Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO STUDI KASUS : UNIT PELAKSANA TEKNIS

BALAI PENGUJIAN DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP BADAN


LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH
Anggi Ajie Permana,Winardi Dwi Nugraha,Mochtar Hadiwidodo
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak

Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sepanjang tahun 2009 telah
terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Bekerja dalam laboratorium kimia,
sebagaimana bekerja dalam industri kimia, pertambangan, dan bangunan, mengandung risiko
berupa bahaya terhadap keselamatan kerja (Imamkhasani, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bahaya yang ada di laboratorium, melakukan penilaian resiko dan melakukan upaya-
upaya pengendalian yang sesuai. Identifikasi bahaya dilakukan dengan meninjau aspek manusia,
lingkungan, proses, sistem ketenagakerjaan dan peralatan. Penilaian resiko kecelakaan kerja
dilakukan degan metode analisis semi kuantitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
BPL2H Provinsi Jawa Tengah memiliki 37 bahay dalam semua kegiatannya. Risiko yang ada di
BPL2H Provinsi Jaawa Tengah dari hasil penelitian secara profil bersifat acceptable atau rendah
sehingga pengendalian hanya dilakukan dengan mengurangi intensitas kegiatan yang
menimbulkan risiko seminimal mungkin.

Kata kunci : K3, manajemen risiko, identifikasi bahaya, penilaian risiko.

Abstrak

Data from the Ministry of Manpower and Transmigration mention in 2009 there have
been 54,398 cases of occupational accidents in Indonesia. Working in a chemical laboratory, as
well as working in the chemical industry, mining, and construction, contain risks include risks of
safety (Imamkhasani, 1990). This study intend to determine the hazards that exist in the
laboratory, perform risk assessments and control measures are appropriate. Hazard identification
is done by reviewing aspects of human, environmental, process, system of manpower and
equipment. Accident risk assessment carried out degan method of semi-quantitative analysis.
The results of this study concluded that BPL2H Central Java province has 37 of hazard in all its
activities. Risks in the Central Java BPL2H of research results are acceptable or low risk so the
control is only carried out by reducing the intensity of activities that pose a risk to a minimum.

Keyword : K3, risk management, hazard identification, risk assessment


1. Pendahuluan (OHSAS 18001, 2007). Identifikasi bahaya
Data Kementerian Tenaga Kerja dan
dilakukan dengan menggunakan metode
Transmigrasi menyebutkan sepanjang tahun
proaktif agar bahaya yang diperoleh bersifat
2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan
preventif. Penilaian risiko dapat dilakukan
kerja di Indonesia (www.
dengan metode kualitatif, semi-kuantitatif
jamsostek.co.id,2012). Menurut Santoso
dan kuantitatif (AN/NZS 4360, 2004).
(2004), kecelakaan dapat terjadi kapan saja
Namun karena data kuantiatif dalam
dan dimana saja yang dapat menimpa setiap
penelitian ini tidak mencukupi maka metode
pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan
semi-kuantiatif dipilih yang mampu
kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang
menggambarkan peringkat risiko yang yang
dipekerjakan.
ada di BPL2H Provinsi Jawa Tengah.
Bekerja dalam laboratorium kimia,
Pengendalian risiko untuk bahaya K3
sebagaimana bekerja dalam industri kimia,
dilakukan dengan pendekatan eliminasi,
pertambangan, dan bangunan, mengandung
substitusi, pengendalian teknis,
risiko berupa bahaya terhadap keselamatan
pengendalian administratif dan penggunaan
kerja (Imamkhasani, 1990). Tidak terkecuali
alat pelindung diri.
dengan risiko yang ada di laboratorium
2. Metode Penelitian
BPL2H Provinsi Jawa Tengah yang dalam Tahapan pada penelitian ini yang
kegiatannya menggunakan bahan-bahan pertama adalah pengumpulan data, dimana
kimia dan perlatan-peralatan yang dalam pada penelitian ini data yang diambil berupa
penggunaannya memiliki potensi terjadinya data primer dan data sekunder. Kemuadan
resiko bahaya bagi para pekerja. metode pengambilan data dilakukan dengan
Laboratorium ini sudah memiliki sarana K3 cara observasi, pengukran dengan alat, dan
akan tetapi belum mampu meminimalkan kuesioner. Tahapan selanjutnya adalah
risiko yang ada di laboratorium BPL2H identifikasi bahaya dimana identifikasi
Provinsi Jawa Tengah, sehingga diperlukan dilihat dari aspek manusia, lingkungan kerja,
analisis majaemen risiko yang mampu proses, sistem ketenagakerjaan dan
meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. peralatan. Tahapan penilaian risiko
Manajemen risiko sendiri memiliki 3 dilakukan dengan metode semi kuantitatif.
tahapan proses yaitu identifikasi bahaya, Pengendalian dilakukan dengan berdasar
penilaian risiko dan prngendalian risiko pada AN/NZS 4360 :2004.
Tabel 4.1
Hasil Identifikasi Bahaya pada kegiatan
Sampling
No Jenis Bahaya Risiko
Sampling kualitas air
Pingsan
1 Tenggelam
Kematian
Tertimpa box Memar
2
sampel Terkilir
Sampling kualitas udara ambient
Tertimpa box Memar
3
alat Terkilir
3. Hasil dan Pembahasan Tersandung Kerusakan
4
Analisa Identifikasi Bahaya Kabel Alat
Sengatan
Identifikasi bahaya yang dilakukan 5 Luka bakar
listrik
dalam penelitian ini mencakup kegiatan Tergores besi
sampling, kegiatan analisa di laboratorium 6 penunjang Luka gores
alat
dan kegiatan housekeeping.
Uji Emisi
1. Kegiatan Sampling
Terkena
Kegiatan sampling yang dilakukan 7 Luka bakar
knalpot
oleh BPL2H meliputi sampling kualitas air,
Pusing
kualitas udara ambient dan uji emisi 8
Terpapar gas Mual
kendaraan bermotor. Kegiatan sampling ini
emisi
menggunakan peralatan yang cukup banyak Sesak nafas
Pingsan
dan terkadang menggunakan jaringan listrik
Sengatan
sehingga memiliki potensi terjadinya 9 Luka bakar
Listrik
bahaya. Potensi bahaya yang dapat terjadi
Terpapar
pada kegiatan sampling dapat dilihat pada 10 Iritasi mata
partikel emisi
tabel 4.1. Konisi meja
Kerusakan
11 yang tidak
alat
stabil
Penggantian filter uji logam
12 Terjatuh dari Patah tulang
No Jenis Bahaya Risiko No Jenis Bahaya Risiko
tangga Terkilir Kontak dengan Iritasi
Memar 5 asam pekat kulit
Tertimpa box Luka
13 dari atas Memar 6 Tergores kaca gores

Sumber : Hasil Analisa, 2012 Menghirup Pusing


7
fhenol Mual
2. Kegiatan Analisa di Laboratorium Analisa kualitas air
Kegiatan analisa di laboratorium Pusing

adalah kegiatan yang berhubungan dengan Menghirup Mual


8
asam pekat Sesak
pengujian dari hasil sampling yang
nafas
dilakukan oleh pekerja BPL2H. Kegiatan
Iritasi
analisa ini meliputi analisa kualitas air dan
Kontak dengan kulit
analisa kualitas udara ambient. Hasil 9
asam pekat Iritasi
identifikasi bahaya dari kegiatan analisa di Mata
laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.2 Luka
10 Tergores kaca
Tabel 4.2 gores
Hasil Identifikasi Bahaya pada Kegiatan Terpapar panas Luka
Analisa di Laboratorium 11 COD reactor bakar

No Jenis Bahaya Risiko Penggunaan Oven

Preparasi larutan uji Terkena bagian Luka


12 dalam oven bakar
Pusing
Penggunaan desikator
Menghirup Mual
1 Tergores kaca Luka
asam pekat Sesak
13 penutup gores
Nafas
Tertimpa
Kontak dengan Iritasi
14 penutup Memar
2 asam pekat kulit
15 Terjepit Memar
Luka
Penggunaan AAS
3 Tergores kaca gores
Menghirup gas
Analisa kualitas udara ambient
sisa Sesak
Pusing
16 pembakaran nafas
Menghirup Mual
4 Kontak cairan
larutan asam Sesak
17 dengan listrik Kebakaran
nafas
Sumber : Hasil Analisa, 2012
3. Kegiatan Housekeeping Analisis Pengukuran Lingkungan Kerja
Kegiatan housekeeping ini meliputi
Aspek lingkungan kerja ditinjau
penataan alat dan bahan dalam kegiatan
melalui pengukuran pencahayaan, suhu dan
analisa di laboratorium. Hasil identifikasi
kelembaban serta kebisingan.
bahaya pada kegiatan housekeeping dapat
1. Pengukuran Penerangan di
dilihat pada tabel 4.3
Laboratorium BPL2H
Tabel 4.3
Hasil Identifikasi pada Kegiatan Pengukuran penerangan di
Housekeeping laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah
No Jenis Bahaya Risiko dilakukan di 7 ruangan yaitu, ruang kerja
Pengambilan Bahan Kimia dari tempat laboratorium air, ruang timbang, ruang
penyimpanan
spektofotometri air, ruang AAS, ruang
Pusing
bahan, ruang spektrofotometri udara dan
bau bahan Mual ruang kerja laboratorium udara. Hasil
1 kimia yang Sakit
pengukuran penerangan di BPL2H Provinsi
menyengat Tenggorokan
Jawa Tenga dapat dilihat pada tabel 4.4
Sesak nafas
Tabel 4.4
Pencucian alat gelas
Hasil Pengukuran Penerangan di
2 Tergores kaca Luka gores
Kontak dengan Laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah
3 sisa bahan Iritasi kulit
Hasil Standar
Lokasi Jumla
kimia N Pengukura Minimum Keteranga
Samplin h
o n Penreanga n
g lampu
Pelatakan alat tidak pada tempatnya (Lux) n
Tidak
1
4 Tersenggol Kerusakan alat 1 1 79 100 memenuh
buah
i
Penataan kabel yang kurang baik Tidak
1
2 2 79 100 memenuh
buah
5 Tersenggol Terjatuh i
Tidak
3
Sengatan 3 3 93 100 memenuh
buah
6 Kebakaran i
Listrik 3
Tidak
4 4 94 100 memenuh
buah
Peltakan alat desikator dan oven di meja i
Tidak
kerja 3
5 5 94 100 memenuh
buah
i
Ruang kerja Tidak
2
6 6 85 100 memenuh
7 berkurang Ketidaknyamanan buah
i
Tidak
Sumber : Hasil Analisa, 2012 7 7
2
91 100 memenuh
buah
i
8 Tidak
8 8 84 100
buah memenuh
Hasil Standar membuat pekerja kehilangan konsentrasi
Lokasi Jumla
N Pengukura Minimum Keteranga
Samplin h
o n Penreanga n
g lampu
(Lux) n sehingga memperbesar risiko terjadinya
i
Tidak
kecelakaan kerja.
8
9 9 84 100 memenuh
buah
i Kurangnya penerangan di BPL2H ini
Tidak
8 dikarenakan pekerja di BPL2H hanya
10 10 84 100 memenuh
buah
i
8
Tidak mengandalkan penerangan tambahan dari
11 11 83 100 memenuh
buah
i lampu yang ada di ruangan dan tidak
Tidak
8
12 12 92 100 memenuh
buah
i
mengunakan penerangan matahari secara
Tidak
13 13
8
92 100 memenuh langsung. Lampu yang digunakan di BPL2H
buah
i
1
Tidak Provinsi Jawa Tengah berjenis
14 14 40 100 memenuh
buah
i TL/fluorescent dengan daya 20 watt dimana
Sumber : Hasil Analisa, 2012
setiap ruangan dipasang lampu jenis ini
Penerangan di Laboratorium BPl2H
sesuai dengan luas ruangan.
Provinsi Jawa Tengah dari hasil pengukuran
2. Pengukuran Suhu di Laboratorium
dan analisis belum memenuhi standar
Pengukuran suhu di laboratorium
penerangan ini dapat dilihat pada
BPL2H Provinsi Jawa Tengah dilakukan di
perbandingan antara nilai penerangan yang
7 ruangan yaitu, ruang kerja laboratorium
diukur dengan nilai penerangan standar dari
air, ruang timbang, ruang spektofotometri
KepmenkesRINo1405/MENKES/SK/XI/200
air, ruang AAS, ruang bahan, ruang
2 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
spektrofotometri udara dan ruang kerja
kerja perkantoran dan industri dimana
laboratorium udara. Hasil pengukuran
beberapa ruangan masih jauh dibawah
temperatur dapat dilihat pada tabel 4.5.
standar minimal yang diharuskan. Hal ini
Tabel 4.5
dapat membahayakan bagi para pekerja Hasil Pengukuran Suhu di Laboratorium
yang bekerja di ruangan tersebut karena BPL2H Provinsi Jawa Tengah
Standar
Hasil
menurut Suma’mur (2009) upaya mata yang Lokasi Suhu
No Pengukuran Keterangan
Sampling Lingkungan
berlebihan karena penerangan yang kurang (oC)
Kerja
baik menjadi sebab kelelahan psikis/mental. 1 1 23.9 18 oC – 30
o Memenuhi
C
Menurut Firmansyah (2009), intensitas 2 2 24.1 18 oC – 30
o Memenuhi
cahaya atau penerangan bagi pekerja C
3 3 24.1 18 oC – 30
memeliki pengaruh yang signifikan terhadap o Memenuhi
C
kelelahan mata, kelelahan mata akan 4 4 23.8 18 oC – 30 Memenuhi
Hasil
Standar dilakukan di 7 ruangan yaitu, ruang kerja
Lokasi Suhu
No Pengukuran Keterangan laboratorium air, ruang timbang, ruang
Sampling Lingkungan
(oC)
Kerja spektofotometri air, ruang AAS, ruang
o
C
5 5 23.8 18 oC – 30 bahan, ruang spektrofotometri udara dan
o Memenuhi
C ruang kerja laboratorium udara. Hasil
6 6 23.6 18 oC – 30
o Memenuhi pengukuran kelembaban dapat dilihat pada
C
7 7 23.7 18 oC – 30 tabel 4.6.
o Memenuhi
C
Sumber : Hasil Analisa, 2012 Tabel 4.6
Hasil Pengukuran Kelembaban di
Tabel di atas menunjukan bahwa Laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah
Standar
temperatur ruangan di laboratorium BPL2H Hasil
Lokasi Kelembaba
N Pengukura Keteranga
sudah memenuhi ketentuan minimal Samplin n
o n n
g Lingkungan
(%RH)
7ndustry7re di ruang kerja yang mengacu Kerja
1 1 71.8 65% - 95% Memenuhi
pada dari Kepmenkes RI No 2 2 68.4 65% - 95% Memenuhi
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang 3 3 68.4 65% - 95% Memenuhi
4 4 71.2 65% - 95% Memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan kerja 5 5 71.5 65% - 95% Memenuhi
perkantoran dan 7ndustry. Hal ini dapat 6 6 71.2 65% - 95% Memenuhi
7 7 72.9 65% - 95% Memenuhi
terlihat dari kolom keterangan yang Sumber : Hasil Analisa, 2012
menunjukan bahwa semua ruangan memiliki Tabel diatas menunjukan bahwa
suhu yang memenuhi ketetuan yaitu antara kelembaban udara di laboratorium BPL2H
o
18-30 C . Hal ini karena BPL2H Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi
menggunakan Air Conditioner (AC) untuk ketentuan kelembaban di tempat kerja yang
memberikan suhu yang nyaman bagi pekerja berlaku yaitu yang diatur dalam Kepmenkes
sehinga pekerja dapat bekerja di ruangan RI No 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
laboratorium dengan nyaman dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja
meminimalkan risiko terjadinya bahaya perkantoran dan industri dimana standar
akibat kelelahan dini yang disebabkan oleh kelembaban yang berlaku adalah 65% -
temperatur yang terlalu tinggi. 95%, dari tabel diatas terlihat bahwa rata-
3. Pengukuran Kelembaban di rata kelembaban udara di BPL2H Provinsi
Laboratorium Jawa Tengah adalah 70.8 %. Dengan
Pengukuran kelembaban udara di kelembaban seperti ini pekerja di BPL2H
laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah dapat bekerja dengan
nyaman sehingga meminimalkan risiko perkantoran dan industri, Hal ini dapat
terjadinya bahaya akibat kelelahan dini yang dilihat dari nilai Leq dari setiap ruangan
diakibatkan kelembaban yang terlalu tinggi. yang jauh di bawah 85dB/8jam/hari. Hal ini
4. Pengukuran Kebisingan di karena kegiatan di laboratorium BPL2H
Laboratorium Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatannya
Pengukuran kebisingan di tidak menggunakan peralatan-peralatan yang
laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah menghasilkan kebisingan. Kondisi
dilakukan di 7 ruangan yaitu, ruang kerja kebisingan seperti ini dapat membuat
laboratorium air, ruang timbang, ruang pekerja dapat bekerja dengan aman dan
spektofotometri air, ruang AAS, ruang nyaman sehingga meminimalkan risiko
bahan, ruang spektrofotometri udara dan kecelakaan kerja. Menurut Suma’mur
ruang kerja laboratorium udara. Hasil (2009), kebisingan dapat mempengaruhi
pengukuran kebisingan dapat dilihat pada berkurangnya konsentrasi, ketelitian untuk
tabel 4.7 berbuat dan bertindak, gangguan
Tabel 4.7 komunikasi dengan pembicaraan. Apabila
Hasil Pengukuran Kebisingan di
hal ini dibiarkan akan meningkatkan risiko
Laboratorium BPL2H Provinsi Jawa Tengah
Stan kecelakaan kerja bahkan menimbulkan
Lo L1 L2 L3 L4 L5 L6 dar
kas
Mini
i Leq mum penyakit akibat kerja.
Sa
1 20 40 60 80 100 Kebi
mpl Dari hasil penilaian risiko yang
singa
ing
n
1 54.3 52.3 54.1 52.8 53.9 52.6 51.6 85 dilakukan didapatkan hasil penilaian risiko
2 53.2 54.3 52.1 54.2 55.2 53.7 52.3 85
3 52.3 53 55.7 56.1 54.5 53.7 53.3 85 profil BPL2H Provinsi Jawa Tengah seperti
4 52.1 50.7 50.6 51.5 51.5 51.2 49.3 85
5 53.3 53.7 53.7 54.9 54.2 53.9 52.1 85 pada grafik.
6 52.5 53.7 53 53.4 53.7 52.9 51.2 85
7 50.2 50.1 50.7 51.8 50.3 50.5 48.9 85 Hasill Penilaian Resiko di BPL2H
Sumber : Hasil Analisa, 2012 Provinsi Jawa Tengah
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai
60
kebisingan di laboratorium BPL2H Provinsi 40
20
Jawa Tengah masih memenuhi standar 0 Jumlah
Resiko
kebisingan di tempat kerja yang mengacu
pada Kepmenkes RI No
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan kerja
Grafik Hasil Penilaian Risiko di BPL2H ada di BPL2H provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah bersifat acceptable atau dapat diterima.
Sumber : Hasil Analisa, 2012 3. Berdasarkan hasil penilaian risiko yang
Grafik di atas menunjukkan bahwa dilakukan pengendalian risiko dapat
Balai Pengujian dan Laboratorium dilakukan dengan mengurangi intensitas
Lingkungan Hidup (BPLP2H) Provinsi Jawa kegiatan yang menyebabkan risiko
Tengah secara profil memiliki tingkat risiko seminimal mungkin.
rendah atau acceptable karena dari grafik Saran
1. Perencanaan program pencegahan
terlihat risiko acceptable memiliki frekuensi
kecelakaan kerja ini sebaiknya dibarengi
yang dominan dalam setiap kegiatan di
dengan penerapan SMK3 di BPl2H
BPL2H Provinsi Jawa Tengah.
Provinsi Jawa Tengah sehingga program-
Hasil penelitian ini sama dengan
program yang ada dapat berjalan dengan
penelitian yang dilakukan di Laboratorium
baik.
Lingkungan Teknik Lingkungan Universitas
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya
Diponegoro, dimana secara profil risiko
menggunakan analisis risiko kuantitatif
yang didapat rendah/acceptable. (Amanah,
sehingga hasil yang didapat lebih
2010)
menunjukkan kondisi sebenarnya di
4. Kesimpulan dan Saran
lapangan.

Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


1. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
Arikunto, Suharsini. 1999. Prosedur
yang dilakukan pada 5 aspek Penelitian Suatu Pendekatan
(manusia,lingkungan kerja ,proses, Praktik. Balai Pustaka, Jakarta.

ketenagakerjaan, dan peralatan) di Australian Standard/New Zeland Standard


4360 : 1999. Risk Management
BPL2H Provinsi Jawa Tengah diketahui Guideline, Sidney.
terdapat 37 (tiga puluh tujuh) potensi
Australian Standard/New Zeland Standard
bahaya yang dapat terjadi baik pada 4360 : 2004. Risk Management
kegiatan sampling, kegiatan analisa dan Guideline, Sidney.

kegiatan housekeeping. Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Industri. Graha
2. Berdasarkan hasil penilaian resiko yang Ilmu, Yogyakarta.
telah dilakukan di BPL2H Provinsi
Cahyono, A.B. 2004. Keselamatan Kerja
Jawa Tengah secara profil resiko yang Bahan Kimia di Industri. Gadjah
Mada University Press, Ramli, Soehatman, 2010. Pedoman Praktis
Yogyakarta. Manajemen Risiko Dalam
Perspektif K3 OHS Risk
Cross, Jean. 2000. SESC9211 Risk Management. Dian Rakyat, Jakarta.
Management. The University of
New South Wales, Sidney. Ramli, Soehatman.2010.Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Firmansyah, Fathoni. 2009. Pengaruh Dian Rakyat, Jakarta.
Intensitas Penrangan Terhadap
Kelelahan Mata pada Tenaga Ridley, Jhon. 2008. Kesehatan dan
Kerja di Bagian Pengepakan PT. Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Ikapharmindo Putramas Jakarta Erlangga, Jakarta.
Timur. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Prestasi
http://www.jamsostek.co.id/content/news.ph Pustaka, Surabaya.
p?id=1031, Diunduh pada, 4
Januari 2012, pukul 20.00. Smarta, La Tasya Adhanti &Arimbi, Ratna
Dewi.2012. Analisis Pengaruh
Imamkhasani, Soemanto.1992. Keselamatan Program Keselamatan dan
Kerja Dalam Laboratorium Kesehatan Kerja (K3) serta
Kimia.PT.Gramedia, Bandung. Motivasi Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan
Kodrat, Kimberly Febrina.2009. Pengaruh pada PT. Tehate Putratunggal.
Shift Kerja terhadap Kelelahan Universitas Bina Nusantara,
Pekerja Pabrik Kelapa Sawit di Jakarta.
PT.X Labuhan Batu. Universitas Al
azhar, Medan. Suardi, Rudi. 2005. Sistem manajemen
Keselamata dan Kesehatan kerja.
Kolluru, Raou V, et.Al.1996. Risk PPM. Jakarta.
Assessment and Management
Handbook. Mc Grow Hill Inc, New Subaris, Heru: Haryono. 2008. Higiene
York. Lingkungan Kerja. Mitra Cendikia
Press, Jogjakarta
Luthfiyah. 2010. Analisa Semi Kuantitatif
Hubungan Antara Hasil Analisis Sugiono. 2005. Metode Penelitian Bisnis.
Resiko Keselamatan Kerja dengan Edisi Ketiga. CV.Alfabeta,
Kecelakaan Kerja pada Bandung
Pengoperasia Boiler PT.
AerowisataCatering Service Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan
Jakarta. Universitas Islam Negeri Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Masagung, Jakarta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No Per- Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
05/MEN/1996 tentang Sistem Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Manajemen Keselamatan dan CV.Seagung Seto, Jakarta
Kesehatan Kerja. Direktorat Norma
Suliyanto. 2005. Metode Riset Bisnis. CV.
Keselamatan Kerja (DPNK3),
Andi Offset, Yogyakarta.
Jakarta
Tarwaka. 2008. Manajemen dan
Implementasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat Kerja.
Harapan Press, Surakarta.
Widyastuti, Palupi; Ester, Monica. 2006.
Bahaya Bahan Kimia pada
Kesehatan Mausia dan
Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai