Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

LAPORAN KASUS
I. Identitas pasien

No rekam medik : 014010


Tanggal masuk RS : 5 Mei 2017
Nama : An. NMF
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Anak SD
Alamat : Sudimara
Agama : Hindu

II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kanan yang hilang timbul
kurang lebih 4 tahun yang lalu.

Keluhan tambahan : Nyeri di lipat paha

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien mengaku sejak 4 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha kanan
yang timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat.Benjolan pada
awalnya tidak menimbulkan rasa nyeri Cuma membuat pasien merasa aneh akan hal
tersebut. Pada tahun 2016,pasien dibawa oleh ibunya ke poliklinik untuk diperiksa
kerana gejalanya hamper sering muncul. Setelah diperiksa, dokternya menyarankan
ibunya supaya pasien di bedah agar benjolan tidak muncul lagi tetapi pasien belum
bersedia dan terdapat beberapa halangan yang menyebabkan operasi di tunda. Pada saat
ini pasien datang lagi ke poliklinik kerna benjolan dirasakan makin membesar,masih
bisa keluar masuk spontan saat berlari,batuk dan mengedan dan kadang-kadang disertai
rasa nyeri di lipat paha kanan.

1
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit jantung.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


Riw. Dm (-),riw. Hipertensi(-),riw.asma (-),riw. Pnyakit jantung (-). Tidak ada saudara
pasien yang mengalami gejala sama seperti pasien.

Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) :


Pasien adalah seorang anak perempuan dengan status gizi cukup. Pasien mempunyai
masih bersekolah di SD dan sering mengikuti acara larian dan permainan lain di
sekolah.

III. Pemeriksaan fisik


Keadan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,3° C
Status general :
Kepala
 Normochepali
 Tidak tampak adanya deformitas

Mata
 Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
 Conjunctiva tidak anemis
 Sklera tidak tampak ikterik
 Pupil: isokor kiri kanan

Hidung
 Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas

2
 Septum : terletak ditengah dan simetris
 Mukosa hidung : tidak hiperemis
 Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga
 Daun telinga : normal
 Tofi : tidak ditemukan
 Lieng telinga : lapang
 Membrana timpani : intake
 Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
 Serumen : tidak ada
 Sekret : tidak ada

Mulut dan tenggorokan


 Bibir : tidak pucat dan tidak sianosis
 Gigi geligi : lengkap, ada karies
 Palatum : tidak ditemukan torus
 Lidah : normoglosia
 Tonsil : T1/T1 tenang
 Faring : tidak hiperemis

Leher
 Kelenjar getah bening:Tidak teraba membesar
 Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
 Trakea : letak di tengah

Thorax
 Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-

3
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra,
ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Lihat status lokalis
 Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
 Ekstremitas Bawah
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem

IV. Status Lokalis


Regio : Inguinal dextra
Inspeksi : Tidak tampak benjolan , warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak
terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa kecil ,kenyal yang keluar saat pasien disuruh
mengedan dan terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

V. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal periksa: 3 Mei 2013
 Hematologi
- Hb : 13,1 g/dl
- Eritrosit : 4,69 juta/mm3
- Ht : 41%

4
- Leukosit : 8300/μl
- Trombosit : 432.000/dl
- Bleeding time : 3 menit
- Clotting time : 12 menit
- GDS : 101 mg/dL

VI. Diagnosa kerja


Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

VII. Diagnosa Banding


Hernia femoralis,kista sebasea,tumor

VIII. Resume
Pasien anak berusia 10 tahun,jenis kelamin perempuan datang ke poliklinik dengan
keluhan merasa ada benjolan yang hilang timbul di lipat paha kanannya. Pasien
mengaku sejak 4 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha kanan yang
timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat.Benjolan pada awalnya
tidak menimbulkan rasa nyeri Cuma membuat pasien merasa aneh akan hal tersebut.
Pada tahun 2016,pasien dibawa oleh ibunya ke poliklinik untuk diperiksa kerana
gejalanya hamper sering muncul. Setelah diperiksa, dokternya menyarankan ibunya
supaya pasien di bedah agar benjolan tidak muncul lagi tetapi pasien belum bersedia
dan terdapat beberapa halangan yang menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini
pasien datang lagi ke poliklinik kerna benjolan dirasakan makin membesar,masih bisa
keluar masuk spontan saat berlari,batuk dan mengedan dan kadang-kadang disertai rasa
nyeri di lipat paha kanan.Pasien tidak ada riwayat asma,allergi ,kencing manis maupun
hipertensi.Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam
batas normal.Pada status lokalis di regio inguinalis dekstra tidak kelihatan ada benjolan
maupun tanda-tanda peradangan,namun setelah di palpasi didapatkan ada nyeri tekan di
daerah inguinal dekstra dan teraba benjolan/massa yang kenyal timbul apabila pasien
disuruh mengedan,namun benjolan tersebut hilang setelah mengedan.Pada auskultasi
tidak didapatkan bising usus.

5
IX. Penatalaksanaan
 Operatif : Herniotomi
 Teknik Operasi :
 Disinfeksi lapangan pembedahan.Tutup dengan kain steril.
 Irisan 2 cm medial spina iliaca superior (SIAS) sampai tuberkulum
pubikum.
 Dipasang kain berlubang. Aponeurosis muskulus obliquus eksternus
(MOE) dibuka kecil dengan pisau dan dengan bantuan pinset anatomis
dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai annulus internus dan ke
kaudal sampai membuka annulus eksternus.
 Dengan menjepit MOE dengan kocher , aponeurosis dibebaskan dari
dasar ke lateral sampai tampak ligamentum inguinalis Pourpati dank e
medial sampai conjoint tendon (muskulus obliquus internus dan
transverses).
 Dengan bantuan 2 pinset chirurgis dan gunting kantong dibuka. Setelah
eksplorasi isi kantong hernia, isinya dikembalikan kedalam rongga
abdomen . Dengan memasukkan jari kedua tangan kiri kedalam lubang
dan sedikit tarikan , kantong dibebaskan secara tumpul dan tajam .
 Kantong hernia dibebaskan se proksimal mungkin sampai tampak jaringan
lemak pre-peritoneal .Kantong diplintir dan diikat dengan plain catgut
no.1 Bila mulut kantong proksimal lebar,dapat ditutup
tabakzaknaad.Kemudian kantong hernia dipotong.
 Herniotomi selesai.

 Medikamentosa
Cefotaxim 3x1 gr
Asam mefenamat 3x200 mg
Tramadol 3x25 mg
Asam tranexamat 3x25 mg

6
 Edukatif post operatif : bed rest total, puasa sampai bising usus terdengar

X. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam

7
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia
indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3

3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
 Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
 Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)

8
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
 Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan
pada saat buang air besar atau buang air kecil.
 Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
 Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal
 Penyakit yang melemahkan dinding perut
 Merokok
 Diabetes mellitus

4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
 Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

9
 Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
 Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.
 Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah
terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti
hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari
dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk
yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll).
 Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
 Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding
abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
 Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.

10
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat

11
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Finger test  menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.4
Pemeriksaan Ziemen test  posisi berbaring,
bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan
diperiksa dengan tangan kanan, penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2
hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia
inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4

 Pemeriksaan Thumb test  anulus ditekan dengan


ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak
keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4
b. Pemeriksaan penunjang
 Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3
 Serum elektrolit meningkat
 Pemeriksaan radiologis
 Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal.

12
 CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.

8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites

9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka
dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen
kanalis ingunalis.1,2

Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup
hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
13
10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.


Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217

3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
706- 710, EGC, Jakarta.

4. Inguinal Hernia: Anatomy and


Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah,
edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.

7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,


Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai