode yang paling umum untuk pelaporan
harus diperbaiki secepat mungkin saat kesalahan
hasil.
terdeteksi; Namun, hasil asli tidak harus dihapus dalam hal
Banyak instrumen urinalisis memiliki kemampuanpenyedia layanan kesehatan dirawat pasien berdasarkan
untuk operator untuk mengirimkan hasil langsung hasil yang salah. Dokumentasi yang sesuai dari hasil yang
salah harus mengikuti protokol institusional. Prosedur
tertulis harus tersedia untuk pelaporan nilai kritis
(Gambar. 7-7). Di laboratorium dalam menganalisis
134

spesimen anak, ini harus mencakup adanya keton atau


Gambar 7-6 Contoh urin standar format laporan
bahan pereduksi pada bayi baru lahir. mikroskopis. (Dari University of Nebraska Medical Center,
Omaha, Nebr., Dengan izin.)
Interpretasi Hasil

spesifikasi dan sensitivitas untuk setiap tes harus


dimasukkan dalam manual prosedur untuk interpretasi
hasil yang benar. Semua zat yang mengganggu harus
diketahui dan di catat untuk evaluasi data uji pasien.
Sebuah program QA didokumentasikan untuk memastikan
hasil uji kualitas dan perawatan pasien.

Keton POSITIF:

Semua hasil keton positif pada pediatri yang kurang dari


dua tahun akan dipanggil untuk unit menerima perawatan
yang sesuai. Waktu panggilan sesuai dengan "teknologi",
dan nama orang yang menerima panggilan harus
didokumentasikan dalam komputer sebagai catatan kaki
chartable ditambahkan ke hasilnya.

POSITIF Clinitest:

Semua hasil Clinitest positif pada pediatri yang kurang dari


dua tahun akan dipanggil untuk unit menerima perawatan
yang sesuai. Waktu panggilan sesuai dengan "teknologi",
dan nama orang yang menerima panggilan harus
didokumentasikan dalam komputer sebagai catatan kaki
chartable ditambahkan ke hasilnya.

Gambar 7-7 Contoh penting prosedur hasil-pelaporan.


(Diadaptasi dari Departemen Patologi, Joseph Rumah Sakit
St., Omaha, Nebr., Dengan izin.

Masalah Regulasi
135

Amandemen Peningkatan Laboratorium Klinik '88


(CLIA'88) menetapkan bahwa semua laboratorium yang
melakukan pengujian pada spesimen manusia untuk
tujuan diagnosis, pengobatan, pemantauan, atau skrining
harus berlisensi dan mendapatkan sertifikat dari program
CLIA yang sesuai dengan kompleksitas tes yang dilakukan.
Ini termasuk semua laboratorium independen dan rumah
sakit, kantor laboratorium dokter, klinik kesehatan
pedesaan, entitas pemeriksaan kesehatan mobile seperti
pameran kesehatan, dan klinik kesehatan masyarakat.
CLIA adalah kategori tes laboratorium diagnostik
berdasarkan kompleksitas tes dan faktor risiko yang
berhubungan dengan hasil tes yang keliru dan spesifik
terhadap pelatihan dan tingkat pendidikan yang
dibutuhkan personil melakukan tes. Tes ditugaskan pada
kategori berikut: , penyediaan mikroskop, kompleksitas
moderat, dan kompleksitas yang tinggi. Pengujian
Nonwaived menggantikan istilah "moderat" dan
"kompleksitas yang tinggi" pengujian ketika mengacu
pada persyaratan yang berhubungan dengan kedua
tingkat pengujian.

1 tes dibebaskan dianggap mudah untuk melakukan


interpretasi, tidak memerlukan pelatihan khusus atau hanya
latar belakang pendidikan, membutuhkan minimal standardisasi dan QC, dan tidak
dianggap penting untuk perawatan pasien langsung. Tes
urine dalam kategori ini adalah panduan pengujian
dipstick / kimia tab, microalbumin, deteksi ovulasi,
toksikologi urin, dan tes kehamilan urin. Daftar tes
berkembang pesat, banyak produsen yang berbeda terus
memodifikasi tes, memungkinkan mereka untuk
menyetujui untuk pengujian yang dibebaskan. Daftar
terbaru dari tes tersedia di www.cms.hhs.gov/clia. Sebuah
modifikasi dari kategori CLIA menciptakan sertifikat
kategori baru untuk penyedia dilakukan mikroskop (PPM)
prosedur. Kategori ini meliputi prosedur mikroskopis
tertentu yang dapat dilakukan bersamaan dengan tes yang
dibebaskan untuk menghindari gangguan dalam
kunjungan pasien. Standar tenaga wewenang hanya
136

dokter, asisten dokter, praktisi perawat, dan dokter gigi Disebutkan Peraturan CLIA diperlukan komponen
untuk melakukan tes. Laboratorium melakukan PPMuntuk harus QA yang meliputi penilaian pasien manajemen tes,
memenuhi persyaratan moderat-kompleksitas untukpenilaian QC, penilaian pengujian prodefisiensi,
pengujian pro defisiensi, manajemen tes pasien, QC,perbandingan
dan hasil tes, hubungan informasi dengan
QA. Pemeriksaan urine sedimen, dan KOH persiapanpasien untuk pengujian pasien
berikut adalah contoh dari tes dalam kategori ini. Sebuah
daftar lengkap diberikan dalam Tabel 7-2. Tes moderat- hasil,kerahasiaan pasien, identifikasi dan
integritas spesimen, kompetensi personel, penilaian
kompleksitas yang lebih sulit untuk melakukan daripada
tes dibebaskan dan memerlukan dokumentasi pelatihan personil, komunikasi, investigasi keluhan, QA mereview
dalam prinsip-prinsip pengujian, kalibrasi instrumen,dengan staf, dan catatan QA.
periodik profisiensi Manajemen tes pasien mencakup sistem untuk
persiapan pasien, pengambilan spesimen yang benar,
identifikasi sampel, penyimpanan sampel, transportasi
sampel, pengolahan sampel, dan hasilnya pelaporan yang
akurat. Harus ada verifikasi bahwa laboratorium memiliki
sistem di tempat untuk memantau dan mengevaluasi
kerahasiaan informasi pasien. Fasilitas pengujian harus
memiliki prosedur tertulis yang tersedia untuk setiap
sistem untuk memastikan bahwa integritas spesimen dan
identifikasi selama proses pengujian keseluruhan.

Penilaian kualitas kontrol mengharuskan catatan


kualitas kontrol meliputi tanggal, hasil, pengujian personil,
dan nomor lot untuk reagen dan kontrol. Catatan harus
disimpan selama 2 tahun. Catatan harus ditinjau harian
pengujian
dan bulanan untuk mendeteksi perubahan, shift, sistem
di tempat pemeriksaan. Bahkan tes di rumah sakit, yang
tes tidak konsisten, atau kesalahan operator.
dibebaskan harus mematuhi standar dengan tes moderat-
kompleksitas. Kebanyakan tes kimia dan hematologi yang
pengujian defisiensi diperlukan untuk semua
ditugaskan untuk kategori ini. Tes urine otomatis atau
laboratorium unruk metode kompleksitas atau kerumitan
semi otomatis dan prosedur menggunakan mikroskopis
tinggi pengujian (testing nonwaived). Sebuah program
urin dianggap tes moderat-kompleksitas.
yang disetujui untuk tes, diatur dan melibatkan tiga
Tes kompleksitas yang tinggi membutuhkan peristiwa per tahun dengan lima tantangan per analit yang
instrumen canggih dan dapat meningkatkan tingkat diatur. 8 Untuk tes nonregulated, akurasi harus diverifikasi
interpretasi oleh personil pengujian. Banyak tes yangdua kali per tahun. Sampel harus diuji dalam carayang
sama sebagai sampel pasien. Komunikasi atau konsultasi
dilakukan di mikrobiologi, imunologi, immunohematology,
dan sitology dalam Kategori ini. dengan laboratorium lainnya tidak diizinkan.
137

Penilaian Personil meliputi pendidikan dan defisiensi pro, penilaian kompetensi, pendidikan dan
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, penilaian pelatihan, pemeliharaan peralatan, layanan panggilan,
kompetensi, dan penilaian kinerja. Setiap karyawan baru
dokumentasi masalah, keluhan, komunikasi, pemeriksaan
harus memiliki dokumentasi pelatihan selama orientasi ke
data-data, dan catatan sertifikasi.
laboratorium. Sebuah checklist prosedur harus
didokumentasikan dengan tanggal dan inisial orang yang CLIA bersama-sama dikelola oleh Centers for
melakukan pelatihan dan karyawan yang terlatih. Medicare dan Medicaid Services (CMS), FDA, dan CDC.
Lembaga akreditasi yang telah disetujui oleh pemerintah
Kation menyebutkan status sebagai personillah
federal setelah menunjukkan kesetaraan dengan standar
yang dapat melakukan perawatan terhadap pasien, CLIA termasuk COLA (yang populer dengan laboratorium
personil juga diatur dan ada ketentuannya bahwa hanyakantor dokter), yang JCAHO, CAP (yang berfungsi sebagai
orang-orang dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai
laboratorium besar), AOA, AABB, dan ASHI. Kepatuhan
dengan prosedur yang ada. Tenaga kesehatan menjadi terhadap peraturan akreditasi dijamin oleh periodik di
sertifikasi dan atau berlisensi di bidang khusus mereka
tempat kunjungan difasilitas oleh tim inspeksi dan melalui
melalui beberapa persyaratan pendidikan tertentu dan kinerja pada tes efisiensi profi. Jika defisiensi yang hadir,
atau kinerja yang memuaskan pada ujian prodefisiensi harus memperbaiki fasilitasnya dalam waktu tertentu dan
standar. Tingkat pendidikan didokumentasikan dalamakan datamemuaskan.
personil karyawan. Sebuah catatan dari semua sesi
pendidikan berkelanjutan harus disimpan di masing- PPM laboratorium tidak dibebaskan dan harus
tunduk pada pemeriksaan rutin. Inspeksi harus
masing data personil. Saat ini tidak ada jam minimal
pendidikan berkelanjutan yang diamanatkan. dijadwalkan dan dilakukan dalam 2 tahun pertama
sertifikasi. Persyaratan QA diatur untuk menekankan
Penilaian kompetensi teknis sebagaimana pentingnya menilai kualitas selama proses pengujian
diamanatkan oleh CLIA harus dilakukan kepada setiap keseluruhan. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk
karyawan untuk setiap prosedur yang dikerjakan duamempromosikan
kali peningkatan kualitas berkelanjutan
selama tahun pertama dan kemudian setiap tahun. (CQI).
Metode untuk menilai kompetensi meliputi pengamatan
langsung, review catatan QC, review defisiensi catatan pro
pengujian, dan penilaian tertulis. 8,9

Penilaian kinerja bagi setiap karyawan dilakukan


menurut ketentuan lembaga dan mengevaluasi standar
kinerja sebagaimana yang ditunjukan oleh deskripsi
pekerjaan. Standar harus spesifik dan terukur yang dapat
mencakup evaluasi sikap serta keterampilan organisasi
dan komunikasi. BAB 7 • Penilaian Kualitas dan Manajemen di Urine
Laboratorium. 137
Catatan laboratorium klinis harus dipertahankan
selama 2 tahun. Catatan-catatan ini meliputi hasil tesManajemen Kualitas
pasien, data QC, log reagen, metode uji verifikasi, data uji
138

Kontrol kualitas dan penilaian kualitas merupakan Fokus CQI adalah untuk meningkatkan hasil pasien
bagian dari program manajemen mutu kelembagaan.dengan CQI, memberikan pelayanan yang berkualitas terus-
Meningkatkan Kinerja Organisasi (IOP), manajemen menerus tanpa merubah lingkungan perawatan
kualitas total (TQM), dan Six Sigma adalah semua programkesehatan. Pemecahan masalah kelompok dan kerja tim
yang berevolusi dari filosofi manajemen mutu Deming, adalah elemen untuk mendukung identifikasi dan
masing-masing dengan penekanan yang sedikit berbeda. penyelesaian masalah di departemen yang berbeda.
Sedangkan QA dirancang untuk mempertahankan tingkat Membantu alat untuk menilai CQI adalah grafik aliran,
kemapan kualitas, TQM dan CQI dirancang untuk diagram sebab-akibat (diagram tulang ikan), grafik pareto,
mengembangkan metode untuk terus meningkatkanhistogram, menjalankan grafik, diagram kontrol, dan
kualitas pelayanan kesehatan. Standar dari JCAHO diagram pencar. Sebuah flowchart adalah gambar
mengatasi konsep ini dengan mengharuskan dokumentasi pemetaan proses keluar setiap langkah individu sehingga
yang menunjukkan bahwa, perawatan pasien yang efektif setiap kelompok
sesuai dengan apa yang disediakan, seperti yang
ditunjukkan oleh hasil pasien positif. Standar Area
ditangani meliputi ketersediaan layanan, ketepatan
waktu, kontinuitas perawatan, efektivitas dan efisiensi
pelayanan, keamanan layanan yang disediakan, rasa
hormat dan perawatan oleh petugas yang memberikan
pelayanan.
anggota dapat memahami cara kerjanya. Sebab dan akibat
TQM didasarkan pada konsep tim yang melibatkan diagram menentukan penyebab masalah dan
personil di semua tingkatan bekerja sama untuk mencapai mengidentifikasi berbagai elemen yang berkontribusi
hasil yang final kepuasan pelanggan melalui penerapan terhadap masalah. Mereka berhubungan interaksi antara
kebijakan dan prosedur diidentifikasi oleh program CQI. peralatan, metode, dan pelanggan. Grafik Pareto
Konsep ini berlaku prinsip ilmiah untuk manajemen dan didasarkan pada prinsip Pareto, yang menyatakan bahwa
menggunakan analisis grafis dan statistik data sebagai 80% dari masalah berasal dari 20% dari masalah. Grafik
dasar untuk pengambilan keputusan. 10 TQM adalahPareto digunakan untuk terutama mengidentifikasi
masalah sistematis pendekatan pemecahan menggunakan masalah. Informasi dalam jenis grafik menampilkan
alat visual untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalamkontributor utama masalah dalam urutan pentingnya.
proses untuk memenuhi kepuasan pelanggan dari kualitas Sebuah grafik jangka melacak titik data individu yang
perawatan pada waktu yang tepat dengan biaya yangtercatat dalam urutan waktu dan membandingkan poin
dikurangi. Dalam pengaturan perawatan kesehatan, dengan rata-rata. Hal ini berguna untuk menentukan
pasien adalah pelanggan utama; pelanggan juga termasuk perbedaan siklik atau musiman. Diagram kontrol
penyedia layanan kesehatan, tenaga di departemen menyediakan
lain, statistik batas bertekad ditarik di kedua sisi
keluarga pasien dan teman-teman. TQM adalah mencakup garis yang menunjukkan penyimpangan dari rata-rata.
kualitas dan kinerja penilaian infrastruktur (fisik, personil,
Diagram pencar adalah teknik merencanakan visual yang
dan manajemen), proses, hasil, dan kepuasan pelanggan. digunakan untuk mengevaluasi sebab dan akibat korelasi
antara dua variabel. Histogram menampilkan bentuk
distribusi variabel yang menunjukkan jumlah variasi dan
139

sering digunakan untuk meringkas dan


mengkomunikasikan data.

"Rencana" adalah proses pembuatan perubahan


dengan mengidentifikasi pelanggan dan harapan
pelanggan, menggambarkan proses saat ini, mengukur
dan menganalisis, fokus pada peluang perbaikan,
mengidentifikasi akar penyebab, dan menghasilkan solusi.
Pelanggan eksternal adalah orang-orang seperti vendor
atau penyedia layanan kesehatan yang tidak dipekerjakan
oleh organisasi seseorang. Pelanggan internal adalah
karyawan dalam organisasi yang tergantung pada layanan
seseorang. Seorang perawat meminta hasil urinalisis pada
pasien akan menjadi pelanggan dari laboratorium.
Kebutuhan dan harapan pelanggan yang diidentifikasi
dalam perawatan kesehatan lapangan paling sering
melalui analisis keluhan, kelompok fokus dan wawancara,
survei kepuasan, dan JCAHO standar profesional. Sebuah
contoh akan "Bagaimana mengurangi TAT untuk hasil tes
urine pasien?" Melalui penggunaan owcharts fl,
menyebabkan dan efek gram, dan grafik pareto (Gambar.
7-8 untuk 7-10), data dapat dilihat visualdiukur dan
dianalisis, dan panitia dapat tiba di pernyataan masalah
dan fokus pada peningkatan
140

peluang. Setelah
menghasilkan teori
penyebab dan
mengumpulkan data,
akar penyebab dapat
menunjuk, dan, melalui
kelompok fokus dengan
pelanggan, diskusi
dengan staf, dan brainstorming, solusi dapat diproduksi.

"Apakah" langkah adalah proses pengujian perbaikan dengan memetakan uji coba, pelaksanaan
menjalankan itu, mengumpulkan data, dan menganalisis data. Orang yang bertanggung jawab untuk setiap
langkah dan tanggal dan jangka waktu untuk sidang harus dispesifikasikan. Langkah digunakan untuk
memantau pelaksanaan uji coba dan verifikasi hasil harus didokumentasikan. Sebagai contoh untuk
urinalisis TAT di atas, uji coba untuk mempersingkat urine pengujian TAT bisa untuk mengangkut spesimen

dari lokasi pasien ke laboratorium melalui sistem tabung pneumatik segera setelah koleksi. "Check"
atau "Studi" langkah melibatkan mengevaluasi hasil dan menarik kesimpulan mengenai efek perubahan.
Alat untuk mengevaluasi solusi yang diagram kontrol, menjalankan atau grafik tren, pengamatan
sederhana, dan survei. Dari hasil penelitian ini, dapat ditentukan apakah proses itu sukses, kegagalan, atau
membutuhkan minor kation modifikasi. Sebuah contoh menggunakan
141

grafik dijalankan untuk merencanakan tato dari waktu pengumpulan urin melalui prosedur

pengujian untuk waktu laporan muncul di grafik pasien untuk spesimen yang diangkut oleh sistem
tabung pneumatik.

The "Act" langkah standardisasi perubahan dengan memodifikasi prosedur, kebijakan, dan
ekspektasi kinerja standar untuk mencerminkan proses berubah. Perubahan ini harus dikomunikasikan
secara efektif kepada pelanggan untuk memastikan implementasi dan untuk menghindari resistensi
terhadap perubahan. Sebuah rencana harus menunjukkan cara prosedur baru akan dimasukkan dan
bagaimana pelanggan akan didukung seluruh proses perubahan, dan itu harus memberikan pelatihan
kepada orang-orang yang terlibat. Pada urinalisis contoh sebelumnya, pelatihan yang tepat pada
mengantongi specmen untuk menghindari kebocoran dan operasi sistem tabung pneumatik akan
diperlukan. Pelaksanaan jadwal rutin pengukuran untuk memantau perubahan melalui diperpanjang
kembali periode perbuahan keberhasilan .

JCAHO 1996 Pedoman Komprehensif Akreditasi Rumah Sakit merekomendasikan metode untuk
meningkatkan kinerja organisasi (IOP) melalui kerja dan proses manajemen untuk berbagai departemen
dari suatu organisasi untuk bekerja sama. Dikenal sebagai PDMAI, rencana memberikan standar PI.1
melalui PI.5 (rencana, desain, ukuran, menilai, dan meningkatkan) untuk menguraikan suatu siklus yang
spesifik untuk meningkatkan kinerja. 12-14 The lima elemen penting untuk peningkatan kinerja adalah
sebagai berikut:

Rencana (PI.1): Rumah sakit memiliki terencana, sistematis, rumah sakit-lebar pendekatan untuk
proses desain dan pengukuran kinerja, penilaian, dan perbaikan.

Desain (PI.2): proses baru yang dirancang dengan baik.


142

Ukur (PI.3): Organisasi memiliki proses yang sistematis di tempat untuk mengumpulkan data.

Menilai (PI.4): Rumah sakit menggunakan proses yang sistematis untuk menilai data yang
dikumpulkan.

Meningkatkan (PI.5): Rumah sakit sistematis meningkatkan kinerjanya.

Model-model lain seperti manajemen mutu Six Sigma menekankan metodologi kuantitatif
menggunakan grafik fungsi kekuasaan, grafik kritis-kesalahan, dan OPSpecs grafik. Dengan melembagakan
metodologi peningkatan kualitas, lembaga pelayanan kesehatan dapat mengembangkan format standar
yang terstruktur untuk menilai secara sistematis dan mendokumentasikan kualitas layanan kepada
pelanggan.

KESALAHAN MEDIS

Pada bulan November 1999, National Academy of Sciences 'Institute of Medicine (IOM)
mengeluarkan laporan berjudul "Untuk Err adalah Manusia:. Membangun Sistem Kesehatan Aman"
Laporan itu dirangsang perhatian publik dan pemerintah yang cukup besar dengan menyatakan bahwa
mayoritas peristiwa medis yang merugikan yang nbcaused oleh kesalahan medis dicegah. Institusi
perawatan kesehatan, lembaga akreditasi, dan instansi pemerintah yang menempatkan penekanan
meningkat pada perancangan praktek medis yang aman. Laporan IOM menekankan bahwa sebagian besar
kesalahan medis adalah sistem yang terkait dan tidak disebabkan oleh kelalaian individu atau kesalahan.
Oleh karena itu, sistem harus dirancang untuk membuatnya mudah untuk melakukan hal yang benar dan
sulit untuk melakukan hal yang salah.

JCAHO telah mengeluarkan standar baru yang disebut sebagai "Kebijakan dan Prosedur Sentinel
Event" yang memerlukan pelaporan kejadian sentinel. Sebuah acara sentinel adalah didefinisikan sebagai
setiap kematian yang tak terduga atau kerugian permanen utama fungsi tidak terkait dengan proses alami
penyakit pasien atau kondisi yang mendasarinya. Peristiwa dilaporkan adalah bunuh diri selama perawatan
institusional, penculikan bayi atau debit untuk keluarga yang salah, pemerkosaan selama perawatan
institusional, reaksi transfusi hemolitik dari tidak kompatibel besar, dan operasi pada pasien yang salah
atau bagian tubuh. Peristiwa sentinel harus dilaporkan kepada JCAHO dalam waktu 45 hari dari acara
tersebut. Laporan ini harus menyertakan analisis akar penyebab dan rencana aksi. Diterima akar penyebab
analisis mengidentifikasi faktor-faktor dasar atau penyebab yang mendasari variasi dalam kinerja dan fokus
terutama pada sistem dan proses daripada kinerja individu. Sebagai JCAHO analisis laporan acara sentinel,
secara berkala menerbitkan daftar spesifik acara fi c sentinel menyebabkan untuk mengingatkan
masyarakat kesehatan daerah untuk mengevaluasi di institusi mereka. 15

REFERENSI

1. Centers for Medicare & Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan:
Clinical Amandemen Peningkatan Laboratorium, Diperbarui Peraturan, Brosur # 1, Bagaimana mereka
mempengaruhi laboratorium saya? http://www.cms.hhs.gov/CLIA/05_CLIA_ Brochures.asp Diakses
November 2006.
143

2. College of Patolog Amerika: Komisi Akreditasi Laboratorium, Urinalisis Checklist. College of


American Patolog, Skokie, Illinois. 2005.

3. Klinis dan Laboratorium Standards Institute, Pedoman NCCLS-Disetujui: GP16-A2, Vol 21 No 19,
Urinalisis dan Koleksi, Transportasi, dan Pelestarian Spesimen Urin: Disetujui Pedoman 2001.

4. Strasinger, SK: Urinalisis dan Cairan Tubuh, 3rd ed. FA Davis, Philadelphia, 1994.

5. Hodnett, J: Pro fi pengujian efisiensi, kita semua melakukannya-tapi apa hasilnya artinya? Lab
Med 30 (5): 316-323 1999.

6. Centers for Medicare & Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan:
Laboratorium Klinik Peningkatan Amandemen, Brosur # 4: Kualitas Setara Pengendalian Prosedur.
http://www.cms.hhs.gov/CLIA/05_CLIA_Brochures.ap Diakses November 2006.

7. Schweitzer, SC, Schumann, JL, dan Schumann, GB: pedoman jaminan mutu untuk laboratorium
urine. J Med Technol 3 (11): 567-572 1986.

8. Centers for Medicare dan Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan:
Klinik Peningkatan Laboratorium Perubahan Peraturan sekarang dan Pedoman.
http://www.cms.hhs.gov/CLIA/Accessed Desember 2006.

9. Costaras, J: Urinalisis: Ia mendapat rasa hormat. ADVANCE untuk Profesional Laboratorium


Medis, pp. 10, 11, 11 Agustus 1997.

10. Yablonsky, MA: manajemen mutu total di laboratorium dari bawah mikroskop dalam praktek.
Lab Med 26 (4): 253-260, 1995.

11. Hrdlicka, D: Peningkatan Kualitas Made Simple. Teknologi-3 Advanced Informasi Manajemen,
Add-A Kompetensi, University of Nebraska Medical Center, Divisi Teknologi Kedokteran 1998.

12. Pedoman Komprehensif Akreditasi Rumah Sakit: The Official Handbook, Meningkatkan Kinerja
Organisasi. CAMH Update 4, November 1997.

14

13. Holmes, R: Menaklukkan kinerja dokumentasi perbaikan untuk JCAHO. Laboratorium Medis
Observer 30 (6): 18, 19, 22, 24, 1998.

14. Trant, C, Broda, K, dan Edwards, G: Departemen Patologi Duke University Medical Center,
Durham, NC, JCAHO Inspeksi: Mempersiapkan Laboratorium, AACC 50th Anniversary Pertemuan Lokakarya
2407, Chicago, Ill, 5 Agustus 1998. .

15. Strasinger, SK, dan Di Lorenzo, MS: Buku Phlebotomy Kerja, 2nd ed. FA Davis, Philadelphia
2003.
144
145
146
147
148
149


Penyaki
t Ginjal

G
anggua
n
seluruh
tubuh
bisa
mempe
ngaruhi
fungsi
ginjal
dan
mengha
silkan
kelaina
n pada
urinalis
is itu.
Mengingat bahwa fungsi utama dari ginjal adalah infiltrasi darah untuk mengeluarkan produk sampah,
menjadi jelas bahwa ginjal secara konsisten terkena zat yang berpotensi merusak.

Penyakit ginjal sering diklasifikasikan sebagai glomerulus, tubular, atau interstisial, berdasarkan
area ginjal terutama dipengaruhi. Dalam bab ini, gangguan yang paling umum ditemui akan dibahas dalam
kaitannya dengan daerah yang terkena ginjal, mengingat bahwa beberapa tumpang tindih akan terjadi.

Gangguan glomerulus

Sebagian besar gangguan yang berhubungan dengan glomerulus yang asal kekebalan tubuh, yang
dihasilkan dari gangguan kekebalan seluruh tubuh, termasuk ginjal. Kompleks imun terbentuk sebagai hasil
dari reaksi imunologi dan meningkatkan imunoglobulin serum, seperti immunoglobulin A (IgA), beredar
dalam aliran darah dan disimpan pada membran glomerulus. Komponen dari sistem kekebalan tubuh,
150

termasuk pelengkap, neutrofil, limfosit, monosit, dan sitokin, kemudian tertarik ke daerah, memproduksi
perubahan dan kerusakan pada membran. Tergantung pada mediator sistem kekebalan tubuh yang terlibat,
kerusakan dapat terdiri dari sel infiltrasi atau proliferasi mengakibatkan penebalan membran basal
glomerulus, dan melengkapi dimediasi kerusakan kapiler dan membran basal.

Penyebab Nonimmunologic kerusakan glomerulus termasuk paparan bahan kimia dan racun yang
juga mempengaruhi tubulus, gangguan tuduhan membran listrik seperti yang terjadi pada sindrom nefrotik,
pengendapan bahan amiloid dari gangguan sistemik yang mungkin melibatkan peradangan kronis dan
reaktan fase akut, dan ruang bawah tanah membran penebalan terkait dengan nefropati diabetik.

Glomerulonefritis

The glomerulonefritis merujuk steril, proses peradangan yang mempengaruhi glomerulus dan
berhubungan dengan fi nding darah, protein, dan melemparkan dalam urin. 1 Berbagai jenis
glomerulonefritis ada, dan kondisi ini juga bisa berkembang dari satu bentuk ke bentuk lainnya (yaitu,
progresif cepat glomerulus nefritis (RPGN) untuk glomerulonefritis kronis sindrom nefrotik dan gagal ginjal
akhirnya).

Akut poststreptococcal Glomerulonefritis

Seperti namanya, glomerulonefritis akut (AGN) adalah penyakit yang ditandai dengan tiba-tiba
gejala konsisten dengan kerusakan membran glomerulus. Ini mungkin termasuk demam; edema, yang paling
terasa di sekitar mata; kelelahan; hipertensi; oliguria; dan hematuria. Gejala biasanya terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda berikut infeksi pernafasan yang disebabkan oleh tertentu

strain grup A streptokokus yang mengandung protein M di dinding sel. Selama infeksi, ini strain
nefrogenik bentuk streptokokus kompleks imun dengan antibodi yang beredar mereka sesuai dan menjadi
diendapkan pada membran glomerulus. Menyertainya dalam reaksi peradangan mempengaruhi fungsi
glomerulus.

dalam banyak kasus, keberhasilan pengelolaan komplikasi sekunder, hipertensi, dan


ketidakseimbangan elektrolit, sampai kompleks imun telah dibersihkan dari darah dan peradangan reda,
hasil tidak kerusakan ginjal permanen. Gejala yang sama juga dapat dilihat pneumonia berikut, endokarditis,
dan infeksi berat lainnya. 2

Urinalisis Primer temuan meliputi ditandai hematuria, proteinuria, dan oliguria, disertai dengan sel
darah merah (RBC) gips, sel darah merah dismorfik, hialin dan gips granular, dan sel-sel darah putih
(leukosit). Sebagai toksisitas ke reda membran glomerulus, hasil urine kembali normal, dengan
kemungkinan pengecualian dari hematuria mikroskopik yang berlangsung sampai kerusakan membran telah
diperbaiki. Nitrogen urea darah (BUN) mungkin meningkat selama tahap akut tetapi, seperti urinalisis itu,
kembali normal. Demonstrasi dari peningkatan serum antistreptolisin O (ASO) titer atau anti-grup A tes
enzim streptokokus memberikan bukti bahwa penyakit ini berasal dari streptokokus.

Cepat Progresif (bulan sabit) Glomerulonefritis


151

Sebuah bentuk yang lebih serius dari penyakit glomerulus akut disebut progresif cepat (atau bulan
sabit) glomerulonefritis (RPGN) dan memiliki prognosis yang jauh lebih miskin, sering mengakhiri gagal
ginjal. Gejala yang diprakarsai oleh deposisi kompleks imun di glomerulus, sering sebagai komplikasi dari
bentuk lain glomerulonefritis atau gangguan sistemik kekebalan tubuh seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE). Kerusakan oleh makrofag pada dinding kapiler melepaskan sel dan plasma ke ruang Bowman, dan
produksi formasi bulan sabit yang mengandung makrofag, broblasts fi, dan dipolimerisasi fibrin,
menyebabkan kerusakan permanen pada jumbai kapiler.

Hasil laboratorium awal yang mirip dengan glomerulonefritis akut tetapi menjadi lebih normal
sebagai penyakit berlangsung, termasuk tingkat protein nyata meningkat dan verylow tarif infiltrasi
glomerulus. Beberapa bentuk dapat menunjukkan produk peningkatan degradasi fi brin, cryoglobulins, dan
deposisi kompleks imun IgA di glomerulus. 3

Goodpasture Syndrome

Perubahan morfologi untuk glomeruli menyerupai orang-orang di RPGN terlihat dalam


hubungannya dengan gangguan autoimun disebut sindrom Goodpasture. Penampilan dari autoantibodi
sitotoksik terhadap membran basal glomerulus dan alveolar dapat mengikuti infeksi virus pernapasan.
Lampiran autoantibodi ini ke membran basement, diikuti oleh aktivasi komplemen, menghasilkan
kehancuran kapiler. Disebut sebagai antiglomerular membran basement antibodi, autoantibodi dapat
dideteksi dalam serum pasien.

Keluhan paru awal yang hemoptisis dan dyspnea, diikuti dengan pengembangan hematuria. Hasil
urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, dan adanya RBC gips. Pengembangan menjadi glomerulonefritis
kronik dan gagal ginjal tahap akhir adalah umum.

Granulomatosis Wegener

Granulomatosis Wegener menyebabkan granuloma memproduksi peradangan pembuluh darah kecil


terutama ginjal dan sistem pernapasan. Kunci diagnosis granulomatosis Wegener adalah demonstrasi
antibodi sitoplasma antineutrophilic (ANCA) dalam serum pasien. 4 Pengikatan autoantibodi ini ke neutrofil
terletak di dinding pembuluh darah dapat memulai respon imun dan pembentukan granuloma yang
dihasilkan. Pasien biasanya hadir pertama dengan gejala paru dan kemudian mengembangkan keterlibatan
ginjal, termasuk hematuria, proteinuria, RBC gips, dan kreatinin serum dan BUN.

Henoch Schönlein Pupura

Henoch-Schönlein purpura adalah penyakit yang terjadi terutama pada anak-anak mengikuti infeksi
saluran pernapasan atas. Seperti namanya, gejala awal termasuk penampilan mengangkat, bercak merah
pada kulit. Pernapasan dan gastroin gejala testinal, termasuk darah dalam dahak dan tinja, mungkin ada.
Keterlibatan ginjal adalah komplikasi yang paling serius dari gangguan dan dapat berkisar dari ringan
sampai berat dan proteinuria hematuria dengan RBC gips. Pemulihan lengkap dengan fungsi ginjal normal
terlihat di lebih dari 50% pasien. Pada pasien lain, perkembangan ke bentuk yang lebih serius dari
glomerulonefritis dan gagal ginjal dapat terjadi. Urinalisis dan penilaian fungsi ginjal harus digunakan untuk
memantau pasien setelah pemulihan dari gejala asli.

Membran Glomerulonefritis
152

Karakteristik utama dari glomerulonefritis membranosa adalah penebalan diucapkan membran basal
glomerulus akibat pengendapan imunoglobulin G kompleks imun. Gangguan yang berhubungan dengan
pengembangan glomerulonefritis membranosa termasuk eritematosus sistemik lupus, sindrom Sjögren,
sifilis sekunder, hepatitis B, perawatan emas dan merkuri, dan keganasan. Banyak kasus etiologi yang tidak
diketahui telah dilaporkan. Sebagai aturan, penyakit berlangsung lambat, dengan kemungkinan remisi;
Namun, pengembangan sering gejala sindrom nefrotik terjadi. 5 Mungkin juga ada kecenderungan trombosis

Laboratorium temuan termasuk hematuria mikroskopik dan peningkatan ekskresi protein urine yang
dapat mencapai konsentrasi sama dengan yang di sindrom nefrotik. Demonstrasi salah satu gangguan
sekunder melalui tes darah dapat membantu dalam diagnosis.

Membranoproliferative Glomerulonefritis

Glomerulonefritis membranoproliferative (MPGN) ditandai dengan dua perubahan yang berbeda


dalam cellularity dari glomerulus dan kapiler perifer. Tipe 1 menampilkan meningkat cellularity dalam sel
subendothelial dari mesangium (area interstitial kapsul Bowman), menyebabkan penebalan dinding kapiler,
sedangkan jenis deposito 2 menampilkan sangat padat di membran basal glomerulus. Banyak dari pasien
adalah anak-anak, dan penyakit memiliki prognosis buruk, dengan tipe 1 pasien maju ke sindrom nefrotik
dan tipe 2 pasien mengalami gejala glomerulonefritis kronik. The temuan laboratorium fi adalah variabel;
Namun, hematuria, proteinuria, dan penurunan kadar komplemen serum yang biasa temuan. Tampaknya ada
hubungan dengan gangguan autoimun, infeksi, dan keganasan. 6

Glomerulonefritis kronis

Tergantung pada jumlah dan durasi usia bendungan yang terjadi pada glomerulus dalam gangguan
glomerulus dibahas sebelumnya, perkembangan kronis glomerulonefritis dan stadium akhir ginjal
kemudahan dis mungkin terjadi. Secara bertahap gejala memburuk termasuk kelelahan, anemia, hipertensi,
edema, dan oliguria. Pemeriksaan urin mengungkapkan hematuria, proteinuria glukosuria sebagai akibat dari
disfungsi tubular, dan banyak jenis gips, termasuk gips yang luas. Sebuah nyata menurun glomerulus tingkat
infiltrasi hadir dalam hubungannya dengan peningkatan BUN dan kreatinin tingkat dan ketidakseimbangan
elektrolit

Immunogloblin A Nefropati

Juga dikenal sebagai penyakit Berger, IgA nefropati, di mana kompleks imun yang mengandung
IgA disimpan pada membran glomerulus, adalah penyebab paling umum dari glomerulonefritis. Pasien telah
meningkatkan kadarserum IgA, yang mungkin akibat dari infeksi mukosa. Kelainan ini paling sering terlihat
pada anak-anak dan dewasa muda.

Pasien biasanya hadir dengan episode hematuria makroskopik setelah infeksi atau olahraga berat.
Pemulihan dari hematuria makroskopik spontan; Namun, microhematuria tanpa gejala dan tingkat serum
IgA tetap. 7 Kecuali untuk episode periodik hematuria makroskopik, pasien dengan gangguan mungkin tetap
dasarnya asimtomatik selama 20 tahun atau lebih; Namun, ada perkembangan bertahap untuk
glomerulonefritis kronis dan penyakit ginjal tahap akhir.

Sindrom nefrotik
153

Sindrom nefrotik ditandai oleh proteinuria masif (lebih besar dari 3,5 g / d), rendahnya tingkat
albumin serum, tingginya tingkat lipid serum, dan diucapkan edema. 1 akut onset gangguan dapa

145 BAB 8 • Penyakit Ginjal

terjadi pada kasus gangguan peredaran darah memproduksi shock sistemik yang menurunkan
tekanan dan aliran darah ke ginjal. Pengembangan menjadi sindrom nefrotik juga dapat terjadi sebagai
komplikasi dari bentuk dibahas sebelumnya glomerulonefritis.

Peningkatan permeabilitas membran glomerulus dikaitkan dengan kerusakan membran dan


perubahan muatan listrik di lamina basal dan podocytes, menghasilkan penghalang kurang terhubung erat.
Hal ini memudahkan bagian protein berat molekul tinggi dan lipid ke dalam urin. Albumin adalah protein
utama habis dari peredaran. The berikutnya hipoalbuminemia muncul untuk merangsang peningkatan
produksi lipid oleh hati. Semakin rendah tekanan onkotik di kapiler akibat menipisnya albumin plasma
meningkatkan hilangnya cairan ke dalam ruang interstitial, yang didampingi retensi natrium, menghasilkan
edema. Penipisan imunoglobulin dan

faktor koagulasi menempatkan pasien pada peningkatan risiko gangguan infeksi dan koagulasi. Kerusakan
tubulus, selain glomerulus kerusakan, terjadi, dan sindrom nefrotik dapat berkembang menjadi gagal ginjal
kronis.

Pengamatan urinalisis meliputi ditandai proteinuria; tetesan lemak kemih; oval tubuh gemuk; ginjal
epitel tubular (RTE) sel; epitel, lemak, dan lilin gips; dan hematuria mikroskopik. Penyerapan protein yang
mengandung lipid oleh sel RTE diikuti oleh pengelupasan sel menghasilkan tubuh lemak oval karakteristik
terlihat pada pemeriksaan sedimen.
154

Bab 7
Penilaian dan Manajemen Mutu dalam Laboratorium Urinalisis

TUJUAN PEMBELAJARAN
Selesai membaca bab ini, pembaca akan mampu:
1. Membahas prosedur penilaian mutu dan dokumentasi untuk pengendalian mutu spesimen,
metodologi, reagen, bahan pembanding, instrumentasi, peralatan, dan pelaporan hasil dalam
laboratorium urinalisis.
2. Menentukan komponen pra-analitis, analitis dan pasca-analitis penilaian mutu.
3. Membedakan antara komponen-komponen pengendalian mutu internal, pengendalian mutu
eksternal, dan pengujian kefasihan (proficiency testing).
4. Menysun daftar elemen yang dibutuhkan untuk penjaminan mutu seperti yang diatur oleh Clinical
Laboratory Improvement Amendments (CLIA).
5. Mendeskripsikan empat tingkat model kompleksitas CLIA dan bagaimana hubungannya dengan uji
urinalisis.
6. Mendiskusikan pentingnya peningkatan mutu yang berkelanjutan dan manajemen mutu total, yang
meliputi rekomendasi Komisi Gabungan untuk Akreditasi Organisasi Perawatan Kesehatan.
7. Mendiskusikan pencegahan kesalahan medis dan definisi suatu sentinel event.

Istilah penilaian mutu (Quality Assessment, QA) merujuk pada proses menyeluruh untuk menjamin
perawatan pasien yang bermutu dan diatur di seluruh sistem pengujian total.Sistem mutu merujuk
pada semua kebijakan, proses, prosedur, dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai pengujian mutu. Dalam suatu laboratorium klinik, suatu program penilaian mutu meliputi
bukan hanya menguji pembanding, yang disebut sebagai pengendalian mutu (QC), tetapi juga
mencakup faktor pra-analitis (misalnya pengumpulan, penanganan, dan penyimpanan spesimen),
faktor analitis (reagen dan kinerja pengujian, kalibrasi instrumen dan pemeliharaan, persyaratan
personalia, dan kompetensi teknis), faktor pasca-analitis (misalnya pelaporan hasil dan
interpretasi), dan dokumentasi yang menunjukkan program itu diikuti dengan teliti. Termasuk
155

dalam program penilaian mutu adalah petunjuk prosedur, pengendalian mutu internal dan
pengendalian mutu eksternal, standardisasi, pengujian kemahiran (proficieny test, PT), pembuatan
rekaman/catatan, pemeliharaan alat, program keselamatan, pelatihan, pendidikan dan pengujian
kompetensi personil, dan proses telaah ulang yang terjadwal dan terdokumentasikan. Pada
hakekatnya, penilaian mutu sama dengan pemantauan kontinu semua proses pengujian mulai dari
perencanaan pengujian dan pengumpulan bahan uji (spesimen) melalui pelaporan dan interpretasi
hasil. Kebijakan tertulis dan tindakan yang didokumentasikan yang berkaitan dengan pasien,
laboratorium, personil penunjang, dan penyedia perawatan kesehatan dibutuhkan.Memiliki aksi
tertulis yang mengamanatkan langkah-langkah yang perlu diambil ketika ada bagian dari sistem
yang tidak berfungsi adalah esensil bagi suatu program penilaian mutu.
Selama diskusi tentang urinalisis rutin pada bab-bab terdahulu, metoda pemastian hasil akurat
didasarkan pada suatu landasan individual untuk setiap pengujian.Oleh karena penilaian mutu di
dalam laboratorium urinalisis – atau departemen laboratorium yang lain – merupakan paduan dari
banyak faktor, bagian ini akan memberikan suatu kumpulan prosedur yang esensil untuk
memberikan urinalisis yang bermutu (quality urinalysis).
Dokumentasi prosedur penilaian mutu dibutuhkan oleh semua badan akreditasi laboratorium,
yang meliputi Komisi Gabungan untuk Akreditasi Organisasi Perawatan Kesehatan (JCAHO),
College of American Pathologists (CAP), American Association of Blood Banks (AABB),
American Osteopathic Association (AOA), American Society of Histocompatibility and
Immunogenetics (ASHI), dan Commission on Laboratory Assessment (COLA); itu juga
dibutuhkan untuk pembayaran cicilan Medicare. Petunjuk-petunjuk yang dipublikasikan oleh CAP
dan Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) – sebelumnya dinamakan National
Committee for Clinical Laboratory Standards – memberikan instruksi yang amat lengkap untuk
dokumentasi dan dipergunakan sebagai suatu referensi untuk mengadakan diskusi mengenai
bidang-bidang spesifik pengendalian mutu (quality control) dan penilaian mutu.

SEKSI URINALISIS
AKSEPTABILITAS/PELABELAN SPESIMEN

disiapkan oleh:
persetujuan awal:
Prosedur yang ditempuh:
Direvisi:
Alasan revisi
156

tanggal berlaku persetujuan teknis persetujuan direktur medis


ditinjau
ditinjau
ditinjau
ditinjau
ditinjau

Gambar 7-1.Contoh dokumentasi tinjauan ulang prosedur.


Dokumentasi dalam bentuk manual prosedur dibutuhkan di semua laboratorium, dan format
ini digunakan sebagai dasar bagi pembahasan berikut.

Pedoman Prosedur Urinalisis


Suatu pedoman prosedur yang berisi semua prosedur yang dilaksanakan dalam seksi
urinalisis harus tersedia untuk dijadikan rujukan di tempat bekerja dan harus selaras dengan
petunjuk CLSI.Informasi berikut ini diikutsertakan untuk masing-masing prosedur: prinsip atau
maksud pengujian, signifikansi klinis, persiapan pasien, tipe baahn uji dan metoda pengumpulan,
akseptabilitas bahan uji dan kriteria penolakan, reagen, standar dan pembanding, kalibrasi
instrumen dan protokol serta jadwal pemeliharaan, prosedur step-by-step, kalkulasi, frekuensi dan
batas toleransi untuk pembanding dan tindakan koreksi, harga normal dan harga kritis, interpretasi
hasil, catatan prosedur spesifik, keterbatasan metoda, validasi metoda, pengujian konfirmatorik,
pencatatan hasil, referensi, tanggal efektif, penulis, dan jadwal peninjauan ulang. Sisipan paket
yang sekarang ini harus ditinjau ulang dan tersedia di tempat kerja.Manual elektronik dapat
diterima dan harus mudah didapat semua personil. Sama halnya dengan petunjuk prosedur tertulis,
versi elektronik pun harus dapat diawasi atau diperiksa (hanya orang yang berwewenang boleh
membuat perubahan, perubahan diberi tanggal/diparaf [manual atau elektronik], dan tinjauan
berkala didokumentasikan).
Evaluasi prosedur dan penerapan metodologi baru merupakan proses yang berjalan
bersamaan dalam laboratorium klinis. Bilamana diadakan perubahan, prosedur harus ditelaah dan
diparaf oleh seseorang yang memiliki otoritas untuk melakukan hal itu, seperti direktur
laboratorium atau pengawas again (Gambar 7-1), dan personil harus diberitahu tentang perubahan
itu.Dokumentasi suatu tinjauan ulang tahunan atas semua prosedur oleh petugas yang
berwewenang juga harus diperkuat.
157

Faktor-Faktor Pra-Analitis
Faktor-faktor pra-analitis adalah variabel yang terjadi sebelum pelaksanaan pengujian aktual bahan
uji dan meliputi permohonan pengujian (test request), penyiapan pasien, pengumpulan bahan uji,
penanganan, dan penyimpanan.Personil penanganan kesehatan diluar laboratorium klinis
mengendalikan kebanyakan faktor ini, seperti ordering test dan pengumpulan bahan uji.
Komunikasi antar departemen dan pelatihan yang memadai tentang prosedur yang benar untuk
memesan test, mengumpulkan, dan mengangkut bahan uji meningkatkan turnaround time (TAT)
hasil, menghindari duplikasi pesanan test, dan memastikan bahan uji yang bermutu tinggi.

Pengumpulan dan Penanganan Bahan Uji


Informasi spesifik mengenai pengumpulan bahan uji dan penanganannya harus dinyatakan
pada awal masing-masing prosedur yang tercantum dalam manual. Formulir permohonan dan
formulir computerized entry harus menyatakan tipe bahan uji urine yang hendak dikumpulkan dan
tanggal serta waktu pengumpulannya. Formulir itu harus menyediakan kolom untuk mencatat (1)
tanggal dan waktu aktual pengumpulan bahan uji, (2) apakah bahan uji telah direfrigerasi sebelum
diangkut, (3) waktu ketika bahan uji diterima di laboratorium dan waktu ketika pengujian
dilakukan, (4) test/pengujian yang diminta, (5) suatu bidang untuk instruksi spesifik yang bisa
mempengaruhi hasil analisis, dan (6) informasi identifikasi pasien. Jenis kelamin, usia atau tanggal
lahir, dan, bilamana tepat, sumber bahan uji dan tanggal pengumpulannya, harus
didokumentasikan.
Penyiapan pasien (misalnya berpuasa atau eliminasi obat-obatan yang mengganggu), tipe
dan volume bahan uji yang dibutuhkan, dan kebutuhan akan kemasan yang steril atau tembus
pandang harus diikutsertakan dengan prosedur yang spesifik. Semua bahan uji urine harus diperiksa
dalam dua jam.Jika hal ini tidak dimungkinkan, instruksi tertulis untuk penyimpanan urine harus
ada.
Instruksi yang bersifat umum, seperti prosedur pengumpulan bahan uji yang bersih dan
tepat waktu, dan setiap bahan cetak yang diberikan kepada pasien, juga dicantumkan dalam manual
tersebut.
Kriteria penolakan bahan uji karena karakteristik fisik atau kesalahan pelabelan harus
ada.Dalam Tabel 7-1, salah satu contoh suatu kebijakan untuk menangani bahan uji yang labelnya
salah tersedia.Kriteria tertulis untuk penolakan bahan uji harus didokumentasikan dan tersedia bagi
penyedia perawatan kesehatan dan staf perawatan.
Pegawai laboratorium harus menentukan kecocokan suatu bahan uji dan
mendokumentasikan setiap masalah dan tindakan korektif yang diambil.Salah satu contoh formulir
penyempurnaan mutu laboratorium internal diperlihatkan pada Gambar 7-2. Formulir ini dipakai
sebagai alat untuk mendokumentasikan suatu masalah pada titik penemuan (point of discovery),
yang mendeskripsikan apa yang terjadi dan tindakan koreksi segera yang diambil. Hal ini
memungkinkan direktur laboratorium menyorot informasi yang dibutuhkan untuk menentukan
158

analisis akar masalah dan merancang suatu rencana tindakan preventif atau rencana tindakan
korektif.

Tabel 7-1. Kebijakan untuk Penanganan Bahan Uji yang Labelnya Salah

Jangan mengasumsikan informasi apapun mengenai bahan uji atau pasien.


Jangan memasang kembali label pada suatu bahan uji yang pelabelannya salah.
Jangan membuang bahan uji sebelum investigasi selesai.
Biarkan bahan uji persis sama dengan saat andamenerimanya; taruh dalam lemari
pendingin sampai kesalahan dapat diatasi. Periksa lantai, pos perawat, kantor dokter,
dan lain-lain, untuk mengecek sumber masalah dan mengapa masalah itu harus
dikoreksi agar analisis bisa dilanjutkan.
Identifikasi masalah tentang permintaan bahan uji dengan tanggal, waktu, dan inisial
Anda.
Ajaklah prang yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan bahan uji berpartisipasi
dalam pemecahan masalah. Setiap tindakan yang diambil harus didokumentasikan
pada requisition slip.
Laporkan semua bahan uji yang salah label kepada dewan penjaminan mutu.

Dokumentasi ini dibutuhkan untuk melaporkan suatu sentinel event (yang dijelaskan kemudian
dalam bab ini). Sistem informasi laboratorium memiliki kapabilitas untuk memproduksi secara
elektronis formulir ini untuk ditinjau ulang. Bahan uji yang dapat diterima membutuhkan verifikasi
informasi identifikasi pasien tentang fermulir permohonan dan label kemasan, pengangkutan yang
tepat waktu ke laboratorium, kehadiran refrigerasi atau pengawet yang direkomendasikan jika
pengangkutan terlambat, dan pengumpulan (dalam jumlah memadai) tipe bahan uji urine yang
benar didalam suatu kemasan yang tidak terkontaminasi dan tertutup rapat. Setelah penerimaan di
laboratorium, bahan uji harus diproses segera atau, jika perlu, disimpan didalam lemari pendingin
dan terlindung dari sinar matahari.

Faktor Analitis
Faktor analitis adalah proses-proses yang secara langsung mempengaruhi pengujian bahan
uji.Faktor ini meliputi reagen, instrumentasi dan peralatan, prosedur pengujian, pengendalian mutu,
pemeliharaan preventif (PM), akses kepada manual prosedur, dan kompetensi personil yang
melaksanakan pengujian tersebut.

Reagen
Manual harus menyatakan nama dan rumus kimia masing-masing reagen yang dipakai, petunjuk
penyiapan, bila perlu, atau perusahaan yang memproduksi bahan, syarat penyimpanan, dan
prosedur untuk pengendalian mutu reagen. Tipe air yang dipakai untuk menyiapkan reagen dan
pembanding harus ditetapkan.Air suling atau air deionisasi (deionized water) harus tersedia.Suatu
pernyataan (dengan huruf tebal) segala peringatan keselamatan dan kesehatan yang ada
159

hubungannya dengan reagen harus ada.Salah satu contohnya adalah panas yang dihasilkan dalam
reaksi Clinitest.
Semua reagen dan strip reagen harus diberi label dengan benar, lengkap dengan tanggal
penyiapan atau pembukaannya, tanggal pembelian dan tanggal penerimaannya, dan informasi
keselamatan yang memadai. Strip reagen harus dicek untuk melihat larutan pembanding positif dan
negatif pada masing-masing shift atau minimal sekali sehari, dan bilamana suatu botol baru dibuka.
Reagen dicek setiap hari atau bila pengujian mengharuskan penggunaannya.Hasil semua
pemeriksaan reagen dicatat dengan benar.

Instrumentasi dan Peralatan


Instruksi mengenai operasi, kinerja dan frekuensi kalibrasi, keterbatasan, dan prosedur yang akan
ditempuh bila batasan atau linearitas terlampaui, seperti prosedur pengenceran, harus dinyatakan
dengan benar dalam manual prosedur. Instruksi yang merinci prosedur pencatatan yang sesuai
harus diikutsertakan.
Instrumen yang paling sering ditemukan di laboratorium urinalisis adalah refraktometer,
osmometer, pembaca reagent strip otomatis, dan instrumen mikroskopik otomatis. Refraktometer
dikalibrasi pada masing-masing shift terhadap air suling (1.000) dan suatu pembanding yang
diketahui, seperti 5% saline (1.022 ± 0.001) atau sukrosa 9% (1,034 ± 0,001). Dua tingkat
pembanding komersil tersedia untuk osmometer, uji urine reagent strip, dan hCG kit tests. Semua
harga pembanding harus dicatat. Sistem urinalisis otomatis dan pembaca reagent strip dikalibrasi
dengan menggunakan bahan kalibrasi yang dipasok fabrikan dengan mengikuti protokol yang
ditetapkan pihak fabrikan. Baik harga pembanding yang positif maupun yang negatif harus
dijalankan dan dicatat (Gambar 7-3).Bukti tindakan korektif untuk setiap pengujian pengendalian
mutu harus didokumentasikan.Pengujian pasien tidak boleh dilakukan sebelum pengendalian mutu
dapat dibenarkan.
Laporan Tindak-Lanjut Peningkatan Mutu
RAHASIA (CONFIDENTIAL)
Instruksi: Bgasian I harus diisi oleh orang yang mengidentifikasi kejadian.
tanggal laporan……………………. dilaporkan oleh:………………………………..
tanggal kejadian …………………. tanggal/waktu penemuan……………………
Pasien MR# .................................. Akses pasien# ………………………………….

Bagian I
Ikhtisar kejadian………… terangkan apa yang terjadi. ………………………. ..
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Tindakan korektif apa yang segera dilakukan? ………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………… …………………………
Berikan ASLINYA kepada ketua tim/spesialis teknis dalam 24 jam sejak ditemukannya
160

kejadian.
Tanggal: ………………………………………………………….
Kepada: ………………………………………………………….
Tembusan untuk tindak lanjut:
Tanggal: …………………………………………………………..
Kepada: …………………………………………………………...

Bagian II. Investigasi manajemen: Penelusuran #. …………………………………


Instruksi: Bagian II harus diisi oleh manajemen laboratorium dalam tempo 72 jam.
Periksa kategori masalah yang sesuai
- sampel pasien tak dapat diluluskan -(akibat
tipe tabung keliru
hemolisis, QNS, atau terkontaminasi) - sampel salah identifikasi
- peristiwa terkait peralatan - lokasi yang salah
- deviasi prosedur operasi standar - dan lain-lain (jelaskan)
- masalah/keluhan komunikasi
- kecelakaan

Jelaskan jawaban:
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….

Rekomendasi tindakan preventif/korektif: …………………………………………….


…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….

Spesialis teknis/ketua tim:……………………………..tanggal:………………………

Tinjauan direktur medis ………………………………… tanggal ……………………..


Tinjauan penjaminan mutu …………………………….. tanggal: …………………….
FDA yang dapat dilaporkan: ya atau tidak …………. tanggal pelaporan ……….

Gambar 7-2. Contoh Formulir Laporan Tindak Lanjut Peningkatan Mutu (dari Danville Regional
Medical Center Laboratory, Danville, Va, dengan ijin).
Peralatan yang ditemukan dalam laboratorium urinalisis biasanya meliputi lemari pendingin,
mesin sentrifugasi, mikroskop, dan bak air. Suhu lemari pendingin dan bak air (water baths) harus
diukur dan dicatat setiap hari, Kalibrasi alat sentrifugasi biasanya dilakukan sekali tiga bulan, dan
gaya sentrifugal relatif untuk masing-masing tatanan dicatat. Alat sentrifugasi didisinfektasi secara
rutin sekali seminggu.Mikroskop harus tetap bersih setiap saat dan sekali setahun mengalami
pembersihan oleh tenaga profesional.Suatu jadwal PM (pemeliharaan preventif) untuk instrumen
dan peralatan harus disiapkan seperti yang digariskan oleh JCAHO atau petunjuk CAP, dan
disimpan catatan mengenai semua aktivitas pemeliharaan rutin dan non-rutin yang telah dilakukan.
161

Air deionisasi yang dipakai untuk penyiapan reagen dikendalikan mutunya dengan mengecek
pH dan resistansi pengukur kemurnian secara mingguan dan jumlah bakteri pada jadwal
bulanan.Semua hasil harus dicatat pada formulir yang sesuai.

Prosedur Pengujian
Instruksi pengujian yang rinci dan teliti dituliskan dalam suatu pola selangkah-demi-
selangkah.Instruksi harus dimulai dengan penyiapan bahan uji, seperti waktu dan kecepatan
sentrifugasi, dan mencakup tipe peralatan gelas yang dibutuhkan, batasan waktu dan stabilitas
bahan uji dan reagen, rumus perhitungan dan perhitungan sampel, peringatan tentang kesehatan dan
keselamatan, dan prosedur. Informasi prosedur tambahan yang meliputi alasan untuk peringatan
khusus, sumber kesalahan dan zat-zat yang berlawanan (interfering substances), petunjuk
pertolongan, situais klinis yang mempengaruhi pengujian, prosedur alternatif, dan TAT yang dapat
diterima untuk pengujian STAT dicantumkan dibawah judul Catatan Prosedur yang mengikuti
prosedur setahap-demi-setahap.
Sumber acuan harus dicatat.Sisipan paket manufaktur bisa diikutsertakan namun tidak boleh
menggantikan prosedur tertulis.Direktur laboratorium harus memaraf dan mencatat tanggal
prosedur baru dan semua modifikasi prosedur sebelum dipakai.

Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu mengacu pada bahan, prosedur, dan teknik yang memantau akurasi, presisi,
danreliabilitas uji laboratorium. Prosedur pengendalian mutu ditempuh untuk memastikan bahwa
standar-standar yang wajar telah dipenuhi selama proses pengujian pasien. Informasi pengendalian
mutu spesifik mengenai tipe penyiapan dan penanganan bahan uji pembanding, frekuensi
penggunaan, tingkat toleransi, dan metoda pencatatan harus diikutsertakan dalam instruksi
selangkah-demi-selangkah untuk masing-masing pengujian. Pengendalian mutu dilaksanakan pada
waktu yang telah terjadwal, seperti pada awal masing-masing shift atau sebelum pengujian sampel
pasien, dan hal itu harus selalu dilaksanakan jika reagen diganti, malfungsi suatu instrumen telah
terjadi, atau jika hasil pengujian dipertanyakan oleh dokter. Hasil pengendalian mungkin tidak
dilaporkan sampai pengendalian mutu diverifikasi. Baik pemantauan pengendalian mutu eksternal
maupun proses pengendalian mutu internal dipraktikkan dalam laboratorium urinalisis.

Pemantauan Pengendalian Mutu Eksternal


Pengendalian mutu eksternal dipakai untuk memverifikasi akurasi (kemampuan mendapatkan hasil-
hasil yang diharapkan) dan presisi (kemampuan memperoleh hasil yang sama dari bahan uji yang
sama) suatu pengujian dan terpapar terhadap kondisi-kondisi yang sama dengan sampel pasien.
Reliabilitas adalah kemampuan menjaga presisi dan akurasi.Pembanding komersil tersedia untuk
uji kimia urine, berat jenis, dan unsur-unsur mikroskopis tertentu.Analisis dua tingkat bahan
pembanding diperlukan.Dokumentasi pengendalian mutu meliputi penentuan tanggal dan penulisan
inisial bahan ketika pertama kali dibuka dan mencatat nomor lot fabrikan dan tanggal kedaluarsa
setiap kali dilakukan pengendalian (pembandingan) dan hasil pengujian diperoleh.Standar-standar
FDA (Food and Drug Administration) mensyaratkan bahwa bahan pembanding harus negatif
162

terhadap pengujian virus HIV dan virus hepatitis B. Pembanding eksternal diuji dan
diinterpretasikan di laboratorium dengan orang yang melakukan pengujian pasien.

Gambar 7-3.Contoh lembaran pencatatan pengendalian mutu instrumen.


Data-data pembanding dievaluasi sebelum rilis (pemaparan) hasil-hasil pasien. Data-data
yang didapat dari pengukuran berulang memperlihatkan disribusi gaussian dalam hal harga, yang
mengindikasikan kemampuan mengulangi analisis dan mendapatkan hasil yang sama.
Laboratorium itu, setelah pengulangan pengujian, menetapkan harga untuk masing-masing bahan
yang dianalisis, dan mean dan deviasi standar dihitung. Mean pembanding sama dengan rata-rata
semua titik data dan deviasi standar (SD) adalah ukuran statistik yang menerangkan jarak rata-rata
masing-masing titik data dalam distribusi normal dari mean. Koefisien variasi (CV) adalah deviasi
standar yang dinyatakan dalam bentuk persentase mean. Koefisien variasi mengindikasikan apakah
distribusi nilai mengenai mean berada di dalam suatu kisaran yang sempit versus kisaran yang luas
dan harus kurang aripada 5%. Selang kepercayaan adalah limit atau batas yang diantaranya terletak
proporsi atau persentase hasil yang ditetapkan. Kisaran pengendalian (pembanding)ditentukan
dengan menetapkan batas kepercayaan yang berada dalam ± 2 SD atau ± 3 SD dari mean, yang
mengindikasikan bahwa 95,5% hingga 99,7% harga-harga diperkirakan akan terletak di dalam
kisaran ini.
Nilai-nilai diplotkan pada bagan kontrol Levy-Jennings untuk memantau secara visual harga-
harga pembanding.Keputusan segera mengenai pasien didasarkan pada kemampuan harga
pembanding untuk tetap berada didalam suatu batas yang ditetapkan terlebih dahulu. Perubahan
akurasi hasil diindikasikan oleh suatu trend yang merupakan perubahan gradual dalam mean pada
satu arah atau suatu pergeseran yang merupakan perubahan drastis dalam mean (Gambar 7-4).
Perubahan presisi diperlihatkan oleh besarnya persebaran mengenai mean dan suatu distribusi
yang tidak rata di atas dan di bawah mean yang paling sering disebabkan kesalahan dalam teknik.
163

Gambar 7-4.Bagan Levy-Jennings yang memperlihatkan hasil-hasil dalam pengendalian,


pergeseran, dan trend.

Tindakan koreksi, yang meliputi penggunaan reagen baru, strip reagen, atau pembanding, dan
verifikasi jumlah lot dan tanggal kedaluarsa, harus diambil apabila harga-harga pembanding berada
diluar batas toleransi.Semua tindakan korektif yang diambil didokumentasikan.Suatu protokol
untuk tindakan koreksi diperlihatkan dalam Gambar 7-5.Seorang pengawas ditunjuk untuk
menelaah semua hasil pengendalian mutu.
Laboratorium bisa berpartisipasi dalam suatu program pengendalian mutu komersil. Hasil-
hasil dari lot bahan pengendalian mutu yang dikirimkan oleh pihak manufaktur (fabrikan) kepada
laboratorium yang berpartisipasi dikembalikan kepada manufakturer untuk dilakukan analisis
statistik dan pembandingan dengan laboratorium lain yang menggunakan metodologi yang sama.

Pemantauan Pengendalian Mutu Internal


Pengendalian mutu internal terdiri atas sistem pemantauan internal yang dirancang untuk sistem
pengujian dan bisa dinamakan sebagai pengendalian elektronik, internal, atau
prosedural.Pengendalian internal atau prosedural memantau penambahan bahan uji pasien atau
reagen yang benar, interaksi instrumen/reagen, dan penyelesaian pengujian.Pengendali elektronik
memantau komponen elektronik atau komponen elektrik suatu sistem pengujian.

Pengujian Kemahiran (Proficiency Testing)


Pengujian kemahiran (proficiency test, PT) adalah pengujian sampel yang tidak diketahui yang
diterima dari suatu lembaga luar. Pengujian ini memberikan suatu validasi yang tidak bias tentang
kualitas hasil pengujian pasien. Beberapa vendor komersil mengadakan pengujian kemahiran, CAP,
American Association of Bioanalysis (AAB), American Proficiency Institute (API), Accutest,
American Academy of Family Physicians (AAFP), dan the Wisconsin State Laboratory of Hygiene
(WSLH) adalah beberapa vendor pengujian kemahiran yang paling umum. Laboratorium yang
berlangganan atas program ini menerima bahan uji siap pakai untuk urinalisis rutin dan
Kodachromes atau lempeng warna untuk identifikasi bahan-bahan pembentuk sedimen. Hasilnya
164

dikembalikan kepada vendor pengujian kemahiran, dimana hasil itu dianalisis secara statistik
dengan hasil yang diperoleh dari semua laboratorium partisipan, dan suatu alporan dikembalikan
kepada direktur laboratorium.Akurasi laboratorik dievaluasi dan dibandingkan dengan laboratorium
lain yang menggunakan metoda analisis yang sama. Tindakan koreksi harus dilakukan atas hasil-
hasil yang tak bisa diterima.

Personalia dan Fasilitas


Pengendalian mutu tidak akan lebih bagus aripada personil yang melaksanakan dan memantaunya.
Personil harus memahami pentingnya penilaian mutu, dan program harus dijalankan dengan cara
dimana personil memandangnya sebagai pengalaman belajar, bukan sebagai ancaman. Bahan-
bahan rujukan baru dan atlas harus mudah didapat, dan dokumentasi pendidikan yang berkelanjutan
harus dibuat.

Gambar 7-5.Prosedur “dilluar kontrol” (Dari Schweitzer, SE, Schumann, JL, dan Schumannn, GB:
Pedoman penjaminan mutu untuk laboratorium urinalisis.

Suatu arena kerja yang aman, memadai, tidak penuh sesak juga esensil untuk mutu
pekerjaan dan semangat kerja pegawai.Peringatan-peringatan standar untuk penanganan cairan
tubuh harus dipatuhi setiap saat.
165

Faktor-Faktor Pasca-Analisis
Faktor pasca-analisis adalah proses yang mempengaruhi pelaporan hasil dan mengoreksi
interpretasi data.

Pelaporan Hasil
Format laporan standar dan, bila dapat diterapkan, kisaran rujukan harus diikutsertakan pada
masing-masing prosedur yang tercantum dalam manual prosedur.Suatu prosedur tertulis untuk
pelaporan, telaah ulang, dan koreksi data harus ada.
Formulis untuk pelaporan hasil harus memberi ruang yang cukup untuk tulisan dan harus
menyajikan informasi dengan urutan yang logis.Metoda-metoda pelaporan standar meminimalisir
kebingungan penyedia perawatan kesehatan saat menginterpretasikan hasil (Gambar 7-6).
Transmisi elektronik kini merupakan metoda yang paling lazim untuk pelaporan hasil.Banyak
instrumen urinalisis memiliki kepabilitas bagi operator untuk mentransmisikan hasil-hasil secara
langsung dari instrumen kepada penyedia perawatan kesehatan yang ditunjuk.Adalah esensil bahwa
operator menelaah dengan cermat hasil sebelum menyalurkannya.Error bisa timbul dalam
identifikasi pasien, pelabelan bahan uji, atau transkripsi hasil. Catatan pasien harus dikoreksi segera
begitu error terdeteksi; akan tetapi, hasil asli tidak boleh dihapus dalam kasus dimana penyedia
perawatan kesehatan merawat pasien berdasarkan hasil-hasil yang keliru. Dokumentasi hasil yang
keliru harus mengikuti protokol kelembagaan.

KUANTITASI MIKROSKOPIS
Kuantitasi satu rata-rata 10 bidang representatif. Jangan kuantitasi budding yeast,
mycellial elements, trichomonas, atau sperma, tetapi perhatikan keberadaan mereka
dengan kode LIS yang sesuai.

Sel epithelium/LPF
tidak ada: 0
langka 0-5
sedikit 5-20
sedang 20-100
banyak lebih dari 100
dan seterusnya.

Gambar 7-6.Contoh format pelaporan mikroskopis urine standar.

Prosedur tertulis harus tersedia untuk pelaporan harga-harga yang kritis (Gambar 7-7).Di
laboratorium yang menganalisis bahan uji pediatrik, hal ini harus mencakup kehadiran ketone atau
pengurangan zat kimi pada bayi yang baru lahir.

Interpretasi Hasil
Spesifisitas dan kepekaan untuk masing-masing pengujian harus diikutsertakan dalam manual
prosedur untuk interpretasi hasil dengan benar.Semua zat yang diketahui berlawanan harus
166

dicantumkan untuk evaluasi data-daat pengujian pasien.Suatu program penjaminan mutu yang
terdokumentasikan dengan baik menjamin mutu hasil pengujian dan perawatan pasien.
HASIL KRITIS DALAM PELAPORAN DALAM URINALISIS

disiapkan oleh:
persetujuan awal:
Prosedur yang ditempuh:
Direvisi:
Alasan revisi
tanggal berlaku persetujuan teknis persetujuan direktur medis
ditinjau
ditinjau
ditinjau
ditinjau
ditinjau

KETONE POSITIF:
Semua ketone positif pada pediatrik yang kurang daripada atau sama dengan maa dua tahun harus
dimasukkan ke unit perawatan yang sesuai. Waktu pemanggilan, inisial “tech”, dan nama orang
yang menerima panggilan harus didokumentasikan dalam komputer dalam bentuk catatan kaki.

CLINITEST POSITIF:
Semuahasil Clinitest positif pada pediatrik yang kurang daripada atau sama dengan masa dua tahun
harus dipanggil ke unit perawatan yang sesuai. Waktu pemanggilan, inisial “tech” dan nama orang
yang menerima panggilan itu harus didokumentasikan dalam komputer sebagai catatan kaki.

Gambar 7-7.Contoh prosedur pelaporan hasil yang kritis.

Ikhtisar Kesalahan Penjaminan Mutu

Pra-Analitis
Kesalahan identifikasi pasien.
Urutan pengujian yang keliru.
167

Tipe bahan uji urine yang dikumpulkan tidak tepat.


Volume urine tidak cukup.
Pemindahan urine ke laboratorium terlambat.
Penyimpanan yang tidak tepat atau pengawetan urine.

Analitis
Identifikasi sampel keliru.
Kalibrasi instrumen salah.
Kemerosotan reagen.
Teknik pengujian yang buruk.
Malfungsi instrumen.
Terdapat zat-zat yang saling berlawanan.
Salah mnafsirkan data pengendalian mutu

Pasca-Analitis
Identifikasi pasien salah .
Tulisan tangan yang buruk.
Kesalahan transkripsi
Kualitas printer yang buruk.
Gagal mengirimkan laporan.
Gagal mendatangkan nilai-nilai yang kritis
Tidak mampu mengidentifikasi zat-zat yang saling berlawanan.

Isu Regulatorik
Clinical Laboratory Improvement Amendments ’88 (CLIA’88) menggariskan bahwa semua
laboratorium yang melakukan pengujian bahan uji manusia untuk maksud diagnosis, pengobatan,
pemantauan, atau screening harus berlisensi dan mendapat suatu sertifikasi dari program CLIA
yang berkorespondensi dengan kompleksitas pengujian yang dilakukan. Ini meliputi semua
laboratorium independen dan laboratorium rumah sakit, laboratorium di tempat praktik dokter,
klinik pedesaan, entitas pemeriksaan kesehatan mobil seperti pameran kesehatan dan klinik
kesehatan publik. CLIA mendefinisikan kategori test laboratorium diagnostik berdasarkan
kompleksitas test dan faktor risiko yang berkaitan dengan hasil test yang salah dan menentukan
tingkat pelatihan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk orang yang melaksanakan test. Test atau
pengujian digolongkan kedalam kategori-kategori berikut: waived test, mikroskopi yang
dilaksanakan penyedia layanan kesehatan, kompleksitas sedang, dan kompleksitas tinggi.
Waived test dianggap mudah dilakukan dan ditafsirkan, tidak membutuhkan latar belakang
pelatihan atau pendidikan khusus, membutuhkan hanya standardisasi minimal dan pengendalian
mutu minimal, dan tidak dianggap kritis bagi perawatan pasien langsung. Uji urinalisis dalam
kategori ini adalah pengujian tablet kimia/dipstick manual, mikroalbumin, deteksi pembuahan,
toksikologi urine, dan uji kehamilan urine. Daftar pengujian ini berkembang dengan cepat, dimana
168

banyak fabrikan terus memodifikasi pengujian, yang memampukan mereka disetujui untuk
(menjalani) waived testing. Suatu daftar pengujian terbaru dapat dilihat di www.cms.hhs.gov/clia.
Suatu modifikasi kategori-kategori CLIA menciptakan suatu kategori sertifikat baru untuk
prosedur mikroskopi yang dilakukan penyedia (PPM).Kategori ini meliputi prosedur mikroskopis
tertentu yang dapat dilaksanakan dalam kaitannya dengan waived test untuk menghindari disrupsi
dalam kunjungan pasien. Standar-standar komersil memberi wewenang hanya kepada dokter,
asisten dokter, perawat praktik, dan dokter gigi untuk melakukan pengujian ini.Laboratorium yang
melaksanakan PPM harus memenuhi persyaratan kompleksitas-sedang untuk pengujian kemahiran,
manajemen pengujian pasien, pengendalian mutu, dan penjaminan mutu.Pemeriksaan sedimen
urine, mulut basah, dan persiapan KOH adalah contoh test yang masuk dalam kategori ini.Suatu
daftar lengkap disajikan dalam Tabel 7-2.
Pengujian kompleksitas seang lebih sulit dilakukan ketimbang waived test dan membutuhkan
dokumentasi pelatihan dalam prinsip-prinsip pengujian, kalibrasi instrumen, Pengujian kemahiran
secara berkala dan inspeksi di tempat. Dalam suatu tatanan rumah sakit, bahkan waived test pun
harus tunduk terhadap standar-standar pengujian dengan kompleksitas sedang. Hampir semua uji
kimia dan uji hematologi dimasukkan kedalam kategori ini.Pengujian urinalisis otomatis atau semi-
otomatis dan prosedur mikroskopik urine dianggap sebagai pengujian dengan kompleksitas sedang.
Tabel 7-2. Kategori Mikroskopi yang Dilakukan Penyedia

Tabel 7-2. Kategori Mikroskopi yang Dilakukan Penyedia

Pemeriksaan sedimen urine


Mulut basah (sekresi vaginal, cervix, atau sekresi prostat)
Penyiapan KOH
Pemeriksaan cacing gelang
Fern test
Pemeriksaan kualitatif cairan vagina pasca-coitus langsung.
Pemeriksaan leukosit pada feces
Nasal smear untuk granulosit.

Pengujian kompleksitas tinggi membutuhkan instrumentasi yang canggih dan tingkat


interpretasi yang tinggi yang dibuat personil pengujian.Banyak pengujian yang dilakukan dalam
mikrobiologi, imunologi, imunohematologi, dan sitologi termasuk kedalam kategori ini.
Regulasi CLIA menentukan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk penjaminan mutu
yang meliputi penilaian manajemen pengujian pasien, penilaian pengendalian mutu, penilaian
pengujian kemahiran, pembandingan hasil-hasik pengujian, hubungan antara informasi pasien dan
hasil pengujian pasien, kerahasiaan pasien, identifikasi dan integrasi bahan uji, kompetensi pribadi,
penilaian pribadi, komunikasi, investigasi keluhan, telaah penjaminan mutu dengan staf, dan
catatan-catatan penjaminan mutu.
Manajemen pengujian pasien meliputi sistem untuk penyiapan pasien, pengumpulan bahan
uji yang benar, identifikasi sampel, penyimpanan sampel, pengangkutan sampel, pemrosesan
169

sampel, dan pelaporan hasil yang akurat.Harus ada verifikasi bahwa laboratorium memiliki sistem
untuk pemantauan dan evaluasi kerahasiaan informasi pasien. Fasilitas pengujian harus memiliki
prosedur tertulis untuk masing-masing sistem guna menjamin bahwa integritas dan identifikasi
bahan uji dipertahankan sepanjang seluruh proses pengujian.
Penilaian pengendalian mutu mensyaratkan bahwa catatan pengendalian mutu harus
meliputi tanggal, hasil, pesonil pengujian, dan jumlah lot untuk reagen dan pembanding.Catatan
atau rekaman harus dipertahankan selama dua tahun.Catatan atau rekaman tersebut harus ditinjau
setiap hari atau setiap bulan untuk mendeteksi trend, pergeseran, sistem pengujian yang tidak
konsisten, atau kesulitan operator.
Pengujian kemahiran dibutuhkan untuk semua laboratorium yang menjalankan pengujian
dengan kompleksitas sedang atau tinggi (nonwaived testing). Suatu program yang disetujui untuk
test yang diatur meliputi tiga peristiwa per tahun dengan lima tantangan per analit (bahan analisis)
yang diatur. Untuk pengujian yang tidak diatur, akurasi harus diverifikasi dua kali per tahun.
Sampel harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian sampel pasien. Komunikasi atau
konsultasi dengan laboratorium lain tidak diperbolehkan.
Penilaian personil meliputi pendidikan dan pelathan, melanjutkan pendidikan, penilaian
kompetensi, dan pengujian kinerja.Setiap karyawan baru harus memiliki dokumentasi pelatihan
selama orientasi ke laboratorium.Suau daftar pengecekan prosedur harus didokumentasikan dengan
tanggal an inisial orang yang melakukan pelatihan dan inisial karyawan yang sedang dilatih.
Kualifikasi personil yang melakukan perawatan pasien juga diatur guna memastikan bahwa
hanya orang dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan yang sesuai yang boleh melaksanakan
prosedur.Personil perawatan kesehatan disertifikasi dan/atau diberi lisensi dalam bidang utama
mereka melalui pemenuhan syarat pendidikan yang ditetapkan dan/atau kinerja yang memuaskan
ketika mengikuti ujian kemahiran standar. Tingkat pendidikan didokumentasikan dalam kehidupan
pribadi karyawan.Suatu catatan atas semua sesi pendidikan yang berlanjut harus disimpan dalam
arsip masing-masing personil. Dewasa tidak ada peraturan tentang jumlah jam minimum
dilanjutkannya pendidikan.
Penilaian kompetensi teknis seperti yang diamanatkan CLIA harus dilakukan untuk masing-
masing karyawan untuk setiap prosedur dua kali selama tahun pertama bekerja dan kemudian sekali
setahun.Metoda untuk penilaian kompetensi meliputi observasi langsung, telaah catatan
pengendalian mutu, telaah catatan pengujian kemahiran, dan penilaian tertulis.
Penilaian kinerja untuk masing-masing karyawan dilakukan dengan mematuhi protokol
lembaga dan mengevaluasi standar kinerja seperti yang ditetapkan dalam rincian tugas. Standar-
standar harus spesifik dan terukur dan bisa mencakup evaluasi sikap maupun ketrampilan
organisasional dan ketrampilan berkomunikasi.
Catatan-catatan laboratorium klinis harus dijaga selama dua tahun. Catatan ini meliputi
hasil pengujian pasien, data pengendalian mutu, log reagen, verifikasi metoda pengujian, data
pengujian kemahiran, penilaian kompetensi, pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan peralatan,
panggilan layanan, dokumentasi masalah, keluhan, komunikasi, arsip inspeksi, dan catatan
sertifikasi.
170

CLIA diselenggarakan secara bersama-sama oleh the Centers for Medicare and Medicaid
Services (CMS), FDA, dan CDC. Lembaga-lembaga akreditasi yang telah direstui pemerintah
federal setelah menunjukkan ekivalensi dengan standar-standar CLIA meliputi COLA (yang
populer dengan laboratorium kantor dokter), AOA, AABB, dan ASHI. Kepatuhan terhadap aturan
akreditasi dijamin melalui kunjungan on-site berkala ke fasilitas-fasilitas oleh tim inspeksi dan
kinerja melalui pengujian kemahiran. Jika ada defisiensi, fasilitas harus mengoreksinya dalam batas
waktu yang ditentukan dan harus diperiksa kembali. Laboratorium waived dan laboratorium PPM
tidak tunduk terhadap inspeksi rutin. Inspeksi harus dijadwalkan dan dilakukan dalam dua tahun
pertama sertifikasi. Syarat-syarat penjaminan mutu diatur untuk menitikberatkan pentingnya
pemeriksaan mutu melalui proses pengujian total. Sasaran akhir agency atau badan ini adalah
mempromosikan peningkatan mutu yang kontinu (continuous quality improvement, CQI).

Manajemen Mutu
Pengendalian mutu dan penilaian mutu adalah bagian dari program manajemen mutu institusional.
CQI, Peningkatan Kinerja Organisasi (Improving Organizational Performance, IOP), manajemen
mutu total atau total quality management (TQM), dan Enam Sigma, ini semua adalah program yang
lahir dari filsafat manajemen mutu Deming, yang masing-masing dengan penekanan yang sedikit
berbeda. Bila penjaminan mutu (QA) dirancang untuk mempertahankan suatu tingkat mutu yang
tetap, TQM dan CQI dirancang untuk mengembangkan metoda-metoda yang terus-menerus
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Standar dari JCAHO menjawab atau menjelaskan konsep
ini dengan mensyaratkan dokumentasi yang memperlihatkan bahwa penanganan pasien yang
efektif dan tepat sedang diberikan, seperti yang diperlihatkan oleh hasil pasien yang positif.Bidang-
bidang yang dialamatkan oleh standar-standar ini meliputi ketersediaan layanan, ketepatan waktu,
kelanjutan layanan, efektivitas dan efisiensi layanan, keselamatan layanan yang diberikan, dan
respect dan perhatian dari personil yang memberikan layanan.
TQM didasarkan pada suatu konsep tim yang melibatkan personil di semua level yang
bekerjasama untuk mencapai suatu hasil akhir yakni kepuasan pelanggan melalui implementasi
kebijakan dan prosedur yang diidentifikasi dengan program CQI. Konsep ini memberlakukan
prinsip-prinsip ilmiah terhadap manajemen dan menggunakan analisis grafis dan statistik data
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.TQM adalah pendekatan pemecahan masalah yang
sistematis yang memakai sarana visual untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses
pemenuhan kepuasan pasien akan perawatan bermutu dengan cara yang tepat waktu dan biaya yang
lebih murah. Dalam tatanan perawatan kesehatan, pasien adalah pelanggan akhir; pelanggan juga
meliputi penyedia perawatan kesehatan, personil dalam departemen yang lain, dan keluarga serta
teman-teman pasien.TQM berjangkauan jauh dan mencakup penilaian mutu dan kinerja prasarana
(fisik, personil, dan manajemen), proses, hasil, dan kepuasan pelanggan.
Fokus CQI adalah meningkatkan hasil pasien dengan menyediakan perawatan bermutu secara
berkesinambungan di dalam suatu lingkungan perawatan kesehatan yang terus-menerus
berubah.Pemecahan masalah kelompok dan kerjasama tim adalah unsur-unsur yang mendukung
identifikasi dan penyelesaian masalah lintas departemen. Sarana yang berguna untuk menilai CQI
adalah bagan alir, diagram sebab-akibat (diagram rangka ikan), bagan pareto, histogram, run charts,
171

bagan kontrol, dan diagram sebaran. Bagan alir adalah suatu gambar proses yang memetakan setiap
langkah individual sehingga masing-masing anggota kelompok dapat memahami cara kerjanya.
Diagram sebab-akibat menentukan sebab suatu masalah dan mengidentifikasi elemen-elemen yang
berkontribusi terhadap masalah itu.Elemen-elemen ini menghubungkan interaksi antara peralatan,
metoda, dan pelanggan. Bagan Pareto didasarkan pada prinsip Pareto, yang menyatakan bahwa 80
persen dari kesulitan berasal dari 20 masalah. Bagan Pareto digunakan terutama untuk
mengidentifikasi masalah.Informasi dalam grafik sejenis ini memaparkan kontributor utama
terhadap suatu masalah dengan tingkat kepentingan yang makin turun. Suatu run chart menelusuri
titik data individual yang dicatat dalam sekuens waktu dan membandingkan titik-titik itu dengan
rata-rata. Perbedaan siklik atau perbedaan musiman ada manfaatnya ditentukan.Bagan kontrol
memberikan batas yang ditentukan secara statistik yang ditarik pada kedua sisi garis yang
mengindikasikan penyimpangan dari rata-rata.Diagram sebaran adalah teknik plotting visual yang
dipakai untuk mengevaluasi korelasi sebab-akibat antara dua variabel.Histogram memperlihatkan
bentuk distribusi suatu variabel yang mengindikasikan jumlah variasi dan sering dipakai untuk
merangkum dan mengkomunikasikan data.
Banyak model yang didasarkan pada 14 prinsip W. Edward Demings mengenai mutu tersedia
untuk implementasi CQI. Rancangan yang paling sering dipakai untuk peningkatan mutu dalam
perawatan kesehatan adalah strategi Plan-Do.Check-Act (PDCA) yang juga dikenal sebagai siklus
Plan-Do-Study-Act (PDSA).

Gambar 7-8. Bagan alir yang memperlihatkan langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan
urine.

Langkah “Plan” adalah proses pengadaan suatu perubahan dengan mengidentifikasi


pelanggan dan ekspektasi pelanggan, menerangkan proses yang ada, mengukur dan menganalisis,
memfokuskan perhatian pada peluang-peluang penyempurnaan, identifikasi akar masalah, dan
perumusn suatu solusi. Pelanggan eksternal adalah orangorang seperti vendor atau penyedia
perawatan kesehatan yang tidak dipekerjakan organisasi seseorang.Pelanggan internal adalah
pegawai atau karyawan dalam organisasi yang bergantung pada pelayanan seseorang. Seorang
perawat yang meminta suatu hasil urinalisis atas suatu pasien akan menjadi pelanggan bagi
laboratorium tersebut. Kebutuhan dan ekspektasi pelanggan diidentifikasi dalam bidang perawatan
172

kesehatan yang paling sering melalui analisis keluhan, kelompok fokus dan wawancara, survei
kepuasan, dan standar profesional JCAHO. Salah satu contohnya adalah “Bagaimanakah cara
mengurangi TAT untuk hasil test urinalisis seorang pasien?” Melalui penggunaan bagan alir,
diagram sebab-akibat, dan bagan pareto (Gambar 7-8 hingga 7-10), data-data dapat diukur dan
dianalisis secara visual, dan komite dapat merumuskan suatu problem statement dan berfokus pada
kesempatan-kesempatan penyempurnaan. Setelah mengembangkan teori sebab dan mengumpulkan
data-data, akar masalah dapat diungkap, dan, melalui kelompok fokus dengan pelanggan, diskusi
dengan staf, dan brainstorming, suatu solusi bisa dirumuskan.

Gambar 7-9. Diagram sebab-akibat

untuk menganalisis TAT urinalisis.

Langkah “Do” adalah proses pengujian penyempurnaan dengan memetakan suatu trial run,
yang mengimplementasikan run itu, mengumpulkan data, dan menganalisis data. Orang yang
bertanggung jawab untuk masing-masing langkah dan kerangka tanggal dan waktu untuk
percobaan harus ditetapkan. Langkah-langkah yang digunakan untuk memantau implementasi trial
run dan verifikasi hasil harus didokumentasikan. Sebagai contoh untuk TAT urinalisis di atas, suatu
trial run untuk memperpendek urinalysis testing TAT bisa mengangkut bahan uji dari lokasi pasien
ke laboratorium lewat suatu sistem tabung pneumatik segera setelah pengumpulan data.
Langkah “Check” atau “Study” meliputi evaluasi hasil dan penarikan kesimpulan mengenai
efek perubahan.Alat untuk mengevaluasi solusi adalah bagan kontrol, bagan run atau trend,
observasi sederhana,
173

dan survei. Berdasarkan hasil ini dapat ditentukan apakah proses itu berhasil, gagal, atau
membutuhkan modifikasi ringan. Contohnya adalah penggunaan suatu run chast untuk memplotkan
TAT dari saat pengumpulan urine hingga prosedur pengujian dan akhirnya hingga saat laporan
terlihat dalam bagan pasien untuk bahan uji yang sedang dipindahkan dengan menggunakan sistem
tabung pneumatik.

Gambar 7-10. Bagan Pareto yang memperlihatkan sebab-sebab pelaporan urinalisis yang
terlambat.

Langkah “Act” adalah pembakuan perubahan dengan memodifikasi prosedur, kebijakan


standar, dan ekspektasi kinerja untuk mencerminkan proses yang berubah. Perubahan-perubahan
ini harus dikomunikasikan secara efektif kepada pelanggan untuk memastikan implementasi dan
menghindari resistensi terhadap perubahan. Suatu rencana harus mengindikasikan cara-cara
menggabungkan prosedur yang baru dan bagaimana pelanggan ditunjang atau didukung selama
berlangsungnya proses perubahan tersebut. dan dia harus memberi pelatihan kepada orang-orang
yang terlibat. Dalam contoh urinalisis di atas, pelatihan yang baik tentang cara membungkus bahan
uji guna menghindari kebocoran dan pelatihan yang baik tentang

pengoperasian sistem tabung penumatik akan dibutuhkan. Implementasi suatu jadwal pengukuran
berkala untuk memantau prbn dalam periode yang cukup lama
174

mengkonfirmasikan keberhasilan perubahan.

JCAHO 1996 Comprehensive Accreditationn Manual for Hospitals merekomendasikan


suatu metoda peningkatan kinerja organisasi (improving organizational performance, IOP) melalui
proses kerja dan manajemen untuk berbagai departemen dalam suatu organisasi untuk bekerjasama.
Dikenal sebagai PDMAI, rencana ini memberikan standar-standar PI.1 hingga PI.5 (rencanakan,
rancang, ukur, nilai, dansempurnakan) untuk menggambarkan suatu siklus khusus untuk
peningkatan kinerja. Kelima elemen esensil peningkatan kinerja adalah sebagai berikut:
Rencanakan (PI.1): Rumah sakit mempunyai suatu pendekatan yang terencana, sistematis,
berskala rumah sakit untuk memproses rancangan dan pengukuran, penilaian, dan peningkatan
kinerja.
Rancang (PI.2): Proses-proses baru dirancang dengan baik.
Ukur (PI.3): Organisasi mempunyai suatu proses yang sistematis untuk untuk mengumpulkan data.
Nilai (PI.4): Rumah sakit menggunakan suatu cara yang sistematis untuk menilai data yang
terkumpul.
Sempurnakan (PI. 5): Rumah sakit menyempurnakan secara sistematis kinerjanya.
Model-model yang lain seperti Six Sigma Quality Management menitikberatkan suatu
metodologi yang lebih kuantitatif dengan menggunakan garfik fungsi kekuasaan, grafik kesalahan
kritis, dan bagan QPSpecs. Dengan melembagakan metodologi penyempurnaan mutu, sebuah
lembaga perawatan kesehatan dapat mengembangkan suatu format baku yang terstruktur untuk
menilai secara sistematis dan mendokumentasikan mutu layanan yang diberikan kepada pelanggan.

Kesalahan Medis
Pada bulan Nopember tahun 1999, National Academy of Sciences’ Institute of Medicine (IOM)
menerbitkan suatu laporan yang berjudul “To Err is Human: Building a Safer Health System.”
Laporan ini membangkitkan perhatian publik dan perhatian pemerintah dengan menyatakan bahwa
mayoritas peristiwa medis yang buruk disebabkan oleh kesalahan-kesalahan medis yang dapat
dicegah.Lembaga perawatan kesehatan, badan akreditasi, dan badan-badan pemerintah makin
menitikberatkan perancangan praktik-praktik medis yang aman.Laporan IOM menekankan bahwa
hampir semua kesalahan medis terkait dengan sistem dan tidak disebabkan kelalaian atau kesalahan
individu.Oleh karena itu, sistem harus dirancang untuk memudahkan pelaksanaan hal yang benar
dan sulit melakukan hal yang salah.
JCAHO telah menerbitkan suatu standar baru yang disebut “Sentinel Event Policies and
Procedures”yang membutuhkan pelaporan peristiwa sentinel. Suatu peristiwa sentinel
didefinisikan sebagai kematian yang tidak terantisipasi atau kehilangan fungsi permanen yang
tidak berhubungan dengan arah penyakit pasien atau kondisi yang mendasarinya. Peristiwa yang
dilaporkan adalah bunuh diri selama perawatan institusional, abduksi bayi atau discharge kepada
keluarga yang salah, pemerkosaan selama perawatan institusional, reaksi transfusi hemolitik dari
175

inkompatibilitas, dan bedah terhadap pasien yang salah atau baghian tubuh yang salah.peristiwa
sentinel harus dilaporkan kepada JCAHO dalam selang waktu 45 hari. Laporan ini harus memuat
suatu analisis akar masalah dan suatu rencana tindakan. Analisis akar masalah yang dapat diterima
mengidentifikasi faktor-faktor kausal yang menimbulkan variasi dalam kinerja dan berfokus
terutama pada sistem dan proses, bukan pada kinerja individu. Setelah menganalisis laporan
kejadian sentinel, JCAHO menerbitkan secara berkala daftar peristiwa sentinel spesifik untuk
mengingatkan komunitas perawatan kesehatan agar mengevaluasi bidang-bidang yang relevan
dalam lembaga mereka.
Referensi

1. Centers for Medicare & Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Human Services:
Peningkatan Laboratorium Klinik Perubahan, Peraturan Diperbarui, Brosur # 1, Bagaimana mereka
mempengaruhi laboratorium saya? http://www.cms.hhs.gov/CLIA/05_CLIA_ Brochures.asp
Diakses November 2006.
2. College of American Patolog: Komisi Laboratorium Akreditasi, Urinalisis Checklist. College of
American Patolog, Skokie, Illinois. 2005.
3. Klinis dan Laboratorium Standards Institute, NCCLS-Disetujui Pedoman: GP16-A2, Vol 21 No 19,
Urinalisis dan Koleksi, Transportasi, dan Pelestarian Spesimen Urine: Disetujui Pedoman 2001.
4. Strasinger, SK: Urinalisis dan Cairan Tubuh, 3rd ed. FA Davis, Philadelphia, 1994.
5. Hodnett, J: pengujian Proficiency, kita semua melakukannya-tapi apa melakukan Hasil artinya?
Lab Med 30 (5): 316-323, 1999.
6. Centers for Medicare & Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Human Services:
Peningkatan Laboratorium Klinik Perubahan, Brosur # 4: Kualitas Setara Pengendalian Prosedur.
http://www.cms.hhs.gov/CLIA/05_CLIA_Brochures.asp Diakses November 2006.
7. Schweitzer, SC, Schumann, JL, dan Schumann, GB: Kualitas pedoman jaminan untuk laboratorium
urine. J Med Technol 3 (11): 567-572, 1986.
8. Centers for Medicare dan Medicaid Services, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan:
Laboratorium Klinik sekarang Peningkatan Amandemen Peraturan dan Pedoman.
http://www.cms.hhs.gov/CLIA/Accessed Desember 2006.
9. Costaras, J: Urinalisis: Ia mendapat rasa hormat. ADVANCE untuk Laboratorium Medis
Profesional, pp. 10, 11, 11 Agustus 1997.
10. Yablonsky, MA: manajemen mutu total di laboratorium dari bawah mikroskop dalam praktek. Lab
Med 26 (4): 253-260 1995.
11. Hrdlicka, D: Peningkatan Kualitas Made Simple. Maju Manajemen Teknologi Informasi-3, Add-A
Kompetensi, University of Nebraska Medical Center, Divisi Medis Teknologi 1998.
12. Pedoman Akreditasi Komprehensif untuk Rumah Sakit: The Official Handbook, Meningkatkan
Kinerja Organisasi. CAMH Update 4, November 1997.
13. Holmes, R: Menaklukkan kinerja dokumentasi perbaikan untuk JCAHO. Laboratorium Medis
Observer 30 (6): 18, 19, 22,24, 1998.
176

14. Trant, C, Broda, K, dan Edwards, G: Departemen Patologi Duke University Medical Center,
Durham, NC, Inspeksi JCAHO: Mempersiapkan Laboratorium, AACC 50th Anniversary
Pertemuan Lokakarya 2407, Chicago, Ill., 5 Agustus 1998.
15. Strasinger, SK, dan Di Lorenzo, MS: The Phlebotomy Workbook, Ed-2. FA Davis, Philadelphia,
2003.

PERTANYAAN

1. Penilaian Kualitas mengacu pada :


A. Analisis kontrol pengujian
B. Peningkatan produktivitas
C. Hasil kontrol Precise
D. Kualitas spesimen dan perawatan pasien

2. Selama inspeksi akreditasi laboratorium, prosedur manual diperiksa untuk kehadiran:


A. Nilai-nilai kritis
B. Prosedur referensi
C. Prosedur untuk spesimen pelestarian
D. Semua di atas

3. Manual Prosedur Urinalisis ditinjau:


A. Oleh pengawas pada setiap shift
B. Mingguan oleh ahli patologi
C. Hanya ketika prosedur berubah
D. Setiap tahun oleh otoritas yang ditunjuk

4. Sebagai pengawas laboratorium urine, Anda harus mengadopsi prosedur baru. Seharusnya kamu:
A. Masukan paket sisipan di manual prosedur
B. Masukan lengkap, direferensikan prosedur manual
C. Beritahu departemen mikrobiologi
D. Masukan studi analisis biaya di manual prosedur

5. Tunjukkan apakah masing-masing berikut akan dianggap 1) preanalytical, 2) analisis, atau 3)


postanalytical. Faktor dengan menempatkan nomor yang sesuai dalam ruang angkasa:
_____ tanggal kedaluwarsa reagen
_____ Penolakan spesimen terkontaminasi
_____ Pembangunan grafik Levy-Jennings
177

_____ Bicara di telepon hasil Clinitest positif pada yg baru lahir


_____ Mengkalibrasi centrifuge
_____ Mengumpulkan spesimen urin sewaktu

6. Air deionisasi digunakan untuk pembuatan reagen harus diperiksa untuk:


A. Kandungan kalsium
B. Konten Bakteri
C. Filter kontaminasi
D. pH, kemurnian, dan bakteri

7. Apakah sampel kontrol yang sengaja diencerkan menghasilkan trend atau pergeseran Levy-
Jennings plot?
A. Trend
B. Pergeseran

8. Perubahan warna yang menunjukkan kapan spesimen pasien atau reagen ditambahkan dengan
benar akan menjadi contoh dari:
A. Eksternal QC
B. Equivalent QC
C. internal QC
D. Pengujian Proficiency

9. Langkah-langkah apa yang diambil ketika hasil reagen Strip QC berada di luar batas-batas
kepercayaan yang dinyatakan?
A. Periksa tanggal kadaluarsa strip reagen
B. Jalankan kontrol baru
C. Membuka strip reagen wadah baru
D. Semua di atas

10. Ketika botol baru bahan qc dibuka, Informasi apa yang ditempatkan pada label?
A. inisial The supervisor
B. Jumlah lot
C. Tanggal dan inisial pekerja laboratorium
D. Waktu botol dibuka

11. Ketika kontrol dijalankan, informasi apa yang didokumentasikan?


A. nomor lot
B. Tanggal kadaluarsa kontrol
178

C. Hasil pengujian
D. Semua di atas

12. Negara yang kategori CLIA ditugaskan untuk setiap dari tes laboratorium berikut dengan
menempatkan sesuai Jumlah di depan ujian.
1. dibebaskan
2. PPM
3. Kompleksitas Moderat
4. kompleksitas tinggi
____A. Urinalisis reagen Strip
____B. Kultur urin
____C. Urinalisis lengkap menggunakan Clinitek 500
____D. Urine mikroskopis
____E. Tes kehamilan urin

13. Seberapa sering CLIA '88 membutuhkan dokumentasi kompetensi teknis?


A. Setiap 6 bulan
B. Sekali setahun
C. Dua kali tahun pertama dan kemudian setiap tahun
D. Dua kali tahun pertama dan kemudian setiap 5 tahun

14. Siapa "pelanggan" laboratorium di CQI?


A. Dokter
B. Anggota keluarga Pasien '
C. Pasien
D. Semua diatas

15. Apa tujuan utama dari TQM?


A. Peningkatan produktivitas laboratorium
B. Hasil Peningkatan pasien
C. Keandalan hasil uji
D. hasil tes Precise

16. Cocokkan tujuan untuk mengembangkan masing-masing sebagai berikut:


1. Flowchart
2. diagram Penyebab-dan-efek
3. Pareto chart
179

4. Jalankan grafik
____A. Menentukan perbedaan siklik dan musiman dibandingkan dengan rata-rata
____B. Memecah proses menjadi langkah-langkah
____C. Mengidentifikasi kontributor utama untuk masalah
____D. Menentukan penyebab masalah

17. Benar atau Salah: Kebanyakan kesalahan medis adalah kesalahan individu, bukan sistem.

Studi Kasus dan Situasi Klinis


1. Alasan negara yang mungkin untuk tim akreditasi melaporkan kekurangan dalam situasi berikut:
a. Prosedur pelaporan mikroskopis urin memiliki baru saja direvisi.
b. Jumlah yang sangat tinggi dari spesimen urin ditolak karena koleksi yang tidak tepat.
c. Sebuah pernyataan kunci hilang dari prosedur Clinitest.
d. Botol kendali terbuka di dalam lemari es diperiksa

2. Seorang dokter berkonsultasi tentang teknologi medis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


berikut mengenai peraturan CLIA :
a. Dapatkah saya melakukan microscopics urin?
b. Jika saya membeli pembaca jalur urine otomatis dan analisa kimia:
Akankah Status CLIA saya akan terpengaruh?
Apakah kantor saya diminta untuk melakukan pengujian kemahiran ?
Apakah kantor saya dikenakan inspeksi COLA ?

3. Seorang koordinator penjangkauan laboratorium rumah sakit diminta untuk mengembangkan


metode untuk mengurangi jumlah ditolaknya spesimen untuk urinalisis yang diterima dari dokter .
a. Apa proses bisa diterima dan koordinator ikuti?
b. Secara singkat menguraikan langkah-langkah koordinator harus ambil untuk mengatasi masalah ini,
termasuk penggunaan dokumentasi visual.

4. Sebagai pengawas baru bagian urine, Anda mengalami situasi berikut. Jelaskan apakah Anda akan
menerima mereka atau mengambil korektif aksi.
a. Anda diberitahu bahwa supervisor selalu melakukan survei kemahiran.
b. QC tidak dilakukan setiap hari pada tablet Clinitest.
c. Bagian urine utama dikelola oleh personil yang ditugaskan departemen lain Anda yang tidak
memiliki data personel.
180

Bab 8

Penyakit Ginjal

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah membaca bab ini, pembaca akan dapat:

1. Membedakan penyakit glomerular, tubular, interstitial, dan asal vaskular.

2. Mendeskripsikan proses-proses dengan mana kerusakan imunologis timbul pada membran

glomerular.
181

3. Mendefinisikan glomerulonephritis.

4. Mendeskripsikan ciri-ciri gejala klinis, etiologi, dan temuan urinalisis dalam post-streptococcal

akut dan glomerulonephritis yang berkembang cepat, sindrom Goodpasture, granulomatosis

Wegener, dan purpura Henoch-Schonlein.

5. Menyebutkan unsur pembentuk sedimen uriner signifikan yang berkaitan dengan semua gangguan

yang disebutkan di atas.

6. Menyebut tiga gangguan ginjal yang juga melibatkan gejala-gejala pernafasan akut.

7. Membedakan antara membraneous glomerulonephritis dan membranoproliferative

glomerulonephritis.

8. Mendiskusikan proses klinis dan hasil laboratorik signifikan yang berkaitan dengan

immunoglobulin A nephropaty.

9. Menghubungkan hasil laboratorium yang terkait nephrotic syndrome dengan proses penyakit.

10. Membandingkan nephrotic syndrome dan penyakit perubahan minimal (minimal change disease)

dalam kaitannya dengan hasil laboratorium dan perkembangan penyakit.

11. Menyebut dua penyebab tubular necrosis akut.

12. Menyebut unsur pembentuk sedimen uriner yang paling diagnostik bagi kerusakan tubular ginjal.

13. Menerangkan sindrom Fanconi, sindrom Alport, dan renal glucosuria.

14. Membedakan diabetic nephropathy dari nephrogenic diabetes insipidus.

15. Membandingkan dan membedakan hasil-hasil urinalisis paa pasien dengan cystisis, pyelonephritis,

dan interstitial nephritis akut.

16. Membedakan antara sebab-sebab hasil laboratorium yang berkaitan dengan prerenal, renal, dan

postrenal acute renal failure.

17. Mendiskusikan pembentukan renal calculi, komposisi renal calculi, dan teknik manajemen pasien.

KATA KUNCI
182

antiglomerular glomerulonephritis pyelonephritis

antibodi membran lithiasis penyakit tubulointerstitial

cystisis nephrotic syndrome

Gangguan pada bagian tubuh yang manapun dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan menimbulkan

abnormalitas dalam urinalisis. Dengan mempertimbangkan bahwa fungsi utama gjadl filtrasi

(penyaringan) darah untuk membuang produk limbah, jelaslah bahwa ginjal terus-menerus terpapar

terhadap zat-zat yang berpotensi merusak.

Penyakit ginjal sering digolongkan sebagai penyakit glomerular, tubular, atau interstitial,

yang didasarkan pada bagian ginjal yang terutama terpengaruh. Dalam bab ini, gangguan yang

paling sering dijumpai akan dibahas dalam kaitannya dengan bagian-bagian ginjal yang terkena

pengaruh, dengan tetap mengingat bahwa tumpang tindih bisa terjadi.

Gangguan Glomerular

Mayoritas gangguan yang berkaitan dengan glomerulus berpangkal dari masalah kekebalan, yang

timbul akibat gangguan imunologis di seluruh tubuh, yang meliputi ginjal. Kompleks immun yang

terbentuk sebagai hasil dari reaksi imunologis dan meningkatnya immunoglobulins dalam serum,

seperti immunoglobulin A (IgA), beredar dalam aliran darah dan mengendap pada membran

glomerular. Komponen-komponen sistem kekebalan, termasuk komplemen, neutrophils, limfosit,

monosit, dan cytokine, kemudian tertarik ke daerah tersebut, yang menghasilkan perubahan dan

kerusakan pada membran. Bergantung pada mediator sistem kekebalan yang terlibat, kerusakan

bisa terdiri atas infiltrasi seluler atau proliferasi yang menimbulkan penebalan membran dasar

glomerular, dan kerusakan yang diperantarai komplemen terhadap kapiler dan membran dasar

(basement membrane).
183

Sebab-sebab nonimmunologis kerusakan glomerular meliputi keterpaparan terhadap bahan

kini dan racun yang juga mempengaruhi tubule, disrupsi muatan membran listrik seperti yang

terjadi dalam nephrotic syndrome, pengendapan materi amyloid dari gangguan sistemik yang bisa

meliputi peradangan kronis dan reaktan fase akut, dan penebalan membran dasar yang berkaitan

dengan diabetic nephropathy.

Glomerulonephritis

Istilah glomerulonephritis merujuk pada suatu proses inflamatorik steril yang mempengaruhi

glomerular dan berkaitan dengan penemuan darah, protein, dan casts dalam urine. Ada banyak tipe

glomerulonephritis, dan kondisinya juga bisa berkembang dari satu bentuk ke bentuk yang lain

(misalnya, rapidly progressive glomerular nephritis [RPGN] menjadi glomerulonephritis kronis

menjadi nephrotic syndrome dan akhirnya menjadi gagal ginjal).

Glomerulonephritis Pasca-Streptococcus Akut

Seperti tersirat dari namanya, glomerulonephritis akut (AGN) adalah penyakit yang ditandai

dengan mendadak timbulnya gejala-gejala yang konsisten dengan kerusakan membran glomerular.

Penyakit ini bisa mencakup demam; edema, yang paling mencolok di sekitar mata; kelelahan;

hipertensi, oliguria; dan hematuria. Gejala-gejala biasanya timbul pada anak-anak dan remaja

sesudah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan strains kelompok tertentu dari streptococcus

golongan A yang mengandung protein M pada dinding sel. Selama proses infeksi, strains

nephrogenik dari streptococcus ini membentuk kompleks-kompleks kebal dengan antibodinya yang

beredar dan menjadi terendapkan pada membran glomerular. Reaksi peradangan yang

menyertainya mempengaruhi fungsi glomerular.

Dalam hampir semua kasus, pengelolaan yang sukses atas komplikasi sekunder, hipertensi,

dan ketidakseimbangan elektrolit, sampai kompleks kebal dibersihkan dari darah dan peradangan
184

berkurang drastis, tidak menimbulkan kerusakan permanen pada ginjal. Gejala-gejala serupa juga

bisa terlihat mengikuti pneumonia, endocarditis, dan infeksi parah yang lainnya.

Temuan-temuan urinalisis primer meliputi hematuria nyata, proteinuria, dan oliguria, yang

disertai dengan casts sel-sel darah merah, sel darah merah dismorfik, hyaline dan granular casts,

dan sel-sel darah putih (WBC). Seiring dengan menurunnya toksisitas terhadap membran

glomerular, hasil urinalisis kembali ke hasil normal, kecuali mungkin untuk hematuria mikroskopis

yang berakhir sampai kerusakan membran telah diperbaiki. Nitrogen urea darah (Blood Urea

Nitrogen, BUN) bisa dinaikkan selama tahap-tahap akut namun, seperti urinalisis, kembali ke

normal. Demonstrasi suatu titer serum antistreptolysin O yang meningkat (ASO)atau test enzim

streptococcus nti-group A memberikan bukti bahwa penyakit itu bersumber dari streptococcus.

Glomerulonephritis yang Berkembang dengan Cepat (Crescentic)

Salah satu bentuk penyakit glomerular akut yang lebih serius disebut glomerulonephritis yang

berkembang (crescentic) cepat (RPGN, Rapidly Progressive Glomerulonephritis) dan mempunyai

prognosis yang jauh lebih buruk, yang sering berakhir dengan gagal ginjal. Gejala-gejala diawali

dengan pengendapan kompleks kebal dalam glomerulus, yang seringkali merupakan kompliksi

bentuk glomerulonephritis yang lain atau suau gangguan ksistemik kekebalan seperti systemic

lupus erythematosus (SLE). Kerusakan (akibat mkrofagus) pada dinding kapiler melepaskan sel-sel

dan plasma kedalam rongga Bowman, dan produksi formasi yang menanjak yang mengandung

makrofagus, fibroblast, dan fibrin yang terpolimerisasi, mendatangkan kerusakan permanen pada

capillary tuffs.

Hasil-hasil laboratorik awal serupa dengan glomerulonephritis akut namun menjadi lebih

abnormal seiring dengan perkembangan penyakit, yang meliputi kenaikan kadar protein yang

mencolok dan laju filtrasi glomerular yang amat rendah. Beberapa bentuk bisa memperlihatkan
185

produk degradasi fibrin, yakni cryoglobulin, yang meningkat, dan pengendapan kompleks

kekebalan IgA dalam glomerulus.

Sindrom Goodpasture

Perubahan morfologis pada glomerular yang menyerupai perubahan yang terjadi didalam RPGN

terlihat dalam kaitannya dengan gangguan autoimmune yang disebut sindrom Goodpasture.

Pemunculan suatu autoantibodi sitotoksik terhadap membran glomerular dan membran alveolar

basement bisa timbul setelah terjadinya infeksi virus pada pernafasan. Melekatnya autoantibodi ini

pada membran dasar, yang diikuti dengan aktivasi komplemen, menimbulkan kerusakan kapiler.

Dinamakan sebagai antiglomerular basement membrane antibody, autoantibodi ini dapat dideteksi

dalam serum pasien.

Keluhan pulmonary awal adalah hemoptysis dan dyspnea, yang diikuti dengan timbulnya

hematuria. Hasil urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, dan kehadiran RBC casts (casts sel

darah merah). Perkembangan menuju glomerulonephritis kronis dan gagal ginjal tahap akhir lazim

terjadi disini.

Granulomatosis Wegener

Granulomatosis Wegener menyebabkan suatu peradangan yang menghasilkan granuloma pada

pembuluh darah kecil yang da pada ginjal dan sistem pernafasan. Kunci bgi diagnosis

granulomatosis Wegener adalah penampilan (demonstrasi)antibodi sitoplasmik antineutrophilic

(ANCA) dalam serum pasien. Mengikat auto-antibodi ini pada neutrophils yang terletak pada

dinding vaskular bisa memulai respons kebal dan pembentukan granuloma yang dihasilkannya.

Pasien biasanya muncul dengan gejala-gejala pulmonari dan kemudian menyangkut ginjal, yang

meliputi hematuria, proteinuria, RBC casts, creatinine yang meningkat dalam serum dan BUN.
186

Henoch-Schonlein Purpura

Purpura Henoch-Schonlein adalah penyakit yang timbul terutama pada anak-anak setelah

menderita infeksi saluran pernafasan bagian atas. Seperti tersirat dari namanya, gejala-gejala awal

meliputi timbulnya alur-alur yang membengkak dan berwarna merah paa kulit. Gejala-gejala

pernafasan dan gastrointestinal, yang meliputi darah dalam dahak dan stools, bisa hadir.

Keterlibatan ginjal adalah komplikasi paling serius dari gangguan dan bisa berkisar mulai dari

proteinuria ringan menuju proteinuria berat dan hematuria dengan RBC casts. Pemulihan total

dengan fungsi ginjal yang normal terlihat pada lebih daripada 50% pasien. Dalam pasien yang lain,

perkembangan menuju bentuk glomerulonephritis yang lebih serius dan gagal ginjal bisa tejadi.

Urinalisis dan pengukuran fungsi ginjal harus dipakai untuk memantau pasien yang telah semuh

dari gejala-gejala awal.

Membranous Glomerulonephritis

Karakteristik dominan membranous glomerulonephritis adalah mencoloknya penebalan membran

dasar glomerular akibat pengendapan immunoglobulin G immune complexes. Gangguan-gangguan

yang berhubungan dengan perkembangan membranous gis meliputi systemic lupus erythematosus,

Syogren syndrome, sifilis sekunder, hepatitis B, gold and mercury treatment, dan malignancy.

Banyak kasus yang etiologinya tidak dikenal telah dilaporkan. Sebagai pedoman, penyakit

berkembang perlahan-lahan, dengan kemungkinan kesembuhan masih ada; akan tetapi, gejala-

gejala nephrotic syndrome sering timbul. Ada juga kecenderungan menuju thrombosis.

Temuan laboratorium meliputi hematuria mikroskopis dan peningkatan eksresi protein urine

yang bisa mencapai konsentrasi seperti yang diperlihatkan nephrotic syndrome. Peragaan

(demonstrasi) salah satu gangguan sekunder lewat test darah dapat memudahkan diagnosis.

Membranoproliferative Glomerulonephritis
187

Membranoproliferative glomerulonephritis dicirikan oleh dua perubahan yang berbeda dalam

selularitas glomerular dan kapiler periferal. Tipe 1 memperlihatkan meningkatnya selularitas dalam

sel-sel sub-endothelium dari mesangium (daerah interstitial kapsul Bowman), yang menyebabkan

penebalan dinding kapiler, sementara tipe 2 memperlihatkan endapan yang amat padat dalam

membran dasar glomerular. Banyak pasien adalah anak-anak, dan penyakit ini mempunyai

prognosis yang buruk, dimana pasien tipe 1 berkembang menjadi nephrotic syndrome dan pasien

tipe 2 mengalami gejala-gejala glomerulonephritis kronis. Temuan-temuan laboratorium bervariasi;

akan tetapi, hematuria, proteinuria, dan penurunan kadar komplemen dalam serum adalah temuan

yang lazim. Kelihatannya ada suatu hubungan atau kaitan dengan gangguan autoimmune, infeksi,

dan penyakit yang berbahaya.

Glomerulonephritis Kronis

Brgantung pada jumlah dan durasi kerusakan yang timbul pada glomerular dalam gangguan

glomerular yang dibahas pada halaman sebelumnya, perkembangan menuju glomerulonephritis

kronis dan penyakit ginjal tahap akhir bisa terjadi. Gejala-gejala pemburukan lambat laun meliputi

kelelahan, anemia, hipertensi, edema, dan oliguria.

Pemeriksaan urine mengungkapkan hematuria, proteinuria, glucoruria sebagai akibat

disfungsi tubular, dan banyak variasi cast, termasuk broad casts. Laju filtrasi glomerular yang

menurun dengan cepat terlihat disertai kenaikan BUN dan kadar creatinine dan

ketidaksetimbangan elektrolit.

Immunoglobulin A Nephropathy

Juga dikenal sebagai penyakit Berger, IgA nephropathy, dimana kompleks kekebalan yang

mengandung IgA diendapkan pada memran glomerular, merupakan penyebab paling umum dari

glomerulonephritis. Kadar IgA dalam serum pasien meningkat, yang bisa jadi pula akibat infeksi
188

mucosal. Gangguan ini paling sering dialami anak-anak dan orang-orang yang baru menginjak usia

dewasa.

Pasien biasanya mengalami episode macroscopic hematuria mengikuti infeksi atau pergeakan

fisik yang menguras tenaga. Recovery dari macroscopic hematuria bersifat spontan; akan tetapi,

mikrohematuria asimptomatis (tanpa gejala) dan kenaikan kadar IgA tetap terjadi. Kecuali untuk

episoda berkala macroscopic hematuria, seorang pasien yang mengalami gangguan tersebut bisa

jadi tetap asimptomatik selama 20 tahun atau lebih; akan tetapi, ada perkembangan gradual menuju

glomerulonephritis kronis dan penyakit ginjal tahap akhir.

Nephrotic syndrome

Nephrotic syndrome ditandai dengan proteinuria masif (lebih besar daripada 3,5 g/d), kadar

albumin yang rendah dalam serum, dan edema yang berat. Kemunculan akut gangguan ini dapat

terjadi dalam kasus disrupsi peredaran (darah) yang menimbulkan systemic shock yang

menurunkan tekanan dan aliran darah kedalam ginjal. Perkembangan menuju nephrotic syndrome

bisa pula terjadi sebagai salah satu komplikasi bentuk-bentuk glomerulonephritis yang dibahas

sebelumnya.

Meningkatnya permeabilitas membran glomerular berkaitan dengan kerusakan membran dan

perubahan muatan listrik dalam basal lamina dan podocytes, yang menghasilkan perintang (barrier)

yang kurang ketat. Hal ini memperlancar aliran protein dengan berat molekul yang tinggi dan

lemak kedalam urine. Albumin dl protein utama yang hilang dari peredaran. Hypoalbuminemia

yang ditimbulkannya kelihatannya merangsang peningkatan produksi lemak oleh hati. Penurunan

tekanan oncotic dalam kapiler yang timbul akibat menipisnya (habisnya) albumin dalam plasma

meningkatkan aliran fluida kedalam rongga-rongga interstitial, yang, disertai dengan retensi

natrium, menimbulkan edema. Penipisan immunoglobulin dan faktor-faktor koagulasi


189

menempatkan pasien pada risiko yang lebih besar bagi terjadinya infeksi dan gangguan

penggumpalan (koagulasi). Selain kerusakan glomerular, kerusakan tubular timbul dan nephrotic

syndrome bisa berkembang menjadi ginjal kronis.

Observasi urinalisis meliputi proteinuria yang menonjol; tetes-tetes lemak urine; gumpalan

lemak oval; sel-sel epithelium tubular ginjal (RTE); casts epithelium, lemak, dan berlilin (waxy);

dan hematuria mikroskopis. Penyerapan protein yang mengandung lemak oleh sel-sel RTE yang

diikuti dengan cellular sloughing menghasilkan oval fat bodies khas yang terlihat dalam

pemeriksaan sedimen.

Penyakit dengan Perubahan Minimal

Seperti tersirat dari namanya, penyakit dengan perubahan minimal (juga dikenal dengan namalipid

nephrosis) menimbulkan sedikit saja perubahan seluler dalam glomerulus, walaupun podocyte

tampak kurang ketat, yang memungkinkan meningkatnya filtrasi protein. Penderita penyakit ini

biasanya anak-anak yang juga menderita edema, proteinuria berat, hemturia transien, dan BUN

normal dan akibat-akibat creatinine. Walaupun etiologinya tidak diketahui saat ini, namun penyakit

ini dihubungkan dengan reaksi alergik, imunisasi, dan adanya antigen leukosit manusia B12 (HLA-

B12) antigen. Gangguan ini menunjukkan respons terhadap corticosteroids, dan prognosisnya

umumnya bagus, dan sering pulih untuk sementara.

Focal Segmental Glomerulosclerosis

Berbeda dengan gangguan-gangguan yang dibicarakan sebelumnya, focal segmental

glomerulosclerosis (FSGS) mempengaruhi hanya daerah glomerulus dan jumlahnya terbatas,

sementara daerah glomerular lainnya tetap normal. Gejala-gejalanya bisa mirip dengan nephrotic
190

syndrome dan penyakit dengan perubahan minimal akibat rusaknya podocytes. Endapan kebal

(immune deposits), terutama immunoglobulis Murid dan C3, sering ditemukan dan dapat terlihat

dalam glomerulus yang tidak rusak. FSGS sering terlihat paa pasien penyalahguna heroin dan

analgesikc dan pasien AIDS. Proteinuria sedang hingga berat dan hematuia mikroskopis

merupakan temuan uriner yang paling konsisten.

Pengujian laboratorium dan informasi klinis untuk gangguan glomerular dirangkum dalam

Tabel 8-1 dan 8-2.

Tabel 8-1. Ikhtisar Pengujian Laboratorium dalam Gangguan Glomerular

Gangguan Hasil Urinalisis Primer Test Signifikan Lain

Glomerulonephritis akut Hematuria makroskopis Antistreptolysin O titer

Proteinuria Enzim streptococcal anti-group

Casts sel darah merah A

Granular casts

Glomerulonephritis yang
Hematuria makroskopis BUN

berkembang pesat Proteinuria Creatinine

Casts sel darah merah Creatinine clearance

Goodpasture syndrome Hematuria makroskopis Antibodi membran dasar

Proteinuria antiglomerular

Cast sel darah merah

Granulomatosis WegenerHematuria makroskopis Antibodi sitoplasmik


191

Proteinuria antineutrofilik

Cast sel darah merah

Henoch-Schonlein purpura
Hematuria makroskopis Darah stool occult

Proteinuria

cast sel darah merah

Membranous Hematuria mikroskopis Antibodi antinuklir

glomerulonephritis Proteinuria Antigen permukaan hepatitis B

Test absorpsi antibodi

fluorescent treponemal (FTA-

ABS)

Membranoproliferative Hematuria Kandungan komplemen dalam

glomerulonephritis Proteinuria serum

Glomerulonephritis kronisHematuria BUN

Proteinuria Creatinine serum

Glucosuria Creatinine clearance

Casts seluler dan granular Elektrolit

waxy cast dan broad casts

IgA nephropthy (tahap dini)


Hematuria makroskopis atau
IgA serum

hematuria mikroskopis

IgA nephropthy (tahap


Lihat glomerulonephritis kronis
192

akhir)

Nephrotic syndrome Proteinuria berat Albumin serum

Hematuria mikroskopis Kolesterol

Sel tubular ginjal Trigliserida

Oval fat bodies

Tetes lemak

Cast lemak dan cast lilin

Penyakit dengan perubahan


Proteinuria berat Albumin serum

minimal Hematuria mikroskopis Kolesterol

Hematuria transien Trigliserida

Tetes lemak

Focal segmental Proteinuria Obat yang salahguna

glomerulonephritis Hematuria mikroskopis Test HIV

Hematuria makroskopis atau Pengujian genetis

Hematuria mikroskopis

Sindrom Alport (tahap dini)


Lihat Nephrotic syndrome

(tahap akhir) Mikroalbuminuria Glukosa darah

Diabetic nephropathy (tahap


Lihat Glomerulonephritis kronis

akhir)

Sindrom Alport
193

Sindrom Alport adalah gangguan turunan yang mempengaruhi membran dasar glomerular.

Sindrom ini bisa diturunkan sebagai gangguan yang terkait dengan jenis kelamin atau gangguan

genetis autosomal. Pria umumnya lebih parah ketimbang wnaita. Selama terjadinya infeksi saluran

pernafasan, pria yang berusia kurang daripada 6 tahun bisa mengalami hematuria makroskopis dan

tetap menunjukkan hematuria mikroskopis. Bisa terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan.

Membran dasar glomerular memiliki tampilan lamellated yang ditandai dengan daerah-

daerah yang menebal. Tidak terlihat adanya antibodi glomerular. Prognosis berkisar dari gejala

ringan hingga hematuria tetap dan renal insufficiency dalam kehidupan selanjutnya hingga

nephrotic syndrome dan penyakit ginjal tahap akhir.

Diabetic Nephropathy

Diabetic nephropathy, yang juga dikenal sebagai penyakit Kimmelstiel-Wilson, kini merupakan

penyebab utama penyakit ginjal tahap akhir. Kerusakan membran glomerular terjadi bukan hanya

akibat penebalan membran glomerular melainkan juga akibat meningkatnya proliferasi sel-sel

mesangial dan meningkatnya pengendapan bahan seluler dan bahan non-seluler dalam matriks

glomerular yang menghasilkan akumulasi substansi padat di sekitar capillary tufts. Ini diyakini ada

kaitannya dengan pengendapan protein glycosylated yang terbentuk akibat kandungan glukosa

daarh yang kurang terkontrol. Struktur vaskular glomerular juga menimbulkan sclerosis.

Seperti yang dibahas pada Bab 5, pemantauan dini orang-orang yang terdiagnosis mengidap

diabetes mellitus untuk kehadiran mikroalbuminuria adalah penting untuk mendeteksi timbulnya

diabetic nephropathy. Modifikasi diet dan pengendalian hipertensi yang ketat dapat menghambat

perkembangan penyakit ginjal.

Gangguan Tubular (Tubular Disorder)


194

Gangguan-gangguan yang mempengaruhi tubule ginjal meliputi gangguan dimana fungsi tubular

terganggu akibat kerusakan aktual tubule dan gangguan dimana dimana kelainan metabolik atau

kelainan turunan mempengaruhi fungsi tubule.

Tabel 8-2. Ikhtisar Informasi Klinis yang Berkaitan dengan Gangguan Glomerular

Gangguan Etiologi Perkembangan Klinis

Glomerulonephritis akut Pengendapan kompleks Hematuria dan edema timbul

immune, yang terbentuk dalam


dengan cepat.

kaitannya dengan infeksi Kerusakan ginjal permanen

Streptococcus golongan A, jarang terjadi.

pada membran glomerular

Glomerulonephritis yang Pengendapan kompleks Pertumbuhan pesat dengan

berkembang cepat immune dari gangguan kerusakan glomerular dan

kekebalan sistemik pada perkembangan menuju gagal

membran glomerular ginjal stadium akhir.

Sindrom Goodpasture Pelekatan suatu antibodi Hemoptysis dan dyspnea yang

sitotoksik yang terbentuk diikuti hematuria.

selama infeksi pernafasan virus


Kemungkinan berkembang

pada membran glomerular dan


menuju gagal ginjal stadium

membran dasar alveolar. akhir.

Granulomatosis WegenerAuto-antibodi sitoplasmik Gejala-gejala pulmonary yang


195

antineutrofilik terikat pada meliputi hemoptysis timbul lebih

neutrofils pada dinding dulu, yang diikuti keterlibatan

vaskular yang menimbulkanginjal dan kemungkinan

kerusakan pada pembuluh- perkembangan menuju penyakit

pembuluh kecil dalam paru ginjal stadium akhir.

dan glomerulus.

Henoch-Schonlein purpraTimbul terutama pada anak-Penampilan awal purpura yang

anak setelah mengalami infeksi


diikuti dengan darah dalam

virus pada saluran pernafasan;


dahak an stool dan keterlibatan

penurunan platelet merusak ginjal pada akhirnya.

keutuhan vaskular. Recovery total sering terjadi,

namun bisa berakhir dengan

gagal ginjal.

Membranous Penebalan membran Perkembangan lambat menuju

glomerulonephritis glomerular yang mengikuti nephrotic syndrome atau

pengendapan kompleks mungkin hilang (sembuh).

immune IgG yang berkaitan

dengan gangguan sistemik.

Membranoproliferative Proliferasi seluler yang Perkembangan lambat menuju

glomerulonephritis mempengaruhi dinding kapiler


glomerulonephritis kronis atau

ataumembran dasar nephrotic syndrome.

glomerular, yang mungkin


196

kebal terhadap mediasi.

Glomerulonephritis kronisKerusakan nyata fungsi ginjal


Penurunan nyata dalam fungsi

yang timbul akibat kerusakan


ginjal yang berkembang menjadi

glomerular yang disebabkangagal ginjal.

gangguan ginjal lain.

IgA nephropathy Pengendapan IgA pada Hematuria makroskopis berulang

membran glomerular yang setelah berolahraga dengan

dihasilkan peningkatka kadar


perkembangan lambat menuju

IgA dalam serum. gtiskronis.

Nephrotic syndrome Disrupsi muatan listrik yangGangguan akut setelah terjadinya

menghasilkan barrier podocyte


systemic shock.

yang ketat yang berakibat Perkembangan gradual daro

kehilangan masif protein dangangguan glomerular lain dan

lemak. kemudan menuju gagal ginjal.

Penyakit dengan perubahan


Disrupsi podocyte yang timbul
Sering pulih total setelah

minimal terutama pada anak-anak menjalani corticosteroid

setelah terjadinya reaksi treatment.

alergik dan imunisasi.

Focal segmental Disrupsi podocyte di bagian-Bisa mirip nephrotic syndrome

glomerulosclerosis bagian tertentu glomerulus atau penyakit dengan perubahan

yang berkaitan dengan minimal.


197

penyalahgunaan heroin dan

analgesik dan AIDS.

Sindrom Alport Gangguan genetis yang Berkembang dengan lambat

memperlihatkan lmellated dan


menuju nephrotic syndrome dan

penebalan membran dasar penyakit ginjal stadium akhir.

glomerular.

Tubular Necrosis Akut

Gangguan primer yang berkaitan dengan kerusakan renal tubule adalah cute tubular necrosis

(ATN). Kerusakan sel-sel RTE bisa disebabkan menurunnya aliran darah yang menyebabkan

kurangnya pasokan oksigen ke tubule (ischemia) atau kehadiran zat-zat beracun dalam filtrat urin.

Gangguan-gangguan yang menimbulkan ischemic ATN meliputi kecjut (shock), trauma

(seperti luka memar), dan prosedur bedah. Shock (kejut) adalah istilah umum yang

mengindikasikan suatu kondisi yang berbahaya yang menurunkan aliran darah di seluruh tubuh.

Contoh kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan kejut adalah gagal jantung, sepsis yang

melibatkan bakteri toksogenik, anaphylaxis, hemorrhage masif, dan kntak dengan listrik tegangan

tinggi.

Keterpaparan terhadap beragam agen nephrotoksik dapat merusak dan dapat mempengaruhi

fungsi sel-sel RTE. Substansi meliputi antibiotik aminoglikosida, antifungal agent amphotericin B,

cyclosporine, radiographic dye, pelarut organik seperti ethylene glycol, logam berat, dan jamur

beracun. Seperti yang dibahas pada Bab 5, filtasi hemoglobin dan myoglobin dalam jumlah besar

juga bersifat nefrotoksik.


198

Alur perkembangan penyakit ATN dapat berubah. Penyakit ini bisa muncul sebagai

komplikasi akut suatu peristiwa ischemic atau secara lebih bertahap selama terpapar terhadap

senyawa beracun. Koreksi ischemia dan pembuangan zat-zat beracun yang diikuti dengan

pengelolaan yang efektif atas gejala-gejala penyerta gagal ginjal akut sering berbuah kesembuhan

total.

Temuan urinalisis meliputi proteinuria ringan, hematuria mikroskopis, dan yang paling

mencolok kehadiran sel-sel RTE dan casts sel-sel RTE yang mengandung fragmen tubular yang

terdiri atas tiga sel atau lebih. Akibat kerusakan tubular, serangkaian casts yang lain bisa hadir,

yang meliputi hyaline, granular, waxy, dan broad casts.

Gangguan Tubular Turunan dan Metabolik

Gangguan-gangguan yang mempengaruhi fungsi tubular bisa disebabkan kondisi sistemik yang

mempengaruhi atau menolak laju maksimum reabsorpsi tubular ™ untuk zat tertentu yang dalam

keadaan normal diserap kembali oleh tubule atau akibat kegagalan mewariskan gen yang

dibutuhkan untuk reabsorpsi tubular.

Sindrom Fanconi

Gangguan yang paling sering dihubungkan dengan disfungsi tubular adalah sindrom Fanconi.

Sindrom ini terdiri atas suatu kegagalan umum reabsorpsi tubular dalam proximal convoluted

tubules. Oleh karena itu, zat-zat yang paling terpengaruh adalah glukosa, asam amino, fosfor,

natrium, kalium, bikarbonat, dan air. Reabsorpsi tubular bisa dipengaruhi oleh disfungsi transpor

zat-zat yang tersasing lewat membran tubular, disrupsi energi seluler yang dibutuhkan untuk

transpor atau perubahan dalam permeabilitas membran tubular.

Sindrom Fanconi bisa jadi diwariskan dalam kaitannya dengan cystinosis dan penyakit

Hartnup (lihat Bab 9) atau didapat melalui keterpaparan terhadap zat-zat beracun, yang meliputi
199

logam berat dan tetrasiklin yang sudah kedaluarsa, atau sebagai suatu komplikasi multiple myeloma

dan cangkok ginjal.

Temuan-temuan urinalisis meliputi glycosuria dan juga bisa jadi proteinuria ringan.

Nephrogenic Diabetes Insipidus

Seperti yang telah dibahas pada Bab 2, konsentrasi urine diatur didalam distal convoluted tubules

dan saluran penampung dalam kaitannya dengan hormon antidiuretik (ADH) yang diproduksi

hypothalmus. Bila aksi ADH terhenti akibat ketidakmampuan renal tubules merespons ADH

(nephrogenic DI) atau kegagalan hypothalmus memproduksi ADH (neurogenic DI) maka akan

dikeluarkan urine dalam jumlah berlebih. Diferensiasi diantara kedua tipe DI dibahas pada Bab 2.

Nephrogenic diabetes insipidus dapat diwariskan sebagai gen resesif yang terikat jenis

kelamin atau didapat dari obat-batan yang meliputi lithium dan amphotericin B. Penyakit ini dapat

pula dilihat sebagai komplikasi penyakit ginjal polisistik dan anemia sel sabit (sickle cell anemia).

Temuan urinalisis yang terkait DI memiliki berat jenis yang rendah, warna kuning pucat, dan

mungkin hasil negatif-salah untuk test kimia.

Renal Glycosuria

Berbeda dengan sindrom Fanconi yang memperlihatkan kegagalan menyerap kembali substansi

dari filtrat glomerular, renal glucosuria mempengaruhi hanya reabsorpsi glukosa. Gangguan ini

diwariskan sebagai trait resesif autosomal. Para pasien memperlihatkan kenaikan konsentrasi

glukosa urine dengan konsentrasi glukosa darah yang normal.

Seperti dibahas pada Bab 5, kapasitas reabsorpsi tubular maksimum untuk glukosa (Tm G)

adalah kadar (dalam darah) kira-kira 160 – 180 membranoproliferative glomerulonephritis/dL. Bila

TmG dicapai, timbul glucosuria. Dalam renal glucosuria turunan, baik jumlah pengangkut glukosa

dalam tubules berkurang atau afinitas pengangkut untuk glukosa menurun.


200

Pengujian laboratorium dan informasi klinis untuk gangguan turunan dan gangguan

metabolik dirangkum dalam Tabel 8-3 dan 8-4.

Gangguan Interstitial

Mempertimbangkan kedekatan antara renal tubules dan renal interstitium, gangguan-gangguan

yang mempengaruhi inerstitium juga mempengaruhi tubules, yang berakibat timblnya suatu

penyakit dengan nama populer tubulointerstitial disease. Mayoritas gangguan ini melibatkan

infeksi dan kondisi inflamatorik.

Penyakit ginjal yang paling umum adalah UTI. Infeksi bisa melibatkan saluran uriner bawah

(uretra dan kandung kemih) atau saluran uriner atas (renal pelvis, tubules, dan interstitium). Yang

paling sering dijumpai adalah infeksi kandung kemih (cystitis), yang, jika tidak diobati, dapat

berkembang menjadi UTI bagian atas yang parah. Cystisis lebih sering dialami wanita dan anak-

anak yang menunjukkan gejala-gejala sering buang air kecil dan terbatar. Urinalisis

mengungkapkan kehadiran banyak sel darah putih dan bakteri, yang sering disertai dengan

proteinuria ringan dan hematuria dan kenaikan pH.

Tabel 8-3. Ikhtisar Pengujian Laboratorium dalam Gangguan Metabolik dan Gangguan Tubular

Gangguan Hasil Urinalisis Primer Test Lain yang Signifikan

Tubular necrosis akutHematuria mikroskopis. Hemoglobin

Proteinuria. Hematokrit

Sel epithelium tubular ginjal. Enzim kardiak

Hyaline, granular, waxy, dan broad

casts.
201

Sindrom Fanconi Glucosuria. Serum dan elektrolit urine

Kromatografi asam amino

Kristal cystine yang mungkin.

Nephrogenis diabetes
Berat jenis rendah. Pengujian ADH

insipidus Polyuria.

Renal glucosuria Glucosuria. Glukosa darah

Pyelonephritis Akut

Infeksi saluran uriner atas, termasuk tubules dan interstitium, disebut pyelonephritis dan muncul

dalam bentuk akut dan bentuk kronis. Pyelonephritis akut paling sering timbul sebagai akibat gerak

naik (ascending movement) bakteri dari UTI bawah menuju renal tubules dan interstitium. Gerak

naik bakteri dari kandung kemih meningkat dengan kondisi-kondisi yang berinterferensi dengan

arus turun urine dari ureter ke kandung kemih, atau pengosongan isi kandung kemih selama buang

air kecil. Ini meliputi obstructions seperti renal calculi, kehamilan, dan refluks urine dari kandung

kemih kembali ke ureter (refluks visicoureteral). Dengan terapi antibiotik yang tepat dan peniadaan

kondisi-kondisi yang mendasarinya, pyelonephritis akut dapat disembuhkan tanpa kerusakan

permanen pada tubules.


202

Pasien sering mengalami gejala-gejala sering buang air kecil dan nyeri pinggang. Suatu

korelasi yang relatif tinggi antara pyelonephritis akut dan bakteremia telah diperlihatkan, yang

menunjukkan perlunya melakukan kultur darah selain kultur urine.

Hasil urinalisis serupa dengan hasil yang terlihat dalam cystitis, yang melibatkan banyak

leukosit an bkteri dengan proteinuria dan hematuria ringan. Temuan tambahan casts sel darah putih,

yang mengimplikasikan adanya infeksi dalam tubule, memiliki kegunaan diagnostik primer untuk

pyelonephritis akut dan pyelonephritis kronis. Kehadiran casts sel darah putih signifikan bagi

pembedaan antara cystitis dan pyelonephritis. Sedimen juga harus diamati dengan cermat untuk

melihat kehadiran bacterial casts.

Tabel 8-4. Ikhtisar Informasi Klinis yang Berkaitan dengan Gangguan Metabolik dan Gangguan

Tubular

Gangguan Etiologi Perkembangan klinis

Tubular necrosis Kerusakan sel-sel renal tubularTimbulnya disfungsi ginjal akut

akut akibat ischemia atau agen yang biasanya dipecahkan ketika

beracun. penyebab latar belakangnya

dikoreksi.

Sindrom Fanconi Diwarisi dalam kaitannya dengan


Cacat yang digeneralisir dalam

cystinosis dan penyakit Hartnupreabsorpsi renal tubular yang

atau didapat lewat keterpaparanmemerlukan terapi penunjang.

terhadap agen-agen toksik.

Nephrogenic Cacat turunan respons tubular Membutuhkan terapi penunjang


203

diabeter insipidus terhadap ADH atau didapat dariuntuk mencegah dehidrasi.

obat.

Renal glucosuria Trait resesif autosomal turunanGangguan jinak

Pyelonephritis Kronis

Seperti tersirat dari namanya, pyelonephritis kronis merupakan gangguan yang lebih serius yang

bisa berakibat kerusakan permanen pada renal tubules dan kemungkinan berkembang menjadi

gagal ginjal kronis. Cacat struktural uriner bawaan yang menimbulkan reflux nephropathy adalah

penyebab paling sering dari pyelonephritis kronis. Abnormalitas struktural bisa menimbulkan

refluks antara kandung kemih dan ureter atau didalam renal pelvis, yang mempegaruhi

pengosongan saluran penampung. Karena mrupakan bawaan lahir, pyelonephritis kronis sering

didiagnosis pada anak-anak dan tidak mungkin dicurigai sampai kerusakan tubular bertambah

parah.

Hasil urinalisis mirip sekali dengan hasil-hasil yang terlihat dalam pyelonephritis akut,

terutama pada tahap-tahap awal. Seiring dengan perkembangan penyakit ini, beragam granular,

waxy dan broad casts yang disertai dengan proteinuria dan hematuria yang meningkat terlihat, dan

konsentrasi renal menurun.

Interstitial Nephritis Akut

Interstitial nephritis akut (acute intersitial nephritis, AIN) ditandai dengan peradangan renal

interstitium yang diikuti dengan peradangan renal tubules. Pasien mengalami gejala-gejala yang

berkaitan dengan disfungsi ginjal, yang meliputi oliguria, edema, daya konsentrasi ginjal yang
204

menurun, dan kemungkinan penurunan laju filtrasi glomerular. Demam dan kehadiran suatu ruam

kulit adalah gejala yang sering terlihat.

AIN dihubungkan terutama dengan suatu reaksi alergik terhadap obat yang timbul dalam

renal interstitium, yang mungkin disebabkan pengikatan obat ke protein interstitial. Gejala-gejala

cenderung berkembang kira-kira 2 minggu sesudah pemberian obat. Obat yang biasanya berkaitan

dengan AIN meliputi penicillin, methicillin, ampicillin, cephalosporins, sulfonamide, NSAID, dan

thiazide diuretics. Diskontinuasi obat yang ofensif dan pemberian steroid untuk mengendalikan

peradangan sering berhasil mengembalikan fungsi ginjal menjadi normal. Akan tetapi, dialisis

ginjal suportif mungkin dibutuhkan untuk mempertahankan pasien sampai peradangan mereda.

Hasil urinalisis meliputi hematuria, yang mungkin makroskopis, proteinuria ringan hingga

sedang, banyak sel darah putih, an casts sel darah putih tanpa kehadiran bakteri. Pelaksanaan

staining leukosit diferensial untuk menguji adanya kenaikan eosinophil barangkali berguna untuk

mengkonfirmasi diagnosis.

Pengujian laboratorium dan informasi klinis untuk gangguan interstitial dirangkum dalam

Tabel 8-5 dan 8-6.

Tabel 8-5. Ikhtisar Hasil Laboratorik dalam Gangguan Interstitial

Gangguan Hasil Urinalisis Utama Uji Signifikan Lain

Cystitis Leukosituria Kultur urine

Bakteriuria

Hematuria mikroskopis

Proteinuria ringan

pH yang meningkat
205

Pyelonephritis akut Leukosituria Kultur urine

Bakteriuria Kultur darah

Casts sel darah putih

Casts bakteri

Hematuria mikroskopis

Proteinuria

Pyelonephritis kronis Leukosituria Kultur urine

Bakteriuria Kultur darah

Casts sel darah putih BUN

Casts bakteri Creatinine

Granular, waxy, broad casts Creatinine clearance

Interstitial nephritis akut Hematuria Eosinophils urine

Proteinuria BUN

Leukosituria Creatnine

Casts sel darah putih Creatinine clearance

Gagal Ginjal

Gagal ginjal ada dalam bentuk akut dan kronis. Seperti yang dibahas dalam kaitannya dengan

berbagai gangguan sebelumnya, gagal ginjal bisa merupakan progresi (perkembangan) gradual dari

gangguan awal menuju gagal ginjal kroniis atau gagal ginjal stadium akhir. Progresi

(perkembangan) menuju gagal ginjal stadium akhir ditandai dengan suatu penurunan mencolok laju
206

filtrasi glomerular (kurang daripada 25 ml/menit); naiknya BUN dalam serum dan juga angka

creatinine juga naik (azotemia); ketimpangan elektrolit; lemahnya daya konsentrasi ginjal yang

menghasilkan urine isothenuric; proteinuria; renal glycosuria; dan berlimpahnya granular, waxy,

dan broad casts, yang sering dinamakan sebagai sedimen urine teleskopis.

Tabel 8-6. Ikhtisar Informasi Klinis yang Berkaitan dengan Gangguan Interstitial

Gangguan Etiologi Perkembangan Klinis

Cystitis Infeksi bakteri keatas dalam Sering buang air kecil dan burning

kandung kemih. yang diatasi dengan obat antibiotik.

Pyelonephritis akut
Infeksi renal tubules dan Sering bang air kecil, burning, dan

interstitium yang berkaitan dengan


nyeri pinggang, yang diatasi dengan

interferensi aliran urine ke kandung


obat antibiotik.

kemih, refluks urine dari kandung

kemih, dan cystitis yang tidak

diobati.

Pyelonephritis Infeksi kambuhan renal tubules dan


Sering terdiagnosis paa anak-anak;

kronis interstitium akibat abnormalitas menuntut koreksi cacat struktural

struktural yang mempengaruhi yang melatarbelakanginya.

aliran urine. Bisa berlanjut menjadi gagal ginjal.

Interstitial nephritis
Peradangan alergik renal Serangan akut disfungsi ginjal yang

akut interstitium sebagai respons sering disertai dengan ruam kulit.


207

terhadap obat tertentu. Diatasi dengan penghentian

konsumsi obat-obatan dan

penyembuhan dengan

corticosteroid.

Tabel 8-7. Penyebab Gagal Ginjal Akut

Prerenal:

Tekanan darah/output kardiak menurun.

Hemorrhage

Luka/melepuh

Bedah

Septicemia

Renal

Glomerulonephritis akut

Tubular necrosis akut

Pyelonephritis akut

Interstitial nephritis akut

Postrenal

Renal calculi

Tumor

Kristalisasi substansi yang tercerna.


208

Berbeda dengan gagal ginjal kronis, gagal ginjal akut (ARF) menunjukkan kemerosotan

drastis fungsi ginjal dan sering bersifat reversibel. Penyebab utama ARF adalah penurunan

mendadak aliran darah ke ginjal (prerenal), penyakit glomerular dan tubular akut (renal), dan renal

calculi atau serangan tumor (postrenal). Seperti yang terlihat dari berbagai kasus (Tabel 8-7),

pasien bisa mengalami gejala-gejala berbeda yang berhubungan dengan gangguan tertentu; akan

tetapi, laju filtrasi glomerular yang menurun, oliguria, edema, dan azotemia merupakan ciri

umumnya.

Serupa dengan gejala-gejala klinis, temuan urinalisis juga bervariasi; akan tetapi, karena

mereka berhubungan dengan sebab utama ARF, maka secara diagnostik bisa berguna.

Renal Lithiasis

Renal calculi (batu ginjal) bisa terbentuk dalam calyces dan pelvis ginjal, ureter, dan kandung

kemih. Dalam lithiasis renal, ukuran calculi amat beragam mulai dari yang takterlihat dengan mata

telanjang hingga besar, dan bentuknya pun beragam. Calculi kecil bisa keluar terbawa air seni,

yang membuat pasien merasakan nyeri yang parah yang menyebar dari pinggang hingga paha. Batu

ginjal yang berukuran besar tidak dapat dilewatkan dan mungkin tidak terdeteksi sampai pasien

mengalami gejala-gejala gangguan buang air kecil. Lithotripsy, suatu prosedur yang menggunakan

gelombang kejut berenergi tinggi, dapat digunakan untuk memecahkan btu yang terletak dekat

saluran uriner atas, dan kemudian dikeluarkan bersama urine. Pembuangan lewat bedah juga dapat

diterapkan.

Kondisi-kondisi yang mendukung pembentukan renal calculi serupa dengan kondisi yang

mendukung pembentukan kristal uriner, termasuk pH, konsentrasi bahan kinia, dan stasis uriner.

Berbagai kajian korelasi antara kehadiran crystalluria dan pembentukan renal calculi telah

dilakukan dengan hsil-hasil yang beragam. Temuan kluster kristal dalam urine segar yang baru
209

dilepas menunjukkan bahwa keadaan-keadaan yang anak-anak mendukung pembentukan calculus

(batu ginjal). Namun, karena berbedanya kondisi yang mempengaruhi urine dalam tubuh dan dalam

suatu wadah bahan uji, maka peranan kristal dan memprediksi pembentukan calculi kurang

penting. Peningkatan crystalluria terlihat selama bulan-bulan musim panas pada orang-orang yang

diketahui memiliki batu dalam ginjalnya.

Analisis komposisi kimia renal calculi memegang peranan penting dalam manajemen pasien.

Analisis dapat dilakukan secara kimia, namun pemeriksaan yang menggunakan kristalografi sinar-x

membuahkan analisis yang lebih komprehensif. Sekitar 75% renal calculi terdiri atas kalsium

oksalat atau fosfat. Magnesium ammonium fosfat (stuvite), asam urat, dan cystine adalah unsur lain

pembentuk utama batu ginjal. Calcium calculi sering dikaitkan dengan kalsium metabolik dan

gangguan fosfat dan terkaang dengan diet. Magnesium ammonium phosphate calculi sering disertai

dengan infeksi uriner yang melibatkan bakteri pengurai urea. pH urine serng lebih tinggi daripada

7,0. Uric acid calculi barangkali ada hubungannya dengan meningkatnya asupan makanan yang

kaya akan purine. pH urine asam. Hampir semua cystine calculi berhubungan dengan gangguan

herediter metabolisme cystine (lihat Bab 9). Teknik manajemen pasien mencakup pengaturan pH

urine, pengendalian hidrasi dan penurunan konsentrasi kimia, serta diet.

Bahan uji urine dari pasien yang dicurigai melewatkan atau dalam proses melewatkan batu

ginjal sering diterima di laboratorium. Kehadiran hematuria mikroskopis yang timbul akibat iritasi

jaringan akibat pergerakan batu ginjal adalah temuan utama urinalisis.

References
1. Forland, M (ed): Nephrology. Medical Examination Publishing,
New York, 1983.
2. Johnson, RJ: Nonpoststreptococcal postinfectious glomeru-
lonephritis. In Jacobson, HR, et al: Principles and Practice of
Nephrology. BC Decker, Philadelphia, 1991.
3. Couser, WG: Rapidly progressive glomerulonephritis. In Jacob-
210

son, HR, et al: Principles and Practice of Nephrology. BC


Decker, Philadelphia, 1991.
4. Kallenberg, CG, Mulder, AH, and Tervaert, JW: Antineutrophil
cytoplasmic autoantibodies: A still-growing class of autoantibod-
ies in inflammatory disorders. Am J Med 93(6):675-682, 1992.
5. Wasserstein, AG: Membranous glomerulonephritis. In Jacob-
son, HR, et al: Principles and Practice of Nephrology. BC
Decker, Philadelphia, 1991.
6. Donadio, JV: Membranoproliferative glomerulonephritis. In
Jacobson, HR, et al: Principles and Practice of Nephrology. BC
Decker, Philadelphia, 1991.
7. Bricker, NS, and Kirschenbaum, MA: The Kidney: Diagnosis
and Management. John Wiley, New York, 1984
8. Sherbotle, JR, and Hayes, JR: Idiopathic nephrotic syndrome:
Minimal change disease and focal segmental glomerulosclerosis.
In Jacobson, HR, et al: Principles and Practice of Nephrology.
BC Decker, Philadelphia, 1991.
9. Smith, WR, et al: Bacteremia in young urban women admitted
with pyelonephritis. Am J Med Sci 313(1):50-57, 1997.
10. Bennett, WM, Elzinga, LW, and Porter, GA: Tubulointerstitial
disease and toxic nephropathy. In Brenner, BM, and Rector, FC:
The Kidney: Physiology and Pathophysiology. WB Saunders,
Philadelphia, 1991.
11. Hallson, PC, and Rose, GA: Seasonal variations in urinary crys-
tals. Br J Urol 49(4):277-284, 1977

Penelitian pertanyaan
1. Sebagian besar gangguan yang disebabkan oleh glomerular
A. Tiba-tiba tetes dalam tekanan darah
B. Gangguan immunologic
C. Paparan zat-zat beracun
D. Infeksi bakteri
2. Dysmorphic rbc akan ditemukan dengan signifikan sesuai dengan sebagai berikut:
A. Goodpasture syndrome
B. Acute glomerulonephritis
C. Chronic pyelonephritis
D. Henoch-Schönlein purpura
3. episode hematuria occassional makroskopik dalam jangka waktu 20 tahun atau lebih terlihat
dengan
A. Crescentic glomerulonephritis
B. IgA nephropathy
C. Nephrotic syndrome
D. Wegener’s granulomatosis
4. Di bawah membran antiglomerular antibodi terlihat dengan
A. Wegener’s granulomatosis
211

B. IgA nephropathy
C. Goodpasture syndrome
D. Diabetic nephropathy
5. Antibodi cytoplasmic antineutrophilic diagnostik untuk
A. IgA nephropathy
B. Wegener’s granulomatosis
C. Henoch-Schönlein purpura
D. Goodpasture syndrome
6. Gejala ginjal dan saluran pernafasan yang berhubungan dengan semua kecuali sebagai berikut
A. IgA nephropathy
B. Wegener’s granulomatosis
C. Henoch-Schönlein purpura
D. Goodpasture syndrome
7. papan dan sisi-sisinya mencetuskan kebanyakan sering terlihat dengan
A. Membranoproliferative glomerulonephritis
B. Membranous glomerulonephritis
C. Chronic glomerulonephritis
D. Rapidly progressive glomerulonephritis
8. Kehadiran lemak memberikan berkaitan dengan semua kecuali berikutnya
A. Nephrotic syndrome
B. Focal segmental glomerulosclerosis
C. Nephrogenic diabetes insipidus
D. Minimal change disease
9. Gejala awal proteinuria tingkat tinggi adalah
A. Alport syndrome
B. Diabetic nephropathy
C. IgA nephropathy
D. Nephrotic syndrome
10. Iskemia sering menghasilkan
A. Acute renal tubular necrosis
B. Minimal change disorder
C. Acute renal failure
D. Both A and C
11. Kelainan yang terkait dengan dan rendahnya polyuria gravitasi spesifik adalah
A. Renal glucosuria
B. Cystitis
C. Nephrogenic diabetes insipidus
D. Focal segmental glomerulosclerosis
12. Suatu kelainan yang mewarisi accquired atau yang cacat generalized tubular reabsorption adalah
A. Alport syndrome
B. Acute interstitial nephritis
C. Fanconi syndrome
D. Renal glucosuria
13. Kehadiran membuat sel-sel epitel dan tabung ginjal merupakan cerminan dari
A. Acute interstitial nephritis
B. Chronic glomerulonephritis
C. Minimal change disease
212

D. Acute tubular necrosis


14. Diferensiasi dan antara cystitis pyelonephritis yang dibantu oleh kehadiran
A. WBC casts
B. RBC casts
C. Bacteria
D. Granular casts
15. Keberadaan wbcs orang dan wbc tanpa bahwa bakteri menunjukkan
A. Chronic pyelonephritis
B. Acute tubular necrosis
C. Acute interstitial nephritis
D. Both B and C
16. Tahap akhir penyakit ginjal ini ditandai oleh semua kecuali sebagai berikut
A. Hypersthenuria
B. Isosthenuria
C. Azotemia
D. Electrolyte imbalance
17. Lilin yang luas, dan sering dikaitkan dengan
A. Nephrotic syndrome
B. Chronic renal failure
C. Focal segmental glomerulosclerosis
D. Acute renal failure
18. Postrenal gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh
A. Ischemia
B. Acute tubular necrosis
C. Acute interstitial nephritis
D. Malignant tumors
19. Yang paling umum adalah komposisi batu ginjal
A. Calcium oxalate
B. Magnesium ammonium phosphate
C. Cystine
D. Uric acid
20. Urinalysis pada pasien yang melakukan evaluasi untuk batu ginjal akan sangat bermanfaat jika hal
ini menunjukkan
A. Proteinuria berat
B. Calcium oxalate crystals
C. Macroscopic hematuria
D. Microscopic hematuria

Studi kasus dan situasi klinis


1. Seorang pria yang baru-baru ini telah 14-year-old pulih dari sakit tenggorokan dan edema
hematuria berkembang.Hasil laboratorium yang lain dalam bayi normal ( dl 30 mg / 8 menjadi dl
mg / 12 ) lalu yang positif streptozyme ini. Hasil dari sebuah urinalysis adalah sebagai berikut

Warna Merah Keton Negative


Kekeruhan Keruh Darah Besar
Berat jenis 1.020 Bilirubin Negative
213

pH 5.0 UROBILINOG Normal


EN
Protein 3+ Nitrit Negatife
Glukosa Negative Leukosit berbekas
Microscopic:
100 RBCs/hpfv banyak membentuk dysmorphic
5–8 WBCs/hpf
0–2 granular casts/lpf
0–1 RBC casts/lpf
a. Gangguan yang mereka lakukan dan hasil ini menunjukkan ?
b. Ciri khas apa yang ada pada organisme yang menyebabkan sakit tenggorokan ?
c. Apa arti sel darah merah dysmorphic
d. Apakah sel darah putih penting.? Kenapa atau kenapa tidak
e. Apa yang diharapkan prognosis pasien ini ?
f. Jika di atas terlihat hasil evaluasi yang terlihat dalam sebuah 5 tahun anak yang telah
mengembangkan suatu merah , tambal sulam ruam menyusul pemulihan dari sakit tenggorokan ,
apa gangguan yang akan dicurigai ? `
2. B.j . Adalah sakit parah 40 tahun orang tua dengan sejarah dari beberapa episode makroskopik
hematuria dalam 20 tahun terakhir .Yang episode terkait dengan latihan atau stres .Sampai akhir-
akhir ini makroskopik hematuria telah secara spontan dikembalikan ke asymptomatic micro- scopic
hematuria .Hasil laboratorium signifikan antara lain roti dari 80 mg / dl ( normal 8 menjadi 23 mg /
dl ) , serum creatinine 4,5 mg / dl ( normal 0,6 terhadap 1.2 mg / dl ) , creatinine kliring dari 20 ml /
min ( normal 107 untuk 139 ml / min ) , serum kalsium dari 8,0 mg / dl ( normal 9,2 untuk 11.0 mg
/ dl ) , serum fosfor dari target yakni sebesar 6,0 mg / dl ( normal 2.3 hanya 4,7 mg / dl ) , dan
tingkat yang lebih tinggi dari serum iga .Hasil dari sebuah urinalysis rutin adalah sebagai berikut
Warna Merah Keton Negatif
Kekeruhan Sedikit keruh Darah Besar
Berat jenis 1.010 Bilirubin Negatif
pH 6.5 Urobilinogen Normal
Protein 300 mg/dl Nitrit Negatif
Glukosa 250 mg/dl Leukosit Berbekas

Microscopic:
100 RBCs/hpf 2–4 hyaline casts/lpf
2–4 hyaline casts/lpf 1–5 granular casts/lpf
0–2 waxy casts/lpf 0–2 broad waxy
a. Apa yang dilakukan penyakit tertentu terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pasien dan riwayat
penyaranan
b. Hasil Laboratorium mana yang hasilnya sangat membantu dalam mendiagnosis penyakit ini?
c. Tambahan diagnosa yang sesuai dengan kondisi saat ini menunjukkan?
d. Apakah dampak dari hasil positif bagi urin glukosa ? `
e. Adalah gravitasi yang bersifat khusus pada yang signifikan ?Mengapa atau mengapa tidak ?
f. Apakah dampak dari cetusan sisi-sisinya?
1. Perempuan berusia 45 tahun telah sembuh dari cedera yang diterima dalam sebuah kecelakaan
mobil yang mengakibatkan dia dibawa ke ruang gawat darurat dengan berat tekanan darah rendah
edema berkembang besar .Hasil yang signifikan antara lain roti lab- pidato 30 mg per dl ( normal 8
214

mg per dl ) sebesar 23 , kolesterol dari 400 mg per dl ( normal menjadi 240 150 mg per dl ) , dari
trigliserida yang mencapai 840 mg per dl nor- mal 10 hingga 190 mg per dl ) , protein serum 4,5
mg per dl ( normal 6.0 untuk 7,8 mg per dl ) , albumin dari 2.0 mg per dl ( normal 3.2 ke 4.5 mg
per dl ) , dan urin dari total protein g d tiga tahun yang normal yaitu 100 mg per d .Hasil urinalysis
adalah sebagai berikut
Warna Kuning Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Sedang
Berat jenis 1.015 Bilirubin Negatif
pH 6.0 urobilinogen Normal
Protein 4+ Nitrit Negatif
Glukosa Negatif Leukosit Negatif
Mikroskopik :
15–20 RBCs/hpf 0–2 granular casts/lpf Moderate free
fat droplets
0–5 WBCs/hpf 0–2 fatty casts/lpf Moderate
cholesterol crystals
0–2 oval fat bodies/hpf
a. Gangguan ginjal apa yang mempengaruhi hasil?
b. Bagaimana keadaan pasien yang sudah sudah mengenai penyakit ini?
c. Apa mekanisme physiologic menentukan massive proteinuria?
d. Apa hubungan hal ini dengan edema proteinuria?
e. Mekanisme apa yang menghasilkan lemak tubuh?
f. Sebutkan tambahan dua prosedur yang dapat dilakukan untuk membuktikan keberadaan oval lemak
tubuh dan melemparkan lemak .
2. Seorang anak laki-laki tua 4 tahun aktif secara rutin menjadi semakin kurang aktif setelah
menerima beberapa imunisasi preschool .Ia mengamati puffiness terlihat dokter spesialis anak di
sekitar mata .Tes darah menunjukkan hasil normal dan roti creatinine dan nyata menurun total nilai
albumin dan protein .Hasil urinalysis adalah sebagai berikut

Warna kuning keton Negatif


Kekeruhan Keruh Darah Kecil
Berat jenis 1.018 Bilirubin Negatif
pH 6.5 Urobilinogen Normal
Protein 4+ Nitrit Negatif
glukosa Negatif leukosit Negatif
Mikroskopik :
10–15 RBCs/hpf 0–1 hyaline casts/lpf
0–4 WBCs/hpf 0–2 granular casts/lpf
Moderate fat droplets 0–1 oval fat bodies/hpf
a. Apakah pasien gangguan hazywhat sejarah , penampilan fisik , dan hasil laboratorium
menunjukkan ?
b. gangguan ginjal apa yang s menghasilkan hasil yang sama ?
c. Apa yang diharapkan untuk prognosis pasien ini ?
3. seorang pekerja konstruksi 32 tahun pengalaman kesulitan pernapasan diikuti oleh penampilan dari
bloodstreaked dahak.Dia penundaan mengunjungi seorang dokter sampai gejala kelelahan ekstrim
dan merah urin yang hadir.Dada radiograph menunjukkan infiltrasi paru dan dahak budaya adalah
215

negatif pada patogen.Darah hasil tes menunjukkan anemia, meningkat roti dan creatinine, dan
kehadiran dari membran antiglomerular bawah tanah antibodi.Hasil yang urinalysis sebagai berikut
Warna Merah Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Besar
berat jenis 1.015 Bilirubin Negatif
pH 6.0 Urobilinogen Normal
Protein 3+ Nitrit Negatif
Glukosa Negatif leukosit Berbekas
Mikroskopik :
100 RBC/hpf0-3 hyaline casts/lpf
10-15 wbc/hpf 0-3 granular casts/lpf
0-2 RBCs casts/lpf
a. penyakit yang memepengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
b. Bagaimana kelainan ini mempengaruhi glomerulus?
c. Bila membran antiglomerular tes antibodi yang negatif , apa yang mungkin dianggap sebagai
gangguan
d. What is the diagnostic test for this disorder?
e. Bila membran antiglomerular tes antibodi yang negatif , apa yang mungkin dianggap sebagai
gangguan ?
4. 25 tahun seorang wanita hamil datang ke puskesmas rawat jalan dengan gejala nyeri punggung
bawah , frekuensi kencing , dan sensasi terbakar ketika berkemih .Dia telah kehamilan normal
hingga saat ini .Dia memberikan sebuah wadah steril dan diminta untuk mengumpulkan midstream
menangkap sampel urin yang bersih .Urinalysis rutin
Warna Kuning pucat
Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Kecil
berat jenis 1.005 Bilirubin Negatif
pH 8.0 Urobilinogen Normal
Protein Berbekas Nitrit Positif
Glukosa Negatif leukosit 2+
Mikroskopik :
6-10 RBCs/hpf bakteri berat
40-50 WBCs/hpf moderate squamous
Ephiteal cells
a. Apa yang paling mungkin untuk pasien diagnosis ini?
b. Apa hubungani antara warna dan gravitasi tertentu ?
c. Apa yang arti penting dari darah dan protein tes?
d. Ini spesimen cocok untuk penampilan glitter sel ?jelaskan jawaban anda
e. Kependudukan lainnya yang berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan kondisi ini
f. Gangguan apa yang mungkin akan membangun jika kelainan ini adalah tidak diperlakukan?
5. Seorang pasien yang berusia 10 tahun, dengan sejarah berulang utis itu dibawa ke rumah sakit
untuk tes diagnostik.Hasil yang yang mengikuti urinalysis awal
Warna Kuning Keton Negative
Kekeruhan Keruh Darah Kecil
berat jenis 1.025 Bilirubin Negative
pH 8.0 Urobilinogen Normal
216

Protein 2+ Nitrit Positif


ssa 2+
Glukosa Negative leukosit 2+
mikroskopik
6–10 RBCs/hpf 0–2 WBC casts/lpf Many bacteria
100 WBCs/hpf 0–1 bacterial casts/lpf with clumps
Pengulangan urinalysis sehari kemudian hasilnya sebagai berikut
Warna Kuning Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Kecil
berat jenis >1.035 Bilirubin Negatif
pH 7.5 Urobilinogen Normal
Protein 2+ Nitrit Positif
ssa 4+
Glukosa Negative leukosit 2+
Mikroskopik:
6–10 RBCs/hpf 0–2 WBC casts/lpf Many bacteria
100 WBCs/hpf 0–1 bacterial casts/lpf Moderate
birefringent, flat crystals
a. Apa prosedur diagnostik dilakukan pada pasien yang dapat menjelaskan untuk perbedaan hasil dua
urinalysis ?
b. Memepertimbangkan pasien dengan umur dan riwayat, diagnosis apa yang munkin?
c. Apa yang mikroskopis konstituen paling bermanfaat untuk diagnosis?
d. Apa yang yang paling mungkin penyebab kelainan ini?
e. Bagaimana keberadaan bakteri bisa dikonfirmasi?
f. Apa yang yang paling mungkin sumber dari kristal hadir dalam endapan?
g. tanpa campur tangan apa prognosis pasien?
6. Seorang pasien berusia 35 tahun yang sedang dirawat karena infec-tion sinus dengan methicillin
berkembang demam, ruam kulit dan edema. Urine hasilnya adalah sebagai berikut
Warna Kuning Keton Negatif
pucat
Kekeruhan buram Darah Kecil
berat jenis 1.005 Bilirubin Negatif
pH 8.0 Urobilinogen Normal
Protein bebekas Nitrit Positif
Glukosa Negative leukosit 2+
Mikroskopik
20–30 RBCs/hpf 1–2 WBC casts/lpf
100 WBCs/hpf 1–2 granular casts/lpf
Setelah menerima laporan urinalysis , ini perintah dokter tes eosinofil untuk kencing .Kencing
eosinophil hasilnya 10 % .
a. Itu adalah hasil yang normal atau abnormal urinary eosinophil?
b. Apa yang kemungkinan diagnosis untuk ini pasien?
c. Membahas pentingnya peningkatan wbcs dan wbc menyatakan di tidak adanya bakteri
d. Bagaimana kondisi ini dikoreksi?
217

7. Setelah operasi untuk memperbaiki tumit besar perdarahan , sebuah berusia 55 tahun yangg pasien
pameran oliguria dan edema .Darah hasil tes menunjukkan meningkatkan azotemia dan
ketidakseimbangan elektrolit .Laju penyaringan glomerular yang 20 ml / min .Urinalysis hasil
adalah sebagai berikut
Warna Kuning Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Sedang
berat jenis 1.010 Bilirubin Negatif
pH 7.0 Urobilinogen Normal
Protein 3+ Nitrit Negatif
Glukosa 2+ Leukosit Negative
Mikroskopik

50–60 RBCs/hpf 2–3 granular casts/lpf

3–6 WBCs/hpf 2–3 RTE cell casts/lpf

3–4 RTE cells/hpf 0–1 waxy casts/lpf

0–1 broad granular casts/lpf

a. Apa yang dilakukan diagnosis pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit?
b. Apa yang paling mungkin penyebab terjadinya gangguan pasien Ini dianggap menjadi prerenal ,
ginjal , atau asal postrenal ?
c. Apa yang arti penting dari gravitasi spesifik akhirnya?
d. What is the significance of the RTE cells?
e. Nyatakan kemungkinan alasan kedua untuk kehadiran orang yang luas
f. Tanpa campur tangan, apa prognosis pasien?
8. Seorang pasien berusia 35 tahun yang sedang dirawat karena infeksi sinus dengan methicillin
berkembang demam, ruam kulit dan edema. Urine hasil adalah sebagai berikut:
Warna Kuning pekat
Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Sedang
berat jenis 1.012 Bilirubin Negati
pH 6.0 Urobilinogen Normal
Protein 3+ Nitrit Negatif
Glukosa Negative Leukosit 2+
Mikroskopik
20–30 RBCs/hpf 1–2 WBC casts/lpf
100 WBCs/hpf 1–2 granular casts/lpf
Setelah menerima laporan urinalysis , ini perintah dokter tes eosinofil untuk kencing .Kencing
eosinophil hasilnya 10 % .
a. Itu adalah hasil yang normal atau abnormal urinary eosinophil?
b. Apa yang kemungkinan diagnosis untuk ini pasien
c. Membahas pentingnya peningkatan wbcs dan wbc menyatakan di tidak adanya bakteri
d. Bagaimana kondisi ini dikoreksi?
218

9. Setelah operasi untuk memperbaiki tumit besar perdarahan, pasien berusia 55 tahun yangg sebuah
pameran oliguria dan edema.Darah hasil tes menunjukkan meningkatkan ketidakseimbangan.
azotemia dan elektrolitYang laju filtrasi glomerular ml / min. 20Urinalysis hasil adalah sebagai
berikut:
Warna Kuning Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Sedang
berat jenis 1.010 Bilirubin Negati
pH 7.0 Urobilinogen Normal
Protein 3+ Nitrit Negatif
Glukosa 2+ Leukosit negatif
Mikroskopik
50–60 RBCs/hpf 2–3 granular casts/lpf
3–6 WBCs/hpf 2–3 RTE cell casts/lpf
3–4 RTE cells/hpf 0–1 waxy casts/lpf
0–1 broad granular casts/lpf
a. diagnosis apa menurut hasil pemeriksaan laboratorium?
b. Apa yang menjadi masalah besar yang diakibatkan penyakit pasien? Apakah ditilai dari ginjal,
prerenal, atau prostenal?
c. Apa yang signifikan tentang berat jenis?
d. Apa yang signifikan dengan sel RTE?
e. Nyatakan dua alan benar dari adanya pernyataan luas
10. Sebuah 40-year-old pria berkembang parah ketika dan sakit perut setelah makan malam .Rasa sakit
berkurang pada malam hari tetapi berulang di pagi hari , dan dia berkunjung ke keluarganya dokter
.Hasil dari jumlah darah lengkap dan amilase adalah normal .Hasil dari sebuah urinalysis rutin
adalah sebagai berikut
Warna Kuning gelap
Keton Negatif
Kekeruhan Keruh Darah Sedang
berat jenis 1.012 Bilirubin Negati
pH 5.0 Urobilinogen Normal
Protein berbekas Nitrit Negatif
Glukosa Negative Leukosit negatif
Mikroskopik
15–20 RBCs/hpf —appear crenated
0–2 WBCs/hpf
Few squamous epithelial cells
a. Kondisi seperti apa yang menunjukan gejala seperti itu?
b. Apakah bisa menghitung sel darah merah?
c. Apakah ada hubungan antara warna urin dan berat jenis terhadap gejala?
11. State a disorder or disorders that relate to each of the following descriptions:
a. A patient with severe lower back pain and microscopic hematuria is scheduled for lithotripsy.
b. The patient exhibits pulmonary and renal symptoms and a positive ANCA test.
c. A patient who tested positive for HIV exhibits mild symptoms resembling the nephrotic syndrome.
219

d. A 40-year-old patient diagnosed with SLE develops macroscopic hematuria, proteinuria, and the
presence of RBC casts in the urine sediment.
e. A 50-year-old patient diagnosed with SLE exhibits symptoms of gradually declining renal function
and increasing proteinuria.
f. A patient who has taken outdated tetracycline develops glycosuria and a generalized aminoaciduria.
g. A patient known to form renal calculi develop oliguria, edema, and azotemia.
h. A patient has a normal blood glucose and glucosuria. State two disorders.
i. A 6-year-old boy with respiratory syncytial virus has macroscopic hematuria.

BAB 9

Urine Skrining Karena Gangguan Metabolik


TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan bab ini , pembaca akan dapat :

1. Jelaskan akumulasi abnormal metabo¬lites dalam urin dalam hal meluap dan

gangguan ginjal.

2. Diskusikan pentingnya dan prosedur untuk skrining new¬born.


220

3. Nama cacat metabolisme dalam fenilketonuria, dan menggambarkan manifestasi

klinis itu pro¬duces.

4. Diskusikan kinerja spektrofotometri massa tandem dan tes klorida dan peran mereka

dalam deteksi dan pengelolaan fenilketonuria.

5. Negara tiga penyebab tyrosyluria dan tes skrining untuk kehadirannya.

6. Nama substansi kemih normal hadir dalam alkaptonuria, dan menceritakan bagaimana

kehadirannya dapat diduga.

7. Diskusikan penampilan dan pentingnya urin yang mengandung melanin.

8. Jelaskan pengamatan laboratorium dasar yang memiliki relevansi dalam penyakit urin

sirup maple.

9. Diskusikan pentingnya ketonuria di new¬born a.

10. Membedakan antara kehadiran kemih indican karena gangguan usus dan penyakit

Hart-nup.

11. Negara pentingnya peningkatan kemih asam 5-hidroksi.

12. Membedakan antara cystinuria dan cystinosis, termasuk perbedaan yang ditemukan

selama analisis urin dan proses penyakit.

13. Nama tes skrining kimia untuk sistin.

14. Jelaskan komponen dalam sintesis heme jalur, termasuk spesimen utama yang

digunakan untuk analisis mereka.

15. Secara singkat membahas porfiria utama berkaitan dengan sebab dan signifikansi

klinis.

16. Membedakan antara reaksi Ehrlich dan pengujian neon berkaitan dengan pengujian

komponen porfirin.

17. Jelaskan penampilan urin yang mengandung peningkatan porfirin.


221

18. Tentukan mucopolysaccharides, dan nama tiga sindrom di mana mereka terlibat.

19. Daftar tiga tes skrining untuk mendeteksi mucopolysaccharides uri¬nary.

20. Negara pentingnya peningkatan crys¬tals asam urat dalam urine bayi yang baru lahir

'.

21. Jelaskan alasan untuk melakukan tes untuk zat kemih-mengurangi pada semua bayi

yang baru lahir.

KUNCI ISTILAH

alkaptonuria indicanuria mucopolysaccharidoses

cystinosis Penyakit Lesch - Nyhan asidemia organik

cystinuria maple syrup urine penyakit fenilketonuria

galactosuria melanuria porphyrinuria

homocystinuria melituria tyrosyluria

kesalahan metabolisme

bawaan

Seperti telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya , banyak dari hasil abnormal yang diperoleh

dalam urine rutin terkait dengan penyakit metabolik daripada ginjal. Urine sebagai product

akhir metabolisme tubuh dapat mengandung zat tambahan yang abnormal tidak diuji oleh

urinalisis rutin . Seringkali, zat ini dapat dideteksi atau dipantau oleh tes skrining tambahan

yang juga dapat dilakukan di laboratorium urine . Tes skrining positif kemudian

ditindaklanjuti dengan prosedur yang lebih canggih yang dilakukan di bagian lain dari

laboratorium
222

Kebutuhan untuk melakukan tes tambahan dapat dideteksi oleh pengamatan personil

laboratorium peringatan selama kinerja analisis rutin atau dari pengamatan warna spesimen

abnormal dan bau oleh staf perawat dan pasien (Tabel 9-1) . Dalam kasus lain , gejala klinis

dan sejarah keluarga adalah faktor penentu .

Overflow Versus Gangguan Ginjal

Munculnya zat metabolik yang abnormal dalam urin dapat disebabkan oleh berbagai

gangguan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, disebut jenis

meluap dan jenis ginjal. Gangguan meluap akibat dari terganggunya jalur metabolisme

normal yang menyebabkan peningkatan con¬centrations plasma zat nonmetabolized.

Chemi¬cals ini baik menimpa kemampuan reabsorpsi tubulus ginjal atau tidak biasanya

diserap kembali dari filtrat karena mereka hanya hadir dalam jumlah menit.

Abnormalaccumulations dari jenis ginjal disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme

reabsorpsi tubular, seperti dibahas dalam Bab 8.

Yang paling sering ditemui kelainan yang berhubungan dengan gangguan

metabolisme yang menghasilkan limpahan kemih zat yang terlibat dalam protein, lemak, dan

metabolisme carbohy¬drate. Hal ini dapat dimengerti bila kita menganggap jumlah besar

enzim yang digunakan dalam jalur metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat dan fakta

bahwa fungsi mereka sangat penting untuk metabolisme lengkap. Gangguan fungsi enzim

dapat disebabkan oleh kegagalan untuk mewarisi gen untuk menghasilkan enzim tertentu,

disebut sebagai kesalahan metabolisme bawaan (IEM), 1 atau oleh kerusakan organ dari

penyakit atau reaksi beracun. Metabolit kemih yang abnormal paling sering ditemui

dirangkum dalam Tabel 9-2, dan penampilan mereka diklasifikasikan menurut cacat

fungsional. Tabel ini juga termasuk zat dan kondisi yang dibahas dalam bab ini.
223

Tes Skrining Bayi Baru Lahir

Secara tradisional , banyak dari tes urine yang dibahas dalam bab ini dilakukan

terutama untuk mendeteksi dan memantau bayi yang baru lahir untuk IEMs . Dalam beberapa

tahun terakhir pemutaran bayi yang baru lahir telah meningkat untuk menyertakan metode

deteksi lebih sensitif dan terus meningkat tingkat tes negara - mandat untuk IEMs . Banyak

negara saat ini membutuhkan pengujian untuk sebanyak 29 disorders.2 metabolik

Table 9—1 Abnotmal Metabollic Constituent or


Kondisi yang terdeteksi [pada Urinalysis Rutin

Warna Odor Crystals


Homogentisic acid Phenylketonuria Cystine
Melanin Maple syrup urine disease Leucine
Ndican Sovalericacidemia Tyrosine
Porphyrins Cystinuria Lesch-Nyhan disease
Cystinosis
Homocystinuria
224

Gangguan Utama pada


Table 9-2

metabolism Protein dan


Karbohidrat yang
berhubungan dengan
Abnormal Urinary
Constituent yang
diklasifikasikan sebagai
kerusakan fungsi
Overflow Inherited Metabolic Renal
Phenylketonuria Infantile tyrosinemia Hartnup disease
Tyrosinemia Melanuria Cystinuria
Alkaptonuria Indicanuria

Maple syrup urine disease 5-Hydroxyindoleacetic acid

Organic acidemias Porphyria

Cystinosis

Porphyria

Mucopolysaccharidoses

Galactosemia

Lesch-Nyhan disease
225

Seperti dibahas kemudian dalam bab ini , karena banyak gangguan ini menyebabkan

penumpukan unmetabolized beracun bahan makanan , penting bahwa cacat dideteksi sejak

awal kehidupan . Tingkat zat ini meningkat lebih cepat dalam darah dari urine . Oleh karena

itu , darah yang dikumpulkan oleh tumit tusukan bayi awalnya diuji . Pengujian untuk banyak

zat sekarang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri massa tandem ( MS / MS ) .

MS / MS mampu skrining sampel darah bayi untuk zat-zat tertentu yang terkait dengan

tertentu IEMs . Hal ini dibahas lebih mendalam di kelas kimia klinis . Metode untuk

pengujian gen tertentu juga cepat sedang dikembangkan .

Gangguan Asam Amino

Gangguan asam amino dengan tes skrining urin meliputi fenilketonuria (PKU),

tyrosyluria, alkaptonuria, mela-nuria, maple syrup urine penyakit, asidemia organik, indica-

nuria, cystinuria, dan cystinosis.

Gangguan fenilalanin-Tyrosine

Banyak dari yang paling sering diminta prosedur urine khusus berhubungan dengan

jalur metabolisme fenilalanin-tirosin kelainan bawaan utama meliputi PKU, tyrosyluria, dan

alkaptonuria. Cacat metabolik menyebabkan pro¬duction jumlah berlebihan melanin.

Hubungan gangguan ini bervariasi diilustrasikan pada Gambar 9-1.

Fenilketonuria

Yang paling terkenal dari aminoacidurias, PKU adalah esti¬mated terjadi dalam 1

dari setiap 10.000 sampai 20.000 kelahiran dan, jika tidak terdeteksi, hasil dalam

keterbelakangan mental yang berat. Ini pertama kali diidentifikasi di Norwegia oleh Ivan
226

folling tahun 1934, ketika seorang ibu dengan anak-anak cacat mental lainnya melaporkan

bau tikus khas urine anaknya. Analisis urin menunjukkan jumlah peningkatan asam keto,

termasuk phenylpyru-swasta. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 9-1, hal ini terjadi ketika

konversi normal fenilalanin untuk tirosin terganggu. Inter¬ruption dari jalur juga

menghasilkan anak-anak dengan complexions-bahkan rata berkulit gelap keluarga-berkat

penurunan produksi tirosin dan yang pigmentasi metabolit melanin.

PKU disebabkan oleh kegagalan untuk mewarisi gen untuk menghasilkan enzim

fenilalanin hidroksilase. Gen diwariskan sebagai sifat resesif autosomal tanpa characteris¬tics

terlihat atau cacat dipamerkan oleh operator heterozigot. Untungnya, tes skrining yang

tersedia untuk deteksi dini abnormalitas, dan semua negara memiliki undang-undang yang

memerlukan skrining bayi baru lahir untuk PKU. Hanya satu ditemukan, perubahan pola

makan yang menghilangkan fenilalanin, konstituen utama susu, dari diet bayi dapat

mencegah penumpukan berlebihan serum fenilalanin dan dengan demikian dapat

menghindari kerusakan kemampuan mental anak. Sebagai anak dewasa, jalur alternatif

metabolisme fenilalanin mengembangkan, dan pembatasan diet dapat mereda. Banyak

produk yang mengandung sejumlah besar fenilalanin, seperti aspartam, sekarang memiliki

peringatan bagi orang-orang dengan PKU.

Screening awal untuk PKU tidak berada di bawah naungan laboratorium urina;ysis,

karena peningkatan kadar fenilalanin, tentu saja, terjadi sebelum ekskresi urinary asam

phenylpyruvic, yang dapat berlangsung dari 2 sampai 6 minggu. Sampel darah harus

diperoleh sebelum yang baru melahirkan tersebut keluar dari rumah sakit. Meningkatnya

kecenderungan untuk melepaskan bayi dari rumah sakit sejak 24 jam setelah lahir telah

menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan untuk mendeteksi peningkatan kadar

fenilalanin pada tahap awal. Penelitian telah menunjukkan bahwa dalam banyak kasus
227

fenilalanin dapat dideteksi sedini 4 jam setelah lahir dan, jika tingkat cutoff untuk hasil yang

normal diturunkan dari 4 mg / dL untuk 2 mg / dL, kehadiran PKU harus terdeteksi. Tes

mungkin perlu diulang dur¬ing kunjungan awal untuk gadis-gadis pediatrician.3More dari

anak laki-laki melarikan diri deteksi PKU selama tes awal karena kenaikan lambat di

fenilalanin darah levels.

Tes urin dapat digunakan sebagai prosedur tindak lanjut dalam kasus diagnostik

dipertanyakan, sebagai tes skrining untuk memastikan kontrol diet yang tepat dalam kasus

didiagnosis sebelumnya, dan, baru-baru ini, sebagai sarana memantau asupan makanan ibu

hamil diketahui kekurangan fenilalanin hidroksilase.

Tes darah yang paling terkenal untuk PKU adalah uji penghambatan mikroba

dikembangkan oleh Guthrie.4 Dalam prosedur ini, darah dari heelstick diserap ke dalam

lingkaran kertas filter. Lingkaran harus benar-benar jenuh dengan satu lapisan darah. Disk

darah diresapi kemudian ditempatkan pada media cul¬ture melesat dengan bakteri Bacillus

subtilis. Jika peningkatan kadar fenilalanin yang hadir dalam darah, fenilalanin melawan aksi

beta-2-thienylalanine, penghambat B. subtilisthat hadir di media, dan pertumbuhan akan

diamati sekitar disk kertas. Perhatikan bahwa dalam Gambar 9-2 pertumbuhan bakteri di

sekitar disk dari pasien A sesuai dengan kontrol positif, menunjukkan peningkatan tingkat

fenilalanin. Modifikasi uji Guthrie juga dapat mendeteksi gangguan lain termasuk penyakit

urin sirup maple, homocystinuriatyrosinemia, histidinemia, valinemia, dan galactosemia.5 tes

MS / MS untuk banyak othersubstances, termasuk hormon tiroid, tripsin, dan bio-tinidase,

juga dapat dilakukan dari darah kering yang dikumpulkan oleh tumit tongkat.

PROCEDURE

Ferric Chloride Tube Test

1. Tempatkan 1 mL urine dalam sebuah tabung.


2. Perlahan-lahan tambahkan oima tetes 10% ferric chloride.
3. Amati warna.
228

Tes urine untuk asam phenylpyruvic didasarkan pada reaksi klorida dilakukan

dengan uji tabung. Seperti yang akan terlihat dalam diskusi di bab ini, tes klorida adalah

reaksi spesifik dan akan bereaksi dengan banyak asam amino lain dan obat yang biasa

dikonsumsi (lihat Tabel 9-4 kemudian dalam bab ini). Beberapa merek diapersalso pakai

menghasilkan reaksi positif palsu untuk PKU saat diuji dengan penambahan chloride.6The

besi dari besi klorida untuk urin yang mengandung asam phenylpyruvic menghasilkan warna

biru-hijau permanen.

Tyrosyluria

Akumulasi kelebihan tirosin dalam plasma (tyrosinemia) memproduksi limpahan

kemih mungkin karena beberapa penyebab dan tidak baik dikategorikan. Seperti dapat dilihat

pada Tabel 9-2, gangguan metabolism tirosin dapat mengakibatkan baik dari warisan atau

metabolik cacat. Juga, karena dua reaksi yang terlibat langsung dalam metabolisme tirosin,

urin mungkin berisi kelebihan tyro¬sine atau produk degradasi, asam p-

hydroxyphenylpyruvic dan asam p-hydroxyphenyllactic.

Yang paling sering dilihat adalah tyrosinemia sementara pada bayi pre¬mature, yang

disebabkan oleh keterbelakangan dari fungsi hati diperlukan untuk menghasilkan enzim yang

diperlukan untuk menyelesaikan metabolisme tirosin . Kondisi ini jarang menyebabkan

kerusakan permanen , tetapi mungkin bingung dengan PKU saat tes skrining urin dilakukan ,
229

karena tes klorida menghasilkan warna hijau . Reaksi ini dapat dibedakan dari reaksi PKU di

besi tabung reaksi klorida karena warna hijau memudar dengan cepat ketika tirosin hadir .

Penyakit hati yang parah diperoleh juga memproduksi tyrosyluria menyerupai

berbagai baru lahir sementara dan , tentu saja , adalah suatu kondisi yang lebih serius . Dalam

kedua kasus , jarang terlihat tirosin dan leusin kristal dapat diamati selama pemeriksaan

mikroskopis dari sedimen urin .

Gangguan herediter dimana enzim yang dibutuhkan dalam jalur metabolik tidak

diproduksi hadir kondisi serius dan biasanya fatal yang mengakibatkan kedua hati dan

penyakit tubulus ginjal memproduksi aminoasiduria umum. Berdasarkan enzim yang terkena,

gangguan herediter dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis semua tyrosylemia memproduksi

dan tyrosyluria. Tipe 1 disebabkan oleh defisiensi enzim hidrolase fumarylacetoacetate

(FAH). Tipe 1 pro¬duces gangguan tubular umum ginjal dan gagal hati yang progresif pada

bayi segera setelah lahir. Tipe 2 tyrosinemia disebabkan oleh kurangnya enzim

aminotransferase tirosin. Orang mengembangkan erosi kornea dan lesi pada telapak tangan,

jari, dan telapak kaki diyakini disebabkan oleh kristalisasi dari tirosin dalam sel. Tipe 3

tyrosinemia disebabkan oleh kurangnya enzim p-hydroxyphenylpyruvic asam dioksigenase.

Hal ini dapat mengakibatkan retardasi mental jika pembatasan diet fenilalanin dan tirosin

tidak dilaksanakan.

Tes skrining urin untuk tirosin dan metabo¬lites adalah tes nitroso-naftol. Seperti tes

klorida, tes nitroso-naftol adalah spesifik dan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9-4,

bereaksi dengan senyawa lain selain tirosin dan metabolitnya. Namun, kehadiran warna

oranye-merah menunjukkan reaksi positif dan menunjukkan bahwa test¬ing lebih lanjut

diperlukan. Tes skrining menggunakan MS / MS yang tersedia untuk jenis tyrosinemia 1 dan

2.
230

PROSEDUR

Nitroso-Napthol Test

1. Place five drops of urine in a tube.

2. Add 1 mL of 2.63N nitric acid.

3. Add one drop of 21.5% sodium nitrite.

4. Add 0.1 mL 1-nitroso-2-napthol.

5. Mix.

6. Wait 5 minutes.

7. Observe color.

Melanuria

Pembahasan sebelumnya telah difokuskan pada phenylalanine-tirosin jalur

metabolisme utama diilustrasikan pada Gambar 9-1; Namun, seperti yang juga ditunjukkan

pada Gambar 9-1 dan kasus dengan banyak asam amino, jalur metabolisme kedua juga ada

untuk tirosin. Jalur ini bertanggung jawab untuk produksi melanin, tiroksin, epinefrin,

protein, dan tirosin-sulfat. Zat ini, perhatian utama dari laboratorium urinaly-sis adalah

melanin, pigmen yang bertanggung jawab untuk warna gelap rambut, kulit, dan mata.

Produksi kekurangan hasil melanin di albinisme.

Peningkatan melanin kemih menghasilkan penggelapan urin. Gelap muncul setelah

urin terkena udara. Peningkatan melanin kemih merupakan temuan serius yang menunjukkan

overproliferation dari melanin yang memproduksi sel-sel normal (melanosit) menghasilkan


231

melanoma ganas. Tumor ini mengeluarkan prekursor berwarna melanin, 5,6-dihydroxyindole,

yang mengoksidasi untuk melanogen dan kemudian ke melanin, memproduksi urin gelap

karakteristik.

Melanin bereaksi dengan klorida, sodium nitroprusside (nitroferricyanide), dan

Ehrlich reagen. Dalam besi tabung reaksi klorida, sebuah bentuk endapan abu-abu atau hitam

dengan adanya melanin dan mudah dibedakan dari reaksi pro¬duced oleh produk asam amino

lainnya. Tes natrium nitroprus¬side menyediakan tes skrining tambahan untuk melanin.

Sebuah warna merah yang dihasilkan oleh reaksi melanin dan natrium nitroprusside.

Gangguan karena warna merah dari aseton dan kreatinin dapat dihindari dengan

menambahkan asam asetat glasial, yang menyebabkan melanin untuk kembali ke warna

hijau-hitam, sedangkan aseton ternyata ungu, dan kreatinin menjadi kuning.

PROCEDURE

Homogentisic Acid Test

1. Place 4 mL of 3% silver nitrate in a tube.


2. Add 0.5 mL of urine.
3. Mix.
4. Add 10% NH.OH by drops.
5. Observe for black color.

Alkaptonuria

Alkaptonuria adalah salah satu dari enam kesalahan bawaan asli metabolisme

dijelaskan oleh Garrod pada tahun 1902. Nama alkap¬tonuria berasal dari pengamatan urin

yang dari pasien dengan kondisi ini gelap setelah menjadi alkali dari berdiri pada suhu kamar.

Oleh karena itu, istilah "kekasih alkali," atau alkaptonuria, diadopsi. Cacat metabolik ini
232

sebenarnya adalah salah satu utama ketiga dalam jalur fenilalanin-tirosin dan terjadi dari

kegagalan untuk mewarisi gen untuk menghasilkan oksidase asam homogentisat enzim.

Tanpa enzim ini, jalur fenilalanin-tirosin tidak dapat pro¬ceed sampai selesai, dan asam

homogentisat terakumulasi dalam darah, jaringan, dan urin. Kondisi ini biasanya tidak

memanifestasikan dirinya secara klinis pada anak usia dini, tetapi pengamatan popok kain

cokelat bernoda atau hitam bernoda dan popok sekali pakai kemerahan bernoda telah

reported.7 Di kemudian hari, pigmen coklat menjadi disimpan dalam jaringan tubuh (par¬

khusus- terlihat di telinga). Deposito dalam tulang rawan even¬tually menyebabkan radang

sendi. Persentase yang tinggi dari orang-orang dengan alkaptonuria mengembangkan hati dan

jantung disorders.

Asam homogentisat bereaksi dalam beberapa tes skrining rutin digunakan untuk

gangguan metabolisme, termasuk tes klorida, di mana warna biru sementara dalam

diproduksi dalam tabung reaksi. Sebuah endapan kuning diproduksi di ClinicITest,

menunjukkan adanya zat mengurangi. Tes skrining lain untuk asam homogentisat kemih

adalah dengan menambahkan alkali untuk baru voided urine dan untuk mengamati untuk

penggelapan warna; Namun, sejumlah besar asam askorbat mengganggu reaksi ini.

Penambahan perak nitrat dan amonium hidroksida juga menghasilkan urin hitam. Sebuah

metode spektrofotometri untuk mendapatkan pengukuran kuantitatif dari kedua asam urin dan

homogentisat plasma tersedia, seperti prosedur chromatog-raphy. Hal ini penting untuk

membedakan antara kehadiran asam homogenistic dan melanin ketika urine terlihat bahwa

telah berubah hitam pada berdiri.

Ringkasan Urine Screening

Tests untuk gangguan pada jalur Phenylalanine-Tyrosine

Phenylketonuria Clinitest
233

Ferric chloride tube test Alkalization of fresh urine

Tyrosyluria Melanuria

Ferric chloride tube test Ferric chloride tube test

Nitroso-naphthol test Sodium nitroprusside test

Alkaptonuria Ehrlich test

Ferric chloride tube test

Bercabang-rantai Gangguan Asam Amino

Asam amino rantai cabang berbeda dari asam amino lainnya dengan memiliki gugus

metil yang cabang dari rantai karbon alifatik utama. Dua kelompok utama dari gangguan

yang berhubungan dengan kesalahan dalam metabolisme asam amino rantai cabang. Dalam

satu kelompok, akumulasi dari satu atau lebih dari amino acid produk degradasi awal terjadi

seperti yang terlihat pada penyakit urin sirup maple. Gangguan pada kelompok lain disebut

asidemia organik dan menghasilkan accumula¬tion asam organik yang dihasilkan lebih

bawah di jalur metabolisme asam amino.

Temuan laboratorium yang signifikan dalam gangguan asam amino rantai cabang

adalah adanya ketonuria pada bayi baru lahir.

Penyakit Urine Maple Syrup

Meskipun maple syrup urine penyakit (MSUD) jarang, diskusi singkat termasuk

dalam bab ini karena laboratorium urine dapat memberikan informasi berharga untuk deteksi

dini penting dari penyakit ini.

MSUD disebabkan oleh IEM, diwariskan sebagai sifat resesif autosom. Asam amino

yang terlibat adalah leusin, isoleusin, dan valin. Jalur metabolisme dimulai normal, dengan

transaminasi dari tiga asam amino di hati ke keto asam (a-ketoisovaleric, a-ketoisocaproic,
234

dan-keto- (3-methylvaleric). Kegagalan untuk mewarisi gen untuk enzim yang diperlukan

untuk menghasilkan dekarboksilasi oksidatif dari hasil asam keto ini di akumulasi dalam

darah dan urine.

Bayi yang baru lahir dengan MSUD mulai menunjukkan symp¬toms klinis yang

terkait dengan gagal tumbuh setelah sekitar l minggu. Kehadiran penyakit dapat diduga dari

gejala klinis tersebut; Namun, banyak condi¬tions lain memiliki gejala yang sama. Personil

di lab¬oratory urinalisis atau di pembibitan dapat mendeteksi penyakit melalui pengamatan

spesimen urin yang menghasilkan bau yang kuat menyerupai sirup maple yang disebabkan

oleh accumu¬lation cepat asam keto dalam urin. Meskipun laporan dari bau urin bukan

merupakan bagian dari urine rutin, memberitahukan dokter tentang temuan yang tidak biasa

ini bisa mencegah perkembangan retardasi mental yang berat dan bahkan kematian.

Penelitian telah menunjukkan bahwa jika penyakit urin sirup maple terdeteksi pada hari ke-

11, regulasi diet dan diawasi secara cermat konsentrasi asam keto kemih dapat mengontrol

disorder.8 yang MSUD termasuk dalam banyak profil skrining baru lahir menggunakan MS /

MS.

Tes skrining urin yang paling sering dilakukan untuk asam keto adalah 2,4-

dinitrofenilhidrazin (DNPH) reaksi. Tes DNPH juga dapat digunakan untuk rumah

monitor¬ing pasien yang didiagnosis. Menambahkan DNPH untuk urin yang mengandung

asam keto menghasilkan kekeruhan kuning atau endapan. Dosis besar ampisilin mengganggu

reaksi DNPH. Seperti banyak tes skrining urin lainnya, reaksi DNPH tidak spesifik untuk

penyakit kencing sirup maple, sebab asam seperti keto hadir pada gangguan lain, termasuk

PKU. Dalam addi¬tion, semua spesimen dengan hasil tes strip reagen positif keton

menghasilkan hasil yang positif DNPH. Namun, memperlakukan-ment dapat dimulai atas
235

dasar bau, gejala klinis, dan tes DNPH positif sementara prosedur konfirmasi sedang

dilakukan.

Organik asidemia

Gejala umum dari asidemia organik termasuk penyakit awal yang berat, seringkali

dengan muntah disertai dengan asidosis metabolik; hipoglikemia; ketonuria; dan peningkatan

serum ammonia.9 Tiga gangguan yang paling sering ditemui adalah isovaleric, propionat, dan

methylmalonicacidemia.

Isovalericacidemia dapat diduga saat speci¬mens urin, dan kadang-kadang bahkan

pasien, memiliki bau characteris¬tic dari "kaki berkeringat." Hal ini disebabkan oleh

akumulasi isovalerylglycine karena kekurangan isovaleryl koenzim A di jalur leusin Tidak

ada tes skrining urin untuk isovalerylglycine. Kehadiran isovaleric, propionat, dan

methylmalonicacidemias dapat dimasukkan dalam program screen¬ing baru lahir

menggunakan MS / MS.

Propionat dan methylmalonic acidemias hasil dari kesalahan dalam jalur

metabolisme mengkonversi isoleusin, valin, treonin, metionin dan untuk suksinil koenzim

asam propionat A. adalah prekursor langsung ke asam methylmalonic di jalur ini.

Sebuah tes urine yang tersedia untuk methylmalonicaciduria. Prosedur ini

menggunakan p-nitroaniline untuk menghasilkan warna hijau zamrud di hadapan acid.10

methylmalonic
236

PROCEDURE
2,4-Dinitrophenylhydrazine (DNPH) Test

1. Tempatkan 1 mL of urine dalam sebuah tube.

2. Tambah 10 tetes 0.2% 2,4-DNPH in 2N HCl.

3. Tunggu 10 menit.

4. Amati lapisan endapan kuning atau putih.

Gangguan triptofan

Perhatian utama dari laboratorium urinalisis dalam metabolisme triptofan adalah

ekskresi urin meningkat dari metabolit indican dan 5-hidroksi asam (5-HIAA). Gambar 9-3

menunjukkan diagram yang disederhanakan dari jalur meta¬bolic dimana zat ini diproduksi.

Jalur metabolik lainnya triptofan tidak termasuk karena mereka tidak berhubungan langsung

dengan laboratorium urinalisis

Indicanuria

Dalam kondisi normal, sebagian besar triptofan yang masuk usus yang baik diserap

untuk digunakan oleh tubuh dalam produksi protein atau dikonversi menjadi indole oleh

bakteri intestinal dan diekskresikan dalam feses. Namun, dalam gangguan tertentu usus
237

(termasuk obstruksi, kehadiran bakteri abnormal; sindrom malabsorpsi, dan penyakit

Hartnup, gangguan mewarisi langka) peningkatan jumlah tryp¬tophan dikonversi ke indol.

Kelebihan indole kemudian diserap dari usus ke dalam aliran darah dan sirkulasi ke hati, di

mana waktunya akan diubah ke indican dan kemudian diekskresikan dalam urin. Indican

diekskresikan dalam urin adalah kekurangan warna sampai teroksidasi dengan pewarna

indigo blue oleh paparan udara. Diagnosis awal penyakit Hartnup kadang-kadang dibuat

ketika ibu melaporkan pewarnaan biru popok bayi mereka, disebut sebagai "sindrom popok

biru." Bereaksi indican kemih dengan asam klorida untuk membentuk warna biru atau ungu

tua yang kemudian dapat diekstraksi ke kloroform.

Kecuali dalam kasus penyakit Hartnup, koreksi gangguan usus yang mendasari

mengembalikan tingkat indican urin normal. Cacat mewarisi penyakit Hartnup tidak hanya

mempengaruhi reabsorpsi usus triptofan tetapi juga reabsorpsi tubulus ginjal asam amino

lainnya, menghasilkan umum aminoasiduria (sindrom Fanconi). Transportasi ginjal rusak

asam amino tidak muncul untuk mempengaruhi fungsi tubulus ginjal lainnya. Oleh karena

itu, dengan suplemen diet yang tepat, termasuk niacin, orang dengan penyakit Hartnup

memiliki prognosis baik.

PROCEDURE
p-Nitroaniline Test

1. Tempatkan satu tetes urine dalam sebuah tube.

2. Tambah 15 tetes 0.1% p-nitroaniline dalam 0.16 M HCl.

3. Tambah lima tetes 0.5% sodium nitrite.

4. Campurkan.

5. Tambahkan 1 mL dari 1 M sodium acetate buffer pada pH 4.3.


238

6. Rebus selama 1 menit.

7. Tambahkan lima tetes 8N NaOH.

8. Amati Observe untuk warna jamrud hijau.

5-hidroksi asam

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 9-3, jalur metabolik kedua tryp-Tophan adalah

untuk produksi serotonin yang digunakan dalam stimula¬tion dari otot polos. Serotonin

dihasilkan dari triptofan oleh sel argentaffin dalam usus dan car¬ried melalui tubuh terutama

oleh trombosit. Biasanya, tubuh menggunakan sebagian serotonin, dan hanya sejumlah kecil

produk degradasi asam 5-hidroksi-nya (HIAA) yang tersedia untuk ekskresi dalam urin.

Namun, ketika tumor carci-noid melibatkan argentaffin (enterochromaffin) sel berkembang,

jumlah kelebihan serotonin diproduksi, sehingga ketinggian kemih tingkat 5-HIAA.

Penambahan asam nitrit dan 1-nitroso-2-naftol untuk urin yang mengandung 5-

HIAA menyebabkan munculnya ungu warna hitam, tergantung pada jumlah 5-HIAA hadir.

Ekskresi harian normal 5-HIAA adalah 2 sampai 8 mg, dan excre¬tion lebih besar dari 25 mg

/ 24 jam dapat menjadi indikasi tumor sel argentaffin. Tes ini dapat dilakukan pada ran¬dom

atau spesimen pagi pertama; Namun, hasil negatif palsu dapat terjadi berdasarkan konsentrasi

spesimen dan juga karena 5-HIAA tidak dapat diproduksi pada tingkat yang konstan

sepanjang hari. Jika sampel 24 jam digunakan, harus dilestarikan dengan asam klorida atau

borat. Pasien harus diberikan petunjuk diet eksplisit sebelum koleksi setiap sampel yang akan

diuji untuk 5-HIAA, karena serotonin merupakan unsur utama dari makanan seperti pisang,

nanas, dan toma¬toes. Obat-obatan, termasuk fenotiazin dan acetanilids, juga menyebabkan

gangguan. Pasien harus diminta untuk with¬hold obat selama 72 jam sebelum spesimen

koleksi.
239

Gangguan sistin

Ada dua gangguan yang berbeda dari sistin metabo¬lism yang menunjukkan

manifestasi ginjal. Kebingungan untuk hubungan mereka ada selama bertahun-tahun

follow¬ing penemuan oleh Wollaston pada tahun 1810 dari cal¬culiconsisting ginjal sistin.

Sekarang diketahui bahwa, meskipun kedua gangguan diwariskan, satu adalah cacat dalam

tubulartransport ginjal asam amino (cystinuria) dan yang lainnya adalah sebuah IEM

(cystinosis). Bau terlihat belerang dapat hadir dalam urin pada gangguan metabolisme

cystine.

Cystinuria

Seperti namanya, kondisi ini ditandai dengan jumlah tinggi dari sistin asam amino

yang dalam urin. Kehadiran meningkat sistin kemih bukan karena cacat dalam metabolisme

cystine, melainkan ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyerap kembali sistin disaring

oleh glomerulus. Demonstrasi yang tidak hanya sistin tetapi juga lisin, arginin, dan ornithine

tidak diserap telah mengesampingkan kemungkinan kesalahan dalam metabolisme meskipun

kondisi ini inher-ited.12 gangguan ini memiliki dua mode warisan: di mana reabsorpsi

keempat asam-sistin, lisin, arginin, dan amino ornithine-dipengaruhi, dan yang lainnya di

mana hanya sistin dan lisin tidak diserap. Studi genetik telah dikelompokkan cystinuria

menjadi tiga jenis berdasarkan pada dua gen yang diwariskan dan inher¬itance heterozyous

dan homozigot mereka. Secara umum, orang dengan bentuk warisan dapat membentuk batu

ginjal tapi bate kurang umum pada orang di antaranya hanya lisin dan sistin yang affected.13

Sekitar 65% dari orang-orang di antaranya empat asam amino yang terkena dampak dapat

diharapkan untuk menghasilkan bate awal kehidupan.


240

Karena sistin jauh lebih larut dari tiga asam amino lainnya, penentuan skrining

laboratorium didasarkan pada pengamatan kristal sistin dalam sedimen spesimen pagi

con¬centrated atau pertama. Sistin juga satu-satunya asam amino yang ditemukan selama

analisis bate dari pasien ini. Sebuah tes skrining kimia untuk sistin urin dapat dilakukan

dengan menggunakan sianida-nitroprusside. Pengurangan sistin oleh natrium sianida diikuti

dengan penambahan nitroprusside menghasilkan warna merah-ungu dalam spesimen yang

berisi kelebihan cystine. Reaksi positif palsu terjadi dengan adanya keton dan homocystine,

dan tes tambahan mungkin harus dilakukan.

Cystinosis

Dianggap sebagai IEM asli, cystinosis dapat terjadi dalam tiga variasi, mulai dari

gangguan yang fatal parah dikembangkan pada masa bayi ke bentuk jinak muncul di usia

dewasa. Kelainan ini memiliki dua kategori umum, disebut nephopathic dan

nonnephropathic. Nepropathiccategory yang dibagi menjadi kekanak-kanakan dan akhir-

onset cystinosis. Sebuah cacat dalam membran lisosom mencegah pelepasan sistin ke dalam

sitoplasma sel untuk metabolisme. Metabolisme yang tidak lengkap dari hasil sistin di

deposito kristal sistin di banyak daerah tubuh, termasuk kornea, sumsum tulang, kelenjar

getah bening, dan organ internal. Sebuah cacat utama dalam ginjal mekanisme reabsorpsi

tubular (sindrom Fanconi) juga terjadi. Tubulus ginjal, particu¬larly proksimal berbelit-belit

tubulus, dipengaruhi oleh deposito sistin yang mengganggu reabsorpsi. Ini bukan kelainan

bawaan dari ginjal reabsorpsi tubular seperti yang terlihat di cystinuria. Deposisi terus sistin,

jika tidak diobati, hasil pada gagal ginjal awal kehidupan. Dalam nephropathiccystinosis

infantil, ada perkembangan yang cepat untuk gagal ginjal. Dalam nephropathiccystinosis

akhir-onset ada perkembangan bertahap total gagal ginjal. Transplantasi ginjal dan

penggunaan obat sistin-depleting untuk mencegah penumpukan sistin di jaringan lain yang
241

memperpanjang hidup. Nonnephropathiccystinosis relatif jinak tetapi dapat menyebabkan

beberapa gangguan mata.

Temuan laboratorium rutin di nephropathiccystinosis infantil termasuk poliuria,

umum aminoasiduria, hasil tes posi¬tive untuk bahan pereduksi, dan kurangnya konsentrasi

urin.

Homocystinuria

Cacat dalam metabolisme asam amino yang methioine menghasilkan peningkatan

homocystine seluruh tubuh. Meningkat homocystine dapat mengakibatkan gagal tumbuh,

katarak, keterbelakangan mental, masalah tromboemboli, dan kematian. Deteksi dini

gangguan ini dan perubahan dalam diet yang mengecualikan makanan tinggi metionin dapat

meringankan masalah metabolisme. Oleh karena itu, skrining untuk homocystine termasuk

dalam kebanyakan program skrining baru lahir. Tes skrining bayi baru lahir awalnya

dilakukan dengan menggunakan modifikasi dari Guthrie penghambatan mikroba uji telah

diganti dengan pengujian MS / MS.

Seperti disebutkan, peningkatan homocystine kemih memberikan hasil positif

dengan uji sianida-nitroprusside. Oleh karena itu, tes skrining tambahan untuk

homocystinuria harus per¬formed dengan mengikuti hasil tes sianida-nitroprusside positif

dengan tes perak nitroprusside, di mana hanya homo-cystine akan bereaksi. Penggunaan

perak nitrat di tempat natrium sianida mengurangi homocystine ke bentuk nitroprusside-

reaktif tetapi tidak mengurangi cystine. Akibatnya, reaksi positif dalam tes perak-

nitroprusside menegaskan kehadiran homocystinuria.10 urin segar harus digunakan saat

pengujian untuk homocystine.


242

PROCEDURE
Silver Nitroprusside Test

1. Tempatkan1 mL urine dalam sebuah tube.

2. Tambah dua tetes konsentrasi NHOH.

3. Tambah 0.5 mL 5% silver nitrate.

4. Tunggu selama 10 menit.

5. Tambah lima tetes sodium nitroprusside.

6. Amati untuk warna merah ungu.

Gangguan Porfirin

Porfirin adalah senyawa antara dalam produc¬tion heme. Jalur dasar untuk sintesis

heme disajikan pada Gambar 9-4 menunjukkan tiga porfirin primer (uropor-phyrin,

coproporphyrin, dan protoporfirin) dan prekursor por-phyrin (a-aminolevulinic acid [ALA]

dan porfobilinogen). Seperti dapat dilihat, sintesis heme dapat diblokir di sejumlah tahapan.

Penyumbatan dari hasil jalur reac¬tion dalam akumulasi produk dibentuk sesaat sebelum

interupsi. Deteksi dan identifikasi produk ini dalam urin, empedu, tinja, atau darah dapat

kemudian membantu dalam menentukan penyebab gangguan tertentu.

Kelarutan senyawa porfirin bervariasi dengan struktur mereka. ALA,

porfobilinogen, dan uroporphyrin yang paling larut dan mudah muncul dalam urin. Copropor-

phyrin kurang larut tetapi ditemukan dalam urin, sedangkan pro-toporphyrin tidak terlihat
243

dalam urin. Analisis tinja biasanya sudah dilakukan untuk mendeteksi coproporphyrin dan

pro-toporphyrin. Namun, untuk menghindari gangguan positif palsu, empedu adalah

specimen.14 lebih dapat diterima Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)

merekomendasikan analisis seluruh darah untuk keberadaan eritrosit protoporfirin bebas

(FEP) sebagai tes skrining untuk keracunan timbal.

Gangguan metabolisme porfirin secara kolektif disebut porfiria. Mereka dapat

diwariskan atau diperoleh dari eritrositik dan kerusakan hati atau paparan agen beracun.

Penyebab umum dari porfiria diperoleh termasuk keracunan timbal, paparan alkohol yang

berlebihan, kekurangan zat besi, penyakit hati kronis, dan penyakit ginjal. Porfiria diwariskan

lebih jarang daripada porfiria diperoleh. Mereka disebabkan oleh kegagalan untuk mewarisi

gen yang menghasilkan enzim yang dibutuhkan dalam jalur metabolisme. Pada Gambar 9-4,

situs kekurangan enzim untuk beberapa porfiria lebih umum yang akan ditampilkan. Porfiria

yang mewarisi sering diklasifikasikan oleh gejala klinis, baik neurologis / psikiatrik atau kulit

photosensitivity atau kombinasi keduanya (Tabel 9-3).

Indikasi kemungkinan adanya porphyrinuriais pengamatan warna merah anggur atau

port untuk urin setelah terpapar udara. Port wine warna urine yang lebih menonjol di

erythropoeticporphyrias, dan pewarnaan gigi juga dapat terjadi. Seperti yang terlihat dengan

kelainan bawaan lain, hadirnya porfiria kongenital kadang-kadang diduga dari perubahan

warna merah popok bayi.

Tes skrining kedua untuk porphyrinuria menggunakan reaksi Ehrlich dan fluoresensi

di bawah sinar ultraviolet di kisaran 550 sampai 600 nm. The Ehrlich reaksi hanya dapat

digunakan untuk mendeteksi ALA dan porfobilinogen. Acetylacetone harus ditambahkan ke

spesimen untuk mengkonversi ALA untuk porpho-bilinogen sebelum melakukan tes Ehrlich.

Teknik fluorescent harus digunakan untuk porfirin lainnya. The Ehrlich reaksi, termasuk tes
244

Watson-Schwartz untuk diferensiasi antara kehadiran urobilinogen dan porphobilino¬gen dan

uji Hoesch, dibahas secara rinci dalam Bab 5. Pengujian untuk kehadiran porfobilinogen yang

paling berguna ketika gejala pasien pameran akut serangan. Peningkatan porfobilinogen

adalah associatedwith akut intermiten por-phyria. Hasil tes negatif diperoleh dengan adanya

keracunan timbal kecuali ALA pertama dikonversi ke porfobilinogen.

Skrining neon untuk porfirin lainnya menggunakan ekstraksi mereka ke dalam

campuran asam asetat glasial dan etil asetat. Lapisan pelarut kemudian diperiksa. Reaksi

negatif memiliki fluoresensi biru samar. Reaksi positif berpendar seperti violet, merah muda,

atau merah, tergantung pada konsentrasi porfirin. Jika kehadiran zat mengganggu diduga,

lapisan organik dapat dipindahkan ke tabung terpisah, dan 0,5 mL asam klorida ditambahkan

ke tabung. Hanya porfirin yang diambil ke dalam lapisan asam, yang kemudian menghasilkan

fluoresensi oranye-merah cerah. Metode fluoresensi tidak membedakan antara uroporphyrin,

coproporphyrin, dan proto-porfirin, tetapi mengesampingkan porfobilinogen dan ALA.

Identifikasi porfirin tertentu membutuhkan teknik tambahan dan analisis sampel tinja dan

eritrosit. Peningkatan protoporfirin yang terbaik diukur dalam darah utuh.

Catatan sejarah

Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa konsep vampir dimulai ? Pikirkan

tentang pembahasan sebelumnya pada symp¬toms dan warisan porphrias .

Fotosensitifitas Menghindari sinar matahari

Mewarnai Pale Anemia disebabkan oleh gangguan heme

Port wine berwarna urine / Minum darah

gigi bernoda merah

Gejala kejiwaan perilaku abnormal


245

Gangguan yang diwarisi Hubungan keluarga, gen kecil

Kolam

Dracula dikaitkan dengan Transylvania, Rumania sekarang. Porfiria adalah penyakit

yang umum dari royalti awal di Eropa sebagai akibat dari perkawinan antara bangsawan dari

coun¬tries yang berbeda. Raja George III dikabarkan meninggal buta, tuli , dan gila dari

porfiria .

Gangguan mukopolisakarida

Mucopolysaccharides, atau glikosaminoglikan, adalah kelompok senyawa besar

yang terletak terutama di jaringan ikat. Mereka terdiri dari inti protein dengan berbagai

cabang polisakarida. Kelainan bawaan dalam metabolisme com¬pounds ini mencegah rincian

lengkap dari bagian polysaccha-naik dari senyawa, sehingga akumulasi bagian polisakarida

tidak lengkap dimetabolisme dalam lisosom dari sel-sel jaringan ikat dan mereka meningkat

Gangguan mukopolisakarida

Mucopolysaccharides, atau glikosaminoglikan, adalah kelompok senyawa besar

yang terletak terutama di jaringan ikat. Mereka terdiri dari inti protein dengan berbagai

cabang polisakarida. Kelainan bawaan dalam metabolisme com¬pounds ini mencegah rincian

lengkap dari bagian polysaccha-naik dari senyawa, sehingga akumulasi bagian polisakarida

tidak lengkap dimetabolisme dalam lisosom dari sel-sel jaringan ikat dan ekskresi mereka

meningkat dalam urin. Produk yang paling sering ditemukan dalam urin yang dermatan

sulfat, keratan sulfat, dan heparan sulfat, dengan munculnya zat tertentu yang ditentukan oleh

kesalahan metabolisme tertentu yang inher¬ited.15 Oleh karena itu, defisiensi identifikasi

enzim spesifik diperlukan untuk membangun diagnosis tertentu.


246

PROSEDUR

Cetytrimethylammonium Bromide

(CTAB) Test

1. Tempatkan 5 mL urine dalam sebuah tube.

2. Tambahkan 1 mL 5% CTAB dalam citrate buffer.

3. Baca kekeruhan dalam 5 menit.

PROSEDUR

Mucopolysaccharide (MPS) Paper Test

(CTAB) Test

1. Dip filter paper kedalam 0.59% azure A dye in 2% acetic acid.

2. kering.

3. Tambahkan satu tetes urine pada kertas.

4. Bilas dengan 1 mL asam asetik + 200 mL methanol dicairkan kedalam liter.

Ada banyak jenis mucopolysaccharidoses, tetapi yang paling dikenal adalah sindrom

Hurler, sindrom Hunter, dan sindrom Sanfilippo. Dalam kedua Hurler dan Hunter sindrom,

struktur rangka adalah normal dan ada keterbelakangan mental yang berat; dalam sindrom

Hurler, mucopolysaccharides menumpuk di kornea mata. Sindrom Hunter diwariskan sebagai

resesif terkait-seks dan jarang terlihat pada wanita. Tanpa pengobatan, baik sindrom biasanya

berakibat fatal pada masa kanak-kanak, sedangkan pada sindrom Sanfilippo, satu-satunya

abnormalitas adalah keterbelakangan mental. Tulang transplantasi sumsum dan terapi

penggantian gen adalah perawatan yang paling menjanjikan untuk gangguan ini.

Tes skrining urin untuk mucopolysaccharides diminta baik sebagai bagian dari

baterai rutin tes dilakukan pada semua bayi baru lahir atau pada bayi yang menunjukkan
247

gejala keterbelakangan men¬tal atau gagal tumbuh. Tes skrining yang paling sering

digunakan adalah asam-albumin dan cetyltrimethylammo-nium bromida (CTAB) tes

kekeruhan dan tes pewarnaan tempat metachromatic. Dalam kedua asam-albumin dan tes

CTAB, tebal, bentuk kekeruhan putih saat reagen ini ditambahkan ke urin yang mengandung

mucopolysaccharides. Kekeruhan biasanya dinilai pada skala 0 sampai 4 setelah 30 menit

dengan asam-albumin dan setelah 5 menit dengan CTAB.

Prosedur pewarnaan metachromatic menggunakan pewarna dasar untuk bereaksi

dengan mucopolysaccharides asam. Makalah dapat dibuat dengan mencelupkan Whatman No

1 kertas saring menjadi 0,59% biru A dye di 2% asam asetat dan membiarkannya udara dry17

Urine yang mengandung mucopolysaccharides menghasilkan tempat biru yang can¬not

dicuci pergi oleh encer diasamkan solusi metanol.

Gangguan purin

Gangguan metabolisme purin dikenal sebagai penyakit Lesch-Nyhan yang

diwariskan sebagai seks-linked resesif hasil ekskresi besar kristal asam urat urin. Kegagalan

untuk mewarisi gen untuk menghasilkan enzim hipoksantin guanin fosforibosiltransferase

bertanggung jawab atas akumulasi asam urat di seluruh tubuh. Pasien menderita cacat

motorik parah, keterbelakangan mental, kecenderungan-kehancuran diri, asam urat, dan batu

ginjal. Pembangunan biasanya normal untuk 6 sampai 8 bulan pertama, dengan gejala

pertama sering menjadi pengamatan kristal asam urat yang menyerupai pasir oranye di

Lab¬oratories diapers.7 harus waspada terhadap adanya peningkatan kristal asam urat di

spesimen urin anak.


248

Gangguan Karbohidrat

Kehadiran peningkatan gula kemih (melituria) adalah yang paling sering disebabkan

kelainan bawaan. Bahkan, pentosuriawas salah Garrod yang asli enam IEMs.18 Untungnya,

sebagian besar melituriascause tidak ada gangguan untuk metabo¬lism.19 tubuh Namun,

seperti dibahas dalam Bab 5, urin anak harus secara rutin diskrining untuk kehadiran bahan

pereduksi menggunakan Clinitest. Temuan dari hasil tes pengurangan tembaga positif

dikombinasikan dengan strip reagen hasil tes oksidase glukosa negatif adalah sangat sugestif

dari gangguan metabolisme karbohidrat. Perhatian utama adalah pres¬ence dari galactosuria,

menunjukkan ketidakmampuan untuk benar memetabolisme galaktosa menjadi glukosa.

Galaktosemia dihasilkan dengan beracun antara hasil produk metabolisme kegagalan bayi

untuk berkembang, dikombinasikan dengan gangguan hati, katarak, dan keterbelakangan

mental yang berat. Deteksi dini galactosuria fol¬lowed oleh penghapusan laktosa (disakarida

mengandung galac¬tose dan glukosa) dari diet dapat mencegah gejala-gejala ini.

PROSEDUR

Tes Skining Fructosa

1. Tempatkan 5 Ml urine dalam sebuah tube

2. Tambah 5 ml 25% HCL

3. Rebus selama 5 menit

4. Tambah 5 mg resorcinol

5. Rebus 10 detik

6. Amati untuk endapan merah


249

Galactosuria dapat disebabkan oleh kekurangan dalam salah satu dari tiga enzim,

uridyltransferase galaktosa-1-fosfat (Galt), galactokinase dan UDP-galaktosa-4-epimerase.

Enzim ini, itu adalah kekurangan Galt yang menyebabkan, gejala yang fatal mungkin parah

terkait dengan galaktosemia. Program skrining New¬born saat menguji keberadaan defisiensi

Galt enzim ini diukur dalam sel darah merah sebagai bagian dari baru lahir protokol tumit

tusukan. Akibatnya, orang-orang dengan kekurangan dalam dua enzim lain mungkin masih

menghasilkan glactosuria tetapi memiliki tes skrining bayi yang baru lahir negatif.

Kekurangan kinase galaktosa dapat menghasilkan katarak di masa dewasa. Defisiensi UDP-

galaktosa-4-epimerase mungkin asimtomatik atau menghasilkan gejala ringan.

Penyebab lain melituria termasuk laktosa, fruktosa, dan pentosa. Lactosuriamay

dilihat selama kehamilan dan lacta¬tion. Fructosuriais terkait dengan makan parenteral dan

pentosuria dengan konsumsi dalam jumlah besar buah. Tes tambahan termasuk kromatografi

dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat nonglucose mengurangi lainnya.

Tes skrining urin untuk gangguan metabolik yang dibahas dalam bab ini dirangkum

dalam Tabel 9-4.

Tabel 9-4 Perbandingan Test Skrining Urin

Tes Gangguan Observasi

Warna Alkaptonuria Hitam

Melanuria Hitam

Indicanuria Biru Tua

Porphyrinuria Merah anggur tua

Odor Phenylketonuria Mousy

Maple syrup urine disease Maple Syrup

Isovalericacidemia Sweaty feet


250

Test Disorder Observation

Cystinuria Sulphur

Cystinosis Sulphur

Homocystinuria Sulphur

Crystals Tyrosyluria Sheaths of fine needles

Cystinuria Colorless hexagonal plates

Lesch-Nyhan disease Yellow-brown crystals

Ferric chloride tube test Phenylketonuria Blue-green

Tyrosyluria Transient green

Alkaptonuria Transient blue

Melanuria Gray-black

Maple syrup urine disease Green-gray

Indicanuria Violet-blue with chloroform

5-HIAA Blue-green

Nitroso-naphthol Tyrosyluria Red

Maple syrup urine disease Red

5-HIAA Violet with nitric acid

2,4-Dinitrophenylhydrazine Phenylketonuria Yellow

Tyrosyluria Yellow

Maple syrup urine disease Yellow

Isovalericacidemia Yellow

Propionic acidemia Yellow


251

Methylmalonicacidemia Yellow

Acetest Maple syrup urine disease Purple

Isovalericacidemia Purple

Propionic acidemia Purple

Methylmalonicacidemia Purple

Melanuria Red

p-Nitroaniline Methylmalonicacidemia Emerald green

Cyanide-nitroprusside Cystinuria Red-purple

Cystinosis Red-purple

Homocystinuria Red-purple

Silver nitroprusside Homocystinuria Red-purple

Alkaptonuria Black

Ehrlich reaction Porphyrinuria Red

Melanuria Red

Cetytrimethylammonium Mucopolysaccharidoses White turbidity

bromide

Mucopolysaccharide paper Mucopolysaccharidoses Blue spot

Clinitest Melituria Orange-red

Cystinosis Orange-red

Alkaptonuria Orange-red

Test Disorder Observation

Cystinuria Sulphur

Cystinosis Sulphur

Homocystinuria Sulphur

Crystals Tyrosyluria Sheaths of fine needles


252

Cystinuria Colorless hexagonal plates

Lesch-Nyhan disease Yellow-brown crystals

Ferric chloride tube test Phenylketonuria Blue-green

Tyrosyluria Transient green

Alkaptonuria Transient blue

Melanuria Gray-black

Maple syrup urine disease Green-gray

Indicanuria Violet-blue with chloroform

5-HIAA Blue-green

Nitroso-naphthol Tyrosyluria Red

Maple syrup urine disease Red

5-HIAA Violet with nitric acid

2,4-Dinitrophenylhydrazine Phenylketonuria Yellow

Tyrosyluria Yellow

Maple syrup urine disease Yellow

Isovalericacidemia Yellow

Propionic acidemia Yellow

Methylmalonicacidemia Yellow

Acetest Maple syrup urine disease Purple

Isovalericacidemia Purple

Propionic acidemia Purple

Methylmalonicacidemia Purple

Melanuria Red

p-Nitroaniline Methylmalonicacidemia Emerald green

Cyanide-nitroprusside Cystinuria Red-purple


253

Cystinosis Red-purple

Homocystinuria Red-purple

Silver nitroprusside Homocystinuria Red-purple

Alkaptonuria Black

Ehrlich reaction Porphyrinuria Red

Melanuria Red

Cetytrimethylammonium Mucopolysaccharidoses White turbidity

bromide

Mucopolysaccharide paper Mucopolysaccharidoses Blue spot

Clinitest Melituria Orange-red

Cystinosis Orange-red

Alkaptonuria Orange-red

STUDY QUESTIONS

1. Semua pernyataan memerlukan pemeriksaan baru lahir untuk PKU untuk awal:

A. Modifikasi diet

B. Administrasi antibiotik

C. Deteksi diabetes

D. Inisiasi terapi gen

2. Semua gangguan berikut dapat dideteksi dengan pemeriksaan baru lahir kecuali:

A. Tyrosyluria

B. MSUD

C. Melanuria

D. Galactosemia

3. Spesimen terbaik untuk awal skrining bayi yang baru lahir adalah:
254

A. Jangka waktu spesimen urin

B. spesimen darah

C. Pertama spesimen urin morining

D. tinja spesimen

4. abnormal urin tes skrining dikategorikan sebagai gangguan limpahan mencakup semua hal

berikut, kecuali:

A. alkaptonuria

B. Galactosemia

C. Melanuria

D. cystinuria

5. Manakah dari gangguan berikut tidak terkait dengan jalur fenilalanin-tirosin?

A. MSUD

B. alkaptonuria

C. Albinisme

D. Tyrosinemia

6. Urine tes skrining untuk PKU memanfaatkan:

A. Penghambatan Mikroba

B. Nitroso-napthol

C. dinitrofenilhidrazin

D. Ferri klorida

7. Bentuk serius paling tyrosylemia adalah:

A. Fungsi hati belum menghasilkan

B. Tipe 1

C. Tipe 2
255

D. Tipe 3

8. Gangguan melimpah dari jalur fenilalanin-tirosin yang dapat menghasilkan reaksi positif

palsu dengan tes strip reagen untuk keton adalah:

A. alkaptonuria

B. Melanuria

C. MSUD

D. Tyrosyluria

9. Gangguan melimpah yang dapat menghasilkan reaksi positif palsu dengan Clinitest adalah:

A. cystinuria

B. alkaptonuria

C. Indicanuria

D. Porphyrinuria

10. Sebuah urin yang berubah hitam setelah duduk dengan wastafel selama beberapa jam bisa

menjadi indikasi:

A. alkaptonuria

B. MSUD

C. Melanuria

D. Kedua A dan C

11. Ketonuria pada bayi baru lahir merupakan indikasi:

A. MSUD

B. Isovalericacidemia

C. Methylmalonicacidemia

D. Semua di atas

12. Urine dari bayi yang baru lahir dengan MSUD akan memiliki signifikan:
256

A. Warna Pale

B. endapan Kuning

Penampilan C. Bima

D. manis bau

13. Sebuah zat yang bereaksi dengan p-nitroaniline adalah:

A. Asam isovaleric

B. Asam propionat .

C. Asam methylmalonic

D. indican

14. Manakah dari berikut ini memiliki bau yang signifikan?

A. Isovalericacidemia

B. propionat asidemia

C. Methylmalonicacidemia

D. Indicanuria

15. Penyakit Hartnup adalah gangguan yang berhubungan dengan metabolisme:

A. Asam Organik

B. Tryptophan

C. Cystine

D. Fenilalanin

16. 5-HIAA adalah produk degradasi:

A. Heme

B. Indole

C. Serotonin

D. Melanin
257

17. tingkat urin Peningkatan 5-HIAA berhubungan dengan:

A. Tumor karsinoid.

B. Penyakit Hartnup

C. cystinuria

D. Gangguan trombosit

18. tingkat positif palsu dari 5-HIAA dapat disebabkan oleh diet tinggi:

A. Daging

B. Karbohidrat

C. Pati

D. Pisang

19. Tempat huruf yang tepat di depan pernyataan berikut.

A. cystinuria

B. cystinosis

……. IEM

……. Kelainan bawaan dari tubulus ginjal

……. Sindrom Fanconi

……. Deposito sistin di kornea

……. Pembentukan batu ginjal awal

20. Urine dari pasien dengan gangguan sistin akan bereaksi dengan:

A. dinitrofenilhidrazin

B. Sodium sianida

C. Ehrlich reagen

D. 1-Nitroso-napthol

21. sindrom popok Biru dikaitkan dengan:


258

A. Sindrom Lesch-Nyhan.

B. Fenilketonuria

C. cystinuria

D. Penyakit Hartnup

22. Homocystinuria disebabkan oleh kegagalan untuk memetabolisme:

A. Lysine

B. Metionin

C. Arginine

D. Cystine

23. Deteksi dini adalah yang paling berharga untuk koreksi:

A. Homocystinuria

B. cystinuria

C. Indicanuria

D. Porphyrinuria

24. Reaksi Ehrlich hanya akan mendeteksi keberadaan:

A. Asam aminolevulinic

B. Porfobilinogen

C. Coproporphyrin

D. protoporfirin

25. Acetylacetone ditambahkan ke urin sebelum perform¬ing tes Ehrlich saat memeriksa:

A. Asam aminolevulinic

B. Porfobilinogen

C. Uroporphyrin

D. Coproporphyrin
259

26. Warna urine klasik terkait dengan porfiria adalah:

A. gelap kuning

B. Indigo biru

C. pink

D. Pelabuhan anggur

27. Manakah dari spesimen berikut dapat digunakan untuk porfirin pengujian?

A. Urine

B. Darah

C. Tinja

D. Semua di atas

28. dua tahap pembentukan heme terkena keracunan timbal adalah:

A. Porfobilinogen dan uroporphyrin

B. aminolevulinic asam dan porfobilinogen

C. Coproporphyrin dan protoporfirin

D. aminolevulinic asam dan protoporfirin

29. Hurler, Hunter, dan Sanfilippo sindrom adalah gangguan heredi¬tary mempengaruhi

metabolisme:

A. Porfirin

B. Purin

C. Mucopolysaccharides

D. Tryptophan

30. Banyak kristal asam urat dalam spesimen urin anak dapat menunjukkan:

A. Sindrom Hurler A.

B. Penyakit Lesch-Nyhan
260

C. Melituria

D. Sindrom Sanfilippo

31. Defisiensi enzim Galt akan menghasilkan:

A. Positif Clinitest

B. Glikosuria

C. Galactosemia

D. Kedua A dan C

32. Pertandingan gangguan metabolisme urine dengan abonormalities urin klasik mereka.

……………PKU bau A. Sulfur

……………Indicanuria B. berkeringat kaki bau

……………Pasir cystinuria C. Jeruk di popok

……………Asam homogentisat D. bau Mousy

……………Penyakit Lesch-Nyhan E. warna Hitam

F. warna Biru
261

Bab 10

Cerebrospinal Fluid 10

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan mampu :

1. Menyatakan tiga fungsi utama dari cairan serebrospinal (CSF).


2. Mendistribusikan tabung CSF spesimen nomor 1, 2, dan 3 untuk bagian laboratorium
yang tepat dan benar menjaganya.
3. Jelaskan penampilan CSF normal.
4. Tentukan xanthochromia dan menyatakan maknanya.
5. Membedakan antara spesimen CSF disebabkan oleh perdarahan intrakranial dan keran
traumatis.
6. Hitung CSF total, sel darah putih (WBC), dan sel darah merah (RBC) jumlah jika
diberikan jumlah sel terlihat, jumlah spesimen dilu¬tion, dan kotak dihitung dalam
ruang Neubauer.
7. singkat menjelaskan metode yang digunakan untuk mengoreksi leukosit dan protein
yang artifisial diperkenalkan selama keran traumatis.
8. Jelaskan isi leukosit CSF dalam bac¬terial, virus, TBC, dan jamur meningitis.
9. Jelaskan dan berikan makna makrofag dalam CSF.
10. Membedakan antara munculnya sel choroidal normal dan sel-sel ganas.
11. Menyatakan nilai normal untuk CSF total protein.
262

12. Daftar tiga kondisi patologis yang menghasilkan protein CSF tinggi.
13. Tentukan apakah peningkatan CSF immunoglobulin adalah hasil dari kerusakan pada
bar¬rier darah-otak atau produksi sistem saraf pusat.
14. Diskusikan pentingnya temuan CSF elektroforesis di multiple sclerosis dan
identifica¬tion dari CSF.
15. Negara nilai glukosa CSF normal.
16. Nama signifikansi patologis mungkin dari glukosa CSF menurun.
17. Secara singkat membahas nilai diagnostik CSF laktat dan glutamin penentuan.
18. Nama mikroorganisme terkait dengan posi¬tive India persiapan tinta.
19. Secara singkat membahas nilai diagnostik dari tes antigen bacterial dan kriptokokus.
20. Tentukan apakah kasus yang diduga meningi¬tis yang paling mungkin dari bakteri,
virus, jamur, atau asal TBC, ketika disajikan dengan data laboratorium yang
bersangkutan.
21. Jelaskan peran tes Penelitian Penyakit kelamin Laboratorium dan tes antibodi
penyerapan tre-ponemal fluorescent untuk sifilis dalam pengujian CSF.
22. Jelaskan prosedur pengendalian mutu dan tindakan pencegahan keamanan yang
berkaitan dengan prosedur CSF.

ISTILAH KUNCI

arachnoid granulations radang selaput ruang subarachnoid


blood-brain barrier band oligoclonal tekan traumatis
choroid plexuses pleositosis xanthochromia

Pembentukan dan Fisiologi

Pertamakali diakui oleh Cotugno pada tahun 1764, cairan serebrospinal (CSF)
adalah cairan utama dari CSF body.menyediakan sistem physiologic untuk memasok nutrisi
ke jaringan saraf, menghilangkan limbah metabolisme, dan menghasilkan penghalang
mekanik untuk cushion otak dan sumsum tulang belakang terhadap trauma.
263

Otak dan sumsum tulang belakang dilapisi oleh meninges, yang terdiri dari tiga
lapisan: dura mater, arachnoid, dan pia mater. Lapisan luar adalah dura mater yang melapisi
tengkorak dan tulang belakang kanal.Arachnoid adalah (spider¬like) membran dalam
filamen.The pia mater adalah selaput tipis lin¬ing permukaan otak dan sumsum tulang
belakang.
CSF diproduksi di pleksus koroid dari dua ventrikel lumbar dan venticles ketiga dan
keempat.Pada orang dewasa, sekitar 20 ml cairan yang dihasilkan setiap jam.Fluida mengalir
melalui ruang subarachnoid terletak antara arachnoid dan pia mater (Gbr. 10-1). Untuk
mempertahankan volume 90 sampai 150 mL pada orang dewasa dan 10 sampai 60 mL pada
neonatus, cairan yang beredar diserap kembali ke dalam kapiler darah di granulasi arakhnoid
/ villaeat tingkat yang sama dengan produksi. Sel-sel dari granulasi arakhnoid bertindak
sebagai katup satu arah yang menanggapi tekanan dalam sistem saraf pusat (SSP) dan
mencegah refluks cairan.
Pleksus choriod adalah jaringan kapiler yang membentuk CSF dari plasma dengan
mekanisme penyaringan selektif bawah tekanan hidrostatik dan sekresi transpor aktif.Oleh
karena itu, komposisi kimia dari CSF tidak menyerupai ultrafiltrasi dari plasma.Dinding
kapiler seluruh tubuh dilapisi dengan sel endotel yang longgar con¬nected untuk
memungkinkan lewatnya nutrisi larut dan limbah antara plasma dan jaringan.Dalam pleksus
koroid, sel theendothelial sudah sangat ketat saat-saat yang mencegah lewatnya banyak
molekul.Struktur ketat ini sel endotel dalam pleksus koroid disebut penghalang darahotak.
Menjaga integritas penghalang darah-otak adalah penting untuk melindungi otak
dari bahan kimia dan sub¬stances lainnya yang beredar dalam darah yang bisa
membahayakan otak tis¬sue.Sebaliknya, junctures juga mencegah lewatnya zat membantu
termasuk antibodi dan obat-obatan.Gangguan penghalang darah-otak oleh penyakit seperti
meningitis dan multiple sclerosis memungkinkan leukosit, protein, dan bahan kimia
tambahan untuk masuk CSF.

Koleksi Spesimen dan Penanganan


CSF secara rutin dikumpulkan oleh pungsi lumbal antara ketiga, keempat, atau
kelima vertebra lumbalis.Meskipun proce¬dure ini tidak rumit, itu memerlukan tindakan
tertentu, termasuk pengukuran tekanan intrakranial dan teknik care¬ful untuk mencegah
masuknya infeksi atau merusak jaringan saraf.
264

Volume CSF yang dapat dihapus didasarkan pada volume yang tersedia di pasien
(dewasa vs neonatus) dan tekanan pembukaan CSF diambil ketika jarum pertama memasuki
ruang subarachnoid.Tekanan tinggi membutuhkan cairan untuk ditarik perlahan-lahan,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tekanan, dan dapat mencegah koleksi dari volume
besar.
Spesimen dikumpulkan dalam tiga tabung steril, yang diberi label 1, 2, dan 3 dalam
urutan di mana mereka berurutan.

Figure 10–1 The flow of CSF through


the brain and spinal column.
©2008 F. A. Davis

Tabung 1 digunakan untuk kimia dan serologi tes karena tes ini setidaknya
dipengaruhi oleh darah atau bakteri diperkenalkan sebagai hasil dari
prosedur keran;
Tabung 2 biasanya ditujukan untuk laboratorium mikrobiologi;
Tabung 3 digunakan untuk jumlah sel, karena yang paling mungkin mengandung sel
diperkenalkan oleh prosedur spinal tap.
Sebuah tabung keempat dapat ditarik untuk laboratory mikrobiologi untuk
memberikan pengecualian yang lebih baik dari kontaminasi kulit atau untuk tes serologi
tambahan.Cairan supernatant yang tersisa setelah setiap bagian telah melakukan tes yang
dapat juga digunakan untuk bahan kimia atau serologi tes tambahan.Kelebihan cairan tidak
boleh dibuang dan harus dibekukan sampai tidak ada gunanya lagi untuk itu (Gbr. 10-2).
Mengingat ketidaknyamanan kepada pasien dan komplikasi possi¬ble yang dapat
terjadi selama pengumpulan spesimen, pegawai laboratorium harus menangani spesimen CSF
hati-hati. Idealnya, pengujian akan dilakukan secara STAT. Jika hal ini tidak pos¬sible,
spesimen dipelihara dengan cara berikut:
 tabung Hematologi yang didinginkan.
 tabung Mikrobiologi tetap pada suhu kamar.
 Kimia dan serologi tabung dibekukan.
Penampilan

Tampilan awal CSF biasanya jernih dapat memberikan informasi diagnostik yang
berharga.Pemeriksaan cairan terjadi pertama di samping tempat tidur dan juga termasuk
265

dalam laporan laboratory. Terminologi utama yang digunakan untuk menggambarkan


penampilan CSF meliputi jelas, berawan atau keruh, susu, xanthochromic, dan hemolyzed /
berdarah (Gbr. 10-3).

Figure 10–2 CSF specimen collection tubes.

Sebuah berawan, keruh, atau susu spesimen dapat menjadi hasil dari protein atau lipid
konsentrasi meningkat, tetapi juga dapat menjadi indikasi infeksi, dengan kekeruhan yang
disebabkan oleh adanya leukosit. Semua spesimen harus ditangani dengan sangat hati-hati
karena mereka bisa sangat menular; sarung tangan harus selalu dipakai dan perisai wajah atau
penjaga splash harus digunakan sambil mempersiapkan spesimen untuk pengujian.Cairan
untuk sentrifugasi harus dalam tabung tertutup.

Xanthochromiais istilah yang digunakan untuk menggambarkan CSF super¬natant


yang merah muda, oranye, atau kuning.Berbagai faktor dapat menyebabkan munculnya
xanthochromia, dengan yang paling com¬mon menjadi kehadiran produk degradasi RBC.
Tergantung pada jumlah darah dan lamanya waktu yang telah hadir, warna akan bervariasi
dari merah muda (jumlah yang sangat sedikit oksihemoglobin) ke oranye (hemolisis berat) ke
kuning (konversi oksihemoglobin untuk tak terkonjugasi biliru-bin). Penyebab lain
xanthochromia termasuk peningkatan bilirubin serum, kehadiran karoten pigmen, konsentrasi
protein meningkat tajam, dan melanoma pigmen. Xanthochromia yang disebabkan oleh
bilirubin karena fungsi hati yang belum matang juga sering terlihat pada bayi, terutama pada
mereka yang prematur.Signifikansi klinis penampilan CSF diringkas dalam Tabel 10-1.

Koleksi Trauma ( Tap )

Terlalu CSF berdarah bisa menjadi indikasi hem¬orrhage intrakranial, tetapi


mungkin juga karena tusukan dari ves¬sel darah selama prosedur spinal tap . Tiga
pemeriksaan visual dari spesimen yang dikumpulkan biasanya dapat menentukan apakah
darah adalah hasil dari perdarahan atau tekan traumatis .

Distribusi yang tidak merata pada Darah


Darah dari pendarahan otak akan merata di seluruh tiga tabung CSF spesimen ,
sedangkan tekan trau¬matic akan memiliki konsentrasi terberat darah dalam tabung 1 ,
266

dengan jumlah secara bertahap berkurang dalam tabung 2 dan 3. Melakukan RBC
menghitung pada ketiga tabung untuk mengukur decreas¬ing atau darah konstan tidak selalu
reliable.2 Garis-garis darah juga dapat dilihat dalam spesimen diperoleh mengikuti prosedur
traumatis .

Clinical Significance of Cerebrospinal Fluid Appearance

Appearance Cause Major Significance


Crystal clear Normal

Hazy, turbid, milky, cloudy WBCs Meningitis


Microorganisms Meningitis

Protein Disorders that affect blood-brain barrier

Production of IgG within the CNS

Oily Radiographic contrast media

Bloody RBCs Hemorrhage


Traumatic tap

Xanthochromic Hemoglobin Old hemorrhage


Lysed cells from traumatic tap

Bilirubin RBC degradation

Elevated serum bilirubin level

Carotene Increased serum levels

Protein Disorders affecting blood-brain barrier

Melanin Meningeal melanosarcoma

Clotted Protein Disorders affecting blood-brain barrier


Clotting factors Introduced by traumatic tap

Pellicle Protein Disorders that affect blood-brain barrier


Clotting factors Tubercular meningitis

Pembentukan bekuan

Cairan yang dikumpulkan dari keran traumatis dapat membentuk gumpalan karena
pengenalan fibrinogen plasma ke spesimen . CSF berdarah disebabkan oleh perdarahan
intrakranial tidak con¬tain cukup fibrinogen menggumpal . Penyakit yang merusak
penghalang darah - otak memungkinkan peningkatan filtrasi protein dan koagulasi faktor juga
menyebabkan pembentukan gumpalan tetapi biasanya tidak menghasilkan cairan berdarah .
267

Kondisi ini termasuk meningitis , sindrom Froin , dan penyumbatan sirkulasi CSF melalui
ruang subarachnoid . Sebuah pelikel web - seperti klasik terkait dengan meningitis TBC dan
dapat dilihat setelah pendinginan semalam pada cairan

Xanthochromic Supernatan

(RBCs) Sel darah merah biasanya harus tetap di CSF selama kurang lebih 2 jam
sebelum hemolisis terlihat dimulai; Oleh karena itu, supernatan xan-thochromic akan menjadi
hasil dari darah yang telah hadir lebih lama dari itu diperkenalkan oleh keran traumatis.
Perawatan harus diambil, namun, untuk mempertimbangkan exami¬nation ini dalam
hubungannya dengan yang dibahas sebelumnya, karena pendarahan yang sangat baru-baru ini
akan menghasilkan supernatan yang jelas, dan pengenalan protein serum dari keran traumatic
juga bisa menyebabkan cairan muncul xanthochromic .Untuk menguji cairan berdarah untuk
kehadiran xanthochromia, cairan harus disentrifugasi dalam tabung mikrohematokrit dan
supernatan diperiksa dengan latar belakang putih.
Pengujian tambahan untuk diferensiasi meliputi pemeriksaan micro¬scopic dan tes
D-dimer.Temuan mikroskopis makrofag yang mengandung sel darah merah tertelan (ery-
throphagocytosis) atau butiran hemosiderin merupakan indikasi perdarahan
intrakranial.Deteksi produk degradasi fibrin, D-dimer, dengan aglutinasi lateks immunoassay
indi¬cates pembentukan fibrin di situs perdarahan.

Jumlah Sel

Jumlah sel yang rutin dilakukan pada spesimen CSF adalah leukosit (WBC ) count .
Seperti telah dibahas sebelumnya , kehadiran dan pentingnya sel darah merah biasanya dapat
diketahui dari penampilan spesimen . Oleh karena itu , jumlah RBC biasanya ditentukan
hanya ketika keran traumatis telah terjadi dan koreksi untuk leukosit atau protein yang
diinginkan . RBC count dapat dihitung dengan melakukan jumlah sel total dan jumlah WBC
dan mengurangkan jumlah WBC dari jumlah total , jika perlu . Setiap jumlah sel harus
per¬formed segera, karena leukosit ( khususnya granulo¬cytes ) dan sel darah merah mulai
268

melisiskan dalam waktu 1 jam , dengan 40 % dari leukosit hancur setelah Spesimen 2 hours.4
yang can¬not dianalisis segera harus didinginkan .

Metodologi

CSF dewasa normal mengandung 0 sampai 5 leukosit / uL . Jumlah ini lebih tinggi
pada anak-anak , dan sebanyak 30 sel mononuklear / pL dapat dianggap normal dalam
Spesimen newborns.5 yang con¬tain hingga 200 leukosit atau sel darah merah 400 / ul
mungkin tampak jelas , sehingga perlu untuk memeriksa semua spesimen
microscopically.6An ditingkatkan Neubauer menghitung ruang ( Gbr. 10-4 ) adalah
rou¬tinely digunakan untuk melakukan jumlah sel CSF . Secara tradisional , counter sel
elec¬tronic belum digunakan untuk melakukan jumlah sel CSF , karena jumlah latar belakang
yang tinggi dan reproduktifitas miskin jumlah rendah.

The ADVIA 120 Hematologi System ( Siemens Medical Solutions Diagnostics ,


Tarrytown , NY ) telah menerima Food and Drug Administration ( FDA ) persetujuan untuk
penambahan uji CSF . Instrumen melakukan jumlah WBC pada semua sampel , RBC
menghitung pada sampel dengan kurang dari 1500 sel / pL , dan jumlah dif¬ferential untuk
neutrofil , limfosit , dan monosit .

Perhitunganjumlah CSF Sel

Standar rumus perhitungan Neubauer yang digunakan untuk jumlah sel darah juga
diterapkan untuk jumlah sel CSF untuk menentukan jumlah sel per mikroliter .

Jumlah sel dihitung Xdilution


--------------------------------------------------------------------- =cells / UL
Jumlah kotak dihitung Xvolume dari 1 persegi

Figure 10–4 Neubauer counting chamber depicting the nine


large square counting areas.

Formula ini dapat digunakan untuk kedua spesimen diencerkan dan murni dan
menawarkan fleksibilitas dalam jumlah dan ukuran kotak dihitung . Banyak perhitungan
bervariasi yang tersedia, includingcondensations formula untuk memberikan fac¬tors tunggal
yang digunakan untuk memperbanyak jumlah sel . Perlu diingat bahwa tujuan dari
269

perhitungan apapun untuk mengubah jumlah sel dihitung dalam jumlah tertentu cairan untuk
jumlah sel yang akan hadir dalam 1 uL cairan . Oleh karena itu , fac¬tor dapat digunakan
hanya ketika pengenceran dan menghitung daerah yang spesifik untuk faktor itu.

Metodologi yang disajikan dalam bab ini menghilangkan kebutuhan untuk


mengoreksi volume dihitung dengan menghitung empat kotak besar sudut ( 0,4 uL ) dan
pusat besar persegi ( 0,1 uL ) di setiap sisi ruang penghitungan

Contoh
1L
Jumlah cel terhitung X lemah X = = cells/L
1 (0.1 X 10)
(volume terhitung)

Total Jumlah Sel

Spesimen yang jelas dapat dihitung murni, tidak memberikan tumpang tindih sel
terlihat selama exam¬ination mikroskopis.Ketika pengenceran yang diperlukan, dikalibrasi
pipet otomatis, tidak mulut pipetting, digunakan. Pengenceran untuk jumlah total sel yang
dibuat dengan normal saline, dicampur dengan inversi, dan dimuat ke dalam hemositometer
dengan pipet Pasteur. Sel dihitung dalam empat kotak sudut dan pusat persegi di kedua sisi
hemositometer. Seperti ditunjukkan dalam contoh preced¬ing, jumlah sel dihitung dikalikan
dengan faktor pengenceran sama dengan jumlah sel per mikroliter.

Hitungan WBC
Lisis sel darah merah harus diperoleh sebelum melakukan WBC mengandalkan
spesimen baik diencerkan atau murni. Spesimen yang membutuhkan pengenceran dapat
diencerkan dengan cara yang dijelaskan sebelumnya, mengganti 3% asam asetat glasial untuk
melisiskan sel darah merah. Selain metilen biru untuk cairan pengencer noda leukosit,
memberikan diferensiasi yang lebih baik antara Neutro-phils dan sel mononuklear.
Untuk mempersiapkan spesimen jelas bahwa tidak memerlukan dilu¬tion untuk
menghitung, menempatkan empat tetes spesimen campuran dalam tabung bersih.Bilas pipet
270

dengan 3% asam asetat glasial, pengeringan secara menyeluruh, dan menarik empat tetes
CSF ke dalam pipet dibilas.Biarkan pipet untuk duduk selama 1 menit, mencampur solusi
dalam pipet, membuang penurunan pertama, dan beban hemositometer.Seperti dalam jumlah
sel total, leukosit dihitung dalam empat kotak sudut, dan pusat persegi di kedua sisi
hemositometer dan jumlah ini dikalikan dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan
jumlah leukosit per mikro-liter.Jika jumlah adifferent kotak dihitung, rumus Neubauer
standar harus digunakan untuk mendapatkan jumlah sel per mikroliter.

Koreksi UntukKontaminasi

Kalkulasi yang dimungkinkan untuk WBC dan protein artificially dikenalkan


kedalam CSF sebagai hasil traumatic tap. Determinasi hitungan CSF RBC dan darah RBC
dan WBC hitungannya dibutuhkan untuk melaksanakan koreksi. Dengan menentukan ratio
WBC ke RBC dalam periphetral darah dan memperbandingkan ratio dengan jumlah
kontaminasi RBC, jumlah artifisialnya ditambah WBC dapat dihitung menggunakan rumus
berikut :

" WBC ( darah ) X RBC ( CSF )


WBC ( ditambahkan) = -
RBC ( darah)

Sebuah CSF perkiraan jumlah WBC kemudian dapat diperoleh dengan mengurangkan
"tambah" leukosit dari jumlah yang sebenarnya. Ketika darah perifer RBC dan jumlah WBC
berada di kisaran normal, banyak laboratorium memilih untuk hanya kurangi 1 WBC untuk
setiap 700 sel darah merah hadir dalam Studi CSF telah menunjukkan persentase yang tinggi
dari kesalahan dalam koreksi cairan yang mengandung sejumlah besar sel darah merah, yang
menunjukkan koreksi mungkin nilai yang kecil di bawah keadaan ini.

Quality Control dari serebrospinal Cairan dan Tubuh Lain Sel Cairan Counts
271

Kontrol komersial cair untuk tulang belakang cairan RBC dan WBC jumlah yang tersedia
dari beberapa produsen.Mereka dapat dibeli di dua tingkat konsentrasi.Kontrol di rumah juga
dapat disiapkan.
Secara dua mingguan, semua pengencer harus diperiksa kontaminasi dengan
pemeriksaan di ruang penghitungan bawah 4 X pembesaran.Pengencer terkontaminasi harus
dis¬carded dan solusi baru disiapkan.

Pada basis bulanan, kecepatan cytocentrifuge harus diperiksa dengan tachometer,


dan waktu yang harus diperiksa dengan stopwatch.

Jika ruang penghitungan nondisposable digunakan, mereka harus direndam dalam


larutan bakterisida selama minimal 15 menit dan kemudian dibilas dengan air dan
dibersihkan dengan iso-propil alkohol.

Hitungan Diferensial pada cairan serebrospinal Spesimen

Mengidentifikasi jenis atau jenis sel hadir dalam CSF merupakan bantuan diagnostik
yang berharga. Hitungan diferensial harus dilakukan pada smear bernoda dan bukan dari sel-
sel di dalam ruang penghitungan. Visualisasi miskin sel seperti yang muncul di ruang
penghitungan telah menyebabkan praktek laboratorium melaporkan hanya persentase
mononuculear dan polynuclear sel ini, dan ini dapat mengakibatkan menghadap sel abnormal
dengan pentingnya diagnostik yang cukup.Untuk memastikan bahwa jumlah maksimum sel
yang tersedia untuk pemeriksaan, spesimen harus concen¬trated sebelum persiapan smear.

Metode yang tersedia untuk konsentrasi spesimen termasuk sedimentasi, filtrasi,


sentrifugasi, dan cytocentrifuga-tion.Sedimentasi dan filtrasi tidak secara rutin digunakan di
laboratorium klinis, meskipun mereka menghasilkan distorsi kurang seluler.Kebanyakan
laboratorium yang tidak memiliki konsentrat cytocentrifuge spesimen dengan sentrifugasi
rutin. Specimen ini disentrifugasi selama 5 sampai 10 menit, cairan supernatant dihapus dan
disimpan untuk tes tambahan, dan slide terbuat dari sedimen yang diizinkan untuk udara
kering dan berwarna dengan noda Wright. Ketika hitungan diferensial dilakukan, 100 sel
harus dihitung, diklasifikasikan, dan dilaporkan dalam bentuk persentase.Jika jumlah sel
272

rendah dan menemukan 100 sel tidak mungkin, laporan hanya nomor dari jenis sel yang
terlihat.

Cytocentrifugation

Pandangan diagramatic prinsip cytocentrifugation ditunjukkan pada Gambar 10-


5.Cairan ditambahkan ke ruang kerucut, dan sebagai spesimen disentrifugasi, sel hadir dalam
cairan dipaksa menjadi monolayer dalam waktu 6-mm diameter lingkaran pada slide. Cairan
diserap oleh tinta kertas saring, produc¬ing daerah yang lebih terkonsentrasi sel. Sesedikit 0,1
ml CSF dikombinasikan dengan satu tetes 30% albumin menghasilkan yield sel ade¬quate
ketika diolah dengan cytocentrifuge tersebut. Addi¬tion albumin meningkatkan hasil sel dan
mengurangi distorsi seluler sering terlihat pada speci¬mens cytocentrifuged. Bermuatan
positif slide dilapisi untuk menarik sel-sel (Shan-don, Inc, Pittsburgh, Pa.) Juga
tersedia.Distorsi selular mungkin termasuk vakuola sitoplasma, clefting nuklir, nukleolus
menonjol, nuklir tidak jelas dan perbatasan sitoplasma dan menggumpal cel¬lular yang
menyerupai keganasan. Sel dari kedua pusat dan pinggiran slide harus diperiksa karena
karakteristik selular dapat bervariasi antara daerah slide.

Figure 10–5 Cytospin 3 cytocentrifuge specimen processing


assembly (Courtesy of Shandon, Inc., Pittsburgh, Pa.).

Tabel 10-2 Cytocentrifuge Recovery Charts


Number of WBCs Number of Cells Counted Counted in Chamber on Cytocentrifuge
Slide
0 0-40
1-5 20-100
6-10 60-150
11-20 150-250
20 250

Sebuah kontrol geser harian untuk bakteri juga harus siap menggunakan 0,2 mL
saline dan dua tetes albumin 30 % cur¬rently yang digunakan . Slide bernoda dan diperiksa
jika bacte¬ria terlihat pada slide pasien .
Pada Tabel 10-2 , grafik pemulihan cytocentrifuge adalah provided untuk
perbandingan dengan jumlah ruang . Jumlah ruang harus diulang jika terlalu banyak sel
terlihat pada slide , dan slide baru harus disiapkan jika tidak cukup sel terlihat pada slide.
273

Cerebrospinal Konstituen Seluler Fluid

Sel-sel yang ditemukan di CSF normal terutama limfosit dan monosit (Gambar. 10-6
dan 10-7).Orang dewasa biasanya memiliki dominasi limfosit untuk monosit (70:30),
sedangkan rasio pada dasarnya terbalik pada anak-anak.5 metode konsentrasi Peningkatan
juga menunjukkan neutrofil occa¬sional di CSF biasa 9 Kehadiran peningkatan jumlah sel-
sel normal (disebut pleositosis) adalah con¬sidered abnormal, seperti ditemukannya leukosit
yang belum matang, eosinofil, sel plasma, makrofag, meningkat sel jaringan, dan sel-sel
ganas.

Ketika pleositosis melibatkan neutrofil, limfosit, monosit atau hadir, jumlah CSF
diferensial yang paling sering dikaitkan dengan perannya dalam memberikan informasi
diagnostik tentang jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi meninges
(meningitis).Sebuah CSF tinggi jumlah WBC yang sebagian besar sel neutrofil yang
con¬sidered menunjukkan meningitis bakteri.Demikian pula, CSF jumlah WBC moderately
meningkat dengan persentase yang tinggi dari limfosit dan monosit menunjukkan meningitis
viral, TBC, jamur, atau parasit asal.

Seperti yang terlihat pada Tabel 10-3, banyak kondisi patologis selain meningitis
dapat dikaitkan dengan temuan sel-sel abnormal dalam CSF Oleh karena itu, karena pegawai
laboratorium menjadi begitu terbiasa untuk mencari neutrofil, limfosit, dan monosit, mereka
harus berhati-hati untuk tidak mengabaikan jenis sel. Bentuk sel yang berbeda dari yang
ditemukan dalam darah termasuk makrofag, pleksus koroid dan sel ependymal, sel berbentuk
gelendong, dan sel-sel ganas.
Neutrofil
Di samping untuk meningitis bakteri, peningkatan neutrofil juga terlihat pada tahap
awal (1 sampai 2 hari) dari virus, jamur, tuber¬cular, dan meningitis parasit.Neutrofil juga
mengandung vakuola sitoplasma berikut cytocentrifugation (Gambar. 10¬8).Butiran juga
hilang lebih cepat di CSF.Neutrofil terkait dengan meningitis bakteri mungkin berisi
phagocy-tized bakteri (Gambar. 10-9 dan 10-10).Meskipun penting sedikit clini¬cal, neutrofil
dapat ditingkatkan berikut pusat sistem saraf (SSP) perdarahan, pungsi lumbal berulang, dan
injeksi obat atau pewarna radiografi.
274

Neutrofil dengan pyknoticnucleii menunjukkan sel merosot.Mereka mungkin


menyerupai sel darah merah berinti (NRBCs) tetapi biasanya memiliki beberapa
nucleii.Ketika inti tunggal hadir mereka dapat muncul mirip dengan NRBCs (Gbr. 10-11).
NRBCs dilihat sebagai akibat dari sumsum tulang contamina¬tion selama spinal tap
(Gambar. 10-12 dan 10-13). Hal ini ditemukan pada sekitar 1% dari specimens.10 struc¬tures
kapiler dan sel endotel dapat dilihat setelah tap traumatik (Gbr. 10-14).

Limfosit dan Monosit


Campuran limfosit dan monosit adalah umum dalam kasus virus, TBC, dan jamur
meningitis.Lympho¬cytes reaktif mengandung peningkatan sitoplasma biru tua dan
mengelompok kromatin sering hadir selama infeksi virus dalam hubungannya dengan sel
normal (Gambar. 10-15).Peningkatan lym¬phocytes terlihat pada kasus kedua infec¬tion
HIV asimtomatik dan AIDS. Sebuah jumlah WBC cukup tinggi (kurang dari 50 leukosit / ^
L) dengan peningkatan normal dan reaktif lympho¬cytes dan sel plasma mungkin
menunjukkan multiple sclerosis atau neurologis disorders.11 degeneratif lainnya

Eosinofil
Peningkatan eosinofil terlihat dalam CSF dalam hubungan dengan infeksi parasit,
infeksi jamur (terutama Coccidioidesimmitis), dan pengenalan bahan asing, termasuk
med¬ications dan pirau ke SSP (Gbr. 10-16).
Makrofag
Tujuan dari makrofag di CSF adalah untuk menghilangkan kotoran selular dan
benda asing seperti sel darah merah. Makrofag muncul dalam 2 sampai 4 jam setelah sel
darah merah masuk CSF dan fre¬quently dilihat berikut keran diulang. Mereka cenderung
memiliki lebih banyak sitoplasma dari monosit dalam darah perifer (PB) (Gambar. 10-17).
Temuan peningkatan makrofag merupakan indikasi dari perdarahan sebelumnya
(Gambar. 10-18). Degradasi lebih lanjut dari phagocytized hasil sel darah merah dalam
penampilan biru gelap atau hitam mengandung besi butiran hemosiderin (Gambar. 10-19
melalui 10-22). Hematoidincrystals kuning mewakili degenerasi lebih lanjut.Mereka besi
bebas, yang terdiri dari hemoglobin dan bilirubin tak terkonjugasi (Gambar. 10-23 dan 10-
24).
Sel Nonpathologically signifikan
275

Sel-sel ini paling sering terlihat mengikuti prosedur diagnostik seperti


pneumoencephalography dan cairan yang diperoleh dari keran ventrikel atau selama bedah
saraf.Sel-sel sering muncul dalam kelompok dan dapat dibedakan dari sel-sel ganas dengan
penampilan seragam mereka.
Sel choroidal berasal dari lapisan epitel pleksus koroid.Mereka terlihat luar biasa dan
dalam rumpun.Nukleolus biasanya tidak ada dan inti memiliki appear¬ance seragam
(Gambar. 10-25).
Sel ependymal berasal dari lapisan ventrikel dan kanal saraf.Mereka telah kurang
didefinisikan membran sel dan sering terlihat dalam kelompok.Nukleolus sering hadir (Gbr.
10-26).
Sel berbentuk gelendong merupakan lapisan sel-sel dari arachnoid tersebut.Mereka
ususally dilihat dalam kelompok dan dapat dilihat dengan keganasan sistemik (Gbr. 10-27).

Gambar 10-8Neutrophils with cytoplasmic vacuoles resulting


from cytocentrifugation (x500).

Gambar 10-9Neutrophils with intracellular bacteria (x1000).


276

Gambar 10–10 Neutrophils with intracellular and extracellular bacteria (x1000)

Gambar 10-11 Neutrophils with pyknotic nuclei. Notice the cell with a single nucleus in the center
(x1000).

Gambar 10–12 Nucleated RBCs seen with bone marrow contamination (x1000).
277

Gambar10–13 Bone marrow contamination (x1000). Notice the immature RBCs and granulocytes

Gambar 10–14 Capillary and tissue fragments from a traumatic tap (x100).

Gambar 10–15 Broad spectrum of lymphocytes and monocytes in viral meningitis(x1000).


278

Figure 10–16 Eosinophils ( x1000). Notice cytocentrifuge distortion.

Figure 10–17 Macrophages. Notice the large amount of cyto-plasm and vacuoles (x500)

Figure 10–18 Macrophages showing erythrophagocytosis (x500).


279

Figure 10–19 Macrophage with RBC remnants (x500).

Figure 10–20 Macrophage with aggregated hemosiderin

granules ( x500)

Figure 10–21 Macrophage containing hemosiderin stained with Prussian blue ( x250)
280

Figure 10–22 Macrophage with coarse hemosiderin granules (x500)

Figure 10–23 Macrophage containing hemosiderin and hema-toidin crystals (x500)

Figure 10–24 Macrophages with hemos (x250). Notice the bright yellow color.

Figure 10–25 Choroidal cells showing distinct cell borders and nuclear uniformity (
x500)
281

Figure 10–26 Ependymal cells. Notice the nucleoli and less distinct cell borders (x1000)

Figure 10–27 Cluster of spindle-shaped cells (x500

Figure 10–30 Monoblasts and two lymphocytes ( x1000).Notice the prominent nucleoli.

Figure 10–28 Lymphoblasts from acute lymphocytic leukemia (x500)


282

Figure 10–29 Myeloblasts from acute myelocytic leukemia (x500)


283

Sel ganas hematologi Origin


Limfoblas, mieloblas, dan monoblasts (Gambar 10-28 untuk 10-30) dalam CSF
sering dipandang sebagai complica¬tion serius leukemia akut. Nukleolus sering lebih
menonjol daripada di smear darah.
Sel-sel limfoma juga terlihat di CSF menunjukkan dis¬semination dari jaringan
limfoid.Mereka menyerupai limfosit besar dan kecil dan biasanya muncul dalam kelompok
sel besar, kecil, atau campuran berdasarkan klasifikasi Lym-Phoma.Inti mungkin muncul
dibelah, dan nukleolus yang menonjol yang hadir (Gambar. 10-31 untuk 10-33).

Sel ganas Nonhematologic Asal


Sel karsinoma metastasis asal nonhematologic terutama dari paru-paru, payudara,
ginjal, dan saluran pencernaan malig-nancies.Sel dari tumor SSP primer meliputi
astrocy¬tomas, retinoblastomas, dan medulloblastomas (Gbr. 10-34).Mereka biasanya
muncul dalam kelompok dan harus dibedakan dari kelompok normal ependymal, pleksus
koroid, Lym-Phoma, dan sel-sel leukemia.Sekering dari dinding sel dan penyimpangan nuklir
dan nukleolus hiperkromatik terlihat pada kelompok sel-sel ganas. Slide yang mengandung
sel-sel abnormal harus disebut patologi.

Tes Kimia
Karena CSF dibentuk oleh filtrasi plasma, orang akan berharap untuk menemukan
bahan kimia rendah berat molekul yang sama dalam CSF yang ditemukan dalam plasma. Ini
pada dasarnya benar; Namun, karena proses filtrasi adalah selektif dan komposisi kimia
dikendalikan oleh bar¬rier darah-otak, nilai normal untuk CSFchemicals tidak sama dengan
nilai plasma. Nilai abnormal hasil dari perubahan dalam permeabilitas penghalang darah-otak
atau meningkat produc¬tion atau metabolisme oleh sel-sel saraf dalam menanggapi kondisi
patho¬logic. Mereka jarang memiliki makna diagnostik yang sama seperti kelainan plasma.
Bahan kimia CSF klinis penting beberapa; dalam kondisi tertentu mungkin perlu untuk
mengukur berbagai besar.Banyak metabolit CSF saat ini sedang diselidiki untuk menentukan
signifikansi diagnostik mereka mungkin.
284

Protein serebrospinal
Tes kimia yang paling sering dilakukan pada CSF adalah penentuan protein.CSF
normal mengandung jumlah yang sangat kecil dari protein. Nilai normal untuk total protein
CSF biasanya terdaftar sebagai 15 sampai 45mg / dL, namun tergantung agak metode, dan
nilai-nilai yang lebih tinggi ditemukan di infantsand tua nilai persons.12This dilaporkan
dalam miligram per desiliter dan tidak gram per desiliter, seperti protein plasma konsentrasi.
Secara umum, CSF mengandung fraksi protein mirip dengan yang ditemukan dalam
serum; Namun, seperti dapat dilihat pada Tabel 10-4, rasio protein CSF protein serum
bervariasi antara fraksi.Seperti dalam serum, albumin membuat sebagian besar protein
CSF.Tetapi berbeda dengan serum, prealbumin adalah fraksi yang paling umum kedua di
CSF.Globulin alpha termasuk terutama haptoglobin dan seruloplasmin.Transferin adalah beta
globulin utama ini; juga, sebagian kecil yang terpisah karbohidrat kekurangan transferin,
disebut sebagai "tau," terlihat dalam CSF dan tidak dalam serum.CSF gamma globulin
terutama imunoglobulin G (IgG), dengan hanya sejumlah kecil IgA. Immunoglobulin M
(IgM), fibrinogen, dan lipoprotein beta tidak ditemukan di CSF13 biasa

Signifikansi klinis dari Nilai Protein Peningkatan


Total nilai protein yang tinggi yang paling sering terlihat dalam kondisi patologis.
Abnormal nilai rendah yang hadir ketika cairan bocor dari SSP. Penyebab protein CSF tinggi
termasuk kerusakan penghalang darah-otak, pro¬duction imunoglobulin dalam SSP,
penurunan clearance protein normal dari cairan, dan degenerasi jaringan saraf. Meningitis
dan perdarahan kondisi yang merusak penghalang darah-otak adalah penyebab paling umum
dari protein CSF tinggi.Banyak gangguan neurologis lainnya dapat meningkatkan protein
CSF, dan menemukan hasil abnormal pada cairan bening dengan jumlah sel yang rendah
tidak biasa (Tabel 10-5).

Artifisial Induced Plasma Protein


Protein plasma dapat artifisial diperkenalkan ke spesimen dengan keran traumatis
dalam cara yang sama seperti sel-sel darah . Perhitungan cor¬rection mirip dengan yang
digunakan dalam jumlah sel adalah avail¬able untuk pengukuran protein ; Namun , jika
285

koreksi untuk digunakan , baik jumlah sel dan penentuan protein harus dilakukan pada tube.6
yang sama Ketika hematokrit darah dan serum nilai protein yang normal, mengurangi 1 mg /
dL protein untuk setiap 1.200 sel darah merah dihitung diterima.

[serum protein mg/dL X

(1.0 - Hct)] X CSF RBCs/^L


(plasma volume)
mg/dL protein added =
blood RBCs/L

Metodologi
Dua teknik yang paling rutin digunakan untuk mengukur total protein CSF menggunakan
prinsip-prinsip produksi kekeruhan atau kemampuan dye-binding. Metode kekeruhan telah
disesuaikan dengan instrumentasi otomatis dalam bentuk nefelometri.Metode untuk
pengukuran protein CSF yang tersedia untuk analisis kimia yang paling otomatis.
Pecahan-pecahan Protein
Prosedur protein CSF rutin dirancang untuk mengukur konsentrasi protein
keseluruhan.Namun, diagnosis gangguan neurologis yang berhubungan dengan protein CSF
normal sering memerlukan pengukuran fraksi protein individu.Pro¬tein yang muncul dalam
CSF sebagai akibat dari kerusakan integritas penghalang darah-otak mengandung pecahan
propor¬tional kepada mereka dalam plasma, dengan albumin hadir dalam konsentrasi
tertinggi.Penyakit, termasuk multiple sclerosis, thatstimulate sel imunokompeten dalam SSP
menunjukkan proporsi yang lebih tinggi dari IgG.
Untuk secara akurat menentukan apakah IgG meningkat karena sedang diproduksi
dalam SSP atau meningkat sebagai akibat dari cacat dalam penghalang darah-otak,
perbandingan antara tingkat serum dan CSF albumin dan IgG harus dilakukan. Metode
meliputi CSF indeks albumin / serum untuk mengevaluasi integritas penghalang darah-otak
dan indeks CSF IgG untuk mengukur IgG sintesis dalam SSP.Indeks albumin CSF / serum
dihitung setelah deter¬mining konsentrasi CSF albumin dalam miligram per desiliter dan
konsentrasi serum dalam gram per desiliter. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
286

CSF albumin ( mg / dL )
Indeks CSF / serum albumin = -
Serum albumin ( g / dL )

Nilai indeks kurang dari 9 merupakan penghalang darah - otak utuh . Indeks
meningkatkan relatif terhadap jumlah kerusakan penghalang .
Perhitungan indeks IgG , yang sebenarnya merupakan compar¬ison indeks albumin
CSF / serum dengan CSF / index IgG serum , mengkompensasi setiap IgG memasuki CSF
melalui barrier.14It darah - otak dilakukan dengan membagi CSF / serum IgG indeks oleh
CSF / index serum albumin sebagai berikut :

CSF IgG ( mg / dL ) / serum IgG ( g / dL )


Indeks IgG = ;
CSF albumin ( mg / dL ) / serum albumin ( g / dL )

Nilai indeks IgG normal sedikit berbeda antara laborato¬ries; Namun, secara umum,
nilai lebih besar dari 0,70 yang indica¬tive produksi IgG dalam SSP.
Teknik untuk pengukuran CSF albumin dan globulin telah disesuaikan dengan
instrumentasi otomatis.

Elektroforesis
Tujuan utama untuk melakukan protein CSF elec-trophoresis adalah untuk
mendeteksi band oligoclonal Repre-senting peradangan dalam SSP. Band yang terletak di
wilayah gamma dari elektroforesis protein, menunjukkan produksi imunoglobulin.Untuk
memastikan bahwa band oligoclonal hadir sebagai hasil dari peradangan neurologis,
elektroforesis serum simultan harus dilakukan.Dis¬orders seperti leukemia, limfoma, dan
infeksi virus dapat menghasilkan bandeng serum, yang dapat muncul dalam CSF sebagai
akibat dari kebocoran penghalang darah-otak atau pengenalan traumatis dari darah ke dalam
spesimen CSF. Bandeng yang mewakili keterlibatan baik sistemik dan neurologis terlihat
dalam serum dan CSF dengan infection.15 HIV
287

Kehadiran dua atau lebih jalur oligoclonal di CSF yang tidak hadir dalam serum
dapat menjadi alat yang berharga dalam diagnosis multiple sclerosis, terutama jika disertai
dengan indeks IgG meningkat.Gangguan neurologis lainnya termasuk ensefalitis, neurosifilis,
sindrom Guillain-Barre, dan gangguan neoplastik juga memproduksi oligo-klonal banding
yang mungkin tidak hadir dalam serum.Oleh karena itu, kehadiran oligoclonal banding harus
con¬sidered dalam hubungannya dengan gejala klinis.Oligoclonal banding tetap positif
selama pengampunan beberapa sclero¬sis, tapi menghilang di disorders.
Tingkat protein yang rendah dalam CSF membuat konsentrasi cairan sebelum
melakukan elektroforesis penting bagi sebagian besar teknik elektroforesis. Elektroforesis gel
agarosa fol¬lowed oleh Coomassie pewarnaan biru cerah yang paling sering dilakukan di
laboratorium klinis. Resolusi yang lebih baik dapat diperoleh dengan menggunakan
immunofixation elektroforesis (IFE) dan isoelektrik fokus (IEF) diikuti dengan pewarnaan
perak.Konsentrasi Speci¬men tidak diperlukan oleh prosedur IEF lebih sensitif.
Elektroforesis juga metode pilihan ketika deter¬mining jika fluida sebenarnya CSF
Identifikasi dapat dibuat berdasarkan penampilan isoform ekstra disebutkan sebelumnya
transferin, tau, yang hanya ditemukan di CSF16

Myelin Basic Protein


Kehadiran myelin protein dasar (MBP) di CSF adalah indikasi dari kerusakan terbaru dari
selubung myelin yang pro¬tects akson dari neuron (demielinasi). Pengukuran jumlah MBP
dalam CSF dapat digunakan untuk memantau jalannya beberapa sclerosis.17It juga dapat
memberikan ukuran yang berharga dari efektivitas pengobatan saat ini dan masa depan.
Teknik immunoassay digunakan untuk measurement.18
Glukosa Cairan serebrospinal
Glukosa memasuki CSF oleh transportasi selektif melintasi penghalang darah-otak, yang
menghasilkan nilai normal yang merupakan approxi¬mately 60% sampai 70% yang dari
glukosa plasma. Jika glukosa plasma adalah 100 mg / dL, maka glukosa CSF normal akan
menjadi sekitar 65 mg / dL. Untuk evaluasi yang akurat glukosa CSF, tes gula darah harus
dijalankan untuk perbandingan. Glukosa darah harus diambil sekitar 2 jam sebelum keran
tulang belakang untuk memungkinkan waktu untuk equilibrium antara darah dan cairan.
288

Glukosa CSF dianalisis menggunakan prosedur yang sama digunakan untuk glukosa darah.
Spesimen harus diuji segera karena glikolisis terjadi dengan cepat dalam CSF.
Pentingnya diagnostik glukosa CSF hanya terbatas pada temuan nilai yang menurun
sehubungan dengan nilai-nilai plasma.Nilai glukosa CSF ditinggikan selalu hasil dari
peningkatan plasma.Nilai glukosa CSF rendah dapat menjadi nilai diagnostik consid¬erable
dalam menentukan agen penyebab meningitis.Temuan dari nyata menurun CSF glu¬cose
disertai dengan peningkatan jumlah WBC dan persentase besar dari neutrofil merupakan
indikasi meningi¬tis bakteri.Jika leukosit adalah limfosit bukan neutrofil, meningitis TBC
dicurigai. Demikian juga, jika nilai glukosa CSF normal ditemukan dengan peningkatan
jumlah limfosit-cytes, diagnosis akan mendukung meningitis viral. Pola labo¬ratory klasik
seperti yang baru saja dijelaskan mungkin tidak ditemukan dalam semua kasus meningitis,
tetapi mereka dapat membantu ketika mereka hadir.
Nilai glukosa menurun CSF disebabkan terutama oleh perubahan dalam mekanisme
transportasi glukosa melintasi penghalang darah-otak dan oleh peningkatan penggunaan
glukosa oleh sel-sel otak. Kecenderungan umum untuk mengasosiasikan glukosa menurun
sekali dengan penggunaannya oleh mikroorganisme dan leukosittidak dapat menjelaskan
variasi konsentrasi glukosa terlihat dalam berbagai jenis meningitis dan tingkat penurunan
terlihat pada gangguan lain memproduksi kerusakan pada CNS.

Laktat Cairan serebrospinal


Penentuan tingkat laktat CSF dapat menjadi bantuan berharga dalam diagnosis dan
pengelolaan kasus meningitis. Dalam bac¬terial, TBC, dan jamur meningitis, ketinggian CSF
laktat ke tingkat yang lebih besar dari 25 mg / dL terjadi jauh lebih konsisten daripada depresi
glukosa dan memberikan informasi lebih lanjut dapat diandalkan ketika diagnosis awal
diffi¬cult. Tingkat yang lebih besar dari 35 mg / dL sering terlihat dengan meningitis bakteri,
sedangkan pada meningitis viral, tingkat laktat tetap lebih rendah dari 25 mg / dL. Tingkat
CSF laktat tetap ele¬vated selama pengobatan awal tetapi jatuh dengan cepat ketika
pengobatan berhasil, sehingga menawarkan metode yang sensitif untuk mengevaluasi
efektivitas terapi antibiotik.
Kerusakan jaringan dalam SSP karena kekurangan oksigen (hipoksia) menyebabkan
produksi meningkat CSF kadar asam laktat. Oleh karena itu, CSF tinggi laktat tidak terbatas
289

pada meningitis dan dapat hasil dari kondisi yang menurunkan aliran oksigen ke
jaringan.Tingkat CSF laktat yang fre¬quently digunakan untuk memantau cedera kepala
berat. Sel darah merah mengandung konsentrasi tinggi laktat, dan hasil palsu meningkat dapat
diperoleh pada xanthochromic atau hemolyzed fluid.9
Glutamine Cairan serebrospinal
Glutamin dihasilkan dari amonia dan-ketoglutarat oleh sel-sel otak. Proses ini
berfungsi untuk menghilangkan meta¬bolic amonia produk limbah beracun dari SSP. The
con¬centration normal glutamin di CSF adalah 8 sampai 18 mg / tingkat dL.20 Peningkatan
ditemukan dalam hubungan dengan gangguan hati yang mengakibatkan peningkatan darah
dan CSF amonia. Peningkatan sintesis glutamin disebabkan oleh excessammonia yang hadir
dalam SSP; Oleh karena itu, penentuan CSF glutamin menyediakan tes tidak langsung
keberadaan amonia berlebih dalam CSF.Beberapa metode pengujian glutamin yang tersedia
dan didasarkan pada pengukuran amonia dibebaskan dari glutamin tersebut.Ini lebih disukai
daripada pengukuran langsung dari CSF amonia karena konsentrasi glutamin tetap lebih
stabil dibandingkan konsentrasi volatil amonia dalam spesimen dikumpulkan.Tingkat CSF
Gluta-tambang juga berkorelasi dengan gejala klinis yang jauh lebih baik daripada yang
ammonia.yang hadir dalam SSP; Oleh karena itu, penentuan CSF glutamin menyediakan tes
tidak langsung keberadaan amonia berlebih dalam CSF. Beberapa metode pengujian glutamin
yang tersedia dan didasarkan pada pengukuran amonia dibebaskan dari glutamin tersebut.Ini
lebih disukai daripada pengukuran langsung dari CSF amonia karena konsentrasi glutamin
tetap lebih stabil dibandingkan konsentrasi volatil amonia dalam spesimen
dikumpulkan.Tingkat CSF Gluta-tambang juga berkorelasi dengan gejala klinis yang jauh
lebih baik daripada yang ammonia.
Sebagai konsentrasi amonia dalam meningkatkan CSF, pasokan dari-ketoglutarat
menjadi habis; glutamine tidak bisa lagi diproduksi untuk menghapus amonia beracun, dan
koma terjadi kemudian. Beberapa gangguan kesadaran hampir selalu terlihat ketika tingkat
glutamin lebih dari 35 mg / dL.13 Oleh karena itu, tes CSF glutamin adalah prosedur yang
sering diminta untuk pasien dengan koma yang tidak diketahui asalnya. Sekitar 75% dari
anak-anak dengan sindrom Reye mengalami peningkatan CSF glutamin levels.

Tes mikrobiologi
290

Peran laboratorium mikrobiologi dalam analisis CSF terletak pada identifikasi agen
penyebab meningitis. Untuk identifikasi positif, mikroorganisme harus recov¬ered dari cairan
dengan menumbuhkan pada media kultur yang sesuai. Ini bisa berlangsung dari 24 jam dalam
kasus-kasus meningitis bakteri sampai 6 minggu untuk meningitis TBC. Akibatnya, dalam
banyak kasus, budaya CSF sebenarnya konfirmasi daripada prosedur diagnostik.Namun,
laboratorium mikrobiologi memang memiliki beberapa metode avail¬able untuk memberikan
informasi untuk diagnosis awal.Metode ini meliputi pewarnaan Gram, pewarnaan asam-
cepat, persiapan tinta India, dan tes aglutinasi lateks.Pada Tabel 10-6, tes laboratorium yang
digunakan dalam diagnosis diferensial dari meningitis diperbandingkan.
Ringkasan Test Kimia cairan serebrospinal

protein
1. konsentrasi normal adalah 15 sampai 45 mg / dL .
2. Peningkatan nilai yang paling sering terlihat pada pasien dengan meningitis ,
perdarahan , dan multiple sclerosis .

glukosa
1. nilai normal adalah 60 % sampai 70 % dari concen¬tration plasma .
2. Penurunan tingkat yang terlihat pada pasien dengan bakteri , TBC , dan jamur
meningitis .

laktat
1. Tingkat > 35 mg / dL terlihat pada pasien dengan meningitis bakteri .
2. Tingkat > 25 mg / dL ditemukan pada pasien dengan meningitis TBC dan jamur .
3. Menurunkan tingkat yang terlihat pada pasien dengan meningitis viral .
glutamin
1. konsentrasi normal adalah 8 sampai 18 mg / dL .
2. Tingkat > 35 mg / dL berhubungan dengan beberapa gangguan kesadaran.
291

Gram Stain
Gram stain secara rutin dilakukan pada CSF dari semua kasus yang diduga
meningitis, meskipun nilainya terletak pada deteksi organisme bakteri dan jamur. Semua
smear dan budaya harus dilakukan pada spesimen terkonsentrasi karena seringkali hanya
sedikit organisme yang hadir pada awal penyakit. CSF harus disentrifugasi pada 1500 g
selama 15 menit, dan slide dan budaya harus disiapkan dari penggunaan sediment.23 dari
cytocentrifuge menyediakan spesimen yang sangat terkonsentrasi untuk Gram noda. Bahkan
ketika spesimen concen¬trated digunakan, setidaknya kesempatan 10% ada yang Gram noda
dan budaya akan negatif. Dengan demikian, kultur darah harus diambil, karena organisme
penyebab sering hadir di kedua CSF dan blood.9 A CSF Gram stain merupakan salah satu
slide yang paling sulit untuk ditafsirkan karena jumlah organisme ini biasanya kecil, dan
mereka bisa dengan mudah diabaikan, sehingga laporan negatif palsu. Juga, laporan positif
palsu dapat terjadi jika noda diendapkan atau puing-puing yang keliru untuk
mikroorganisme.Oleh karena itu, perawatan consid¬erable harus diambil ketika menafsirkan
noda Gram.Organisme yang paling sering ditemui meliputi Streptococcus pneumoniae (gram
positif cocci), Haemophilusinfluenzae (batang gram negatif pleomorfik), Escherichia coli
(batang gram-negatif), dan Neisseria meningitidis (gram negatif kokus). The gram positif
cocci, Streptococcus agalactiaeand batang gram positif Listeria monocytogenesmay akan
encoun¬tered pada bayi baru lahir.
Asam-cepat atau neon noda antibodi tidak rutin dilakukan pada spesimen kecuali
meningitis TBC adalah suspectedConsidering lamanya waktu yang dibutuhkan untuk budaya
mikobakteri, laporan positif dari smear ini sangat berharga.
Spesimen dari kemungkinan kasus meningitis jamur Gram bernoda dan sering
persiapan tinta India dilakukan pada mereka untuk mendeteksi keberadaan tebal
encap¬sulated Cryptococcus neoformans (Gbr. 10-35)
292

Figure 10–35 India ink preparation of C. Neoformans (x400). Notice budding yeast form.
(Courtesy of Ann K.Fulenwider, Md.)
Sebagai salah satu komplikasi lebih sering terjadi dari AIDS, cryptococ-cal meningitis
kini biasa ditemui di laboratorium klinis. Perhatian khusus harus diberikan untuk noda Gram
untuk pola Starburst klasik yang diproduksi oleh Cryptococ-cus, karena hal ini dapat dilihat
lebih sering daripada tinta positif India (Gbr. 10-36) .

Figure 10–36 Gram stain of C. neoformans showing starburst pattern (x1000). (Courtesy of
Ann K. Fulenwider, Md.)
Tes aglutinasi lateks untuk mendeteksi keberadaan C. neo-formansantigen dalam
serum dan CSF memberikan metode yang lebih sensitif daripada persiapan tinta
India.Namun, hasil pengujian immuno-logika harus dikonfirmasi oleh budaya dan
demonstrasi dari organisme oleh India tinta, karena reaksi positif palsu memang
terjadi.Gangguan oleh faktor rheumatoid adalah penyebab paling umum dari reaksi positif
palsu. Beberapa kit komersial dengan teknik pretreatment tersedia dan termasuk inkubasi
dengan dithiothreitol atau pronase dan mendidih dengan ethylenediaminetetra-asetat
acid.21,25 Teknik ELISA telah terbukti menghasilkan lebih sedikit results.
Lateks aglutinasi dan Immunosorbent Assay (ELISA) metode enzyme-linked
menyediakan sarana yang cepat untuk mendeteksi dan mengidentifikasi mikroorganisme
dalam CSF. Test kit yang tersedia untuk mendeteksi Streptococcus grup B, H. influenzaetype
293

b, S. pneumoniae, N. meningitidisA, B, C, Y, W135, dan E. coli K1 anti¬gens. Tes antigen


bakteri (BAT) tidak muncul untuk menjadi seperti sensitif terhadap deteksi meningitidisas N.
itu adalah untuk yang lain organisms.27 The BAT harus digunakan dalam kombinasi dengan
hasil dari hematologi dan laboratories kimia klinis untuk mendiagnosis meningitis. 28 Gram
noda masih merupakan metode yang direkomendasikan untuk deteksi organisms.

Pengujian serologi
Selain prosedur serologi dilakukan untuk identi¬fication mikroorganisme, pengujian
serologis CSF dilakukan untuk mendeteksi keberadaan neurosifilis.Penggunaan penisilin
pada tahap awal sifilis telah sangat mengurangi jumlah kasus neurosifilis.Akibatnya,
num¬ber permintaan untuk tes serologi untuk sifilis pada CSF adalah cur¬rently
rendah.Namun, deteksi antibodi yang terkait dengan sifilis di CSF masih tetap prosedur
diagnostik yang diperlukan.
Meskipun banyak tes serologi untuk sifilis yang berbeda tersedia saat pengujian
darah, prosedur yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
untuk mendiagnosa neurosifilis adalah kelamin Penyakit Penelitian Laboratorium (VDRL),
meskipun tidak sensitif seperti neon yang treponemal antibodi penyerapan (FTA-ABS) tes
untuk sifilis. Jika FTA-ABS yang digunakan, perawatan harus diambil untuk mencegah con-
tamination dengan darah, karena FTA-ABS tetap positif dalam serum kasus diobati sifilis.

PROSEDUR
Prosedur simulasi Cairan Spinal
Peralatan dan Reagen
1. Seluruh darah dikumpulkan pada hari yang sama di EDTA . "Ideal " spesimen darah untuk
mempersiapkan SSF memiliki jumlah putih sekitar 10 X 109 per liter , jumlah trombosit yang
rendah , dan diferensial normal muncul dengan setidaknya 20 % limfosit . Untuk
mempersiapkan 50 mL SSF , 5 sampai 7 mL darah diperlukan .
Solusi 2. Hanks ' seimbang garam ( 102 ) tanpa fenol merah , natrium bikarbonat , kalsium ,
atau magnesium ( Grand Island Biological Company , Grand Island , NY ) . Encerkan 01:10
dengan air deionisasi .
3. 30 % albumin serum sapi .
294

4. tabung Macrohematocrit .
5. kapiler ( Pasteur jenis) pipet , baik standar dan panjang 9 inci .
6. Horizontal centrifuge kepala . Sebuah model Beckman TJ6 ( Beckman Instruments , Inc ,
Palo Alto , California . ) Digunakan untuk studi ini

Langkah-langkah
1. Untuk setiap sampel SSF, mengeluarkan 50-mL dilusian bal¬anced larutan garam ke
dalam labu 125 mL Erlenmeyer. (Jumlah larutan garam seimbang dapat bervariasi; 50 mL
akan membuat sekitar 30 aliquot dari SSF.
2. Centrifuge darah dalam tabung koleksi asli di 300 g selama 5 menit. Sebuah buffy coat
abu-merah muda harus terlihat pada antarmuka antara plasma dan sel darah merah.
3. Aspirasi off sebanyak plasma mungkin dengan pipet capil¬lary. Jangan mengganggu atas
(mantel buffy) lapisan. Buang plasma.
4. Dengan pipet 9-inch kapiler dan gerakan melingkar, aspirasi dari plasma yang tersisa dan
seluruh lapisan mantel buffy. Sejumlah kecil lapisan RBC akan disedot ke dalam pipet pada
waktu yang sama. Ini dapat diterima.
Isi tabung macrohematocrit dengan mantel buffy ini mix¬ture. Jangan mencampur spesimen
darah dari lebih dari satu sumber dalam satu tabung (mereka mungkin menggumpalkan).
6. Centrifuge tabung macrohematocrit di 900 g selama 10 menit.
7. Pipet off sebanyak plasma mungkin dan dis¬card itu. Jika lapisan putih yang pasti
(trombosit) terlihat di atas mantel buffy abu-abu, hati-hati menghapus sebanyak itu mungkin
tanpa mengganggu lapisan abu-abu.
8. Dengan menggunakan pipet kapiler 9-inch bersih, aspirasi dari mantel buffy (dan sedikit
dari lapisan sel darah merah sebagai possi¬ble) dan menambahkannya ke botol yang berisi
larutan garam bal¬anced diencerkan. Bilas pipet beberapa kali.
9. Mix baik dan memeriksa konsentrasi sel darah merah dan leukosit dengan memeriksa SSF
dalam hemositometer a.
10. Sesuaikan konsentrasi sel yang diperlukan; tambahkan larutan garam yang lebih
seimbang untuk mengurangi jumlah sel darah merah dan leukosit. Jumlah sel darah merah
dapat ditingkatkan dengan menambahkan lebih banyak sel dari lapisan sel darah merah.
Karena seluruh mantel buffy telah digunakan, meningkatkan jumlah leukosit tidak mungkin.
295

11. Tambahkan satu tetes (sekitar 0,05 mL) dari 30% albumin bovine serum untuk setiap 50
mL SSF untuk setiap 30 mg / dL total protein yang diinginkan.
12. Mix baik dan mengeluarkan aliquot dari sekitar 1,5 mL SSF ke con¬tainers bertutup rapat
yang tepat.
Dari Lofsness dan Jensen, dengan izin

Tujuan dari melakukan tes untuk sifilis pada CSF adalah untuk mendeteksi kasus
aktif sifilis dalam SSP. Oleh karena itu, prosedur VDRL kurang sensitif, tingkat darah yang
menurun pada tahap selanjutnya sifilis, adalah forinfection lebih spesifik dari CNS.30 The
plasma cepat reagin (RPR) uji tidak dianjurkan untuk digunakan pada CSF, karena kurang
sensitif dan spesifik daripada VDRL. Untuk mencegah pengujian yang tidak perlu dari CSF
dalam kasus dugaan neurosifilis, tes serum positif harus diperoleh dengan menggunakan
FTA-ABS. Cairan dapat dibekukan sampai hasil serum yang available.

MengajarMenghanalisis cairanserebrospinal
Banyak masalah yang terjadi dalam analisis CSF adalah hasil dari pelatihan yang
tidak memadai dari personil melakukan tes.Hal ini dapat dimengerti bila kita menganggap
bahwa tidak hanya CSF sulit untuk mengumpulkan, tetapi juga bahwa sering ada sangat
sedikit cairan yang tersisa untuk praktek siswa setelah tes yang diperlukan telah
dijalankan.Persiapan cairan simulasi dengan menambahkan sel darah garam telah bertemu
dengan keberhasilan yang terbatas karena untuk insta¬bility dari sel-sel dalam garam dan
ketidakmampuan untuk melakukan kimia rutin analisis untuk glukosa dan protein. Lebih hasil
yang memuaskan dapat dicapai dengan menggunakan pro¬cedure cairan tulang belakang
simulasi disajikan dalam bab ini, yang menyediakan laboratorium mengajar dengan spesimen
yang cocok untuk semua jenis analy¬ses sel dan penentuan glukosa dan protein. Kelebihan
dari prosedur ini atas orang lain termasuk tidak adanya bicar¬bonate, yang dapat
menyebabkan menggelegak dengan cairan menipiskan asam; tidak adanya kalsium, yang
mencegah pembentukan bekuan darah ketika ditambahkan; stabilitas selama 48 jam di bawah
pendingin; tidak ada distorsi morfologi seluler; dan adanya glukosa dan protein.
PERTANYAAN STUDI
296

1. Fungsi CSF mencakup semua hal berikut , kecuali :


A. Penghapusan limbah metabolik
B. Memproduksi ultrafiltrasi dari plasma
C. Menyediakan nutrisi ke SSP
D. Perlindungan otak dan sumsum tulang belakang
2. CSF mengalir melalui :
A. Choroid pleksus
B. Pia materRuang
C. Arachnoid
D. Dura mater
3. Zat hadir dalam CSF yang contolled oleh :
A. granulasi Arachnoid
B. Darah - otak penghalang
C. Kehadiran katup satu arah
D. Darah - CSF penghalang

4. Tabung CSF berlabel 3 dikirim ke :


A. Departemen hematologi
B. departemen kimia
C. Departemen mikrobiologi
D. Departemen serologi
5. Tabung CSF yang harus didinginkan adalah :
A. Tabung 1
B. Tabung 2
C. Tabung 3
D. Tabung 4
6. Tempatkan huruf yang tepat di depan pernyataan yang paling menggambarkan spesimen
CSF dalam dua con - ditions :
A. tekan Trauma
B. intrakranial perdarahan
………… Pemerataan darah di semua tabung
297

………… supernatan Xanthochromic


…………Konsentrasi darah dalam tabung 1 lebih besar
…………dari dalam tabung 3
…………Spesimen berisi gumpalan
7. Kehadiran xanthochromia dapat disebabkan oleh semua hal berikut , kecuali :
A. Fungsi hati belum menghasilkan
B Degradasi RBC
C. perdarahan baru-baru ini
D. Peningkatan protein CSF
8. Sebuah pelikel web - seperti di spesimen CSF didinginkan merupakan indikasi dari :
A. meningitis TBC
B. Multiple sclerosis
C. CNS Primer keganasan
D. Viral meningitis
9. Mengingat informasi berikut , menghitung CSF jumlah WBC : sel dihitung , 80 ;
pengenceran , 01:10 ; kotak Neubauer besar dihitung , 10 .
A. 8
B. 80
C. 800
D. 8000
10. Sebuah CSF WBC count diencerkan dengan :
A. Air suling
B. saline normal
C. Asam asetat .
D. Methylene biru
11. Jumlah sel CSF keseluruhan pada cairan bening harus :
A. Dilaporkan seperti biasa
B. Tidak dilaporkan
C. dilusian dengan normal saline
D. Dihitung murni
12. Tujuan dari menambahkan albumin untuk CSF sebelum cytocentrifugation adalah untuk :
298

A. Meningkatkan hasil sel


B. Penurunan distorsi seluler
C. Meningkatkan pewarnaan seluler
D. Kedua A dan B
13. Perhatian utama ketika pleositosis neutrofil dan limfosit ditemukan dalam CSF adalah :
A. Meningitis
B. CNS keganasan
C. Multiple sclerosis
D. Perdarahan
14. Neutrofil dengan inti pyknotic dapat keliru untuk :
A. Limfosit
B. berinti sel darah merah
C. sel ganas
D. Sel berbentuk Spindle

15. Kehadiran dari mana dari sel berikut meningkat ketika CNS shunt malfungsi ?
A. Neutrofil
B. Makrofag
C. Eosinofil
D. Limfosit
16. Makrofag muncul di CSF berikut :
A. Perdarahan
B. berulang keran tulang belakang
C. Prosedur diagnostik
D. Semua di atas
17. berinti sel darah merah terlihat di CSF sebagai akibat dari :
A. Peningkatan sel darah merah darah
B. Pengobatan anemia
C. perdarahan berat
D. tulang sumsum kontaminasi
299

18. Setelah prosedur diagnostik CNS , yang berikut ini mungkin terlihat dalam CSF ?
A. Sel Choroidal
B. Sel ependymal
C. Sel Spindle berbentuk
D. Semua di atas
19. butiran Hemosiderin dan kristal hematoidin terlihat di :
A. Limfosit
B. Makrofag
C. Sel ependymal
D. Neutrofil

20. mieloblas terlihat dalam CSF :


A. Pada infeksi bakteri
B. Dalam hubungannya dengan SSP keganasan
C. Setelah pendarahan otak
D. Sebagai komplikasi leukemia akut

21. Sel limfosit menyerupai besar dan kecil dengan inti dibelah mewakili :
A. Sel Limfoma
B. Sel Choroid
C. Sel Melanoma
D. Sel Medulloblastoma
22. Nilai normal protein CSF adalah :
A. 6-8 g / dL
B. 15-45 g / dL
C. 6-8 mg / dL
D. 15-45 mg / dL
23. CSF dapat dibedakan dari plasma dengan pres¬ence dari :
A. Albumin
B. Globulin
C. prealbumin
300

D. Tau transferin
24. Dalam plasma , kedua protein yang paling umum adalah IgG ; di CSF , kedua protein
yang paling umum adalah :
A. transferrin
B. prealbumin
C. IgA
D. Ceruloplasmin
25. nilai protein Peningkatan CSF dapat disebabkan oleh semua hal berikut , kecuali :
A. Meningitis
B. Multiple sclerosis
C. kebocoran cairan
D. CNS keganasan
26. Integritas penghalang darah - otak diukur dengan menggunakan :
A. CSF Indeks albumin / serum
B. CSF / serum rasio globulin
C. Indeks CSF albumin
D. Indeks CSF IgG
27. Mengingat hasil berikut , menghitung indeks IgG : CSF IgG , 50 mg / dL ; IgG serum , 2
gm / dl ; CSF albu - min , 70 mg / dL ; serum albumin , 5 gm / dL .
A. 0,6
B. 6.0
C. 1,8
D. 2,8
28. Indeks CSF IgG dihitung dalam Studi Pertanyaan 27 merupakan indikasi dari :
A. Sintesis IgG dalam SSP
B. Kerusakan penghalang darah - otak
C. Cerebral perdarahan
D. Limfoma infiltrasi
29. Temuan band oligoclonal di CSF dan tidak dalam serum terlihat dengan :
A. Multiple myeloma
B. CNS keganasan
301

C. Multiple sclerosis
D. Infeksi virus
30. Sebuah glukosa CSF dari 15 mg / dL , jumlah WBC 5000 , 90 % neutrofil , dan protein
dari 80 mg / dL adalah sugestif dari :
A. jamur meningitis
B. Viral meningitis
C. TBC meningitis
D. Bakteri meningitis
31. Seorang pasien dengan glukosa darah 120 mg / dL akan memiliki glukosa CSF normal :
A. 20 mg / dL
B. 60 mg / dL
C. 80 mg / dL
D. 120 mg / dL

32. CSF laktat akan lebih consistantly menurun di :


A. Bakteri meningitis
B. Viral meningitis
C. jamur meningitis
D. TBC meningitis
33. Pengukuran yang berikut ini bisa diganti dengan analisis glutamin CSF pada anak-anak
dengan sindrom Reye ?
A. Amonia
B. Laktat
C. Glukosa
D. a- ketoglutarat
34. Sebelum melakukan pewarnaan Gram pada CSF , yang speci¬men harus:
A. Disaring
B. Karena panas sampai 37 ° C
C. disentrifugasi
D. Campur
35. Semua pernyataan berikut benar tentang meningitis cryp - toccocal kecuali :
302

A./ Persiapan tinta India adalah positif


B. Pola Starburst terlihat pada pewarnaan Gram
C. WBC count adalah lebih dari 2000
D. Tes imunologi konfirmasi tersedia
36. Tes pilihan untuk mendeteksi neurosifilis adalah :
A. RPR
B. VDRL
C. FTA
D. FTA - ABS

STUDI KASUS DAN SITUASI KLINIK


1. Tiga tabung CSF mengandung darah visi¬ble merata diambil dari pasien bingung 75 tahun
dan dikirim ke laboratorium. Hasil pengujian awal adalah sebagai berikut:
WBCCOUNT: 250 juLPROTEIN: 150 mg / dLGLUCOSE: 70 mg / dLGRAMSTAIN: Tidak
ada organisme terlihat DIFERENSIAL: Neutrofil, 68%; monosit, 3%; lym¬phocytes, 28%;
eosinofil, 1% Banyak makrofag yang mengandung sel darah merah tertelan
a. Bagaimana kondisi paling mungkin ditunjukkan oleh hasil ini? Menyatakan dua alasan
untuk jawaban Anda.
b. Adalah peningkatan jumlah WBC dan protein dari signifi¬cance? Jelaskan jawaban Anda.
c. Adalah persentase dari sel-sel di diferensial signifikansi apapun? Jelaskan jawaban Anda.
d. Apa dua struktur lain selain sel darah merah mungkin terkandung dalam makrofag?
e. jika darah itu tidak merata dan sel darah merah nucle¬ated dan struktur kapiler terlihat
bukan makrofag, apa yang akan menunjukkan ini?
2. Seorang pasien dengan AIDS dirawat di rumah sakit dengan gejala demam tinggi dan
kekakuan leher. Tes laboratorium rutin di acara CSF hitungan WBC dari 100 / | L dengan
dominasi limfosit dan monosit, glu-cose dari 55 mg / dL (plasma: 85 mg / dL), dan protein
dari 70 mg / dL. Gram stain menunjukkan pola bintang-meledak dipertanyakan.
a. Apa pemeriksaan mikroskopis tambahan harus dilakukan?
b. Jika tes ini positif, apa yang diagno¬sis pasien?
c. Jika hasil tes dipertanyakan, apa pengujian tambahan dapat dilakukan?
303

d. Apa yang bisa menyebabkan reaksi positif palsu dalam tes ini?
e. Jika tes yang disebutkan dalam a dan c adalah negatif, tingkat glukosa adalah 35 mg / dL,
dan pellicle sebuah diamati dalam cairan, apa pengujian tambahan harus per¬formed?
f. Jika CSF dan serum IFE dilakukan pada pasien ini, apa temuan yang tidak biasa mungkin
hadir?
3. Seorang wanita 35 tahun dirawat di rumah sakit dengan gejala penglihatan kabur
intermiten, kelemahan, dan hilangnya sensasi di kakinya. Sebuah pungsi lumbal dilakukan
dengan hasil sebagai berikut: PENAMPILAN: tak berwarna, jelas
WBCCOUNT: 35 sel / (90% limfosit) GLUKOSA: 60 mg / dL (plasma: 100 mg / dL)
PROTEIN: 60 mg / dL (serum: 8 g / dL) ALBUMIN: 40 mg / dL (serum: 6 g / dL)
IGGglobulin: 20 mg / dL (serum: 2 g / dL)
a. Nama dan melakukan perhitungan untuk menentukan integritas penghalang darah-otak
pasien.
b. Apakah pasien memiliki penghalang utuh?
c. Nama dan melakukan perhitungan yang digunakan untuk deter¬mine jika IgG sedang
disintesis dalam SSP.
d. Apa hasil ini menunjukkan?
e. Mengingat gejala klinis pasien dan hasil perhitungan, apa diagnosis sug¬gested?
f. Jika immunofixation elektroforesis dilakukan pada serum pasien dan CSF, apa temuan
yang diharapkan?
g. Apa substansi dalam CSF dapat diukur untuk memantau pasien ini?

4. Mary Howard, usia 5, dirawat di bangsal pediatri dengan suhu 105 ° F, lesu, dan kekakuan
cervi¬cal. Ketukan tulang belakang lumbar dilakukan, dan tiga tabung dari CSF berawan
dikirim ke labora¬tory tersebut. Hasil uji pendahuluan adalah sebagai berikut:
PENAMPILAN: Hazy
WBCCOUNT: 800 sel / | L
DIFERENSIAL: 80% limfosit, 15% monosit,
5% neutrofil
PROTEIN: 65 mg / dL
GLUKOSA: 70 mg / dL
304

GRAMSTAIN: Tidak ada organisme dilihat


a. Dari hasil ini, apa diagnosis awal bisa dokter mempertimbangkan?
b. Apakah hasil pewarnaan Gram dari makna khusus? Mengapa atau mengapa tidak?
c. Adalah limfosit penting? Mengapa atau mengapa tidak?
d. Akan tes laktat CSF menjadi nilai apapun untuk diagnosis? Mengapa atau mengapa tidak?
5. Menyatakan kemungkinan kesalahan teknis yang dapat mengakibatkan perbedaan berikut:

a. Jumlah yang tidak biasa Gram noda dilaporkan sebagai gram positif kokus gagal
dikonfirmasi oleh budaya posi¬tive.
b. Seorang dokter mengeluh bahwa perbedaan CSF yang dilaporkan hanya sebagai
polynuclear dan sel-mononu jelas.
c. Bakteri diamati pada diferensial cytospin can¬not dikonfirmasi oleh Gram stain atau
budaya.
d. Sebagian spesimen CSF dikirim ke laboratorium dari klinik neurologi memiliki pembacaan
glukosa kurang dari 50% dari hasil glukosa darah corre¬sponding dilakukan di klinik.

BAB 11

SEMEN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan pembelajaran bab ini, pembaca diharapkan mampu :

1. Menyebutkan struktur atau bagian-bagian dan fungsi organ yang terlibat dalam
produksi sperma.
2. Menjelaskan empat komponen pembentuk semen, berkaitan dengan sumber dan
fungsinya.
3. Menjelaskan tampilan normal dari semen dan tiga abnormalitasnya.
4. Menyebutkan dua kemungkinan penyebab volume atu jumlah sperma sedikit.
305

5. Mendiskusikan perbedaan pencairan semen dengan viskositas semen


6. Menghitung konsenterasi sperma dan menghitung jumlah sel sperma jika dibutuhkan,
pelarutannya, wadah yang digunakan untuk menghitung sperma, dan volume
ejakulasi.
7. Mendefinisikan sel round dan menjelaskan karakteristiknya.
8. Menyebutkan dua parameter yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi motilitas
sperma.
9. Menjelaskan tampilan umum sperma normal, termasuk struktur dan fungsinya.
10. Membedakan antara kriteria rutin dan kriteria terbatas untuk mengevaluasi morfologi
sperma.
11. Memberikan hasil abnormal dalam analisis rutin semen, menentukan tes tambahan
yang mungkin diperlukan.
12. Menjelaskan metode rutin yang digunakan untuk mendeteksi antibody antisperma.
13. Menuliskan dua metode untuk mengidentifikasi jika ada cairan yang diduga sebagai
cairan semem.
14. Menyebutkan nilai normal untuk analisis semen rutin dan pemeriksaan lanjutannya
menurut WHO.
15. Mendiskusikan jenis-jenis dan perbedaan tiap-tiap tes fungsi sperma.
16. Menjelaskan metode untuk mengontrrol kualitas yang baik dari analisis semen.

ISTILAH KUNCI :

Acromosal cap
Andrology
Pencairan semen
Semen
Spermatid
spermatozoa

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang andrologi dan sistem


reproduksi terpadu, disertai meningkatnya kesadaran tentang fertilitas (kemampuan
bereproduksi/ tinkat kesuburan) khususnya pada pasangan yang ingin memiliki anak
dalam kehidupannya menghasilkan peningkatan emphasis dalam analiis semen.
Pasien dengan hasil rutin semen analisis yang abnormal dari pemeriksaan di
laboratorium klinik akan menuju laboratorium spesialis andology untuk pemeriksaan
lanjutan guna menentukan perlu tidaknya in vitro fertilization (IVF). Petugas
laboratorium klinik mungkin saja bekerja di laboratorium andrology dan melakukan
pemeriksaan baik tes rutin ataupun tes khusus.
306

Untuk mengetes fertilitas (tingkat kesuburan), petugas laboratorium klinik


melakukan pemeriksaan analisis semen postvasektomy dan analisis forensik untuk
memastikan adanya cairan semen.

 FISIOLOGI

Semen dibentuk oleh empat bagian jaringan di dalam testis yaitu epididimis,
pemuluh darah seminal, prostat, dan kelenjar bulbourethral (gambar 11-1). Setiap
bagian jaringan tersebut berbeda dalam komposisi yang dihasilkannya, dan perpaduan
fungsi dan komponen yang dihasilkan masing-masing bagian tersebut ketika ejakulasi
merupakan bagian penting dalam proses produksi spesimen semen yang normal
(Tabel 11-1).

Testis berisi tubulus seminiferus. Sel induk untuk menghasilkan spermatozoa


berada di sel epitel dalam tubulus seminiferus tersebut. Sel sertoli secara khusus
menyediakan suplai nutrisi untuk sel induk ketika sel induk bermitosis dan meiosis
(spermatogenesis/proses pembentukan sperma). Ketika spermatogenesis selesai,
sperma yang immatur/ belum matang (non motil) akan masuk ke epydidimis. Di
dalam epididimis, sperma immatur akan dimatangkan menjadi sperma matur/ dewasa
dan membentuk flagel. Sperma yang sudah matur tersebut akan berada di epididimis
sampai terjadinya ejakulasi. Ketika ejakulasi, sperma matur akan menuju vas deferens
kemudian ke duktus ejakuatorius barulah dikeluarkan/disemprotkan.

Duktus ejakulatorius menerima sperma dari duktus deferens/vas deferens dan


cairan dari seminal vesikel. Seminal vesikel menghasilkan cairan utama semen (60-
70%). Cairan tersebut terdiri dari fruktosa berkonsenterasi tinggi. Spermatozoa
membutuhkan fruktosa untuk metabolisme sel untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk membetuk flagel yang berguna untuk pergerakan seprma ketika
berada dalam saluran reproduksi wanita. Jika fruktosa tidak tersedia, sperma tidak
akan menunjukkan motilitas sperma dalam pemeriksaan analisis semen.

Kelenjar otot prostat terletak di bawah bladder/vesika urinaria/kandung kemih


mengelilingi uretra bagian atas dan berperan dalam menyemprotkan sperma ke uretra dengan
berkontraksi ketika ejakulasi. Sekitar 20%-30% volume semen adalah cairan bersifat asam
yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Cairan asam tersebut berisi asam fosfat yang
berkonsenterasi tinggi, asam sitrat, zinc, dan enzim proteolitik yang bertanggung jawab
dalam proses koagulasi/ pembekuan dan pencairan semen kemudian diejakulasikan.

Kelenjar bulbourethal terletak di bawah prostat, menghasilkan 5% volume cairan


semen yang bersifat kental,yaitu mukus alkalin yang membantu menetralkan keasaman dari
sekresi prostat dan vagina. Sangat penting bagi semen untuk bersifat basa untuk menetralkan
307

keasaman vagian yang terjadi karena keberadaan flora normal vagina. Tanpa mukus alkali
yang mentralisir keasaman ini, motilitas sperma akan hilang.

 PENGUMPULAN SPESIMEN

Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam pemeriksaan tingkat fertilitas


pria, diperlukan pengumpulan sampel yang sesuai dan cukup karena semen terdiri dari
berbagai komposisi. Sperma umumnya banyak terdapat pada ejakuasi/semprotan pertama,
sehingga pengumpulan sampel secara komplit penting untuk menghasilkan ketepatann tes
fertilitas dan postvasektomi. Pasien harus diberi penjelasan yang detail tentang intruksi cara
pengumpulan spesimen.

Spesimen dikumpulkan mengikuti periode tidak melakukan hubungan seksual yaitu 2-


3 hari atau tidak lebih dari 5 hari. Spesimen yang dikumpulkan dari periode yang terlalu lama
cenderung memiliki volume cairan yang lebih banyak dan menurunkan motilitas sperma.
Ketika melakukan pemeriksaan fertilitas, dua atau tiga sampel biasanya diuji dalam interval 2
minggu, dengan hasil infertil jika dua sampel menunjukkan abnormalitas. Laboratorium harus
memperlakukan sampel dalam gelas hangat steril atau wadah plastik steril. Jika
memungkinkan, spesimen dikumpulkan di dalam ruangan yang disediakan oleh laboratorium.
Akan tetapi, jika kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi misalnya spesimen diambil di rumah,
spesimen harus disimpan pada suhu ruangan dan dikirimkan ke laboratorium dalam rentang
waktu satu jam setelah pengumpulan. Petugas laboratorium harus mencatat waktu
pengambilan spesimen dan waktu ketika spesimen diterima. Spesimen yang menunggu
proses analisis harus disimpan pada suhu 37oC. Spesimen harus diambil melalui masturbasi,
jika tidak memungkinkan, hanya karet non-lubricant atau kondom plyurethane yang boleh
digunakan. Kondom biasa tidak diperbolehkan karena mengandung zat pembunuh sperma.

 PENANGANAN SPESIMEN

Semua spesimen semen berpotensi menjadi reservoar HIV dan virus hepatitis
sehingga standar perlindungan diri harus digunakan selama melakukan pemeriksaan.
Spesimen diperlakuakan sebagai sampah biohazard ketika dibuang.

ANALISIS SEMEN

Analisis semen untuk evaluasi fertilitas dilakuakn secara makroskopi dan mikroskopi.
Parameter yang digunakan meliputi penampilan, volume, viskositas/kekentalan, pH,
konsenterasi dan jumlah sperma, motilitas, dan morfologi. Nilai normal parameter etersbut
dapat dilihat pada tabel 11-2
308

 PENAMPILAN
Semen yang normal berwarna putih keabu-abuan, terlihat tembus pandang, dan memiliki
bau khas musty. Semakin putih warna semen mengindikasikan adanya sel darah putih
dan infeksi dalam saluran reproduksi. Jika diperlukan, kultur spesimen dapat dilakukan
sebelum analisis sememn dilanjutkan. Saat dilakukan pemeriksaan mikroskopik, sel
darah putih harus dibedakan dengan sel sperma yang imatur (spermatid). Untuk
mengetahui ada tidaknya sel darah putih dalam semen, dapat dilakukan tes menggunakan
leukosit setrase reagent strip/ strip regen leukosit estrase. Variasi warna kemerahan pada
semen berhubungan dengan adanya sel darah merah dalam semen dimana kondisi ini
adalah abnormal. Warna kekuningan mungkin disebabkan kontaminasi urine, atau
spesimen yang dihasilkan dari periode tidak melakukan hubungan seksual yang terlalu
lama, ataupun karena obat-obatan. Urine bersifat tiksin bagi sperma, sehingga akan
mempengaruhi evaluasi dari motilitas sperma.

 PENCAIRAN SPERMA

Spesimen semen yang baru saja dihasilkan dari ejakulasi biasanya dibekukan dan
harus dilarutkan 30-60 menit setelah pengumpulan. Selain itu, dokumentasi waktu
pengumpulan sampel sangat penting untuk mengevaluasi semen liquefaction. Analisa
spesimen tidak bisa dimulai sampai liquefactction selesai. Jika setelah 2 jam spesiemn
tidak mencair, enzim proteolitik seperti alpha-chymotripsin mungkin ditambahkan
sehingga analisis dapat dilakukan. kegagalan dalam liquefaction mungkin disebabkan
oleh defisiensi enzim prostatik dan hal ini harus dilaporkan.

 VOLUME
Volume normal semen antara 2-5ml. Volume semen bisa diukur dengan menuangkan
spesimen ke dalam a clean graduated cylinder calibrated in 0,1 ml increments.
Peningkatan volume kemungkinan terjadi pada ebstinence yang lama. Pengurangan
volume lebih banyak berhubungan dengan infertilitas dan mengindikasikan adanya
fungsi yang terganggu dari salah satu bagian organ yang bertugas memproduksi
semen, terutama fungsi vesikel seminal. Pertimbangan lain yang juga mungkin
menyebabkan volume sperma sedikit yaitu pengumpulan spesimen yang tidak
komplit.

 VISKOSITAS/KEKENTALAN

Viskositas sperma adalah konsistensi cairan sememn dan mungkin berhubungan


dengan . speciemn yang tidak terlarut sempura akan menggumpal dan kental.
Kekentalan spesiemn sperma yang normal ditunjukkan dengan mudahnya spesimen
semen untuk masuk ke dalam pipet dan bisa dikeluarkan dari piplet tanpa membentuk
gumpalan melainkan seperti droplet. Droplet yang terbentuk tampak kecil-kecil. Jika
309

droplet yang dikeluarkan dari droplet besarnya lebih dari 2 cm maka kemungkinan
spesiem semennya terlalu kental. Untuk menilai viskositas spesimen semen dapat
menggunakan rentang dari 0 (tampak encer seperti air) sampai 4 (seperti jel).
Viskositas semen juga dapat dilaporkan dengan kriteria rendah, normal, dan tinggi.
Peningkatan viskositas sperma dan pelarutan yang tidak sempurna mengurangi
motalitas sperma.

 KONSENTERASI SPERMA ATAU JUMLAH SPERMA

Walaupun proses fertilisasi terjadi hanya dengan satu spermatozoon, akan


tetapi jumlah sperma yang sebenarnya dalam spesimen semen adalah perhitungan
yang paling akurat dalam menunjukkan tingkat fertilitas seseorang. Nilai normal
sperma pada umumnya di atas 20 juta sperma per mililiter, dengan konsenterasi antara
10-20 juta per mililiter sebagai batas bawah/ nilai minimal. Nilai total/ jumlah sperma
diketahui dengan mengalikan konsenterasi sperma dengan volume spesimen. Total
sperma lebih dari 40 juta per mililiter disebut normal (20 mililiter x 2 ml).
Di laboratorium klinik perhitungan konsenterasi sperma biasanya dilakukan
dengan menggunakan tabung pengahitung Neubaueur. Penghitungan jumlah sperma
dilakukan menggunakan cara yang sama dengan penghitungan sel cairan
serebrospinal, yaitu dengan melarutkan spesimen di dalam tabung Neubauer.
Rasio pelarutan yang paling umum yaitu 1;20 dipersiapkan dengan
menggunakan pipet mekanikal (possitive disspalcement). Pelarutan semen sangatlah
penting karena sperma yang tidak bergerak sebagai prioritas untuk dilakukan
penghitungan. Pelarut yang dapat digunakan terdiri dari sodium bikarbonat dan
ormalin, tetapi bisa menyebabkan sel sperma imobilisasi, sedangkan untuk hasil yang
baik bisa dicapai dengan menggunakan salin dan air terdestilasi.
Dengan menggunakan Neurbeur hemocitometer, sperma biasanya dihitung
dari empat sudut dan kotak pusat dari keseluruhan penampang kotak Neurbeuer, sama
dengan cara pernhitungan sel darah merah (RBC) secara manual. Kedua sisi dari
hemositometer ditampilkan kemudian dihitung sekitar 10 % dari areanya. Nilai rata-
rata dari penghitungan digunakan dalam kalkulasi. Jika hasil penghitungan tidak
sepakat/sama maka kedua tahap yaitu pelarutan dan penghitungan harus diulang.
Penghitungan diulang dengan menggunakan fase lain atau mikroskopi bright-field.
Hanya sperma yang matur/berkembang yang dihitung. Sperma dan sel darah
putih yang imatur sering disebut “round” sel tidak termasuk dalam hitungan. Bisa
saja keberadaan sperma dan sel darah putih yang imatur ini signifikan atau banyak
dan sel-sel ini harus diidentifikasi dan dihitung secara terpisah. Noda yang dihitung
dalam pelarut harus dibedakan antara sel sperma imatur (spermatid) dan leukosit, dan
sel-sel tersebut dapat dihitung dengan cara yang sama seperti penghitungan sperma
matur. Jika jumlah leukosit lebih dari 1 juta sel permililiter maka berhubungan dengan
inflamasi atau infeksi dari organ reproduksi yang bisa menyebabkan infertilitas.
310

Keberadaan spermatid lebih dari 1 juta sel per mililiter mengindikasikan


gangguan dalam proses spermatogenesis. Hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi
virus, paparan zat kimia berbahaya/toksik , dan masalah genetik.

 PENGHITUNGAN KONSENTERASI SPERMA DAN JUMLAH SPERMA

Penghitungan konstenterasi sperma tergantung pada proses pelarutan dan ukuran serta
jumlah kotak yang dihitung. Ketika menggunakan rasio 1:20 pelarutannya dan
menghitung lima kotak (RBCs) di dalam kotak pusat seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, julah sperma bisa jadi dikalikan 1.000.000 (ditambahkan 6 angka nol)
untuk menyamakan konsenterasi sperma per mililiter. Perhatikan bahwa tidak seperti
penghitungan sel darah, konsenterasi sperma dilaporkan dalam mililiter bukan
mikroliter. Penghitungan konsenterasi sperma juga bisa dilakukan dengan
menggunakan rumus dasar untuk penghitungan sel yang tertutup ( selll counted
covered di BAB 10). Oleh karena rumus ini menggunakan satuan mikroliter, maka
gambaran atau hasilnya harus dikalikan dengan 1000 untuk menghitung jumlah
sperma per mililiter. Penghitungan total sperma dengan mengalikan jumlah sperma
per mililiter dengan volume sperma.

Contoh :
1. Menggunakan pelarutan 1:20, rata-rata 60 sperma terhitung dari 5 penghitungan
kotak RBC dari kedua sisi hemositometer. Menghitung konsenterasi sperma per
mililiter dan total sperma dalam suatu spesimen dengan volume 4 ml.
60 sperma yang dapat dhitung x 1.000.000 = 60.000.000 sperma/ml
60.000.000 sperma/ml x 4 ml =240.000.000 sperma/ejakulasi

2. Dalam pelarutan 1:20, 600 sperma dapat dihitung dari dua kotak penhitungan sel
darah putih (WBC). Hitung konsenterasi sperma per mililiter dan total sperma
dari suatu spesimen dengan volume 2 ml.
600 sperm yang dapat dihitung x 20 (larutan)
2 sq mm ( squares counted x 0,1 µl (depth/kedalaman)
= 60.000 sperma/ µl (volume counted)
60.000 sperma/ µl x 1000 = 60.000.000 sperma/ µl

60.000.000/ml x 2 ml = 120.000.000 sperma/ejakulasi

Berbagai metode telah dikembangkan menggunakan desain khusus dan wadah/tabuh


penghitungan sekali pakai tidak bisa digunakan untuk melarutkan spesimen.
Perbandingan metode ini dan metode standar penghitungan Neurbauer menunjukan
hubungan yang jelek/rendah antara metde Neurbauer dan juga metoda lainnya.
311

Metode yang direkomendasikan oleh WHO adalah Neubauer chamber count


(penghitungan Neurbauer).

 MOTALITAS SPERMA

Kemampuan sperma untuk bergerak maju, progresifitas pergerakan adalah hal


paling penting fertilitas laki-laki, karena ketika sperma berada di cervix (mulut
rahim), sperma itu sendiri harus bergerak menelususi lapisan mukosa cervix, tuba
fallopi, dan bertemu ovum. Secara tradisional, laboratorium klinik melaporkan
motilitas sperma dihasilkan melalui evaluasi subjektif melalui memeriksa spesimen
yang tidak dilarutkan dan menentukan presentase sperma ynag mampu bergerak
(sperma yang motil) dan kualitas dari pergerakannya atau motilitasnya.

Pengkajian motilitas sperma harus dilakukan ketika semen benar-benar


tercampur, pengenceran semen terjadi dalam satu jam setelah spesimen dikumpulkan.
Praktek dalam menguji motilitas sperma dilakuakn pada suatu inteval waktu ( 1 jam),
jika waktu pengujian memanjang maka tujuan pemeriksaan tidak akan tercapai. Untuk
menyediakan hasil yang berkesinambungan, petugas laboratorium harus
menempatkan jumlah semen yang sama di dalam wadah tertutup yang juga berukuran
sama, misalnya 10 µl spesimen di dalam 22x22 mm wadah terutup. Presentase sperma
menunjukkan pergerakan sperma ke depan dapat diperkirakan setelah mengevaluasi
sekitr 20 high-power fields (kemampuan sperma bergerak dalam jarak 20). Motilitasi
dievaluasi dengan menggunakan kecepatan dan arah. Pembagian tingkatan
berdasarkan suatu skala dari sampai 4, dimana 4 mengindikasikan cepat, pergerakan
searah garis lurus, dan 0 mengindikasikan tidak ada pergerakan (tabel 11-3). Motilitas
minumum dari 50% sperma dengan skala 2.0 setelah satu jam menunjukkan motilitas
sperma dlam kondisi normal.

WHO menggunakan skala tingkatan a,b,c, d (lihat tabel 11-3). Interpretasinya


yaitu dimana dalam satu jam, 50% sperma atau lebih harus bergerak dlam kategori
a,b, dan c, atau 25% atau lebih sperma harus menunjukkan motilitas yang perogresif
(a dan b).

 MORFOLOGI SPERMA

Jika hanya dengan jumalh sperma yang mencukupi, motilitas sperma yang
normal saja tidak cukup untuk menetukan tingkat fertilitas. Keberadaan sperma yang
morfologinya abnormal juga bisa menyebabkan infertilitas.

Morfologi sperma dilihat dengan seksama dari struktur kepalanya, bagian


leher, badan sperma, dan ekor. Abnormalitas di bagian kepala sperma berhubungan
dengan kemampuan penetrasi sperma menembus ovum yang buruk, jika abnormalitas
312

terjadi di bagian leher sperma, badan, dan ekor sperma akan mempengaruhi motilitas
atau pergerakan sperma.

Sperma yang normal memiliki kepana berbentuk oval yang panjangnya sekitar
5 µm dan lebarnya 3 µm, serta panjang ekor flagelnya sekitar 45 µm (gambar 11-3).
Bagian penting untuk menembus ovum yaitu enzim yang berisi acrosomal cap yang
terletak di ujung kepala sperma. Acrosomal cap harus berada di setengah bagian
kepala sperma dan menutupi sekitar dua per tiga nukleus sperma. Bagian leher
melekat pada kepala sperma kemudian menghubungkan ekor dan badan sperma.
Badan sperma merupakan bagian yang paling tebal dari ekor karena dikelilingi oleh
jaringan mitokondria yang berfungsi menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
pergerakan sperma.

Morfologi sperma dievaluasi dari dengan apus tipis dengan alas minyak.
Staining bisa dilakukan menggunakan pewarnaan Wrights, Giemsa, atau papanicolou
tergantung dari pilhan petugas laboratorium. Sediaan yang telah dikeringkan dengan
udara stabil digunakan selama 24 jam. Sekurangnya 200 sperma harus dievaluasi dan
presentase sperma abnormal dilaporkan. Identifikasi rutin abnormalitas pada struktur
kepala termasuk kepala ganda, kepala raksasa dan bentuk yang amporhy, pinheads,
kepala tappered, dan kepala constricted. Ekor sperma abnormal berupa ekor ganda,
melingkar-lingkar, dna ekor pendek/terputus (gambar 11-6 dan 11-7).

Gsmbsr 11-5 spermatozoa dengan kepala amophus, hematoxyclineosin


(x1000).

Panjang leher sperma yang abnormal mungkin menyebabkan kepala sperma


ke belakang dan mempengaruhi motilitas.

Parameter tambahan lainnya dlam mengevaluasi morfologi sperma meliputi


pengukuran kepala, leher, dan ekor. Parameter tersebut disebut kriteri khusus
Kruger’s (Kruger’s strict criteria). Pemeriksaan dengan stict criteria sesuai dengan
tahapan mikrometer atau morfometry. Saat ini, evaluasi morfologi sperma
menggunakan stict criteria bukan hal rutin yang dilakukan di laboratorium klinik,
tetapi pemeriksaan tersebut direkomendasikan oelh WHO. Evaluasi strict criteria
merupakan bagian integral dalam menunjang pemeriksaan fungsi reproduksi.

Nilai normal morfologi sperma tergantung pada metode evaluasi yang


digunakan. Jika ditemukan morfologi sperma abnormal lebih dari 30% menggunakan
kriteria umum/rutin dan lebih dari 14% menggunakan strict criteria dikatakan terdapat
abnormalitas morfologi sperma.

 PENGHITUNGAN JUMLAH ROUNDS CELLS


313

Perbedaan dan penghitungan rounds cells (sperma imatur dan leukosit) bisa dilakukan
ketika memeriksa morfologi sperma (gambar 11-9). Dengan menghitung jumlah
spermatid atau leukosit yang terlihat berada di sekitar 100 sel sperma matur, jumlah
per mililiter dapat dihitung menggunakan rumus :

C=NxS
100

N yaitu jumlah sperma atau neutrofil per 100 sperma matur, dan S adalah
konsenterasi sperma per mililiter. Metode ini dapat digunakan ketika menghitung
tetapi tidak dapat digunakan untuk penghitungan hemocitometer dan untuk
memverifikasi penghitungan menggunakan hemositometer.

Gambar 11-8 spermatozoa dengan leher pendek dan spermatid , hematoxylin-eosin


(x1000).

Gambar 11-9 spermatozoa immatur, hematoxylin-eosin (x1000).

 PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Jika abnormalitas ditemukan dari berbagai tes rutin yang telah dijelaskan
sebelumnya, pemeriksaan tambahn mungkin diperlukan (tabel 11-4). Pemeriksaan
yang paling sering dilakukan yaitu untuk melihat viabilitas sperma, level fruktosa
pada cairan seminal, sperma aglutinins, dan infeksi mikrobial.

VIABILITAS SPERMA

Penurunan viabilitas sperma mungkin dicurigai ketika suatu spesimen menunjukkan


penurunan motilitas. Viabilitas dievaluasi dengan mencampurkan spesimen dengan
pewarnaan eosin-nigrosin, mempersiapkan sediaan apus, dan menghitung jumlah sel
yang mati dalam 100 sperma. Sel sperma yang hidup tidak terinfiltasi oleh pewarna
dan menyisakan warna putih kebiruan, jika sel sperma mati maka warna yang muncul
yaitu merah dengan latar berwarna ungu (gambar 11-10). Viabilitas sel sperma
dikatakan normal jika 75% sel spermanya hidup dan harus disertai dengan evaluasi
pemeriksaan motilitas sebelumnya.

FRUKTOSA CAIRAN SEMINAL

Konsenterasi sperma yang rendah mungkin disebabkan kekurangan komponen


pendukung di vesikel seminal. Hal ini bisa ditandai dengan rendahnya atau bahkan
ketiadaan level fruktosa di dalam semen. Spesiemn dapat dilihat untuk mengetahui
314

level fruktosa menggunakan tes resoctinol yang menghasilkan warna oranye ketika
keberadaan fruktosa terdeteksi atau terkandung dalam semen.

Level kuantitatif normal dari fruktosa sama dengan atau lebih dari 13 µmol
pada setiap ejakulasi. Untuk mengetahui hal tersebut bisa menggunakan metode
spektofotometrik. Spesimen untuk pemeriksaan fruktosa harus diuji dalam rentang
waktu 2 jam atau dibekukan untuk mencegah fruktolisis.

ANTIBODI ANTISPERMA

Antibodi antisperma bisa terdapat pada laki-laki maupun perempuan. Antibodi


antisperma bisa dideteksidi dalam semen, mukosa cervix, atau serum dan menjadi
pertimbangan kemungkinan penyebab infertilitas. Kondisi tersebut bukan kondisi
normal jika menunjukkan adanya antibodi, adapun laki-laki lebih sering menunjukkan
adanya antibodi antisperma.

Gambar 11-10 spermatozoa nonviabel ditunjukkan dengan pewarnaan eosin-nigrosin


(x1000).

Pada kondisi normal, darah dalam testis memisahkan sperma dari sistem imun
laki-laki. Ketika penghalang ini terganggu, misalnya terjadi setelah menjalani operasi,
vasectomi reversal (vasovasectomi), trauma, dan infeksi, antigen dalam sperna
menghasilkan suatu kekebalan sebagai respon terhadap terjadinya kerusakan sperma.
Kerusakan sperma mungkin menyebabkan produksi antibodi pada pasangannya.

Adanya antibodi pada seorang laki-laki bisa dicurigai jika terlihat


penggumpalan ketika analisis semen rutin sedang dilakukan. adanya antibodi
antisperma pada wanita mungkin ditunjukkan dengan pencampuran cairansemen
dengan mukosa cervix atau serum dan observasi terjadinya aglutinasi. Berbagai alat
untuk menguji imun tersedia baik untuk spesimen semen ataupun tes serum.

Dua metode yang paling sering digunakan untuk mengetahui adanya antibodi
antispermaaaa yaitu tes mixed agglutinantion reaction (MAR) dan tes immunohead.
Tes MAR adalah sebuah prosedur penapisan yang sering jadi pemeriksaan pertama
untuk mendeteksi adanya antibodi immunoglobulin G (IgG). Sampel semen berisi
sperma matur yang terinkubasi dengan IgG antihuman gobulin (IgG) dan suatu
larutan suspensi dari partikel karet atau sel darah merha yang terbungkus oleh IgG.
Bivalensi atau hubungan ganda antara ikatan AHG secara simultan atau terus-menerus
dengan sperma dan antibodi dalam partikel karet atau sel darah merah (RBC)
menampilkan gambaran mikroskopis yang menunjuukan gumpalan sperma dan
315

partikel atau sel. Jika kurang dari 10% sperma yang bergerak berlekatan dengan
partikel dikatakan normal.
Tes immunobead merupakan prosedur yang lebih spesifik yang bisa
digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi IgG, IgM, dan IgA dan menunjukkan
ada di bagian atau area sperma mana (kepala, bagian leher, badan sperma, atau ekor)
yang terpengaruh oleh autoantibodi. Jika bagian kepala terpengaruh antibodi bisa
mempengaruhi kemampuan penetrasi sperma ke dalam mukosa cervix atau ovum, jika
bagian ekor yang terdeksi adanya antibodi maka akan mempengaruhi pergerakan
sperma saat melalui mukosa cervix. Dalam tes immunobead, sperma dicampur dengan
partikel poliakrilamide yang diketahui dapat dilapisi dengan antibodi lain seperti IgG,
anti-IgM, atau anti-IgA. Pemeriksaan mikroskopis sperma menunjukkan partikel
berlekana dengan sperma pada area tertentu. Tergantung pada jenis partikel yang
digunakan, hasail tes bisa dilaporkan sebagai “ IgM antibodi pada ekor”/ “IgM tail
antibody”, IgG antibodi pada kepala/”IgG head antibodi”.\, dan seterusnya. Adanya
partikel yang berlekatan tersebut sebanyak kurang dari 20% sperma masih dikatakan
normal.

TES MIKROBA DAN KIMIA

Adanya leukosit lebih dari 1 juta sel per milimeter mengindikasikan terjadinya
infeksi di sistem reproduksi, yang sering terinfeksi biasanya prostat. Kultur rutin
aerobik dan anerobik untuk medeteksi Chalmydia trachomatis, Mycoplasma homtris,
dan Ureaplasma urealyticum adalah yang paling sering dilakukan.
Tes kimia tambahan mungkin dilakukan pada semen termasuk menentukan
level netral α-glucostdase, seng, asam sitrat, dan asam fosatase prostat. Jika
penurunan level fruktosa berhubungan dengan penurunan cairan seminal, maka
penurunan level netral α-glucostdase kemungkinan menunjukkan gangguan pada
epididimis. Penurunan seng, sitratm asam fosfatase mengindikasikan kekurangan
cairan prostatik (tabel 11-5)
Pada situasi tertentu, petugas laboratorium mungkin diminta untuk
menentukan apakah semen terdapat pada suatu spesimen. Salah satunya pada kasus
dugaan pemerkosaan. Secara mikroskopis pemeriksaan spesimen untuk menentukan
keberadaan sperma bisa dimungkinkan, dengan hasil terbaik bisa diperoleh dengan
meningkatkan xylene dan memeriksanya pada fase mikroskopis. Cairan seminal
terdiri dari konsenterasi tinggi asam prostat fosfatase, untuk mendeteksi enzim ini
bisa membantu menentukan adanya semen pada suatu spesimen. Metode yang lebih
spesifik yaitu dengan mendeteksi glikoprotein seminal. Selanjutnya, informasi bisa
diperoleh dengan melakukan penggolongan darah ABO dan analisis DNA dari
spesimen tersebut.
Tabel 11-5
316

ANALISIS SEMEN POSTVASEKTOMI

Analisis semen psotvasektomi jarang dilakukan jika dibandingkan dengan


analisis infertilitas, yang lebih banyak berpusat pada ada atau tidaknya spermatozoa.
Waktu yang dibutuhkan seorang laki-laki untuk menjalankan sterilisasi hingga selesai
tergantung dari waktu dan jumlah ejakulasi. Oleh karena itu, menemukan viabel
sperma pada postvasektomi merupakan hal yang tidak wajar, dan perawatan harus
diberikan bahkan meskipun hanya ditemukan satu sperma. Spesimen secara rutin
setiap bulan diperiksa, dimulai pada dua bulan postvasektomi kemudian dilanjutkan
sampai 2 kali pemeriksaan berturut-turut hasil pemeriksaan spesimen menunjukan
tidak ada spermatozoa.
Uji direkomendasikan termasuk pemeriksaan peraprat basah menggunakan
mikrokop untuk emlihat adanya sperma yang motil dan tidak motil. Sebuah preparat
negatif diikuit dengan sentrufugasi spesimen selama 10 menit kemudian periksa
adanya sedimen.

TES FUNGSI SPERMA

Perkembangan yang maju tentang teknologi untuk mengetahui fungsi


reproduksi dan IVF(In Vitro fertilitation) menuntut perlunya teknologi yang lebih
ilmiah dan menjanjikan tentang analisis semen tidak hanya karakteristik sperma tetapi
juga kemampuan fungsionalnya. Pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan di
laboratorium klinik spesialis andrology dan termasuk ujipenetrasi telur hamster, tes
penetrasi mukosa cervix, hypoosmotic-swelling test, dan in vitro acrosome reaction
(Tabel 11-6).

SEMEN ANALYSIS QUALITY CONTROL/ KONTROL KUALITAS DARI


ANALISIS SEMEN

Awalnya, analisis semen rutin dilakukan dengan quality contrl yang lemah. Hal ini
karena kurangnya material kontrol yang sesuai dan subjektivitas penilaian dari
motilitas sperma dan analisis morfologi. Analisis dianggap tes dengan kompleksitas
tinggi di bawah amandemen pengembangan laboratorium klinik, dan seleksi untuk
standar petugas laboratorium juga harus diperhatikan.

Meningkatnya minat pada uji fertilitas telah mempromosikan pengembangan


quality control material dan dengan program pelatihan yang mendalam. Standar
prosedur dikembangkan oleh WHO dengan menyediakan standar dasar uji dan
laporan. Penggunaan CASA telah ditambahkan untuk mengurangi subjektivitas dari
analisis yang dilakukan. meskipun demikian, bahkan setelah komputerisasi berperan
dalam uji dan pelaporan tetap saja terjadi perbedaan hasil analisis dari setiap operator.
317

Laboratorium saat ini dapat berpartisipasi dalam menyempurnakan program


pengujian yang ditawarkan oleh College of American Pathologists dan American
Association of Bioanalysis (AAB) termasuk di dalamnya pengujian konsenterasi
sperma, viabilitas, dan morfologi. Komersial quality control dan pelatihan harus
tersedia dan terintegrasi dalam protokol laboratorium.

REFERENSI :

1. Sarhar, S, and Henry, JB: Andrology laboratory and fertility assessment. In Henry,
JB (ed): Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. WB Saunders,
Philadelphia, 1996.
2. Lopez, A, et al: Suitability of solid-phase chemistry for quantification of leukocytes
in cerebrospinal, seminal and peritoneal fluid. Clin Chem 33(8):1475-1476, 1987.
3. Overstreet, JW, and Katz, DF: Semen analysis. Urol Clin North Am 14(3):441-449,
1987.
4. World Health Organization: WHO Laboratory Manual for the Examination of
Human Semen and Sperm-Cervical Interaction. Cambridge University Press,
London, 1999.
5. Sampson, JH, and Alexander, NJ: Semen analysis: A laboratory approach. Lab Med
13(4):218-223, 1982.
6. Kruger, T, et al: Predictive value of sperm morphology in IVF. Fertil Steril 112-
117, 1988.
7. Harr, R: Characterization of spermatozoa by planar morphometry. Clin Lab Sci
10(4):190-196, 1997.
8. Cearlock, DM: Autoimmune antispermatozoa antibodies in men: Clinical detection
and role in infertility. Clin Lab Sci 2(3):165-168, 1989.
9. Marshburn, PB, and Kutteh, WH: The role of antisperm antibodies in infertility.
Fertil Steril 61:799-811, 1994.
10. Fraysier, HD: A rapid screening technique for the detection of spermatozoa. J
Forensic Sci 32(2):527-528, 1987.
11. Graves, HC, Sensabaugh, CF, and Blake, ET: Postcoital detection
of a male-specific semen protein, application to th investigation of rape. N Engl J Med
312(6):338-343, 1985.
12. Yablonsky, T: Male fertility testing. Lab Med 27(6):378-383,1996.
13. Baker, DJ, et al: Semen evaluations in the clinical laboratory. Lab Med 25(8):509-514,
1994.
14. Krause, W, and Viethen, G: Quality assessment of computerassisted semen analysis
(CASA) in the andrology laboratory. Andrologia 31(3):125-129, 1999.
15. Tomlinson, M, et al: One-step disposable chambers for sperm concentration and
motility assessment: How do they compare with the WHO-recommended methods?
Hum Reprod 16(1):121-124, 2001.

SOAL LATIHAN

1. Proses maturasi atau pematangan spermatozoa terjadi di...


318

a. Sel sertoli
b. Tubulus seminiferus
c. Epidydimis
d. Vesikel seminel
2. Enzim yang berfungsi untuk membekukan atau koagulasi dan mengencerkan semen
diproduksi oleh....
a. Vesikel seminal
b. Kelenjar bulbourethral
c. Duktus deferens
d. Kelenjar prostat
3. Komponen utama dari cairan seminal adalah...
a. Glukosa
b. Fruktosa
c. Asam fosfatase
d. Asam sitrat
4. Jika kebutuhan sampel spesimen semen pertama tidak terpenuhi, hasil semen analisis
akan menghasilkan nilai abnormal...
a. pH
b. viskositas
c. konsenterasi sperma
d. motilitas sperma
5. Kegagalan petugas laboratorium untuk mendokumentasikan waktu kapan sampel
semen dikumpulkan akan mempengaruhi interpretasi analisis semen....
a. Tampilan
b. Volume
c. pH
d. viskositas
6. Pengenceran/pencairan spesimen semen terjadi dalam waktu...
a. 1 jam
b. 2 jam
c. 3 jam
d. 4 jam
7. Suatu spesimen semen dikirim ke laboratorium dalam sebuah kondom diketahui hasil
penghitungan spermanya normal dan diketahui mengalami penurunan motilitas
sperma. Hal ini merupakan tanda dari...
a. Penurunan fruktosa
b. Terdapat antispermisida di dalam kondom
c. Peningkatan viskositas semen
d. Peningkatan tingkat basa semen
8. Peningkatan pH semen mungkin disebabkan oleh...
a. Infeksi prostat
319

b. Penurunan sekresi prostat


c. Penurunan sekresi kelenjar bulbourethral
d. Semua pernyataan di atas benar
9. Enzim protealitik mungkin saja ditambahkan pada spesimen semen untuk....
a. Meningkatkan viskositas
b. Melarutkan spesimen
c. Menurunkan viskositas
d. Menetralisir spesimen
10. Nilai normal konsenterasi sperma yaitu....
a. Di bawah 20 juta per mikroliter
b. Di atas 20 juta per mililiter
c. Dibawah 20 juta per mililiter
d. Di atas 20 juta per mikroliter
11. Dari data berikut hitunglah konsenterasi sperma jika pelarutan 1:20, penghitungan
jumlah sperma dari lima kotak sel darah merah pada setiap hemositometer, 80 dan 80,
volume 3 ml.
a. 80 juta per mililiter
b. 83 juta per mililiter
c. 86 juta per mililiter
d. 169 juta per mililiter
12. Dengan menggunakan data di atas, hitung konsenterasi sperma jika 80 sperma
terhitung dalam 1 kotak sel darah putih dan 86 sperma terhitung dari kotak sel darah
putih lainnya.
a. 83 juta per mililiter
b. 166 juta setiap ejakulasi
c. 16,6 juta per mililiter
d. 50 juta setiap ejakulasi
13. Alasan utama untuk melarutkan spesimen semen sebelum melakukan pemeriksaan
konsenterasi sperma adalah untuk....
a. Mengimobilisasi sperma
b. Memfasilitasi count chamber
c. Menurunkan viskositas
d. Mewarnai sperma
14. Ketika melakukan pemeriksaan konsenterasi sperma, 60 sperma didapat dari kotak
RBC dari salah satu sudut hemositometer dan 90 sperma didapat dari kotak RBC
sudut ;ainnya. Spesimen dilarutkan 1:20.
a. Spesiemn harus dilarutkan ulang dan dihitung spermanya
b. Jumlah sperma yaitu 75 juta permililiter
c. Jumlah sperma lebih dari 5 juta per mililiter
d. Konsenterasi sperma abnormal
15. Evaluasi motilitas sperma dilakukan...
320

a. Segera setelah spesimen didapatkan


b. Antara 1-2 jam setelah pengumpulan
c. Setelah 3 jam inkubasi
d. Setiap interval 6 jam selama 1 hari
16. Motilitas sperma dinilai berdasarkan...
a. Kecepatan
b. Arah gerak
c. Gerakan ekor
d. Jawaban A dan B benar
17. Presentase sperma menunjukkanpergerakan rata-rata sperma dalam batas normal
yaitu...
a. 25%
b. 50%
c. 60%
d. 75%
18. Berikut adalah tingkatan kriteria motilitas sperma, kecuali:
a. Cepat- pergerakan lurus
b. Cepat peregrakan lateral
c. Tidak ada kemajuan gerak ke depan
d. Tidak bergerak
19. Tujuan/fungsi dari acrosomal cap adalah...
a. Peneterasi ovum
b. Melindungi nukleus
c. Energi untuk pergerakan ekor
d. Melindungi bagian leher
20. Bagian sperma yang mengandung jaringan/sarung mitokondria adalah...
a. Kepala
b. Bagian leher
c. Badan
d. Ekor
21. Berikut berkaitan dengan motilitas sperma, kecuali
a. Kepala
b. Bagian leher
c. Badam
d. Ekor
22. Bentuk morfologi kepala sperma normal adalah...
a. Round
b. Tapered
c. Oval
d. Amorphous
23. Morfologi sperma normal menurut kriteria WHO adalah...
321

a. > 30% bentuk normal


b. < 30% bentuk normal
c. > 15% bentuk abnormal
d. < 15% bentuk normal
24. Parameter tambahan yang digunakan Kruger Strict morphology termasuk di bawah
ini, kecuali
a. viabilitas
b. Adanya vacuoles
c. Ukuran akrosom
d. Panjang ekor
25. Rounds cells merupakan sel yang harus diperiksa juga dan termasuk dalam
penghitungan sperma dan analisis morfologi yaitu
a. Leukosit
b. Spermatid
c. RBC
d. Jawaban A dan B benar
26. Jika 5 round cells per 100 sperma ditemukan pada sediaan apus morfologi sperma dan
konsenterasi sperma adalah 30 juta, maka konsenterasi round cell adalah...
a. 150.000
b. 1,5 juta
c. 300.000
d. 15 juta
27. Setelah dilakukan tes motilitas sperma abnormal dengan perhitungan jumlah sperma
normal, apakah pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan?
a. Level fruktosa
b. Level seng/zinc
c. Tes Mar
d. Pewarnaan eosin-nigrosin
28. Pemeriksaan lanjutan untuk konsenterasi sperma yang rendah akan termasuk
pemeriksaan untuk...
a. Antibodi antisperma
b. Fruktosa cairan seminal
c. Viabilitas sperma
d. Asama fosfatase prostatik
29. Tes immonubead untuk antibodi antisperma :
a. Mendeteksi adanya antibodi laki-laki
b. Mendeteksi adanya antibodi IgG, IgM, dan IgA
c. Mendeteksi lokasi antibodi antisperma
d. Semua pernyataan di atas benar
30. Pengukuran α-gukosida dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada...
a. Tubulus seminiferous
322

b. Epidydimis
c. Kelenjar prostat
d. Tubulus Bulbourethral
31. Suatu spesimen dikumpulkan dan dikirimkan ke laboratorium dengan permintaan
pemeriksaan asam fosfatase prostatik dan glikoprotein p30, pemeriksaan tersebut
dilakukan untuk mendeteksi...
a. Infeksi prostat
b. Adanya antibodi antisperma
c. Dugaan pemerkosaan
d. Kesuksesan vasectomy
32. Setelah didapatkan hasil preparat basah negatif vasectomy, spesimen harus...
a. Disentrifugasi dan dilakukan uji ulang
b. Dilakukan pewarnaan dan diuji ulang
c. Dilaporkan bahwa tidak ada sperma terlihat
d. Jawaban A dan B benar
33. Standar prosedur dan nilai refernsi dari analisis semen disediakan oleh...
a. Pabrik instrumen
b. WHO
c. Pabrik pengontol sampel
d. Amandemen peningkatan laboratoirum klinik

STUDI KASUS DAN SITUASI KLINIS

1. Suatu pemeriksaan ulang analisis semen untuk tes fertilitas dilaporkan sebagai berikut
:
Volume 3,5 ml konsenterasi sperma 6 juta/ml viskositas normal motilitas
sperma 30%-grade 1.0 pH 7,5 morfologi : < 30% bentuk normal—30 spermatid/100
sperma

Hasil yang dapat dilaporkan berkaitan dengan analisi pertama :


a. Tuliskan 3 parameter yang abnormal
b. Apakah penghitungan jumlah sperma? Apakah normal?
c. Apakah pernghitungan jumlah spermatid? Apakah normal?
d. Apakah konsenterasi sperma dan jumlah spermatid berkaitan dengan infertilitas?
Jelaskan jawab Anda.

2. Suatu analisis semen pada seorang pasien postvasectomy yaitu konsenterasi


spermanya normal. Adapun, terjadi penurunan motilitas dan penggunmpalan terlihat
dari preparat basah.
a. Jelaskan kemungkinan hubungan antara hasil observasi ini dengan operasi yang
baru saja dilakukan pasien.
323

b. Tes lanjutan apakah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi infetilitas


pasien?
c. Jelaskan secara singkat perbedaan interpretasi dari dua tes di atas.
d. Sebutkan tiga cara yang dapat mempengaruhi fertilitas laki-laki jika hasil
positif dihasilkan dari tes ini.
3. Suatu spesimen semen bewarna kuning diterima di laboratorium. Analisis normal
menunjukkan penurunan motilitas sperma. Jelaskan kemungkinan hubungan
antara dua temua abnormal tersebut.
4. Hasil abnormal dari suatu analisis semen yaitu volume 1.0ml dan konsenterasi
sperma 1 juta per mililiter. Sebutkan satu penyebab nonpatologis dari hasil
abnormal terssebut.
5. Suatu spesimen semen dengan tampilan normal gagal mencair setelah 60 menit.
a. Apakah hpH spesimen 9.0 sesuai dengan hasil observasi di atas? Mengapa?
b. Sebutkan 3 tes kimia yang bisa bermakna pada analisis ini.
c. Bagaimana abnormalitas ini memepengaruhi fertilitas?
6. Suatu spesimen dikirimkan ke laboratorium dengan permintaan menentukan
keberadaan semen.
a. Apakah 2 tes yang harus diakukan terhadap spesimen?
b. Pemeriksaan lanjutan apakah yang bisa dilakukan pada spesimen tersebut?

BAB 12

CAIRAN SINOVIAL
324
325

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari bab ini, pembaca mampu :

1. Menjelaskan formasi atau susunan dan fungsi dari cairan sinovial


2. Menghubungkan hasil pemeriksaan laboratorium dengan empat klasifikasi umum penyebab
gangguan sendi
3. Menyebutkan lima tes diagnostik yang paling sering dilakukan pada cairan sinovial
4. Menentukan tabung pengumpulan yang sesuai untuk tes laboratorium cairan sinovial
5. Menjelaskan penampilan umum cairan sinovial dan kondisi normal dan abnormal
6. Mendiskusikan komposisi sel normal dan abnormal dari cairan sinovial
7. Menuliskan dan menjelaskan temuan enam kristal dalam cairan sinovial
8. Menjelaskan perbedaan monosodium urat dan kristal kasium fosfatase menggunakan
polarisasi dan compensated polarized light
9. Menyebutkan signifikasnis klinis atau kondisi klinis pada tes glukosa dan laktat cairan
sinovial
10. Menuliskan emapt genus bakteri yang paling sering ditemukan dalam cairan sinovial
11. Menjelaskan hubungan antara tes serologi serum untuk menentukan masalah sendi

ISTILAH KUNCI

Arthritis Arthrosenetesis
Asam hyaluronik Cairan sinovial
Sinoviosit

 FISIOLOGI

Cairan sinovial sering disebut juga cairan sendi, adalah suatu cairan kental yang ditemukan
dalam rongga sendi yang dapat bergerka (diarthhroses) atau sendi sinovial. Seperti yang
terlihat pada gambar 12-1, tulang di dalam sendi sinovial dihubungkan dengan kartilagoa
articular yang halus dan dipisahkan oleh suatu rongga yang berisi cairan sinovial. Sendi
tertutup oleh kapsul fibrosa sendi yang dihubungkan oleh membran sinovial. Sinovial
membran berisi sel khusus yang disebut sinoviasit. Kartilago artikular yang halus tersebut dan
cairan sinovial mengurangi friksi atau gesekan anatara tulang ketika peregrakan sendi terjadi.
Selain sebagai pelumas pada sendi, cairan sinovial juga menyediakan nutrisi untuk kartilago
dan mengurangi terjadi shock kompresi sedni yang terjadi ketika aktivias seperti berjalan dan
lari.
326

Cairan sinovial dibentuk sebagai suatu plasma ultrafiltrat yang dapat melewati membran
sinovial. Filtrasi bersifat non selektif kecuali untuk protein dengan berat molekul yang tinggi.
Oleh karena itu, mayoritas zat kimia yang ditemukan dari hasil pemeriksaan klinik
mempunyai konsenterasi yang sama dengan plasma untuk emmberikan nutrisi pada kartilago
vaskular yang mengalami defisiensi. Sinoviosit mensekresikan suatu mukopolisakarida yang
berisi asam hialuronik dan sedikit protein (sekitar ¼ konsenterasi plasma) ke dalam cairan.
Banyaknya jumalh molekul hialuronate berkontribusi pada viskositas cairan sinovial.
Kerusakan membran artikular menghasilkan nyeri dan kekakuan pada sendi, jika terjadi
bersamaan sering disebut dengan arthritis atau radang sendi. Hasil laboratrium analisis cairan
sinovial dapat digunakan untuk menentukan penyebab patologis dari arthritis. Tes yang
bermanfaatdan banyak dilakukan pada cairan sinovial yaitu hitung jumlah sel darah putih
(WBCs count), diferensial, pewarnaan Gram, kultur, dan pemeriksaan kristal. Nilai normal
ditunjukan dalam tabel 12-1.

Gambar 12-1 diagram sendi sinovial

Variasi kondisi pada sendi antara lain infeksi, inflamasi, masalah metabolisme, trauma,
stres fisik, dan usia lanjut yang berkaitan dengan dengan arthritis. Gangguan yang terjadi
diklasifikasikan ke dalam empat golongan, seperti yang terlihat pada tabel 12-2. Mungkin saja
terjadi beberapa tes saling tumpang tindih antara golongan-golongan tersebut (tabel 12-3).
Riwayat kesehatan pasienjuga harus dikaji dan menjadi pertimbangan ketika menetntukan
suatu kategori.

 PENGUMPULAN SAMPEL DAN PENANGANANNYA

Cairan sinovial dikumpulkan dengan mengaspirasi cairan menggunakan jarum yang disebut
arthrosentesis. Jumlah cairan tergantung ukuran sendi dan jumlah yang meningkat mungkin
terjadi di dalam sendi. Misalnya, jumlah normal cairan sinovial pada rongga lutut orang dewasa
yaitu 3,5 mll, akan tetapi akan meningkat menjadi lebih dari 25 ml jika terjadi inflamasi. Pada
beberapa kondisi, hanya beberapa tetes cairan sinovial saja yang didapatkan, tetapi jumlah ini
masih tetap dapat digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Volume cairan yang
dikumpulkan harus dicatat.

Cairan sinovial yang normal tidak menggumpal atau beku. Akan tetapi jika terdapat suatu
penyakit sendi mungkin saja cairan berisi fibrinogen yang menyebabkan pembekuan. Cairan
sinovial diambil dengan menggunakan syringe atau suntikan yang telah diberi heparin. Ketika
327

jumlah cairan yang dibutuhkan telah mencukupi, spesimen ini harus didistribusikan ke dalam
beberapa tabung berdasarkan tes yang diminta :
 Tabung steril yang telah diberi heparin untuk pewarnaan gram dan kultur
 Tabung yang telah diberi heparin atau ethylenediaminetetraacetic (EDTA) untuk hitung
jumlah sel
 Tabung tanpa antikoagulan untuk tes lainnya
 Tabung dengan sodium flourida untuk analisis glukosa

Antikoagulan serbuk tidak boleh digunakan pada pemeriksaan ini karena menimbulkan
artefak yang bisa mempengaruhi analisis kristal. Tabung tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan
lainnya harus disentrifugasi dan dipisahkan untuk mencegah elemen seluler dari pengaruh
analisis kimia dan serologi. Idealnya, semua tes harus dikerjakan sesegera mungkin untuk
mencegah sel lisis atau pecah dab perubahan pada kristal.

 WARNA DAN KEJERNIHAN

Laporan tentang penampilan umum cairan merupakan bagian penting dalam analisis cairan
sinovial. Warna normal cairan sinovial yaitu tidak berwarna atu kuning pucat. Kata sinovial
berasal dari bahasa latin yang berarti telur. Viskositas normal cairan sinovial seperti putih telur.
Warna cairan menjadi lebih kuning jika terjadi efusi inflamasi ataupun noninflamasi dan
mungkin menjadi kehijauan jika terjadi infeksi bakteri. Seperti halnya cairan serebrospinal, pada
cairan sinovial bisa saja terdapat darah karena arthritis hemoragik dan harus dibedakan dengan
adanya darah karena aspirasi yang menyebabkan trauma. Kondisi ini harus diamati jika adanya
darah merata di dalam spesimen menunjukkan terjadinya aspirasi yang menyebabkan trauma.

Turbiditas atau kekeruhan pada cairan sinovial berkaitan dengan adanya sel darah putih atau
WBC. Selain itu, puing sel sinovial dan fibrin juga menimbulkan kekeruhan. Cairan mungkin
tampak seperti susu ketika kristal berada dalam cairan.

 VISKOSITAS

viskositas cairan sinovial berasal dari polimerisasi asam hyaluronik dan hal ini penting untuk
menghasilkan pelumas yang baik untuk sendi. Arhtitis mempengaruhi produksi asama
hyaluronik dan kemampuannya untuk berpolimerisasi, hal itu menyebabkan penurunan
viskositas cairan sinovial. Ada beberapa metode untuk mengukur viskositas cairan, metode yang
paling sederhana yaitu dengan mengamati kemampuan cairan untuk membentuk seperti tali pada
328

ujung suntikan, pemeriksaan ini bisa dilakuakn sat pengambilan sampel. Terbentuknya tali
sepanjang 4-6 cm menunjukkan viskositas cairan sinovial normal.

Pengukuran jumlah hialuronik yang berpolimerisasi bisa dilakukan dengan menggunakan


Ropes atau tes pembeku musin. Saat ditambahkan larutan asma asetik 2-5%, cairan sinovial yang
normal akan membetuk bekuan padat yang dikelilingi cairan jernih. Jika kemampuan hyalurik
untuk berpolimerisasi menurun, bekuan menjadi kurang kencang, dan cairan yang
mengelilinginya terlihat lebih keruh. Tes pembekuan musin dilaporkan dalam istilah baik
(bekuan padat), cukup (bekuan lembut), buruk (tidak memberku). Tes pembekuan musin rutin
dilakukan, karena pada semua kondisi arhtritis kan terjadi penurunan viskositas dan hanya
sedikit informasi yang dpat mendukung diagnosis. Pembentukan bekuan musin setelah
ditambahkan asam asetik bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan merupakan
cairan sinovial ataukah bukan.

 JUMLAH SEL

Jumlah total sel leukosit adalah pemeriksaan yang paling sering dilakukan paa cairan sinovial.
Penghitunganjumlah sel darah merah atau RBC jarang dilakukan. untuk mencegah diintegrasi
seluler, penghitungan dilakukan sesegera mungkin setelah spesimen didinginkan. Cairan yang
sangat kental mungkin perlu dipersiapkan dengan menambahkan sejumput hyluronidase ke
dalam 0,5 ml cairan atau satu tetes 0,05% hyaluronidase dalam buffer fosfat per mililiter cairan
dan diinkubasi dalam suhu 37oC selama 5 menit.

Penghitungan manual melalui pencampuran spesimen dilakukan dengan wadah


Neurbauer sama seperti cara penghitungan sel cairan serebrospinal. Cairan yang jernih bisa
dihitung tanpa dilarutkan, tetapi pelarutan diperlukan jika cairan keruh atau kemerahan.
Pelarutan bisa menggunakan prosedur seperti di dalam bab 10. Adapun pelarutan tradisional sel
darah putih tidak dapat digunakan karena mengandung asam asetik yang bisa menyebabkan
pembentukan bekuan musin. Normal saline (NaCl 0,9%) bisa digunakan sebagai pelarut. Jika
diperlukan untuk memecahkan sel darah merah bisa menggunakan salin hipitonik (0,3%) atau
salin yang mengandung saponin. Methylene biru ditambahkan pada normal salin untuk
pewarnaan nukelus WBC, yang memungkinkan teradinya pemisahan antara RBC dan WBC
selama penghitungan dilakukak pada spesimen yang tercampur. Penghitungan sel counter
otomatis bisa digunakan untuk menghitung cairan sinovial dan adanya puing dan jaringan sel
yang mungkin menyebabkan peningkatana jumlah cairan sinovial. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, inkubasi cairan dengan hyaluronidase menurunkan viskositas cairan. Analisis
scattagram bisa ditambahkan untuk membantu deteksi sel jaringan dna puing-puing.
329

Penghitungan otomatis yang terkontrol menhasilkan hasil yang lebih akurat daripada
penghitungan manual.

Penghitungan WBC kurang dari 200 sel/µl menunjukkan nilai normal dan jika mencapai
100.000 sel/µl maka menunjukkan infeksi berat. Bisa saja terjadi hasil yang tumpang tindih
antara septik dan inflamasi yang terjadi dalam arthrtis. Patogenisitas dari organisme yang
menginfeksi juga menimbulkan hasil yang berbeda-beda pada arthritis septik sebagai panduan
pemberian antibiotik.

 HITUNG DIFERENSIAL

Hitung diferensial harus dilakukan pada preparat sitosentrifugasi atau sediaan apus tipis.
Cairan juga diinkubasi dengan hyaluronidase terlebih dahulu untuk preparat sediaan. Sel
mononuklear, termasuk monosit, makrofag, dan cel jaringan sinovial adal sel-sel utama yang
muncul pada cairan sinovial normal. Neutrofil kurang dari 25% dari hitung diferensial dan
limfosit kurang dari 15%. Peningkatan neutrofil mengindikasikan kondisi septik, dimana terjadi
peningkatan jumlah sel terutama limfosit menunjukkan infkamasi non septik. Pada kondisi
spesimen normal dan abnormal, sel akan tampak lebih vakulosisasi pada apus darah. Selain
peningkatan jumlah bsel normal dari biasanya, abnormalitas lainnya meliputi adanya eosinofil,
sel LE, reiter cell (vasculated makrofag dengan neutrofil), dan sel RA atau ragosit (neutrifil
kecil, gelap, bergranula sitoplasmik yang berisi faktor presipitasi rhematik). Droplet lemak
mungkin terdetekdi pada injuri karena tumbukan dan granula hemosiderin akan tampak pada
kasus pigmented villonodular synovitis. Sel yang paling banyak ditemukan dan termasuk dalam
sel yang terdapat pada sel sinovial dirangkum dalam tabel 12-4.

 IDENTIFIKASI KRISTAL

Pemeriksaan mikroskopis dari cairan sinovial untuk mengetahui adanya kristal sangatlah
penting sebagai tes diagnosis untuk mengevaluasi arthritis. Formasi kristal dalam sendi sering
terjadi pada kondisi akut dan menimbulkan nyeri inflamasi. Hal ini bisa menjadi kondisi kronis.
penyebab terbentuknya kristal yaitu masalah metabolisme. Dan penurunan eksresi ginjal yang
menyebabkan peningkatan level zat kimia darah yang terkristalisasi, degenerasi kartilago dan
tulang, injeksi dan medikasi seperti penyuntikan kortikosteroid pada sendi.

JENIS-JENIS KRISTAL

Kristal utama yang terlihat dalam cairan sinovial yaitu monosodium urat (asam urat)
(MSU) ditemukan dalam kasus gout dan kalsium pirofosfat (CPPD) terlihat pada pseudogout.
330

Peningkatan asam urat serum akibat gangguan metabolisme purin; peningkatan konsumsi
makanan tinggi purin;, alkohol, dan fruktosa; pengobatan leukemia dengan kemoterapi; dan
penurunan ekskresi asam ginjal adalah penyebab paling sering penyakit gout. Pseudogout paling
sering dikaitkan dengan artritis degeneratif, yang menyebabkan peningkatan kalsifikasi tulang
rawan atau kartilago dan gangguan endokrin yang menyebabkan peningkatan kadar kalsium
serum.
Kristal tambahan yang mungkin terdeteksi yaitu hidroksiapatit (dasar kalsium fosfat)
berhubungan dengan kalsifikasi degenerasi kartilago, kristal kolesterol berhubungan dengan
peradangan kronis, injeksi kortikosteroid ,
dan kristal kalsium oksalat pada pasien yang menjalani dialisis ginjal. Riwayat kesehatan pasien
harus selalu dipertimbangkan. Karakteristik dan signifikansi kristal yang biasa ditemui disajikan
dalam Tabel 12-5. Artefak yang mungkin ditemukan termasuk bedak dan pati dari sarung tangan,
pengendap antikoagulan, debu, dan goresan pada slide dan coverslips. Slide dan coverslips harus
diperiksa dan dibersihkan sebelum digunakan.

PERSIAPAN SLIDE

Idealnya, pemeriksaan kristal harus dilakukan segera setelah pengumpulan cairan untuk
memastikan bahwa kristal tidak terpengaruh oleh perubahan suhu dan pH. MSU dan CPPD
kristal dilaporkan sebagai kristal yang terletak di ekstrasel dan intrasel (di dalam neutrofil); Oleh
karena itu, cairan harus diperiksa sebelum disintegrasi atau pecahnya WBC. Cairan diperiksa
sebagai sediaan basah tanpa pewarnaan. Satu tetes cairan ditempatkan pada slide kaca yang telah
dibersihkan selanjutnya ditutup. Slide awalnya dapat diperiksa di bawah mikroskop dengan daya
cahaya rendah, sedang , dan tinggi (Gambarr. 12-2). Kristal dapat diamati di pewarnaan sediaan
apus Wright pap (Gambar. 12-3), namun pemeriksaan ini bukan menggantikan pemeriksaan
preparat basah dan penggunaan cahaya terpolarisasi untuk identifikasi.

Kristal MSU umumnya dipandang sebagai kristal berbentuk jarum. Kristal tersebut
mungkin berada di ekstraseluler atau terletak di dalam sitoplasma neutrofil. MSU sering terlihat
menempel pada sitoplasma sel.

Gambar 12-2 preparat sediaan basah tanpa pewarnaan dari MSU kristal (x400). Perhatikan warna
kuning-coklat karakteristik kristal MSU.

Kristal CPPD biasanya muncul berbentuk persegi belah ketupat atau batang pendek.
Biasanya terletak di dalam
vakuola dari neutrofil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-3. MSU melisiskan membran
fagosom dan karena itu tidak dapat muncul dalam vacuoles. Untuk menghindari kesalahan
331

identifikasi kristal CPPD, bentuk belah ketupat klasik harus diamati dan dikonfirmasi dengan
mikroskop terpolarisasi.

POLARISASI KRISTAL

Setelah kehadiran kristal telah ditentukan dengan menggunakan polarisasi langsung,


identifikasi positif dibuat menggunakan kompensasi cahaya terpolarisasi. Sebuah slide kontrol
untuk polarisasi. Slide kontrol polarisasi MSU dapat disusun dengan menggunakan
kortikosteroid betamethason asetat.

MSU dan CPPD kristal memiliki kemampuan untuk berpolarisasi ringan, seperti dibahas
dalam Bab 6; Namun, MSU lebih tinggi polarisasinya dan muncul lebih terang dengan latar
belakang gelap (Gambar. 12-4 dan 12-5).

Ketika kompensasi cahaya terpolarisasi digunakan, kompensator merah ditempatkan di


mikroskop antara kristal dan analyzer. Kompensator memisahkan sinar cahaya dengan bergerak
lambat dan bergerak cepat getaran kemudian menghasilkan warna berlatar belakang merah
(Gambar. 12-6).

Oleh karena perbedaan dalam struktur linear dari molekul kristal MSU dan CPPD, warna
yang dihasilkan oleh masing-masing kristal ketika selaras dengan getaran lambat dapat
digunakan
untuk mengidentifikasi kristal. Molekul-molekul dalam kristal MSU sejajar dengan sumbu
panjang kristal dan, ketika cahaya lambat melewati kristal, cahaya tidak terhambat sebanyak jika
cahaya terang yang ditembakkan. Dimana cahaya tersebut melawan arus dan menghasilkan
warna kuning. Hal ini yang disebut birefringence negatif (pengurangan kecepatan dari cahaya
cepat). Sebaliknya, molekul-molekul dalam kristal CPPD menjalankan cahaya tegak lurus
dengan sumbu panjang kristal; ketika selaras dengan sumbu lambat kompensator, kecepatan
cepat cahaya melewati kristal jauh lebih cepat, menghasilkan warna biru atau yang disebut
dengan birefringence positif. Ketika kristal yang selaras tegak lurus terhadap getaran lambat,
warnanya
terbalik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-6.

Gambar 12-3 Pewarnaan Wright neutrofil mengandung CPPD


kristal (x 1000).
Gambar 12-4 Kristal MSU birefringent terpolarisasi cahaya rendah (x 500).
Gambar 12- Kristal CPPD birefringent terpolarisasi cahaya rendah
cahaya (x 1000).
332

Gambar 12-6 kristal ekstraseluler MSU dibawah cahaya terpolarisasi. Perhatikan perubahan
warna dengan keselarasan kristal (x 100). Perawatan alat diambil untuk memastikan kristal yang
dianalisis selaras sesuai dengan sumbu kompensator. Perhatikan bagaimana warna kristal MSU
Gambar 12-6 berbeda dengan keselarasan. Angka 12-7 dan 12-8 menggambarkan karakteristik
MSU dan kristal CPPD di bawah cahaya terpolarisasi kompensasi. Bentuk dan pola
birefringence yang bervariasi dari pola standar kristal MSU dan CPPD mungkin menunjukkan
adanya salah satu dari kristal yang tidak biasa ditemui dan membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut (Gambar. 12-9). Kolesterol,
oksalat, dan kristal korticosteriod mungkin saja merupakanzat yang terdeteksi dalam preparat.

 TES KIMIA

Oleh karena cairan sinovial secara kimiawi merupakan ultrafiltrasi dari plasma, Nnilai uji
kimia yang diperoleh kurang lebih sama seperti nilai uji serum. Oleh karena itu, beberapa tes
kimia dianggap uji klinis yang penting. Tes yang paling sering diminta adalah level glukosa, jika
nilainya menyatakan menurun maka
menunjukkan adanya inflamasi (golongan 2) atau septik (golongan 3). Karena nilai glukosa
cairan sinovial normal berdasarkan tingkat glukosa darah, darah simultan sehingga pengambilan
sampel cairan sinovial sebaiknya dilakukan setelah
pasien berpuasa selama 8 jam untuk memungkinkan equilibrium antara dua cairan. Dengan
kondisi tersebut, cairan sinovial normal, level glukosa tidak boleh lebih dari 10 mg / dL lebih
rendah dari
nilai glukosa darah. Untuk mencegah penurunan palsu nilai glukosa level pada cairan sinovial
yang mungkin disebabkan oleh
glikolisis, spesimen harus dianalisis dalam waktu 1 jam atau diawetkan dengan sodium fluoride.

Tes kimia lain yang mungkin diminta adalah total protein dan penentuan ada tidaknya
asam urat. Karena besar moleukul protein besar, molekul tidak disaring melalui membran
sinovial, cairan sinovial yang normal mengandung protein kurang dari 3 g / dL (sekitar sepertiga
dari nilai serum). Peningkatan kadar ditemukan pada inflamasi dan hemoragik; Namun,
pengukuran protein cairan sinovial tidak berkontribusi besar terhadap klasifikasi gangguan ini.
Ketika diminta, analisis dilakukan menggunakan metode yang sama untuk penentuan protein
serum. Peningkatan asam urat serum menunjukkan adanya kasus gout; Oleh karena itu, adanya
peningkatan level asam urat pada cairan sinovial dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
diagnosis ketika keberadaan kristal tidak dapat ditunjukkan dalam cairan. Pengukuran serum
asam urat sering dilakukan sebagai pemeriksaan pertama pada kasus yang dicurigai gout.
Analisis cairan kristal masih sering diperlukan.
333

 TES MIKROBIOLOGI

Infeksi dapat terjadi sebagai komplikasi sekunder dari peradangan yang disebabkan oleh
trauma atau terjadinya infeksi sistemik; Oleh karena itu, pewarnaan Gram (gram stain) dan
kultur adalah dua pemeriksaan yang paling penting dilakukan pada cairan sinovial. Kedua tes
harus dilakukan pada semua spesimen, seperti mikroorganisme pada pewarnaan Gram. Infeksi
bakteri merupakan infeksi yang paling sering terdeteksi. Namun, jamur, TBC, dan infeksi virus
juga dapat terjadi. Ketika mikroorganisme tersebut dicurigai, prosedur kultur khusus harus
digunakan. Riwayat pasien dan gejala lainnya dapat membantu dalam permintaan untuk
pengujian tambahan. Kultur bakteri rutin harus mencakup media pengayaan, seperti agar coklat,
karena selain Staphylococcus dan Streptokokus, organisme umum yang menginfeksi cairan
sinovial adalah spesies Haemophilus teliti dan N. gonorrhoeae.

 TES SEROLOGI

Karena adanya hubungan antara sistem kekebalan tubuh dengan proses peradangan,
pengujian serologi memainkan peranan penting dalam diagnosis gangguan sendi. Namun,
mayoritas tes dilakukan pada serum, dengan analisis yang sebenarnya dari cairan sinovial
sebagai patokan untuk mengkonfirmasi kasus yang sulit untuk didiagnosa. Penyakit autoimun
arthritis arthritis dan lupus erythematosus penyebab yang sangat serius dari radang sendi dan
diagnosis serologi di laboratorium menunjukkan kehadiran autoantibodi dalam serum pasien.
Antibodi yang sama juga dapat ditunjukkan dalam cairan sinovial. Arthritis merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penyakit Lyme. Oleh karena itu, adanya antibodi terhadap
agen penyebab Borrelia burgdorferi dalam serum pasien dapat menunjukkan penyebab arthritis.
Tingkat peradangan dapat ditentukan melalui pengukuran konsentrasi reaktan seperti fibrinogen
dan protein C-reaktif pada fase akut.

REFERENSI

1. Shmerling, RH: Synovial fluid analysis. A critical reappraisal. Rheum Dis Clin North Am
20(2):503-512, 1994.
2. Smith, GP, and Kjeldsberg, CR: Cerebrospinal, synovial, and serous body fluids. In Henry,
JB (ed): Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. WB Saunders,
Philadelphia, 2001.
3. Kjeldsberg, CR, and Knight, JA: Body Fluids: Laboratory Examination of Amniotic,
Cerebrospinal, Seminal, Serous and Synovial Fluids: A Textbook Atlas. ASCP, Chicago,
1993.
4. 4. Brown, W, et al: Validation of body fluid analysis on the Coulter LH 750. Lab Hem
9(3):155-159, 2004.
334

5. Kresie, L, et al: Evaluation of the application of body fluids on the sysmex XE 2100 series
automated hematology analyzer. Lab Hem 11(1):24-30, 2005.
6. Schumacher, HD, Clayburne, G, and Chen, L: Synovial fluid aspiration and analysis in
evaluation of gout and other crystalinduced diseases. Arthritis Foundation: Bulletin on the
Rheumatic Diseases 53(3), 2004.
7. Harris, MD, Siegel, LB, and Alloway, JA: Gout and hyperuricemia.Amer Fam Physician
59(4):925-934, 1999.
8. Cornbleet, PJ: Synovial fluid crystal analysis. Lab Med 28(12):774-779, 1997.

SOAL LATIHAN

1. Fungsi cairan sinovial mencakup semua hal berikut kecuali:


a Pelumasan untuk sendi
b Penghapusan puing sendi kartilago
c Melindungi sendi selama berlari
d Memberikan nutrisi untuk kartilago
2. Fungsi utama dari synoviosites adalah untuk:
a Memberikan nutrisi untuk sendi
b Mengsekresikan asam hialuronat
c Mengatur filtrasi glukosa
d Mencegah pembentukan kristal
3. Manakah dari pemeriksaan berikut ini yang tidak sering dilakukan pada cairan sinovial?
a Asam urat
b WBC count
c Pemeriksaan Kristal
d Pewarnaan Gram
4. Prosedur pengumpulan cairan sinovial disebut:
a Synovialcentesis
b Arthrocentesis
c Joint puncture
d Arteriocentesis
5. Cocokkan gangguan berikut dengan golongan yang sesuai
Kelompok:
a. noninflamasi
b. inflamasi
c. Septik
d. Hemoragik
____Gout
____N. Infeksi gonorrhoeae
335

____Lupus Erythematosus
____Osteoarthritis
____Hemophilia
____Rheumatoid arthritis/ radang Sendi
____Heparin Overdosis
6. Normal sinovial menyerupai cairan:
a Putih telur
b Normal serum
c Urine yang diencerkan
d Lipemic serum
7. Antikoagulan serbuk tidak boleh digunakan dalam tabung untuk pengujian cairan sinovial
karena mengganggu:
a. Jumlah sel
b. Tes glukosa
c. Pemeriksaan Kristal
d. Diferensial
8. Sampel tampak lebih berawan atau keruh, cairan sinovial yang berwarna kuning
ditambahkan asam asetat menghasilkan sebuah:
a. Endapan Kuning-putih
b. Mudah tersebar gumpalan
c. Bekuan/ gumpalan padat
d. Tampilan opalescent
9. Untuk menentukan apakah cairan adalah cairan sinovial, seharusnya dicampur dengan:
a. Natrium hidroksida
b. Hipotonik saline
c. Hyaluronidase
d. Asam asetat
10. Jumlah WBC tertinggi yang dapat diharapkan untuk dilihat pada:
a. arthritis noninflamatory
b. arthritis inflamasi
c. Septic arthritis
d. Hemoragik arthritis
11. Ketika mengencerkain sebuah cairan sinovial untuk menghitung WBC, berikut ini dapat
digunakan kecuali:
a Asam asetat
b Garam isotonik
c Hipotonik saline
d Saline dengan saponin
336

12. Persentase terendah neutophils akan dilihat pada :


a. arthritis noninflamatory
b. arthritis inflamasi
c. Septic arthritis
d. Hemoragik arthritis
13. Berikut ini adalah normal jika terdapat di cairan sinovial kecuali:
a Sel RA
b Sel Reiter
c Sel-sel lapisan sinovial
d Droplet Lipid
14. Kristal cairan sinovial yang terbentuk sebagai akibat dari metabolisme purin atau
kemoterapi untuk leukemia adalah:
a Monosodium urat
b Kolesterol
c Kalsium pirofosfat
d Apatite
15. Kristal cairan sinovial yang terkait dengan peradangan pasien yang di dialisis adalah:
a Kalsium pirofosfat
b Kalsium oksalat
c Kortikosteroid
d Monosodium urat
16. Kristal terkait dengan pseudogout adalah:
a Monosodium urat
b Kalsium pirofosfat
c Apatite
d Kortikosteroid
17. Cairan sinovial untuk pemeriksaan kristal harusdiperiksa sebagai / sebuah:
a Preparat Basah
b Wright stain
c Pewarnaan Gram
d Acid test stain
18. Kristal yang memiliki kemampuan untuk polarisasi cahaya adalah:
a Kortikosteroid
b Monosodium urat
c Kalsium oksalat
d Semua di atas
337

19. Dalam pemeriksaan cairan sinovial bawah kompensasi cahaya terpolarisasi, kristal berbentuk
belah ketupat telah diamati. Apa warna yang akan muncul selaras sejajar dengan getaran
lambat?
a Putih
b Kuning
c Biru
d Merah
20. Jika kristal berbentuk seperti jarum sejajar tegak lurus untuk getaran lambat kompensasi
terpolarisasi cahaya, warna apakah yang akan muncul?
a Putih
b Kuning
c Biru
d Merah

21. Birefringence negatif terjadi di bawah terpolarisasi cahaya ketika:


a cahaya lambat terhambat lebih dari cahaya cepat
b cahaya Lambat kurang terhambat dari cahaya cepat
c Cepat cahaya berjalan melawan arus molekul kristal
d Jawaban B dan C benar
22. Kulur cairan sinovial sering ditempatkan dalam media agar cokelat untuk mendeteksi
keberadaan:
a Neisseria gonorrhoeae
b Staphylococcus agalactiae
c Streptococcus viridans
d Enterococcus faecalis
23. Tes kimia yang paling sering dilakukan pada cairan sinovial adalah:
a Jumlah protein
b Asam urat
c Kalsium
d Glukosa
24. Tes serologi pada serum pasien dapat dilakukan untuk mendeteksi antibodi yang dapat
menyebabkan arthritis kecuali:
a Pseudogout
b Rheumatoid arthritis
c Lupus eritematosus
d Lyme arthritis
25. Pengujian serologi cairan sinovial untuk fibrinogen dan Protein C-reaktif dilakukan untuk:
a Menentukan pembentukan bekuan
338

b Mentukan jumlah peradangan


c Mendeteksi osteoarthritis
d Diagnosa rheumatoid arthritis
STUDI KASUS DAN SITUASI KLINIS
1. Seorang pria 50 tahun menyajikan di ruang gawat darurat dengan sakit parah dan bengkak
pada lutut kanan. Arthrocentesis dilakukan dan 20 mL cairan sinovial seperti susu
dikumpulkan. Dokter memerintahkan pewarnaan gram, kultur, dan pemeriksaan kristal cairan,
seperti asam urat serum. Dia meminta agar cairan sinovial yang tersisa disimpan untuk
kemungkinan diperlukannya tes tambahan.
a Jelaskan tabung yang diperlukan untuk pemeriksaan rutin
b Jika kadar asam urat serum pasien meningkat, apa jenis kristal yang terdeteksi dan
gangguan yang mungkin terjadi?
c Bagaimana penampilan kristal ini dibawah cahaya terpolarisasi langsung dan
kompensasi.
d Mengapapewarnaan gram dan kultur diperintahkan untuk diuji?
2. Seorang mahasiswa teknologi medis mengencerkan cairan sinovial sebelum melakukan
penghitungan WBC. Bentuk cairan tampak terdapat gumpalan.
a. Mengapa terbentuk gumpalan?
b. Bagaimana siswa dapat melakukan pengenceran yang benar pada cairan ?
c. Setelah pengenceran yang benar dilakukan, hasil penghitungan jumlah WBCadalah
100.000 /µl. Sebutkan dua klasifikasi arthritis yang bisa dipertimbangkan.
d. Sebutkan dua tes tambahan yang bisa dijalankan untuk menentukan klasifikasi.
3. Cairan yang diperoleh dari lutut seseorang yang obesitas dan berusia 65 tahun. Wanita tersebut
sedang dievaluasi untuk kemungkinan menjalani operasi penggantian lutut. Hasil
pemeriksaannya sebagai berikut:
PENAMPILAN: pucat kuning dan kabur
COUNT WBC: 500 sel / mL
GRAM STAIN: Negatif
GLUKOSA: 110 mg / dL (glukosa serum: 115 mg / dL)
a Apa klasifikasi gangguan sendi berdasarkan hasil pemeriksaan di atas?
b Di bawah mikroskop elektron, jenis kristal apakah yang mungkin terdeteksi?
c Bagaimanakah hasil glukosa memberikan informasi tambahan dalam membantu
mendeteksi klasifikasi gangguan yang terjadi?
4. Cairan sinovial dikirim ke laboratorium untuk menghitung sel menggumpal
a Apa zat abnormal yang terdapat dalam cairan?
b Apa jenis tabung harus dikirim ke laboratorium untuk menghitung jumlah sel?
c Apakah pemeriksaan pewarnaan gra dan kultur bisa menggunakan tabung asli? Mengapa
339

Cairan serosa
BAB
13
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan dapat:
8 Daftar tiga tes kimia umum dilakukan pada
cairan pleura, dan negara signifikansi mereka.
9 Negara etiologi umum dari efusi perikardial.
10 Diskusikan pentingnya diagnostik peritoneal
lavage.
11 Hitung gradien serum-asites, dan menyatakan nya
signifikansi.
12 Membedakan antara efusi asites dari hati
dan asal peritoneal.
13 Negara signifikansi klinis Carcinoembryonic yang
antigen dan CA 125 tes.
14 Daftar tes empat kimia dilakukan pada asites
340

cairan, dan negara signifikansi mereka.


1 Jelaskan pembentukan normal cairan serosa.
2 Jelaskan empat penyebab utama efusi serosa.
3 Membedakan antara transudat dan eksudat,
termasuk etiologi, penampilan, dan laboratorium
tes.
4 Membedakan antara hemotoraks dan hemoragik sebuah
eksudat.
5 Membedakan antara chylous dan pseudochylous
eksudat.
6 Negara pentingnya peningkatan neutrofil,
limfosit, eosinofil, dan sel plasma di
cairan pleura.
7 Jelaskan karakteristik morfologi dari
sel mesothelial dan ce ganas

STILAH KUNCI
asites
efusi
eksudat
tekanan hidrostatik
tekanan onkotik
cairan serosa
thoracentesis
transudat
membran viseral
paracentesis
pericardiocentesis
perikarditis
membran parietal
radang selaput perut

Rongga tertutup tubuh-yaitu, pleura, perikardial,


dan rongga-yang peritoneal setiap dilapisi oleh dua selaput
disebut sebagai membran serosa. Satu membran
garis dinding rongga (membran parietal), dan lainnya
meliputi organ-organ di dalam rongga (membran viseral). Itu
cairan antara selaput yang disebut cairan serosa, dan
341

memberikan pelumasan antara parietal dan visceral membran.


Pelumasan diperlukan untuk mencegah gesekan
antara dua membran yang terjadi sebagai akibat dari gerakan
organ tertutup. Contoh dari gerakan ini
adalah ekspansi dan kontraksi paru-paru. Biasanya, hanya
sejumlah kecil cairan serosa hadir, karena produksi
dan reabsorpsi berlangsung dengan laju yang konstan.
■ ■ ● Pembentukan
Cairan serosa terbentuk sebagai ultrafiltrates plasma, tanpa
bahan tambahan disumbangkan oleh sel-sel mesothelial yang
garis membran. Produksi dan reabsorpsi tunduk
tekanan hidrostatik dan koloid (onkotik) dari cap- yang illaries yang melayani rongga dan
permeabilitas kapiler.
Dalam kondisi normal, tekanan koloid dari protein serum
adalah sama di kapiler di kedua sisi membran.
Oleh karena itu, tekanan hidrostatik di parietal dan
kapiler visceral menyebabkan cairan masuk antara membran.
Penyaringan hasil ultrafiltrasi plasma di
peningkatan tekanan onkotik di kapiler yang nikmat reabsorpsi
cairan kembali ke kapiler. Ini menghasilkan
pertukaran kontinyu cairan serosa dan mempertahankan normal
volume cairan beween membran. The sedikit berbeda
jumlah tekanan positif di parietal dan visceral
kapiler menciptakan kelebihan kecil cairan yang diserap oleh
kapiler limfatik yang terletak di membran. Pada Gambar
13-1, pembentukan normal dan penyerapan cairan pleura
ditunjukkan.
Gangguan mekanisme pembentukan cairan serosa
dan reabsorpsi menyebabkan peningkatan cairan antara
membran. Hal ini disebut sebagai efusi. Penyebab utama
efusi meliputi peningkatan tekanan hidrostatik (kongestif
gagal jantung), penurunan tekanan onkotik (hipoproteinemia),
permeabilitas kapiler meningkat (peradangan dan infeksi),
dan obstruksi limfatik (tumor) (Tabel 13-1).
■ ■ ● Spesimen Koleksi
dan Penanganan
Cairan untuk pemeriksaan laboratorium dikumpulkan oleh jarum
aspirasi dari rongga masing-masing. Aspirasi ini
342

prosedur yang disebut sebagai thoracentesis (pleura), pericardiocentesis


(Pericardial), dan paracentesis (peritoneal).
Cairan melimpah (lebih besar dari 100 mL) biasanya dikumpulkan;
Oleh karena itu, spesimen yang cocok tersedia untuk setiap bagian dari
laboratorium.
Asam ethylenediaminetetraacetic (EDTA) tabung digunakan
untuk jumlah sel dan diferensial tersebut. Heparinized steril dievakuasi
tabung yang digunakan untuk mikrobiologi dan sitologi. Untuk lebih baik
pemulihan mikroorganisme dan sel-sel abnormal, konsentrasi
dalam jumlah besar cairan dilakukan dengan sentrifugasi.
Tes kimia dapat dijalankan pada spesimen bergumpal di dataran
tabung atau tabung heparin. Spesimen untuk pH harus
dipelihara anaerob dalam es. Tes kimia dilakukan
222 BAB 13 • Cairan serosa
Dada
dinding
Sistemik
kapiler
Onkotik
tekanan
(MmHg)
- 26
+30
+5
+9 +10
-5
-11
26 +
Onkotik
tekanan
Hidrostatik
tekanan
(MmHg)
Intrapleural
tekanan
Intrapleural
tekanan
Hidrostatik
343

tekanan
Paru
kapiler
Pleura
ruang
Paru-paru
Parietal
selaput paru-paru
Mendalam
selaput paru-paru
Sistem limfatik
Gambar 13-1 Pembentukan normal dan penyerapan
cairan pleura.
Tabel 13-1 Penyebab patologis
dari Efusi
1. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
Gagal jantung kongestif
Garam dan retensi cairan
2. Penurunan tekanan onkotik
Sindrom nefrotik
Sirosis hati
Malnutrisi
Protein-kalah enteropati
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
Infeksi mikroba
Radang membran
Keganasan
4. limfatik obstruksi
Tumor ganas, limfoma
Infeksi dan inflamasi
Thoracic cedera duktus
© 2008 F. A. Davi

pada cairan serous sering dibandingkan dengan bahan kimia plasma


konsentrasi karena cairan dasarnya plasma
ultrafiltrates. Oleh karena itu, spesimen darah harus diperoleh
pada saat pengumpulan.
■ ■ ● transudat dan Eksudat
344

Sebuah klasifikasi umum penyebab efusi dapat


dicapai dengan memisahkan cairan ke dalam kategori
transudat atau eksudat. Efusi yang membentuk karena
gangguan sistemik yang mengganggu keseimbangan dalam peraturan
filtrasi cairan dan-reabsorpsi seperti perubahan
tekanan hidrostatik dibuat oleh gagal jantung kongestif atau
hypoproteinemia terkait dengan syndrome- nefrotik
yang disebut transudat. Eksudat diproduksi oleh kondisi
yang secara langsung melibatkan selaput rongga tertentu,
termasuk infeksi dan keganasan. Klasifikasi dari
cairan serosa sebagai transudat atau eksudat dapat memberikan berharga
Langkah diagnostik awal dan bantuan dalam perjalanan laboratorium lebih lanjut
pengujian, karena pengujian cairan transudat biasanya tidak
necessary.1 tradisional, berbagai tes laboratorium harus
digunakan untuk membedakan antara transudat dan eksudat,
termasuk penampilan, total protein, dehidrogenase laktat, sel
jumlah, dan pembekuan spontan. Namun, yang paling dapat diandalkan
diferensiasi biasanya diperoleh dengan menentukan fluidto- yang
rasio darah untuk protein dan laktat Differential dehydrogenase.2
nilai untuk parameter ini ditunjukkan pada Tabel 13-2.
Tes tambahan yang tersedia untuk cairan tertentu dan akan
dibahas dalam bagian berikut.
■ ■ ● Laboratorium Umum
Prosedur
Serosa cairan pemeriksaan termasuk klasifikasi sebagai transudat sebuah
atau eksudat, penampilan, jumlah sel dan diferensial, dan
kimia, mikrobiologi, dan sitologi prosedur-dilakukan
dengan cara yang sama pada semua cairan serosa. Namun,
signifikansi dari hasil tes dan kebutuhan untuk khusus
tes bervariasi antara cairan. Oleh karena itu, penafsiran rutin
dan prosedur khusus akan dibahas secara individual untuk
masing-masing tiga cairan serosa.
Tes yang biasanya dilakukan pada semua cairan serosa
mencakup evaluasi penampilan dan diferensiasi
antara transudat dan eksudat. Efusi dari eksudatif
asal kemudian diperiksa untuk kehadiran mikrobiologis
dan kelainan sitologi. Tes tambahan yang diperintahkan
berdasarkan gejala klinis yang spesifik. Sel darah merah (RBC) dan
345

sel darah putih (WBC) jumlah tidak sering dilakukan


pada cairan serous karena mereka memberikan informasi diagnostik kecil.
3 Secara umum, WBC menghitung lebih dari 1000 /? L dan
RBC menghitung lebih besar dari 100.000 /? L adalah indikasi dari
eksudat. Jumlah sel cairan serosa dapat dilakukan secara manual
dengan menggunakan menghitung ruang Neubauer dan metode
dibahas dalam Bab 10 atau counter cell elektronik
(Lihat Lampiran A). Pencantuman sel-sel jaringan dan puing-puing di
menghitung harus dipertimbangkan ketika counter elektronik yang digunakan,
dan perawatan harus diambil untuk mencegah pemblokiran tubing
dengan puing-puing.
Jumlah sel diferensial secara rutin dilakukan pada serosa
cairan, sebaiknya pada Wright's bernoda, spesimen cytocentrifuged
atau pada slide yang dibuat dari sedimen dari disentrifugasi
spesimen. Pap harus diperiksa tidak hanya untuk leukosit, tapi
juga untuk sel jaringan normal dan ganas. Setiap mencurigakan
Sel-sel terlihat pada diferensial yang disebut laboratorium sitologi
atau ahli patologi.
■ ■ ● pleura Cairan
Cairan pleura diperoleh dari rongga pleura, terletak
antara membran pleura parietal yang melapisi dada
dinding dan membran pleura visceral yang menutupi paru-paru.
Efusi pleura mungkin baik transudative atau eksudatif
asal. Selain tes rutin dilakukan untuk membedakan
antara transudat dan eksudat, dua tambahan
BAB 13 • Serosa Fluid 223
Tabel 13-2 Laboratorium Diferensiasi transudat
dan Eksudat
Transudat Eksudat
Penampilan
Cairan: serum rasio protein
Cairan: serum rasio LD
Count WBC
Pembekuan spontan
Kolesterol cairan pleura
Cairan pleura: rasio kolesterol serum
Cairan pleura: rasio bilirubin
Serum-asites albumin gradient
346

Jelas
? 0,5
? 0,6
? 1000 /? L
Tidak
? 45-60 mg / dL
? 0,3
? 0,6
? 1.1
Berawan
? 0,5
? 0,6
? 1000 /? L
Mungkin
? 45-60 mg / dL
? 0,3
? 0,6
? 1.1
© 2008 F. A. Davis
prosedur yang membantu ketika menganalisis cairan pleura. Ini
adalah kolesterol cairan pleura dan cairan: kolesterol serum
rasio dan cairan pleura: rasio total bilirubin serum. Sebuah pleura
kolesterol cairan lebih besar dari 60 mg / dL atau cairan pleura:
rasio kolesterol serum lebih besar dari 0,3 menyediakan handal
informasi bahwa cairan tersebut merupakan cairan exudate.4 A: Jumlah serum
rasio bilirubin dari 0,6 atau lebih juga menunjukkan adanya suatu
eksudat.
Penampilan
Informasi diagnostik yang cukup tentang etiologi
dari efusi pleura dapat dipelajari dari penampilan
spesimen (Tabel 13-3). Normal dan transudat pleura
cairan yang jelas dan kuning pucat. Kekeruhan biasanya terkait
adanya leukosit dan menunjukkan infeksi bakteri,
TBC, atau gangguan imunologi seperti arthritis
arthritis. Adanya darah dalam cairan pleura dapat menandakan
sebuah hemotoraks (luka trauma), membran kerusakan tersebut
seperti yang terjadi pada keganasan, atau aspirasi traumatis. Seperti yang terlihat
dengan cairan lain, darah dari keran traumatis muncul melesat
347

dan tidak merata.


Untuk membedakan antara hemotoraks dan hemoragik
eksudat, hematokrit dapat dijalankan pada fluida. Jika darah
adalah dari hemothorax, maka hematokrit cairan lebih dari
50% dari hematokrit darah secara keseluruhan, karena efusi adalah
sebenarnya terjadi dari curahan darah dari
injury.5 Sebuah efusi penyakit kronis membran mengandung kedua
darah dan meningkatkan cairan pleura, sehingga jauh lebih rendah
hematokrit.
Munculnya cairan pleural susu mungkin karena
kehadiran bahan chylous dari dada saluran kebocoran
atau untuk bahan pseudochylous diproduksi di inflamasi kronis
kondisi. Bahan Chylous mengandung konsentrasi tinggi
trigliserida, sedangkan bahan pseudochylous memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi dari kolesterol. Oleh karena itu, Sudan III
pewarnaan adalah sangat positif dengan bahan chylous. Sebaliknya,
efusi pseudochylous mengandung kolesterol crystals.4 Diferensiasi
antara efusi chylous dan pseudochylous adalah
diringkas dalam Tabel 13-4.
224 BAB 13 • Cairan serosa
Tabel 13-3 Korelasi pleura Penampilan Cairan dan
Disease5
Penyakit Penampilan
Jelas, kuning pucat
Keruh, putih
Berdarah
Seperti susu
Coklat
Hitam
Kental
Normal
Infeksi mikroba (TBC)
Hemotoraks
Hemorrhagic efusi, embolis paru, TBC,
keganasan
Bahan Chylous dari dada saluran kebocoran
Bahan Pseudochylous dari peradangan kronis
Pecahnya abses hati amuba
348

Aspergillous
Mesothelioma ganas (peningkatan asam hialuronat)
Tabel 13-4 Diferensiasi Antara Chylous dan
Pseudochylous pleura Efusi
Chylous Efusi Pseudochylous Efusi
Penyebab
Penampilan
Leukosit
Kristal kolesterol
Trigliserida
Sudan III pewarnaan
Thoracic saluran kebocoran
Susu / putih
Terutama limfosit
Absen
? 110 mg / dL
Sangat positif
Peradangan kronis
Susu / semburat hijau
Sel campuran
Sekarang
? 50 mg / dL
Negatif / positif lemah
© 2008 F. A. Davis

Tes Hematologi
Seperti disebutkan sebelumnya, jumlah sel diferensial adalah
paling diagnostik tes hematologi yang signifikan dilakukan
pada cairan serosa. Sel utama yang terkait dengan cairan pleura
termasuk neutrofil, limfosit, eosinofil, mesothelial
sel, sel plasma, dan sel-sel ganas (Tabel 13-5). Ini
Sel-sel yang sama juga ditemukan dalam cairan perikardial dan peritoneal.
Mirip dengan cairan tubuh lain, peningkatan cairan pleura
neutrofil merupakan indikasi infeksi bakteri, seperti pneumonia.
Neutrofil juga meningkat pada efusi dihasilkan
dari pankreatitis dan infark paru.
Limfosit biasanya terasa hadir di kedua
transudat dan eksudat dalam berbagai bentuk, termasuk
349

kecil, besar, dan reaktif. Nukleolus lebih menonjol dan


inti dibelah mungkin hadir. Peningkatan jumlah limfosit
terlihat di efusi akibat tuberkulosis, infeksi virus,
keganasan, dan gangguan autoimun seperti
rheumatoid arthritis dan lupus eritematosus sistemik. LE
sel dapat dilihat (Gbr. 13-2).
Peningkatan kadar eosinofil (lebih dari 10%) mungkin
terkait dengan trauma yang mengakibatkan adanya udara atau
darah (pneumothorax dan hemotoraks) di pleura yang
rongga. Mereka juga terlihat dalam reaksi alergi dan parasit
infeksi.
Membran yang melapisi rongga serosa mengandung tunggal
lapisan sel mesothelial; oleh karena itu, tidak biasa untuk
menemukan sel-sel ini dalam cairan serosa. Sel mesothelial yang pleomorfik;
mereka menyerupai limfosit, sel plasma, dan
sel-sel ganas, sering membuat identifikasi sulit.
Mereka sering muncul sebagai sel bulat tunggal, kecil, atau besar dengan
sitoplasma biru berlimpah dan inti bulat dengan seragam
gelap sitoplasma ungu dan dapat disebut sebagai "normal"
sel mesothelial (Gambar. 13-3 dan 13-4). Sebaliknya, "reaktif"
Sel-sel mesothelial dapat muncul dalam kelompok; memiliki berbagai
jumlah sitoplasma, inti eksentrik, dan menonjol
nukleolus; dan akan berinti, dan dengan demikian lebih dekat
menyerupai sel-sel ganas (Gambar. 13-5 dan 13-6). Peningkatan
sel mesothelial bukan temuan diagnostik yang signifikan;
Namun, mereka dapat ditingkatkan di pneumonia dan keganasan.
Lebih penting adalah kurangnya terlihat dari mesothelial
sel berhubungan dengan tuberkulosis, yang dihasilkan dari
eksudat meliputi membran pleura. Juga terkait
TBC adalah peningkatan kehadiran pleura
sel plasma cairan (Gambar. 13-7).
Sebuah perhatian utama dalam pemeriksaan semua efusi serosa
mendeteksi keberadaan sel-sel ganas. Diferensiasi
antara sel-sel mesothelial dan sel-sel jaringan lain dan
sel-sel ganas seringkali sulit. Karakteristik yang membedakan
dari sel-sel ganas mungkin termasuk penyimpangan nuklir dan sitoplasma,
nukleolus hiperkromatik, rumpun selular dengan sitoplasma
molding (perbatasan masyarakat), dan abnormal
350

nuklir-to-sitoplasma rasio (Gambar. 13-8 untuk 13-10). Ganas


BAB 13 • Serosa Fluid 225
Sel Gambar 13-2 LE dalam cairan pleura. Perhatikan tertelan
"Round tubuh" (? 1000).
Gambar 13-3 normal sel mesothelial cairan pleura, limfosit,
dan monosit (? 250).
Tabel 13-5 Signifikansi Sel
Terlihat di Cairan pleura
Sel Signifikansi
Neutrofil
Limfosit
Sel mesothelial
Sel plasma
Sel-sel ganas
Pneumonia
Pankreatitis
Infark paru
Tuberkulosis
Infeksi virus
Gangguan autoimun
Keganasan
Bentuk normal dan reaktif tidak memiliki
signifikansi klinis
Sel-sel mesothelial menurun yang
berhubungan dengan tuberkulosis
Tuberkulosis
Adenokarsinoma primer dan smallcell
bisul kanker
Karsinoma metastatik
© 2008 F. A. Davis

sel tumor. Tabel 13-6 menggambarkan karakteristik utama


sel cairan serosa ganas.
Tes Kimia
Selain tes kimia dilakukan untuk membedakan
antara transudat pleura dan eksudat, yang paling umum
tes kimia dilakukan pada cairan pleura adalah glukosa, pH,
deaminase adenosin (ADA), dan amilase. Kadar trigliserida
351

juga dapat diukur untuk mengkonfirmasi kehadiran chylous


efusi.
Kadar glukosa menurun terlihat dengan tuberkulosis,
peradangan arthritis, dan infeksi bernanah. Sebagai
ultrafiltrasi plasma, cairan pleura kadar glukosa paralel
kadar plasma dengan nilai kurang dari 60 mg / dL dianggap
menurun. Nilai cairan harus dibandingkan dengan plasma
nilai-nilai. Tingkat laktat cairan pleura meningkat pada bakteri
infeksi dan dapat dianggap selain glukosa
tingkat.
Cairan pleura pH lebih rendah dari 7,0 dapat menunjukkan kebutuhan
untuk dada-tabung drainase, selain administrasi
226 BAB 13 • Cairan serosa
Gambar 13-4 sel mesothelial normal (? 500).
Gambar 13-5 sel mesothelial reaktif menunjukkan eksentrik
inti dan sitoplasma vakuolisasi terutama (? 500).
Gambar 13-6 Satu normal dan dua sel mesothelial reaktif
dengan bentuk berinti (? 500).
Gambar 13-8 pleura adenokarsinoma cairan menunjukkan sitoplasma
molding (? 250).
Gambar 13-7 pleura sel plasma cairan terlihat dalam kasus tuberkulosis.
Perhatikan adanya sel-sel mesothelial (? 1000).
efusi pleura yang paling sering mengandung besar, adenokarsinoma tidak teratur
sel, sel karsinoma kecil atau oatcell menyerupai
limfosit besar, dan gumpalan kanker payudara metastatik
sel (Gambar. 13-11 untuk 13-13). Teknik pewarnaan khusus dan
aliran cytometry dapat digunakan untuk identifikasi positif
© 2008 F. A. Davis

BAB 13 • Serosa Fluid 227


Gambar 13-9 pleura adenokarsinoma cairan menunjukkan nuklir
dan molding sitoplasma, dan sitoplasma vakuolisasi terutama (? 1000).
Gambar 13-10 Peningkatan penyimpangan nuklir menggunakan
noda biru toluidin (? 250).
Gambar 13-11 buruk dibedakan adenokarsinoma cairan pleura
menunjukkan penyimpangan nuklir dan sitoplasma
vakuola (? 500).
Gambar 13-12 pleura sel-kecil cairan karsinoma menunjukkan
352

molding nuklir (? 250).


Gambar 13-13 sel kanker payudara metastatik di pleura
cairan. Perhatikan nukleolus hiperkromatik (? 1000).
antibiotik dalam kasus pneumonia. Dalam kasus asidosis, yang
pH cairan pleura harus dibandingkan dengan pH darah. Pleura
pH cairan setidaknya 0,30 derajat lebih rendah dari pH darah
dianggap significant.6 Temuan pH serendah 6,0
menunjukkan ruptur esofagus yang memungkinkan masuknya
cairan lambung.
Tingkat ADA lebih dari 40 U / L sangat indikasi TBC.
Mereka juga sering meningkat dengan keganasan.
Seperti serum, kadar amilase tinggi terkait
dengan pankreatitis, dan amilase sering meningkat pertama di
cairan pleura. Amilase cairan pleura, termasuk saliva amilase,
juga dapat meningkat pada ruptur esofagus dan keganasan.
Mikrobiologis dan serologi Tes
Mikroorganisme terutama terkait dengan efusi pleura
termasuk Staphylococcus aureus, Enterobacteriaceae, anaerob,
dan Mycobacterium tuberculosis. Gram noda, budaya (baik
aerobik dan anaerobik), asam-cepat noda, dan mycobacteria
budaya dilakukan pada cairan pleura ketika ada indikasi klinis.
Pengujian serologi cairan pleura digunakan untuk membedakan
© 2008 F. A. Davis

efusi asal imunologi dari non-inflammatory


proses. Tes untuk antibodi antinuclear (ANA) dan arthritis
Faktor (RF) yang paling sering dilakukan.
Deteksi penanda tumor Carcinoembryonic
antigen (CEA), CA 125 (kanker rahim metastasis), CA15.3
dan CA 549 (kanker payudara), dan CYFRA 21-1 (kanker paru)
memberikan informasi diagnostik yang berharga dalam efusi ganas
origin.7
Pengujian cairan pleura dan maknanya dirangkum
pada Gambar 13-14.
■ ■ ● Cairan perikardial
Biasanya, hanya sejumlah kecil (10 sampai 50 mL) cairan ditemukan
antara membran serosa perikardial. Efusi perikardial
terutama hasil dari perubahan permeabilitas
353

membran akibat infeksi (perikarditis), keganasan,


dan trauma-memproduksi eksudat. Gangguan metabolisme seperti
uremia, hipotiroidisme, dan gangguan autoimun adalah
Penyebab utama dari transudat (Tabel 13-7). Kehadiran
efusi dicurigai kompresi ketika jantung (tamponade)
dicatat selama pemeriksaan dokter. Melihat
Tabel 13-8.
Penampilan
Cairan perikardial normal dan transudat muncul jelas dan
kuning pucat. Efusi yang dihasilkan dari infeksi dan keganasan
yang keruh, dan efusi ganas sering
darah melesat. Terlalu efusi berdarah berhubungan dengan
tusukan jantung disengaja dan penyalahgunaan obat-obatan antikoagulan.
Bima cairan mewakili chylous dan pseudochylous
efusi juga dapat hadir.
Tes laboratorium
Pengujian dilakukan pada cairan perikardial terutama diarahkan pada
menentukan apakah cairan adalah transudat atau eksudat dan
termasuk cairan: protein serum dan laktat dehidrogenase
228 BAB 13 • Cairan serosa
Cairan pleura PENGUJIAN ALGORITMA
Protein cairan dan LD
Penampilan
Berdarah Bima
Hematokrit
Cairan: protein serum> 0,5
Cairan: serum LD> 0,6
Cairan LD> 2/3 nilai serum yang normal atas
Setiap positif
Tidak Ya
Transudat
ADA> 40u / L WBC / Diff Amilase pH
Infeksi TBC bakteri Pankreatitis Kemungkinan
perlu untuk
tabung dada
Terserang
pecah
Limfositosis> 300 / uL
354

Granulositosis
Peningkatan <7.2 <6.0
Eksudat
Glukosa
ADA
WBC / Diff
Amilase
pH
Trigliserida
Gambar 13-14 Algoritma pengujian cairan pleura.
Tabel 13-6 Karakteristik
Sel ganas
1. Peningkatan inti: sitoplasma (N: C) ratio. Semakin tinggi
rasio yang lebih buruk dibedakan adalah sel
2. kromatin nuklir didistribusikan Beraturan
3. Variasi dalam ukuran dan bentuk inti
4. Peningkatan jumlah dan ukuran nukleolus
5. hiperkromatik nukleolus
6. sel raksasa dan multinukleasi
7. molding Nuklir
8. molding Galur (perbatasan masyarakat)
9. vakuolisasi terutama sitoplasma, produksi musin
10. crowding Seluler, fagositosis
© 2008 F. A. Davis

(LD) rasio. Seperti cairan pleura, jumlah WBC yang sedikit klinis
nilai, meskipun jumlah yang lebih besar dari 1000 leukosit /? L
dengan persentase yang tinggi dari neutrofil dapat menjadi indikasi
endokarditis bakteri.
Pemeriksaan sitologi dari eksudat perikardial untuk
adanya sel ganas adalah bagian penting dari cairan
analisis. Sel yang paling sering ditemui adalah hasil dari
BAB 13 • Serosa Fluid 229
355

Tabel 13-7 Signifikansi Kimia


Pengujian pleura Cairan
Uji Signifikansi
Glukosa
Laktat
Trigliserida
pH
ADA
Amilase
Penurunan peradangan arthritis
Penurunan infeksi bernanah
Meningkat pada infeksi bakteri
Meningkat pada efusi chylous
Penurunan pada pneumonia tidak merespons
terhadap antibiotik
Nyata menurun dengan esofagus
pecah
Meningkat pada tuberkulosis dan keganasan
Meningkat pada pankreatitis, esofagus
pecah, dan keganasan
Tabel 13-8 Signifikansi perikardial
Pengujian cairan
Uji Signifikansi
Penampilan
Jelas, kuning pucat
Darah-streaked
Terlalu berdarah
Seperti susu
Diferensial
356

Peningkatan neutrofil
Sel-sel ganas
Carcinoembryonic
antigen
Pewarnaan Gram dan budaya
Noda asam-cepat
Deaminase adenosin
Normal, transudat
Infeksi, keganasan
Tusuk jantung, antikoagulan
obat
Chylous dan pseudochylous
bahan
Endokarditis bakteri
Karsinoma metastatik
Karsinoma metastatik
Endokarditis bakteri
Efusi TBC
Efusi TBC
Gambar 13-15 ganas efusi perikardial menunjukkan raksasa
sel mesothelioma dengan molding sitoplasma dan hiperkromatik
nukleolus (? 1000).
paru metastatik atau kanker payudara dan menyerupai yang
ditemukan
dalam cairan pleura. Gambar 13-15 merupakan raksasa metastasis
sel mesothelioma yang sering terlihat dalam cairan pleura dan
dikaitkan dengan kontak asbes. Tumor cairan perikardial
tingkat penanda berkorelasi dengan baik dengan studies.7 sitologi
Kultur bakteri Gram dan noda yang dilakukan pada
357

terkonsentrasi cairan ketika endokarditis diduga. Infeksi


sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan sebelumnya
termasuk Haemophilus, Streptococcus, Staphylococcus,
Adenovirus,
dan Coxsackievirus. Efusi asal TBC adalah
meningkat sebagai akibat dari AIDS. Oleh karena itu, asam-cepat
noda dan
tes kimia untuk deaminase adenosin sering diminta pada
efusi perikardial.
■ ■ ● Cairan peritoneal
Akumulasi cairan antara selaput peritoneal adalah
disebut ascites, dan cairan yang sering disebut sebagai asites
cairan daripada cairan peritoneal. Selain penyebab
efusi transudative dibahas sebelumnya, gangguan hati
seperti sirosis sering penyebab transudat asites.
Infeksi bakteri (peritonitis) -Sering sebagai akibat dari usus
perforasi atau pecah usus buntu-dan keganasan
adalah penyebab paling sering dari cairan eksudatif (Tabel 13-9).
Salin normal kadang-kadang dimasukkan ke peritoneal yang
rongga untuk bertindak sebagai lavage untuk mendeteksi perut
cedera yang belum menghasilkan akumulasi
cairan. Lavage peritoneal adalah tes sensitif untuk deteksi
perdarahan intra-abdominal dalam kasus-kasus trauma tumpul, dan
hasil
dari jumlah RBC dapat digunakan bersama dengan prosedur
radiografi
untuk membantu dalam menentukan kebutuhan untuk
operasi. Jumlah RBC
lebih besar dari 100.000 /? L adalah indikasi dari trauma tumpul
358

cedera.
Transudat Versus Eksudat
Diferensiasi antara transudat cairan asites dan eksudat
lebih sulit daripada efusi pleura dan perikardial. Itu
© 2008 F. A. Davis

Contoh:
Serum albumin Serum albumin
? 3,8 mg / dL? 3,8 mg / dL
Cairan albumin Fluid albumin
? 1,2 mg / dL? 3.0 mg / dL
Gradien? 2.6 Gradient? 0,8
efusi transudat eksudat efusi
Penampilan
Seperti cairan pleural dan pericardial, cairan peritoneal normal
jelas dan kuning pucat. Eksudat yang keruh dengan bakteri atau
infeksi jamur. Warna coklat hijau atau gelap menunjukkan
Kehadiran empedu, yang dapat dikonfirmasi menggunakan standar
tes kimia untuk bilirubin. Cairan darah-melesat terlihat berikut
trauma dan dengan tuberkulosis, gangguan usus, dan
keganasan. Bahan Chylous atau pseudochylous mungkin ada
dengan trauma atau penyumbatan pembuluh limfatik.
Tes laboratorium
Jumlah WBC normal kurang dari 350 sel /? L, dan menghitung
meningkat dengan peritonitis bakteri dan sirosis. Untuk membedakan
antara dua kondisi, sebuah neutrofil absolut
count harus dilakukan. Sebuah jumlah neutrofil absolut
lebih besar dari 250 sel /? L atau lebih besar dari 50% dari total
Count WBC merupakan indikasi infeksi. Limfosit adalah
sel dominan di TB.
Pemeriksaan seluler
Pemeriksaan asites eksudat untuk kehadiran ganas
sel penting untuk mendeteksi tumor primer dan
asal metastasis. Keganasan yang paling sering dari gastrointestinal,
prostat, atau asal ovarium. Sel hadir di
cairan asites termasuk leukosit, sel mesothelial berlimpah,
359

dan makrofag, termasuk lipophages (Gbr. 13-16).


Mikroorganisme termasuk bakteri, ragi, dan Toxoplasma
gondii juga dapat hadir (Gbr. 13-17). Sel-sel ganas dari
ovarium, prostat, dan asal kolon, sering mengandung
vakuola musin penuh, sering terlihat (Gambar. 13-18 untuk 13-
21). Tubuh Psammoma mengandung striations konsentris
kolagen-seperti bahan dapat dilihat pada kondisi jinak dan
juga terkait dengan ovarium dan tiroid keganasan
(Gbr. 13-22). Pengukuran penanda tumor CEA dan CA
125 adalah prosedur yang berharga untuk mengidentifikasi sumber utama
tumor memproduksi eksudat asites. Kehadiran CA 125
antigen dengan CEA negatif menunjukkan sumbernya adalah dari
ovarium, saluran tuba, atau endometrium.6
Pengujian Kimia
Pemeriksaan kimia dari cairan asites terutama terdiri dari
glukosa, amilase, dan penentuan alkali fosfatase.
Glukosa menurun di bawah tingkat serum di bakteri dan
230 BAB 13 • Cairan serosa
Tabel 13-9 Signifikansi Peritoneal
Pengujian cairan
Uji Signifikansi
Penampilan
Jelas, kuning pucat
Keruh
Hijau
Darah-streaked
Seperti susu
Peritoneal lavage
Count WBC
? 500 sel /? L
? 500 sel /? L
Diferensial
Carcinoembryonic
antigen
CA 125
Glukosa
Amilase
Alkaline fosfatase
360

Darah urea nitrogen /


kreatinin
Gram stain dan
budaya
Noda asam-cepat
Deaminase adenosin
Normal
Infeksi mikroba
Kandung empedu, gangguan pankreas
Trauma, infeksi, atau keganasan
Trauma limfatik dan penyumbatan
? 100.000 sel darah merah /? L menunjukkan
Cedera trauma tumpul
Normal
Peritonitis bakteri, sirosis
Peritonitis bakteri
Keganasan
Keganasan gastrointestinal
asal
Keganasan asal ovarium
Penurunan di peritonitis TBC,
keganasan
Meningkat pada pankreatitis, gastrointestinal
perforasi
Meningkat pada gastrointestinal
perforasi
Pecah atau bocor kandung kemih
Peritonitis bakteri
Peritonitis TBC
Peritonitis TBC
serum-asites albumin gradient (SAAG) dianjurkan
lebih cairan: serum total protein dan LD rasio untuk deteksi
dari transudat dari hati origin8 Cairan dan serum albumin
tingkat diukur secara bersamaan, dan albumin cairan
tingkat kemudian dikurangi dari tingkat serum albumin. Perbedaan A
(Gradien) dari 1,1 atau lebih besar menunjukkan efusi transudat
asal hati, gradien dan bawah yang berhubungan dengan
efusi eksudatif.
361

© 2008 F. A. Davis
BAB 13 • Serosa Fluid 231
Gambar 13-16 Lipophages (makrofag yang mengandung lemak
tetesan) dalam cairan peritoneal (? 500).
Gambar 13-17 Budding ragi dalam cairan peritoneal (? 400).
Gambar 13-19 sel karsinoma ovarium dengan besar musin mengandung
vakuola (? 500).
Gambar 13-20 Adenokarsinoma prostat menunjukkan sitoplasma
vakuola, perbatasan masyarakat, dan hiperkromatik
nukleolus (? 500).
Gambar 13-21 Colon sel karsinoma yang mengandung musin vakuola
dan penyimpangan nuklir.
Gambar 13-18 karsinoma ovarium menunjukkan masyarakat
perbatasan, ketidakteraturan nuklir, dan nukleolus hiperkromatik
(? 500).
© 2008 F. A. Davis

peritonitis TBC dan keganasan. Amilase ditentukan


pada cairan asites untuk memastikan kasus pankreatitis, dan mungkin
meningkat pada pasien dengan perforasi gastrointestinal. Ditinggikan
tingkat alkali fosfatase juga sangat diagnostik
perforasi usus.
Pengukuran nitrogen urea darah dan kreatinin dalam
cairan diminta ketika kandung kemih pecah atau tidak disengaja
tusukan dari kandung kemih selama paracentesis yang menjadi perhatian.
Tes mikrobiologi
Noda Gram dan kultur bakteri baik aerob dan anaerob
dilakukan ketika peritonitis bakteri dicurigai.
Inokulasi cairan ke dalam botol kultur darah di samping tempat tidur
meningkatkan pemulihan organisme anaerob. Asam-cepat
noda, deaminase adenosin, dan budaya untuk TB
juga dapat diminta.
Referensi
1. Jay, SJ: efusi pleura: evaluasi definitif dari eksudat.
Pascasarjana Med 80 (5): 180-188 1986.
2. Cahaya, RW: praktek klinis: efusi pleura. N Engl J Med
346: 1971-1977 2002.
3. Kjeldsberg, CR, dan Knight, JA: Cairan Tubuh: Laboratorium Pemeriksaan
362

dari amnion, serebrospinal, mani, serosa dan sinovial


Cairan. Sebuah Buku Atlas. ASCP, Chicago 1993.
4. Valdez, L, et al: Kolesterol: Sebuah parameter yang berguna untuk membedakan
antara eksudat pleura dan transudat. Dada 99 (5):
1097-1102, 1991.
5. Porcel, JM, dan Light, RW: pendekatan diagnostik cairan pleura
efusi pada orang dewasa. Am Fam Physician 73: 1211-1220 2006.
6. Colice, GL, et al: Pengobatan dan bedah parapneumonik
efusi: Sebuah pedoman berbasis bukti. Dada 118: 1158-
1171 2000.
7. Porcel, JM, et al: Penggunaan panel penanda tumor (Carcinoembryonic
antigen, antigen kanker 125, karbohidrat antigen 15-3
dan cytokeratin 19 fragmen) dalam cairan pleura untuk diferensial
diagnosis efusi jinak dan ganas. Dada 126: 1757-
1763 2004.
8. Runyan, BA, et al: The serum-asites albumin gradien unggul
dengan konsep eksudat transudat dalam diagnosis diferensial
asites. Ann Intern Med 117: 215-218, 1992.
232 BAB 13 • Cairan serosa
Gambar 13-22 badan Psammoma menunjukkan konsentris
striations (? 500).
PERTANYAAN STUDI
1. Tujuan utama dari cairan serosa adalah:
A. Penghapusan produk limbah
B. Menurunkan tekanan kapiler
C. Pelumasan membran serosa
D. Bergizi membran serosa
2. Membran yang melapisi dinding rongga adalah:
A. Visceral
B. Peritoneal
C. pleura
D. parietal
3. Selama produksi normal cairan serosa, yang sedikit
kelebihan cairan adalah:
A. diserap oleh sistem limfatik
B. Terserap melalui kapiler visceral
C. Disimpan dalam sel mesothelial
D. Dimetabolisme oleh sel-sel mesothelial
363

4. Produksi cairan serosa dikendalikan oleh:


A. kapiler tekanan onkotik
B. kapiler tekanan hidrostatik
C. kapiler permeabilitas
D. Semua di atas
5. Peningkatan jumlah cairan serosa disebut
a / sebuah:
A. Eksudat
B. Transudat
C. Efusi
D. Keganasan
6. pleura cairan dikumpulkan oleh:
A. Pleurocentesis
B. paracentesis
C. Pericentesis
D. Thoracentesis
7. Tempatkan huruf yang tepat di depan berikut
pernyataan yang menggambarkan transudat dan eksudat.
A. Transudat
B. Eksudat
____Caused Oleh peningkatan permeabilitas kapiler
____Caused Dengan peningkatan tekanan hidrostatik
____Caused Oleh tekanan onkotik menurun
____Caused Oleh gagal jantung kongestif
____Malignancy Terkait
____Tuberculosis Terkait
Sindrom ____Nephrotic terkait
Penampilan ____Cloudy
8. Cairan-to-serum protein dan dehidrogenase laktat
rasio dilakukan pada cairan serosa:
A. Ketika keganasan dicurigai
B. Untuk mengklasifikasikan transudat dan eksudat
C. Untuk menentukan jenis cairan serosa
D. Ketika keran traumatis telah terjadi
© 2008 F. A. Davis

BAB 13 • Serosa Fluid 233


9. Manakah dari berikut ini membutuhkan paling tambahan
364

pengujian?
A. Transudat
B. Eksudat
10. Tes tambahan dilakukan pada cairan pleura untuk mengklasifikasikan
cairan sebagai transudat atau eksudat adalah:
A. jumlah WBC
B. RBC count
C. Cairan-to-kolesterol rasio
D. Cairan-to-serum gradien protein
11. Sebuah susu-muncul cairan pleura merupakan indikasi dari:
A. Thoracic saluran kebocoran
B. peradangan kronis
Infeksi C. Mikroba
D. Kedua A dan B
12. Yang terbaik berikut merupakan hemothorax a?
A. HCT Darah: 42 Fluid HCT: 15
B. Darah HCT: 42 Cairan HCT: 10
C. Darah HCT: 30 Cairan HCT: 10
D. Darah HCT: 30 Cairan HCT: 20
13. Semua berikut ini adalah sel-sel normal terlihat pada pleura
cairan kecuali:
Sel A. mesothelial
B. Neutrofil
C. Limfosit
Sel D. Mesothelioma
14. Pengamatan diferensial cairan pleura terkait
dengan tuberkulosis adalah:
A. Peningkatan neutrofil
B. Penurunan limfosit
C. Penurunan sel mesothelial
D. Peningkatan sel mesothelial
15. Semua berikut ini adalah karakteristik ganas
sel kecuali:
A. sitoplasma molding
B. Tidak adanya nukleolus
Vakuola C. musin mengandung
D. Peningkatan N: C ratio
16. Sebuah pH cairan pleura 6,0 adalah indikasi dari:
365

A. Terserang pecah
B. Mesothelioma
C. Keganasan
D. Rheumatoid efusi
17. Sebuah sel mesothelioma terlihat pada cairan pleura menunjukkan:
A. bakteri endokarditis
B. keganasan Primer
Keganasan C. metastatik paru
Infeksi D. Tuberkulosis
18. Nama lain untuk efusi peritoneal adalah:
A. Peritonitis
B. Lavage
C. Asites
D. Sirosis
19. Tes dilakukan pada cairan lavage peritoneal adalah:
A. jumlah WBC
B. RBC count
C. Absolute jumlah neutrofil
D. Amilase
20. direkomendasikan tes untuk menentukan apakah peritoneal
cairan transudat atau eksudat adalah:
A. albumin rasio Cairan-to-serum
B. Serum ascites albumin gradient
C. Cairan-to-serum rasio dehidrogenase laktat
D. Absolute jumlah neutrofil
21. Mengingat hasil berikut, mengklasifikasikan peritoneal ini
Cairan: serum albumin, 2,2 g / dL; protein serum, 6.0
g / dL; albumin cairan, 1,6 g / dL.
A. Transudat
B. Eksudat
22. Diferensiasi antara peritonitis bakteri dan sirosis
dilakukan dengan melakukan / sebuah:
A. jumlah WBC
B. Diferensial
C. Absolute jumlah neutrofil
D. Absolute limfosit
23. Deteksi penanda tumor CA 125 di peritoneal
cairan merupakan indikasi:
366

Kanker usus besar A.


Kanker ovarium B.
C. Lambung keganasan
Kanker prostat D.
24. Kimia tes terutama dilakukan pada peritoneal
cairan mencakup semua hal berikut, kecuali:
A. dehidrogenase Laktosa
B. Glukosa
C. Alkaline fosfatase
D. Amilase
25. Budaya cairan peritoneal diinkubasi:
A. aerobik
B. anaerobik
C. Pada 37? C dan 42? C
D. Kedua A dan B
© 2008 F. A. Davis

234 BAB 13 • Cairan serosa


Studi Kasus dan Situasi Klinis
1. Cairan dari pasien dengan gagal jantung kongestif adalah
dikumpulkan oleh thoracentesis dan dikirim ke laboratorium
untuk pengujian. Tampaknya jelas dan kuning pucat dan memiliki
Hitungan WBC 450 / mL, cairan: serum rasio protein
0,35, dan cairan: serum rasio LD 0,46.
a. Apa jenis cairan dikumpulkan?
b. Berdasarkan hasil laboratorium, akan cairan ini menjadi
dianggap sebagai transudat atau eksudat? Mengapa?
c. Daftar dua tes lain yang bisa dilakukan untuk membantu
dalam mengklasifikasikan cairan ini.
2. Sebuah cairan pleura berawan memiliki tingkat glukosa dari 30 mg / dL
(Kadar glukosa serum adalah 100 mg / dL) dan pH 6,8.
a. Apa kondisi yang hasil ini menunjukkan?
b. Apa tambahan pengobatan mungkin pasien
menerima berdasarkan hasil ini?
3. Hasil berikut diperoleh pada peritoneal sebuah
Cairan: serum albumin, 2,8 g / dL; albumin cairan, 1,2 g / dL.
a. Hitung SAAG.
b. Apakah ini transudat atau eksudat? Mengapa?
367

c. Apa penyebab paling mungkin dari efusi?


4. paracentesis dilakukan pada pasien dengan ascites.
Cairan muncul keruh dan memiliki WBC tinggi
menghitung. Tes tambahan memerintahkan mencakup mutlak
count granulosit, amilase, kreatinin, CEA, dan
CA 125.
a. Apa tujuan untuk granulosit mutlak
menghitung? Jika kurang dari 250 sel / mL, kondisi apa
diindikasikan?
b. Jika tingkat amilase ditinggikan, apa maknanya?
Menyatakan tes tambahan yang mungkin
memerintahkan.
c. Jelaskan pentingnya sebuah kreatinin tinggi
tingkat.
d. Apa tujuan dari CEA dan CA 125 tes?
5. Jelaskan situasi di mana paracentesis mungkin
dilakukan pada pasien yang tidak memiliki ascites. Jika
hitungan RBC adalah 300.000 / mL, apa menunjukkan ini?
6. Pemeriksaan mikroskopis dari asites menunjukkan cairan
banyak sel dengan penyimpangan nuklir dan sitoplasma
mengandung badan Psammoma. Hasil tes CEA adalah
normal. Apa tes tambahan akan membantu?
© 2008 F. A. Davis
368

B
A
B

CAIRAN KETUBAN
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menyatakanfungsicairanamniotik.
2. Mendeskripsikanpembentukandankomposisicairanamni
Setelah mempeljari bab ini,
otik.
pembaca akan dapat: 3. Menyebutkanindikasipelaksanaansuatu amniocentesis.
4. Mendeskripsikanprosedurpenangananbahanujidanpemr
osesanuntukpengujiancairanamniotikuntuk bilirubin,
kematanganparujanin (fetal lung maturity, FLM),
dananalisissitogenetis.
5. Mendiskusikanprinsipanalisisspektrofotometrikuntukev
aluasipenyakithemolisispadabayi yang barulahir.
6. MenginterpretasikansuatugrafikLiley.
369

7. Mendeskripsikananalisiscairanamniotikuntukmendeteks 10. Mendiskusikanprinsipdansumberkesalahanuntukrasio


igangguan neural tube. L/S, Amniostat-FLM, IndeksStabilitasBusa,
8. Menerangkansignifikansifisiologisdarirasio lecithin- danujimikrovisksitasuntuk FLM.
sphingomyelin (L/S). 11. Mendeskripsikanhubunganantara lamellar bodies
9. Menyatakanhubunganantaraphosphatidyl glycerol dan dengan FLM danujilaboratorium yang dilakukan
FLM.

KATA KUNCI
amniocentesisanalisis penyakit hemolitis bayi yang baru Rasiolecithin sphingomyelinsurfaktan
sitogenetiskematanganparu janin lahirlamellarbody

Walaupun pengujian cairan amniotik sering dikaitkan dengan


Fisiologi
analisis sitogenetis, namun laboratorium klinis juga melakukan

beberapa test yang signifikan terhadap cairan amniotik. Oleh Fungsi


karena cairan amniotik merupakan hasil metabolisme janin, maka
Cairan amniotik terdapat dalam amnion, suatu kantong membran
unsur-unsur pembentuk yang ada dalam cairan itu mengandung
yang mengelilingi janin (Gambar 14-1). Fungsi utama cairan ini
informasi tentang proses metabolik yang berlangsung selama –
adalah memberi bantalan pelindung bagi janin, memungkinkan
maupun kemajuan – maturasi janin. Apabila kondisi-kondisi yang
pergerakan janin, menstabilkan suhu guna melindungi janin dari
berpengaruh buruk terhadap janin timbul, maka bahaya terhadap
perubahan suhu ekstrim, dan memungkinkan perkembangan paru
janin harus diukur dan dibandingkan dengan kemampuan janin
dengan benar. Pertukaran air dan zat-zat kimia juga berlangsung
untuk bertahan hidup pada awal kelahirannya. Test yang dicakup
antara cairan ini, janin, dan peredaran darah ibu yang
dalam bab ini dipakai untuk menentukan tingkatan (besaran)
mengandungnya.
distres janin dan maturitas janin (Tabel 14-1).

Tabel 14-1. Test untuk “Wellbeing” (Kenyamanan) dan Maturitas Janin

Nilai normal

Test Pada besaran Signifikansi

Scan bilirubin ΔA450>025 Penyakit hemolitis bayi yang baru lahir.

Alpha-fetoprotein < 2,0 MoM Gangguan neural tube


370

Rasio lecithin-sphingomyelin ≥ 2,0 Maturitas paru janin

Amniostat-maturitas paru bayi Positif Maturitas paru janin/phosphatidyl/glycerol

Indeks Stabilitas Busa ≥ 47 Maturitas paru janin

Mikroviskositas (FLM-TDx) ≥ 55 mg /g Maturitas paru janin

Densitas optis 650 nm ≥ 0,150 Maturitas paru janin

Jumlah lamellar body ≥ 32.000/mL Maturitas paru janin

Volume
Volume cairan amniotik diatur dengan suatu kesetimbangan antara
produksi urine janin dan cairan paru dan absorpsi dari swallowing
(penelanan yang dilakukan) janin dan aliran intramembran. Aliran
intramembran adalah absorpsi air cairan amniotik dan bahn terlarut
dalam cairan amniotik kedalam sistem vaskular janin. Jumlah
cairan amniotik meningkat selama masa kehamilan, yang mencapai
puncaknya kira-kira 1 L selama trimester ketiga, dan kemudian

berkurang lambat laun sebelum persalinan. Selama trimester Gambar 14-1. Janin dalam kantong amnotik.

pertama, kira-kira 35 ml cairan amniotik diperoleh terutama dari


Kegagalan janin untuk memulai penelanan
peredaran daah ibu. Selama masa sepertiga hingga paruh menyebabkan akumulasi cairan amniotik berlebih
kehamilan, (polyhydramnios) dan merupakan indikasi distress janin, yang
sering dikaitkan dengan gangguan neural tube. Polyhydramnios
bisa pula dihubungkan dengan anomali struktural janin, cardiac
arrhythmias, infeksi bawaan, dan abnormalitas kromosom.
janin mengeluarkan cairan paru dalam jumlah (volume) yang
Peningkatan penelanan oleh janin, deformasi saluran uriner, dan
dibutuhkan untuk mengembangkan (memperbesar) paru sesuai
kebocoran membran bisa jadi adalah penyebab berkurangnya
dengan pertumbuhan. Selama masing-masing episode gerakan
cairan amniotik (oligohydramnios). Oligohydramnios bisa jadi ada
bernafas janin, cairan paru yang dilepas memasuki cairan amniotik,
hubungannya dengan kompresi (penyempitan) umbilical cord,
seperti yang dibuktikan oleh surfaktan paru yang berfungsi sebagai
yang berakibat melemahnya denyut jantung dan kematian janin.
indeks maturitas paru janin. Setelah melewati trimester pertama,
urine janin adalah kontributor utama bagi volume cairan amniotik.
Pada saat produksi urine janin terjadi, penelanan cairan amniotik Komposisi Kimia
oleh janin mulai terjadi dan mengatur kenaikan cairan dari urine
janin. Plasenta adalah sumber pamungkas air dan zat terlarut dalam
cairan amniotik. Cairan amniotik memiliki komposisi yang serupa
dengan plasma darah ibu dan mengandung sejumlah kecil sel-sel
janin yang terlepas dari kulit, sistem pencernaan, dan saluran
uriner. Sel-sel ini menjadi dasar pelaksanaan analisis sitogenetis.
Cairan ini juga mengandung bahan-bahan biokimia yang
371

dihasilkan oleh janin, seperti bilirubin, lemak, enzim, elektrolit, yang dilakukan dengan ultrasonografi dapat menaksir secara akurat
senyawa nitrogen, dan protein yang dapat diuji untuk menentukan usia janin dan memberikan perkiraan tentang ukuran dan
kesehatan atau kematangan (maturitas) janin. pertumbuhan janin selama masa kehamilan untuk mendiagnosis
Sebahagian cairan itu berasal dari saluran pernafasan dan mengatur retardasi pertumbuhan intrauterine. Penemuan
janin, membran amniotik, dan umbilical cord. Seperti yang sudah abnormalitas dengan ultra-bunyi dapat mengindikasikan potensi
bisa diduga, komposisi kimia cairan amniotik berubah setelah masalah-masalah perkembangan janin dan mengindikasikan
produk urine janin mulai terjadi. Konsentrasi creatinine, urea, dan kebutuhan akan amniocentesis dan pengukuran laboratorik
uric acid meningkat, sedangkan konsentrasi glukosa dan protein maturitas paru janin.
menurun. Konsentrasi elektrolit, enzim, hormon, dan produk akhir Sel-sel epithelium janin dalam cairan amniotik
metabolik juga bervariasi dan kurang signifikan secara klinis. mengindikasikan bahan genetis janin dan substansi biokimia yang
Pengukuran creatinine dalam cairan amniotik telah dipakai untuk telah diproduksi janin. Sel-sel ini dapat dipisahkan dari cairan,
menentukan usia janin. Sebelum masa kehamilan 36 minggu, kadar dikulturkan, dan diperiksa dengan menggunakan karyotyping,
creatinine dalam cairan amniotik berkisar antara 1,5 hingga 2,0 mg hibridisasi in situ fluoresensi (FISH), fluorescent mapping spectral
/dL. Kemudian kadar ini naik diatas 2,0 mg/dL, sehingga karyotyping (SKY), dan pengujian DNA untuk mengecek
merupakan suatu cara untuk menentukan usia janin yang lebih abnormalitas kromosom. Substansi biokimia yang diproduksi janin
lebih daripada 36 minggu. dapat dianalisis dengan polarisasi fluoresens dan kromatografi
lapisan tipis untuk mengevaluasi kesehatan janin.
Membedakan Urine Ibu dari Cairan
Amniotik Indikasiuntuk Pelaksanaan
Amniocentesis
Pembedaan antara cairan amniotik dan urine ibu mungkin perlu Amniocentesis bia jadi diindikasikan pada usia kehamilan 15
untuk menentukan kemungkinan rusaknya membran secara hingga 18 minggu untuk untuk kondisi-kondisi berikut ini untuk
prematur atau kebocoran aksidental kandung kemih ibu selama menentukan perlakuan atau intervensi dini:
pengumpulan bahan uji. Analisis kimia creatinine, urea, glukosa,  Usiaibu 35 tahunataulebihpadasaatpersalinan.
dan protein membantu dalam melakukan pembedaan tersebut.  Riwayatkeluargatentangabnormalitaskromosom, seperti
Kadar creatinine dan urea jah lebih rendah dalam cairan amniotik trisomy 21 (sindromDown).
ketimbang dalam urine. Creatinine tidak melampaui 3,5 mg/dL dan  Orang tuamengandungsusunankromosom abnormal.
urea tidak lebih daripada 30 mg/dL dalam cairan amniotik,  Kehamilandiniatauanakdengancacatlahir.
sedangkan dalam urine kadarnya bisa mencapai 10 mg/dL untuk  Orang tuaadalahpembawasuatugangguanmetabolik.
creatinine dan 300 mg/dL untuk urea. Pengukuran protein dan  Riwayatpenyakitgenetissepertipenyakitselsabit,
glukosa dengan menggunakan reagent strip merupakan indikator penyakitTay-Sachs, hemofilia, distrofiotot, anemia
yang kurang handal, karena glukosa dan protein bukan konstituen
selsabit, Huntington chorea, dan cystic fibrosis.
urine yang tidak lazim selama masa kehamilan. Akan tetapi, dalam
 Meningkatnya maternal serum alpha fetoprotein.
keadaan normal, kehadiran glukosa, protein, atau keduanya lebih
 Uji screening penanda triple yang abnormal.
erat kaitannya dengan cairan amniotik.
 Anaksebelumnyadengangangguan neural tube
sepertispina bifida, ataucacatdinding ventral
Uji paku (fern test) juga mampu membedakan cairan
(gastroschisis).
amniotik dari urine. Dalam uji paku, bahan uji cairan vagina
ditebar pada suatu slide kaca dan dibiarkan mengering paa suhu  Tiga kali ataulebihkeguguran.
kamar, kemudian diamati secara mikroskopis. Kehadiran kristal-
kristal yang “menyerupai paku” merupakan screen positif untuk Evaluasi amniocentesis diindikasikan kemudian dalam
cairan amniotik. kehamilan (20 sampai 42 minggu) untuk mengevaluasi:
 Maturitasparujanin
 Distress janin
- Penyakithemolitisbayi yang
■ ■ ● PengumpulanSpesimen barulahirakibatinkompatibilitastipe Rh darah.
- Infeksi.
Uji Indikasi untuk Amniocentesis
Pengumpulan
Amniocentesis direkomendasikan ketika melakukan screening uji
darah seperti test protein janin alpha serum ibu, triple screening Cairan amniotik didapat dengan aspirasi jarum kedalam
test (test untuk maternal alpha fetal protein [AFP], human kantong amniotik, suatu prosedur yang disebut amniocentesis.
chorionic gonadotropin [hCG], dan unconjugated estriol [UE3]), Prosedur yang paling sering dilakukan adalah transabdominal
atau quadruple screening test (AFP, hCG, UEs, dan inhibin A) amniocentesis. Dengan menggunakan bunyi ultra kontinu sebagai
memberikan hasil-hasil yang abnormal. Pengukuran tubuh janin petunjuk, dokter dapat menentukan lokasi janin dan plasenta
372

sehingga dapat menjalankan prosedur itu dengan aman. Suatu Kleihauer-Betke untuk hemoglobin janin dan penting untuk
jarum berlubang yang kecil disusupkan lewat abdomen perut ibu pengelolaan kasus lebih lanjut.
kedalam uterus dan kantong amniotik untuk mengambil cairan
amniotik. Vaginal amniocentesis juga bisa dilakukan; namun Keberadaan bilirubin memberi warna kuning pada
metoda ini berisiko besar menimbulkan infeksi. Pada umumnya, cairan itu dan merupakan indikator kerusakan sel darah merah
amniocentesis merupakan prosedur yang aman, terutama bila yang diakibatkan HDN. Meconium, yang biasanya didefinisikan
dilakukan setelah kehamilan berusia 14 minggu. Cairan untuk sebagai gerakan perut pertama bayi yang baru lahir, bisa hadir
analisis kromosom biasanya dikumpulkan pada usia kehamilan dalam cairan amniotik sebagai akibat sekresi intestinal janin. Hal
kira-kira 16 minggu, seangkan test untuk distress dan maturitas ini menghasilkan suatu warna hijau gelap. Aspirasi meconium oleh
janin dilaksanakan kemudian pada trimester ketiga. janin selama fetal swallowing perlu mendapat perhatian apabila
jumlah yang lebih besar terdapat dalam cairan. Suatu cairan yang
Cairan amniotik maksimum 30 ml diambil dan berwarna merah-coklat yang amat gelap diasosiasikan dengan
disimpan dalam kantong steril. Dua atau tiga ml pertama yang kematian janin.
diambil bisa jadi terkontaminasi oleh darah, cairan jaringan, dan
sel-sel dan, karena itu, dibuang. Cairan untuk analisis bilirubin
dalam kasus penyakit hemolitik bayi yang baru lahir (HDN) harus ■■● Test untuk Distress Janin
terus dilindungi dari cahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan Penyakit Hemolitik Bayi yang Baru Lahir
menempatkan bahan uji itu dalam tabung berwarna gelap atau
dengan menggunakan penutup plastik hitam untuk wadah bahan Test laboratorium tertua yang dilakukan secara rutin terhadap
uji. cairan amniotik mengevaluasi tingkat keparahan fetal anemia yang
ditimbulkan HDN.

■■●Penanganan dan Pemrosesan


Bahan Uji
Penanganan dan pemrosesan cairan amniotik bervariasi sesuai
dengan test yang diminta. Akan tetapi, dalam keadaan apapun,
prosedur penanganan khusus harus dijalankan segera dan bahan uji
dikirimkan segera ke laboratorium. Cairan untuk test maturitas
paru janin (FLM) harus disimpan dalam es untuk diangkut ke
laboratorium dan didinginkan selama maksimal 72 jam sebelum
dilakukan pengujian atau disimpan dalam keadaan beku dan
kemudian diuji dalam waktu 72 jam. Bahan uji beku harus diaduk
Warna Cairan Amniotik
sampai rata, dengan cara vortexing, setelah mencair. Pembekuan-
pencairan yang berulang tidak direkomendasikan disini. Bahan uji
warna signifikan
untuk kajian sitogenetis dijaga pada suhu kamar atau suhu tubuh
(inkubasi 370C) sebelum analisis guna memperpanjang usia sel-sel
Tidak berwarna Normal
yang dibutuhkan untuk analisis.

Semua cairan untuk pengujian kimia harusdipisahkan Bercorak darah Kebocoran traumatis, trauma
dari elemen-elemen seluler dan debris sesegera mungkin untuk abdomen, hemorrhage intra-
mencegah distorsi konstituen kimia oleh metabolisme seluler atau amniotik
disintegrasi seluler. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan
sentrifugasi atau filtrasi. Filtrasi direkomendasikan untuk metoda kuning Penyakit hemolitis bayi yang
FLM (maturitas paru janin) untuk mencegah hilangnya baru lahir (bilirubin
phospholipids.
Hijau gelap mekonium

■■●Warna dan Penampakan Merah-coklatgelap Kematian janin

Cairan amniotik normal tidak berwarna dan bisa menunjukkan


sedikit turbiditas (agak keruh sedikit) karena adanyadebris,
Angka kejadian penyakit ini sudah berkurang drastis sejak
terutama pada tahap-tahap akhir perkembangan janin. Cairan yang
ditemukannya metoda-metoda untuk mencegah produksi antibodi
bercampur sedikit darah bisa hadir akibat kebocoran traumatis,
anti-Rh pada para ibu pasca persalinan. Akan tetapi, antibodi untuk
trauma abdominal, atau perdarahan intra-amniotik. Sumber darah
melawan antigen sel meral lain juga mampu memproduksi HDN,
(maternal atau janin) dapat ditentukan dengan menggunakan uji
373

dan imunisasi para ibu dengan Rh-negatif bisa jadi tidak efektif.
Keterpaparan semula terhadap antigen sel merah asing terjadi
selama masa kehamilan dan penyaluran lewat plasenta (delivery of
placenta) ketika sel-sel darah merah janin masuk kedalam
peredaran darah ibu dan merangsang ibu untuk memproduksi
antibodi untuk melawan antigen tersebut. Apabila antibodi yang
ada dalam aliran darah ibu ini melintasi plasenta dan masuk
kedalam aliran darah janin dan terikat pada antigen yang ada pada
sel-sel janin, maka sel-sel itu akan dihancurkan. Perusakan sel
daah merah janin menyebabkan munculnya produk degradasi sel
darah merah, yakni bilirubin yang tidak terkonyugasi, didalam
cairan amniotik. Dengan mengukur jumlah bilirubin yang ada
dalam cairan ini, intensitas hemolisis yang terjadi bisa ditentukan,
dan bahaya yang ditimbulkan anemia ini terhadap janin bisa diukur Gambar 14-2. Antibodi Rh menyeberangi plasenta.
(Gambar 14-2).

Pengukuran bilirubin dalam cairan amniotik dilakukan dengan Cacat Neural Tube
analisis spektrofotometri. Seperti dilukiskan dalam Gambar 14-3,
densitas optis (OD) cairan itu diukur dalam interval antara 365 nm Meningkatnya kadar alpha-fetoprotein (AFP) dalam aliran darah
hingga 550 nm dan angka bacaan yang diplotkan pada kertas grafik ibu maupun cairan amniotik bisa menjadi petunjuk adanya cacat
semilogaritmik. Dalam cairan normal, OD paling tinggi pada 365 neural tube janin, seperti anencephaly dan spina bifida. AFP adalah
nM dan menurun secara linier ke 550 nm, yang diwakili dengan protein utama yang dihasilkan hati janin selama maa kehamilan
suatu garis lurus. Bila terdapat bilirubin, kenaikan OD terlihat pada awal (sebelum 18 minggu). Hal ini ditemukan dalam serum ibu
450 nm karena inilah panjang gelombang untuk absorpsi dikarenakan berpadunya peredaran darah janin dengan ibu dan
maksimum bilirubin. Selisih antara OD garis dasar teoritis dan OD dalam cairan amniotik dari difusi dan ekskresi urine janin.
pada 450 nm mewakiliki konsentrasi bilirubin dalam cairan Peningkatan kadar ditemukan dalam serum ibu dan cairan amniotik
amniotik. Perbedaan dalam OD ini, yang disebut sebagai selisih ketika kulit gagal menutup jaringan neural, seperti yang terjadi
daya serap pada 450 nm (ΔA450), kemudian diplotkan terhadap pada anencephaly dan spina bifida.
suatu grafik Liley untuk menentukan tingkat keparahan penyakit
hemolitis (Gambar 14-4). Pengukuran kadar AFP dalam cairan amniotik perlu
Perhatikan, garfik Liley memplotkan ΔA450 terhadap dilakukan jika kadar serum ibu meningkat atau ada riwayat
usia kehamilan dan dibagi menjadi tiga zona yang mewakili keluarga tentang cacat neural tube sebelumnya. Kemungkinan
tingkat keparahan hemolisis. Harga-harga yang jatuh dalam zona I hamil juga harus diselidiki bila kadar serum meningkat.
mengindikasikan tidak lebih daripada janin yang terkena pengaruh
yang ringan; mereka yang berada dalam zona II memerlukan
pemantauan yang seksama, sedangkan suatu harga dalam zona III
menunjukkan bahwa janin mendapat pengaruh yang parah.
Intervensi lewat induksi persalinan atau transfusi pertukaran
intrauterine harus dipertimbangkan bila ΔA450 diplotkan dalam
zona III.
Seperti yang telah dikemukakan, bahan uji harus
dilindungi dari cahaya terus-menerus. Harga-harga yang menurun
drastis akan diperoleh walaupun bahan uji hanya 30 menit terpapar
terhadap cahaya. Harus berhati-hati untuk memastikan bahwa
kontaminasi cairan amniotik oleh sel, hemoglobin, meconium, atau
debris lain tidak boleh mengganggu analisis spektrofotometri.
Bahan uji harus segera disentrifugasi untuk menghilangkan
interferensi partikel. Daya serap maksimal oxyhemoglobin tercapai
pada 410 nm dan dapat berinterferensi dengan puncak penyerapan
bilirubin (lihat Gambar 14-3). Interferensi ini dapat dihilangkan
dengan melakukan ekstraksi dengan kloroform. Suatu pembanding Gambar 14-3. Scan bilirubin spektrofotometrik yang
bisa disiapkan dengan mengencerkan serum pembanding kimia memperlihatkan puncak bilirubin dan puncak oxyhemoglobin.
komersil 1 menjadi 10 dengan larutan garam normal dan
memperlakukannya serupa dengan bahan uji pasien. Kadar Harga-harga normal didasarkan pada usia kehamilan (dalam
bilirubin dan protein mendekati kadar keduanya dalam cairan minggu), karena janin memproduksi AFP maksimal antara usia
amniotik dan dapat diubah dengan menggunakan serum kehamilan 12 minggu hingga 15 minggu, setelah itu kadar AFP
pembanding yang rendah atau tinggi. dalam cairan amniotik menurun. Baik kadar AFP dalam serum
374

maupun dalam cairan amniotik dilaporkan dalam kelipatan median dan protein) yang membentuk deretan alveolar dan menciptakan
(MoM). Median adalah tingkat acuan laboratorium untuk masa stabilitas alveolar.
kehamilan (minggu) tertentu.
Kenaikan kadar AFP dalam cairan amniotik diikuti Lecithin dihasilkan pada laju yang relatif konstan dan
dengan pengukuran amniotic acetylcholinesterase (AChE). Test ini rendah sampai masa kehamilan 35 minggu, pada saat mana terjadi
lebih spesifik untuk gangguan neural tube ketimbang untuk AFP, kenaikan produksinya, yang menyebabkan stabilnya alveoli paru
mengingat test ini tidak dilakukan terhadap bahan uji yang janin. Sphingomyelin adalah lemak yang dihasilkan pada laju tetap
mengandung darah, karena darah mengandung AChE. setelah kehamilan mencapai usia 26 minggu; iki, sphingomyelin
dapat berfungsi sebagai pembanding bagi kenaikan kadar lecithin.
Bak lecithin maupun sphingomyelin terdapat dalam cairan
■■●Test Maturitas Janin amniotik dalam jumlah yang sebanding dengan konsentrasinya
dalam janin. Sebelum usia kehamilan 35 minggu, rasio L/S
Distress janin, baik yang disebabkan HDN maupun oleh kondisi- biasanya kurang daripada 1,6 karena lecithin yang diproduksi saat
kondisi yang lain, memaksa dokter kebidanan mempertmbangkan itu belum besar. Rsio ini naik menjadi 2,0 atau lebih ketika
persalinan yang dipercepat (preterm delivery). Di titik ini, produksi lecithin meningkat untuk mencegah agar alveolar tidak
maturitas janin harus diukur. kolaps. Oleh karena itu, bila rasio L/S mencapai 2,0, suatu
persalinan preterm biasanya dianggap sebagai prosedur yang relatif
Mauritas Paru Janin aman. Hasil-hasil yang meningkat secara palsu ditemukan dalam
cairan yang terkontaminasi dengan darah atau meconium karena
Sindron distress pernafasan (respiratory distress syndrome, RDS) kedua substansi ini mengandung lecithin dan sphingomyelin.
adalah komplikasi yang paling sering pada persalinan dini dan Pengukuran kuantitatif lecithin dan sphingomyelin
erupakan penyebab morbiditas dan mortalitas bagi bayi yang lahir dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapisan tipis.
prematur. Penyakit ini disebabkan tiadanya surfaktan paru, suatu Prosedur ini padat tenaga kerja dan memiliki koefisien variasi yang
zat yang biasanya terdapat dalam paru yang sudah matang dan tinggi. Banyak laboratorium telah menggantikan rasio L/S dengan
memungkinkan alveoli (kantung-kantung udara dalam paru) tetap phosphatidyl glycerol immunoassays yang lebih hemat biaya,
terbuka sepanjang siklus normal hirup nafas (inhalasi) dan polarisasi fluoresens, dan prosedur densitas lamellar body.
keluarkan nafas (ekshalasi). Surfaktan mencegah collapse alveoli
dengan menurunkan tekanan permukaan dan memungkinkannya Amniostat-FLM
lebih mudah menggembung karena adanya udara masuk. Oleh
karena itu, test laboratorium harus dilakukan untuk menentukan Kehadiran lemak permukaan paru yang lain, yakni phosphatidyl
maturitas (kematangan) paru janin. Beberapa test laboratorium glycerol, juga esensil bagi kematangan paru yang memadai.
tersedia untuk mengukur maturitas paru janin. Produksi phosphatidyl glycerol biasanya sejalan dengan produksi
lecithin, namun produksinya tertunda dalam kasus dimana ibu
mengidap penyakit diabetes. Dalam keadaan ini, distress
pernafasan timbul pada rasio L/S 2,0. Oleh karena itu, profil paru
hasil kromatografi lapisan tipis harus meliputi lecithin,
sphingomyelin, dan phosphatidyl glycerol untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat.

Pengembangan suatu test aglutinasi imunologis untuk


phosphatidyl glycerol telah menghasilkan suatu metoda yang lebih
cepat untuk mengukur kematangan janin yang tidak mensyaratkan
sebuah laboratorium harus diperlengkapi untuk melaksanakan
kromatografi lapisan tipis. Aminostat-FLM (Irving Scientific,
Santa Ana, Calif) menggunakan antiserum yang spesifik untuk
phosphatidyl glycerol dan tidak terpengaruh oleh kontaminasi
darah dan meconium. Kajian-kajian memperlihatkan korelasi yang
bagus dengan kromatografi lapisan tipis tetapi dengan suatu
insidensi hasil negatif-palsu yang sedikit lebih sering, yang
Gambar 14-4. Contoh grafik Liley. mungkin perlu ditindaklanjuti dengan pengujian yang lebih lanjut.

Rasio Lecithin-Sphingomyelin Stabilitas Busa


Metoda acuan y terhadapnya test maturitas paru janin Sebelum dikembangkannya teknik biokimia untuk mengukur
dibandingkan adalah rasio lecithin-sphingomyelin (L/S). Lecithin konsentrasi lemak pada permukaan paru, suatu uji screening
adalah komponen utama surfaktan (phospholipids, lemak neural, mekanis, yang disebut “uji busa” atau “uji goyang”, telah
375

dipergunakan untuk menentukan kehadiran lemak. Oleh karena test dengan 39 mg/g. Hasil-hasil antara 40 mg/g dan 54 mg/g tidak
ini dilakukan di samping ranjang atau didalam laboratorium, maka dapat dinyatakan “matang” (mature) atau “tidak matang”
test ini masih berguna. Cairan amniotik dicampur dengan ethanol (immature) dan harus dievaluasi dengan seksama. Hasil uji TDx-
95%, dikocok selama 15 detik, lalu didiamkan selama 15 menit. FLM II memiliki korelasi yang cukup bagus dengan rasio L/S 2,0
Pada akhir waktu ini, permukaan cairan diamati untuk melihat dan memiliki hanya beberapa hasil “matang” palsu, sehingga ini
kehadiran deretan gelembung-gelembung di tepi luar. Kehadiran merupakan alat screening yang abgus. Pengujian L/S berturut-turut
gelembung-gelembung ini mengindikasikan bahwa phospholipid direkomendasikan bila hasil TDx-FLM II mengindikasikan
tersedia dalam jumlah memadai untuk mengurangi tegangan ketidakmatangan (immaturity) paru janin. Usia kehamilan yang
permukaan cairan, bahkan walaupun terdapat alkohol, yakni agen akurat merupakan bahan pertimbangan penting dalam menafsirkan
anti-pembentukan busa. hasil.

Salah satu modifikasi test busa menggunakan 0,5 ml


cairan amniotik yang ditambahkan kedalam ethanol 95% yang
jumlahnya bertambah, yang memberikan suatu gradien rasio PROSEDUR
ethanol/cairan berkisar 0,42 mL hingga 0,55 ml dalam increment
0,01-ml, yang dapat digunakan untuk menghasilkan ukuran
semikuatitatif bagi jumlah surfaktan yang ada. Suatu harga sebesar Prosedur Uji Kocok Busa
47 atau lebih tinggi mengindikasikan FLM. Indeks Stabilitas Busa
telah menunjukkan korelasi yang bagus dengan rasio L/S dan test
untuk phosphatidyl glycerol. Test ini tidak bisa dilakukan dengan 1. Campurbagian-bagiancairanamniotik yang
samadengan ethanol 95%.
menggunakan cairan amniotik yang sudah tercemar karena darah
2. Kocokdengankencangselama 15 detik.
dan meconium juga mengurangi tegangan permukaan. 3. Biarkandandiamkanselama 15 menit.
4. Amati kehadiranderetankontinugelembung di
sekitartepiluar.
Mikroviskositas: Pengujian Polarisasi
Fluoresens
Kehadiran phospholipid mengurangi mikroviskositas cairan
amniotik. Perubahan mikroviskositas ini dapat diukur dengan
menggunakan prinsip polarisasi fluoresens yang diterapkan oleh
Abbott TDx analyzer dengan TDx/TDxFLxFLM II Assay System
PROSEDUR
(Abbott Laboratories, Abbott Park, Ill.). Uji TDx/TDxFLx Feta
Lung Maturity II (FLMI) merupakan sistem reagen untuk Prosedur untuk Indks Stabilitas Busa
pengukuran kuantitatif rasio surfaktan terhadap albumin dalam
cairan amniotik untuk keperluan pengukuran kematangan 1. Tambahkan 0,5 ml cairanamniotikkealamtabung
(maturitas) paru janin. Pengujian ini menggunakan polarisasi suatu yang berisi ethanol 95% denganjumlah yang
pewarna fluoresens yang memadukan surfaktan dengan albumin. bertambah, berkisar 0,42 hingga 0,55 ml,
Pewarna yang terikat pada surfaktan memiliki usia fluoresens yang denganpertambahan 0,01 ml.
2. Kocokdengankencangselama 15 menit.
lebih panjang dan memperlihatkan polarisasi yang rendah,
3. Biarkantanpagangguanselama 15 menit.
sedangkan pewarna yang terikat pada albumin memiliki 4. Amati kehadiransuatuderetankontinugelembung-
usiafluoresens yang pendek dan polarisasi yang tinggi. Albumin gelembung di sekitartepiluar.
dipakai sebagai standar internal seperti halnya sphingomyelin 5. Harga-harga yang
karena albumin tetap kadarnya tidak berubah sepanjang masa lebihbesardaripadaatausamadengan 47
kehamilan. Perubahan-perubahan yang tercatat dalam hal mengindikasikanbahwaparujaninsudahmatang.
polarisasi menghasilkan suatu rasio surfaktan/albumin yang
dinyatakan dalam mg surfaktan terhadap gram albumin yang
dibandingkan dengan kurva standar kalibrasi uji maturitas paru Test membutuhkan sekurang-kurangnya 1,0 ml cairan
janin II yang meliputi phosphatidyl glycerol dan berkisar antara 0 amniotik.Cam harus disaring, bukan disentrifugasi, sebelum
sampai 160 mg/g. Fetal Lung Maturity II Calibrators dengan rasio pemeriksaan, untuk mencegah sedimentasi lemak dan pelaporan
surfaktan/albumin yang diketahui dijalankan dan kurva standar hasil-haisl yang menurun secara palsu. Bahan uji yang
yang dihasilkan disimpan dalam memory. Hasil sampel dihitung terkontaminasi darah, meconium, urine ibu, dan sampel icteric,
dari kurva standar yang disimpan yang menggunakan harga-harga tidakboleh dipergunakan disini.
polarisasi yang dihasilkan untuk masing-masing sampel. Suatu
rasio 55 mg (atau lebih) surfaktan per gram albumin menghasilkan Lamellar Bodies dan Densitas Optis
suatu indikator konservatif FLM dan harga-harga yang lebih
rendah bisa dipertimbangkan. Hasil-hasil yang tidak matang
(immature) dengan uji FLM II adalah kruang aripada atau sama
376

Lamellar bodies adalah phospholipids yang terlamelasi yang References


mewakili suatu bentuk surfaktan yang tersimpan. Surfaktan yang
bertanggung jawab untuk FLM diproduksi dan dilepaskan oleh 1. Ross, MG, Brace, RA, and the NIH Workshop
pneumocyte tipe II paru janin dan disimpan dalam bentuk struktur
Participants,
yang dinamakan lamellar bodies pada usia kehamilan sekitar 26
minggu. Lamellar bodies memasuki rongga alveolar untuk
National Institute of Child Health and Development
memberikan surfaktan dan juga memasuki cairan amniotik pada
masa kehamilan 26 minggu. Setelah paru janin matang, produksi Conference
lamellar bodies yang meningkat tercermin dari kenaikan summary: Amniotic fluid biology—basic and clinical
phospholipid cairan amniotik dan rasio L/S. Oleh karena itu, aspects. The Journal of Maternal-Fetal Medicine 10:2-19,
jumlah lamellar bodies yang ada dalam cairan amniotik berkorelasi 2001.
dengan jumlah phospholipid yang hadir dalam paru janin. 2. Weiss, RR, et al: Amniotic fluid uric acid and creatinine
as measures
Kehadiran lamellar bodies meningkatkan OD cairan
of fetal maturity. ObstetGynecol 44(2):208-214, 1974.
amniotik. Bahan uji disentrifugasi pada 2000 selama 10 menit dan
3. Wenk, RE, and Rosenbaum, JM: Examination of
diperiksa dengan menggunakan panjang gelombang 650 nm, yang
meniadakan interferensi dari hemoglobin tetapi bukan kontaminan amniotic fluid.
yang lain, seperti meconium. Suatu OD sebesar 0,150 terbukti In Henry, JB (ed): Clinical Diagnosis and Management by
berkorelasi cukup baik dengan rasio L/S yang lebih besar daripada Laboratory
atau sama dengan 2,0 dan kehadiran phosphatidyl glycerol. Methods. WB Saunders, Philadelphia, 1996.
4. Heron, HJ: The use of the Fern test to differentiate
Diameter lamellar bodi sama dengan diameter platelet amniotic
kecil; oleh karena itu, jumlah lamellar bodies dapat dihitung
fluid from urine. Triangle Jul:20:60-62, 1963.
dengan cepat dengan menggunakan saluran platelet hematology
analyzer. Berbagai instrumen menggunakan prinsip yang berlainan
5. TDx/TDxFLx Fetal Lung Maturity II (FLM II) package
untuk mengidentifikasi platelet dan biasanya tidak dibatalkan insert.
keabsahannya oleh kehadiran lysed blood, bilirubin, atau Reference 7A76. Abbott Laboratories, Diagnostics
meconium. Penghitungan jumlah lamellar bodies yang dilakukan Division,
pada cairan amniotik yang disimpan pada suhu 40C stabil hingga Abbott Park, Ill., April 2003.
masa 10 hari. 6. Liley, AW: Liquor amnii analysis in the management of
Lamellar bodies dapat dihitung dengan menggunakan the
resistance-pulse counting, seperti yang digunakan oleh Coulter
pregnancy complicated by Rhesus sensitization. Am J
cell-counting instrument (alat hitung sel Coulter) (Beckman
Coulter, Inc, Fullerton, Calif). Dengan ukuran berkisar dari 1,7
Obstet
hingga 7,3 fL, lamellar bodies dapat dihitung dengan Gynecol 82:1359, 1961.
menggunakan saluran platelet. Teknik ini mudah dilakukan; akan 7. Spinnato, JA, et al: Amniotic bilirubin and fetal
tetapi, sampel harus bebas dari kontaminasi partikel seperti hemolytic disease.
meconium atau darah. Suatu angka hitungan 32.000 atau lebih Am J ObstetGynecol 165(4):1030-1035, 1991.
partikel per mikroliter menggambarkan FLM yang memadai. 8. McDonald, OL, and Watts, MT: Use of commercially
Sistem hematologi ADVIA 120 (Siemens Medical Solutions prepared
Diagnostics Division, Tarrytown, N.Y) mengukur dua sudut
control sera as quality control materials for
hambur cahaya partikel saat melewati berkas sinar laser dan
mengidentifikasi partikel-partikel berdasarkan indeks volume sel
spectrophotometric
dan indeks refraksi. Hitungan LBC sama dengan jumlah semua bilirubin determinations in amniotic fluid. Am J ClinPathol
partikel seukuran platelet yang diukur dalam saluran platelet. 84(4):513-517, 1985.
Angka 5.400 partikel atau lebih per mikroliter mengindikasikan 9. Gluck, L, et al: Diagnosis of the respiratory distress
FLM. Teknologi Sysmex XE-2100 (Sysmex, Mundelein III) syndrome
secara simultan mendeteksi arus searah dan impedansi frekuensi by amniocentesis. Am J ObstetGynecol 109(3):440-445,
radio untuk menggambarkan perubahan intraseluler. Cell-dyn 3500 1971.
(Abbott Laboratories, Abbott Park, III) memadukan penghamburan
10. Dubin, SB: Assessment of FLM: Practice parameter.
optis dengan impedansi. Oleh karena berbagai hematology
analyzer menghitung lamellar bodies dengan cara yang berlainan
Am J Clin
dan membutuhkan penyiapan bahan uji yang berlainan, maka nilai Pathol 110:723-732, 1998.
cutoff untuk FLM bervariasi, sehingga kita perlu menentukan 11. Kulovich, MV, Hallman, MB, and Gluck, L: The lung
batas-batas keputusan klinis LBC yang spesifik untuk analyzer. profile:
Normal pregnancy. Am J ObstetGynecol 135:57-60, 1979.
377

12. Eisenbrey, AB, et al: Phosphatidyl glycerol in amniotic 650 nm and lecithin/sphingomyelin ratios. ObstetGynecol
fluid: 48:613, 1976.
Comparison of an “ultrasensitive” immunologic assay with 18. Szallasi, A, Gronowski, AM, and Eby, CS: Lamellar
TLC body count
and enzymatic assay. Am J ClinPathol 91(3):293-297, in amniotic fluid: A comparative study of four different
1989. hematology
13. Chapman, JF: Current methods for evaluating FLM. analyzers. ClinChem 49:994-997, 2003.
Lab Med 19. Ashwood, ER, et al: Measuring the number of lamellar
17(10):597-602, 1986. body
14. Saad, SA, et al: The reliability and clinical use of a particles in amniotic fluid. ObstetGynecol 75:289-292,
rapid phosphatidyl 1990.
glycerol assay in normal and diabetic pregnancies. Am 20. Fakhoury, G, et al: Lamellar body concentrations and
J ObstetGynecol 157(6):1516-1520, 1987. the prediction
15. Winn-McMillan, T, and Karon, BS: Comparison of the of fetal pulmonary maturity. Am J ObstetGynecol
TDx- 170:72, 1994.
FLM II and lecithin to sphingomyelin ratio assays in 21. Chapman, JF, et al: Evaluation of two-dimensional
predicting cytometric
fetal lung maturity. Am J ObstetGynecol 193,778-782, lamellar body counts on the ADVIA®120 hematology
2005. system
16. Khazardoost, S, et al: Amniotic fluid lamellar body for estimation of fetal lung maturation.
count and ClinChimActa340(1-
its sensitivity and specificity in evaluating of fetal lung 2):85-92, 2004..
maturity.
J ObstetGynaecol 25(3):257-259, 2005.
17. Sbarra, AJ, et al: Correlation of amniotic fluid optical PERTANYAAN
density at
STUDI
1. Manakah dari berikut ini bukan merupakan fungsi dari
ketuban
Cairan ?
A. Biarkan gerakan janin
B. Karbon dioksida dan pertukaran oksigen
C. Lindungi janin dari perubahan suhu yang ekstrim
D. bantal pelindung bagi janin
2. Apa penyebab utama dari kenaikan normal
cairan ketuban sebagai kehamilan berlangsung ?
Metabolisme sel A. Janin
B. janin menelan
C. janin urine
D. Transfer air melalui plasenta
3. Manakah dari berikut ini bukan alasan untuk
penurunan
jumlah cairan ketuban ?
A. Janin gagal untuk mulai menelan
B. Peningkatan menelan janin
C. Membran kebocoran
Cacat saluran kemih D.
4. Mengapa tingkat kreatinin diminta pada ketuban
Cairan ?
A. Mendeteksi oligohidramnion
B. Mendeteksi polihidramnion
C. Bedakan cairan ketuban dari urine ibu
D. Evaluasi kematangan paru-paru
378

12. Kehadiran gangguan tabung saraf janin


5. spesimen cairan ketuban ditempatkan di ambercolored mungkin terdeteksi oleh:
tabung sebelum mengirim mereka ke
laboratorium untuk mencegah kehancuran: A. Peningkatan bilirubin cairan amnion
A. Alpha fetoprotein B. Peningkatan serum ibu alpha fetoprotein
B. Bilirubin C. Penurunan air ketuban fosfatidil gliserol
C. Sel untuk Sitogenetika D. Penurunan acetycholinesterase serum ibu
D. Lecithin 13. Benar atau Salah: Sebuah nilai AFP MoM
6. Bagaimana spesimen untuk pengujian FLM dikirim ke
dan lebih dari dua kali nilai median dianggap
disimpan di laboratorium? indikasi gangguan tabung saraf.
A. Disampaikan pada es dan didinginkan atau dibekukan 14. Bila sudah parah HDN hadir, yang berikut
B. Segera disentrifugasi ini tes pada cairan ketuban akan dokter tidak
C. Disimpan pada suhu kamar untuk menentukan apakah paru-paru janin
D. Disampaikan dalam tabung vakum
7. Mengapa spesimen untuk analisis sitogenetik ketuban matang cukup untuk menahan kelahiran
diinkubasi pada 37 C sebelum analisis? prematur?
A. Untuk mendeteksi keberadaan mekonium A. Tingkat AFP
B. Untuk membedakan cairan ketuban dari urine B. Indeksstabilitas B. Foam
C. Untuk mencegah foto-oksidasi bilirubin ke C. C. Lecithin / sphingomyelinrasio
biliverdin
D. Untuk memperpanjang kelangsungan hidup sel janin D. Gliseroldeteksi D. Phosphatidyl
dan integritas 15. busa atau goyang tes adalah tes skrining
8. Filtrasi cairan ketuban diperlukan untuk menghindari yangsubstansi cairan ketuban?
penurunan nilai dalam hasil tes untuk: A. Bilirubin
A. Bilirubin B. Lecithin
Sel B. Janin
C. Phospholipid C. Alpha fetoprotein
D. Urea D. Kreatinin
9. Sesuaikan warna berikut dalam cairan ketuban dengan 16. Benar atau SalahSebelum kehamilan 35
signifikansi mereka. minggu, normal: L rasio / S kurang dari 1,6.
___A. Berwarna 1. kematian janin 17. Ketika melakukan sebuah L / S rasio dengan
___B. Hijau gelap 2. normal
___C. Merah-coklat 3. Adanya bilirubin kromatografi lapis tipis,paru-paru janin matang
akan menunjukkan:
379
380
19. Sebuahtescepatuntuk FLM yang

StudiKasusdanSituasiKlinis
tidakmemerlukankinerja
kromatografi lapis tipis adalah :
Tingkat
A. AFP 1. Amniosentesisdilakukanpadawanitadiyakini
B. ketubanacetylcholinesterase
C. Aminostat - FLM
berada di sekitarminggu ke-31 kehamilan . iniadalah
D. Bilirubin memindai kehamilankeduauntukini Rh - negatif , wanita
dengan
20. Apakahkegagalanuntukmenghasilkangelembung di diabetes . Analisisspektrofotometrikcairan
Foam Stabilitas menunjukkan ΔA450 0,3 .
Indeksmengindikasikanpeningkatanataupenurunanlesitin
a .BerdasarkangrafikLiley , seharusnyadokter
?
A. Peningkatan
mempertimbangkanmenginduksipersalinan ?
B. Penurunan b .Apalagi yang harusdokterdipertimbangkansebelum
21. Microviscositycairanketubandiukurdenganmenginduksipersalinan
: ?
A. Tipis lapisan - kromatografi Doktermemutuskanuntukmenginduksipersalinanberdasarkan
B. Kekebalanaglutinasi positifAminostat - FLM
C. Spectrophotometer
D. fluoresensipolarisasi
c .Informasiapatesinimenyediakanuntuk
dokter ?
22. Kehadiran fosfatidil gliserol di ketuban d .MengapadokterlebihmemilihAminostat - FLM
melalui L / S rasiodalamsituasiini ?
cairan janin tes kematangan paru-paru harus dikonfirmasi
kapan:
A.Penyakit Hemolitik pada bayi baru lahir hadir
Ibu
B. memiliki diabetes ibu Cairan ketuban
C. terkontaminasi oleh hemoglobin Gangguan tabung
D. Neural diduga
23. Pertandingan prinsip-prinsip berikut dengan tepat
Tes FLM.Prinsip FLM Uji
___A. Kekebalan agglu- 1. Amniostat-FLM
Uji tination
___B. Menggunakan albumin sebagai jumlah tubuh 2.
Lempengan
Standar internal
___C. Menggunakan trombosit 3. L / S rasiochannel pada
hematologi sebuah
instrumen
___D. Menggunakan sphingomyelin tes 4. Microviscosity
sebagai standar internal
24. Benar atau Salah: Sebuah L / S rasio dari 2,0
berkorelasi dengan surfaktan /
rasio albumin dari 39 mg / g.
25. Sebuah jumlah tubuh pipih dari 50.000 berkorelasi
dengan:
A. fosfatidil Absen gliserol dan TDx-FLM II
rasio 39B. L / S rasio 1,5 dan tidak ada fosfatidil gliserol
C. OD pada 650 nm dari 1.010 dan rasio L / S dari 1.1
D. OD pada 650 nm dari 0.150 dan rasio L / S dari 2,0
26. Yang tes untuk FLM paling sedikit dipengaruhi oleh
kontaminasi
dengan hemoglobin dan mekonium?
A. Amniostat-FLM
B. Foam Stabilitas
Badan
C. Lempengan Hitung
D. TDx-FLM II
381

2. Amniosentesis dilakukan setelah ibu yang


Tingkat AFP serum 2,2 MoM pada usia kehamilan
15 minggu.
a. Apa kondisi janin diduga?
b. Jika cairan ketuban AFP adalah 2,5 MoM, apa
tambahan
Tes bisa dilakukan?
c. Dalam situasi apa yang akan tes tambahan ini
tidak
dilakukan?
3. Jika jumlah fluoresensi polarisasi dalam amnion
cairan menurun, hal ini mewakili peningkatan atau
menurun lesitin?
4. ketuban cairan untuk pengujian FLM
disentrifugasi selama 10
menit pada 5000 g. Bagaimana hal ini akan
mempengaruhi hasil tes?
5. Bagaimana mungkin cairan ketuban hijau tua
mempengaruhi
Hasil dari tes berikut?
a. Foam Stabilitas Indeks
b. L / S rasio
c. Aminostat-FLM
d. OD650
6. Bagaimana mungkin cairan ketuban darah-
melesat mempengaruhi
Hasil dari tes berikut?
a. L / S rasio
b. AChE
c. Analisis Bilirubin
d. Aminostat-FLM
7. Amniosentesis dilakukan pada wanita yang
terakhir
dua kehamilan mengakibatkan bayi lahir mati
karena
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Sebuah
tes skrining
dilakukan di rumah sakit yang positif bagi
bilirubin, dan
spesimen dikirim ke laboratorium rujukan untuk
Scan bilirubin. Dokter prihatin ketika
Laporan kembali negatif. Faktor-faktor akan
dipertimbangkan dalam mengevaluasi hasil ini.
a. Spesimen yang benar dikirim
b. Spesimen didinginkan
c. Spesimen terkena sinar
d. Spesimen mencapai lab referensi dalam 30
menit
382
383

ANALISIS TINJA

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca akan dapat:

1 Jelaskan komposisi normal feses. 9 Jelaskan pemeriksaan mikroskopis serat otot


positif.
2 Membedakan antara sekresi dan diare osmotik.
10 Nama pewarna lemak tinja oleh Sudan III,
3 Daftar tiga penyebab diare dan steatorrhea. dan memberikan kondisi di mana mereka akan
4 Bedakan malabsorpsi dari pencernaan sindrom mewarnai.
dan nama tes yang membedakan dua kondisi 11 Jelaskan dan cara menginterpretasikan hasil
tersebut. mikroskopis yang terlihat ketika spesimen dari
5 intruksikan pasien dalam pengumpulan acak pasien dengan pewarnaan steatorrhea Sudan III
spesimen tinja dan kuantitatif. 12 Jelaskan prinsip tes guaiac untuk darah samar
6 Keadaan yang patogen dan penyebab dan alasan guaiac adalah reagen pilihan.
patogenik untuk tinja yang berwarna merah, 13 Instruksikan pasien dalam pengumpulan
hitam, dan kuning pucat. spesimen untuk darah samar, termasuk
7 Menyatakan besar pentingnya tinja seperti memberikan penjelasan pembatasan diet
mengandung pita dan lender 14 Jelaskan secara singkat tes skrining kimia
8 Menyatakan pentingnya peningkatan neutrofil yang lakukan pada tinja untuk masing-masing
di spesimen tinja. sebagai berikut: hemoglobin janin, insufisiensi
pankreas, dan intoleransi karbohidrat.
384

ISTILAH KUNCI

sembelit darah samar diare sekretori

malabsorpsi diare osmotik steatorrhea

pencernaan insufisiensi pancreas


385

Dalam benak kebanyakan pegawai laboratorium, oleh pankreas termasuk tripsin, kimotripsin,
analisis spesimen feses cocok ke dalam kategori peptidase amino, dan lipase. Garam empedu
"kejahatan yang diperlukan." Namun, sebagai yang disediakan oleh bantuan hati dalam
produk akhir metabolisme tubuh, feses pencernaan lemak. Kekurangan dalam salah satu
memberikan informasi diagnostik yang zat ini menyebabkan ketidakmampuan untuk
berharga. Pemeriksaan tinja rutin termasuk mencerna dan, oleh karena itu, untuk menyerap
makroskopik, mikroskopik, dan analisis kimia makanan tertentu. Kelebihan tidak tercerna atau
untuk deteksi dini gastrointestinal (GI) tidak terserap Bahan kemudian muncul dalam
perdarahan, hati dan gangguan saluran empedu, tinja, dan pasien pameran
sindrom pencernaan / malabsorpsi, peradangan,
dan penyebab diare dan steatorrhea. Nilai Gejala pencernaan dan malabsorpsi.
diagnostik yang sama adalah deteksi dan Seperti ditunjukkan dalam Gambar 15-1, sekitar
identifikasi bakteri patogen dan parasit; namun 9000 ml cairan tertelan, air liur, lambung, hati,
demikian, Prosedur ini sebaiknya dibahas dalam pankreas, dan sekresi usus masuk pencernaan
buku teks mikrobiologi dan tidak dibahas di sini. saluran setiap hari. Dalam kondisi normal, hanya

Fisiologi
Spesimen tinja yang normal mengandung
bakteri, selulosa, dan bahan makanan yang tidak
tercerna lainnya, sekresi gastrointestinal,
empedu pigmen, sel-sel dari dinding usus,
elektrolit, dan air putih. Banyak spesies bakteri
membentuk flora normal usus. Metabolisme
bakteri menghasilkan bau yang kuat

Terkait dengan kotoran dan gas usus


(kentut). karbohidrat, khususnya oligosakarida,
yang tahan terhadap pencernaan melewati usus
bagian atas tidak berubah tetapi dimetabolisme
oleh bakteri di usus yang lebih rendah,
menghasilkan jumlah besar flatus. Produksi gas
yang berlebihan juga terjadi pada laktosa
ntoleran individu ketika usus bakteri
memetabolisme laktosa dari susu yang
dikonsumsi atau zat yang mengandung laktosa.

Meskipun pencernaan dicerna protein, antara 500-1.500 ml cairan ini mencapai usus
karbohidrat, dan lemak terjadi sepanjang saluran besar, dan hanya sekitar 150 mL diekskresikan
pencernaan, usus kecil adalah situs utama untuk dalam feses. Air dan elektrolit yang mudah
kerusakan akhir dan reabsorpsi senyawa ini. diserap baik dalam usus kecil dan usus besar,
Enzim pencernaan disekresi ke dalam usus kecil
386

sehingga kandungan elektrolit tinja yang mirip pH cairan tinja kurang dari 5,6 menunjukkan
dengan plasma. malabsorpsi gula, menyebabkan diare osmotik.

Usus besar mampu menyerap sekitar Sekretori Diare


3000 mL air. Ketika jumlah air mencapai usus
besar melebihi jumlah ini, itu diekskresikan Bakteri, virus, dan infeksi protozoa
dengan feces padat, menghasilkan diare. menghasilkan peningkatan sekresi air dan
sembelit, di sisi lain, menyediakan waktu untuk elektrolit, yang menimpa kemampuan serap usus
air tambahan diserap kembali dari feces, besar (diare sekretori). Organisme enterotoksin
memproduksi kecil, tinja yang keras. yang memproduksi seperti Escherichia coli,
Clostridium, Vibrio cholerae, Salmonella,
Diare Shigella, Staphylococcus, Campylobacter,
protozoa, dan parasit seperti Cryptosporidium
Diare didefinisikan sebagai peningkatan berat dapat merangsang air ini dan elektrolit
tinja harian di atas 200 g dengan peningkatan
cairan dan frekuensi lebih dari tiga kali per hari. sekresi. Penyebab lain sekretori diare adalah
Klasifikasi diare dapat didasarkan pada empat obat, obat pencahar stimulan, hormon, penyakit
faktor: durasi penyakit, mekanisme, keparahan, radang usus (penyakit Crohn, kolitis ulserativa,
dan karakteristik tinja. Diare berlangsung kurang kolitis limfositik, diverticulitis), gangguan
dari 4 minggu dapat didefinisikan sebagai akut, endokrin (hipertiroidisme, Zollinger-Sindrom
dan diare bertahan selama lebih dari 4 minggu Ellison, vipoma), neoplasma, dan penyakit
disebut diare kronis. pembuluh darah kolagen.

Mekanisme utama diare adalah Diare osmotik


sekretori, osmotik, dan perubahan motilitas. Tes
laboratorium yang digunakan untuk Kerusakan tidak lengkap atau reabsorpsi hadiah
membedakan mekanisme ini adalah elektrolit makanan meningkat feces ke usus besar,
tinja (natrium tinja, kalium tinja), osmolaritas mengakibatkan retensi air dan elektrolit di usus
tinja, dan pH tinja. Total osmolaritas tinja dekat besar (diare osmotik), yang pada gilirannya
dengan osmolaritas serum (290 mOsm / kg). menghasilkan tinja berair berlebihan.
Natrium dan kalium tinja hasil kotoran Pencernaan (gangguan pencernaan makanan)
digunakan untuk menghitung kesenjangan dan malabsorpsi (penyerapan gangguan nutrisi
osmotik tinja. Kesenjangan osmotik tinja oleh usus) menyebabkan diare osmotik.
dihitung sebagai berikut: Kehadiran zat terlarut unabsorbable
meningkatkan osmolalitas feses dan konsentrasi
Kesenjangan osmotik? 290 - [2 (natrium tinja? elektrolit lebih rendah, mengakibatkan
Kalium tinja?)] kesenjangan osmotik meningkat. Penyebab diare
osmotik termasuk kekurangan disaccharidase
Kesenjangan osmotik dalam segala
(intoleransi laktosa), malabsorpsi (celiac sprue),
bentuk diare osmotik lebih besar dari 50 mOsm /
gula kurang diserap (lactose, sorbitol, mannitol),
kg dan kurang dari 50 mOsm / kg diare
pencahar, magnesium yang mengandung
sekretori. Elektrolit yang meningkat pada diare
antasid, amebiasis, dan pemberian antibiotik.
sekretorik dan diare osmotik diabaikan. Sebuah
387

Pengujian laboratorium tinja sering dilakukan perut. Ini adalah ciri khas early dumping
untuk membantu dalam menentukan penyebab syndrome (EDS). Orang yang sehat memiliki
diare (Tabel 15-1). lambung yang pengosongan rentang waktu
setengah dari 35-100 menit, yang bervariasi
Perubahan Motilitas dengan usia dan jenis kelamin. Sebuah
pengosongan lambung waktu kurang dari 35
Perubahan Motilitas menggambarkan kondisi menit dianggap RGE. Hal ini dapat disebabkan
meningkatnya motilitas (Hipermotilitas) atau oleh gangguan dalam reservoir lambung atau
motilitas lambat (sembelit). Keduanya dapat fungsi transportasi. Perubahan dalam fungsi
dilihat pada sindrom iritasi usus (IBS), yang motorik dari hasil perut di akumulasi dalam
merupakan fungsional jumlah besar padatan osmotik aktif dan cairan
yang akan diangkut ke usus halus. Pengosongan
lambung yang normal dikendalikan oleh nada
Table 15–1 fundic, umpan balik duodenum, dan hormon GI.
Tes tinja umum
Ini diubah setelah operasi lambung, yang
untuk Diare
mengakibatkan Sindrom pembuangan klinis
Sekretori osmotik
yang signifikan pada sekitar 10% pasien.
kultur feses Mikroskopis lemak tinja
Ova dan parasit Deteksi serat otot
RGE dapat dibagi menjadi awal
pemeriksaan Lemak tinja kualitatif
rotavirus skrining tripsin pembuangan dan akhir pembuangan tergantung
immunoassay Mikroskopis lemak tinja pada seberapa cepat setelah makan gejala terjadi.
leukosit fecal Deteksi serat otot Gejala EDS mulai 10 sampai 30 menit setelah
Lemak tinja kuantitatif makan konsumsi. Gejala termasuk mual,
Clinitest muntah, kembung, kram, diare, pusing, dan
Tes toleransi D-xylose kelelahan. akhir pembuangan terjadi 2 sampai 3
Tes toleransi laktosa
jam setelah makan dan ditandai dengan
elektrolit tinja
stool pH kelemahan, berkeringat, dan pusing.
osmolalitas tinja Hipoglikemia sering komplikasi dumping
syndrome. Penyebab utama dumping sindrom
termasuk gastrektomi, operasi bypass lambung,
gangguan di mana saraf dan otot-otot usus ekstra postvagotomy status, sindrom Zollinger-Ellison,
sensitif, menyebabkan kram, kembung, kentut, ulkus duodenum penyakit, dan diabetes mellitus.
diare, dan sembelit. IBS bisa dipicu oleh
makanan, bahan kimia, stres emosional, dan Steatorrhea
olahraga.
Deteksi steatorrhea berguna untuk diagnosis
Rapid (accelerated) gastric emptying insufisiensi dan gangguan usus kecil pankreas
(RGE) sindrom pembuangan menjelaskan yang menyebabkan malabsorpsi. Tidak adanya
Hipermotilitas dari perut dan lambung garam empedu yang membantu lipase pankreas
dipersingkat pengosongan babak pertama, yang dalam pemecahan dan selanjutnya reabsorpsi
menyebabkan usus kecil untuk mengisi terlalu trigliserida menghasilkan peningkatan lemak
cepat dengan makanan yang tidak tercerna dari tinja (steatorrhea) yang melebihi 6 g per hari.
388

Demikian juga, gangguan pankreas, termasuk dengan menggunakan kit di mana mereka
cystic fibrosis, pankreatitis kronis, dan dimasukkan. Wadah yang mengandung bahan
karsinoma yang menurunkan produksi enzim pengawet untuk ova dan parasit tidak boleh
pankreas, juga terkait dengan steatorrhea. digunakan untuk mengumpulkan spesimen pada
Steatorrhea mungkin ada dalam kedua kondisi tes lainnya.
pencernaan dan malabsorpsi dan dapat
dibedakan dengan uji D-xylose. D-xylose adalah Spesimen acak cocok untuk pengujian
gula yang tidak perlu dicerna tetapi tidak perlu kualitatif untuk darah dan pemeriksaan
diserap untuk hadir dalam urin. Jika urine D- mikroskopis untuk leukosit, serat otot, dan
xylose rendah, steatorrhea yang dihasilkan akan lemak tinja biasanya dikumpulkan dalam wadah
menunjukkan kondisi malabsorpsi. Penyebab plastik atau kaca dengan puncak sekrup-capped
malabsorpsi termasuk pertumbuhan bakteri yang mirip dengan yang digunakan untuk spesimen
berlebihan, reseksi usus, penyakit celiac, urin. Bahan dikumpulkan pada sarung tangan
sariawan tropis, limfoma, penyakit Whipple, dokter dan sampel diterapkan untuk menyaring
Giardia lamblia kutu, penyakit Crohn, dan kertas dalam pengujian kit darah samar juga
iskemia usus. Tes D-xilosa yang normal diterima.
menunjukkan pancreatitis. Untuk pengujian kuantitatif, misalnya
lemak tinja, spesimen waktunya diperlukan.
Karena variabilitas kebiasaan buang air besar
dan waktu transit yang dibutuhkan untuk
makanan melewati saluran pencernaan, sampel
Pengumpulan Spesimen yang paling representatif adalah kumpulan 3
hari. Spesimen ini sering dikumpulkan dalam
Pengumpulan spesimen tinja, sering disebut kaleng cat untuk mengakomodasi jumlah
spesimen tinja, bukanlah tugas yang mudah bagi spesimen dan memfasilitasi emulsifikasi
pasien. Petunjuk rinci dan wadah yang sesuai sebelum pengujian. Perawatan harus diambil
harus disediakan. saat membuka setiap spesimen tinja untuk
Pasien harus diinstruksikan untuk perlahan-lahan melepaskan gas yang menumpuk
mengumpulkan spesimen dalam wadah bersih, di dalam wadah. Selain itu, pasien harus
seperti pispot atau wadah sekali pakai, dan diingatkan untuk tidak mengotori bagian luar
transfer spesimen ke wadah laboratorium. Pasien wadah.
harus memahami bahwa spesimen tidak harus
terkontaminasi dengan urine atau air toilet, yang
Skiring Makroskopis
mungkin mengandung disinfektan kimia. Indikasi pertama dari gangguan saluran cerna
Beberapa kit yang disediakan untuk biasanya dapat dengan perubahan warna coklat
pengumpulan spesimen untuk diputar darah dan membentuk konsistensi tinja normal. Tentu
samar mengandung kertas yang dapat melayang saja, penampilan warna tinja yang abnormal juga
dalam toilet untuk mengumpulkan spesimen. dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang
Metode ini hanya boleh digunakan ketika sangat berpigmen dan obat-obatan, sehingga
mengumpulkan spesimen yang akan diuji
389

diferensiasi harus dibuat antara ini dan mungkin Penampilan


penyebab patologis.
Selain variasi warna, kelainan tambahan yang
Warna dapat diamati selama pemeriksaan makroskopik
meliputi konsistensi diare berair dan, tinja yang
Warna coklat dari tinja hasil oksidasi usus keras terlihat dengan sembelit. Ramping, seperti
stercobilinogen untuk urobilin. Sebagaimana tinja menunjukkan obstruksi dari bagian normal
dibahas dalam Bab 5, terkonjugasi bilirubin materi melalui usus.
terbentuk dalam degradasi hemoglobin melewati
saluran empedu ke usus kecil di mana bakteri Tinja berwarna pucat terkait dengan
usus mengubahnya menjadi urobilinogen dan obstruksi bilier dan steatorrhea tampil besar dan
stercobilinogen. Oleh karena itu, tinja yang berbusa dan sering memiliki bau busuk. Kotoran
tampak pucat dapat menandakan penyumbatan dapat muncul berminyak dan dapat mengapung.
saluran empedu. Tinja berwarna pucat juga
terkait dengan prosedur diagnostik yang Kehadiran bangku berlapis lendir
menggunakan barium sulfat. merupakan indikasi peradangan usus atau iritasi.
Bangku berlapis lendir dapat disebabkan oleh
Sebuah perhatian utama adalah adanya kolitis patologis atau tegang yang berlebihan
darah dalam spesimen tinja. Tergantung pada selama eliminasi. Lendir darah-melesat
area saluran usus dari mana perdarahan terjadi, menunjukkan kerusakan pada dinding usus,
warna dapat berkisar dari merah cerah ke merah mungkin disebabkan oleh disentri bakteri atau
gelap sampai hitam. Darah yang berasal dari amoeba atau keganasan. Kehadiran lendir harus
kerongkongan, lambung, duodenum atau dilaporkan (Tabel 15-2).
memakan waktu sekitar 3 hari untuk muncul
dalam tinja; selama ini, degradasi hemoglobin Table 15–2 Karakteristik
menghasilkan warna hitam yang khas, berlama- Makroskopik Feses
lama tinja. Demikian juga, darah dari saluran Warna / Kemungkinan penyebab
pencernaan yang lebih rendah membutuhkan Penampilan
sedikit waktu untuk muncul dan Hitam pencernaan bagian atas
mempertahankan warna merah aslinya. Kedua keluar darah
tinja berwarna hitam dan merah harus diuji terapi besi
arang
secara kimia untuk adanya darah, karena
Bismut (antasida)
konsumsi zat besi, arang, atau bismut sering Merah Gastrointestinal lebih
menghasilkan bangku hitam, dan obat-obatan rendah
dan makanan, termasuk bit, menghasilkan tinja keluar darah
berwarna merah. Bit dan pewarna makanan
Kuning pucat, Rifampisin
Hijau tinja dapat diamati pada pasien putih, abu-abu Obstruksi saluran empedu
yang memakai antibiotik oral, karena oksidasi Hijau barium sulfat
bilirubin tinja ke biliverdin. Menelan Biliverdin / antibiotik oral
Besar / berbusa sayuran hijau
peningkatan jumlah sayuran hijau atau pewarna
Obstruksi saluran empedu
makanan juga menghasilkan tinja hijau. Ribbon-seperti gangguan pancreas
390

Lendir / mukus penyempitan usus pengamatan bakteri gram negatif-positif dan


darah-melesat radang usus besar gram, yang dapat membantu dalam pengobatan
disentri awal. Semua persiapan geser harus dilakukan
keganasan pada spesimen segar. Dalam pemeriksaan
sembelit persiapan di bawah kekuasaan tinggi, sedikitnya
tiga neutrofil per bidang daya tinggi dapat
menjadi indikasi kondisi invasif. Menggunakan
Pemeriksaan Mikroskopis Tinja minyak imersi, temuan dari setiap neutrofil
Skrining mikroskopis tinja smear dilakukan memiliki sensitivitas sekitar 70% untuk
untuk mendeteksi keberadaan leukosit yang kehadiran bakteri invasif.
berhubungan dengan mikroba diare dan otot
Sebuah tes aglutinasi lateks laktoferin
tercerna serat dan lemak yang terkait dengan
tersedia untuk mendeteksi leukosit fecal dan
steatorrhea. tetap sensitif pada spesimen didinginkan dan
beku. Kehadiran laktoferin, komponen butiran
Leukosit Tinja
sekunder granulosit, merupakan indikasi patogen
Leukosit, terutama neutrofil, terlihat dalam tinja bakteri invasif.
dalam kondisi yang mempengaruhi mukosa
usus, seperti kolitis ulserativa dan disentri
Serat Otot
bakteri. Skrining mikroskopis dilakukan sebagai
Pemeriksaan mikroskopis dari tinja untuk
uji pendahuluan untuk menentukan apakah diare kehadiran serat otot lurik tercerna dapat
disebabkan oleh bakteri patogen invasive membantu dalam diagnosis dan pemantauan
termasuk Salmonella, Shigella, Campylobacter, pasien dengan insufisiensi pankreas, seperti
Yersinia, dan enteroinvasif E. coli. Bakteri yang dalam kasus-kasus cystic fibrosis. Hal ini sering
menyebabkan diare produksi toksin, seperti dipesan hubungannya dengan pemeriksaan
Staphylococcus aureus dan Vibrio spp., Virus, mikroskopis untuk lemak tinja. Peningkatan
dan parasit biasanya tidak menyebabkan jumlah serat lurik juga dapat dilihat pada
munculnya leukosit fecal. Oleh karena itu, ada obstruksi bilier dan fistula gastrokolik.
atau tidak adanya neutrofil tinja dapat Slide untuk deteksi serat otot disusun
memberikan dokter dengan informasi diagnostik oleh pengemulsi sejumlah kecil tinja dalam 10%
sebelum penerimaan laporan budaya.
eosin alkohol, yang meningkatkan striasi serat
Spesimen dapat diperiksa sebagai otot. Seluruh slide diperiksa untuk 5 menit, dan
persiapan basah diwarnai dengan biru metilen jumlah serat merah diwarnai dengan striasi
atau pap kering diwarnai dengan Wright atau terawat baik dihitung. Perawatan harus diambil
Gram stain. Methylene pewarnaan biru adalah benar untuk mengklasifikasikan serat yang
prosedur cepat tetapi mungkin lebih sulit untuk diamati. Serat tidak tercerna memiliki striations
menafsirkan. Persiapan kering diwarnai dengan terlihat berjalan baik secara vertikal dan
baik Wright atau pewarnaan Gram menyediakan horizontal. Dicerna sebagian striasi serat
slide permanen untuk evaluasi. Keuntungan pameran hanya dalam satu arah, dan serat
tambahan dari pewarnaan Gram adalah dicerna tidak memiliki striations terlihat. Hanya
391

serat tercerna dihitung, dan kehadiran lebih dari dicemarkan tambahan dan ester kolesterol
10 dilaporkan sebagai meningkat. diukur dengan prosedur kuantitatif. Lipid yang
termasuk dalam pemeriksaan mikroskopis tinja
Untuk menghasilkan sampel yang adalah lemak netral (trigliserida), garam asam
representatif, pasien harus diinstruksikan untuk lemak (sabun), asam lemak, dan kolesterol.
memasukkan daging merah dalam diet mereka Kehadiran mereka dapat diamati dengan
sebelum mengumpulkan spesimen. Spesimen mikroskop menggunakan pewarnaan pewarna
harus diperiksa dalam waktu 24 jam. Sudan III, IV Sudan, atau minyak O merah;
Sudan III adalah yang paling rutin digunakan.
Kualitatif Lemak Tinja Prosedur pewarnaan terdiri dari dua bagian,
Spesimen dari tersangka kasus steatorrhea dapat noda lemak netral dan noda lemak split.
disaring secara mikroskopis untuk kehadiran Lemak netral mudah terwarnai oleh
lemak berlebih tinja. Sudan III dan muncul tetesan oranye-merah
besar, sering terletak di dekat tepi coverslip
CARA KERJA
Cara Kerja Methilen Blue untuk tersebut. Pengamatan lapangan lebih dari 60
Leukosit Tinja tetesan / daya tinggi dapat menjadi indikasi
1. Tempatkan lendir atau setetes tinja steatorrhea; Namun, perpecahan pewarna lemak
cair pada slide. mewakili kandungan lemak total dapat
2. Tambahkan dua tetes Löffler memberikan indikasi yang lebih baik.
methylene blue. Pemecahan lemak netral oleh lipase bakteri dan
3. Campur dengan aplikator tongkat hidrolisis spontan lemak netral dapat
kayu.
menurunkan jumlah lemak netral. Ini juga
4. Biarkan selama 2-3 menit.
5. Periksa untuk neutrofil di bawah daya menghalangi perbandingan dari dua tes geser
tinggi. untuk menentukan apakah pencernaan dan
malabsorpsi yang menyebabkan steatorrhea.

CARA KERJA Sabun dan asam lemak tidak mewarnai


Prosedur Fiber otot langsung dengan Sudan III. Oleh karena itu,
1. emulsi sejumlah kecil tinja dalam dua slide kedua harus diperiksa setelah spesimen
tetes telah dicampur dengan asam asetat dan
10% eosin dalam alkohol. dipanaskan. Pemeriksaan slide ini
2. coverslip dan diamkan 3 menit. mengungkapkan tetesan berwarna yang
3. Periksa di bawah daya tinggi selama 5
menit. mewakili tidak hanya asam lemak bebas, tetapi
4. Hitung jumlah serat tidak tercerna juga asam lemak yang dihasilkan oleh hidrolisis
sabun dan lemak netral. Dalam pemeriksaan
split ini Slide lemak, baik jumlah dan ukuran
Prosedur ini juga dapat digunakan untuk tetesan lemak harus dipertimbangkan. Spesimen
memantau pasien yang menjalani pengobatan yang normal
untuk gangguan malabsorpsi. Secara umum,
korelasi antara prosedur lemak tinja kualitatif
dan kuantitatif yang baik; Namun, fosfolipid
392

CARA KERJA nilai prediksi positif yang tinggi untuk


Prosedur Pewarnaan Lemak Netral mendeteksi kanker kolorektal pada tahap awal
1. menghomogenkan satu bagian tinja dan direkomendasikan oleh American Cancer
dengan air dua bagian. Society, terutama untuk orang-orang yang lebih
2. Campur emulsi tinja dengan satu tetes tua dari usia 50.
95% etil alkohol
pada slide. Tes skrining yang paling sering ditemui
3. Tambahkan dua tetes jenuh Sudan III untuk darah samar didasarkan pada deteksi
dalam etanol 95%.
4. Campur dan beri kaca penutup. aktivitas pseudoperoxidase hemoglobin. Ini
5. Periksa di bawah daya tinggi. adalah prinsip yang sama dengan tes strip reagen
6. Hitung tetesan jeruk per bidang daya darah kemih, tetapi menggunakan chromogen
tinggi. indikator yang berbeda. Reaksi menggunakan
aktivitas pseudoperoxidase hemoglobin bereaksi
dengan hidrogen peroksida untuk mengoksidasi
mungkin berisi sebanyak 100 tetesan kecil,
senyawa tidak berwarna dengan senyawa
kurang dari 4 µm dalam ukuran, per bidang daya
berwarna:
tinggi. Jumlah yang sama dari tetesan berukuran
1 sampai 8 µm dianggap sedikit meningkat, dan
100 tetesan mengukur 6-75 µm meningkat.

Pengujian Kimia Tinja Beberapa chromogens indikator yang


berbeda telah digunakan untuk mendeteksi darah
Darah Samar yang tersembunyi. Semua bereaksi dengan cara
kimia yang sama tetapi berbeda dalam sen-
Sejauh analisis tinja yang paling sering
dilakukan adalah tes skrining kimia untuk CARA KERJA
mendeteksi okultisme (samar) darah. Seperti Prosedur Pewarnaan Pemecahan Lemak
dijelaskan sebelumnya, perdarahan di saluran 1. Campur emulsi tinja dengan satu tetes
pencernaan bagian atas dapat menghasilkan 36% asetat
kehitaman, seperti tinja, dan perdarahan di ac id.
saluran pencernaan yang lebih rendah dapat 2. Tambahkan dua tetes jenuh Sudan III.
mengakibatkan tinja berdarah terang-terangan. 3. Campur dan beri kaca penutup.
4. Panaskan perlahan hingga hampir
Namun, karena pendarahan lebih dari 2,5 mL /
mendidih.
150 g tinja dianggap patologis signifikan, dan 5. Periksa di bawah daya tinggi.
tidak ada tanda-tanda perdarahan mungkin hadir 6. Hitungan dan mengukur tetesan jeruk
dengan jumlah ini darah, fecal occult blood test per daya tinggi
(FOBT) diperlukan. Awalnya digunakan lapangan.
terutama untuk menguji kasus dugaan penyakit
gastrointestinal, FOBT saat ini telah menjadi
banyak digunakan sebagai prosedur penyaringan sitivitas mereka. Tercantum dalam rangka
massa untuk deteksi dini kanker kolorektal. penurunan sensitivitas, senyawa ini termasuk
Pengujian tahunan untuk darah samar memiliki benzidine, orto-tolidine, dan gusi guaiac.
393

Berbeda dengan kebanyakan pengujian kimia, pengujian. Spesimen harus diuji dalam waktu 6
reagen sensitive guaiac, sedikit lebih disukai hari dari pengumpulan. Dua sampel dari tiga
untuk pengujian rutin. Mengingat feses yang feses yang berbeda harus diuji sebelum hasil
normal dapat berisi hingga 2,5 mL darah, negatif dikonfirmasi. Pasien harus diinstruksikan
reaktan kimia kurang sensitif dimengerti. Selain untuk menghindari makan daging merah, lobak,
itu, aktivitas pseudoperoxidase hadir dari melon, brokoli mentah, kembang kol, lobak, dan
hemoglobin dan mioglobin dalam daging lobak selama 3 hari sebelum pengumpulan
dicerna dan ikan, sayuran dan buah-buahan spesimen. Hal ini untuk mencegah adanya
tertentu, dan beberapa bakteri usus. Oleh karena pseudoperoxidase makanan dalam tinja. Aspirin
itu, untuk mencegah reaksi positif palsu, dan NSAID selain asetaminofen tidak harus
sensitivitas tes harus menurun. Hal ini dapat diambil selama 7 hari sebelum pengumpulan
dicapai dengan memvariasikan jumlah dan spesimen untuk mencegah kemungkinan iritasi
kemurnian reagen guaiac digunakan dalam uji. gastrointestinal. Vitamin C dan zat besi
suplemen yang mengandung vitamin C harus
Banyak pengujian kit komersial yang dihindari selama 3 hari sebelum pengumpulan,
tersedia untuk tes darah samar dengan guaiac karena asam askorbat merupakan agen pereduksi
reagen. Kit ini berisi guaiac diresapi kertas filter, kuat yang mengganggu reaksi peroksidase.
dimana spesimen tinja dan hidrogen peroksida
ditambahkan. Dua atau tiga bidang kertas filter Tambahan, metode lebih sensitif dan
disediakan untuk aplikasi material yang diambil spesifik, untuk mendeteksi darah samar telah
dari berbagai wilayah tinja, dan kontrol positif dikembangkan. Hemoquant (SmithKline
dan negatif juga disertakan. Mendapatkan Diagnostics, Sunnyvale, California.)
sampel dari pusat tinja menghindari positif palsu Menyediakan tes fluorometric untuk hemoglobin
dari kontaminasi eksternal. Tambahan hidrogen dan porfirin. Sebagai hemoglobin berlangsung
peroksida ke belakang kertas saring yang berisi melalui saluran pencernaan, tindakan bakteri
tinja menghasilkan warna biru dengan guaiac menurunkan ke porphyrin bahwa uji guaiac
reagen ketika aktivitas pseudoperoxidase hadir. tidak dapat mendeteksi. Hal ini dapat
mengakibatkan beberapa hasil negatif palsu dari
Kemasan dari guaiac-diresapi kertas perdarahan saluran cerna bagian atas ketika
filter dalam wadah tertutup secara individual menggunakan uji guaiac.
telah memfasilitasi program skrining untuk
kanker kolorektal dengan memungkinkan orang Tes immunochemical fecal occult blood
di rumah untuk menempatkan spesimen pada test (FOBT), Hemoccult ICT (Beckman Coulter,
kertas saring dan membawa atau kirimkan ke Fullerton, California.) Spesifik untuk bagian
laboratorium untuk pengujian. Untuk mencegah globin dari hemoglobin manusia dan
reaksi positif palsu, spesimen dikirim ke menggunakan antibodi hemoglobin anti-
laboratorium tidak harus direhidrasi sebelum manusia. Karena Hemoccult ICT spesifik untuk
menambahkan hidrogen peroksida, kecuali darah manusia dalam tinja, tidak memerlukan
secara khusus diinstruksikan oleh produsen kit pembatasan diet atau obat. Hal ini lebih sensitif
(Hemoccult Sensa, Beckman Coulter, Fullerton, untuk menurunkan perdarahan GI yang bisa
California.). Spesimen diterapkan pada kertas di menjadi indikator kanker usus besar atau lainnya
laboratorium harus dibiarkan kering sebelum penyakit pencernaan dan dapat digunakan untuk
394

pasien yang mengambil aspirin dan obat anti- daging merah


inflamasi lainnya. The Hemoccult ICT tidak lobak pedas
mendeteksi perdarahan dari sumber lain seperti Baku brokoli, kembang kol, lobak, lobak
ulkus pendarahan; sehingga mengurangi melon
Kontaminasi menstruasi dan wasir
kesempatan bagi positif palsu. Hemoglobin dari
Negatif-Palsu
perdarahan saluran cerna bagian atas yang Vitamin C > 250 mg / d
terdegradasi oleh enzim bakteri dan pencernaan Suplemen zat besi yang mengandung vitamin
sebelum mencapai usus besar dan yang kebal C
kimia non reaktif. Sebaliknya, ada sedikit
penurunan hemoglobin dalam perdarahan GI
rendah; Oleh karena itu, darah adalah konten dilaporkan sebagai gram lemak atau
immunochemical aktif. pemngumpulan kit yang koefisien retensi lemak per 24 jam. Nilai normal
sama dengan yang digunakan untuk pengujian berdasarkan pada g / d asupan 100 adalah 1
guaiac dan dapat diberikan kepada pasien untuk sampai 6 g / d atau koefisien retensi lemak
pengumpulan dirumah. minimal 95%. Koefisien retensi lemak dihitung
sebagai berikut:
Kuantitatif Pengujian Lemak Tinja
Analisis lemak tinja kuantitatif digunakan
sebagai tes konfirmasi untuk steatorrhea. Seperti
yang telah dibahas, analisis feses kuantitatif Meskipun titrasi Van de Kamer adalah standar
memerlukan pengumpulan spesimen setidaknya emas untuk lemak tinja, yang steatocrit asam
3 hari. Pasien juga harus menjaga asupan lemak adalah tes cepat untuk memperkirakan jumlah
(100 g / d) sebelum dan selama periode ekskresi lemak. Hal ini mirip dengan tes
pengumpulan. Kaleng cat membuat mikrohematokrit dan lebih mudah daripada
pengumpulan wadah yang sangat baik karena pengumpulan tinja 72 jam. Asam steatocrit
spesimen harus homogen sebelum analisis, dan adalah alat yang handal untuk memantau
ini dapat dicapai dengan menempatkan kontainer respons pasien terhadap terapi dan layar untuk
pada konvensional cat yang bisa dikocok. steatorrhea pada populasi pediatric.
Pendingin spesimen mencegah degradasi
bakteri. Metode secara rutin digunakan untuk CARA KERJA
pengukuran lemak tinja adalah titrasi Van de Prosedur Asam Steatocrit
Kamer, meskipun metode gravimetri tersedia.
Lipid tinja dikonversi ke asam lemak dan
dititrasi ke titik akhir netral dengan natrium
hidroksida. Lemak

Ringkasan pengujian Interferensi Darah


Samar

Positif-Palsu
Aspirin dan obat anti inflamasi
395

1. 0,5 g tinja dari koleksi spot diencerkan 1 menyingkirkan variabilitas sehari-hari, tetapi
sampai 4 dengan air deioinisasi. tidak memerlukan reagen setelah homogenisasi
2. Vortex selama 2 menit untuk menyamakan sampel. Hasil ini didasarkan pada pengukuran
spesimen. dan dihitung pengolahan data sinyal dari
3. volume 5 N asam percholoric sebesar 20%
reflektansi permukaan tinja, yang dipindai
dari volume homogenat ditambahkan dan
campuran ini kemudian di vortex selama 30 dengan sinar inframerah antara 1400 nM dan
detik. Konfirmasi pH menjadi< 1. 2600 nM panjang gelombang. Hasilnya dihitung
4. Tempatkan campuran asam-homogenat di 75 dari kalibrasi yang berasal dari sampel diketahui.
mikroliter hematokrit polos pipa kapiler. Tutup Teknik ini quantitates air, lemak, dan nitrogen
akhir dengan lilin. dalam gram per 24 jam. Ringkasan tes dan
5. Tabung kapiler disentrifugasi horizontal instrumentasi saat ini untuk analisis lemak tinja
pada 13.000 rpm selama 15 menit dalam
adalah disajikan pada Tabel 15-3.
centrifuge mikrohematokrit. Ini memisahkan
lemak sebagai lapisan atas yang menutupi
lapisan kotoran padat. Table 15–3 Tes, Material, dan
6. Panjang lemak dan lapisan padat diukur instrumentasi untuk
dengan menggunakan lensa pembesar.
7. Hitung steatocrit asam dalam persen.
Analisis Lemak
8. 8. Hitung lemak tinja dalam gram per 24 tinja
jam. Prosedur Bahan/Instrumentasi
Asam steatocrit persen = (lemak panjang Sudan III pewarnaan Sudan,
lapisan dalam cm) / [(lemak panjang lapisan mikroskop
dalam cm) + (panjang lapisan padat)] X 100 Steatocrit and Hematokrit centrifuge,
Lemak tinja untuk orang dewasa adalah asam gravimetric assay
menilai kuantitatif sebagai berikut: Teknik Immunoassay ELISA
Fecal elastase–I
Lemak tinja dalam gram per 24 jam = [0.45 X NIRA spektrofotometer.
(steatocrit asam persen sebagai bilangan bulat)] Near-infrared
Panjang gelombang
- 0.43 Sebuah nilai steatocrit asam yang reflectance Rentang 1400-2600 nM.
dianggap normal < 31% sedangkan nilai > 31% spectroscopy Perangkat Lunak
menunjukkan steatorrhea pada orang dewasa. (NIRA) Komputer untuk
Lemak tinja untuk anak-anak sampai usia 15 pengolahan spectrum
tahun adalah sebagai berikut: Ekstraksi lemak tinja dan
Lemak tinja dalam gram per 24 jam = [0,1939 titrasi asam lemak rantai
X (steatocrit asam persen secara keseluruhan Van de Kamer panjang dengan natrium
jumlah)] - 0 0,2174 steatocrit Asam tinggi pada hidroksida
bayi dan droppped dengan
usia. Sebuah steatocrit asam <10% merupakan
indikasi steatorrhea pada anak-anak CARA KERJA
Prosedur Uji APT

Near-infrared reflectance spectroscopy


(NIRA) adalah prosedur yang cepat untuk lemak
tinja yang kurang memerlukan penanganan tinja
oleh personel laboratorium. Tes membutuhkan
pengumpulan tinja 48-72jam untuk
396

1. emulsi spesimen dalam air. usus tripsin dan kemungkinan adanya tripsin
2. Centrifuge. inhibitor dalam tinja. Aktivitas proteolitik enzim
3. Bagilah supernatan merah muda ke dalam bakteri dapat menghasilkan hasil positif palsu
dua tabung. dalam spesimen tua.
4. Tambahkan 1% natrium hidroksida satu
tabung. Kimotripsin tinja lebih tahan terhadap
5. Tunggu 2 menit.
degradasi usus dan merupakan indikator yang
6. Bandingkan warna dengan warna dalam
tabung kontrol. lebih sensitif kasus kurang berat insufisiensi
7. Siapkan kontrol menggunakan darah tali pankreas. Hal ini juga tetap stabil pada spesimen
pusat dan darah dewasa. tinja hingga 10 hari pada suhu kamar.
Kimotripsin mampu hidrolisis gelatin tetapi
paling sering diukur dengan metode
spektrofotometri.
konsentrasi tinggi hemoglobin spesimen F. feses
harus diuji ketika segar. Mereka mungkin Elastase I merupakan isoenzim dari
tampak berdarah tetapi tidak harus hitam ,karena elastase enzim dan merupakan bentuk enzim
ini akan menunjukkan sudah didenaturasi yang diproduksi oleh pankreas. Hal ini hadir
hemoglobin dalam konsentrasi tinggi pada sekresi pankreas
dan sangat tahan terhadap degradasi. Ini
Enzim Tinja menyumbang sekitar 6% dari semua yang
disekresi enzim pancreas. Tinja elastase I adalah
Enzim dipasok ke saluran pencernaan oleh
pankreas yang spesifik dan konsentrasi adalah
pankreas sangat penting untuk pencernaan
sekitar lima kali lebih tinggi daripada di jus
protein diet, karbohidrat, dan lemak. Penurunan
pankreas. Hal ini tidak terpengaruh oleh
produksi enzim ini (insufisiensi pankreas)
gangguan motilitas atau cacat mukosa. Elastase
dikaitkan dengan gangguan seperti pankreatitis
Saya dapat diukur dengan immunoassay
kronis dan cystic fibrosis. Steatorrhea terjadi,
menggunakan kit ELISA dan memberikan
dan ada kehadiran makanan yang tidak tercerna
indikator yang sangat sensitif insufisiensi
dalam tinja.
eksokrin pankreas. Sangat mudah untuk
Analisis tinja berfokus terutama pada melakukan dan hanya membutuhkan sampel
proteolitik enzim yang tripsin, kimotripsin, dan tinja tunggal. ELISA tes menggunakan antibodi
elastase I. Secara historis, tidak adanya tripsin monoklonal terhadap manusia pankreas elastase-
telah disaring oleh mengekspos kertas x-ray 1; Oleh karena itu, hasilnya adalah khusus untuk
untuk tinja diemulsikan dalam air. Ketika tripsin enzim manusia dan tidak terpengaruh dengan
hadir dalam tinja, mencerna gelatin di atas terapi penggantian enzim pankreas. Tes spesifik
kertas, meninggalkan daerah yang jelas. dalam membedakan pankreas dari penyebab
Ketidakmampuan untuk mencerna gelatin nonpancreatic pada pasien dengan steatorrhea.
menunjukkan kekurangan dalam produksi
tripsin. Tes gelatin merupakan prosedur sensitif
yang dapat mendeteksi hanya kasus yang parah
insufisiensi pankreas. Selain itu, hasil negatif Karbohidrat
palsu dapat terjadi sebagai akibat dari degradasi
397

Kehadiran meningkat karbohidrat dalam tinja Solutions Diagnostics, Tarrytown, NY) dan satu
menghasilkan diare osmotik oleh tekanan bagian emulsi tinja dalam air dua bagian. Hasil
osmotik gula diserap usus dalam cairan dan dari 0,5 g / dL dianggap indikasi intoleransi
elektrolit. Karbohidrat dalam tinja dapat hadir karbohidrat. Clinitest di tinja dapat membedakan
sebagai akibat dari ketidakmampuan usus untuk antara diare yang disebabkan oleh ekskresi
menyerap karbohidrat, seperti yang terlihat pada abnormal mengurangi gula dan yang disebabkan
penyakit celiac, atau disebabkan oleh kurangnya oleh berbagai virus dan parasit. Sukrosa tidak
enzim pencernaan seperti laktase mengakibatkan terdeteksi oleh metode Clinitest karena itu bukan
intoleransi laktosa. Defisiensi laktase idiopatik gula pereduksi. Pada bayi prematur ada
adalah umum, terutama yang terjadi di Afrika, hubungan antara Clinitest positif dan inflamasi
Asia, dan populasi Yunani Eropa Selatan. necrotizing enterocolitis. Sebagaimana dibahas
Malabsorpsi karbohidrat atau intoleransi dalam Bab 5, ini adalah tes umum untuk
(pencernaan) terutama dianalisis dengan serum kehadiran bahan pereduksi, dan hasil positif
dan tes urine; Namun, peningkatan konsentrasi akan diikuti oleh tes toleransi serum karbohidrat
karbohidrat dapat dideteksi dengan melakukan yang lebih spesifik, yang paling umum adalah
tes pengurangan tembaga pada spesimen tinja. tes D-xilosa untuk malabsorpsi dan tes toleransi
Pengujian untuk bahan pereduksi tinja laktosa untuk pencernaan. Kromatografi tinja
mendeteksi kekurangan disaccharidase bawaan untuk mengidentifikasi karbohidrat malabsorbsi
serta kekurangan enzim karena cedera mukosa tersedia tetapi jarang diperlukan untuk diagnosis
spesifik. Pengujian karbohidrat tinja yang paling intoleransi gula. Usus kecil spesimen biopsi
berharga dalam menilai kasus diare pada bayi untuk pemeriksaan histologi dan uji aktivitas
dan bisa disertai dengan tekad pH. PH feses enzim disaccharidase membedakan primer dari
yang normal adalah antara 7 dan 8; Namun, intoleransi disaccharidase sekunder.
peningkatan penggunaan karbohidrat dengan
cara fermentasi bakteri usus meningkatkan laktat Ringkasan tes skrining tinja disajikan
yang kadar asam dan menurunkan pH di bawah dalam Tabel 15-4.
5,5 dalam kasus-kasus gangguan karbohidrat.

Uji reduksi tembaga dilakukan dengan


menggunakan tablet Clinitest (Siemens Medical
398

Tabel 15-4 Ringkasan


Tes Screening tinja
Uji Metodologi/Prinsip Interpretasi
Pemeriksaan untuk neutrofil Hitungan mikroskopis di hapusan Tiga per bidang daya tinggi
neutrofil diwarnai dengan biru menunjukkan kondisi
metilen, pewarnaan Gram, atau mempengaruhi dinding usus
Pewarna Wright
Lemak tinja kualitatif Pemeriksaan mikroskopis BTA 60 tetesan oranye-merah besar
langsung diwarnai dengan Sudan menunjukkan malabsorpsi
III
Pemeriksaan mikroskopis BTA 100 tetesan oranye-merah
dipanaskan dengan asam asetat berukuran 6-75 µm
dan Sudan III menunjukkan malabsorpsi
Darah samar Kegiatan Pseudoperoxidase Warna biru menunjukkan
hemoglobin membebaskan perdarahan gastrointestinal
oksigen dari hidrogen peroksida
untuk mengoksidasi guaiac
reagen
uji APT Penambahan natrium hidroksida Warna pink menandakan adanya
mengandung Emulsi hemoglobin darah janin
yang menentukan kehadiran
darah ibu atau janin
tripsin Spesimen emulsi ditempatkan di Ketidakmampuan untuk
atas kertas x-ray menentukan mencerna gelatin menunjukkan
kemampuan untuk mencerna kurangnya tripsin
gelatin
Clinitest Selain emulsi tinja tablet Reaksi dari 0,5 g / dL
Clinitest untuk mendeteksi mengurangi zat menunjukkan
adanya bahan pereduksi intoleransi karbohidrat

References
399

1. Singh, A, Gull, H, and Singh, R: Clinical significance of rapid (accelerated) gastric


emptying. Clin Nucl Med 28(8):652-658, 2003.
2. Ukleja, A: Dumping syndrome: Pathophysiology and treatment. Nutr Clin Pract
20(5):517-525, 2005.
3. Koepke, JA: Tips from the clinical experts. MLO, p. 15, 1995.
4. Bradley, GM: Fecal analysis: Much more than an unpleasant necessity. Diagn Med
3(2):64-75, 1980.
5. Novak, R, et al: How useful are fecal neutrophil determinations? Lab Med 26(11):433,
1995.
6. McCray, WH, and Krevsky, B: Diagnosing diarrhea in adults: A practical approach.
Hosp Med 34(4):27-36, 1998.
7. Walters, MP, et al: Clinical monitoring of steatorrhea in cystic fibrosis. Arch Dis Child
65:99-102, 1990.
8. Khouri, MR, Huang, G, and Shiau, YF: Sudan stain of fecal fat: New insight into an
old test. Gastroenterology 96(2 Pt 1): 421-427, 1990.
9. Simko, V: Fecal fat microscopy. Am J Gastroenterol 75(3): 204-208, 1981.
10. Van de Kamer, JH, et al: A rapid method for determination of fat in feces. J Biol
Chem 177:347-355, 1949.
11. Freeman, JA, and Beeler, MF: Laboratory Medicine: Urinalysis and Medical
Microscopy. Lea & Febiger, Philadelphia, 1983.
12. Drummey, GD, Benson, JA, and Jones, CM: Microscopic examination of the stool for
steatorrhea. N Engl J Med 264:85-87, 1961.
13. Mandel, JS, et al: The effect of fecal occult-blood screening on the incidence of
colorectal cancer. N Engl J Med 343(22): 1603-1607, 2000.
14. Knight, KK, Fielding, JE, and Battista, RN: Occult blood screening for colorectal
cancer. JAMA 261:587-590, 1989.
15. Hemoccult®ICT immunochemical fecal occult blood test package insert. Beckman
Coulter, Fullerton, Calif., May 2005.
16. Bijoor, AR, Geetha, S, and Venkateash, T: Faecal fat content in healthy adults by the
“acid steatocrit method.” Indian J Clin Biochem 19(2):20-22, 2004.
17. Van den Neucker AM, et al. Acid steatocrit: a reliable screening tool for steatorrhoea.
Acta Paediatr 90:873-875, 2001.
18. Guarino, A., et al.: Reference values of the steatocrit and its modifications in diarrheal
diseases. J Pediat Gastroenterol Nutr 14:268-274, 1992.
19. Serrano, PL, Navarro, JLL, and Fernandez-Rodriguez, CM: Laboratory tests and
equipment for diagnostic work-up for malabsorption syndrome. LABTECH 2004.
20. Croak, M: Haemoglobin in stools from neonates: Measurement by a modified APT
test. Med Lab Sci 48(4):346-350, 1991.
21. Elphick, DA, and Kapur, K: Comparing the urinary pancreolauryl ratio and faecal
elastase-1 as indicators of pancreatic insufficiency in clinical practice. Pancreatology
5:196-200, 2005.
22. Symersky, T, et al: Faecal elastase-I: Helpful in analysing steatorrhoea? Neth J Med
62(8):286-289, 2004.
23. Phillips, IJ, et al: Faecal elastase I: A marker of exocrine pancreatic insufficiency in
cystic fibrosis. Ann Clin Chem 36:739-742,
1999.
24. Thorne, D, and O’Brien, C: Diagnosing chronic pancreatitis. Advance 12(14):8-12,
2000.
25. Robayo-Torres, CC, Quezada-Calvillo, R, and Nichols, BL: Disaccharide digestion:
Clinical and molecular aspects. Clin Gastroenterol Hepatol 4(3):276-287, 2006.
400

26. Amann, ST, Josephson, SA, and Toskes PP: Acid steatocrit: A simple rapid
gravimetric method to determine steatorrhea. Am J Gastroenterol 92:2280-2284, 1997.
401

STUDY QUESTIONS
1. Dari dalam bagian apa saluran
pencernaan melakukan pancreas enzim dan
garam empedu berkontribusi untuk
pencernaan?
A. usus besar
B. Hati
C. Usus halus
D. Perut
2. Dari mana reabsorpsi air berlangsung di
proses pencernaan utama?
A. usus besar
B. Pankreas
C. Usus halus
D. Perut
3. Manakah dari tes berikut tidak dilakukan
untuk mendeteksi Diare osmotik?
A. Clinitest Lemak
B. tinja
C. tinja neutrofil
D. Serat otot
4. Komposisi normal tinja mencakup semua
berikut ini, kecuali:
A. Bakteri
B. Darah
C. Elektrolit
D. Air
5. Tes tinja apakah yang membutuhkan
spesimen 3 hari?
A. tinja darah samar
B. Tes APT
C. Elastase Saya
D. kuantitatif pengujian lemak tinja
6. Warna coklat normal tinja dihasilkan
oleh:
A. Selulosa
B. Pankreas Enzim
C. tercerna bahan makanan
D. urobilin
7. Diare dapat disebabkan oleh semua hal
berikut, kecuali:
A. Penambahan organisme patogen ke
normal
flora usus
B. Gangguan usus flora bakteri yang normal
C. Konsentrasi Peningkatan elektrolit tinja
D. Peningkatan reabsorpsi air usus dan
elektrolit
402

8. Tinja dari orang dengan steatorrhea akan


berisi kelebihan jumlah :
A. Barium sulfat
B. Darah
C. Lemak
D. Lendir
9. Manakah dari penampilan tinja pasangan
berikut yang menyebabkan tidak cocok?
A. Hitam, ter: darah
B. Pale, berbusa: steatorrhea
C. Yellow-abu: penyumbatan saluran
empedu
D. Kuning-hijau: barium sulfat
10. Spesimen tinja yang muncul seperti pita
adalah indikasi pada kondisi?
A. Bile-duct Obstruksi
B. Kolitis
C. usus penyempitan
D. Keganasan
11. Sebuah tinja hitam merupakan indikasi:
A. Perdarahan GI atas
B. Perdarahan GI rendah
C. Kelebihan lemak
D. karbohidrat Kelebihan
12. tes skrining kimia dilakukan pada tinja
meliputi semua hal berikut, kecuali:
A. Tes APT
B. Clinitest
C. Pilocarpine iontophoresis
D. Trypsin pencernaan
13. diare sekretorik disebabkan oleh:
A. Administrasi Antibiotik
B. Intoleransi laktosa
C. Celiac sariawan
D. Vibrio cholerae
14. Kesenjangan osmotik tinja meningkat
pada gangguan ?
A. Sindrom Dumping
B. osmotik diare
C. Sekretori diare
D. steatorrhea
15. Pemeriksaan mikroskopis tinja
menyediakan awal informasi mengenai
penyebab diare karena:
A. Neutrofil hadir dalam kondisi yang
disebabkan oleh bakteri penghasil racun
B. Neutrofil hadir dalam kondisi yang
mempengaruhi dinding usus
C. Merah dan sel-sel darah putih yang hadir
jika penyebabnya adalah bakteri
403

D. Neutrofil hadir jika kondisi adalah


nonbacterial etiologi
16. Benar atau Salah: Kehadiran neutrofil
tinja akan diharapkan dengan diare yang
disebabkan oleh sebuah rotavirus.
17. tetesan oranye-merah besar terlihat
pada mikroskopis langsung pemeriksaan
tinja dicampur dengan Sudan III mewakili:
A. Kolesterol
B. Asam lemak
C. lemak netral
D. Sabun
18. Pemeriksaan mikroskopis tinja
dicampur dengan Sudan III Asam asetat
glasial dan kemudian dipanaskan akan
menunjukkan tetesan oranye-merah kecil
yang mewakili:
A. Asam lemak dan sabun
B. Asam lemak dan lemak netral
C. Asam lemak, sabun, dan lemak netral
D. Sabun
19. Ketika melakukan pemeriksaan tinja
mikroskopis untuk serat otot, struktur yang
harus dihitung:
A. Apakah melingkar dan berwarna biru
B. Mengandung ada striations terlihat
C. Memiliki striations dua dimensi
D. Memiliki striations vertikal dan pewarna
merah
20. Nilai retensi lemak 85% akan
menunjukkan:
A. Sindrom Dumping
B. osmotik diare
C. Sekretori diare
D. steatorrhea
21. Manakah dari tes berikut tidak akan
indikatif dari steatorrhea?
A. tinja elastase-I
B. tinja darah samar
C. Sudan III
D. Van de Kamer
22. Gum guaiac lebih disukai daripada orto-
tolidine untuk "Samar" darah dalam tes
skrining massal karena:
A. Ada gangguan kurang dari hemoglobin
diet
B. Ortho-tolidine kurang sensitif
C. Gum guaiac bereaksi sama dengan
terbentuk dan berair tinja
D. Kertas Filter lebih mudah diresapi
404

dengan karet guaiac


23. Istilah "samar" darah menggambarkan
darah yang:
A. Apakah diproduksi di bawah saluran
pencernaan
B. Apakah diproduksi di saluran
pencernaan bagian atas
C. Apakah tidak tampak jelas dalam
spesimen tinja
D. Menghasilkan hitam, berlama-lama tinja
24. Berapa jumlah sampel yang disarankan
yang harus diuji untuk mengkonfirmasi
hasil darah samar negative ?
A. Satu spesimen acak
B. Dua sampel yang diambil dari berbagai
bagian tiga tinja
C. Tiga sampel yang diambil dari bagian
terluar dari tinja
D. Tiga sampel yang diambil dari berbagai
bagian dua Tinja
25. Tes mana yang lebih sensitif terhadap
perdarahan saluran cerna bagian atas?
A. Guaic darah okultisme
B. Hemoquant
C. immunochemical darah okultisme
D. Sudan III
27. Pengujian tahunan untuk darah samar
tinja memiliki nilai prediksi yang tinggi
untuk deteksi
A. Kanker kolorektal
B. Sindrom Malabsorpsi
C. Kekurangan Pankreas
D. Ulkus
28. Apa arti penting dari tes APT yang tetap
merah muda setelah penambahan natrium
hidroksida?
A. Adanya lemak tinja.
B. Adanya janin hemoglobin.
C. Adanya tinja tripsin.
D. Adanya Vitamin C.
29. Dalam metode Van de Kamer untuk
lemak tinja kuantitatif penentuan, lipid tinja
adalah:
A. Dikonversi ke asam lemak sebelum titrasi
dengan natrium hidroksida
B. homogen dan dititrasi ke titik akhir
netral
dengan natrium hidroksida
C. Diukur gravimetri setelah mencuci
D. Diukur dengan spektrofotometer setelah
405

penambahan Sudan III


30. Seorang pasien yang bukti tinja
meningkat lemak, tercerna serat otot, dan
ketidakmampuan untuk mencerna gelatin
mungkin memiliki:
A. disentri bakteri
B. Sebuah ulkus duodenum
C. Cystic fibrosis
D. Intoleransi laktosa
31. Sebuah spesimen tinja dikumpulkan dari
bayi dengan diare memiliki pH 5.0. Hasil ini
berkorelasi dengan:
A. Positif uji APT
B. uji tripsin Negatif
C. Positif Clinitest
D. Negatif okultisme tes darah
32. Manakah dari tes berikut membedakan
penyebab malabsorpsi dari penyebab
pencernaan di steatorrhea?
A. Tes APT
B. D-xylose uji
C. tes toleransi laktosa
D. Tes darah samar
406

Studi Kasus dan Situasi Klinis


1. skrining mikroskopis tinja dari pasien
berkepanjangan menunjukkan diare
meningkat fecal neutrofil dan normal lemak
tinja kualitatif dan serat daging.
a. Apa jenis diare yang menunjukkan hasil
ini?
b. Nama tes tambahan yang bisa memberikan
lebih banyak informasi diagnostik.
c. Nama salah satu hasil kemungkinan untuk
tes ini dan satu Hasil mustahil.
d. Jika tes untuk neutrofil tinja negatif dan
konsentrasi lemak tinja meningkat jenis, apa
diare disarankan?
2. Penelitian laboratorium sedang dilakukan
pada anak laki-laki 5 tahun untuk
menentukan apakah ada alasan metabolik
atas kegagalan terus untuk menambah berat
badan. Selain diambil darah, pasien memiliki
keringat klorida yang dikumpulkan,
menyediakan sampel tinja acak, dan diminta
untuk mengumpulkan sampel tinja 72 jam.
a. Bagaimana adanya steatorrhea diputar
oleh pengujian sampel tinja acak?
b. Bagaimana tes ini membedakan antara
asam lemak, sabun, dan lemak netral?
c. Apa tes konfirmasi harus dilakukan?
d. Gambarkan penampilan spesimen tinja
jika adanya steatorrhea.
e. Jika diduga diagnosis fibrosis kistik,
keadaan dua tes skrining yang bisa dilakukan
pada spesimen tinja untuk membantu dalam
diagnosis.
f. Kondisi alasan yang mungkin untuk reaksi
negatif palsu di setiap tes ini.
g. Apa tes konfirmasi bisa dilakukan?
3. laboratorium kantor Sebuah dokter
mengalami inkonsistensi dalam hasil
spesimen pasien dikumpulkan untuk FOBT.
Pasien diinstruksikan untuk menyerahkan
sampel dari dua wilayah tiga tinja yang
berbeda. Kontrol positif dan negatif
memproduksi hasil yang memuaskan. Pasien
Nomor Satu adalah seorang wanita 30 tahun
mengambil alih-thecounter obat untuk
refluks lambung yang telah sering dilaporkan
lewat tinja berwarna hitam. Hasil dari ketiga
spesimen yang negatif untuk darah samar.
Jumlah Pasien Dua adalah seorang wanita 70
tahun yang menderita arthritis. Dia
407

mengambil tes sebagai bagian dari fisik rutin.


Hasil dari ketiga spesimen positif untuk
darah samar. Jumlah tiga pasien adalah
seorang pria 50 tahun disarankan oleh dokter
untuk menurunkan 30 lb Dia telah
melakukan dengan baik pada tinggi-protein,
diet rendah karbohidrat. Dua dari tiga
spesimen nya positif untuk darah samar.
a. Apa penyebab nonpathologic mungkin dari
hasil yang tidak diharapkan untuk Pasien
Nomor satu ? Pasien Nomor Dua? Pasien
Nomor Tiga?
b. Bagaimana mungkin staf kantor dokter
menghindari perbedaan ini?
c. Apa metodologi pengujian dapat
digunakan untuk Pasien Nomor Dua dan
Nomor Tiga?
4. tinja hitam berair dari neonatus diterima
di laboratorium dengan permintaan untuk
tes APT, pH tinja, dan Clinitest.
a. Dapatkah ketiga tes dilakukan pada
spesimen ini? Mengapa?
b. Jika Clinitest positif, apa yang membaca
pH dapat diharapkan? Mengapa?
c. Hemoglobin bayi tetap konstan pada 18 g /
dL. Apa arti penting dari feses berwarna
hitam?
d. Apakah bayi ini diharapkan memiliki
ketonuria? Mengapa atau mengapa tidak?

Anda mungkin juga menyukai