Anda di halaman 1dari 7

Percobaan : 01 Tanggal : 30 Maret 2017

Jurusan : Teknik Elektro Nama : Muhsonul Farid


PENGGUNAAN
Prodi : D3-Teknik Listrik MULTIMETER NIM/Kelas : 3.31.16.0.17/LT-1A
Mata Kuliah : Praktikum Listrik Dosen Pembimbing : Djodi Antono, B.Tech,
Dasar M.Eng.

I. TUJUAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini mahasiswa :
1. Dapat mengoperasikan multimeter sesuai dengan fungsi dengan ketelitian optimal
2. Dapat mengatur arus searah
3. Dapat mengukur tegangan searah
4. Dapat mengukur resistansi dengan benar

II. DASAR TEORI


Multimeter merupakan salah satu alat ukur listrik. Multimeter dapat digunakan sebagai
amper meter, volt meter, dan ohm meter. Agar dapat berfungsi sebagai volt meter, selector
pemilih fungsi diletakkan pada V (volt). Pada pengukuran tegangan, volt meter dipasang parallel
dengan resistor atau komponen yang akan diukur tegangannya. Untuk keamanan pilih batas ukur
terbesar, kemudian diturunkan sampai diperoleh tampilan yang benar dan mudah dibaca.
Amper meter adalah instrument yang digunakan untuk mengukur arus listrik. Agar
berfungsi sebagai amper meter, selector fungsi pada multimeter diletakkan pada posisi A (amper
meter). Arus listrik akan mengalir jika ada perbedaan potensial pada rangkaian tertutup. Oleh
karena itu dalam pengukuran arus listrik, amper meter dipasang seri dengan sumber daya dan
resistor beban yang sedang diukur arusnya. Dan membentuk rangkaian tertutup.
Ohm meter adalah instrument yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan. Agar
berfungsi sebagai ohm meter, selector fungsi pada multimeter diletakkan pada posisi Ohm meter
(Ω).
Pengukuran arus listrik mengandung resiko yang lebih besar dibanding pengukuran nilai
resistor. Kesalahan dalam pengukuran arus akan dapat merusak amper meter. Jika polaritas
amper meter terbalik dapat menyebabkan amper meter rusak. Demikian juga apabila arus yang
mengalir jauh lebih besar dari batas ukur atau kemampuan amper meter akan merusak meter.
Apalagi jika arus yang mengalir adalah arus AC sedangkan amper meter pada posisi DC, maka
multimeter akan terbakar. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengukuran, perlu dihitung dulu
besarnya arus secara teori. Kemudian dipilih batas ukur yang sesuai dan jenis arus yang sesuai
pula.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan yang bisa menyebabkan kerusakan, setelah
rangkaian pengukuran selesai disusun, perlu diperiksa sekali lagi kebenarannya. Setelah yakin
benar rangkaiannya barulah dihidupkan catu daya dan multimeternya.
Gbr.1 Multimeter Digital Gbr.2 Multimeter Analog

Pada multimeter digital, DCA merupakan arus DC, jika selector diletakkan pada posisi
DCA besaran yang akan diukur adalah arus DC. ACA merupakan arus AC, jika selector
diletakkan pada posisi ACA, multimeter berfungsi sebagai pengukur arus AC. Sedangkan DCV
berarti tegangan DC dan ACV artinya tegangan AC. Pada multimeter analog, tanda sinus A~
sebagai arus AC, dan tanda searah A= sebagai arus DC. Tanda V~ sebagai tegangan AC dan
tanda V= sebagai tegangan DC.
Untuk pengukuran tegangan, multimeter dipasang parallel, polaritas positif catu daya
terhubung dengan positif multimeter dan negative catu daya terhubung dengan negative
multimeter. Untuk mengoperasikan multimeter, probe hitam dihubungkan ke COM, sedangkan
probe lainnya ke A jika untuk mengukur arus dan V jika akan digunakan untuk mengukur
tegangan. Dalam hal ini A atau V sebagai polaritas positif (+) dan COM sebagai polaritas
negative (-)
Untuk mengukur arus dan tegangan diperlukan catu daya. Pada catu daya, besarnya
tegangan yang dikeluarkan dapat diatur dengan selector pengatur. Besarnya tegangan yang
keluar dapat ditunjukkan oleh jarum pada skala yang tersedia. Terdapat tiga terminal output,
yaitu negative (-), GND dan positif (+). Jika dikehendaki tegangan yang keluar 0 – 10 Volt
misalnya, maka probe penghubung dimasukkan ke terminal GND dan positif. Sedangkan jika
dikehendaki -15 V sampai +15 V misalnya, maka probe penghubung dimasukkan ke terminal
negative (-) dan positif (+).
III. ALAT DAN BAHAN
1. Power Supply DC 1 buah
2. Multimeter analog 2 buah
3. Resistor 8 buah
4. Kabel hubung 10 buah

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN


1. Pengukuran arus DC

2. Pengukuran tegangan DC

3. Pengukuran resistansi

R Ω
V. LANGKAH PERCOBAAN
5.1 Pengukuran Arus DC
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar percobaan pengukuran arus DC dengan R =
47 ohm.
2. Memindahkan selector switch multimeter pada posisi Ampere meter untuk
pengukuran arus DC. Memilih pada batas ukur tertinggi (DCA 0.5 A)
3. Mengatur tegangan catu daya 5 Volt.
4. Menghitung arus yang akan mengalir, untuk mengetahui apakah arus yang mengalir
tidak sampai melampaui batas ukur yang diijinkan tanpa menyebabkan kerusakan
ampere meter.
5. Mengamati besarnya arus yang mengalir, mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil
percobaan.
6. Mematikan catu daya dan mengganti harga resistansi beban.
7. Mengulangi langkah nomor 5.
8. Melakukan percobaan sebanyak 8 kali dengan harga resistansi yang berbeda – beda.

5.2 Pengukuran Tegangan DC


1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar percobaan pengukuran tegangan DC
dengan R1 = 47 ohm dan R2 = 100 ohm.
2. Memindahkan selector switch multimeter untuk pengukuran tegangan DC pada batas
ukur 10 Volt.
3. Mengatur tegangan catu daya 5 Volt. Mengukur tegangan pada R1 dan R2, mencatat
hasil pengukuran pada tabel hasil perccobaan.
4. Mematikan catu daya. Mengganti harga R1 dan R2.
5. Mengulangi langkah nomor 3.
6. Melakukan percobaan sebanyak 5 kali dengan harga resistansi yang berbeda – beda.

5.3 Pengukuran Resistansi


1. Memindahkan selector switch multimeter pada ohmmeter.
2. Mengukur nilai resistansi dari 8 buah resistor yang nilainya berbeda. Memulai
pengukuran dari batas ukur terbesar jika belum mengetahui harga yang akan diukur.
3. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil percobaan.
4. Mematikan catu daya. Mengganti harga resistor.
5. Mengulangi langkah nomor 2.
6. Melakukan percobaan sebanyak 8 kali dengan harga resistansi yang berbeda - beda.
VI. HASIL PERCOBAAN
1. Hasil penguukuran arus DC

Beban R Tegangan sumber (Volt) Arus beban (mA)


No
(Ohm) Ss Fs C (v) Ss Fs C (mA)
1 47 10 10 1 5 0.3 A 30 10-2 110
2 150 10 10 1 5 0.3 A 30 10-2 40
3 220 10 10 1 5 0.3 A 30 10-2 26
4 300 10 10 1 5 30 mA 30 10-3 15,5
5 470 10 10 1 5 30 mA 30 10-3 10,5
6 820 10 10 1 5 30 mA 30 10-3 6
7 10K 10 10 1 5 3 mA 30 10-4 0,5
8 33K 10 10 1 5 0.3 mA 30 10-5 0,15

2. Hasil pengukuran tegangan DC

Beban
Vs (Volt) V R1 (Volt) V R2 (Volt)
No (Ohm)
R1 R2 Ss Fs C (v) Ss Fs C (v) Ss Fs C (v)
1 47 100 10 10 1 5 10 10 1 1.6 10 10 1 3.2
2 100 220 10 10 1 5 10 10 1 1.5 10 10 1 3.4
3 220 270 10 10 1 5 10 10 1 2 10 10 1 3
4 270 300 10 10 1 5 10 10 1 2.4 10 10 1 2.5
5 300 470 10 10 1 5 10 10 1 1.9 10 10 1 3

3. Hasil pengukuran resistansi

Ohmmeter
No R (Ohm)
SS 𝛼 (Ohm)
1 47 X1 39 39
2 150 X10 15 150
3 220 X10 21 210
4 300 X100 3 300
5 470 X100 4.5 450
6 680 X100 6.5 650
7 10K X1K 9.7 9.7K
8 33K X1K 32 32K
VII. PEMBAHASAN PERCOBAAN
1. Pengukuran arus DC
Untuk mengukur arus DC, ampere meter (multimeter) dihubungkan secara seri dengan
beban. Selector switch multimeter juga harus diposisikan pada posisi ampere meter
(DCA). Dari percobaan tersebut hasil yang praktikan dapatkan berbeda dengan
penghitungan menggunakan rumus. Perbedaan yang cukup signifikan tersebut mungkin
dikarenakan kesalahan praktikan dalam membaca alat ukur ( human error ), peralatan
yang digunakan ada yang rusak, serta kesalahan praktikan dalam merangkai.
2. Pengukuran tegangan DC
Untuk mengukur tegangan DC, volt meter (multimeter) dihubungkan secara paralel
dengan beban. Selector switch multimeter juga harus diposisikan pada posisi volt meter
(DCV). Saat melakukan percobaan, penguji menggunakan dua beban yang
dihubungkan dengan catu daya 5 volt sehingga nilai tegangan pada beban pertama
dengan kedua jika dijumlahkan akan sebesar 5 volt. Tetapi dari percobaan tersebut
terdapat beberapa perbedaan antara perhitungan dengan menggunakan rumus dengan
perhitungan menggunakan multimeter. Perbedaan yang cukup signifikan tersebut
mungkin dikarenakan :
a. Kesalahan penguji dalam membaca alat ukur ( human error )
b. Kerusakan peralatan yang digunakan
c. Rangkaian yang dirangkai tidak sesuai

3. Pengukuran resistansi
Untuk mengukur resitansi, ohm meter (multimeter) dihubungkan secara paralel dengan
beban. Selector switch multimeter juga harus diposisikan pada posisi ohm meter.
Resistor yang dipakai dalam percobaan tersebut sudah diketahui nilai resisatansinya,
tetapi saat diukur dengan menggunakan alat ukur terdapat perbedaan nilai resistansinya.
Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan alat ukur, kesalahan penguji dalam membaca
alat ukur, dan kerusakan alat (resistor).

VIII. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Mengapa pembacaan hasil pengukuran dilakukan saat penunjukan jarum pada posisi 1/3
dari skala penuh?
Jawab :
Karena pembacaan pada posisi 1/3 dari skala penuh, ketelitian pembacaan hasil
ukurannya lebih tinggi dan lebih akurat.

2. Buatlah kesimpulan!
Jawab :
Kesimpulannya adalah jika hambatan lebih kecil maka arus lebih besar, sedangkan jika
hambatan lebih besar maka arus yang mengalir lebih kecil. Adapun faktor-faktor yang
memengaruhi perbedaan hasil pengukuran menggunakan rumus dengan hasil pengukuran
menggunakan alat ukur :
a. Kesalahan penguji dalam membaca alat ukur ( human error )
b. Kerusakan peralatan yang digunakan
c. Rangkaian yang dirangkai tidak sesuai

IX. KESIMPULAN
1. Multimeter merupakan salah satu alat ukur listrik. Multimeter dapat digunakan
sebagai amper meter, volt meter, dan ohm meter.
2. Untuk mengukur arus DC, selector switch multimeter diposisikan pada ampere meter
(DCA). Ampere meter dihubungkan seri dengan beban.
3. Untuk mengukur tegangan DC, selector switch multimeter diposisikan pada volt
meter (DCV). volt meter dihubungkan paralel dengan beban.
4. Untuk mengukur nilai resistansi, selector switch miltimeter diposisikan pada ohm
meter. Ohm meter langsung dihubungkan parallel dengan beban.
5. Saat membaca hasil pengukuran dilakukan saat penunjukan jarum pada 1/3 skala
penuh agar hasil pengukurannya sesuai dan tepat.
6. Faktor-faktor yan memengaruhi perbedaan hasil pengukuran menggunakan rumus
dengan hasil pengukuran menggunakan alat ukur :
d. Kesalahan penguji dalam membaca alat ukur ( human error )
e. Kerusakan peralatan yang digunakan
f. Rangkaian yang dirangkai tidak sesuai

X. DAFTAR PUSTAKA
http://alatukur.web.id/multimeter-kegunaan-dan-cara-menggunakannya/
http://ilmuhafez.blogspot.co.id/2015/10/penggunaan-multimeter-sebagai-pengukur.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai