Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial menjadi tantangan

di seluruh dunia karena infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas

dan mortalitas serta meningkatkan biaya kesehatan disebabkan terjadi

penambahan waktu pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Prevalensi

infeksi nosokomial di negara berkembang dengan sumber daya terbatas

lebih dari 40% (Alp, dkk, 2011 dalam Masloman, 2015).


Masa kerja atau pengalaman dapat berdampak kepada kinerja menurut

(Siagian, 2000 dalam Masdalifa, 2006). Semakin lama seseorang bekerja

maka makin trampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan

pekerjaan. Kinerja yang dimaksud kinerja dalam melaksanakan asuhan

keperawatan tentunya semua tindakan keperawatan yang telah disusun

sesuai dengan standar keperawatan yang dikeluarkan departemen kesehatan

maupun instansi dalam bentuk standar operasional prosedur (Pasaribu, 2006

dalam Moniung, 2016).


Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Moniung (2016)

dimana dalam hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara lama masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan

SOP pemasangan infus, perawat dengan masa kerja 6-10 tahun lebih patuh

terhadap pelaksanaan SOP dibandingan dengan perawat yang masa kerja

kurang dari 5 tahun, dimana penelitian ini dilaksanakan di RSU Manado.

Lama kerja yang biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja

dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang sampai

1
saat penilaian kinerja. Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan lebih

baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sehingga

karyawan akan patuh terhadap aturan yang sudah diberikan sedangkan sikap

adalah sebuah itikat dalam diri seseorang untuk tidak melakukan atau

melakukan pekerjaan tersebut sebagai bagian dari aktivitas yang

menyenangkan (Hakim, 2014)


Bentuk perwujudan sikap profesional dari asuhan keperawatan,

Departemen kesehatan Republik Indonesia telah memberlakukan adanya

standar prosedur operasional (SPO) atau prosedur tetap yang meliputi SPO

Profesi, SPO Pelayanan, dan SPO Administrasi. Apabila pelayanan rumah

sakit sudah memberikan pelayanan sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan dalam standar, maka pelayanan kesehatan atau keperawatan

sudah dapat dipertanggung jawabkan (Depkes RI, 2005 dalam Widhori,

2014).
Sikap kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap

aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan perawat dalam

melakukan standar prosedur operasional diartikan sebagai ketaatan untuk

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan SPO tindakan yang telah

ditetapkan. Sikap untuk patuh individu didasari karena adanya suatu itikat

baik dari individu untuk memperoleh kepuasan dari sesuatu yang dilakukan

selama ini (Hakim, 2014)


Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut

maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

prevalensi pasien dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi penduduk.

Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena

pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka dekubitus

2
(21.00%). Pada tahun 2009, MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di

Amerika melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan

etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110.30 juta kasus,

luka trauma 1.60 juta kasus,luka lecet ada 20.40 juta kasus, luka bakar 10

juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena 12.50 juta kasus,

ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun, karsinoma 0.60

juta pertahun, melanoma 0.10 juta, komplikasi kanker kulit ada sebanyak

0.10 juta kasus (Diligence, 2009).


Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang

dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.

Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi

nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluan

Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, pneumonia

24,5% dan infeksi saluan napas lain 15,1% serta infeksi lain 32,1% (Depkes

RI 2008 dalam Masloman, 2015).

Kecelakaan lalu lintas juga menyumbang angka kejadian luka, baik

luka ringan dan luka terbuka yang terjadi di dunia dan di Indonesia.

Menurut data WHO pada tahun 2015, 79 negara mengalami penurunan

tingkat fasilitas kecelakaan, sementara 68 negara lainnya justru bertambah.

Dari sisi jenis kendaraan, kecelakaan antar motor atau kendaraan roda dua

menempati urutan teratas yang sangat rentan terlibat kecelakaan lalu lintas

sekitar (23%). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat

kecelakaan laulu lintas yang cukup tinggi. Menurut data Korp Lalu Lintas

Mabes Polri pada tahun 2015 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas mencapai

23.000 kasus (Khakim, 2016)

3
Berdasarkan Data Riskesdas (2013) Proporsi jenis luka atau macam

luka akibat trauma di Indonesia didominasi oleh luka lecet/memar sebesar

70,9%, terbanyak terdapat di Banten 76,2% dan yang terendah di Papua

yaitu 59,4%. Jenis cedera terbanyak ke dua adalah terkilir, rata-rata di

Indonesia 27,5%. Ditemukan terkilir terbanyak di Kalimantan Selatan

sebesar 39,3%. Luka robek menduduki urutan ketiga jenis cedera terbanyak,

jenis luka ini tertinggi ditemukan di Papua sekitar 48,5% jauh di atas

Indonesia yaitu 23,2% dan terendah di DI Yogyakarta 14,6%.

Dari data tersebut perlunya penanganan perawatan luka yang bai,dan

sesuai prosedur untuk menghindari peningkatan jumlah kejadian infeksi dan

komplikasi lain yang disebabkan oleh perawatan luka yang kurang benar.

Oleh sebab itu perlu dipahami an dilaksanakan perawatan luka yang sesuai

dengan standar prosedur operasional oleh perawat yang melaukan tindakan

perawatan luka.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puguh Widiyanto, dkk. Di

rumah sakit di Jawa Tengah ditemukan angka infeksi nosokomial pada

tahun 2010 yaitu 0,89% (Firdaus, 2016)

Menurut Lubis (2004) keberhasilan pengendalian infeksi pada

tindakan perawatan luka bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan

yang ada. Tetapi ditentukan oleh kesempurnaan petugas dalam

melaksanakan perawatan klien secara benar.

Penerapan tekhnik dan prosedur yang benar dari petugas merupakan

perilaku yang paling penting dalam upaya pencegahan infeksi. Kejadian

4
infeksi luka sangat erat kaitannya dengan praktek keperawatan profesional

yang menerapkan universal precautions yaitu suatu bentuk tindakan perawat

dalam upaya melakukan antisipasi untuk pencegahan masuknya kuman

kepada klien yang sakit (potter dan perry 1995, dalam setiyawati 2008).

Rumah sakit Umum William Booth Semarang telah memiliki Standart

Prosedur Operasional yang telah di tetapkan sebagai acuan dalam

melaksanakan tindakan. Berdasarkan kebijakan dari Depkes. RI, 2001,

bahwa program peningkatan mutu asuhan keperawatan diselenggarakan

melalui kegiatan–kegiatan studi dokumentasi asuhan keperawatan, persepsi

pasien terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi pelaksanaan

tindakan keperawatan berdasarkan SOP. Hasil rekapitulasi kegiatan

observasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada bulan

Mei – Juli 2015 terhadap SOP mengganti balutan/perawatan luka,

menunjukkan ada beberapa hal yang masih belum dilakukan perawat sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan antara lain : Pada saat melakukan tindakan

mengganti balutan luka, perawat tidak menyiapkan dan tidak menggunakan

perlak dan pengalas, hanya menggunakan sarung tangan sekali pakai, tidak

menjelaskan prosedur pada klien tentang langkah-langkah perawatan luka,

setelah melakukan tindakan perawatan luka dari pasien yang satu ke pasien

yang lain perawat tidak mencuci tangan, tidak memisahkan peralatan yang

bersih dan yang steril, dan tidak menggunakan sampah medis.

Dari hasil data dari Rumah Sakit Umum William Booth lama masa

kerja perawat sangat bervariasi rata-rata perawat dengan masa kerja yang

lama, dan sebagian adalah perawat dengan masa kerja baru. Rumah Sakit
5
William Booth memilki acuan dalam menentukan masa kerja. Perawat yang

sudah bekerja lebih dari 3 tahun dikatakan senior dan yang kurang dari 3

tahun dikatakan yunior.

Dalam Bidang Keperawatan sendiri telah memiliki standart prosedur

perawatan luka, namun implementasi dilapangan masih ditemukan beberapa

perawat yang tidak melakukan sesuai SPO. Ada banyak hal yang

mempengaruhi seperti lupa, grogi, keterbatasan alat, dan tidak menahu

dalam step tertentu dalam SPO.

Telah dilakukan studi pendahuluan terhadap 6 karyawan dengan masa

kerja yang bervariasi, saat dilakukan pengecekan dengan ceklist hasil

perawatan luka yang dilakukan oleh 10 karyawan di dapatkan hasil 4

karyawan melakukan tindakan perawatan luka sesuai dengan SPO dan

karyawan tersebut dalam masa kerja 3-5 tahun sedangkan 6 karyawan

melakukan tindakan perawatan luka tidak sesuai dengan SPO dan karyawan

tersebut dalam masa kerja bervariasi yaitu 2 karyawan dengan masa kerja 3

tahun, 3 karyawan dengan masa kerja 5 tahun dan 1 karyawan dengan masa

kerja 6,5 tahun.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lama

Kerja Dengan Teknik Perawatan Luka Standart Operasional Prosedur di

RSU William Booth Semarang”.

B. Rumusan Masalah

6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan

masalah yaitu “Hubungan Lama Kerja Dengan Teknik Perawatan Luka Sesuai

Standart Operasional Prosedur di RSU William Booth Semarang”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi adakah hubungan lama kerja dengan Teknik Perawatan

Luka Sesuai Dengan Standart Operasional Prosedur di RSU William Booth

Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan karakteristik lama kerja perawat di RSU William

Booth Semarang
b. Untuk mendeskripsikan tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan

teknik perawatan luka sesuai dengan Standart Operasional Prosedur di

RSU William Booth Semarang.


c. Untuk menganalisis hubungan lama kerja dengan Teknik Perawatan Luka

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur di RSU William Booth

Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSU Wlliam Booth Semarang

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pembanding

untuk perbaikan mutu pelayanan Rumah sakit khususnya Tentang proses

perawatan luka sesuai Standart Prosedur Operasional.

2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Karya Husada


Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk penambah refrensi

tambahan untuk menunjang penelitian selanjutnya atau refrensi sumber

belajar dalam proses kegiatan belajar mengajar.


3. Bagi Tenaga Kesehatan atau Responden

7
Diharapkan dapat digunakan untuk masukkan dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan dalam pelayanan kesehatan

mengenai Perawatan Luka sesuai Standart Prosedur Operasional.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara ilmiah mengenai

pelaksanaan perawatan luka sesuai dengan Standart Prosedur Operasional

di RSU William Booth Semarang.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan hasil penelitian dapat menambah studi keputustakaan

mengenai hubungan lama kerja dengan teknik sterilisasi proses perawatan

luka tingkat dan dapat digunakan sebagai alat dasar bagi peneliti

selanjutnya.

E. Originalitas Penelitian

NO JUDUL TAHUN HASIL PERBEDAAN


1 Hubungan Lama Kerja Frisilia Terdapat hubungan Desain Penelitian yang
Dengan Kepatuhan antara lama kerja digunakan adalah
Moniung
Perawat Dalam dengan kepatuhan obsevasional analitik
(2016)
Melaksanakan Sop perawat dalam dengan pendekatan cross
Pemasangan Infus Di RSU melaksanakan SOP sectional dan data
Gmim Pancaran Kasih pemasangan infus. dikumpulkan menggunakan
Manado lembar observasi. Sampel
diambil dengan teknik
pengambilan consecutive
sampling yaitu 40 sampel
2 Faktor Pendukung Dan Aeni, Teridentifikasi lima Penelitian ini menggunakan

Penghambat Pelaksanaan Wiwin tema yakni desain kualitatif dengan

Supervisi Untuk Nur pelaksanan pendekatan fenomenologi


8
Meningkatkan Kepatuhan (2016) supervisi, pada lima partisipan utama

Perawat Dalam peningkatan dan dua partisipan

Menerapkan SPO pelaksanaan triangulasi menggunakan

Pemasangan Infus Di supervisi, harapan metode purposive sampling.


Pengumpulan data
RSUD Indramayu supervisor, masalah
dilakukan dengan
pelaksanaan
wawancara mendalam dan
supervisi, dan
analisa data menggunakan
ketidakpatuhan
Analisis Interaktif menurut

Milles dan Huberman


3 Hubungan Lama Masa Ismail Tidak ada Deskriptif analitik dengan

Kerja Dengan Kepatuhan (2011) hubungan antara pendekatan Cross Sectional.


Dengan teknik obesevasi
SOP Pemasangan Infus masa kerja dengan
dengan checklist. Sampel
Dan Kepatuhan Terhadap kepatuhan
yang digunakan adalah 50
SOP Perawatan Luka Post pemasangan infus
perawat ruangan.
Operasi sesuai SOP dan

Terdapat hubungan

yang signifikan

antara masa kerja

dengan kpatuhan

perawatan luka

sesuai SOP.
4 HUbungan Lama Masa Galang - Metode adalah Deskriptif

Kerja Dengan Kepatuhan Pantiner Analitik dengan pendekatan

Proses Perawatan Luka (2017) Cross Sectional dengan

Sesuai Dengan Standart menggunakan checklist

9
Prosedur Operasional Baku dari RSU William

(SPO) Di RSU William Booth Semarang. Dengan

Booth Semarang. Teknik sampel: Total

Samplling. Dengan Kriteria

Eksklusi dan Inklusi

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Ardyan Wanto.(2014). Uji Efektifitas Penggunaan Daun Salam ( Syzygium


Polyanthum ) Dan Madu Serta Nacl 0,9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Akut Pada Tikus Putih ( Rattus Norvegicus Strain Wistar ). Diakses Oktober 2017

Moniung, F, Rompas, M, Lolong, J. (2016). Hubungan Lama Kerja Dengan


Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Sop Pemasangan Infus Di RSU Gmim
Pancaran Kasih Manado. Diakses Agustus 2017

Hakim, Arif. (2014). Perbedaan Lama Kerja Perawat Dengan Sikap Kepatuhan
Terhadap Standar Prosedur Operasional. Diakses September 2017

Khakim, .(2016). Hubungan Antara Umur, Tingkat Pendidikan , Masa Berkendara


Dan Pengetahuan Dengan Perilaku Safety Riding. Diakses Oktober 2017

Masloman, Anugrah Perdana. ( 2015). Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Kamar Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano.
Diakses September 2017

Haratati. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Plebitis dengan


Kepatuhan Melaksanakan Standar Prosedur Oprasional Pemasangan Infus pada
BBLR di RSUD RD. Soediran. Diakses Agustus 2017

Firdausy, Dea Afra .2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Penggunaan Antiseptic Hand Rub Pada Penunggu Pasien Rawat Inap Di Bangsal
Dahlia Kelas Iii Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346). Diakses
November 2017

Widiyanto, Puguh.2013. Pengaruh Pelatihan Supervisi Terhadap Penerapan


Supervisi Klinik Kepala ruang dan Peningkatan Kualitas Tindakan Perawatan
Luka Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung . Prosiding Konferensi Nasional
Ppni Jawa Tengah 2013. Diakses November 2017
10

Anda mungkin juga menyukai