Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebudayaan adalah satu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan

manusia meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak, setiap

daerah tentu memiliki kebudayaan sebagai ciri khas dan cara bersosialisasi

yang berbeda-beda pula. Yang membedakannya hanya bagaimana melakukan

integrasi atau proses penyesuaian terhadap setiap perbedaan yang ada.

Meninggalkan kebudayaan dapat berpengaruh buruk pada penganutnya.

Banyaknya pengertian tentang budaya, jenis dan tujuan budaya serta integrasi

masih belum dipahami secara menyeluruh oleh banyak masyarakat, hal ini

menjadi kajian yang menarik dan penting untuk ditelaah.oleh dasar itulah saya

mengambil tema “ Budaya dan Integrasi Sosial” sebagai bahasan dalam

makalah ini.

ANTROPOLOGI SOSIAL 1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Antropologi sosial merupakan studi yang memelajari hubungan antara

orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi

komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka

dengan cara yang berbeda-beda.

Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang

bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial

yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi

Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni

tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang

(diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang

lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat.

Dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara

Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling

tumpang tindih di antara keduanya.

1. perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia

mengenal tulisan.

2. Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan

tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa

yang ada di bumi.

ANTROPOLOGI SOSIAL 2
3. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di

dalamkehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.

4. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta

peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan

nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.

Definisi Antropologi menurut para ahli

1. William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia,

berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan

perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang

keanekaragaman manusia.

2. David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang

tidak terbatas tentang umat manusia.

3. Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat

manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik

masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana

antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi

keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,

nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang

lainnya berbeda-beda. Dengan, demikain antropologi merupakan hal yang

mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia.Dapat dilihat

ANTROPOLOGI SOSIAL 3
dari perkembang pada masa saat ini, yang merupakan salah dari fenomena-

fenomena yang terjadi ditengah- tengah masyarakat sekarang ini.

B. TEORI-TEORI ANTROPOLOGI

1. Teori Evolusi Deterministrik

Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam

antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry

Morgan (1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu

hukum (aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua

kebudayaan manusia. Menurut teori ini setiap kebudayaan mengalami

evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah pasti.

2. Teori Difusi

Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh

seorang sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang

sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang memberiakn suatu

anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu

tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul

di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan

pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan

lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa

pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah.

Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan

bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi.

ANTROPOLOGI SOSIAL 4
3. Teori Fungsionalisme

Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942)

yang selama Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau

Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan

observasi berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori

fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan

merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-

unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas

kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap

kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu

masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang

bersangkutan.

4. Teori Strukturalisme

Teori Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan

struktur pikiran manusia, yakni struktur dari poses pikiran manusia yang

oleh kaum strukturalis dipandang sama secara lintas budaya.

strukturalisme adalah fenomena sosial yang secara internal dihubungkan

dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari. Strukturalisme

adalah metodologi yang menekankan struktur daripada substansi dan

hubungan daripada hal. Hal ini menyatakan bahwa sesuatu selalu keluar

hanya sebagai elemen dari penanda suatu system.

ANTROPOLOGI SOSIAL 5
5. Teori Antropologi Kognitif

Bidang antropologi kognitif berfokus pada studi tentang hubungan

antara budaya manusia dan pikiran manusia. Antropolog kognitif

mempelajari bagaimana orang memahami dan mengatur material objek,

peristiwa, dan pengalaman yang membentuk dunia mereka sebagai orang

yang mereka belajar memahaminya.

C. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI SOSIAL DI INDONESIA

Perkembangan antropologi Indonesia dimulai dengan penelitian adat-

istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian dari suku-suku yang

tersebar di seluruh wilayah nusantara sejak zaman penjajahan Belanda.

Tulisan-tulisan tersebut digunakan sebagai landasan kebijaksanaan

pemerintah Kolonial. Pada awal tahun 1800an negaranegara Eropa Barat

melakukkan kolonialisasi atas negara–negara Afrika, Asia dan Amerika hal

ini dikarenakan tujuan untuk 3 G (Gospel, Glory, Gold) dan yang paling

penting adalah mencari sumber-sumber daya alam baru khususnya rempah-

rempah yang sangat dibutuhkan masyarakat eropa pada saat itu. Menurut

pandangan orang Eropa bangsa-bangsa yang dijajah masih primitif, buas dan

sering dikatakan bangsa-bangsa yang masih asli, yang belum mengalami

perubahan dan kemajuan.

Pada pertengahan abad 19 banyak ditemukan tulisan mengenai aneka

warna kebudayaan dan tingkat evolusinya. Deskripsi mengenai suku bangsa

di luar Eropa merupakan kebudayaan yang masih tradisional dan merupakan

ANTROPOLOGI SOSIAL 6
sisa kebudayaan kuno. Pada awal abad ke 20 ilmu Antropologi mengalami

kemajuan, ilmu Antropologi dipergunakan oleh bangsa Eropa untuk

mempelajari adat-istiadat dan keabiasaan bangsa yang terjajah. Dengan

meangetahui data tentang kebiasaan itu dapat dipergunaklan untuk

mempertahankan kolonialismenya di negara yang dijajah tersebut. Sesudah

tahun 1930an ilmu Antropologi mengalami perkembangan luar biasa,

dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan penelitian.

Ada pun beberapa tulisan tentang masyarakat dan kebudayaan bangsa

Indonesia banyak sekali ditulis oleh para pegawai dari negara yang menjajah

Indonesia seperti halnya Belanda dan Inggris. Penelitian dan pengamatan

antropologi di Indonesia telah ada sejak masa penjajahan atau era

kolonialisme. Pada abad ke 19, T.J. Willer, pegawai pemerintahan dari

Belanda menulis tentang masyarakat di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan

Barat dan Maluku. Pada waktu Bengkulu dijajah Inggris, kepala

pemerintahannya, W. Marsden (1783), menulis tentang suku yang ada di

Indonesia, yaitu Minang Kabau, Rejang dan Lampung. Selain itu C. Snouck

Hurgronje, seorang ilmuan berkebangsaan Belanda yang memberikan

gambaran tentang Aceh. Dia meneliti tentang kehidupan masyarakat Aceh.

Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan rahasia semangat juang

masyarakat Aceh. Snouck sejak 1889 meneliti pranata islam di masyarakat

pribumi aceh. Ia mempelajari politik kolonial untuk memenangi pertempuran

belanda di aceh.

ANTROPOLOGI SOSIAL 7
Perkembangan antropologi, baik di barat maupun di Indonesia saling

berkaitan erat terhadap sejarah kolonialisme, dapat dilihat dari tulisan-tulisan

yang mereka buat. Para pegawai kolonial jaman dulu wajib menulis laporan

karakter masyarakat dan daerah yang mereka ambil sumber daya alamnya di

daerah jajahan Belanda, yang mana dari catatan-catatan itu diberi nama

etnologi, sebuah penggambaran watak khas masyarakat. Antropologi timbul

dari adanya rasa ingin tahu dari manusia terhadap manusia lain. Rasa ingin

tahu itulah yang mendorong manusia mengadakan perjalanan ke daerah lain.

Pascakemerdekaan, antropologi menjadi kajian para intelektual di negeri

sendiri dengan didirikannya Jurusan Antropologi Universitas Indonesia,

setengah abad lampau. Tepatnya, di akhir September 1957, kajian antropologi

hadir sebagai jurusan di lingkungan Fakultas Sastra UI, diprakarsai Profesor

Koentjaraningrat. Dia pula yang mendorong berdirinya jurusan antropologi di

berbagai universitas negeri lainnya di Indonesia. Bedanya dengan masa

kolonial, di era pascakemerdekaan antropologi lebih dimaksudkan menjadi

semacam alat bagi kita untuk belajar melihat dan mengenal diri sendiri.

Masalah mengenal diri sendiri bukan perkara mudah. Perlu upaya lebih berat

dan keras bagi Indonesia dibandingkan bangsa-bangsa lain, mengingat

Indonesia berpenduduk sangat besar dan majemuk sehingga rentan

disintegrasi. Itu semua merupakan bagian dari pergulatan para antropolog.

Terutama untuk menghadapi tantangan yang kian berat dengan adanya

permasalahan seperti multikuturalisme, kemiskinan struktural, korupsi tanpa

henti, konflik-konflik kepentingan golongan, kesenjangan sosial ekonomi,

ANTROPOLOGI SOSIAL 8
ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan jurang generasi. Belum lagi

fenomena global seperti liberalisasi ekonomi, seperti pada krisis ekonomi

global yang melanda dunia dan berdampak kepada Indonesia sendiri

memudarnya ideologi serta meningkatnya komunikasi lintas-batas negara

serta budaya.

Keterkaitan antropologi di Indonesia dengan ideologi nasionalisme dan

perjalanan kapitalisme global berpengaruh besar terhadap teori sosial yang

berkembang di antara para ilmuwan lokal. Konservatisme teori juga diwarisi

oleh rezim penjajahan. Sampai sekarang antropologi di Indonesia masih

dipengaruhi oleh pemikiran kuno Belanda yang berusaha mencari struktur

sosial dasar di mana semua masyarakat Indonesia dibayangkan mempunyai

persamaan dalil regularitas padahal begitu banyak permasalahanpermasalahan

yang ada di Indonesia dan harus mencari solusi akan permasalahan tersebut.

Melalui tangan Koentjaraningrat, salah seorang pendekar ilmu kebudayaan

Indonesia, antropologi Indonesia menjadi alat penting untuk nasionalisme.

Praktikpraktik kultural yang sangat bermacam-macam dilihat menurut sebuah

standar yang mengukur sejauh mana kehidupan seseorang cocok dengan

sebuah "kultur nasional" yang ideal. Antropologi diberi tugas menggali

"mentalitas budaya Indonesia" yang akan dijadikan modal sosial untuk

menyokong pembangunan.

Masyaraka Indonesia setelah reformasi adalah sebuah “masyarakat

multikultural Indonesia” dari tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak

masyarakat majemuk. Sehingga, corak masyarakat Indonesia yang bhinneka

ANTROPOLOGI SOSIAL 9
tunggal ika bukan lagi keanekaragaman sukubangsaa dan kebudayaannya

tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya

mungkin dapat dilakukan dengan konsep multikulturalisme menyebar luas

dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan

bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan

menjadi pedoman hidupnya, selain itu kesamaan pemahaman mengenai

makna multikulturalisme dan bagunan konsep-konsep yang mendukungnya.

Multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan harus

dipersamakan atau setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep

yang satu dengan lainnya. Karena multikulturalsime itu adalah sebuah

ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia

dan kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif

fungsinya bagi kehidupan manusia. Saya melihat kebudayaan dalam

perspektif tersebut dan karena itu melihat kebudayaan sebagai pedoman bagi

kehidupan manusia. Yang juga harus kita perhatikan bersama untuk

kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu

operasional melalui pranata-pranata sosial. Multikulturalisme terserap dalam

berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan

manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan

bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di dalam

masyarakat yang bersangkutan Kajian-kajian mengenai corak kegiatan, yaitu

hubungan antar-manusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber-

ANTROPOLOGI SOSIAL 10
sumber daya akan merupakan sumbangan yang penting dalam upaya

mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi Indonesia.

Dengan demikian antropologi di Indonesia memiliki peran sebgai

konseptual dan teoretikal mampu untuk melakukan penelitian dan analisis

atas gejala-gejala yang menjadi ciri-ciri dari masyarakat majemuk yang telah

selama ini. Selain itu kajian-kajian etnografi sangat dibutuhkan dalam

perkembangan antropologi dewasa ini dan harus disesuaikan dengan upaya

pembangunan masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang multikultural.

Penelitian etnografi yang terfokus dan mendalam, yang akan mampu

mengungkap apa yang adai dibalik gejala-gejala yang dapat diamati dan

didengarkan, dan yang akan mampu menghasilkan sebuah kesimpulan dalam

mendukung pembangunan yang bersifat nasional itu. Selain itu pendekatan

kualitatif dan etnografi, yang biasanya dianggap tidak ilmiah karena tidak ada

angka-angka statistiknya digunakan dengan menggunakan metode-metode

yang baku, karena justru pendekatan kualitatif inilah yang ilmiah dan

obyektif dalam konteks-konteks masyarakat atau gejala-gejala dan masalah

yang ditelitinya. Dengan begitu antropologi Indonesia mempunyai ciri khas

yang berbeda dengan lainnya. Kajian-kajian yang bersifat kedalam.

Maksudnya adalah terfokus pada mengenali diri sendiri yakni masyarakat

Indonesia yang sangat majemuk. Banyaknya permasalahan-permasalahan

yang ada di dalam masyarakat Indonesia yang majamukseperti

multikuturalisme, kemiskinan struktural, korupsi tanpa henti, konflikkonflik

ANTROPOLOGI SOSIAL 11
kepentingan golongan, kesenjangan sosial ekonomi, ketidakpastian

pelaksanaan hukum, dan jurang generasi. Belum lagi fenomena global seperti

liberalisasi ekonomi, seperti pada krisis ekonomi global yang melanda dunia

dan berdampak kepada Indonesia sendiri memudarnya ideologi serta

meningkatnya komunikasi lintas-batas negara serta budaya inilah justru

menjadi kajian penting antropologi Indonesia. hal ini dimaksudkan sebagai

usaha mencari solusi dari permasalahan tersebut dan sebagai dedikasi ilmu

antropologi Indonesia dalam mendukung pembangunan yang bersifat

nasional.

Berbeda dengan antropologi luar Indonesia yang lebih keluar. Negara

dunia ketiga menjadi subjek penelitian seiring perkembangan ilmu

antropologi itu sendiri yang awal mulanya sebagi ilmu yang digunakan untuk

melihat masyarakat-masyarakat di luar barat yang dianggap “masyarakat

primitivlajar memahaminya.

ANTROPOLOGI SOSIAL 12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan

manusia yang terikat oleh suatu kesadaran dan identitas akan “kesatuan

kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali dikuatkan

juga oleh kesatuan bahasa. Dengan demikian, kesatuan kebudayaan bukan

suatu hal yang ditentukan oleh orang luar melainkan oleh warga kebudayaan

yang bersangkutan itu sendiri.

Aneka warna kebudayaan suku bangsa di dunia dibedakan berdasarkan

kriteria mata pencaharian, yaitu: Masyarakat pemburu dan peramu,

Masyarakat Peternak, Masyarakat peladang, Masyarakat Nelayan, dan

Masyarakat Perkotaan. Daerah-daerah kebudayaan di Amerika Utara yaitu:

Daerah kebudayaan Eskimo, Daerah Kebudayaan Yukon-Mackenzie, Daerah

Kebudayaan Pantai Barat Laut, Daerah Kebudayaan Dataran Tinggi, daerah

kebudayaan Plains, daerah kebudayaan hutan Timur, daerah kebudayaan

Dataran Kalifornia, daerah kebudayaan Barat Daya, darerah kebudayaan

Tenggara, dan daerah kebudayaan Meksiko.

Daerah kebudayaan di Asia, yaitu: Daerah kebudayaan Asia Tenggara,

Asia Selatan, Asia barat Daya, China, Stepa Asia Tengah, Siberia, Asia

Timur Laut, dan Suku-suku Bangsa di Indonesia.

ANTROPOLOGI SOSIAL 13
B. SARAN

Sebagai penyusun, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan

makalah ini, maka dari itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran dari para pembaca yang budiman.

ANTROPOLOGI SOSIAL 14

Anda mungkin juga menyukai