Upload PEB
Upload PEB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb 12,4 g/dL
Leukosit 9850 /uL
HitungJenis -/-/2/85/9/4
PCV 37,7 %
HitungEritrosit 4.3990.000
/CMM
Trombosit 192.000 /uL
BBS -
MCV 94,4 fl
MCH 31,2 pg
MCHC 33 %
PPT PPT : 10,3
INR : 0,95
APTT 25,6 s
Golongandarah A; Rh : +
IV (Test Pack) Non reaktif
HbsAg Non reaktif
Urine lengkap
Warna urine Kuning jernih
Albumin urine ++
Reduksi urine -
Bilirubin urine -
Urobilinogen urine -
Keton urine -
Nitrit urine -
Berat jenis urine 1,030
pH urine 7,0
Sedimen urine
Eritrosit sedimen 3-5
Leukosit sedimen 5-7
Epitel sedimen 2-4
Kristal sedimen -
Silinder sedimen -
Bakteri sedimen -
Bakteri sedimen -
Yeast/ jamur sedimen -
Sperma urine sedimen -
DaftarPustaka:
1. Winkjosastro, Hanifa.. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005
2. Manuaba, Ida Ayudkk. IlmuKebidanan, Penyaki tKandungan, dan KB. Edisi 2.Jakarta:
EGC.2010
3. Sujiyatinidkk. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.2009
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Preeklamsi Berat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Penatalaksaan Preeklamsi Berat di IGD
1. Subyektif:
Pada kasus ini ada seorang Ny. W berusia 32 tahun G2P1001 uk 27-28 minggu,
berdasarkan alloanamnesis dengan penderita didapatkan :
Keluhan utama berupa nyeri perut bagian ulu hati tembus belakang, mata berkunang-
kunang dan nyeri kepala.
Keluhan serupa sudah 3 kali selama kehamilan, sudah berobat namun belum membaik
Riwayat kehamilan pertama dengan Preeklamsi berat, TD 210./100 mmHg
2. Obyektif:
Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis,
tekanan darah 160/110 mmHg. Pada pemeriksaam obstetric region abdomen Regio
Abdomen = TFU setinggi pusat, Balotemen (+), DJJ (+) 152x/menit, HIS (-), VT tidak
dilakukan. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang:
Albumin urine ++
3. Assesment
Definisi Preeklamsi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat
pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai
preeklampsia yang berat (George, 2007)
Diagnosis Preeklampsia
Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan
yaitu:
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr /liter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstearm.
Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kuntinu atau intramuskular dengan
injeksi intermiten.
• Infus intravena kontinu:
a. Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan
dan diberikan dalam 15-20 menit b)Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam
dalam 100 ml cairan intravena
b. Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan
infusuntuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l)
c. MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.
Anti hipertensi.
Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia Berat i:
1. Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi berat, atau
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
2. Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110
mmHg
3. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short acting, hidralazine
dan labetalol parenteral. Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah
nitogliserin, metildopa, labetalol
Hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit sampai
tekanan darah turun. Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau
12,5 intamuskular setiap 2 jam
Nifedipine / calcium channel blocker dosis oral 10 mg yang diulang tiap diulang
tiap 15 – 30 menit, dengan dosis maksimum 30 mg
Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik
dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan samapi 20 mg
intravena(Cunningham, 2003)
Metildopa - Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3
kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Alternatif lain penggunaan
metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum 1 g tiap 6
jam untuk krisis hipertensi.
Persalinan.
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea
akan dilakukan, perhatikan bahwa:
• Tidak terdapat koagulapati
• Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan
anastesialokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensic)Jika
anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan
persalinan pervaginam.
Jika servik matang, lakukan induksi dengan aksitosin 2-5 IU dalam 500
mldekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (Abdul bari, 2001)
4. Plan
Pkl 05.00 WIB TD 120/70 mmHg
Ptx : Ij ranitidine 1A
observasi
Ptx :
IVFD RL 20 tpm
Pasang DC
Konsul Sp.OG
SM full dose = ij MgSO4 4%, diencerkan dengan NaCl 20 cc IV pelan
Syrnge pump MgSO4 6%, dalam 60 cc – jalan 10cc/jam ( 1 gram/jam )
Konsul Sp. JP
Amlodipin tab 10-0-0
Metildopa tab 3x500 mg
Clonin 3x0,15 mg
PORTOFOLIO KASUS MEDIS
BAGIAN ILMU KESEHATAN KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
PREEKLAMSI BERAT
DisusunOleh:
dr. Meidiana Anggraini
Dokter Internship RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar
Pendamping:
dr. Herya Putra Dharma
2017-2018