Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Gangguan Psiotik”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa Bapak Agus Wiwit S.Kep.,Ns.,M.Kep. yang
telah banyak meluangkan waktu guna memberikan bimbingan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril
maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman mahasiswa tingkat 2A kelompok 4 Program Studi DIII Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2017/2018 yang selalu memberikan
dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi tersusunnya makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Ponorogo,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................. i
SAMPUL DALAM ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Definisi Gangguan Psikotik
A. Pengertian Psikotik
Ganggguan psikosis adalah suatu gangguan kejiwaan yang dapat terjadi
ketika seseorang kehilangan kemampuannya untuk membedakan apakah
yang dialaminya itu pengalaman yang berdasarkan realita atau bukan.
Suatu gangguan sudah dikatakan psikosis apabila terdapat gejala berupa
waham atau halusinasi. Gangguan yang termasuk ke dalam kelompok
psikosis adalah skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan
waham, brief psikotik disorder, psikotik terbagi atau folie adeux dan
psikotik karena kondisi medis umum atau zat. Sedangkan gangguan yang
berhubungan dengan gambaran psikotik adalah mania, depresi, gangguan
kognitif, dan demensia.
Menurut Kartini (2000:128) psikotik adalah suatu
penyakit/gangguan mental yang ditandai oleh gangguan emosional,
disorientasi waktu dan ruang, disorientasi pikiran serta kepribadian dan
disertai dengan delusi dan halusinasi. Delusi biasanya disebut juga waham
yang memiliki arti keyakinan yang keliru, yang tetap dipertahankan
sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya.
Sedangkan menurut Sundari (2005:82) psikotik adalah gangguan
jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan
yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Menurut Kamus Psikologi (2010: 775) psikotik sering
berkaitan dengan psikotik disorder. Sering dalam bentuk kombinasi untuk
menandai gangguan spesifik ketika simtom-simtomnya sangat mirip
dengan psikosis depresi. Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat
disimpulkan waham adalah gangguan jiwa yang ditandai adanya gangguan
emosi, pikiran dan kenyataan yang ada. (Christina & Chotim, 2012)
B. Etiologi
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok
gangguan psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan
interpersonal. Di dalam mengambil riwayat penyakit dan memerisa pasien,
klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stress pada lingkungan
4
interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk
mempertahankan jarak interpersonal tertentu. Seringkali pelanggaran batas
pasien oleh orang lain dapat menciptakan stress yang melanda yang
menyebabkan deompensasi.
Demikian juga tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin
merupakan stressor yang penting dalam kasus tertentu. Pemeriksaan pasien
psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa gejala psikotik
adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu
tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya,phencyclidine). Kondisi
fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah oksipitalis dan
temporalis dapat menyebabkan halusinasi.Pemutusan sensorik, seperti
yang terjadi pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan
pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang mengenai lobustemporalis
dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis,
adalah disertai dengan waham. Zat psikoaktif adalah penyebab yang
umum dari sindroma psikotik. Zat yang paling sering terlibat adalah
alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid
(LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin.
Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan
halusinasi akibat zat.
5
b. GangguanSkizotipal
Tidak terdapat onset yang pastidan perkembangan serta perjalanannya b
iasanya menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama (palingsedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya
gejala klinis yang khas atau yang palingmencolok dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia
ataugangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang
sempurna biasanyaterjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa
minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan
berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atausystemwahamyangsama,d
ansalingmendukung dalam keyakinan waham itu.Yang menderita
waham orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang, waham tersebut
terinduksi (mempengaruhi) lainnya,dan biasanya menghilang apabila
orang-oarang tersebut dipisahkan.Hampir selalu orang-orangyang
terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jika ada alasan untuk
percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyaigangguan
psikotik yang terpisah, maka tidak satupun diantaranya boleh
dimasukkan dalamkode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan
skizofrenik yangsama-sama menonjol dan secara bersamaan ada
dalamepisode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau
untuk gangguanafektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan
6
yang psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan
waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
c. Episode Depresi
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode
depresi berat.Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar
6 bulan, akan tetapi frekuensinyalebih jarang dibandingkan dengan
gangguan bipolar.
Terbagi atas :
7
1. Skilotimia : ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap
dariafek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi
ringan dan hipomania ringan,diantaranya tidak ada yang cukup
parah atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan
afektif bipolar.
2. Distimia: cirri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung
sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah
untuk memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau
sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak
cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria
skilotimia dan distimia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Urifah, R. (2012). Hubungan antara strategi koping dengan kualitas hidup penderita
skizofrenia remisi simptom. Surabaya.