Anda di halaman 1dari 10

Vol. III No.

1 April 2013

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM


PEMBANGUNAN DAERAH
PARTICIPATORY PLANNING IN LOCAL DEVELOPMENT

Aryati Puspasari Abady


Program Studi Ilmu Administrasi Publik Pasca Sarjana
Universitas 45 Makassar
Jl. Urip Sumoharjo Km 4 , Makassar 90231
Telp : 0411-452901

ABSTRACT

Planning is done by the current government is a plan that has been implemented by using the
mechanisms of the Regional Planning Council (Musrenbang) both at the village, district, county / city and
provincial level. Implementation plan based on community participation is based on Law No. 25 Year
2004 on National Development Planning System. Implementation Musrenbang conducted so far by the
government still needs to search and study further. This relates to whether the processes are carried out
only to be a legitimacy for the government to formulate a policy so that it becomes a justification that the
policies established through a participatory process or mechanism of development policy formulation
planning had been aspirational. Policies established through a participatory process has a high
acceptability if implemented. This is because all stakeholders are involved in every stage of policy
development planning.

Keywords: Planning, Participatory Local Development

ABSTRAK

Perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini merupakan perencanaan yang telah dijalankan
dengan menggunakan mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang)
baik di tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi. Implementasi
perencanaan yang berbasis pada partisipasi masyarakat didasarkan pada Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pelaksanaan Musrenbang yang
dilakukan selama ini oleh pemerintah masih perlu penelusuran dan kajian lebih lanjut. Hal ini berkaitan
dengan apakah proses yang dilakukan hanya menjadi sebuah legitimasi bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan sehingga menjadi sebuah pembenaran bahwa kebijakan yang ditetapkan tersebut
melalui proses yang partisipatif atau mekanisme perencanaan penyusunan kebijakan pembangunan
memang sudah aspiratif. Kebijakan yang ditetapkan melalui proses yang partisipatif memiliki
akseptabilitas tinggi jika diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena semua stake holder merasa
ikut dilibatkan dalam setiap tahapan penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah.

Kata kunci: Perencanaan, Partisipatif, Pembangunan Daerah.

25
Vol. III No.1 April 2013

A. PENDAHULUAN karena secara prinsip penyelenggaraan


otonomi daerah ditujukan guna mewujudkan
Kebijakan otonomi daerah dengan konsep masyarakat sejahtera di daerah yang ber-
sistem pemerintahan desentralisasi memberi- sangkutan, (Kaho, 2003: 120).
kan ruang kepada warga masyarakat untuk Perencanaan partisipatif yang dilaksana-
ikut berpartisipasi dan mengambil peran yang kan oleh pemerintah daerah mengacu pada
lebih besar dalam merumuskan kebijakan- regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah
kebijakan daerahnya, (Kurniawan, 2007; 79). pusat. Perencanaan pembangunan dengan
Dalam hal ini ada empat hal yang dapat diman- pelibatan masyarakat dilakukan dengan
faatkan seluas-luasnya oleh warga dengan mekanisme musrenbang mulai dari tingkat
kebijakan otonomi daerah dan sistem peme- kelurahan hingga di tingkat provinsi. Penye-
rintahan desentralistis. Pertama, partisipasi lenggaraan Musrenbang khususnya untuk
warga dalam pembuatan kebijakan dapat penyusunan.
memperkuat konsolidasi demokrasi. Kedua, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
warga dapat berpartisipasi dalam mencipta- dilakukan setiap tahun menjadi suatu hal yang
kan pemerintahan yang efektif dan efisien. cukup menarik karena kegiatan ini menjadi
Ketiga, warga akan dengan mudah menyalur- sebuah agenda rutin yang dijalankan oleh
kan aspirasinya dan berperan dalam meru- pemerintah daerah pada tahapan perenca-
muskan berbagai pembuatan kebijakan. naan pembangunan dengan pelibatan masya-
Keempat, akan meningkatkan pembagian hasil rakat. Teknis pelaksanaan kegiatan tersebut
dari sumberdaya alam dan kekayaan yang mengacu pada Surat Edaran Bersama oleh
dimiliki daerah. Kepala Bappenas dan Mendagri Nomor 0008/
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu M.PPN/01/2007 dan 050/264A/SJ tentang Pe-
jargon yang telah mengemuka saat ini tunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang.
pemerintahan yang baik (good governance). Pelibatan Masyarakat pada kegiatan
Dengan demikian proses pemerintahan yang Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD
dijalankan atas dasar partisipasi masyarakat yang selama ini dilaksanakan cenderung hanya
telah memiliki salah satu karakteristik sebagai menjadi sebuah justifikasi terhadap sebuah
pemerintahan yang baik, (Hosnan, 2007:36). proses perencanaan pembangunan daerah.
Keberadaan partisipasi masyarakat menurut Pemerintah memang memberikan ruang bagi
Budiarjo dalam Hosnan (2007) pada dasarnya masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
tidak terlepas dari pertimbangan bahwa proses perencanaan, namun pada tahapan
kedaulatan ada di tangan rakyat yang melaksa- penetapan program/kegiatan yang akan
nakannya melalui kegiatan bersama untuk ditetapkan sebagai kebijakan terkadang tidak
menetapkan tujuan serta masa depan masya- mengakomodir usulan yang berasal dari ke-
rakat itu dan untuk menentukan orang-orang butuhan masyarakat. Ruang yang diberikan
yang akan memegang tampuk pimpinan untuk oleh pemerintah kepada masyarakat hanya
masa berikutnya. Bahkan lebih jauh Bintoro sekedar untuk memenuhi ketentuan regulasi
Tjokroamidjojo (2004) mengatakan bahwa yang tercantum dalam Undang-udang Nomor
pembangunan yang meliputi segala segi 25 Tahun 2004 yang mensyaratkan bahwa
kehidupan, politik, ekonomi, dan sosial buda- mekanisme perencanaan pembangunan tetap
ya itu baru akan berhasil apabila merupakan memprioritaskan keterlibatan masyarakat
kegiatan yang melibatkan partisipasi dari secara luas. Hal ini juga sesuai dengan laporan
kegiatan seluruh rakyat di dalam suatu negara. hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahagijo
Adanya partisipasi masyarakat merupakan dan Triwibowo (2008) dari Perkumpulan
salah satu faktor dari keberhasilan otonomi Prakarsa yang melakukan penelitian terhadap
daerah. Masyarakat daerah, baik sebagai dominasi elite lokal dalam reformasi kebijakan
kesatuan sistem maupun sebagai individu, pro-poor di Kota Makassar dan Kota Kendari.
merupakan bagian integral yang sangat Penelitian ini menemukan bahwa jalur par-
penting dari sistem pemerintahan daerah, tisipatif terpinggirkan dalam arena dominan.

