Anda di halaman 1dari 5

A.

Beton
Menurut SNI 03-2834-2000, beton adalah campuran antara semen hidrolik yang lain , agregat halus,
agregat kasar dan air atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat. Macam dan jenis beton menurut
bahan pembentuknya adalah beton normal, bertulang, pra-cetak, pra-tekan, beton ringan, beton tanpa tulang,
beton fiber dan lainnya.
Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air dengan semen, pasta
semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran agregat kasar dan agregat halus bersifat sebagai perekat
atau pengikat dalam proses pengikatan sehingga butir-butir agregat saling terikat dengan kuat menjadi beton.
Penamahan material lain akan membedakan jenis beton, misal yang ditambah adalah tulangan baja akan
berbentuk beton bertulang.
Konstruksi beton dapat dijumpai dalam pembuatan gedung-gedung, jalan (rigit pavement), bendung,
saluran dan lainnya yang secara umum di bagi menjadi dua yakni untuk konstruksi bawah (under stcuture)
maupun konstruksi atas (upper structure). Berikut kelebihan dan kekurangan penggunaan beton pada suatu
konstruksi :

 kelebihan beton
Harganya murah karna menggunakan bahan lokal.
Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi.
Mudah di bentuk sesuai ukuran yang di inginkan
 kekurangan beton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah.
Beton sulit kedap air secara sempurna.
Beton bersifat getas sehingga harus dihitung secara detail dan seksama.
Beton harus memenuhi kekuatan yang direncanakan,Campuran beton harus mempunyai suatu mibilitas
tertentu. Campuran beton tidak boleh mengalami segregasi (pemisahan selamapengecoran). Beton pada
dasarnya merupakan campuran antara semen, kerikil, pasir, dan air dengan perbandingan campuran yang
tertentu. Kadang-kadang beberapa bahan tambahan juga ikut digunakan dalam campuran beton ini untuk
membuat beton yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, misalnya fly ash (abu terbang) atau material kimia
lainnya. Air dan semen akan bereaksi menjadi pasta semen yang bertugas untuk mengikat kerikil dan pasir
sehingga terbentuk struktur yang kaku dan memiliki kekuatan tertentu. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi
dibanding kuat tariknya, dan beton merupakan bahan berifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% –
15% saja dari kuat tekannya.Pada penggunaan sebagai komponen struktur bangunan, umumnya beton
diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan tarik. Dengan demikian tersusun pembagian tugas,
dimana tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan
menahan gaya tekan.
Beton terdiri dari 3 kelas, yaitu :

 Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan non struktural yang pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian
khusus
 Beton kelas II terdiri dari Bo, B-0, K-100, K-125, K-150, K-175, K-200. Beton kelas II ini beton untuk
pekerjaan struktural secara umum dan pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan dibawah pengawan tenaga ahli, misalnya lantai dan kolom. Beton kelas II dibagi dalam mutu-
mutu standar B1, K-125, K-175, K-225, K-250, K-275, K-300.
 Beton Kelas III adalah beton untuk pengerjaan stuktural dengan menggunakan mutu beton dengan
kekuatan tekan lebih tinggi dari K-125. Pelaksanaan beton ini memerlukan keahlian khusus dan
memerlukan laboratorium dengan peralatan lengkap yang dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinum misalnya, balok dan jembatan. Beton kelas III dibagi
dalam mutu mutu standar K-350, K-325. K-375, K-400, K450, K500

Agar dapat merancang kekuatannya dengan baik, artinya dapat memenuhi kriteria aspek ekonomi yaitu
rendah dalam biaya dan memenuhi aspek teknik yaitu memenuhi kekuatan struktur. Seorang perencana beton
harus mampu merancang campuran beton yang memenuhi kriteria tsb. Perencanaan beton harus memenuhi
kriteria perencanaan standar yang berlaku. Peraturan dan tata cara perencanaan tersebut antara lain adalah
ASTM, ACI, JIS atau pun SNI. Perencanaan sendiri dimaksud untuk mendapatkan beton yang baik harus
memenuhi dua kinerja utamanya yaitu, kuat tekan yang tinngi (minimal sesuai dengan rencana) dan mudah
dikerjakan (workability). Selain hal tersebut, beton yang di rancang harus memenuhi kriteria antara lain , tahan
lama atau awet (durability), murah (aspect economic cost ) dan tahan aus.

B. Mix design beton


Mix design dapat di definisikan sebagai proses merancang dan mamilih bahan yang cocok dan menentukan
proposi relatid dengan tujuan memproduksi beton dengan kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan se
ekonomis mungkin
Desain campuran beton membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai properti bahan-bahan
penyusunnya, ini membuat tugas perencanaan campuran yang lebih kompleks dan sulit.desain campuran beton
tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastik tetapi juga
membutuhkan pengetahuan luas dan pengalaman. Bahkan proporsi bahan beton di laboratorium memerlukan
penyesuaian modifikasi dan kembali disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Secara umum perencanaan campuran beton yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi harus
memenuhi syarat (KardiyonoTjokrodimulyo, 1996), antara lain :

1. Syarat kekuatan
Kekuatan yang dicapai pada umur yang ditentukan (28 hari) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
perencana.
2. Syarat keawetan
Beton yang dihasilkan harus tahan terhadap pengaruh-pengaruh luar yang dapat merusak beton itu sendiri.
3. Syarat kemudahan pelaksanaan
Suatu rencana campuran beton harus memberikan workability yang cukup guna pengadukan, pengangkutan,
pencetakan dan pemadatan tanpa mengurangi homogenisis beton.
4. Syarat ekonomis
Perencanaan campuran beton harus memberikan proporsi bahan-bahan pembentuk beton yang tepat, supaya
tidak menimbulkan berlebihnya pemakaian bahan yang menyebabkan kurang ekonomisnya suatu campuran
beton.
Adapun prosedur perencanaan campuran beton berdasarkan metode SNI adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan kuat tekan karakteristik beton
2. Menetapkan deviasi standar
3. Margin atau Nilai Tambah
4. Kekuatan rata-rata
5. Jenis semen
6. Jenis agregat
7. Faktor Air Semen (FAS)
8. Menetapkan nilai slump
9. Menetapkan ukuran maksimum agregat kasar
10. Kebutuhan air yang diperlukan tiap m3 beton
11. Berat semen yang diperlukan
12. Kebutuhan semen minimum
13. Penyesuaian kebutuhan semen
14. Penentuan daerah gradasi agregat halus
15. Prosentase berat agregat halus terhadap campuran
16. Berat Jenis agregat campuran
17. Berat Jenis beton
18. Kebutuhan agregat campuran
19. Kebutuhan agregat halus
20. Kebutuhan agregat kasar
21. Koreksi Proporsi Campuran

( Sumber : http://perwandi.blogspot.co.id/2011/01/perancangan-campuran-beton.htmldi akses pada


tanggal 14 desember 2017 16.50)
Sifat dan karakteristik campuran beton segar secara tidak langsung akan mempengaruhi beton yang
telah mengeras. Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifat-sifat agregat
yang perlu diperhatikan seperti, serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir,
kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan
Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen
yang digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan
mengacu pada tempat dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton tersebut dibuat, serta
pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi
atau normal.
C. Komposisi Beton
1. Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat terhadap volume keseluruhan
beton, karena itu agregat mempunyai peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et
al., 2003). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998). Agregat ada
2 jenis yaitu :
A. Agregat Halus (pengertian dan syarat-syarat)
B. Agregat kasar (pengertian dan syarat-syarat
2. Semen
Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinjer yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan
tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen merupakan bahan ikat yang penting yang banyak digunakan dalam pembangunan
konstruksi. Jika ditambah air semen akan menjadi pasta semen dan jika ditambah agregat halus semen
akan menjadi mortar sedangkan jika ditambah dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang steelah mengeras akan menjadi beton keras.
Menurut ASTM C150, semen Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk
penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal).
Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap sulfat sedang dan
mempunyai panas hidrasi sedang.
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras)
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah,
dengan kekuatan awal rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap kadar sulfat tinggi.

3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membahasi agregat
dan memberikan kemudahan dalam perkerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat
digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya tercemar
garam, minyak gula atau bahan kimia lainnya bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan
jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, melainkan perbandingan air dengan semen atau
yang biasa disebut FAS
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat
menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat
organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m.
dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi.

4. Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah (additive)
lebih banyak digunakan untuk penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.
Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a, jenis bahan tambah
kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
a) water reducing admixtures
b) retarding admixtures
c) accelerating admixtures
d) water reducing and retarding admixtures
e) water reducing and accelerating admixtures
f) water reducing and high range admixtures
g) water reducing, high range and retarding admixtures

(Sumber : http://pengeathuan10.blogspot.co.id/2016/01/contoh-laporan-laboratorium-uji-
bahan.html di akses pada tanggal 14 desember 2017 16.50)

Anda mungkin juga menyukai