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
26
Vol. III No.1 April 2013

Kajian ini menemukan bahwa meskipun jalur Dari hasil penelusuran yang dilakukan,
politis, jalur teknokratis/birokratis dan jalur diketahui pula tingkat kehadiran masyarakat
partisipatif bekerja dalam arena perencanaan dalam penyelenggaraan musrenbang kelura-
dan penganggaran, namun jalur teknokratis han dan kecamatan dari tahun ke tahun masih
dan politis terlihat lebih dominan. di bawah angka 50 persen dari undangan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan yang diedarkan oleh pihak penyelenggara
bahwa terjadi diskoneksi antara proses Mus- (pemerintah dan LPM). Hal tersebut di atas
renbang dengan proses alokasi anggaran. juga diakui oleh kepala Bappeda Kota
Output perencanaan yang dibawa ke dalam Makassar dari hasil wawancara oleh media
arena penganggaran lebih didominasi oleh dan dipublikasi di internet yang menyatakan
output perencanaan teknokratis oleh bahwa minat masyarakat Makassar mengiku-
Walikota, Bappeda dan SKPD. Di sisi lain, ti Musrenbang masih rendah. Hal ini ber-
mekanisme penjaringan aspirasi masyarakat dasarkan hasil penelitian dari sejumlah
(Jaring Asmara) atau Musrenbang pada arena lembaga pemantau yang ada di daerah ini.
penganggaran juga tidak berjalan efektif. Laporan pemantau independen mencatat
Menurut penelitian tersebut, di Makassar bahwa hanya sekitar 40 persen partisipasi
justru menunjukkan bahwa mekanisme masyarakat dalam mengikuti kegiatan
musrenbang lebih dimanfaatkan sebagai Musrenbang. Justru yang hadir hanya pejabat
politik citra dengan strategi untuk mengukur grass rood (Ketua RT dan RW) dan Lembaga
derajat respon masyarakat, aspirasi dan Pemberdayaan Masyarakat (LPM).
orientasi politik semata. Ada kecendurungan
mekanisme Musrenbang tidak menjadi bagian B. PERENCANAAN PASRTISIPATIF DALAM
strategis yang bakal terumuskan dalam pro- PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK
gram pembangunan maupun dianggarkan.
Hasil penelitian Bahagijo dan Triwibowo Perencanaan partisipatif merupakan salah
(2008) menegaskan bahwa keterlibatan satu proses pembelajaran yang penting bagi
masyarakat nampaknya hanya sebatas pada masyarakat. Perencanaan partisipatif adalah
proses pengusulan program maupun kegia- perencanaan yang dalam tujuannya melibat-
tan pembangunan melalui LPM pada setiap kan kepentingan masyarakat, dan dalam pro-
kegiatan Musyawarah Perencanaan Pemba- sesnya melibatkan masyarakat baik langsung
ngunan baik di tingkat kelurahan dan kecama- maupun tidak langsung. Perencanaan par-
tan maupun di tingkat kota. Pada saat peme- tisipatif artinya menekankan partisipasi luas
rintah menyusun dokumen perencanaan yang dari semua stakeholders dalam proses peren-
berisi program/kegiatan prioritas, masyara- canaan dan pengambilan keputusan dalam
kat tidak dilibatkan sama sekali. Kondisi ini pembangunan, (Suratman, 2008)
yang menyebabkan dokumen perencanaan Konsep pembangunan partisipatif dike-
yang dihasilkan oleh pemerintah daerah mukakan oleh Nasrun (2008) yaitu pemba-
cenderung akomodatif. ngunan yang dilaksanakan oleh berbagai
Dalam penyelenggaraan kegiatan Musren- komponen kepublikan (pemerintah, swasta
bang yang dilakukan setiap tahun oleh dan organisasi masyarakat non pemerintah)
pemerintah, mulai dari tingkat kelurahan dan secara tersistem. Selanjutnya dinyatakan
kecamatan hingga pada penyelenggaraan bahwa ketertarikan sistemik dari berbagai
Musrenbang di tingkat kota memperlihatkan komponen kepublikan dalam pembangunan
kecenderungan tingkat partisipasi masyarakat daerah memerlukan langkah penyusunan
yang masih rendah. Hal ini terjadi pada portofolio yang didahului proses evaluasi in-
pelaksanaan musrenbang setiap tahunnya. ternal dengan menggunakan analisis SWOT.
Tingkat pertisipasi masyarakat dalam pelak- Perencanaan partisipatif menurut Abe
sanaan Musrenbang yang masih rendah juga (2008:81) adalah perencanaan yang dalam
diutarakan oleh lurah maupun camat sebagai tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam
fasilitator penyelenggaraan Musrenbang. prosesnya melibatkan masyarakat (baik

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
27
Vol. III No.1 April 2013

secara langsung maupun tidak langsung). Abe partisipasi masyarakat dalam administrasi
juga menawarkan dua bentuk perencanaan publik. Kedua, prinsip “decentralized govern-
partisipatif yaitu: pertama, perencanaan yang ment: from hierarchy to participation and
langsung disusun bersama rakyat, berupa teamwork” yang menunjukkan betapa pen-
perencanaan lokasi setempat (menyangkut tingnya manajemen partisipatif yang memu-
daerah di mana masyarakat berada) dan ngkinkan partisipasi dalam penyelenggaraan
berupa perencanaan wilayah yang disusun administrasi publik.
dengan melibatkan masyarakat secara per- Wamsley & Wolf (1996) mengumpulkan
wakilan; kedua, perencanaan yang disusun berbagai tulisan yang melukiskan betapa
melalui mekanisme perwakilan sesuai institusi pentingnya melibatkan masyarakat dalam
yang sah (seperti parlemen). administrasi publik pada posisi sebagai warga
Esensi pembangunan partisipatif adalah negara bukan sekedar sebagai pelanggan.
pembangunan yang dilaksanakan dengan Dalam bukunya menekankan betapa pen-
mengoptimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi tingnya democratic government yang menge-
manajemen; pembangunan yang mengaktual- depankan partisipasi masyarakat dalam
kan perilaku kepublikan (transparansi, kon- administrasi publik. Little (1996, dalam
sistensi, akuntabilitas dan kepastian hukum); Warmsley & Wolf 1996) menjelaskan konsepsi
pembangunan yang berorientasi pada peni- democratic public administration dengan
ngkatan kemandirian, kredibilitas, kemitraan memaparkan konsekuensi tiga substansi
dan keunggulan (K4). Conyers (1991:154- demokrasi. Government of the people berarti
155) menjelaskan tiga alasan utama mengapa pemerintahan masyarakat akan membawa
partisipasi masyarakat penting dalam proses legitimasi bagi administrasi publik. Govern-
pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masya- ment by the people berarti menjamin adanya
rakat dapat menjadi “telinga” untuk mempe- representasi administrator publik dan
roleh informasi mengenai kondisi, permasa- akuntabilitas administrasi publik terhadap
lahan dan kebutuhan masyarakat; (2) masyarakat. Government for the people berarti
efektifitas dan efesiensi dari program atau bahwa administrasi publik akan benar-benar
proyek pembangunan akan lebih mudah menjalankan kepentingan publik, bukan
dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi kepentingan birokrasi.
masyarakat dapat mengurangi beban biaya Gagasan administrasi publik demokratis
yang harus dikeluarkan untuk suatu imple- juga diungkapkan oleh Denhardt & Denhardt
mentasi pembangunan; dan (3) partisipasi (2007) dengan adanya perspektif new public
secara etik-moral merupakan hak demokrasi service yang menunjukkan betapa pentingnya
bagi rakyat, sehingga dengan partisipasi yang partisipasi masyarakat ini dalam administrasi
maksimal pemerintah sudah otomatis mere- publik. Arnstein (1971) mengemukakan teori
dam potensi resistensi dan proses sosial bagi yang cukup terkenal yaitu ladder of participa-
efek-efek samping pembangunan. tion (tangga partisipasi). Teori ini mengemu-
Partisipasi sebagai nilai dasar demokrasi kakan bahwa partisipasi sebagai bentuk
menjadi perhatian penting dalam administrasi kekuasaan masyarakat yang dapat mempe-
publik yang demoktratis. Pada dasarnya, ngaruhi perubahan pembuatan kebijakan.
gagasan partisipasi dalam administrasi publik Arnstein mengklasifikasikan derajat partisi-
mencakup dua ranah, yaitu manajemen pasi dalam tiga kategori yang dirinci ke dalam
partisipatif dan partisipasi masyarakat dalam delapan anak tangga partisipasi. Derajat
administrasi publik. Osborne & Gaebler (2005) terendah adalah non partisipasi. Partisipasi
mengungkapkannya ketika memasukkan dua yang terjadi pada level ini adalah aktifitas
prinsip yang menyentuh dua ranah tersebut partisipasi semu atau terjadi distorsi partisi-
dalam prinsip-prinsip reinventing govern- pasi. Derajat kedua memperlihatkan adanya
ment. Pertama, prinsip “community owned patisipasi (tokenism). Derajat ini lebih
government: empowering rather than serving” membuka ruang untuk dilakukan dialog publik
yang menunjukkan betapa pentingnya sehingga warga memiliki kesempatan untuk

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
28
Vol. III No.1 April 2013

menyampaikan aspirasi maupun pendapatnya, Pilihan publik didasarkan pada rational


namun pada derajat ini masyarakat belum ter- choice theory, (Frederickson & Smith, 2003).
lihat langsung dalam pengambilan kebijakan. Cendekiawan yang menjadi pioneer terhadap
Derajat ketiga adalah kendali warga. Pada rational choice ini adalah Adam Smith.
tingkatan ini, masyarakat memiliki akses yang Menurutnya bahwa orang-orang yang mela-
lebih besar dan keterlibatan secara langsung, kukan pencarian terhadap kepentingan diri
baik pada proses pembuatan kebijakan hingga mereka, melalui mekanisme ”invisible hand”,
pada tahap implementasi kebijakan oleh menghasilkan secara kolektif manfaat yang
pemerintah. Pada derajat ini terjadi redistri- menguntungkan bagi semua masyarakat.
busi kekuasaan dari pemerintah kepada ma- Menurut Nugroho (2003), model kebija-
syarakat melalui negosiasi. Burns, Hambleton kan pilihan publik merupakan proses formu-
dan Hogget kemudian mengem-bangkan teori lasi keputusan kolektif dari individu-individu
partisipasi publik yang lebih besar sesuai yang berkepentingan ataskeputusan tersebut.
dengan analisis pemerintahan daerah. Teori Pada intinya, setiap kebijakan publik yang
tersebut dinamakan “ladder of citizen empow- dibuat oleh pemerintah harus merupakan
erment” (tangga pemberdayaan masyarakat). pilihan dari publik yang menjadi pengguna
Beberapa pemikiran yang melatar- (beneficiaries atau customer dalam konsep
belakangi teori yang dikemukakan tersebut. bisnis). Proses formulasi kebijakan publik
Pertama, konsep yang dikemukakan oleh dengan demikian melibatkan publik melalui
Hirschman pada tahun 1970 dimana strategi kelompok-kelompok kepentingan. Secara
pemberdayaan terdiri atas dua pilihan, yaitu umum, ini adalah konsep formulasi kebijakan
exit dan voice. Kedua, pemikiran yang melatar- publik yang paling demokratis karena mem-
belakangi adalah pembedaan antara konsep beri ruang yang luas kepada publik untuk
pilihan, partisipasi dan kendali. Pemikiran mengkontribusikan pilihan-pilihannya kepada
ketiga adalah ruang lingkup kekuasaan warga. pemerintah sebelum diambil keputusan.
Partisipasi warga dalam ruang lingkup Model Kerangka Konseptual perencanaan
kekuasaan pemerintahan daerah dibedakan partisipatif dalam konteks pembangunan
dalam tiga wilayah pengambilan keputusan, daerah dituangkan dalam gambar skema
yaitu praktek operasional, keputusan ang- seperti dibawah ini:
garan, dan pembuatan kebijakan.
Analisis yang dilakukan Burns, Hambleton PRINSIP GOOD GOVERNANCE:
dan Hogget dengan berdasarkan pada bebe-
rapa pemikiran yang melatarbelakangi teori
ladder of citizen empowerment maka diperoleh
tiga derajat partisipasi masyarakat dan dua PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH
belas anak tangga. Masing-masing derajat
partisipasi dibagi dalam beberapa anak tangga
yang jaraknya tidak sama pada masing-masing
derajat. Berkaitan dengan partisipasi masya- SISTEM
TINGKAT
FAKTOR-FAKTOR
PENYELENGGARA YANG
rakat, tidak terlepas dari Teori Pilihan Publik
(Public Choice). Denhardt and Denhardt
(2007) menjelaskan salah satu ide dari new
public service adalah seek the public interest
dimana administrator publik harus memberi- MUSRENBANG
kan sumbangsih untuk membangun kepenti-
ngan publik bersama. Tujuannya tidak untuk
menemukan solusi cepat yang diarahkan oleh PENYUSUNAN RKPD
pilihan-pilihan perorangan tetapi mencip-
takan kepentingan bersama dan tanggung-
PENYELENGGARA PARTISIPASI
jawab bersama.

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
29
Vol. III No.1 April 2013

C. SISTEM PERENCANAAN Penyusunan daftar program dan kegiatan


PEMBANGUNAN DAERAH YANG prioritas dibuat berdasarkan indikator stan-
PARTISIPATIF dar sesuai dengan yang dipahami oleh masya-
rakat secara umum. Kaitannya dengan indika-
Award (1979:3 dalam Amirin, 1989:10) tor penentuan program dan kegiatan prioritas
menjelaskan bahwa sistem merupakan yang akan dijadikan acuan oleh masyarakat,
sehimpunan komponen atau sub sistem yang diketahui bahwa Bappeda sebagai penang-
terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan gungjawab pelaksana kegiatan Musrenbang
rencana untuk mencapai sesuatu tujuan masih kurang melakukan sosialisasi terhadap
tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka indikator skala prioritas standar yang dapat
dalam sistem perencanaan pembangunan dijadikan acuan oleh masyarakat. Tidak bisa
dibutuhkan berbagai masukan, proses mau- dipungkiri bahwa indikator prioritas tersebut
pun keluaran yang merupakan sub sistem sangat membantu masyarakat untuk dapat
yang akan menjadi satu sistem yang saling mengidentifikasi program dan kegiatan yang
berkaitan dengan tujuan untuk penyusunan dianggap prioritas. Dengan demikian, masya-
dokumen perencanaan yang baik. rakat memiliki perspektif yang sama untuk
Musyawarah perencanaan pembangunan memahami program dan kegiatan yang prio-
daerah yang dilaksanakan, baik untuk pro- ritas dilaksanakan oleh Pemerintah.
gram/kegiatan yang akan dilaksanakan untuk Hal yang cukup menarik dan sering terjadi
jangka panjang, jangka menengah maupun daftar prioritas program dan kegiatan yang
rencana jangka pendek seharusnya dilakukan telah dibuat sesuai dengan urutan prioritas.
dengan mengutamakan partisipasi masyara- Namun saat ada kepentingan dari penentu
kat sebagai wujud bottom-up planning. Hal ini kebijakan, baik yang berasal dari elite
dilakukan dengan melibatkan semua terma- eksekutif maupun yang berada di legislatif,
suk berbagai stakeholder terkait dengan dengan sendirinya daftar prioritas yang telah
mekanisme perencanaan pembangunan. dibuat akan mengalami perubahan urutan
Perencanaan yang dibuat oleh masyarakat prioritas. Intervensi politik memiliki pengaruh
diawali dengan membuat daftar kebutuhan yang besar terhadap bergesernya urutan
masyarakat dan merupakan masukan (input) skala prioritas karena besarnya kepentingan
dalam proses perencanaan untuk menjadi kelompok (interest group) terhadap pelaksa-
sebuah dokumen perencanaan yang mencer- naan program atau kegiatan tersebut.
minkan keterlibatan masyarakat secara luas. Program yang telah diidentifikasi ber-
Masukan yang dibuat oleh masyarakat dida- dasarkan berbagai indikator didanai melalui
sarkan pada berbagai permasalahan yang berbagai sumber pendanaan. Kegiatan yang
timbul dalam masyarakat untuk kemudian didanai melalui APBD Kabupaten/Kota, APBD
dijadikan sebagai program maupun kegiatan Provinsi serta APBN. Namun tidak sedikit
yang butuh penanganan sebagai solusi dalam usulan yang diharapkan oleh pemerintah
menyelesaikan masalah yang ada di dapat dilakukan melalui sharing. Berbagai
masyarakat. bentuk pembiayaan yang telah disebutkan
Penyusunan daftar kebutuhan masyarakat sebelumnya, juga dapat dibiayai melalui
belum melibatkan semua elemen masyarakat. bantuan dalam bentuk hibah dari berbagai
Kenyataan yang ditemui di lapangan diketahui lembaga donor baik yang berasal dari dalam
bahwa daftar kebutuhan yang dibuat oleh negeri maupun lembaga yang berasal dari
masyarakat melalui ketua RT dan RW yang luar negeri.
merupakan daftar inventarisasi sebagai hasil Model sharing pembiayaan program dan
identifikasi yang dilakukan sendiri oleh para kegiatan cukup penting untuk didorong untuk
ketua RT dan RW dan tidak melalui proses Pra direspon dan diberikan apresiasi. Hal ini
Musrenbang Kelurahan. Hal ini terjadi karena disebabkan karena inti partisipasi adalah
persepsi bahwa masyarakat sudah terwakili untuk menggugah masyarakat agar lebih
aspirasinya melalui para ketua RT dan RW. memiliki tanggungjawab bersama-sama

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
30
Vol. III No.1 April 2013

pemerintah dalam mengatasi persoalan yang Pelaksanaan Musrenbang membuka


ada di masyarakat. Dengan model sharing ter- ruang kemitraan kepada pemerintah kelu-
sebut, masyarakat juga akan memiliki tang- rahan dan kecamatan bersama-sama dengan
gungjawab moril (sense of belonging) untuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Kemi-
bisa memelihara hasil yang telah dibangun traan yang dilakukan atas pembagian tang-
secara bersama-sama. Dengan demikian, pro- gungjawab dan kewenangan pelaksanaan
gram dan kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan Musrenbang ternyata tidak sepe-
oleh masyarakat dapat dilaksanakan sesuai nuhnya dilaksanakan. Realitas yang masih
dengan yang diharapkan. terjadi yaitu penanggungjawab sekaligus
Program dan kegiatan prioritas yang di- pelaksana kegiatan Musrenbang dilakukan
usulkan masyarakat dan dianggap perlu oleh pemerintah kelurahan dan kecamatan.
mendapat perhatian serius dari pemerintah Hal ini yang menjadi salah satu pemicu
justru sering tidak diakomodir dalam doku- terjadinya disharmonisasi hubungan antara
men perencanaan. Langkah yang sering lurah dan camat dengan pengurus LPM.
dilakukan, baik oleh masyarakat maupun Bappeda sebagai leading sector pelaksana-
pemerintah adalah dengan membangun an kegiatan Musrenbang dan penyusunan
komunikasi secara informal dengan orang- RKPD belum bisa menyediakan informasi
orang yang memiliki kewenangan dalam yang memadai mengenai hasil pelaksanaan
pengambilan kebijakan melalui invisible hand kegiatan Musrenbang tingkat kabupaten/
sehingga bisa membantu untuk merea- kota. Informasi tersebut terkait dengan pro-
lisasikan kebutuhan masyarakat. Komunikasi gram ataupun kegiatan prioritas yang terako-
yang dibangun secara informal tersebut modir dalam dokumen perencanaan yang be-
ternyata menunjukkan hasil yang lebih opti- lum efektif disosialisasikan kepada masya-
mal dan efektif dalam memperjuangkan pro- rakat. Dengan demikian, kredibilitas Bappeda
gram dan kegiatan prioritas untuk diakomodir bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat,
dalam dokumen perencanaan serta dituang- bukan hanya proses perencanaan yang
kan dalam pembiayaan melalui APBD. dilakukan secara partisipatif , tetapi hasil dari
Inovasi lain yang dilakukan adalah menco- proses panjang dan melibatkan masyarakat
ba menggugah kepedulian para pengusaha juga bisa dipertanggungjawabkan.
yang melakukan aktifitas usaha di wilayah Tingkat kehadiran masyarakat pada
bersangkutan untuk berpartisipasi memba- penyelenggaraan Musrenbang kelurahan dan
ngun masyarakat yang berada di sekitarnya. kecamatan masih menunjukkan tingkat
Langkah yang dilakukan oleh masyarakat kehadiran yang rendah. Tingkat kehadiran
bersama-sama pemerintah setempat dengan masyarakat dioengaruhi berbagai faktor,
mengajukan proposal kepada para pengusaha namun khusus bagi masyarakat perkotaan
sebagai bentuk pertanggung-jawaban sosial faktor yang paling dominan mempengaruhi
pengusaha dalam bentuk Corporate Social tingkat kehadiran masyarakat adalah rutinitas
Responsibility (CSR) kepada masyarakat masyarakat yang tergolong cukup padat.
sekitarnya. Selain itu, langkah yang biasa Dengan demikian, masyarakat tidak memiliki
dilakukan adalah dengan mencoba melakukan waktu yang banyak untuk ikut terlibat
pendekatan dengan pihak pemerintah yang langsung pada kegiatan Musrenbang.
lebih di atas termasuk dengan pemerintah Keterwakilan masyarakat, khususnya
pusat dan lembaga donor dengan tujuan agar dalam penyelenggaraan Musrenbang Kelura-
bisa dilakukan penyelarasan program dan han belum sepenuhnya menghadirkan semua
kegiatan yang akan dilaksanakan dengan elemen masyarakat. Beberapa kelompok
usulan yang dimiliki oleh masyarakat. masyarakat belum terwakili termasuk masya-
rakat marginal, kelompok pendidik, maupun
D. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT beberapa elemen lain yang ada di masyarakat.
DALAM PENYELENGGARAAN Temuan menarik khususnya keterwakilan
MUSRENBANG masyarakat adalah pada saat penyusunan

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
31
Vol. III No.1 April 2013

dokumen perencanaan hasil Musrenbang masyarakat semakin kehilangan informasi


tingkat Kota, Bappeda tidak lagi mengikut- tentang usulan prioritas mereka yang disam-
sertakan masyarakat untuk ikut menentukan paikan dalam proses Musrenbang. Kondisi ini
program dan kegiatan prioritas yang akan menunjukkan bahwa komitmen pemerintah
diakomodir dalam RKPD. masih rendah dalam mewujudkan perenca-
Derajat partisipapsi masyarakat pada naan partisipatif melalui penyelenggaraan
kegiatan Musrenbang Kelurahan dan Keca- Musrenbang.
matan dikaitkan dengan derajat partisipasi Rendahnya komitmen pemerintah ter-
masyarakat dari Burn, Hambleton dan Gogget hadap penyelenggaraan Musrenbang yang
diketahui berada pada derajat partisipasi memicu sikap apatis masyarakat. Hal ini
warga (citizen participation). Namun setiap terkait dengan proses penyusunan program
tahapan berbeda anak tangga derajat parti- dan kegiatan prioritas yang belum transparan.
sipasinya. Dengan demikian, masyarakat memiliki ting-
Semakin tinggi jenjang pelaksanaan kat partisipasi yang rendah karena mereka
Musrenbang, partisipasi masyarakat semakin menganggap bahwa penyelenggaraan Mus-
rendah anak tangga partisipasinya. Dengan renbang belum bisa dijadikan media yang
kata lain bahwa partisipasi masyarakat tinggi efektif untuk menyalurkan aspirasi serta
pada tahapan Musrenbang lebih awal (Kelu- mengusulkan program dan kegiatan yang
rahan dan Kecamatan), namun semakin tinggi prioritas dari masyarakat untuk ditangani oleh
tingkatan pelaksanaan musrenbang (Kota dan pemerintah.
Provinsi) partisipasi masyarakat justru
semakin rendah karena ruang yang diberi- 2. Komunikasi
kan (public space) sudah berkurang. Besarnya pengaruh komunikasi secara
informal terhadap penyusunan dokumen pe-
E. FAKTOR-FAKTOR YANG rencanaan yang mengakibatkan daya tarik
MENENTUKAN TINGKAT PARTISIPASI Musrenbang kurang kuat untuk mewujudkan
MASYARAKAT DALAM perencanaan partisipatif. Dengan kata lain,
PENYELENGGARAAN MUSRENBANG penentuan program dan kegiatan prioritas
justru efektif dilakukan melalui komunikasi
1. Komitmen Pemerintah informal yang dilakukan secara “invisible hand”
Komitmen pemerintah dalam hal perenca- oleh masyarakat terhadap pemerintah mau-
naan partisipatif melalui penyelenggaraan pun penentu kebijakan.
Musrenbang belum dilaksanakan sepenuhnya. Dalam konteks perencanaan partisipatif
Hal ini dapat dilihat dari proses tahapan Mus- melalui mekanisme Musrenbang, maka dalam
renbang yang belum dijalankan dengan benar rangka meningkatkan partisipasi masyarakat
seperti proses Pra-Musrenbang padahal pro- dalam penyelenggaraan Musrenbang peme-
ses inilah yang sesungguhnya menjadi entry- rintah sudah seharusnya menjadikan Musren-
point bagi masyarakat secara umum untuk bang sebagai satu-satunya media komu-nikasi
menyalurkan aspirasi dan kebutuhan mereka. bagi masyarakat untuk mengusulkan
Selain itu, pemerintah juga tidak melibatkan berbagai program prioritas. Komunikasi in-
masyarakat dalam proses penentuan program formal bisa dilakukan, namun tetap mengacu
dan kegiatan prioritas. Masyarakat hanya pada dokumen hasil Musrenbang yang telah
terlibat dalam bentuk pemberian usulan pro- dilakukan oleh masyarakat.
gram sedangkan penetapan program dan Dengan demikian, masyarakat akan
kegiatan yang menjadi prioritas sebahagian memiliki motivasi untuk ikut berpartisipasi
besar bukan merupakan hasil usulan dalam penyelenggaraan Musrenbang karena
masyarakat. dokumen perencanaan hasil pelaksanaannya
Hal lain adalah program dan kegiatan yang dijadikan acuan oleh pemerintah dalam
telah ditetapkan tidak disampaikan kembali mengakomodir usulan masyarakat dalam
pada kecamatan atau kelurahan. Akibatnya, dokumen perencanaan dan anggaran.

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
32
Vol. III No.1 April 2013

3. Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat lahan dan kebutuhan prioritas. Disalurkan


Tingkat sosial ekonomi masyarakat me- dengan proses yang baik dan mengakomodasi
miliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi berbagai kebutuhan semua elemen masyara-
masyarakat. Masyarakat yang memiliki ting- kat. Daftar kebutuhan masyarakat dibuat ber-
kat sosial ekonomi yang lebih baik dan berada dasarkan analisa dan pertimbangan potensi
pada tingkat menengah ke atas memiliki wilayah masing-masing. Dengan demikian,
partisipasi cenderung sedikit lebih rendah format yang baku diberlakukan oleh pemerin-
dalam kegiatan Musrenbang kelurahan dan tah kota sebaiknya disinergikan dengan kea-
kecamatan. Jika dibandingkan dengan par- rifan lokal dari masyarakat serta wilayahnya.
tisipasi masyarakat yang memiliki tingkat Pelaksanaan program dan kegiatan yang
sosial ekonomi menengah ke bawah yang dibiayai dari berbagai sumber, baik berasal
memiliki tingkat partisipasi yang lebih baik. dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi
Hal ini disebabkan karena masyarakat maupun APBN atau bahkan bantuan/hibah
yang memiliki rutinitas yang cukup padat dari lembaga donor tidak menjadi masalah,
dengan berbagai kegiatan memiliki keter- namun tetap mengacu pada pemenuhan
batasan waktu untuk ikut serta secara aktif kebutuhan masyarakat. Banyak program dan
dalam kegiatan Musrenbang. Namun di sisi kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
lain, mereka tidak menutup diri dan berpartisi- merupakan program dan kegiatan reaktif dan
pasi dalam bentuk sumbangan pemikiran masih sedikit program dan kegiatan yang
maupun media penghubung yang efektif bersifat proaktif terhadap berbagai permasa-
dengan para pengambil kebijakan, karena lahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dan
mereka memiliki hubungan yang cukup erat sangat terbatas program dan kegiatan yang
dengan para elite yang ada di eksekutif mau- lahir dari pemerintah bersifat antisipatif
pun di legislatif. Sehingga golongan masyara- terhadap berbagai permasalahan yang
kat tersebut berpartisipasi dalam perenca- mungkin di masyarakat.
naan pembangunan namun dilakukan secara Derajat partisipasi masyarakat dalam
pasif karena tidak menghadiri secara lang- mekanisme Musrenbang sudah berada pada
sung kegiatan Musrenbang yang dilaksanakan. derajat partisipasi warga (citizen participa-
Dengan rutinitas yang cukup padat, tion). Namun terjadi perbedaan anak tangga
menyebabkan masyarakat yang berasal dari pada setiap tahapan Musrenbang, semakin
latar belakang ekonomi menengah ke atas tinggi tingkatan pelaksanaan Musrenbang,
tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi semakin rendah derajat partisipasi masyara-
dalam penyelenggaraan Musrenbang. Selain kat dalam pelaksanaan Musrenbang.
karena alasan tersebut, masyarakat yang Berbagai faktor yang mempenagruhi
memiliki tingkat sosial ekonomi yang cukup terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam
mapan cenderung lebih individual karena penyelenggaraan Musrenbang adalah: (1)
mereka beranggapan bahwa hamper semua komitmen pemerintah; (2) komunikasi; dan
kebutuhannya dapat dipenuhi, baik oleh upaya (3) tingkat sosial ekonomi masyarakat.
mereka sendiri atau melalui hubungan yang
baik dengan para penentu kebijakan yang ada DAFTAR PUSTAKA
di eksekutif maupun di legislatif tanpa harus
berpartisipasi dalam kegiatan Musrenbang. Abe, A. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif.
Solo: Pondok Edukasi.
E. KESIMPULAN
Arnstein, Sherry R. 1971. “Eight Rungs on
Perencanaan partisipatif dalam pembangu- the Ladder of Citizen Participation” in
nan daerah dapat dilaksanakan pemerintah Edgar S. Cahn and Barry A. Passet.
jika didukung dengan sistem perencanaan Citizen Participation: Effecting Com-
yang baik, dimana masukan dari masyarakat munity Change. New York: Praeger
yang berasal dari hasil identifikasi permasa- Publishers.

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
33
Vol. III No.1 April 2013

Burns, Danny. Robin Hambleton and Paul Jurnal Membangun Indonesia dari
Hogget. 1994. The Politics of Decen- Daerah: Partisipasi Publik dan Politik
tralization: Revitalizing Local Democ- Anggaran Daerah. Jakarta: JICA.
racy. London: Macmillan.
Nasrun, Mappa. 2008. Makalah: Pembangu-
Denhardt, Janet V. and Robert B. Denhardt. nan Partisipatif. Kriteria Kelayakan dan
2007. The New Public Service: Serving, Normatif. Makassar.
not Steering (Expanded Edition).
Armonk, New York: M.E. Sharpe. Nugroho D, Riant. 2003. Reinventing Pemba-
ngunan. Menata Ulang Paradigma
Frederickson, H. George and Kevin B. Smith. Pembagunan untuk Membangun Indo-
2003. The Public Administration Theory nesia Baru dengan Keunggulan Global.
Primer. USA: Wesview Press. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hosnan. 2007. Mendorong Partisipasi Osborne, David & Ted Gaebler. 2005.
Masyarakat dalam Pembangunan Mewirausahakan Birokrasi. Reinvent-
Daerah. Jurnal Membangun Indonesia ing Government. Jakarta: PPM.
dari Daerah: Partisipasi Publik dan
Politik Anggaran Daerah. Jakarta: JICA. Tjokroamidjojo, Bintoro. 2004. Reformasi
Nasional Penyelenggaraan Good Gover-
Kaho, Josef Riwu. 2003. Prospek Otonomi Daerah nance dan Perwujudan Masyarakat
di Negara Kesatuan Republik Indonesia: Madani. Jakarta: Lembaga Administrasi
Faktor-faktor yang Mem-pengaruhi Negara.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Cetakan III. Jakarta: Rajawali Pers. Wamsley, Gary L. And James F. Wolf. 1996.
Refounding democratic public adminis-
Kurniawan, Apep Fajar. 2007. Otonomi tration: modern paradoxes, postmodern
Daerah: Menumbuhkan Partisipasi challenges. Thousand Oaks, California:
Warga dalam Pembuatan Kebijakan. Sage Publications.

*********

Perencanaan partisipatif dalam pembangunan daerah


Participatory planning in local development - Aryati Puspasari Abady
34

Anda mungkin juga menyukai